ABSTRAK
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
ANDRIYANI MUSTIKA
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain
penelitian ini menggunakan posttest only control grup design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 260 siswa yang terdistribusi dalam sebelas kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII B dan VII C yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa secara
signifikan antara pembelajaran kontekstual dan konvensional. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh terhadap
pemahaman konsep matematis siswa secara signifikan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Karang Pucung Kecamatan Way Sulan Kabupaten
Lampung Selatan, 06 Juli 1992. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara
pasangan Bapak Heri Efendi dan Ibu Mujirahayu.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Karang Pucung pada
tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Sidomulyo pada
tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Merbau Mataram
pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada
tahun 2010 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB)
dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Batu Kebayan
Kecamatan Batu Ketulis, Lampung Barat dan menjalani Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 batu Ketulis, Lampung Barat. Selama menjadi
MOTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Allah lah hendaknya
kamu berharap
(Q.S Al-Insyirah : 6-8)
dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak
akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.
(Q.S. Maryam: 19, 48)
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia
hanya berkata kepadanya Jadilah! maka jadilah sesuatu itu.
(Q.S. Yaasiin: 36, 82)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan
karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kepada:
Ayahanda (Heri Efendi) dan Ibunda (Mujirahayu) tercinta yang telah
memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan bekal kehidupan yang
tak henti-hentinya, yang selalu ada disampingku serta selalu
memberikanku yang terbaik untuk menjadikanku sesuatu yang terbaik
dalam kehidupan ini.
Mbakku Ani dan Adik-adikku Ana dan Aan
serta seluruh keluarga baik dari ibunda maupun ayahanda,
atas kebersamaannya selama ini, atas semua doa dan dukungan
yang telah diberikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan.
xi
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran
Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku ketua program studi pendidikan
matematika, Pembimbing Akademik serta Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan,
sumbangan pemikiran, motivasi, semangat, kritik, dan saran selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua jurusan P. MIPA sekaligus dosen
pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi
terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku pembahas sampai peneliti seminar
xii
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd yang telah bersedia menggantikan ibu
Nurhanurawati sebagai pembahas.
5. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Pak Agung, yang sudah membantu dalam pembuatan artikel.
8. Papaku Heri Efendi dan mamaku Mujirahayu, mbakku Ani Sundari Mustika,
adikku Ana Astriyani Mustika dan Anwar Hermawan Efendi, Kak Areh, Mas
Heru, Mas Yanto, Cumil dan seluruh keluarga besarku yang selalu
menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
9. Bapak Sudjasman, SH., selaku kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung beserta
Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama
penelitian.
10. Ibu D. Adiarti, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2010 A, Suqor, Asih, Sulis, Ute,
Ria Artha, Beni, Fertil, Ma’e (Endang), Tri H, Imas, Dhea, Rini, Novi, Sueb,
Nurul H, Yulisa, Dian, Intan, Aan, Trifau, Novrian, Rusdi, Arif atas
persahabatan, kebersamaan, nasehat, dan semangat yang diberikan selama ini.
12. Sahabat-sahabat tersayang Hestul, Ria, Suli, dan Citut, atas motivasi, nasehat,
xiii
mendapatkan gelar sarjana, persahabatan dan kebersamaan kita tetap bisa
terjalin dengan baik.
13. Arief Rahman Hakim yang banyak membantu, menemani, dan memberikan
semangat. Terima kasih selalu sabar dalam keadaan apapun, serta memberikan
banyak pengalaman dan pelajaran dalam hidup.
14. Sahabat seperjuangan skripsi Iga, Sunu, Kak Arif, Engla, Sovian, Nando,
Mbak Lina atas semangat dan motivasi kalian dalam pembuatan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan KKN PPL di Desa Batu Kebayan, Ewel, Elva,
Aya, Dongah Yudi, Abdul, Resty, Dila, Levi dan Yuni atas kebersamaan
selama 75 hari yang luar biasa.
16. Teman-teman angkatan 2010 B, kakak-kakakku angkatan 2008 dan 2009 serta
adik-adikku angkatan 2011 sampai 2013 terima kasih atas kebersamaannya.
17. Penghuni Wisma Istiqomah, Pipit, Agnes, Ribut, Yoga, Bang Reza, Danu,
Gilas, Gery, Bang Fajar atas semangat, tawa dan canda kalian selama ini.
18.Siswa kelas VII B, dan VII C SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran
2013/2014, terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.
19. Almamaterku.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, September 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual ... 7
B. Kemampuan Pemahaman Konsep ... 12
C. Kerangka Pikir ... 15
D. Hipotesis ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 17
B. Desain Penelitian ... 18
C. Langkah-Langkah Penelitian ... 19
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 20
1. Data Penelitian ... 20
2. Teknik Pengumpulan Data ... 20
E. Instrumen Penelitian ... 21
1. Validitas Isi ... 21
2. Reliabilitas ... 22
F. Analisis Data dan Teknik Pengujian Hipotesis ... 23
1. Uji Normalitas ... 23
2. Teknik Uji Hipotesis ... 24
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26
xv
2. Uji Hipotesis ... 27 B. Pembahasan ... 28
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 32 B. Saran ... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-rata Nilai Ulangan Mid Semester Ganjil Pada Setiap Kelas VII ... 17 Tabel 3.2Posttest Only Control Grup Design... 18 Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep
Matematis Siswa... 24
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 26 Tabel 4.2 Rekapitulasi UjiMann-WhitneyData Pemahaman Konsep
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Pembelajaran
Kontekstual ... 38
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Pembelajaran Konvensional... 62
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 86
B. Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 117
B.2 Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis... 118
B.3 Kunci Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 120
B.4 Form Validasi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis... 124
C. Analisis Data C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 127
C.2 Skor Data Nilai Pemahaman Konsep Siswa dengan Pembelajaran Kontekstual ... 128
C.3 Skor Data Nilai Pemahaman Konsep Siswa dengan Pembelajaran Konvensional ... 129
C.4 Uji Normalitas Data Nilai Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Pembelajaran Kontekstual ... 130
C.5 Uji Normalitas Data Nilai Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Pembelajaran Konvensional ... 133
C.6 Peringkat NilaiPosttestPemahaman Konsep matematis Siswa dengan Pembelajaran Kontekstual dan pembelajaran Konvensional ... 136
C.7 UjiMann-WhitneyData Nilai Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional ... 137
D. Lain-lain D.1 Surat Izin Penelitian ... 141
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan
potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Bangsa Indonesia menempatkan pendidikan sebagai komponen utama dalam
pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM). Hal ini tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Guna mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan suatu pembelajaran yang
dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional. Permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang Standar Isi dinyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan:
2
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika, dalam membuat generaalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam memecahkan matematika.”
Berdasarkan tujuan tersebut, salah satu dari kemampuan dalam tujuan
pembelajaran matematika adalah kemampuan pemahaman konsep. Pemahaman
terhadap suatu konsep matematika sangat penting karena apabila siswa menguasai
konsep materi maka siswa akan mudah untuk memahami konsep selanjutnya dan
mengembangkan kemampuan berpikir. Hiebert dan Carpenter (dalam Bennu,
2010) menyatakan bahwa salah satu ide yang diterima secara luas dalam
pendidikan matematika adalah siswa harus memahami matematika dan
matematika tidak akan ada artinya jika hanya dihafalkan. Sehingga pemahaman
konsep matematis menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika.
Pada kenyataannya, sebagian besar siswa Indonesia yang mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil
survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 (Mullis et al., 2012), bahwa Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42
negara dengan skor 386. Skor Indonesia pada tahun 2011 turun 11 poin dari tahun
2007. Sedangkan persentase kelulusan kemampuan matematis siswa di Indonesia
3
berturut-turut sebesar 31%, 23%, dan 17%. Persentase ini menunjukkan bahwa
kemampuan pengetahuan matematis siswa masih rendah.
Kondisi ini juga terjadi pada siswa di SMP Negeri 8 Bandar Lampung.
Berdasarkan data nilai mid semester siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada
siswa kelas VII tahun pelajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan bilangan dan
pecahan menunjukkan tingkat pemahaman konsep yang masih rendah, dari 260
siswa hanya 39 siswa yang mendapat nilai lebih dari 65. Persentase kelulusan
siswa dalam tes yang memuat pemahaman konsep ini hanya mencapai 15,1%.
Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran, siswa tidak diberi kesempatan untuk
menemukan konsep secara mandiri tetapi diperoleh melalui penjelasan guru.
Selain itu, dalam pembelajaran di kelas kegiatan siswa hanya menyimak dan
mencatat, kemudian siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. Setelah siswa
selesai mengerjakan tugas, guru membahas jawabannya dan diakhir pembelajaran
guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa sehingga membuat siswa-siswa
kurang menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru dan pemahaman konsep
siswa menjadi rendah. Dengan demikian, siswa kurang memahami dan mudah
melupakan konsep-konsep tersebut. Siswa yang dapat menemukan konsep secara
mandiri biasanya akan lebih mudah mengingat dan memahami karena konsep
yang ditemukan akan menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dipilih suatu pembelajaran yang mampu
meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan meningkatkan
pemahaman konsep matematisnya. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
4
aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna, serta dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa. Saat pembelajaran berlangsung, siswa
diberikan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan
pembelajaran kontekstual, siswa berperan sebagai subjek dalam pembelajaran
sehingga dapat menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang
dipelajarinya. Pembelajaran ini berasumsi bahwa dalam kegiatan pembelajaran
guru harus mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dengan
demikian, proses pembelajaran dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari
diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap pemahaman
konsep matematis siswadi SMP Negeri 8 Bandar lampung?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran
kontekstual berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa SMP
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan pembelajaran pembelajaran
kontekstual serta hubungannya dengan pemahaman konsep matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi atau masukan untuk memperoleh gambaran mengenai
pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman konsep matematis siswa
sehingga dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran di kelas.
b. Bagi siswa, melatih kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
serta mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
c. Bagi peneliti lainnya, melalui hasil penelitian ini diaharapkan bisa menjadi
bahan masukkan dan bahan kajian bagi peneliti dimasa yang akan datang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap
pemahaman konsep matematis siswa yang diakibatkan oleh pemberian
perlakuan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kontekstual
dikatakan berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa, jika
6
baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran
konvensional.
2. Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran dalam pembelajaran
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Untuk
menerapkan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama,
yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian.
3. Pemahaman Konsep Matematis adalah kemampuan bersikap, berpikir dan
bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian,
ciri khusus, hakikat dan inti/ isi dari materi matematika dan kemampuan
dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat. Berikut
ini indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini
menurut Depdiknas (2006):
a. menyatakan ulang sebuah konsep.
b. mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
c. memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e. menggunakan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kontekstual
Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman dkk,
2003: 37) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran anak,
selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari
interaksi secara aktif dengan lingkungannya. Selain Piaget, dikenal pula
Vygotzky sebagai ahli konstruktivisme sosial. Vygotzky (Slavin, 2000: 17)
mengungkapkan bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang
mengalami proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor sosial.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu pembelajaran dimana guru
menyajikan materi dengan mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Hal tersebut
sesuai denganyang dikemukakan Aqib (2013 : 1) bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, proses
8
memahami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
Hull’s dan Sounders (Komalasari, 2013: 6) mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran kontekstual siswa menemukan hubungan penuh makna antara
ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Siswa
menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan.
Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang
merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Sedangkan menurut Johnson (Komalasari, 2013: 6) mengungkapkan
bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi
dengan konteks kehidupan sehari-hari sehingga lebih bermakna. Menurut
Komalasari (2013: 7) mengungkapkan pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya.
Trianto (2010: 107) mengemukakan bahwa pembelajaran kontektual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
9
Menurut Selfiana (2014) mengemukan bahwa Pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang baik karena menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran, sehingga siswa menjadi lebih aktif. Selain itu, pembelajaran
kontekstual mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan kehidupan
sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Johnson (Komalasari, 2013: 7) mengidentifikasi delapan karekteristik pada
pembelajaran kontekstual, yaitu.
“ 1. Making meaningful connection(membuat hubungan penuh makna) 2. Doing significant work(melakukan pekerjaan penting)
3. Self-regulated learning(belajar mengatur sendiri) 4. Collaborating(kerjasama)
5. Critical and creative thingking(berpikir kritis dan kreatif) 6. Nurturing the individual(memelihara individu)
7. Reaching high standards(mencapai standar tinggi)
8. Using authentic assessment (Menggunakanassessment authentic)”
Ditjen Dikdasmen (Komalasari, 2013:11-13) pembelajaran kontekstual memiliki
tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme (constuctivism), menemukan
(inquiry), bertanya, masyarakat belajar (questioning), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
1. Konstruktivisme (constuctivism).
Pembelajaran kontekstual menghendaki konsep-konsep tersebut dikonstruk
dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui keterkaitannya dengan realita
kehidupan dan pengalaman siswa. Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses ‘mengonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran ini yang
10
2. Menemukan (inquiry).
Inkuiri merupakan bagian kegiatan dimana pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian siswa akan lebih
memahami konsep materi lebih baik dibandingkan dengan hanya menerima
suatu materi dan menghafalkannya. Siklus inkuiri terdiri dari observasi,
bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
3. Bertanya (questioning).
Bertanya (questioning) merupakan salah satu kompenen yang merupakan strategi utama berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bertanya merupakan bagian penting dalam
pembelajaran berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa
yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada askpek yang belum
diketahuinya.
4. Masyarakat belajar (learning community).
Dalam pembelajaran kontekstual guru disarankan untuk melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok diskusi yang anggotanya heterogen.
Dalam kelompok-kelompok diskusi ini diharapkan masing-masing siswa
untuk terlibat aktif pada masing-masing kelompoknya. Dalam masyarakat
belajar ini komunikasi terjadi dua arah, yaitu antar sesama siswa serta antara
siswa dan guru. Dengan demikian, pembelajaran melalui kelompok diskusi
11
5. Pemodelan (modeling).
Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang dapat ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Pemodelan
pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa
yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk
demonstrasi, presentasi, pemberian contoh tentang konsep, atau aktivitas
belajar.
6. Refleksi (reflection).
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Peran
seorang guru adalah membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan
baru agar siswa lebih memaknainya. Dengan adanya pemaknaan dalam
kegiatan refleksi, diharapkan pemahaman yang diperoleh siswa akan lebih
lekat dalam struktur pengetahuan siswa.
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
Penilaian autentik merupakan kegiatan menilai pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa. Dalam pembelajaran berbasis kontekstual, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah
pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
12
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kondisi belajar yang
lebih bermakna bagi siswa karena menghadirkan dunia nyata dalam kegiatan
pembelajaran dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
merasakan bahwa belajar memiliki kaitan dan bermanfaat bagi kehidupannya.
B. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep terdiri dua kata pemahaman dan konsep. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Sadiman (2008: 42) yang menyatakan bahwa Pemahaman atau
comprehensiondapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta
aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.
Mulyasa (2005: 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif
dan afektif yang dimiliki oleh individu. Sejalan dengan pendapat di atas, Rusman
(2010: 139) menyatakan bahwa pemahaman merupakan proses individu yang
menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang
didapat melalui perhatian.
Winkel (2000: 44) menyatakan bahwa konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem
satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan
13
diajarkan terlebih dahulu daripada konsep luas permukaan kubus. Hal ini karena
sisi kubus berbentuk persegi sehingga konsep luas persegi akan digunakan untuk
menghitung luas permukaan kubus. Pemahaman terhadap konsep materi
prasyarat sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat
maka siswa lebih mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya.
Menurut Soedjadi (2000: 14) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek. Sebagai
contoh, segitiga adalah nama dari suatu konsep abstrak dan bilangan asli adalah
nama suatu konsep yang lebih kompleks karena terdiri dari beberapa konsep yang
sederhana, yaitu bilangan satu, bilangan dua, dan seterusnya. Konsep
berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi
konsep. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran
atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa yang
dimaksud konsep tertentu.
Menurut Nasution (2005: 164) siswa yang menguasai konsep dapat
mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi. Selain itu,
apabila anak memahami suatu konsep maka ia akan dapat menggeneralisasikan
suatu obyek dalam berbagai situasi lain yang tidak digunakan dalam situasi
belajar.
Gagne (dalam Suryanto, 2004: 20), mengungkapkan bahwa siswa dikatakan
mempunyai pemahaman dalam belajarnya jika mempunyai 4 fase:
14
murid, akan diberi kode secara unik oleh setiap individu murid dan akan diregistrasi dalam fikirannya(mind).
2. Fase memiliki, adalah fase mendapatkan fakta, ketram-pilan, konsep, atau dalil yang akan dipelajari di memori jangka pendek.
3. Fase menyimpan, adalah menyimpan pengetahuan ke dalam memori jangka panjang.
4. Fase mengeluarkan, adalah kemampuan memanggil keluar informasi yang telah dimiliki dan disimpan dalam memori jangka panjang ke memori jangka pendek.”
Selanjutnya, penilaian perkembangan siswa terhadap pemahaman konsep
matematis dicantumkan dalam beberapa indikator sebagai hasil belajar
matematika. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa beberapa indikator yang
menunjukkan suatu pemahaman konsep adalah:
“ 1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematis adalah proses individu menguasai dengan cara menerima dan
memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui
kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam
memahami definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti /isi dari materi
matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara
15
C. Kerangka Pikir
Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilakukan
beberapa hal, salah satunya memilih pembelajaran pembelajaran yang efektif
dan efisien. Dalam memilih pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran,
guru diharapkan lebih selektif. Pemilihan pembelajaran yang tidak tepat justru
dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang dipilih
hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran siswa yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan, sehingga dapat mempelajari matematika dengan mudah.
Salah satu pembelajaran dalam pembelajaran yang dapat digunakan adalah
pembelajaran kontekstual.
Pada pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari sehingga pemahaman konsep siswa dibangun sedikit demi sedikit melalui
konteks kehidupan nyata (contructivism). Pada pembelajaran kontekstual ini, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok (learning comunity). Bahasa yang digunakan adalah pembelajaran komunikatif, yakni siswa diajak
menggunakan bahasa dalam konteks nyata. Selanjutnya, siswa diajak untuk
mengambil model sehari-hari sebagai contoh yang berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari (modeling). Siswa menyelesaikan permasalahan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dengan cara menemukan melalui diskusi dan proses
tanya jawab (modelling dan questioning). Tahapan selanjutnya yaitu Refleksi (reflection), untuk mengetahui sejauh mana konsep telah dipahami setiap
kelompok, maka guru menunjuk perwakilan dari kelompok untuk
16
kelompok yang lain menanggapi dan mengajukan pertanyaan. Tahapan yang
selanjutnya yaitu penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) setelah
melakukan refleksi, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
sehingga didapatkan kesimpulan yang sebenarnya dari materi yang dipelajari.
Dengan demikian, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sehingga
diperoleh hasil yang baik.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual berpengaruh
17
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terletak di
Jl.Untung Suropati Gg. Bumimanti II No.16 Kampung Baru, kota Bandar
Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 260 siswa yang
terdistribusi dalam sebelas kelas (VII A-VII K) yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-Rata Nilai Ulangan Mid Semester Ganjil Pada Setiap Kelas VII
Kelas/Populasi Banyak Siswa Rata-rata
VII A 23 50,52
VII B 25 47,13
VII C 24 46,95
VII D 23 44,60
VII E 25 46,52
VII F 23 49,52
VII G 24 50,80
VII H 24 57,25
VII I 23 50,30
VII J 22 44,69
VII K 24 49,13
Populasi 260 48,85
18
Sampel dari penelitian ini diambil melalui teknik purposive sampling yaitu mengambil empat kelas VII A-VII D (diajar oleh guru yang sama) dari 11 kelas
yang ada dan mempunyai rata-rata nilai ulangan mid semester ganjil yang relatif
sama. Terpilihlah kelas VII C sebagai kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran kontekstual dan kelas VII B sebagai kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment), dengan
menggunakan model posttest only control grup design. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Setiyadi (2006: 142) desain pelaksanaan penelitian
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.2. Desain Penelitian
Kelas Perlakuan Posttest
K1 X T1
K2 O T2
Keterangan: K1 = Eksperimen K2 = Kontrol
X = Pembelajaran Kontekstual O = Pembelajaran konvensional T1 = Data nilai atau skor
Desain penelitian ini menggunakan dua kelas dari populasi yang memiliki
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang rendah. Kemudian kelas
eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran kontekstual dalam proses
19
perlakuan pembelajaran konvensional. Setelah diberikan perlakuan maka
dilakukan pengukuran (posttest) pada kedua kelas.
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2014 yaitu
dengan melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas, jumlah siswa,
karakteristik siswa, masalah yang dihadapi siswa, serta cara mengajar guru
matematika.
2. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang pokok bahasan
segiempat dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran
konvensional.
4. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan kepada masing-masing
kelompok pada pembelajaran kontekstual.
5. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi
instrumen sesuai dengan indikator kemampuan pemahaman konsep
matematis, kemudian membuat soal uraian yang digunakan untuk posttest beserta penyelesaian dan pedoman penskorannya.
6. Menguji validitas instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis.
Setelah dinyatakan valid, instrumen tersebut diujicobakan pada siswa yang
telah mempelajari materi segiempat, yaitu siswa kelas VIII J pada tanggal 10
20
7. Menganalisis data pemahaman konsep matematis setelah dilakukan uji coba
untuk mengetahui reliabilitas yang dilakukan.
8. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas. Pada kelas
eksperimen pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual sedangkan
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
9. Melaksanakanposttestpada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat data nilai akhir pemahaman konsep matematis siswa pada tanggal 24 Mei
2014.
10. Mengolah dan menganalisis data hasilposttest. 11. Menyusun laporan.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yang
digunakan berupa data kognitif siswa yang terdiri dari data kemampuan
pemahaman konsep siswa dan sesudah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes. Tes diberikan kepada
kedua kelas sesudah diberikan perlakuan. Tes ini digunakan untuk memperoleh
pengaruh kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang
menerapkan pembelajaran kontekstual dan kelas yang menerapkan pembelajaran
21
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal yang mengukur
pemahaman konsep matematis. Instrumen tes berupa tes tertulis berbentuk uraian.
Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis.
1. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
dari tes kemampuan pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan
cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemahaman
konsep matematis dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis
terkait materi pembelajaran yang telah ditentukan, apakah indikator kemampuan
pemahaman konsep matematis sudah terwakili secara nyata dalam tes tersebut
atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada
guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Tes dikategorikan valid jika butir-butir tesnya telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh guru mitra. Berdasarkan penilaian guru, instrumen yang digunakan telah memenuhi validitas isi dan
22
2. Reliabilitas
Setelah semua butir soal dinyatakan valid maka selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa kelas diluar sampel yang telah mempelajari materi segiempat, yaitu kelas VIII J. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Exceluntuk mengetahui reliabilitas tes.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji
reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran
dapat dipercaya. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumusalpha, yaitu:
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas yang dicari n = banyaknya butir soal (item) St2 = varians total
S = jumlah varians dari tiap-tiap item tes
(dalam Sudijono, 2008: 208)
Koefisien reliabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasikan ke dalam kriteria
reliabilitas. Menurut Sudijono (2008: 209), instrumen dikatakan memiliki
reliabilitas yang tinggi apabila koefisien reliabilitasnya sama dengan atau lebih
dari 0,70. Berdasarkan hasil analisis data tes uji coba, koefisien reliabilitas
instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0,73 (Lampiran C.1)
sehingga instrumen tes kemampuan representasi matematis memiliki reliabilitas
23
F. Analisis Data dan Teknik Pengujian Hipotesis
Data nilai posttest kelas pembelajaran kontekstual dan kelas pembelajaran konvensional dianalisis menggunakan uji hipotesis dengan Uji Mann-Whitney.
Sebelum melakukan analisis uji hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji
normalitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal
atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan uji Chi-Kuadra. Rumusan hipotesis untuk uji Chi-Kuadrat
(Sudjana, 2005: 273) adalah sebagai berikut
H0: sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Statistik uji Chi-Kuadrat dihitung dengan rumus:
2x2= harga Chi-Kuadrat
i
O = frekuensi pengamatan
i
E = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval
Dengan taraf signifikan α= 0,05 , terimaH0jika 2 2
(1 )(k 3 )
x x α dan tolakH0
24
Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelompok Keputusan Uji Keterangan
Pembelajaran Kontekstual 9,05 7,81 H1diterima Tidak normal
Pembelajaran Konvensional 17,37 7,81 H1diterima Tidak Normal
Dari Tabel 3.3 di atas, terlihat bahwa pada kelas eksperimen >
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti data nilai pada kelas
eksperimen tidak berdistribusi normal. Dan pada kelas kontrol >
maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti data kelas kontrol data tidak
berdistribusi normal. Berdasarkan analisis tersebut, maka uji hipotesis yang
dilakukan adalah uji non parametrik.
2) Teknik Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas data, ternyata didapatkan data nilai
ternormalisasi pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional tidak
berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalaah uji
nonparametrik , yaitu uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney (Djarwanto, 1996: 226-228) dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Hipotesis
: Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pembelajaran kontekstual tidak berbeda secara signifikan dengan
25
H1 : Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pembelajaran
konvensional.
b. Menjumlahkan peringkat masing-masing sampel.
c. Menghitung statistikU
n1= banyaknya siswa dari kelas pembelajaran berbasis masalah. n2= banyaknya siswa dari kelas pembelajaran konvensional.
R1= jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlahn1. R2= jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlahn2.
32
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep
matematis siswa secara signifikan. Hal ini dikarenakan tidak tercapainya
komponen dalam pembelajaran kontekstual yaitu bertanya (questioning) dan
masyarakat belajar (learning community) sehingga pembelajaran kuraang efektif dan menyebabkan tidak adanya pengaruh terhadap pemahaman konsep matematis
siswa secara signifikan, studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan sebagai pembelajaran matematika
untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematika, namun dalam
penerapannya harus diimbangi dengan perencanaan yang matang, pengelolaan
kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar
33
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan
mengenai pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap pemahaman konsep
matematika siswa hendaknya dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa
dikondisikan terlebih dahulu agar lebih siap untuk belajar sehingga dalam
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M Cholik. 2005.Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Bennu, Sudarman. 2010. Pemahaman Konsep. [On line]. Tersedia: http:// sudarmanbennu.blogspot. com (diakses pada tanggal 17 Desember 2012).
Dalyono. 1997.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Firmansyah, M. 2010. Pengaruh Iringan Musik dalam Penyelesaian Soal Matematika terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Guza, Afnil. 2008. Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual. Bandrng: Reflika Aditama.
Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2012. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011 Inter-national Result in Mathe-matics. Boston: TIMSS and PIRLS International Study Center.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhanurawati. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Halaman 153-161. Bandar Lampung: Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung. [Online] http://semnaspendmipa. files.wordpress.com/2012/02/prosiding-seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011.pdf. [12 Mei 2012].
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesioanalisme Guru. Jakarta:
Sadiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Selfiana, Ira. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstualterhadap Pemahaman Konsep Metematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Setiyadi, Bambang. 2006. Metode penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Slavin, E. Robert. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Indeks.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung: PT Tasito Edisi keenam.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI.
Tim Penyusun. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Asa Mandiri.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progesif (Konsep, Landasan dan Implementasinya pada KTSP).Jakarta: Kencana.
Winkel, I.R. 2000. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.