UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PAD, DAU, DAK DAN BELANJA MODAL
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
NAMA : FRISKA SIHITE
NIM : 050503241
DEPARTEMEN : AKUNTANSI-S1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh PAD, DAU, DAK dan
Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum
pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan
jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Desember 2009 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
penyertaannya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ” Pengaruh PAD, DAU, DAK dan
Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara” dapat berjalan lancar.
Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk keluarga besarku, keluarga yang sangat
luar biasa, kedua orangtuaku A. Sihite, SE dan M.R. Hutabarat, S.Pd dan adik penulis Henry
Simon Sihite, terimakasih buat segala hal yang kalian berikan, kalian adalah orang-orang
yang sangat berharga, kalian adalah orang-orang yang menjadi inspirasi dan kekuatan bagi
penulis dalam menjalani kehidupan.
Adapun skripsi ini berjudul ”Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”,
dan disusun bertujuan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Sumatera Utara. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan
selama proses penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu
Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan
dari awal hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan
Bapak Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji II atas
saran-sarannya..
5. Teman-teman penulis yaitu Kak Rianty Barus, Mufliha Pasi, Putri Ayu Lia Lestari,
Fardhona, Rici Santridin Putra, Yafizham, Rizkia Daulay, Charles Ambarita dan Kindy
Kurniawan atas segala bantuan yang diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat
berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam
penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Desember 2009 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara yang secara teratur menerbitkan lapran keuangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masing-masing sampel, yang diperoleh dari laporan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum sebagai variabel X2, Dana Alokasi Khusus sebagai variabel X3, Belanja Modal sebagai variabel X4 dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan Kota.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variable Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, namun variable Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of the Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Capital Expenditure on Economic Growth in the County / City of North Sumatra Province who regularly publishes financial lapran since the year 2004 to 2007.
The data used is Local Government Financial Statements of each sample, obtained from a report published by the Central Bureau of Statistics of North Sumatra Province. The method of analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method used is puposive sampling. Variable of this study is the Regional Revenue as a variable X1, the General Allocation Fund as a variable X2, the Special Allocation Fund as the variable X3, Capital Expenditures as a variable X4 and Economic Growth as a variable Y with the total samples per year for 15 County and City.
Test results showed that the variables partially Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and the significant positive impact on economic growth, but the Capital Expenditure variables have no effect on economic growth.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis...8
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)...8
1.1 Pajak Daerah...9
1.2 Retribusi Daerah...9
1.3 Perusahaan Daerah...10
2. Dana Alokasi Umum (DAU)...12
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)...14
4.Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure) 4.1 Belanja Tidak Langsung………15
4.2 Belanja langsung ………16
5. Pertumbuhan Ekonomi...17
6. Pengaruh Pendapatan Daerah dan Belanja Modal Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi...18
B. Tinjauan Penelitian terdahulu... 19
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 24
1. Kerangka Konseptual ... 24
2. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
C. Jenis dan sumber data ... 29
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
E. Metode Analisis Data ... 31
1. Statistik Deskriptif ... 32
2. Uji Asumsi Klasik ... 32
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ... 37
B. Analisis Hasil Penelitian...37
1. Statistik Deskriptif...37
2. Uji Asumsi Klasik...39
a. Uji Normalitas ... 39
b.Uji Multikolonieritas ... 43
c. Uji Autokorelasi ... 45
d.Uji Heteroskedastisitas... 46
2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Pengukuran adjusted R2 ... 48
b. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji f) ... 49
c. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 50
C. Pembahasan Hasil Penelitian...54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Keterbatasan Penelitian ... 56
C. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 28
Tabel 3.2 Daftar Penarikan Sampel Penelitian...28
Tabel 3.3 Daftar Sampel Penelitian ... 29
Tabel 3.4 Definisi operasional variabel...30
Tabel 4.1 Statitstik Deskriptif ... 38
Tabel 4.2 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test ... 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 43
Tabel 4.4 Koefisien Korelasi... 44
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 46
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46
Tabel 4.7 Adjusted R2 ... 48
Tabel 4.8 Hasil Uji f ... 50
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 40
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Data Penelitian ... 59
Lampiran ii Statitstik Deskriptif ... 67
Lampiran iii Uji Normalitas Data ... 68
Lampiran iv Hasil Uji Multikolinearitas ... 70
Lampiran v Hasil Uji Autokorelasi ... 72
Lampiran vi Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 73
Lampiran vii Variables Entered/Removed dan adjusted R2 ... 75
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara yang secara teratur menerbitkan lapran keuangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masing-masing sampel, yang diperoleh dari laporan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum sebagai variabel X2, Dana Alokasi Khusus sebagai variabel X3, Belanja Modal sebagai variabel X4 dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan Kota.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variable Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, namun variable Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of the Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Capital Expenditure on Economic Growth in the County / City of North Sumatra Province who regularly publishes financial lapran since the year 2004 to 2007.
The data used is Local Government Financial Statements of each sample, obtained from a report published by the Central Bureau of Statistics of North Sumatra Province. The method of analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method used is puposive sampling. Variable of this study is the Regional Revenue as a variable X1, the General Allocation Fund as a variable X2, the Special Allocation Fund as the variable X3, Capital Expenditures as a variable X4 and Economic Growth as a variable Y with the total samples per year for 15 County and City.
Test results showed that the variables partially Regional Revenue, the General Allocation Fund, Special Allocation Fund and the significant positive impact on economic growth, but the Capital Expenditure variables have no effect on economic growth.
BAB I
Latar Belakang
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan
giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha
pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya Pertumbuhan
Ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang positif dari tahun 1999-2007. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan Pertumbuhan
Ekonomi yaitu -13,12%, hal ini disebabkan karena krisis ekonomi yang terjadi pada
pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa
dampak pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, kemudian pada tahun-tahun berikutnya
perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan, meskipun jika dibandingkan
dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan
ekonomi di Indonesia sedikit lebih lambat.
Memasuki tahun 2000, perekonomian di Indonesia diwarnai oleh optimisme yang
cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan
dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan Ekonomi
pada tahun 2000 sebesar 4,92% lebih tinggi dari perkiraan awal tahun oleh Bank Indonesia
dengan sebesar 3,0% sampai dengan 4,0%. Pada tahun 2002 semakin membaik
dibandingkan dengan tahun 2001, berdasarkan perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)
atas dasar harga konstan 1993, laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah
sebesar 3,66% dan laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2001 sebesar 3,45%. Pada
tahun 2003 Pertumbuhan Ekonomi adalah 4,10% nampak ada sedikit peningkatan bila
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 3,66%. Pertumbuhan Ekonomi pada tahun
2004 yang ditunjukkan oleh PDB harga konstan 2000 nampak ada peningkatan yaitu sekitar
5,13% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 4,10%. Pertumbuhan Ekonomi
tahun 2005 nampak ada peningkatan yaitu sekitar 5,60% bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu 5,13%. Pertumbuhan Ekonomi tahun 2006 nampak ada penurunan yaitu
sekitar 5,30% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami peningkatan
sekitar 6,30% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 5,30% (BPS, 2007 dan
Laporan Bank Indonesia, 2007)
Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil
selama sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah sebagaimana tercermin pada
Pertumbuhan Ekonomi yang terus meningkat, meskipun ada sedikit penurunan untuk tahun
2006 terjadi penurunan sebesar 30% jika dibandingkan dari tahun sebelumnya yaitu tahun
2005. Pertumbuhan Ekonomi yang terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan
angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas
perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume ekspor Indonesia,
khususnya komoditas nonmigas relatif rendah. Perkembangan perekonomian yang dicapai
khususnya negara sedang berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan.
Pembangunan tersebut tentunya memerlukan dana dalam jumlah yang besar.
Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini merupakan wujud
dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi daerah ini selaras dengan diberlakukannya
Undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Otonomi daerah bertujuan untuk mewujudkan Kemandirian Daerah sehingga daerah bebas untuk mengatur dirinya tanpa ada campur
tangan Pemerintah Pusat. Saat ini otonomi daerah memang sudah berjalan di tiap kabupaten
dan kota di Indonesia. Realitas menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah belum dapat
sepenuhnya lepas dari Pemerintah Pusat di dalam mengatur rumah tangga daerah, yang
ditunjukkan dengan adanya ketergantungan yang lebih besar kepada Dana Alokasi Umum
(DAU) dibandingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendanai Belanja Daerah
(Senja dalam Mutiara, 2008). Hal ini merupakan fenomena umum yang terjadi di semua
negara terlepas dari sistem pemerintahannya yaitu hubungan keuangan antara pusat dan
daerah (Senja dalam Mutiara, 2008).
Dominannya peran transfer relatif terhadap PAD dalam membiayai belanja
pemerintah daerah sebenarnya tidak memberikan panduan yang baik bagi pemerintahan
terhadap aliran transfer itu sendiri. Bukti-bukti empiris secara internasional menunjukkan
bahwa tingginya ketergantungan pada transfer ternyata berhubungan negatif terhadap
pemerintahan (Senja dalam Mutiara, 2008). Dana transfer dari Pemerintah Pusat seharusnya
digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia menemukan beberapa kasus yaitu
bahwa PAD hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi 20%.
Kenyataan tersebut terjadi baik pada era sebelum maupun sesudah otonomi daerah yang
terus berkembang (Senja dalam Mutiara, 2008).
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang menyumbangkan pajak dari sektor
perkebunan yang terbesar di Indonesia selain Provinsi Riau tentunya. Provinsi Sumatera
Utara pun dalam beberapa tahun belakangan ini telah memekarkan daerahnya menjadi
beberapa kabupaten baru seperti Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara,
Kabupaten Phakpak Barat, yang menunjukkan bahwa di Sumatera Utara masih terdapat
potensi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang masih dapat dikembangkan lagi. Beberapa
daerah itu sedang berada dalam tahap pengembangan daerah, dan hal ini amat nampak dari
perkembangan Kabupaten Serdang Bedagai yang menunjukkan perkembangan yang paling
menonjol dibandingkan dengan daerah pemekaran lainnya.
Penelitian ini dilakukan karena adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah.
Ketidakkonsistenan ini nampak dari penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati
(2009). Penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati ini ingin melihat pengaruh antara
Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif secara langsung antara
Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, serta berhasil menyimpulkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Anita
dilakukan oleh Ardi Hamzah (2009). Dalam peneltian yang dilakukan oleh Ardi Hamzah
(2009), peneliti ingin melihat pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Belanja Publik terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan
Pengangguran. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa baik secara langsung maupun tidak
langsung Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Publik tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Anita
Rakhmawati (2009) dengan judul ”Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa
Timur). Penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati menggunakan dua variabel
independen yaitu Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta satu variabel
dependen yaitu Pertumbuhan Ekonomi. Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa
antara Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh yang
signifikan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Beranjak dari penelitian yang dilakukan oleh Anita Rokhmawati ini, maka penulis
melakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel independen yaitu variabel
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dengan lokasi penelitian yang
berbeda dan tahun penelitian yang berbeda pula. Penulis ingin melihat pengaruh dari
variabel-variabel tersebut terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah di 15 Kabupaten dan Kota
di Sumatera Utara pada tahun-tahun amatan antara 2004-2007.
Fenomena yang selama ini ada di daerah adalah otonomi daerah yang berjalan
belum maksimal, dari data-data yang diperoleh dari dan beberapa literatur yang ada,
rencana yang telah disusun oleh pemerintah daerah, hampir sebagian besar belum terealisasi
dengan baik. Potensi-potensi yang ada selama ini juga belum sepenuhnya dapat
tereksploitasi dengan baik dan benar oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten. Atas hal tersebut
penulis berusaha meneliti tentang: ”Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan
masalah yaitu “Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus dan Belanja Modal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan
Ekonomi?.”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai
pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja
Modal baik secara simultan maupun parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu :
a. bagi penulis yaitu sebagai referensi mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal secara simultan dan
b. bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melihat seberapa jauh tingkat
Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang terdapat di Kabupaten dan Kota yang berada di
dalam Provinsi Sumatera Utara,
c. bagi Pemerintah Pusat untuk melihat perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Belanja Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah serta kemungkinan
terjadinya flypaper effect. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang
dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menutut Bastian (2001:49), penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan
akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah,
Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan
Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal
dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah :
meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber
Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber
pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal. Sedangkan
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli
daerah terdiri dari:
a. hasil pajak daerah,
b. hasil retribusi daerah,
c. hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang
dipisahkan,
d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
1.1 Pajak Daerah
Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik.
Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai
badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan kata lain pajak
daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah.
1.2 Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang
menggunakan jasa-jasa negara, artinya restribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian
jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau
jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu
setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan
yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa
layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.
Beberapa ciri-ciri retribusi yaitu :
1. retibusi dipungut oleh negara,
2. dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis,
3. adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk,
4. retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan /
mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.
Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :
1. retribusi jasa umum, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan,
2. retribusi jasa usaha, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.
1.3 Perusahaan Daerah
Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai
cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang sangat penting dan selalu mendapat perhatian
khusus adalah perusahaan daerah.
1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat:
a. memberi jasa,
c. memupuk pendapatan.
2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah
khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan
industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang
adil dan makmur.
3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah
tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok
pemerintahan daerah.
4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup
orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
1.4 Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula
sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut Devas bahwa :
kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II mencakup berbagai
penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari
swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun
walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pembelanjaan.
Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan daerah,
hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta berbagai hipotesis
tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al
(1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006), bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara
transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja Pemerintah Daerah. Analisisnya
menggunakan model maximing under uncertainty of intertemporal utility fuction dengan menggunakann data runtun waktu selama tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa jauh
pengeluaran daerah dapat dirasionalisaikan sebagai model.
Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan
bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat
bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi hasil
SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum
yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja
pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.
Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi
Proporsi PAD yang rendah, di lain pihak, juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki
derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran,
baik langsung maupun tidak langsung, dibiayai dari dana perimbangan, terutama dana
alokasi umum. Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah
menggali dari PAD.
Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka panjang dapat
menurunkan kagiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya
PAD.
Dalam UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa pelaksanaan kewenangan
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagian dari Dana Bagi Hasil
yang terdiri dari Pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut,
Pemerintah Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut
diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat
diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah
seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.
Namun, pada praktiknya, transfer dari Pemerintah Pusat merupakan sumber
pendanaan utama Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang
oleh Pemerintah Daerah “dilaporkan” di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah
untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan
kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus
merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat
dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan
khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaskudkan sebagai
daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus.
Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN berarti
bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun.
Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan
atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Dalam
keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 (tiga)
tahun.
4. Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure)
Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode
Anggaran (Abdul Halim, 2002:52). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri dari
dua komponen utama yaitu: belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Jenis belanja langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program dan kegiatan
belanja pegawai untuk membayar honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan
belanja modal.
Jenis belanja yang tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan dari suatu program dan kegiatan seperti belanja pegawai untuk membayar gaji
dan tunjangan PNS, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
4.1 Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Kelompok belanja tidak langsung menurut Permendagri 13 tahun 2006 pasal 50
yaitu:
1. belanja pegawai yaitu merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
2. belanja bunga yaitu merupakan anggaran pembayaran bunga hutang yang dihitung atas
kewajiban pokok hutang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,
3. belanja subsidi yaitu merupakan anggaran bantuan biaya produksi kepada perusahaan
atau lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau
4. belanja hibah yaitu merupakan anggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang
dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok
masyarakat dan perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya,
5. bantuan sosial yaitu merupakan anggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang
dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat,
6. belanja bagi hasil yaitu merupakan anggaran yang bersumber dari pendapatan provinsi
kepada kabupaten/kota, atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan,
7. bantuan keuangan yaitu merupakan anggaran keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa dan kepada pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemeratan dan atau peningkatan kemampuan keuangan,
8. belanja tidak terduga yaitu merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa
atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam danbencana sosial
yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
4.2 Belanja langsung
Belanja langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
Kelompok belanja langsung menurut Permendagri 13 tahun 2006 pasal 50 yaitu:
1. belanja pegawai yaitu merupakan pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintahan daerah,
2. belanja barang dan jasa yaitu merupakan pengeluaran pembelian/pengadaan barang
yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan atau pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah,
3. belanja modal yaitu merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan,seperti dalam bentuk tanah, peralatan, mesin, gedung, bangunan dan
jalan, irigasi, jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan dan
pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya
sebesar harga beli/bangun aset.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto
riel. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuahn output
riel. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi
bila ada kenaikan taraf hidup diukur dengan output riel per kapita. Karena itu, pertumbuhan
ekonomi terjadi bila tingkat kenaikan output riel total lebih besar daripada tingkat
pertambahan penduduk. Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan
pertumbuhan ekonomi tergantung pada bagaimana kita mengklasifikasikan. Salah satu
penggunaan sumber-sumber tersebut. Meskipun dipunyai sumber dominan untuk
pertumbuhan yang kuantitasnya cukup banyak serta dengan kualitas cukup tinggi tetapi bila
manajemen penggunaannya tidak menunjang maka laju pertumbuhan ekonomi akan rendah.
6. Pengaruh Pendapatan Daerah dan Belanja Modal Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari Pertumbuhan Ekonomi. Daerah
yang Pertumbuhan Ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan
PAD. Dari perspektif ini seharusnya Pemerintah Daerah lebih berkosentrasi pada
pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan Pertumbuhan Ekonomi daripada
sekedar mengeluarkan produk perundang-undangan terkait dengan pajak dan retribusi
daerah. Pertumbuhan Ekonomi merupakan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi pada
suatu daerah yang kemudian akan berdampak pada tingkat kemakmuran dan Kemandirian
Daerah. Pertumbuhan ini akan terjadi apabila masing-masing aspek dalam suatu daerah
bekerjasama dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi seperti contoh dengan
meningkatkan investasi maka secara langsung juga akan meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi. Dalam upaya peningkatan Kemandirian Daerah juga dituntut untuk
mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi
Belanja Modal yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di
daerah. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tidak akan memberikan arti
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Anita Rokhmawati (2009)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan
Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Propinsi Jawa Timur yang diukur
dengan Produk Domestik Regional Produk (PDRB). Data yang digunakan adalah laporan
realisasi APBD seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Timur selama periode 2003-2006.
Dalam penelitian ini menggunakan sensus (seluruh populasi dijadikan sampel penelitian)
dengan jumlah populasi 38 kabupaten dan kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota.
Metode statistik yang digunakan adalah analysis path (analisis jalur).
Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil analisis jalur yaitu: (1) Belanja
Modal berpengaruh positif secara langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah, (2)
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif secara langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah, (3) Belanja Modal berpengaruh positif secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah, (4) Belanja Modal berpengaruh positif secara tidak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah melalui Pendapatan Asli Daerah. Beberapa saran
yang dapat peneliti sampaikan yaitu bagi pemerintah daerah agar lebih mengalokasikan dana
dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap seperti
peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Alokasi belanja modal yang
dialokasikan pemerintah daerah sebaiknya lebih didasarkan pada kebutuhan daerah akan
sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan. Selain itu pemerintah daerah lebih
menggali sumber daya daerah daerah tersebut guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
2. Ardi Hamzah (2009)
Penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh PendapatanAsli Daerah, Dana
Perimbangan dan Belanja Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan
Pengangguran: Pendekatan Analisis Jalur (Studi Pada 38 Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur Periode 2001-2006) Penelitian ini menggunakan sample pada 38 daerah
Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah PAD dan Dana Perimbangan secara
langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Publik, PAD dan Dana
Perimbangan secara langsung dan tidak langsung melalui Belanja Publik tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Publik secara langsung tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan secara tidak langsung
melalui Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan
dan penggangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi secara langsung berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penggangguran.
3. Ismi Rizky Fitriyanti dan Suryo Pratolo (2009)
Penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada
Kota, Kabupaten dan Provinsi di DIY). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh APBD
tahun 1999-2005, Rasio Kemandirian tahun 2000-2006 dan PDRB tahun 2001-2007.
diajukan, dimana yang diteliti adalah keseluruhan elemen dari populasi, yaitu seluruh Kota,
Kabupaten dan Propinsi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang didapat dari Badan Pusat
Statistik (BPS) di Propinsi DIY.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan antara
PAD terhadap Rasio Kemandirian, terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja
Pembangunan terhadap Rasio Kemandirian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio
Kemandirian terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Rasio Kemandirian, dan
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi melalui Rasio Kemandirian.
4. Joko Waluyo (2007)
Berdasarkan data yang tersedia dan dengan menggunakan model yang telah
dispesifikasikan menunjukkan, bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai mekanisme transmisi, yaitu: 1) Melalui mekanisme pemberian
dana bagi hasil pajak (DBHP), dana bagi hasil sumber daya alam (DBHSDA), 2) Melalui
mekasnisme pemberian Dana Alokasi Umum (DAU). Dari kedua mekanisme transmisi
tersebut dapat disimpulkan, bahwa:
1) Dana bagi hasil PBB BPHTB dan PPh menghasilkan rata-rata pertumbuhan
dengan kebijakan ini.Dana bagi hasil SDA (DBSDA) menghasilkan rata-rata pertumbuhan
ekonomi yang negatip. Hanya daerah kaya SDA (Riau, dan Kaltim) yang paling menikmati
pertumbuhan ekonomi positip. Di samping itu kebijakan bagi hasil SDA memperburuk
kesenjangan pendapatan antardaerah.
2) Dana Alokasi Umum (DAU) berfungsi sebagai pemerata fiskal daerah juga
merupakan faktor yang paling dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Kebijakan DAU sangat efektif dalam mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah.
Dampak desentralisasi fiskal terhadap kesenjangan pendapatan antar daerah lebih
terasa di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia
(KBI). Hal ini ditunjukkan dengan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di KTI
dan berada diatas rata-rata nasional. Pulau Jawa dan Bali merupakan daerah yang paling
rendah pertumbuhan ekonominya dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal.
Kesimpulan secara umum menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia
Table 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Anita Rokhmawati, 2009 Pengaruh Belanja Modal
dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota di Jawa Timur). hasil analisis jalur yaitu: (1) Pendapatan Asli terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah. Ardi Hamzah, 2009 Pengaruh
PendapatanAsli Daerah, Jalur (Studi Pada 38 Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Periode 2001-2006)
Pendapatan Asli Daerah, tidak langsung tidak memiliki pengaruh yang Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap
Joko Waluyo, 2007 Dampak Desentralisasi
Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan antardaerah di Indonesia.
Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), Dana Bagi
C, Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting.
Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Belanja Modal (BM). Sedangkan
variabel dependennya adalah Pertumbuhan Ekonomi.
Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan ekonomi. Daerah
yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan
PAD. Perspektif ini menyarankan bahwa seharusnya pemerintah daerah lebih berkonsentrasi
pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi PAD(X1)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
daripada sekedar mengeluarkan produk perundangan terkait dengan pajak dan retribusi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi pada suatu
daerah yang kemudian akan berdampak pada tingkat kemakmuran dan kemandirian daerah.
Pertumbuhan ini akan terjadi apabila masing-masing aspek dalam suatu daerah
bekerjasama dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi seperti contoh dengan
meningkatkan investasi maka secara langsung juga akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi juga dituntut untuk
mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi
belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di
daerah. Upaya untuk meningkatkan PAD tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Terdapat pengaruh yang positif secara langsung baik antara PAD, DAU, DAK
maupun Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengalokasian dana lebih
dioptimalkan dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset
seperti peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya.
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Indriantoro (2002:73), “hipotesis menyatakann hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara
empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari
masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiyono,
2007:51). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal berpengaruh secara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2007:11).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2007:72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi
dalam penelitian ini adalah 30 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2007:73). Dari 30 populasi tersebut, maka terdapat 15 Kabupaten dan
Kota di Sumatera Utara yang menjadi sample dalam penelitian ini. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2007:78).
Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang menerbitkan laporan keuangan daerah
berturut-turut antara tahun 2004-2007,
2. kabupaten/kota yang bukan merupakan daerah pemekaran pada tahun-tahun amatan.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
N Kabupaten dan Kota
1 Pemerintah Kabupaten Nias
2 Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal 3 Pemerintah Kabupaten Tapsel
4 Pemerintah Kabupaten Tapteng 5 Pemerintah Kabupaten Taput 6 Pemerintah Kabupaten Toba Samosir 7 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu 8 Pemerintah Kabupaten Asahan 9 Pemerintah Kabupaten Simalungun 10 Pemerintah Kabupaten Dairi 11 Pemerintah Kabupaten Karo 12 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang 13 Pemerintah Kabupaten Langkat 14 Pemerintah Kabupaten Nias Selatan
15 Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan 16 Pemerintah Kabupaten Pakpak Barat
17 Pemerintah Kabupaten Samosir
18 Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai 19 Pemerintah Kabupaten Batubara
20 Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara 21 Pemerintah Kabupaten Padang Lawas 22 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Selatan 23 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Utara 24 Pemerintah Kota Sibolga
25 Pemerintah Kota Tanjung Balai 26 Pemerintah Kota Pematang Siantar 27 Pemerintah Kota Tebing Tinggi 28 Pemerintah Kota Medan 29 Pemerintah Kota Binjai
30 Pemerintah Kota Padang Sidimpuan
Sumber: Badan Pusat Stastistik, 2007
Tabel 3.2
Tabel Penarikan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara 30
2 Kabupaten/Kota yang menerbitkan laporan keuangan daerah berturut-turu antara tahun 2004-2007
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No KABUPATEN/KOTA
1 Pemerintah Kota Medan
2 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang 3 Pemerintah Kota Binjai
4 Pemerintah Kota Tebingtinggi 5 Pemerintah Kabupaten Langkat 6 Pemerintah Kabupaten Karo 7 Pemerintah Kota Siantar
8 Pemerintah Kabupaten Simalungun 9 Pemerintah Kota Sibolga
10 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah 11 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan 12 Pemerintah Kota Padang Sidimpuan 13 Pemerintah Kabupaten Rantau Parapat 14 Pemerintah Kabupaten Asahan 15 Pemerintah Kota Tanjung Balai Sumber: Badan Pusat Stastistik, 2007
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (Indriantoro, 2002:147). Data diperoleh dari Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah seperti Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Tabel 3.4
Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Variabel Dependen
Pertumbuhan ekonomi (Y)
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riel. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuahn output riel. Definisi Pertumbuhan Ekonomi yang lain adalah bahwa Pertumbuhan Ekonomi terjadi bila ada kenaikan taraf hidup diukur dengan output riel per kapita. Karena itu, Pertumbuhan Ekonomi terjadi bila tingkat kenaikan output riel total lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD, Pad Lain-lain yang sah
Rasio
Dana Alokasi Umum (DAU)
(X2)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana alokasi khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN.
Belanja Modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi satu anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja
yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik dengan menggunakan software SPSS 16. Analisis data dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Penggunaan metode analisis regresi dalam
pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik
atau tidak. Model persamaan regresinya ialah sebagai berikut:
Y = ά + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Alokasi Umum (DAU).
X3 = Dana Alokasi Khusus (DAK)
X4 = Belanja Modal
α = Konstanta
ε = error
β1,β2,β3,β4, = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau
karakteristik dari data (Jogiyanto, 2004:163). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Dalam
penelitian ini penulis menjabarkan statistik deskriptif berupa mean, maksimum, minimum,
dan standar deviasi.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan dalam tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing
variabel telah menyebar secara normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati data normal. Uji normalitas dilakukan dengan analisis
grafik dengan cara melihat grafik histogram dan Normal probability plot.
Pengujian normalitas data juga dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik,
yaitu uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S). Apabila probabilitas > 0,05 maka distribusi data normal dan dapat digunakan analisis regresi. Jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka
distribusi data adalah tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91). Pada model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2005:92)
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumya (Ghozali,
2005:92). Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang
berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat autokorelasi. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW).
Menurut Santoso (2002:18), Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah :
1) Bila nilai D-W dibawah -2, maka ada autokorelasi positif,
2) Bila nilai D-W di antara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi,
3) Bila nilai D-W di atas +2, maka ada autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan (varians) antara satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2005).
Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah terjadi homoskedastisitas. Dalam menguji heteroskedastisitas, penulis
menggunakan uji glejser dan memperhatikan hasil output SPSS. Jika variabel independen
signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika signifikan > 0,05
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi berganda. Pengujian ini
bertujuan untuk menguji apakah variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Belanja Modal
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Pertumbuhan Ekonomi baik secara simultan
maupun parsial.
a. Adjusted R2
Pengujian Adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase
sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel
dependen. Adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0≤ Adjusted R2≤1). Hal ini berarti bila adjusted R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dan bila
adjusted R2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Uji signifikansi parsial (Uji t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Bentuk pengujiannya yaitu :
H0 : b1,b2,b3,b4,b5, =0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : b1,b2,b3,b4,b5, ≠0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak,
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau H0 diterima.
c. Uji signifikansi Simultan (Uji f)
Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Bentuk pengujiannya yaitu :
H0 : b1,b2,b3,b4,b5, = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : b1,b2,b3,b4,b5, ≠0, artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak,
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik yang menggunakan persamaan regresi linear berganda. Analisis data dimulai
dengan mengolah data berupa laporan keuangan Pemerintah Daerah dan Kota di Sumatera
Utara yang diperoleh Badan Pusat Statistik Pusat Sumatera Utara dengan menggunakan
Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi liniear berganda
dilakukan dengan menggunakan Software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan
memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS selanjutnya SPSS akan
menghasilakan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Data
penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran i.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut (Sugiyono, 2007:142) statistik deskriptif adalah proses pengumpulan dan
peringkasan data, serta upaya untuk menggambarkan berbagai karakteristik data yang telah
terorganisasi tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata–rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis,
dan skewness. Peneliti menggunakan statistik deskriptif apabila hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk
populasi di mana sampel diambil.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pendapatan Asli Daerah 60 22.27 26.50 23.6075 1.00408 1.008
Dana Alokasi Umum 60 25.26 27.34 26.2803 .56692 .321
Dana Alokasi Khusus 60 22.11 24.94 23.4167 .75658 .572
Belanja Modal 60 17.64 26.75 23.0785 1.76571 3.118
Pertumbuhan Ekonomi 60 27.30 31.65 29.0917 1.14010 1.300
Valid N (listwise) 60
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui:
1. jumlah sampel (N) sebanyak 60,
2. pendapatan Asli Daerah terendah adalah 22,27, Pendapatan Asli Daerah yang tertinggi
adalah 26,50 dengan rata-rata 23,6075 serta standard deviasi 1,00408,
3. dana Alokasi Umum terendah adalah 25,26, Dana Alokasi Umum yang tertinggi adalah
27,34 dengan rata-rata 23,2803 serta standard deviasi 0,56692,
4. dana Alokasi Khusus terendah adalah 17.64, Dana Alokasi Khusus yang tertinggi
5. belanja Modal terendah adalah 22,11, Belanja Modal yang tertinggi adalah 24,94
dengan rata-rata 23,4167 serta standard deviasi 1,7657,
6. pertumbuhan Ekonomi terendah adalah 27,30, Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi
adalah 31,65 dengan rata-rata 29,0971 serta standard deviasi 1,14010.
2. Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan
metode Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut
Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:
• berdistribusi normal,
• non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,
• non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi,
• homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji sattistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Data yang baik
adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut
mengunakan software SPSS diketahui bahwa model regresi penelitian ini berdistribusi secara normal hal ini dapat disimpilkan melalui:
1) Analisis Grafik
Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik
P-P P-Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. P-Pada grafik
histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data
dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal
apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di
sekitar garis diagonal.
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.
Berdasarkan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa
model regresi pada penelitian ini berdistribusi secara normal hal ini tergambar pada grafik
histogram, dimana grafik tidak menceng ke kiri atau ke kanan (grafik seimbang antara kiri
dan kanan) dan pada grafik normal plot tampak bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
2) Analisis Statistik
Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan kalau
tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas data dengan
menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang
dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2.
Berdasarkan output SPSS di bawah ini terlihat bahwa nilai asymp sig (2-tailed) adalah
0,824 dan di atas nilai signifikan 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi
normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .30705854
Most Extreme Differences Absolute .081
Positive .068
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .629
Asymp. Sig. (2-tailed) .824
b. Uji Multikolinearitas
“Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas” (Ghozali, 2005:91). Menurut Ghozali
(2005:91) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Batas nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”.
Apabila nilai tolerance < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila nilai
tolerance > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap
multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 a. Dependent Variable: Pertumbuhan
Ekonomi