• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA PEGAWAI PADA

KANTOR SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DAIRI – SUMATERA UTARA

Disusun Oleh

ROTUA H. SITUMORANG

NIM 080921003

DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI EKSTENSI (S1)

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Teori ... 5

1. Budaya Organisasi ... 5

1.1 Pengertian Budaya ... 5

1.2 Pengertian Organisasi ... 6

1.3 Pengertian Budaya Organisasi ... 7

1.4 Karakteristik Budaya Organisasi ... 8

1.5 Fungsi Budaya Organisasi ... 11

1.6 Pembentukan Budaya Organisasi... 12

1.7 Perubahan Budaya Organisasi ... 14

1.8 Budaya Kuat dan Budaya Lemah... 15

2. Kinerja Pegawai ... 19

2.1 Pengertian Kinerja ... 19

2.2 Pengertian Kinerja Pegawai ... 20

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Pegawai ... 20

2.4 Unsur-unsur Penilaian Kinerja Pegawai ... 23

2.5 Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Pegawai ... 24

E. Hipot esis ... 25

F. Defenisi Konsep ... 25

G. Defenisi Operasional ... 26

H. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II Metode Penelitan ... 31

A. Bentuk Penelitan ... 31

(3)

C. Populasi dan Sampel ... 31

2.3.1 Populasi ... 31

2.3.2 Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Pengukuran Skor ... 34

F. Teknik Analisa Data ... 36

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 39

A. Pembentukan Kabupaten Dairi ... 39

B. Sekretariat Daerah ... 42

C. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat ... 80

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 89

a. Identitas Responden ... 89

b. Penerapan Budaya Organisasi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi (Variabel X) ... 93

c. Kinerja Pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi (Variabel Y) ... 124

BAB V ANALISA DATA DAN INTREPETASI DATA ... 140

a. Klasifikasi Jawaban Responden ... 140

b. Koefisien Korelasi Product Moment ... 143

c. Koefisien Determinant ... 146

BAB VI PENUTUP ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B.. Saran... 149

(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DAIRI

Nama : Rotua Hotmauli Situmorang NIM : 080921003

Departemen : Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Husni Thamrin, M.Si

Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi dasar bersama dalam organisasi. Budaya organisasi berawal dari kebiasaan saat ini, tradisi dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan, dengan demikian budaya organisasi merupakan persepsi umum yang diyakini oleh para anggota organisasi.

Bahwa kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1: Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi

Tabel 4. 1: Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4. 2: Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4. 3: Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4. 4: Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4. 5: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesempatan Berinisiatif Dalam Bekerja

Tabel 4. 6: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pendapat Bahwa Inisiatif Individual Adalah Ancaman

Tabel 4. 7: Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Yang Diambil Jika Timbul Masalah Dalam Pelaksanaan Tugas

Tabel 4. 8: Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Organisasi Terhadap Setiap Saran dan Kritik Yang Diutarakan Pegawai

Tabel 4. 9: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesempatan Untuk Melakukan Pekerjaan Yang Tingkat Kesulitannya Lebih Tinggi

Tabel 4. 10: Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Atasan Jika Pegawai Melakukan Kesalahan Sewaktu Melakukan Pekerjaan Yang Tingkat Kesulitannya Lebih Tinggi

Tabel 4. 11: Distribusi Jawaban Responden Tentang Rasa Cemas dan Takut Bila Tidak Bisa Menyelesaikan Pekerjaan

Tabel 4. 12: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perumusan Standar Kerja Organisasi

Tabel 4.13: Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Akan Sasaran dan Harapan Yang Terdapat Dalam Standar Kerja Organisasi

Tabel 4.14: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Organisasi Menyatukan Unit-Unit Kerja Yang Ada Untuk Bekerja Secara Terkoordinasi

(6)

Tabel 4. 16: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Sikap Atasan Dalam Bekerja

Tabel 4. 17: Distribusi Jawaban Responden Apakah Bantuan dan Dukungan Dari Atasan Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Pegawai

Tabel 4. 18: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perumusan Peraturan-Peraturan Yang Digunakan Untuk Mengendalikan Perilaku Pegawai

Tabel 4. 19: Distribusi Jawaban Responden Apakah Peraturan-Peraturan Tersebut Dapat Mengendalikan Perilaku Pegawai

Tabel 4. 20: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Peraturan Walaupun Tidak Diawasi

Tabel 4. 21: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesadaran Sebagai Bagian Dari Organisasi

Tabel 4. 22: Distribusi Jawaban Responden Tentang Berusaha Bekerja Dengan Sungguh-sungguh Demi Kepentingan Organisasi

Tabel 4. 23: Distribusi Jawaban Responden Tentang Perumusan Kebijakan-kebijakan Yang Mengatur Sistem Imbalan

Tabel 4. 24: Distribusi Jawaban Responden Tentang Sistem Imbalan Yang Digunakan Oleh Instansi

Tabel 4. 25: Distribusi Jawaban Responden Tentang Sistem Imbalan Yang Didasarkan Atas Keberhasilan Pekerjaan Dapat Mendorong Pegawai Untuk Bekerja Lebih Maksimal Lagi

Tabel 4. 26: Distribusi Jawaban Responden Tentang Seberapa Sering Terjadi Konflik Didalam Organisasi

Tabel 4. 27: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Organisasi Jika Timbul Konflik

Tabel 4. 28: Distribusi Jawaban Responden Bahwa Mengajukan Pendapat Yang Berbeda Dengan Atasan Merupakan Hal Yang Berbahaya

(7)

Tabel 4. 30: Distribusi Jawaban Responden Tentang Setiap Kebijakan Yang Diambil Organisasi Disosialisasikan Kepada Pegawai

Tabel 4. 31: Distribusi Jawaban Responden Apakah Selalu Mengutamakan Kepentingan Organisasi Daripada Kepentingan Pribadi

Tabel 4. 32: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pendapat Bahwa Kesetiaan Pegawai Dapat Dilihat Dari Perilaku Yang Ditunjukkan Sehari-hari

Tabel 4. 33: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Kualitas Kerja Dengan Yang Diharapkan

Tabel 4. 34: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Kuantitas Kerja Dengan Yang Diharapkan Organisasi

Tabel 4. 35: Distribusi jawaban responden dalam menyelesaikan pekerjaan apakah tepat waktu sesuai dengan yang ditargetkan organisasi

Tabel 4. 36: Distribusi Jawaban Responden Apakah Selalu Menyalahgunakan Wewenang Yang Diberikan

Tabel 4. 37: Distribusi Jawaban Responden Apakah Setuju Jika Kejujuran Menjadi Modal Utama Yang Harus Dimiliki Setiap Pegawai

Tabel 4. 38: Distribusi Jawaban Responden Apakah Selalu Mematuhi Prosedur Kerja Yang Berlaku Dalam Organisasi

Tabel 4. 39: Distribusi Jawaban Responden Apakah Selalu Disiplin Dalam Mematuhi Jam Kerja Yang Ditetapkan Organisasi

Tabel 4. 40: Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Memberikan Ide-ide Untuk Mengatasi Permasalahan Terjadi dalam Pelaksanaan Tugas

Tabel 4. 41: Distribusi Jawaban Responden Apakah Ide-ide Dapat Membantu Mengatasi Permasalahan Yang Ada

Tabel 4. 42: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tanggung jawab Yang Dimiliki Sesuai Dengan Wewenang Yang Diberikan

Tabel 4. 43: Distribusi Jawaban Responden Dalam Menyelesaikan Tugas Yang Diberikan Sesuai Dengan Komitmen dan Konsisten Terhadap Resiko Jabatan.

(8)
(9)

ABSTRAK

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN DAIRI

Nama : Rotua Hotmauli Situmorang NIM : 080921003

Departemen : Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Husni Thamrin, M.Si

Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi dasar bersama dalam organisasi. Budaya organisasi berawal dari kebiasaan saat ini, tradisi dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan, dengan demikian budaya organisasi merupakan persepsi umum yang diyakini oleh para anggota organisasi.

Bahwa kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu selalu mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainya. Sifat

tersebut menjadi ciri khas bagi seseorang. Dengan sifat tersebut maka kita dapat

mengetahui bagaimana sifat seseorang tersebut. Sama halnya dengan manusia organisasi

juga mempunyai sifat-sifat tertentu. Dan melalui sifat-sifat tersebut kita juga dapat

mengetahui bagaimana karakter dari organisasi tersebut. Sifat tersebut kita kenal dengan

budaya organisasi atau organization culture. Sebagaimana budaya-budaya yang dimiliki

oleh setiap suku bangsa yang memiliki sistem nilai dan norma dalam mengatur

masing-masing anggotanya dari suku bangsa tersebut maupun orang yang berasal dari suku lain,

dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu organisasi juga memiliki budaya yang

mengatur bagaimana anggota-anggotanya untuk bertindak. Budaya memberikan identitas

bagi para anggota organisasi dan membangkitkan komitmen terhadap keyakinan dan nilai

yang lebih besar dari dirinya sendiri. Meskipun ide-ide ini telah menjadi bagian budaya itu

sendiri yang bisa datang di manapun organisasi itu berada. Dalam suatu organisasi budaya

berfungsi untuk menghubungkan para anggota sehingga mereka tahu bagaimana

berinteraksi satu sama lain.

Budaya organisasi merupakan sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang

ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud

agar organisasi bisa mengatasi, menanggulangi permasalahan yang timbul akibat adaptasi

(11)

diajarkan dan diterapkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk

memahami, memikirkan dan merasakan berteman dengan mereka-mereka tersebut

(Scain dalam Loko, 2004:30).

Adaptasi eksternal menunjukan bagaimana organisasi mencapai tujuan dan

kesepakatan dengan pihak luar. Budaya membantu mengarahkan aktifitas harian para

pekerja untuk memenuhi tujuan tertentu. Sedangkan integrasi internal berarti bahwa para

anggota mengembangkan identitas kolektif dan tahu bagaimana bekerja sama secara

efektif. Inilah budaya yang menuntun hubungan kerja sehari-hari dan menentukan

bagaimana orang-orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.

Pada dasarnya setiap individu yang tergabung didalam sebuah organisasi memiliki

budaya yang berbeda, disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda,

namun semua perbedaan itu akan dilebur menjadi satu di dalam sebuah budaya yaitu

budaya organisasi, untuk menjadi sebuah kelompok yang bekerjasama dalam mencapai

tujuan organisasi sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya, tetapi dalam

proses tersebut tidak tertutup kemungkinan ada individu yang bisa menerima dan juga yang

tidak bisa menerimanya, yang mungkin bertentangan dengan budaya yang dimilikinya.

Dalam hal tersebut akan menimbulkan konflik atau persaingan budaya dalam

organisasi untuk menjadi sebuah budaya yang dianggap lebih sesuai pada organisasi

tersebut. Hal ini tentu akan mengakibatkan ketidaknyamanan pegawai dalam sebuah

organisasi yang pada akhirnya akan bepengaruh terhadap banyak hal.

Organisasi merupakan suatu sistem yang mana satu sama lainnya saling

mempengaruhi, apabila salah satu dari sub sistem tersebut rusak, maka akan mempengaruhi

(12)

semestinya maka individu-individu yang ada didalamnyalah yang berkewajiban untuk

mengaturnya, yang berarti selama anggota atau individunya masih suka dan melaksanakan

tanggung jawab sebagaimana mestinya maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik.

Menurut Lako (2004:28-29) sayangnya peran strategis budaya organisasi kurang

disadari dan dipahami oleh kebanyakan orang pelaku organisasi di Indonesia, terutama

prinsipal yaitu pemilik dan agents dan dipercaya untuk mengelola organisasi. Banyaknya

masalah yang berhubungan dengan ketenagakerjaan akhir-akhir ini menunjukan bahwa

kesadaran manajemen terhadap peran strategis dan implementasi budaya organisasi dalam

instansi pemerintahan masih lemah dan mengkhawatirkan.

Dengan adanya sifat saling memiliki dan peduli oleh pegawai dalam suatu

organisasi maka kita dapat melihat dan menilai kinerja pegawai pada sebuah organisasi,

karena kinerja adalah pencapain yang baik dalam hal prestasi. Semakin besar kinerja

pegawai kepada organisasinya maka semakin banyak hal yang akan mampu dilakukan oleh

organisasi dan sebaliknya.

Sekretariat Daerah sebagai pusat pemerintahan daerah dalam hal melakukan

pembangunan daerah tentunya harus didukung dengan kemampuan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas. Untuk itu perlu adanya pengembangan SDM sehingga dapat

memberikan kinerja yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Banyak faktor yang

mempengaruhinya dan salah satunya adalah budaya organisasi.

Seperti yang telah disebutkan bahwa budaya organisasi dapat mempengaruhi tingkat

kinerja karyawan dari suatu organisasi. Dengan latar belakang tersebut maka penulis

tertarik untuk mengkaji tentang Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja Pegawai

(13)

mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja

Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi Sumatera Utara.”

B. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih mudah dan memiliki arah yang jelas, maka

terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya.

Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana

Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah

Kabupaten Dairi”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui budaya organisasi yang diterapkan oleh pegawai pada kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja pegawai pada kantorSekretariat Daerah

Kabupaten Dairi.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan budaya organisasi dengan kinerja pegawai

pada kantor Sekretariat Daerah Kabupten Dairi.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan data dan fakta yang jelas mengenai hubungan budaya

organisasi pada kantor Sekretariat Daerah Kabupten Dairi.

(14)

3. Bagi penulis dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan, mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah ini.

D. Kerangka Teori

Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa teori atau konsep yang

berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan sebagai konsep yang menjadi

landasan teoritis dalam sebuah penelitian. Dengan harapan karya penulisan ini memiliki

landasan yang kuat untuk mengangkat permasalahan yang diangkat pada penelitian.

1. Budaya Organisasi

1.1. Pengertian Budaya

Budaya atau culture berasal dari perkataan Latin yaitu colere yang artinya

mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan terutama mengolah atau

bertani. Atau bisa juga diartikan sebagai segala daya dan aktivitas untuk mengolah dan

mengubah alam. Budaya merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan

bersama yang diikuti dan dihormati. Budaya telah menjadi konsep penting dalam

memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama.

Menurut Dewantara (dalam Supartono, 2004:13) budaya adalah hasil perjuangan

manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan zaman kodrat dan masyarakat yang

merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan

kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan

(15)

Menurut Alisyahbana (dalam Supartono, 2004:31) budaya merupakan manifestasi

dari cara berpikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua

tingkah laku dan perbuatan, mencakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan

cara berfikir, termasuk didalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan masksud dari

pikiran.

Budaya merupakan sebuah sistem yang mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk

simbolis yang berupa kata-kata, benda, tingkah-laku, nyanyian, musik, kepercayaan,

mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistimologi dari sistem pengetahuan

masyarakatnya. Sistem simbol dan epistimologi juga tidak terpisahkan dari sistem sosial

yang berupa stratifikasi, gaya hidup, sosialisasi, agama, mobilitas, organisasi kenegaraan,

dan seluruh prilaku sosial. Selain itu didalam budaya termasuk juga semua cara yang telah

terorganisasi, kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya implisit, serta premis-premis yang

mendasar dan mengandung suatu perintah.

1.2 Pengertian Organisasi

Menurut Etzione dalam Tjandra (2005: 37) organisasi merupakan suatu bentuk

kerjasama sekelompok manusia atau orang di bidang tertentu untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Menurut Chester J. Bernard dalam Tika (2006: 3), organisasi adalah kerjasama dua

orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan

yang dikordinasikan secara sadar. Menurut Mooney (dalam Supardi dan Anwar, 2004: 4)

(16)

Organisasi sesungguhnya merupakan suatu koneksitas manusia yang kompleks dan

dibentuk untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat resmi, ditandai

oleh aktivitas kerjasama, integrasi dalam lingkungan yang lebih luas, memberikan

pelayanan dan produk tertentu dan tanggung jawab kepada hubungan dengan

lingkungannya. Organisasi memiliki ciri –ciri pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung

jawab berkomunikasi, pembagian yang direncanakan untuk mempertinggi realisasi tujuan

khusus, adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi penyelenggaraan

usaha-usaha bersama dalam organisasi dan pengawasan, serta memiliki pengaturan personil dalam

mengatur anggotanya dalam melaksanakan tugas organisasi.

1.3 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu

kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi dasar bersama

dalam organisasi.

Menurut Luthans (dalam Lako, 2004: 29) budaya organisasi merupakan

norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan

berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.

Menurut Sarplin (dalam Lako, 2004:29) mengatakan bahwa budaya organisasi

merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang

saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma

(17)

Menurut Stoner (dalam Lako, 2004: 29) mendefenisikan budaya organisasi sebagai

suatu cognititiveframework yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma perilaku dan

harapan-harapan yang disumbangkan oelh anggota organisasi.

Menurut Davis (dalam Lako, 2004: 29) menyatakan bahwa budaya organisasi

merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan

dipraktekan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi

dasar aturan berperilaku dalam organisasi.

Dwiyanto dalam Kurniawan (2005: 115) mendefenisikan budaya organisasi sebagai

suatu sistem atau perangkat nilai yang memiliki simbol, orientasi nilai, keyakinan,

pengetahuan, dan pengalaman kehidupan yang terinteralisasi kedalam pikiran, seperangkat

nilai yang diaktualisasikan ke dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan oleh

setiap anggota dari sebuah organisasi.

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian budaya

organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilaidan norma-norma

yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi

anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Budaya organisasi berawal dari kebiasaan saat ini, tradisi dan cara-cara umum untuk

melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya

dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan, dengan demikian budaya

(18)

1.4 Karakteristik Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah suatu sistem dari makna yang dianut oleh

anggota-anggotanya dan membedakan organisasi tersebut dengan yang lainnya. Dalam budaya

organisasi ini juga terdapat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi tersebut.

Karakteristik-karakteristik budaya organisasi menurut Stephen P Robbin dalam Tika (2006:

10) adalah:

1. Inisiatif Individual

Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepensi yang dipunyai setiap

anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu

dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide

untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko

Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada

anggota atau para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk

memajukan organisasi atau perusahaan serta berani mengambil resiko terhadap apa

yang dilakukannya.

3. Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat

menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan

harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini

(19)

4. Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mendorong

unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi. Kekompakan unit-unit

tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan manajemen

Dukungan manjemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan

komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

6. Kontrol

Alat kontrol yang dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang

berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Diperlukan sejumlah peraturan

dan tenaga pengawasan yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan

perilaku pegawai dalam organisasi.

7. Identitas

Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan

dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan

bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

8. Sistem Imbalan

Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan

atas dasar prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih

dan lainnya.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para pegawai atau karyawan didorong untuk mengemukakan konflik

(20)

terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Namun perbedaan pendapat dan

kritik tersebut bisa digunakan untuk melakukan perbaikan atau perubahan untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

10.Pola Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara

atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri.

Gambaran ini menjadi dasar untuk persamaan pemahaman yang bersama yang

dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana menyelesaikan.

1.5 Fungsi Budaya Organisasi

Moh. Pabundu dalam Tika (2006: 14) dalam bukunya Budaya Organisasi dan

Peningkatan Kinerja Perusahaan menyatakan terdapat sepuluh fungsi utama budaya

organisasi. Fungsi tersebut adalah:

1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi, maupun kelompok lain.

Batas pembeda ini ada karena adanya identitas tertentu yang dimiliki organisasi atau

kelompok yang tidak dimiliki oleh organisasi lain atau kelompok lain.

2. Sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan

bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Karyawan ataupun pegawai

mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan tanggung jawab atas kemajuan

perusahaannya.

3. Mempromosikan stabilitas sosial. Hal ini tergambarkan dimana lingkungan kerja

(21)

4. Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku

anggota-anggota organisasi.

5. Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator karena

adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya

perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit terdapat sub budaya baru.

6. Membentuk budaya organisasi baru.

7. Sebagai sarana untuk menyelesaikan maslah-masalah pokok organisasi. Budaya

organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkungan

eksternal dan integrasi internal.

8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan.

9. Sebagai alat komunikasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada

aspek-aspek komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat materia

dan perilaku.

10.Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi bisa menjadi penghambat

dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu untuk

mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi

internal.

Dengan demikian dapat diambil fungsi budaya organisasi sebagai perekat sosial

dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi. Dan budaya

(22)

1.6 Pembentukan Budaya Organisasi

Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi.

Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Lingkungan usaha

Kelangsungan hidup organisasi ditentukan oleh kemampuan organisasi memberi

tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan

usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan

organisasi agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang terpengaruh antara lain

meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok,

kebijakan pemerintah, dan lain-lain.

2. Nilai-nilai

Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap

organisasi mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak

bagi semua warga dalam mencapai tujuan atau misi organisasi. Nilai-nilai inti

yang dianut bersama oleh anggota organisasi antara lain berupa slogan atau

moto yang berfungsi sebagai jati diri bagi orang yang berada dalam organisasi

karena adanya rasa istimewa yang berbeda dengan organisasi lainnya dan dapat

dijadikan harapan konsumen untuk memperoleh kualitas pelayanan yang baik.

3. Panutan atau keteladanan

Panutan bisa berasal dari pendiri perusahaan, manajer, kelompok organisasi atau

perorangan yang berhasil menciptkan nilai-nilai organisasi. Panutan ini bisa

menumbuhkan idealisme, semangat dan tempat mencari petunjuk bila terjadi

(23)

4. Ritual

Ritual adalah deretan berulang dari kegiatn yang mengungkapan dan

memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting,

orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan.

Acara-acara rutin ini diselenggarakan oleh organisasi-organisasi dalam rangka

memberikan penghargaan kepada anggotanya.

5. Jaringan budaya

Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya

merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan

memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan

perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu.

Budaya organisasi yang asli diturunkan dari filsafat pendirinya. Selanjutnya budaya

ini sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam proses penyeleksian anggota

organisasi. Tindakan dari seorang manajemen puncak/pimpinan menentukan perilaku yang

dapat diterima dan yang tidak.

Budaya organisasi membuat pekerjaaan menajdi lebih mudah. Komitmen seluruh

anggota organisasi mulai dari pimpinan puncak sampai anggota lapisan bawah merupakan

persyaratan mutlak untuk tetap terpeliharanya budaya organisasi.

1.7 Perubahan Budaya Organisasi

Kadang-kadang organisasi harus menguabah budaya organisasinya. Misalnya

(24)

menyesuaikan dengan kondisi-kondisi ini atau tidak dapat bertahan. Tetapi mengubah

budaya lama dapat mengalami kesulitan.

Meskipun ada halangan dan hambatan, budaya-budaya itu dapat dikelola dan

diubah. Organisasi-organisasi yang berusaha mengubah budaya mereka juga harus

hati-hati agar tidak meninggalkan akar budayanya. Jika organisasi melewati jalan yang salah

dalam melakukan perubahan budaya organisasi dapat menyebabkan inisiatif untuk

melakukan perubahan budaya organisasi gagal atau tidak dapat dilanjutkan.

Budaya organisai dapat dibuat dan diubah. Banyak aspek dan pelajaran dapat

diperoleh dari usaha perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya organisasi yang

efektif harus dimulai dengan perubahan pola pikir. Organisasi yang sukses mempunyai

budaya organisasi yang sejalan dengan visi, misi, strategi, tujuan, dan lingkungan. Untuk

mendapatkan budaya organisasi yang baik diperlukan rasionalitas yang kuat untuk

memastikan terjadinya asimilasi budaya diseluruh organisasi. Program perubahan budaya

harus memanfaatkan berbagai mekasnisme trasnsmisi budaya dan juga pendekatan

partisipatif serta komitmen dari pimpinan puncak untuk mencapai perubahan budaya yang

mendalam dan berkelanjutan.

1.8 Budaya Kuat dan Budaya Lemah

Menurut Vijay Sathe dalam Tika (2006:108) budaya organisasi yang kuat adalah

budaya organisasi yang ideal di mana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas perilaku.

Disamping faktor kepemimpinan ada dua faktor besar yang ikut menentukan kekuatan

budaya organisasi yaitu kebersamaan dan intensitas. Kebersamaan dapat ditunjukan

(25)

nilai-nilai inti. Sedangkan intensitas adalah derajat komitmen para anggota organisasi terhadap

nilai-nilai inti.

Pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat, anggota-anggota

organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti

perilaku mana yang dipandang baik dan tidak. Pedoman bertingakh laku bagi orang-orang

di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh

orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak

hanya sekedar slogan saja, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari

secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.

Jadi budaya organisasi yang kuat membantu perusahaan memberi kepastian kepada

seluruh individu yang ada dalam organisasi untuk berkembang bersama perusahaan dan

bersama-sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan.

Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang kurang didukung

secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan serta memberi pengaruh negatif

pada organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawainya. Selain itu

dalam organisasi yang lemah mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu

sama lain, kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi dan anggota

organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan

kelompok atau kepentingan sendiri.

Apabila hal ini terjadi maka tugas-tugas tidak akan dapat dilakukan dengan baik.

Hal ini terlihat dari kurangnya motivasi atau semangat kerja,timbul kecurigaan-kecurigaan,

(26)

Untuk memperkuat budaya organisasi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan

oleh pimpinan organisasi, yaitu:

1. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi

Pimpinan organisasi perlu untuk memantapkan nilai-nilai dasar tersebut agar

dapat dipakai sebagai pedoman berperilaku bagi karyawan. Dalam nilai-nilai

budaya perlu dijelaskan apa yang merupakan perintah atau anjuran, mana yang

merupakan larangan, kegiatan apa yang bisa mendaptkan penghargaan dan

kegiatan yang bisa mendapatkan hukuman dan lainnya.

2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi.

Arah pembinaaan adalah agar nilai-nilai dasar yang menjadi budaya organisasi

dapat dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi

khususnya anggota baru. Pembinaan terhadap anggota baru dapat dilakukan

melalui bimbingan dan pelatihan.

3. Memberikan contoh teladan

Dalam menanamkan dan memperkuat nilai-nilai budaya kepada anggota

organisasi, pimpinan organisasi perlu memberikan keteladanan dan kejujuran

dalam berperilaku dengan berpedoman pada nilai-nilai budaya yang telah

ditetapkan. Hal ini sangat berpengaruh dan dapat mempercepat penanaman dan

perkuatan budaya organisasi kepada seluruh anggota organisasi.

4. Membuat acara-acara rutinitas

Acara-acara rutinitas seperti rekreasi bersama dapat memberikan motivasi

kepada anggota-anggota organisasi dengan keyakinan bahwa dia adalah bagian

(27)

perekat bagi anggota-anggota organisasi dalam menanamkan dan memperkuat

budaya organisasi.

5. Memberikan penilaian dan penghargaan

Pemberian penghargaan kepada anggota organisasi dapat merangsang anggota

untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ditanamkan.

6. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal

Masalah-masalah eksternal seperti persaingan, pelanggan, penguasaan pasar,

peraturan pemerintah dan masalah-masalah internal seperti tuntutan pegawai

atau karyawan, konflik dalam organisasi perlu diantisipasi dan ditanggapi

melalui budaya organisasi.

7. Koordinasi dan Kontrol

Koordinasi dapat dilakukan melalui rapat-rapat resmi atau koordinasi antar

pejabat secara berjenjang. Dan untuk mengetahui perilaku anggota-anggota

organisasi perlu dilakukan pengontrolan atau pengawasan secara berkala. Hasil

pengawasan dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk memperkuat budaya

organisasi.

Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian

visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi akan meningkatkan

kekompakan tim antar departemen, devisi, atau unit dalam organisasi sehingga mampu

menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi yang sama.

Budaya organisasi membentuk perilaku karyawan dan mendorong percampuran

core values (nilai-nilai dominan) dan perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan

(28)

menyelesaikan konflik dan memfasilitasi koordinasi dan kontrol. Budaya organisasi akan

meningkatkan motivasi pegawai dengan memberi mereka perasaan memiliki, loyalitas,

kepercayaan dan nilai-nilai serta mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan

organisasi. Dengan demikian organisasi itu akan memaksimalkan potensi karyawan dan

memenangkan kompetisi.

Dengan budaya organisasi dapat diperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya

manusia sehingga meningkatkan kinerja dan pada gilirannya meningkatakan kinerja

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Kinerja Pegawai

2.1 Pengertian Kinerja

Defenisi kinerja dapat kita ambil dari kamus Indonesia yang diartikan sebagai

sesuatu yang dicapai, prestasi yang memperlihatkan dari kemampuan kerja.

Prawiro Suntoro dalam Tika (2006: 121) mendefenisikan kinerja sebagai hasil kerja

yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka

mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

Menurut Simamora (2003: 45) kinerja adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi

dalam mencapai misinya. Dalam organisasi pelayanan publik kinerja dapat diukur dari dua

aspek kepuasaan dari masyarakat sebagai umpan balik untuk pengukuran kinerja.

Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan, atau hasil karya yang dapat

dicapai oleh seseorang/kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan

(29)

Menurut Pamungkas dalam Tjandra (2005: 38) kinerja adalah penampilan cara-cara

untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh dengan akitivitas yang dicapai dengan

suatu unjuk kerja.

Dari pengertian kinerja tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kinerja

adalah suatu pencapaian yang baik dalam bekerja berupa prestasi yang diperlihatkan suatu

organisasi ataupun individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi tersebut

adalah organisasi yang sehat dan prestasi tersebut dicapai sesuai dengan aturan yang

berlaku yang telah ditetapkan oleh organisasi

2.1 Pengertian Kinerja Pegawai

Kinerja individu pegawai adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari

sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Beberapa ahli mendefenisikan kinerja pegawai sebagai berikut:

1. Bambang Kusriyanto dalam Mangkunegara (2006:9)

Perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan

waktu (lazimnya per jam)

2. Faustino Cardosa Gomes dalam Mangkunegara (2006: 9)

Ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan

produktivitas.

3. A. A Anwar Prabu Mangkunegara

Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

(30)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil

kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu dalam

melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kompetensi individu, dukungan

organisasi, dan dukungan manajemen.

1. Kompetensi Individu

Kompetensi individu adalah kemampuan dan ketrampilan melakukan kerja.

Kompetensi pegawai dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan dan

ketrampilan kerja serta motivasi dan etos kerja. Kemampuan dan ketrampilan

kerja setiap orang dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan jiwa individu

yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi, pelatihan dan pengalaman kerjanya.

Kebugaran fisik membuat orang mampu dan tahap bekerja keras dan lama.

Sebaliknya pekerja yang kekurangan gizi akan cepat lemah dan lelah serta

tidak mampu melakukan pekerjaan yang berat. Demikian juga gangguan

kejiwaan akibat rasa frustasi dan masalah-masalah sosial ekonomi, membuat

yang bersangkutan tidak konsisten dan tidak terkonsetrasi.

Pendidikan dan pelatihan juga merupakan bagian dari investasi sumber daya

manusia. Selain itu pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas

kemampuan kerja. Semakin sering orang melakukakan pekerjaan yang sama

(31)

Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong semangat kerja. Motivasi

dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat,

budaya dan nilai-nilai agama yang dianutnya.

2. Dukungan organisasi

Kinerja setiap orang tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk

pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi,

kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian

dimaksudkan untuk memberi kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap orang

tentang sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk

mencapai sasaran tersebut. Setiap orang perlu memiliki dan memahami uraian

jabatan dan uraian tugas yang jelas.

Demikian juga penyediaan sarana dan alat kerja langsung mempengaruhi kinerja

setiap orang. Penggunaan peralatan dan teknologi maju sekarang ini bukan saja

dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, akan tetapi juga dipandang untuk

memberikan kemudahan dan kenyamanan kerja.

Kondisi kerja mencakup kenyamanan lingkungan kerja dan aspek keselamatan

dan kesehatan kerja.

3. Dukungan manajemen

Kemampuan setiap orang juga bergantung kepada kemampuan manajerial para

manajemen atau pimpinan baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan

industrial yang aman dan harmonis maupun dengan mengembangkan

kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan

(32)

melakukan pengembangan kepada pegawai dengan mengidentifikasi dan

mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan, keunggulan dan potensi yang dimiliki

oleh setiap pegawai, mendorong pekerja untuk terus belajar meningkatkan

wawasan dan pengetahuannya baik secara pribadi, membuka seluas-luasnya

untuk pegawai belajar dan meningkatkan pengetahuannya, baik secara pribadi

maupun pendidikan dan pelatihan yang telah diprogramkan, serta membantu

setiap orang yang menghadapi kesulitan dalam melakukan tugas, misalnya

dengan memberi bimbingan, penyuluhan, pelatihan dan pendidikan.

2.3 Unsur-unsur Penilaian Kinerja Pegawai

Menurut Hasibuan (2002: 56) kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau dapat

dinilai dari beberapa hal, yaitu:

1. Kesetiaan

Kesetiaan yang dmaksudkan adalah tekad dan kesanggupan menaati,

melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran

dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan

sikap dan perilaku tenaga kerja yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari.

2. Kemampuan kerja

Yang dimaksud dengan kemampuan kerja yaitu hasil pekerjaan yang telah

dilaksanakan dapat memenuhi standar kerja yang telah digariskan sebelumnya.

3. Kejujuran

Ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan

serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan

(33)

4. Ketaatan

Kesanggupan seorang pegawai untuk menaati segala ketetapan, peraturan

perundang-undangan serta peraturan dinas yang berlaku, serta kesediaan untuk

tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan.

5. Kreativitas

Kemampuan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan

sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa

menunggu perintah dan bimbingan dari atasannya.

6. Tanggung jawab

Kesanggupan seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang

diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani

memikul resiko atas keputusan yang diambil.

2.4 Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Pegawai

Kebudayaan sebagai hasil karya, cipta dan rasa manusai dalam perjalanan

sejarahnya dimulai dari yang paling sederhana, berkembang dan maju terus setahap demi

setahap sampai pada yang kompleks dan modern. Kebudayaan yang bertambah maju

secara akumulatif, mutunya semakin meningkat, sehingga di dalamnya sering ditemui

unsur-unsur kebudayaan. Kebudayaan itu berpengaruh langsung pada kehidupan individu

dan masyarakat dalam mewujudkan eksistensinya masing-masing.

Pengaruh budaya organisasi secara bersama-sama membentuk sistem nilai yang

mewarnai sikap mental dan membatasi tingkah laku individu dan kelompok di dalam

(34)

hubungan kemasyarakatan dan nilai-nilai adalah unsur kebudayaan. Kondisi ini tidak

terkecuali bagi aparatur Pemerintah yang memikul tanggung jawab melaksanakan

tugas-tugas umum Pemerintah dan pembangunan, khususnya yang memiliki legalitas sebagai

pimpinan organisasi/unit kerja.

Aspek Budaya dan aparatur pemerintah di lingkungan aparatur pemerintah sangat

diharapkan dapat menciptakan dan dikembangkan sistem nilai berupa disiplin nasional agar

menjadi kebiasaan hidup di dalam dan di luar pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai unsur aparatur pemerintah maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam Kotter dan Heskett (1997: 18) menyatakan budaya yang kuat sering

dikatakan membantu kinerja karena menciptakan suatu tingkat motivasi yang luar biasa

dalam diri pegawai. Kadang-kadang ditegaskan bahwa nilai-nilai dan perilaku yang dianut

bersama membuat orang merasa nyaman dalam bekerja untuk sebuah organisasi, rasa

komitmen atau loyal selanjutnya dikatakan membuat orang berusaha lebih keras. Budaya

yang juga dikatakan membantu kinerja karena memberikan struktur dan kontrol yang

dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang mencekik yang dapat

menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi.

Hasil penelitian Harvard (dalam Stoner, Freeman, Gilbert, 1996: 187) menunjukan

bahwa budaya mempunyai dampak yang kuat dan semakin kuat pada prestasi kerja

organisasi. Penelitian itu mempunyai empat kesimpulan:

a. budaya organisasi dapat mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja ekonomi

organisasi dalam jangkan panjang

b. budaya organisasi bahkan mungkin merupakan faktor yang lebih penting dalam

(35)

c. budaya organisasi yang menghambat prestasi keuangan yang kokoh dalam jangka

panjang tidaklah jarang, budaya itu berkembang dengan mudah bahkan dalam

organisasi yang penuh dengan orang bijaksana dan pandai

d. walaupun sulit untuk diubah, budaya organisasi dapat dibuang untuk meningkatkan

prestasi

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jika budaya

yang dimiliki oleh organisasi adalah budaya yang kuat dan sehat maka akan memiliki

pengaruh positif pada perkembangan organisasi dalam pencapaian tujuannya, karena

budaya organisasi yang sehat tentunya memiliki pegawai yang berkinerja tinggi.

Dalm lako (2004:28) hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja diyakini

oleh para ilmuwan perilaku organisasi dan manajemen serta sejumlah peneliti akuntansii.

Mereka menyatakan bahwa budaya organisasi diyakini merupakan faktor penentu utama

terhadap kesuksesan kinerja suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi untuk

mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai budaya organisasinya dapat mendorong

organisasi tersebut tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Pengelolaan secara

efektif budaya organisasi dapat menjadi sumber keunggulan yang kompetitif.

Dari beberapa pendapat dan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai hubungan terhadap peningkatan kinerja

pegawai dalam organisasi demi tercapainya tujuan organisasi.

H. Defenisi Konsep

(36)

1. Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai

dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman

tingah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi

eksternal dan integrsi internal.

2. Kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil baik kualitas maupun kuantitas

yang dicapai pegawai per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas

kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

I. Defenisi Operasional

Untuk mempermudah dalam mengukur variabel-variabel dan menemukan

indikator-indikator sebagai pendukung, maka kita akan mengkaji lebih mendalam tentang

indikator-indikator tersebut, yang ada hubungannya dengan judul yang diangkat pada

penelitian ini.

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi menyebutkan defenisi operasional adalah

unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel

sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang

mendukung untuk dianalisa dari variabel tersebut.

Variabel bebas (X) yaitu budaya organisasi diukur dengan indikator:

1. Inisiatif Individu

Sejauh mana responden diberi kesempatan untuk berinisiatif sendiri dalam

bekerja, pendapat responden tentang inisiatif individual, tingkat kemandirian

responden dalam menyelesaikan pekerjaan, serta kebebasan yang didapat dalam

(37)

2. Toleransi terhadap tindakan beresiko

Sejauh mana tingkat toleransi yang diberikan organisasi kepada pegawainya

untuk berani mengambil resiko dalam bekerja demi kepentingan organisasi.

3. Pengarahan

Sejauh mana kemampuan organisasi untuk merumuskan standar kerja organisasi

agar dapat dipahami dan dimengerti oleh pegawai.

4. Integrasi

Sejauh mana organisasi mampu mengkoordinasi seluruh unit-unit kerja yang

ada menjadi satu kesatuan dan berlaku adil kepada setiap unit-unit kerja yang

ada.

5. Dukungan manajemen

Sejauh mana dukungan dan bantuan dari atasan dalam bekerja kepada pegawai,

sejauh mana dukungan dan bantuan tersebut dapat memberikan dampak positif

kepada kinerja pegawai.

6. Kontrol

Sejauh mana peraturan-peraturan yang dimiliki organisasi dapat mengendalikan

perilaku pegawai tanpa harus diawasi.

7. Identitas

Sejauh mana pegawai menyadari sebagai bagian dari organisasi dan rela bekerja

(38)

8. Sistem imbalan

Sejauh mana kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang sistem pemberian

imbalan dalam organisasi didasarkan atas prestasi kerja pegawai ataupun unit

kerja dan diharapkan dapat mendorong pegawai untuk bekerja lebih maksimal.

9. Toleransi terhadap konflik

Seberapa sering terjadi konflik dalam organisasi dan bagaimana organisasi

menyikapi konflik tersebut serta kemampuan organisasi dalam mendorong

pegawai untuk mengemukakan pendapat yang berbeda.

10. Pola Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dua arah antara atasan dan pegawai maupun antar

pegawai dibatasi dalam konteks formal apakah organisasi terbuka dengan

pegawainya dengan jalan selalu mensosialisasikan setiap kebijakan yang

diambil.

Sedangkan variabel terikat (Y) yaitu kinerja pegawai dapat diukur dengan indikator:

1. Kesetiaan

Dapat dilihat dari perilaku sehari-hari dan sikap selalu mengutamakan

kepentingan organisasi daripada kepentigan

` 2. Kemampuan kerja

Sejauh mana kualitas kerja, kuantitas kerja dan selesainya pekerjaan

tepat pada waktunya sesuai dengan yang ditargetkan organisasi.

3. Kejujuran

Sejauh mana pegawai memiliki sikap tidak menyalahgunakan wewenang

(39)

4. Kedispilinan

Sikap pegawai dalam mematuhi prosedur kerja yang telah ditetapkan

organisasi.

5. Kreativitas

Kemampuan pegawai dalam memberikan ide-ide berguna dalam

pelaksanaan tugas.

6. Tanggung jawab

Kesanggupan pegawai untuk menyelesaikan tugas yang diberikan

(40)

J. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, sistematika

penulisan.

BAB II: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,

teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan skor dan teknik analisa data.

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan gambaran tentang geografis, demografis dan gambaran umum

Kabupaten Dairi.

BAB IV: DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan Identitas Responden, Distribusi Jawaban Responden terhadap

jawaban Budaya Organisasi, jawaban responden terhadap Kinerja Pegawai, Klasifikasi

Data, Pengujian Hipotesa, dan Koefisien Determinan.

BAB V: ANALISA DATA

Dalam bab ini berisikan data tentang analisa data berisikan pengaruh Budaya Organisasi

pada Sekretariat Daerah Dairi, Kinerja Pegawai pada Sekretariat Daerah Dairi dan

hubungan antar Variabel bebas/Independen (X) dan variabel terikat/Dependen (Y).

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

(41)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

korelasional dengan analisis kuantitatif, yaitu metode penelitian yang menjelaskan

hubungan kausal antar variabel yang menggunakan rumus-rumus statistik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi, yang terletak di

Jalan Sisimangaraja No. 127 Kabupaten Dairi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari data yang memiliki

karakteristik tertentu dalam penelitian (Sugiyono, 2001: 57). Maka yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah pegawai pada negeri sipil pada kantor Sekretariat Daerah

Kabupaten Dairi yang berjumlah 60 orang.

2. Sampel

Menurut Hidayat (2002:2) “sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan

merupakan bagian dari populasi sehingga karakteristik populasi juga dimiliki sampel.

(42)

dilakukan agar didapatkan pengelompokan terhadap populasi yang sama (homogenitas).

Jumlah sampel yang diambil adalah 60 orang.

Berikut ini adalah bagian-bagian yang terdapat di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten

[image:42.612.114.498.243.532.2]

Dairi dan jumlah pegawai per bagian:

Tabel 2.1: Bagian Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.

Bagian-bagian pada kantor

Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi

Jumlah Pegawai

Bagian hukum 6

Bagian Pemerintahan Umum 7

Bagian Perekomonian 10

Bagian Pembangunan 7

Bagian Kesejahteraan Rakyat 6

Bagian Umum 42

Bagian Organisasi dan Tata Laksana 9

Bagian Hubungan Masyarakat 7

Sumber: Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua

cara yaitu:

(43)

Pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

pada lokasi penelitian. Data primer tersebut dilakukan dengan instrumen penelitian

sebagai berikut:

a. Observasi

Pengumpulan data dengan pengamatan langsung dengan sejumlah acuan yang

berkenan dengan topik penelitian di lokasi penelitian.

b. Kuesioner

Pengumpulan data dengan cara mengamati, menyebarkan angket kepada

obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan yang dilakukan melalui studi pustaka yang

terdiri dari:

a. Penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui

buku-buku, dokumen, majalah, dan berbagai bahan yang berhubungan

dengan objek penelitian.

b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui

pengkajian dan penelaan terhadap catatan tertulis maupun

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

E. Teknik Pengukuran Skor

Teknik pengukuran skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah

memakai skala ordinal untuk menentukan jawaban kuesioner responden yang disebarkan

(44)

Adapun skor yang dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah:

1. Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5

2. Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4

3. Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

4. Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2

5..Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif

apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka ditentukan

kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban responden, maka dapat ditentukan

interval kelasnya terlebih dahulu yaitu sebagai berikut:

Banyaknya Bilangan Skor tertinggi - skor terendah

Maka diperoleh interval sebagai berikut:

= 5 - 1 5

= 0,8

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu:

Kategori Nilai

Sangat tinggi 4,24 -- 5,00 Tinggi 3,43 – 4,23 Sedang 2,62 -- 3,42 Rendah 1,81 -- 2,61 Sangat rendah 1,00 – 1,80

(45)

Teknik analisa data yang dilakukan yaitu secara kuantitatif yang digunakan untuk

menguji hubungan antar variabel dengan menggunakan perhitungan statistik. Metode yang

digunakan adalah:

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dari

variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah:

r

xy =

{

2

}

2

{

2

( )

2

}

( ) )( (

∑ ∑

− − − Y Y N X N Y X XY N

X

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan tiga kemungkinan yaitu:

1. koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0) berarti hubungan

kedua variabel yang diuji tidak ada

2. koefisien korelasi yang diperoleh positif ( r = +) artinya kenaikan nilai variabel

yang satu diikuti nilai variabel yang lain dan kedua variabel memiliki hubungan

positif.

3. koefisien korelasi yang diperoleh negatif (r = -) artinya kedua variabel negatif

dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu diikuti menurunnya variabel

yang lain.

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien

korelasi) digunakan penafsiran atau intrepetasi angka-angka yang dikemukakan oleh

(46)

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh

berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel

korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan artinya

hipotesis kerja atau hipotesis alternatif yang diterima.

2. Koefisien Determinan

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan rumus:

D = ( r x y)2 x 100 %

Keterangan:

D = Koefisien Determinan

r x y = koefisien korelasi product moment antara x dan y

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 --- 0, 199 Sangat rendah

0,20 --- 0,399 Rendah

0,40 --- 0,599 Sedang

0,60 --- 0,799 Kuat

(47)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Pembentukan Kabupaten Dairi

I. Sebelum Penjajahan Belanda

Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda.

Walaupun saat itu belum dikenal sebutan Wilayah/daerah Otonom, tetapi kehadiran sebuah

pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya

pengakuan terhadap Raja-raja Adat. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh Raja

Ekuten/Takal Aur/Suak dan Pertaki sebagai Raja-raja Adat merangkap sebagai Kepala

Pemerintahan.

Adapun struktur pemerintahan masa itu diuraikan sebagai berikut :

a. Raja Ekuten, sebagai Pemimpin satu wilayah (suak) atau yang terdiri dari beberapa

suku/kuta/kampung. Raja Ekuten disebut juga Takal Aur, yang merupakan Kepala

Negeri.

b. Pertaki, sebagai pemimpin satu Kuta atau Kampung, setingkat di bawah Raja

Ekuten.

c. Sulang Silima, sebagai Pembantu Pertaki pada setiap Kuta (Kampung), yang terdiri

dari :

1. Perisang-isang

2. Perekur-ekur

3. Pertulan tengah

(48)

5. Perbetekken.

Menurut berbagai literatur sejarah bahwa Wilayah Dairi dahulu sangat luas dan

pernah jaya di masa lalu. Sesuai dengan Struktur Organisasi Pemerintahan tersebut di atas,

maka wilayah Dairi dibagi atas 5 (lima) Wilayah (Suak atau Aur_ yaitu :

1. Suak/Aur SIMSIM, meliputi wilayah: Salak, Kerajaan, Siempat Rube, Sitellu Tali

Urang Jehe, Sitellu Tali Urang Julu dan Manik.

2. Suak/Aur PEGAGAN dan Karo Kampung, meliputi wilayah: Silalahi, Paropo,

Tongging, Pegangan Jehe dan Tanah Pinem,

3. Suak/Aur KEPPAS, meliputi wilayah: Sitellu Nempu, Siempat Nempu, Silima Pungga

pungga, Lae Luhung dan Parbuluan.

4. Suak/Aur BOANG, meliputi wilayah: Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang,

Beleggen, Gelombang, Runding dan Singkil (saat ini wilayah Aceh).

5. Suak/Aur SIENEM KODEN/KLASEN, meliputi wilayah: Sienem Koden, Manduamas

dan Barus.

II. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, sejarah mencatat bahwa Raja

Sisingamangaraja XII semasa hidupnya cukup lama berjuang di daerah Dairi, karena

wilayah Bakkara dan wilayah Toba pada umumnya telah dibakar habis dan dikuasai oleh

Belanda. Kondisi tersebut tidak memungkinkan lagi untuk bertahan dan menersukan

perjuangannya, sehingga beliau hijrah ke Dairi. Beliau wafat pada tgl. 17 Juni 1907 di

Ambalo Sienem Koden yang ditembak atas perintah Komandan Batalion Marsuse Belanda,

(49)

Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et Imprea, maka

nilai-nilai pola dan struktur pemerintahan di Dairi mengalami perubahan yang sangat cepat.

Dengan mengacu pada sistim dan pembagian wilayah Kerajaan Belanda, maka Dairi saat

itu ditetapkan sebagai suatu Onder Afdeling yang dipimpin seorang Controleur

berkebangsan Belanda dan dibantu oleh seorang Demang dari penduduk Pribumi/Bumi

Putra. Kedua Pejabat tersebut dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi

Landen.

Pemerintahan Dairi Landen adalah sebagian dari wilayah pemerintahan Afdeling

Batak Landen yang dipimpin Asisten Residen Batak Landen yang berpusat di Tarutung.

Sistem ini berlaku sejak dimulainnya perjuangan pahlawan Raja Sisingamangaraja XII dan

berlaku juga sampai menyerahnya Belanda atas pendudukan Nippon (Jepang) pada Tahun

1942.

Selama penjajahan Belanda inilah daerah Dairi mengalami sangat banyak penyusutan

wilayah, karena politik penjajahan Kolonial Belanda yang membatasi serta menutup

hubungan dengan wilayah-wilayah Dairi lainnya yaitu :

1. Tongging, menjadi wilayah Tanah Karo;

2. Manduamas dan Barus, menjadi wilayah Tapanuli Tengah;

3. Sienem Koden (Parlilitan), menjadi wilayah Tapanuli Utara;

4. Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Gelombang, Runding dan Singkil

menjadi wilayah Aceh.

Setelah Kolonial Belanda menguasai daerah Dairi, maka untuk kelancaran

pemerintahan Hindia Belanda membagi Onder Afdeling Dairi menjadi 3 (tiga) Onder

(50)

1. Onder District Van Pakpak, meliputi 7 (tujuh) Kenegerian yakni :

Kenegerian Sitellu Nempu;

Kenegerian Siempat Nempu Hulu;

Kenegerian Siempat Nempu;

Kenegerian Silima Pungga-pungga;

Kenegerian Pegagang Hulu;

Kenegerian Parbuluan;

Kenegerian Silalahi Paropo

2. Onder District Van Simsim, meliputi 6 (enam) Kenegerian yakni :

Kenegerian Kerajaan;

Kenegerian Siempat Rube;

Kenegerian Sitellu Tali Urang Jehe;

Kenegerian Salak;

Kenegerian Ulu Merah dan Salak Pananggalan;

3.2 Sekretariat Daerah

Bagian Kesatu

Sekretaris Daerah

Pasal 2

1) Sekretaris daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan

penyusunan kebijakan Pemerintahan Daerah, dan mengkoordinasi Dinas dan Lembaga

(51)

2) Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas

Sekretaris Daerah sebagai berikut :

a. Menetapakan program rencana kegiatan dan anggaran Sekretaris Daerah;

b. Menyusun kebijakan daerah dalam rangka peyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

c. Mengkoordinasi penyusunan konsep kebijakan Bupati dalam rangka pembinaan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

d. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaa keuangan Daerah;

e. Mengkoordinasi pengusunan Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagian Kedua

Pembidangan, Tugas Pokok dan Uraian Tugas Staff Ahli

Paragraf 1

Pembidangan

Pasal 3

Staff Ahli terdiri dari bidang :

a. Staff Ahli Bidang Pemerintahan dan Pelayanan Umum;

b. Staff Ahli Bidang Hukum dan Politik

c. Staff Ahli Bidang Pembangunan

d. Staff Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan

e. Staff Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumberdaya Manusia

Paragraf 2

Tugas Pokok dan Uraian Tugas Staff Ahli

(52)

Pasal 4

1) Staff Ahli Bidang Pemerintahan dan Pelayanan Umum mempunyai tugas pokok

memberikan telaahan, daran dan pendapat mengenai pemerintahan dan pelayanan

umum.

2) Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksudkanpada ayat (1), uraian tugas Staff

Ahli Bidang Pemerintahan dan Pelayanan Umum sebagai berikut :

a. Memberikan masukan, saran dan pendapat baik diminta maupiun tidak diminta di

bidang pemerintanh dan pelayanan umum yang disampaikan secara lisan maupun

tulisan kepada Bupati;

b. Memberikan masukan, saran dan pendapat yang disampaikan adalah untuk

mendukung p[ercepatan proses penyelenggaraan bisang pemerintah dan pelayanan

umum;

c. Membantu Bupati dalam mempersiapkan materi isi/pointer dan konsep

pembangunan di bidang pemerintahan dan pelayanan umum;

d. Membantu Bupati dalam memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada

Instansi Pemerintah atau Swasta baik di Daerah, Provinsi maupun Pusat dalam

rangka mendukung percepatan proses penyelenggaran pembangunan di bidang

pemerintah dan pelayanan umum;

e. Mengadakan koordinasi pelaksaan tugas dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang terkait dengan bidang pemerintah dan pelayanan umum.

Paragraf 3

Tugas Pokok dan Uraian Tugas Staff Ahli

(53)

Pasal 5

1) Staff Ahli Bidang Hukum dan Politik mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

memberikan telaahan, saran dan pendapat mengenai hukum dan politik.

2) Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Staff

Ahli Bidang Hukum dan Politik sebagai berikut :

a. Memberikan masukan, saran dan pendapat baik diminta maupun tidak diminta

dibidang hukum dan politik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis kepada

Bupati;

b. Memberikan masukan, saran dan pendapat yang disampaikan adalah untuk

mendukung percepatan proses penyelenggaraan bidang hukum dan politik;

c. Membantu Bupati dalam mempersiapkan materi isi/pointer dan konsep

pembangunan dibidang hukum dan politik;

d. Membantu Bupati dalam memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada

Instansi Pemerintah atau Swasta baik di Daerah, Provinsi maupun Pusat dalam

rangka mendukung percepatan proses penyelenggaraan pembangunan di bidang

hukum dan politik;

e. Mengadakan koordinasi pelaksaan tugas dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang terkait dengan bidang hukum dan politik.

Paragraf 4

Tugas Pokok dan Uraian Tugas Staff Ahli Bidang Pembangunan

(54)

1) Staff Ahli Bidang Pembangunan memmpunyai tugas pokok membantu Bupati dalam

memberikan telaahan, saran dan pendapat mengenai pembangunan.

2) Sesuai dengan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), uraian tugas Staff

Ahli Bidang Pembangunan sebagai berikut :

a. Memberikan masukan, saran dan pendapat baik diminta maupun tidak diminta

dibidang pembangunan yang disampaikan secara lisan maupn tertulis kepada

Bupati;

b. Memberikan masukan, saran dan pendapat yang disampaikan adalah untuk

mendukung percepatan proses penyelenggaraan bidang pembangunan;

c. Membantu Bupati dalam mempersiapkan materi isi/pointer dan konsep dibidang

pembangunan;

d. Membantu Bupati dalam memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada

Instansi Pemerintah atau Swasta baik di Daerah, Provinsi maupun Pusat dalam

rangka mendukung percepatan proses penyelenggaraan pembangunan;

e. Mengadakan koordinasi pelaksaan tugas dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang terkait dengan bidang pembangunan.

Paragraf 5

Tugas Pokok dan Uraian Tugas S

Gambar

Tabel 2.1:
Tabel 4. 2:
Tabel 4. 4:
Tabel 4.5:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik dari kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam

Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan atau kinerja sumber daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai

Kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

Prabu (2017) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah ”prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu

Kinerja atau prestasi kerja menurut (Mangkunegara, 2010), adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

Maka dapat dikatakan bahwa kinerja pegawai adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia per satuan periode

Dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu

Oleh karena itu disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam