PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN
MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD SE DABIN III
TEGAL BARAT KOTA TEGAL
Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Lian Amirul Huda
1401412528
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Motto
1) Sesungguhnya allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah nasibnya ( Q.S Ar- Ra’d : 11)
2) Jadi guru itu jangan punya niat untuk buat pintar anak orang, yang penting
menyampaikan ilmu pengetahuan dan berusaha mendidik mereka (penulis).
3) Hidup itu harus terus melangkah maju, jika tidak maka anda akan berada
ditempat, dan modal untuk melangkah maju adalah dengan ilmu (Nam).
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Bapak Ali Shodikin (Alm), Ibu Puji
Astuti, Ketiga kakakku, keluarga
besar, sahabat, dan teman-teman
seperjuangan PGSD UPP Tegal FIP
UNNES angkatan 2012 yang telah
memberi dukungan, doa, dan
motivasi, serta untuk masa depanku
yang sedang kuperjuangkan dan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi
Berprestasi terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SD Se Dabin III Kecamatan
Tegal Barat Kota Tegal” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan, kendala dan rintangan,
tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat
teratasi. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan FIP Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Universitas Negeri
Semarang yang telah mempermudah administrasi dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sigit Yulianto, M.Pd. dan Mur Fatimah, S.Pd. M.Pd, Dosen Pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.
banyak ilmu pengetahuan selama menempuh perkuliahan.
7. Kepala SD di daerah binaan III Kecamatan Tegal Barat yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Seluruh guru sekolah dasar di daerah binaan III Kecamatan Tegal Barat yang
telah memberikan partisipasinya dalam penelitian ini.
9. Sahabat, teman dan kakak tingkat yang telah memberikan dukungan, bantuan
dan motivasinya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan lindungannya kepada pihak-
pihak yang terkait serta membalasnya dengan lebih baik. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan
masyarakat serta pembaca pada umumnya.
Tegal, Mei 2016
Penulis
Huda, Lian Amirul. 2016. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SD se- Dabin III Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.Sigit Yulianto,M.Pd. Pembimbing II: Mur Fatimah, S.Pd.,M.Pd.
Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik Guru; Motivasi Berprestasi; Supervisi Kepala Sekolah;
Guru merupakan suatu komponen penting dalam proses kegiatan pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan suatu pendidikan. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogik guru lebih diperhatikan karena berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran. Ada dua faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern seperti tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam berbagai pelatihan, tingkat kesejahteraan guru, kesadaran akan kewajiban. Faktor ekstern seperti kepemimpinan kepala sekolah dalam mendorong dan meningkatkan kompetensi pedagogik guru, kegiatan pembinaan yang dilakukan secra teratur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah, motivasi berprestasi terhadap kompetensi pedagogik guru. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 101 responden dengan sampel sebanyak 78 yang
diambil melalaui teknik Probability Sampling. Penelitian ini menggunakan
metode survey. Uji Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis
meliputi uji analisis regresi berganda (R), uji analisis determinasi (R2), dan uji
koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F) data diolah dengan menggunakan SPSS versi 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh antara supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru; (2) ada pengaruh antara motivasi berprestasi terhadap kompetensi pedagogik guru; (3) ada pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kompetensi pedagogik guru; (4) supervisi kepala sekolah memberikan sumbangan pengaruh sebesar 14,5% terhadap kompetensi pedagogik guru; (5) motivasi berprestasi memberikan sumbangan sebesar 31,5% terhadap kompetensi pedagogik guru; dan (6) supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberikan sumbangan pengaruh sebesar 32% terhadap kompetensi pedagogik guru. Berdasarkan hasil skor total angket bahwa supervisi kepala sekolah sebesar 74% masuk kategori kuat, motivasi berprestasi sebesar 81,36% masuk kategori sangat kuat, dan kompetensi pedagogik guru sebesar 79,24% masu kategori kuat. Sehingga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru bisa dilakukan dengan kegiatan pembinaan supervisi dari kepala sekolah dan meningkatkan motivasi untuk guru agar selalu berprestasi dalam meningkatkan kinerjanya.
Halaman
JUDUL... i
PERNYATAAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 9
1.3 Pembatasan Masalah ... 10
1.4 Rumusan Masalah ... 11
1.5 Tujuan Penelitian... 11
1.5.1 Tujuan Umum ... 11
1.5.2 Tujuan Khusus... 11
1.6.1 Manfaat Teoritis ... 12
1.6.2 Manfaat Praktis ... 12
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 13
2.1.1 Kompetensi Guru ... 13
2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru ... 15
2.1.2.1 Kemampuan Mengelola Pembelajaran ... 16
2.1.2.2 Pemahaman Terhadap Peserta Didik ... 16
2.1.2.3 Perancangan Pembelajaran... 16
2.1.2.4 Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis... 16
2.1.2.5 Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran ... 17
2.1.2.6 Evaluasi Hasil Belajar ... 17
2.1.2.7 Pengembangan Peserta Didik... 17
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru ... 18
2.1.4 Supervisi Kepala Sekolah ... 21
2.1.4.1 Pengertian Supervisi... 21
2.1.4.2 Prinsip-prinsip Supervisi ... 22
2.1.4.3 Tujuan Supervisi ... 23
2.1.4.4 Fungsi Supervisi ... 25
2.1.4.5 Pendekatan Supervisi ... 26
2.1.4.6 Macam-macam Supervisi Kepala Sekolah ... 28
2.1.4.7 Faktor Mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah ... 29
2.1.5.1 Pengertian Kepala Sekolah ... 31
2.1.5.2 Peran Kepala Sekolah ... 32
2.1.5.3 Tugas Kepala Sekolah ... 35
2.1.5.4 Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah ... 36
2.1.5.5 Kepala Sekolah yang Efektif... 38
2.1.6 Motivasi ... 40
2.1.6.1 Pengertian Motivasi ... 41
2.1.6.2 Pola Motivasi... 42
2.1.6.3 Teknik Memotivasi ... 43
2.1.6.4 Tipe-tipe Motivasi ... 44
2.1.6.5 Kepemimpinan dan Motivasi ... 45
2.1.6.6 Motivasi Berprestasi... 46
2.1.6.7 Upaya Memotivasi Guru ... 48
2.2 Hubungan Antar Variabel ... 49
2.3 Kajian Empiris ... 50
2.4 Kerangka Berpikir ... 55
2.5 Hipotesis Penelitian ... BAB 57 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 59
3.2 Variabel Penelitian ... 60
3.2.1 Variabel Terikat... 60
3.2.2 Variabel Bebas ... 60
3.3.1 Kompetensi Pedagogik Guru ... 61
3.3.2 Supervisi Kepala Sekolah... 61
3.3.3 Motivasi Berprestasi... 61
3.4. Populasi dan Sampel ... 62
3.4.1 Populasi ... 62
3.4.2 Sampel ... 63
3.5 Pengumpulan Data ... 65
3.5.1 Angket/Kuesioner... 65
3.5.2 Dokumentasi... 66
3.5.3 Wawancara ... 66
3.6. Instrumen Penelitian... 67
3.6.1 Validitas Angket... 68
3.6.2 Reliabilitas Angket... 69
3.7. Teknik Analisis Data ... 70
3.7.1 Analisi Statistik Deskriptif ... 70
3.7.2 Uji Prasyarat Analisis ... 72
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 72
3.7.2.2 Uji Linieritas ... 73
3.7.2.3 Uji Multikolinieritas... 74
3.7.2.4 Uji Heterokedastisitas ... 74
3.7.3 Analisis Akhir ... 74
3.7.3.1 Analisi Korelasi Ganda ... 75
3.7.3.2 Analisis Determinasi ... 75
BAB
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 77
4.2 Hasil Uji Coba Penelitian ... 78
4.2.1 Uji Validitas ... 79
4.2.2 Uji Reliabilitas... 80
4.3 Analisis Statistik Deskriptif ... 81
4.3.1 Interpretasi Angket Supervisi Kepala Sekolah... 86
4.3.2 Interpretasi Angket Motivasi Berprestasi ... 90
4.3.3 Interpretasi Angket Kompetensi Pedagogik Guru ... 94
4.4 Uji Hipotesis... 98
4.4.1 Uji Prasyarat Analisis ... 98
4.4.1.1 Uji Normalitas ... 98
4.4.1.2 Uji Linieritas ... 99
4.4.1.3 Uji Multikolinieritas... 101
4.4.1.4 Uji Heterokedastisitas ... 102
4.4.2 Pengujian Hipotesis ... 103
4.4.2.1 Persamaan Regresi Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kompetensi Pedagogik Guru ... 103
4.4.2.2 Persamaan Regresi Motivasi Berprestasi terhadap Kompetensi Pedagogik Guru... 106
4.4.2.3 Persamaan Regresi Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kompetensi Pedagogik Guru... 108
4.4.4 Analisis Determinasi ... 112
4.4.5 Uji Koefisien Secara Bersama-sama ... 115
4.5 Pembahasan ... 116
4.5.1 Analisisis Deskriptif Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kompetensi Pedagogik Guru... 116
4.5.1.1 Supervisi Kepala Sekolah ... 116
4.5.1.2 Motivasi Berprestasi... 120
4.5.1.3 BAB Kompetensi Pedagogik Guru ... 123
5. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 126
5.2 Saran ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 128
Lampiran-lampiran... 131
Tabel Halaman
2.1 Jenis Motivasi ... 41
2.2 Pola Motivasi ... 42
3.1 Populasi Penelitian ... 62
3.2 Sampel Penelitian... 64
3.3 Skor Butir Soal pada Skala Likert ... 67
3.4 Klasifikasi tiap Kategori ... 71
4.1 Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ... 79
4.2 Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi ... 79
4.3 Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik Guru ... 79
4.4 Uji Reliabilitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ... 79
4.5 Uji Reliabilitas Angket Motivasi Berprestasi ... 80
4.6 Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik Guru ... 80
4.7 Deskripsi Data ... 80
4.8 Klasifikasi tiap Kategori ... 84
4.9 Kriteria Skor Supervisi Kepala Sekolah per Guru ... 84
4.10 Kriteria Skor Motivasi Berprestasi per Guru ... ` 85
4.11 Kriteria Skor Kompetensi Pedagogik per Guru ... 85
4.12 Persentase Supervisi Kepala Sekolah per Indikator ... 89
4.13 Persentase Motivasi Berprestasi per Indikator ... 92
4.14 Persentase Kompetensi Pedagogik Guru per Indikator... 96
4.15 Hasil Normalitas... 99
4.18 Hasil Multikolinieritas ... 101
4.19 Hasil Heterokedastisitas ... 102
4.20 Hasil Analisis Regresi Linier X1 terhadap Y... 104
4.21 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 104
4.22 Hasil Analisis Regresi Linier X2 terhadap Y... 106
4.23 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 106
4.24 Hasil Analisis Regresi Linier X1 dan X2 terhadap Y ……….. 108
4.25 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 109
4.26 Hasil Analisi Korelasi ... 111
4.27 Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 112
4.28 Koefisien Determinasi X2 terhadap Y ... 113
4.29 Hasil Analisis Determinasi X1 dan X2 terdadap Y ... 114
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berpikir... 56
4.1 Diagram Persentase Supervisi Kepala Sekolah per Indikator ... 89
4.2 Diagram Persentase Motivasi Berprestasi per Indikator ... 93
4.3 Diagram Persentase Kompetensi Pedagogik Guru per Indikator... 97
Lampiran Halaman
1 Daftar Populasi Penelitian... 131
2 Daftar Sampel Penelitian... 135
3 Daftar Sampel Uji Coba Penelitian ... 138
4 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 139
5 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Variabel Motivasi Berprestasi ... 140
6 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Variabel Kompetensi Pedagogik ... 141
7 Angket Uji Coba Supervisi Kepala Sekolah ... 143
8 Angket Uji Coba Motivasi Berprestasi ... 145
9 Angket Uji Coba Kompetensi Pedagogik Guru ... 148
10 Lembar Validasi Supervisi Kepala Sekolah oleh Penilai Ahli I ... 152
11 Lembar Validasi Motivasi Berprestasi oleh Penilai Ahli I ... 155
12 Lembar Validasi Kompetensi Pedagogik Guru oleh Penilai Ahli I ... 158
13 Lembar Validasi Supervisi Kepala Sekolah oleh Penilai Ahli II ... 161
14 Lembar Validasi Motivasi Berprestasi oleh Penilai Ahli II ... 164
15 Lembar Validasi Kompetensi Pedagogik Guru oleh Penilai Ahli II ... 167
16 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Supervisi... 170
17 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Motivasi... 172
18 Tabel Pembantu Analisis Hasi Uji Coba.Angket Kompetensi... 174
19 Hasil Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah... 177
20 Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi ... 180
21 Hasil Uji Validitas Angket Kompetensi Pedagogik Guru ... 183
24 Hasil Uji Reliabilitas Angket Kompetensi Pedagogik Guru ... 191
25 Kisi-kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah... 193
26 Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi... 194
27 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik... 195
28 Angket Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 196
29 Angket Variabel Supervisi Motivasi Berprestasi ... 199
30 Angket Variabel Supervisi Kompetensi Pedagogik ... 202
31 Tabel Pembantu Analisis Hasil Penelitian Angket Supervisi ... 205
32 Tabel Pembantu Analisis Hasil Penelitian Angket Motivasi ... 211
33 Tabel Pembantu Analisis Hasil Penelitian Angket Kompetensi ... 217
34 Hasil Output Uji Normalitas ... 227
35 Hasil Output Uji Linieritas... 228
36 Hasil Output Uji Multikolinieritas ... 229
37 Hasil Output Uji Heterokedastisitas... 230
38 Hasil Regresi Linier Sederhana X1 terhadap Y ... 231
39 Hasil Regresi Linier Sederhana X2 terhadap Y ... 232
40 Hasil Regresi Linier Sederhana X1 dan X2 terhadap Y ... 233
41 Hasil Output Analisi Korelasi Ganda... 234
42 Hasil Koefisien Determinasi X1 terhadap Y... 235
43 Hasil Koefisien Determinasi X2 terhadap Y... 236
44 Hasil Koefisien Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ... 237
45 Surat Ijin Penelitian dari PGSD Tegal ... 238
46 Surat Keterangan BAPPEDA... 239
48 Surat Keterangan Penelitian SD Dabin III ... 241
49 Dokumentasi Penelitian ... 250
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini, akan dibahas latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Uraian selengkapnya sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu bimbingan yang harus diberikan kepada setiap
individu, karena selain membantu untuk mencapai kedewasaan, pendidikan juga
diharapkan mampu memberikan bekal berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam menjalani kehidupannya. Menurut Sudirman dalam Kurniadin dan Machali
(2014: 113) pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang
lebih tinggi. Melalui pendidikan diupayakan untuk mengembangkan kualitas sumber
daya manusia dalam memajukan suatu bangsa. Oleh karena itu, salah satu upaya
pemerintah dalam memajukan suatu bangsa yaitu dengan adanya perbaikan kualitas
pendidikan.
Pengertian pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk mewujudkan pendidikan yang baik, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan delapan standar yang
harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan. Kedelapan standar yang dimaksud
adalah: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar kompetensi lulusan; 4) standar
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar sarana dan prasarana; 6)
standar pengelolaan; 7) standar pembiayaan; 8) standar penilaian pendidikan. Salah satu
standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan adalah standar kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik,
mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan perlu ditingkatkan. Secara formal,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan
bahwa guru adalah tenaga profesional yang harus mempunyai mutu dan kompetensi
dalam menunjang pekerjaannya.
Guru adalah garda terdepan dalam pendidikan yang diharapkan dapat
meningkatkan sumber daya manusia yang potensial demi pembangunan kemajuan
bangsa dan negara. Oleh karena itu, guru merupakan unsur pendidikan dan
kedudukannya ditempatkan sebagai tenaga yang profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Untuk menjadi guru yang profesional tidak
terlepas dari motivasi atau dorongan. Salah satunya adalah motivasi berprestasi.
Pentingnya motivasi dalam suatu pekerjaan akan berdampak besar pada produktivitas
kerja seseorang. Kaitannya dengan guru jika mempunyai integritas, semangat dan
motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
Menurut Mulyasa (2009: 5) “Guru merupakan komponen paling menentukan
pertama dan utama”. Upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan memberi sumbangan yang signifikan tanpa didukung
oleh guru yang profesional dan berkualitas. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki
oleh setiap guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
dosen, dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Dalam dunia pendidikan, kompetensi pedagogik guru lebih disoroti karena
kompetensi ini sangat mempengaruhi hasil kinerja guru. Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya (Rifai dkk 2012: 7). Guru yang memiliki kompetensi pedagogik yang baik
akan berdampak pada hasil mengajar dan kinerjanya sehingga akan muncul sifat
profesionalitas guru. Tapi harapan itu belum bisa diwujudkan karena masih banyak guru
yang belum menguasai kompetensi pedagogik. Hal ini disebabkan masih minimnya
kerjasama antar pemerintah dengan personel pendidikan.
Ada dua upaya yang relevan untuk memahami perilaku guru menurut
Sergiovanni dan Starrat (1983) dalam Sagala (2012: 115) salah satunya motif
berprestasi untuk kesuksesan. Pasti semua guru menginginkan prestasi dalam kinerjanya
namun, untuk menjadi pribadi yang memiliki motivasi berprestasi perlu adanya
dukungan dari lingkungan kerjanya. Ciri-ciri pribadi yang memiliki motif berprestasi
selalu mengevaluasi hasil kerjanya. berani mengambil resiko, selalu antusias dan
semangat dalam bekerja.
Pada hakikatnya ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu: (1)
kompetensi pedagogik; (2) kompetensi profesional; (3) kompetensi sosial; (4)
kompetensi kepribadian. Kaitannya dengan motivasi adalah adanya relevansi antara
kompetensi dan motivasi karena motivasi termasuk salah satu faktor yang sangat
dominan dan dapat menggerakkan kearah efektivitas kerja, sehingga nantinya tercipta
kualitas tenaga pendidik yang memadai. Maslow (1970) dalam Sutomo (2012: 84)
mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga dari dalam yang menyebabkan manusia
berbuat sesuatu atau berusaha memenuhi kebutuhannya. Sedangkan McClleland
mengemukakan bahwa motivasi adalah unsur penentu yang mempengaruhi perilaku
yang terdapat pada setiap individu (Sutomo 2012: 85).
Motivasi adalah keinginan yang menggerakkan seseorang atau diri sendiri
untuk berbuat sesuatu. Sebagai dorongan, motivasi akan memberikan suatu rangsangan
yang baik kepada seseorang untuk berbuat sesuatu demi mencapai kebutuhannya. Salah
satu wujud dari kebutuhan manusia adalah kebutuhan berprestasi. Kebutuhan ini sangat
terlihat untuk bisa dibedakan dengan kebutuhan yang lainnya karena seseorang yang
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan serangkaian proses dan
usaha untuk menjadi yang terbaik diantara yang lainnya serta ingin menjadi yang lebih
unggul.
Teori prestasi McClleland memusatkan pada satu kebutuhan, yakni kebutuhan
berprestasi. Bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi
di atas orang lain. Setiap orang mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang
tiga kebutuhan manusia yakni: (1) kebutuhan untuk berprestasi; (2) kebutuhan untuk
berafiliasi; (3) kebutuhan kekuasaan. Kebutuhan ini terbukti merupakan unsur-unsur
yang amat penting dalam menentukan prestasi seseorang.
Kaitannya dalam bidang pendidikan, motivasi prestasi juga perlu dimiliki oleh
guru karena pada hakikatnya tugas guru tidaklah mengajar saja tetapi lebih universal
seperti mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh guru, menjadikan
peserta didik untuk mempunyai pengetahuan dan memiliki karakter. Sehingga guru
punya kesempatan mengeksplorasi dirinya dan lebih berperan dalam memberikan
kontribusi dalam memajukan pendidikan. Pasti setiap guru mempunyai potensi yang
berbeda-beda, dari potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan di
Indonesia.
Pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang berlangsung secara pesat, hal menimbulkan permasalahan yang
kompleks serta memerlukan pemecahannya. Dalam bidang pendidikan diperlukan
inovasi dalam memecahkan permasalahan, kebijaksanaan, dan lain-lain. Salah satu
program pembinaan untuk guru adalah supervisi, dalam supervisi ini mengandung
kegiatan seperti pengembangan kompetensi guru, memberikan layanan kepada guru
dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta
didik.
Sutisna (1985) dalam Sutomo (2012: 99) menjelaskan bahwa supervisi
merupakan bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Supervisi berperan untuk membantu para guru yang mengalami kesusahan dalam
menjalankan tugas sebagai pengajar. Sedangkan Wahyudi (2009: 96) menjelaskan
sekolah dan guru mengembangkan potensi secara optimal”. Melalui supervisi ini guru
diberi kesempatan untuk meningkatkan kinerjanya. Supervisi merupakan usaha atau
bantuan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan pengajaran termasuk pertumbuhan dan sosialnya. Salah satu
manfaat supervisi ini adalah bisa membantu dan memberikan kemudahan kepada guru
untuk belajar meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar
peserta didik.
Dalam satuan pendidikan, khususnya di sekolah dasar yang mempunyai
kewenangan sebagai supervisor adalah kepala sekolah. Sebagai pemimpin organisasi di
bidang pendidikan tentunya kepala sekolah dituntut untuk mempunyai kompetensi,
karakteristik dan kemampuan yang memadai. Memang tidak mudah untuk menjadi
seorang pemimpin dengan banyak tuntutan namun setidaknya ada usaha yang dilakukan
oleh seorang kepala sekolah dengan mencerminkan perilaku yang sesuai kriteria
seorang pemimpin. Menurut Siagian (1986) dalam Wahyudin (2009: 63) ciri-ciri kepala
sekolah adalah (1) Mampu mengambil keputusan; (2) Mempunyai kemampuan
hubungan hubungan manusia; (3) Mempunyai keahlian dalam berkomunikasi; (4)
Mampu memberikan motivasi kerja dengan bawahannya.
Sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ada lima dimensi kompetensi yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, kompetensi sosial. Untuk menjadi
kepala sekolah harus mampu dan mau untuk menguasai berbagai kompetensi demi
peningkatan kualitas kepala sekolah. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak
berbagai upaya yang perlu ditingkatkan seperti kegiatan pelatihan, seminar ataupun
kegiatan yang lain sangat penting dilakukan agar kepala sekolah memiliki kompetensi.
Dari kegiatan tersebut kepala sekolah akan mendapatkan pengalaman yang bisa
diterapkan sehingga menjadi lebih baik sesuai dengan bidang kompetensinya.
Salah satu kompetensi yang penting dikuasai oleh kepala sekolah adalah
kompetensi supervisi, karena pelaksanaan supervisi membawa dampak positif ke arah
peningkatan kualitas pengajaran. Agar kualitas pendidikan meningkat kepala sekolah
harus mampu memberikan pengaruh kepada guru untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai guru secara efektif, sehingga kompetensi guru akan lebih
baik. Obyek utama dari kegiatan supervisi yaitu para guru, guru harus memiliki
kualifikasi, kompetensi, sertifikasi sesuai dengan pasal 8 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Untuk meningkatkan kompetensi guru
sudah diupayakan oleh pemerintah salah satunya adalah melalui penyelenggaraan uji
kompetensi.
Penyelenggaraan uji kompetensi untuk guru ada 2 yaitu Uji Kompetensi Awal
(UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG). Hasil UKA dan UKG pada tahun 2012-2014
menunjukan hasil bahwa kompetensi guru di Indonesia masih dibawah rata-rata
nasional tingkat kompetensi masih jauh di bawah 50 atau angka separuh dari nilai ideal.
Dilihat dari jenjang sekolah guru SD menempati posisi terendah dengan presentase 10%
yang mendapat nilai di atas 60. Tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kompetensi guru maka diperlukan peran dari kepala sekolah untuk membantu guru-guru
Dari hasil uji kompetensi guru (UKG) tahun 2015 di dalamnya terdapat nilai
pedagogik dan profesional hanya 7 provinsi di Indonesia yang memiliki nilai di atas
rata-rata sisanya masih jauh dibawah rata-rata. Provinsi tersebut adalah Yogyakarta,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta, Bali, Sumatra Barat. Nilai untuk rata-
rata UKG adalah 53,05. Hasil ini menunjukan bahwa kualitas tenaga pendidik masih
jauh yang diharapkan. Berdasarkan hasil itu, bisa menjadi acuan bagi kepala sekolah
untuk terus berusaha membantu para guru untuk meningkatkan kualitasnya. Tentunya
banyak faktor yang menghambat perkembangan kompetensi guru salah satunya adalah
faktor intern dari guru yaitu tidak adanya motivasi untuk meningkatkan kemampuan
yang dimiliki oleh guru. Hal ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah bagaimana cara
meningkatkan motivasi untuk berprestasi guru. Diperlukan adanya kerja sama dan
koordinasi yang baik antara pemerintah dan personel pendidikan.
Tentang sumbangan motivasi dan supervisi telah dilakukan dalam penelitian
oleh Ady Prasetya pada tahun 2006 dengan judul “Kontribusi Motivasi Berprestasi dan
Supervisi Kepala Sekolah, Terhadap Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang”. Dari hasil penelitian tersebut terdapat pengaruh
secara simultan (bersama) motivasi berprestasi dan supervisi Kepala Sekolah terhadap
kompetensi Guru SD di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan koefisien
determinasi sebesar 97,3% sisanya kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan penelitian ini dapat menguatkan penulis tentang pengaruh supervisi kepala
sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi guru. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kompetensi guru
sehingga penulis menganggap perlunya penelitian tentang tentang supervisi kepala
sekolah motivasi berprestasi terhadap kompetensi guru.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Tegal tentang hasil uji kompetensi
guru tahun 2015 menunjukan bahwa dari 1.283 guru SD yang menjadi peserta UKG
hanya 124 guru yang nilainya di atas rata-rata dan 1.159 guru SD yang nilainya dibawah
rata-rata. Dari hasil ini bisa diambil kesimpulan bahwa kompetensi guru di Kota Tegal
perlu ditingkatkan lagi demi mewujudkan tujuan pendidikan.
Hasil wawancara penulis dengan ketua Dabin III Kecamatan Tegal Barat, yaitu
Dra. Henny pada tanggal 14 Januari 2016 memberi informasi kegiatan supervisi yang
ada di sekolah sudah direncanakan namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Pelaksanaan supervisi menjadi tanggung jawab masing-masing
kepala sekolah. Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru juga belum optimal
sehingga perlu digali secara maksimal. Sebenarnya seorang guru mempunyai keinginan
untuk mempunyai prestasi dalam kinerjanya namun masih ada kendala yang dimiliki
oleh guru dalam menumbuhkan motivasinya sehingga diperlukan peran dari kepala dari
kepala sekolah untuk memberikan dorongan kearah yang positif. Dilihat dari hasil UKG
2015 masih banyak guru yang kompetensi pedagogiknya belum maksimal sehingga
perlu ditingkatkan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap
Kompetensi Pedagogik Guru SD se- Dabin III Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah
1) Kegiatan supervisi dari kepala sekolah yang belum optimal dalam
meningkatkan kompetensi guru, hanya kegiatan rutinitas belaka.
2) Motivasi berprestasi guru SD se-Dabin III Tegal Barat yang perlu digali
potensinya secara optimal.
3) Kompetensi pedagogik guru SD se-Dabin III Tegal Barat yang masih rata-rata
sehingga perlu ditingkatkan.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi cakupan permasalahan yang diteliti
untuk menghindari kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian serta lebih efektif dan
efisien. Oleh karena itu, penulis ingin membatasi masalah sebagai berikut:
1) Supervisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah supervisi dalam arti luas
meliputi supervisi klinis, akademik, pembelajaran yang diberikan kepala
sekolah terhadap guru baik guru kelas, guru agama, maupun guru olahraga.
2) Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik
seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi sesuai pendapat Danim yaitu
berani mengambil resiko, pencapaian keberhasilan diperhitungkan secara teliti
dan teori prestasi McClleland yaitu salah satu kebutuhan manusia adalah
kebutuhan akan berprestasi.
3) Kompetensi pedagogik guru yang dikembangkan dari Mulyasa tentang Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
4) Populasi dalam penelitian ini adalah SD Dabin III Kecamatan Tegal Barat Kota
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1) Adakah pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik
guru SD Dabin III Kecamatan Tegal Barat ?
2) Adakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi pedagogik guru
SD Dabin III Kecamatan Tegal Barat ?
3) Adakah pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap
kompetensi guru SD Dabin III Kecamatan Tegal Barat ?
4) Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kompetensi
pedagogik guru SD Dabin III Kecamatan Tegal Barat ?
5) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kompetensi
pedagogik guru SD Dabin III Kecamatan Tegal Barat ?
6) Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi
guru terhadap kompetensi pedagogik guru SD Dabin III Kecamatan Tegal
Barat ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan
gambaran mengenai supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap
kompetensi pedagogik guru SD Dabin III Tegal Barat Kota Tegal.
1.5.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh supervisi kepala sekolah dan
motivasi berprestasi terhadap kompetensi pedagogik guru SD Dabin III
Kecamatan Tegal Barat.
2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan
motivasi berprestasi terhadap kompetensi pedagogik guru SD Dabin III
Kecamatan Tegal Barat.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Manfaat secara praktis ditujukan untuk penulis,
guru, dan bagi kepala sekolah.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan
tentang manajemen pendidikan melalui kajian supervisi kepala sekolah dan motivasi
berprestasi terhadap kompetensi pedagogik guru sekolah dasar. Selain itu juga dapat
menambah kajian penelitian di bidang manajemen pendidikan.
1.6.2 Manfaat Praktis
1) Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang manajemen
pendidikan sehingga bisa menjadi bekal setelah terjun dalam lingkungan
masyarakat.
2) Bagi pendidik, diharapkan setelah mendapatkan supervisi dan motivasi dari
kepala sekolah dapat dilaksanakan ke dalam tugasnya sehingga akan
berdampak positif terhadap kompetensinya
3) Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat menjadi saran dan masukan dalam tugas
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Dalam kajian pustaka akan diuraikan tentang landasan teori, hubungan antar
variabel, kajian empiris, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian. Pada bagian kajian
teori akan dikemukakan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Ada
hubungan antar variabel untuk mengetahui keterhubungan dan keterikatan variabel yang
akan diteliti. Pada bagian ini juga akan diuraikan mengenai kajian empiris yaitu kajian
mengenai penelitian-penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya
dalam bab ini juga akan memaparkan kerangka berfikir dilakukannya penelitian ini.
Selain itu juga akan diuraikan mengenai hipotesis dalam penelitian. Penjelasan lebih
rinci akan diuraikan sebagai berikut.
2.1 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini akan diuraikan tentang kompetensi pedagogik guru,
supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi. Uraian selengkapnya dijelaskan
sebagai berikut:
2.1.1 Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “Competency” yang berarti kecakapan,
kemampuan, wewenang. Kompetensi mengacu pada kemampuan seseorang dalam
melakukan sesuatu. Supandi dalam Wahyudi (2009: 28) menjelaskan kompetensi adalah
seperangkat, kemampuan untuk melakukan sesuatu jabatan, dan bukan semata- mata
pengetahuan saja. Kompetensi menuntut kemampuan kognitif, nilai-nilai dari
karakteristik jabatan atau tugas yang dilaksanakan. Kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau
berkemampuan dalam menjalankan wewenang, tugas dan tanggung jawabnya
(Depdiknas, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kecakapan, kemampuan, dan
keterampilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mecapai tujuan
yang diinginkan. Dengan kompetensi, seseorang akan melakukan sesuatu sesuai yang
diinginkan, namun juga harus didukung dengan pengetahuan yang memadai. Semakin
luas pengetahuan yang dimiliki diharapkan semakin baik pula kualitas kompetensinya.
Banyak profesi pekerjaan yang mengaruskan mempunyai kompetensi untuk menunjang
kinerjanya, salah satunya adalah profesi guru.
Mulyasa (2009: 26) menjelaskan kompetensi guru merupakan perpaduan
antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara
kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan
pribadi dan profesionalisme. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Sadulloh 2011: 201).
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kompetensi sosial, kompetensi kepribadian. Keempat kompetensi tersebut harus
dikuasai oleh guru dan diterapkan secara terpadu. Berkaitan dengan kinerja guru adalah
tugas seorang guru. Kompetensi pedagogik juga sangat dibutukan oleh guru SD karena
dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.
Selain mengajar dan menstransfer materi pengetahuan, guru juga mengembangkan
kepribadian peserta didik.
2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru
Istilah pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos” yang berarti anak laki-
laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik adalah ilmu
mendidik anak. Langeveld (1980) dalam Syadulloh (2011: 2) menjelaskan pedagogik
sebagai ilmu mendidik, lebih menitikberatkan pada pemikiran, perenungan tentang
pendidikan. Pedagogik merupakan salah satu ilmu yang masuk kedalam kompetensi
yang harus dikuasai oleh guru karena pedagogik ruang lingkupnya untuk mendidik
anak, sedangkan salah satu tugas guru adalah mendidik peserta didik agar sesuai dengan
tujuan pendidikan.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Rifai dkk 2012: 7). Jadi pada
kompetensi pedagogik ini lebih menekankan pada kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik. Semakin baik kompetensi pedagogik guru maka semakin
baik pula kemampuan yang akan dimilikinya. Hal ini dikarenakan guru tersebut akan
mampu melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran dengan baik, mampu
merencanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta mampu menggunakan
hasil evaluasi tersebut untuk meningkatkan kualitas mengajarnya, sehingga akan
berkenaan dengan penguasaan kompetensi pedagogik, yaitu: (1) kemampuan mengelola
pembelajaran; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) perancangan pembelajaran;
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik. Selengkapnya
dijelaskan sebagai berikut.
2.1.2.1 Kemampuan Mengelola Pembelajaran
Secara pedagogis kemampuan mengelola pembelajaran merupakan hal dasar
yang perlu dikuasai oleh guru. Kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu
mendapat perhatian yang serius, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang
berhasil oleh sebagian masyarakat.
2.1.2.2 Pemahaman Terhadap Peserta Didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik,
dan perkembangan kognitif. Tugas guru dalam memahami siswa merupakan hal yang
wajib dilakukan karena peserta didik butuh perhatian dari guru
2.1.2.3 Perancangan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang
harus dimiliki oleh guru, yang akan bemuara pada pelaksanaan pembelajaran.
Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan yaitu, identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
2.1.2.4 Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan oleh
harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses
dialogis antar sesama subyek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan
komunikasi.
2.1.2.5 Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan
untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi
pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta
didik. Prinsip belajar komputer memberikan dampak pada profesionalisme guru,
sehingga harus menambah pemahaman dan kompetensi baru untuk memfasilitasi
pembelajaran.
2.1.2.6 Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas,
tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian
program.
2.1.2.7 Pengembangan Peserta Didik
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi pedagogik
yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh
setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui
berbagai cara antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan remedial,
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru
Penelitian dari Yuliharti tahun 2012 menjelaskan ada dua faktor yang
mempengaruhi tingkat kompetensi pedagogik guru, yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri guru (internal) dan faktor dari luar diri guru (eksternal). Faktor internal meliputi:
tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam berbagai pelatihan dan kegiatan ilmiah, tingkat
kesejateraan guru, kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani, peran serta
masyarakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi: ketersediaan sarana dan media
pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, kegiatan pembinaaan yang dilakukan.
Dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Tingkat pendidikan disesuaikan dengan Undang- Undang RI No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 8 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peningkatan
kualifikasi dengan mengikuti pendidikan prajabatan. Kegiatan tersebut tidak hanya
memperoleh ijazah, tetapi betul- betul dapat meningkatkan profesionalisme guru.
Oleh sebab itu, setiap lulusan lembaga pendidik tenaga kependidikan harus siap
menjadi agen pembaharuan dalam proses pembelajaran. Tingkat pendidikan guru
dijadikan sebagai ukuran untuk menilai tingkat profesionalitas.
(2) Keikutsertaan dalam bebagai pelatihan dan kegiatan ilmiah dalam jabatan juga
perlu dilakukan. Pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan melibatkan semua
personel pendidikan termasuk guru. Dengan mengikuti banyak pelatihan, seminar
atau kegiatan kelompok guru nantinya akan membawa dampak positif pada kualitas
kompetensi guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Selain itu juga adanya
pelatihan dan uji kompetensi untuk guru dan membuat kebijakan untuk guru
mengikuti kegiatan tersebut.
(3) Tingkat kesejateraan guru yang didukung dengan komitmen pemerintah baik pusat
maupun daerah terhadap penyelenggaraan pendidikan juga sangat diperlukan.
Dukungan tersebut baik dari segi peningkatan anggaran dana pendidikan maupun
komitmen dalam melaksanakan pembaruan dalam bidang pendidikan. Pemerintah
diharapkan menghargai kompetensi guru misalnya melalui pemberian tunjangan,
kenaikan pangkat dan golongan bagi guru yang mendapat prestasi, namun itu
semua harus didasarkan pada hasil uji kompetensi guru.
(4) Kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani merupakan faktor yang paling
penting karena mempengaruhi kualitas kompetensi pedagogik guru. Dengan
kesadaran ini guru akan memiliki kreativitas tinggi dalam mengatasi berbagai
keterbatasan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Guru yang
benar-benar menyukai profesi sebagai guru akan selalu berupaya dan berusaha
untuk meningkatkan kompetensinya tanpa ada paksaan dari berbagai pihak.
(5) Peran serta masyarakat dalam hal penyelenggaraan pendidikan peningkatan
kompetensi guru sangat dituntut. Peran yang bisa dijalankan mulai dari
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan namun selama ini
peran masyarakat terbatas pada iuran pembangunan, perawatan, dan perbaikan.
Salah satu cara dilakukan adalah adanya kerjasama antara pihak sekolah dan
masyarakat sekitar seperti menjadi guru bantu, mengajar kebudayaan setempat, dan
Faktor eksternal meliputi:
(1) Ketersediaan sarana dan media pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan
pembelajaran penting untuk dipenuhi karena kelengkapan sarana dan prasarana
merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam pendidikan. Selain itu,
kelengkapan sarana pembelajaran juga menjadi alat bantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru dituntut untuk memanfaatkan sarana
yang ada dalam menyampaikan materi.
(2) Kepemimpinan kepala sekolah memiliki andil yang cukup besar dalam mendorong
dan meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Kepala sekolah hendaknya
menunjukkan rasa tanggung jawab bersama dan memberikan teladan dalam
melaksanakan tugas. Dalam hal ini kepala sekolah memberi perhatian lebih kepada
guru yang mengalami kesulitan dalam proses pengajaran. Kepala sekolah bisa
mengadakan kegiatan supervisi kepada guru .
(3) Kegiatan pembinaaan yang dilakukan secara teratur. Pembinaan bisa dilakukan oleh
supervisor, dalam hal ini adalah kepala sekolah/pengawas sekolah. Salah satu
kompetensi yang dimiliki kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Kegiatan
supervisi ini bukan kegiatan sesaat saja namun secara kontinu dan
berkesinambungan. Dari hasil supervisi ini kepala sekolah mengadakan evaluasi.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi, kompetensi, sertifikat
pendidik. Kompetensi pendidik yang dimaksud adalah kompetensi sosial, profesional,
2.1.4 Supervisi kepala sekolah
Uraian tentang supervisi kepala sekolah meliputi: pengertian supervisi, prinsip-
prinsip supervisi, tujuan supervisi, fungsi supervisi, pendekatan supervisi, macam-
macam supervisi, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagai supervisor.
2.1.4.1 Pengertian Supervisi
Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris “supervision” dan
merupakan panduan dari dua kata, yaitu “super” yang artinya atas; sedangkan “vision”
diartikan melihat atau mensupervisi (Imron, 2012: 19). Dengan demikian supervisi
berarti melihat dari atas
.
Imron (2012: 8) berpendapat bahwa “supervisi merupakanserangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional yang diberikan orang yang
lebih ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya) kepada guru”.
Adam dan Dickey dalam Sutomo (2012: 98) menjelaskan supervisi adalah
program yang terencana untuk memperbaiki pengajaran. Tujuan utamanya adalah
memperbaiki proses belajar mengajar. Sedangkan Pidarta (2009: 200) menjelaskan
bahwa supervisi adalah kegiatan membimbing dan membina guru dalam meningkatkan
profesinya, terutama dalam proses pembelajaran. Sahertian dalam Sutomo (2012: 99)
menjelaskan bahwa supervisi adalah usaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi
dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara
individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan membimbing
pertumbuhan murid secara kontinu sehingga lebih cepat berpartisipasi dalam
masyarakat modern. Dari beberapa definisi tersebut secara implisit makna supervisi
mengandung berbagai kegiatan yang dilakukan oleh supervisor seperti pembinaan yang
belajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi
peserta didik.
Supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi tetapi merupakan kegiatan
yang kontinu dan berkesinambungan sehingga guru selalu berkembang dalam
mengerjakan tugas secara efektif dan efisien. Dalam supervisi ada proses pelayanan
untuk membantu atau membina guru-guru, dari hasil pembinaan ini diharapkan dapat
meningkatkan profesionalitas guru. Perbaikan dan peningkatan kemampuan kemudian
ditransfer ke dalam perilaku mengajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang
baik, yang akhirnya juga meningkatkan pertumbuhan peserta didik.
Dalam kaitannya di bidang pendidikan khususnya sekolah dasar juga diperlukan
supervisi karena banyak terjadi masalah yang kompleks yang perlu adanya penanganan.
Di sekolah dasar kepala sekolah berperan sebagai supervisor yang bertanggung jawab
mengatasi masalah-masalah yang terjadi, sehingga dalam mencapai kualitas pendidikan
bisa optimal. Kepala sekolah harus memahami prinsip-prinsip dari supervisi pendidikan.
Karena dengan prinsip tersebut bisa menjadi acuan dan pegangan dalam melaksanakan
tugas.
2.1.4.2 Prinsip-prinsip Supervisi
Dalam pelaksanaannya ada beberapa prinsip-prinsip yang bisa menjadi
pedoman kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya agar supervisi dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Sutomo (2012: 103) menjelaskan prinsip-prinsip atau asas-
asas dalam supervisi sebagai berikut :
(1) Praktis: artinya supervisi dapat dikerjakan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang
(2) Fungsional: artinya supervisi dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi
pengembangan manajemen pendidikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
(3) Relevansi: artinya pelaksanaan supervisi seharusnya sesuai dan menunjang
pelaksanaan yang berlaku.
(4) Ilmiah: artinya supervisi perlu dilaksanakan secara sistematis, obyektif,
menggunakan prosedur dan instrumen, didasarkan pada pendekatan sistem
(5) Demokrasi: artinya supervisi sesuai dengan prinsip demokrasi maka proses yang di
tempuh untuk pengambilan keputusan ialah melalui musyawarah untuk mencapai
kemufakatan.
(6) Kooperatif: artinya adanya semangat kerjasama antara supervisor dengan si-
tersupervisi (guru).
(7) Konstruktif dan kreatif: artinya supervisi akan mendorong kepada bawahan yang
dibimbing untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan atau kekurangannya serta
secara kreatif, berusaha meningkatkan prestasi kerjanya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya prinsip
supervisi dilakukan secara ilmiah. Supervisor yang yang mampu menjalankan prinsip-
prinsip supervisi adalah supervisor yang memiliki sikap inovatif yang tinggi terhadap
tugas profesionalitasnya, mau dan mampu melakukan perubahan dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan secara terus menerus. Dengan memahami arti dan
prinsip-rinsip supervisi tersebut maka diharapkan akan tercapai tujuan supervisi yakni
peningkatan mutu proses belajar mengajar.
2.1.4.3 Tujuan Supervisi
Secara operasional supervisi pendidikan bertujuan untuk memberikan bantuan
pembelajaran yang lebih baik yaitu mampu menumbuhkembangkan potensi para siswa.
Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa tujuan supervisi adalah “mengembangkan iklim
yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran, melalui pembinaan dan
peningkatan profesi mengajar”. Dengan kalimat lain, tujuan supervisi pengajaran adalah
membantu dan memberi kemudahan kepada para guru untuk meningkatkan kemampuan
mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Ametembun (1981) dalam
Sutomo (2012: 100) menjelaskan tujuan supervisi sebagai berikut:
(1) Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesi
(2) Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
(3) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan
perbaikan.
(4) Membantu kepala sekolah dan guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
(5) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta
didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efisien.
Supervisi pendidikan berperan memberikan kemudahan dan membantu kepala
sekolah dalam mengembangkan potensi secara optimal. Melalui supervisi, guru diberi
kesempatan untuk meningkatkan kinerjanya, dilatih untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapi. Supervisi pendidikan dilaksanakan atas dasar kerjasama,
supervisi pendidikan adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar
menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajaran.
2.1.4.4 Fungsi Supervisi
Fungsi supervisi diartikan sebagai tugas aktif dari kegiatan supervisi yang
dilakukan oleh orang yang berkedudukan sebagai supervisor. Swearingen dalam Sagala
(2012: 106) memberikan delapan fungsi supervisi yaitu: (1) mengkoordinir semua usaha
sekolah; (2) melengkapi kepemimpinan kepala sekolah; (3) memperluas pengalaman
guru-guru; (4) menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; (5) memberikan fasilitas dan
penilaian yang terus-menerus; (6) menganalisa situasi belajar mengajar; (7) memberikan
pengetahuan dan skill kepada anggota staf; (8) mengintegrasikan tujuan pendidikan dan
membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Menurut Purwanto (2012: 86) fungsi-fungsi supervisi dalam lima bidang yaitu:
(1) bidang kepemimpinan; (2) hubungan kemanusiaan (3) dalam pembinaan proses
kelompok; (4) bidang administrasi personal; (5) bidang evaluasi. Sedangkan menurut
Briggs (1938) dalam Imron (2012: 12) supervisi berfungsi untuk mengkoordinasikan,
menstimulasi, dan mengarahkan guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah,
memperluas pengalaman guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi
fasilitas dan penilaian, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan
dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu
meningkatkan kemampuan guru.
Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
digunakan membantu memecahkan berbagai kesulitan dalam melaksanakan tugas
pembelajaran memanfaatkan teknik-teknik supervisi yang sesuai kebutuhan guru. Peran
dengan sasaran memperbaiki situasi belajar mengajar dan meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar. Pelaksanaan fungsi-fungsi harus dilaksanakan secara kontinu,
konsisten, terpadu dengan antara program supervisi dengan program pendidikan di
sekolah. Sebab inti dari kegiatan supervisi adalah pembinaan terhadap kemampuan
profesional guru dan tenaga kependidikan lainya agar tercipta iklim belajar yang
kondusif.
2.1.4.5 Pendekatan Supervisi
Terdapat beberapa macam pendekatan supervisi yang dapat dilakukan dan
menjadi pilihan kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi. Pendekatan-
pendekatan ini didasari oleh pertimbangan dan alasan tertentu tergantung situasi dan
kondisinya. Pada prinsipnya tidak ada pendekatan tunggal yang dapat digunakan untuk
segala situasi dan tempat. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi
dan tujuan yang hendak dicapai. Berbagai macam pendekatan menurut Wahyudi (2009:
104) adalah kolegial, individual dan klinis dibawah ini dijelaskan sebagai berikut.
(1) Pendekatan kolegial artinya dalam melaksanakan supervisi kolegial ada proses
formal moderat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan
perkembangan profesional guru. Kegiatan supervisi kolegial dilakukan dengan
saling mengadakan observasi kelas masing-masing dan selanjutnya saling
memberikan balikan tentang observasi yang dilakukan dan membahas masalah-
masalah profesional mereka. Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough
(1990:183-186) dalam Wahyudi (2009: 105) antara lain pertemuan guru-guru
(faculty meetings), lokakarya (workshop), dan observasi sesama guru di kelas (
(2) Pendekatan individual dalam pendekatan ini supervisi juga disebut wawancara
individual yaitu suatu kesempatan yang diciptakan oleh kepala sekolah untuk
bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah
profesional guru. Jadi di dalam pendekatan ini adanya suatu komunikasi antara guru
dan kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk memberi
perhatian kepada guru yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalahnya.
Masalah-masalah yang mungkin dibicarakan antara lain masalah pembelajaran,
masalah kesulitan belajar siswa, hubungan antar guru. Pendekatan individual sesuai
bagi guru yang lebih suka bekerja secara individual atau kurang dapat bekerja
dengan guru lain. Pilihan terhadap pendekatan individual lebih efisien dari segi
waktu, biaya, dan terdapat kerjasama antara supervisor dan guru.
(3) Pendekatan supervisi klinis menurut Acheson dan Gall (1987) dalam Wahyudi
(2009: 108) mengartikan supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan
pada peningkatan pembelajaran dengan tahapan atau melalui siklus yang sistematis
dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang logis dan intensif mengenai
penampilan mengajar yang nyata, dalam mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional. Supervisi klinis dilakukan atas dasar insiatif awal dari guru. Supervisi
muncul atas kesadaran guru datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi
masalahnya. Didalam supervisi klinis ada prosedur dan tahap pelaksanaannya, dan
tahapan ini dilakukan secara sistematis. Supervisor dituntut untuk memiliki
pengetahuan tentang penerapan supervisi klinis. Kondisi ini diperlukan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan di sekolah yang terkait dengan supervisi
klinis. Masih minimnya supervisi klinis di sekolah menuntut kemampuan kepala
Pendekatan supervisi individual, supervisi kolegial, supervisi klinis menjadi
alternatif dalam pembinaan peningkatan profesionalitas guru. Setiap pendekatan yang
digunakan dalam supervisi hendaknya bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi guru, karena itu pemilihan pendekatan supervisi tergantung dari
persoalan yang dihadapi oleh guru. Keberhasilan supervisi juga dipengaruhi oleh
kemampuan supervisor dalam hal ini di sekolah adalah kepala sekolah yang merupakan
figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah dengan kegiatan
seperti membimbing, mengarahkan dan melakukan kerjasama secara profesional dengan
para guru.
2.1.4.6 Macam-macam Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi kepala sekolah mencakup bidang yang luas, yaitu meliputi seluruh
proses pendidikan seperti supervisi pembelajaran, supervisi akademik, supervisi klinis.
Macam-macam supervisi ini bisa menjadi pilihan oleh kepala sekolah dalam memilih
model yang akan digunakan. Dalam pemilihan supervisi juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan guru. Dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Supervisi pembelajaran adalah pemberian bantuan kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam meningkatkan proses dan
hasil belajar. Program supervisi pembelajaran meliputi banyak hal, kepala sekolah
sebagai supervisor harus membantu guru untuk meningkatkan profesi mengajar.
Imron (2012: 24) “adapun tujuan supervisi pembelajaran adalah terbaikinya proses
belajar mengajar, yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa melalui serangkaian
tindakan, bimbingan, dan arahan”.
(2) Supervisi akademik hampir sama dengan supervisi pembelajaran tetapi supervisi
pembelajaran melainkan menyentuh kurikulum, penelitian, kelompok kerja guru
dan sebagainya. Daresh (1989) dalam Prasojo (2011: 84) menjelaskan supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ruang lingkup supervisi akademik meliputi hal-hal berikut ini, 1)
Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. 2) Persiapan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran oleh guru. 3) Pencapaian standar kompetensi lulusan,
standar proses, standar isi, peraturan pelaksanaannya. 4) Peningkatan mutu
pembelajaran melalui pengembangan (Prasojo dan Sudiyono, 2011: 84).
(3) Supervisi Klinis berbeda dengan supervisi akademik. Perbedaannya adalah
supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif awal dari supervisor sedangkan
supervisi klinis dilakukan berdasarkan inisiatif dari guru. Pelaksanaan supervisi
klinis ketika guru meminta bantuan kepada supervisor untuk membantu mengatasi
masalahnya. Ada empat langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis. Menurut
Sullivan & Glants (2005) dalam Prasojo (2011: 113) yaitu, (1) Perencanaan. (2)
pertemuan. (3) observasi. (4) refleksi kolaborasi.
2.1.4.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor
Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job
performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau
prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan,
sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu (Jasmani dan Mustofa
2013: 155). Sedangkan menurut Prawirosentono (1999) dalam Jasmani dan Mustofa