ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DESA SUKAJAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Oleh
Mei Tri Sugesti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan total rumah tangga petani padi, mengetahui pengeluaran rumah tangga petani padi, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian dilakukan di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Jumlah responden adalah 47 petani rumah tangga. Total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa per tahunnya adalah Rp29.243.662,00, dari total pendapatan tersebut 87,54% berasal dari pendapatan on farm, 0,91% berasal dari pendapatan off farm dan 11,55% berasal dari pendapatana di luar sektor pertanian. Pengeluaran rumah tangga petani Padi di Desa Sukajawa per tahunnya adalah Rp20.545.157,00 dari pengeluaran tersebut 80,91% di alokasikan untuk pengeluaran pangan dan 19,03% dialokasikan untuk pengeluaran non pangan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendapatan rumah tangga petani Padi di Desa Sukajawa masih tergolong rendah dikarenakan sebagian besar pendapatannya dialokasikan untuk kebutuhan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani Padi adalah tingkat pendapatan rumah tangga (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), dan luas lahan sawah (X5).
ABSTRACT
ANALYSIS OF HOUSEHOLD INCOME AND EXPENDITURE OF RICE FARMERS IN SUKAJAWA VILLAGE BUMIRATU NUBAN
SUBDISTRICT CENTRAL LAMPUNG REGENCY By
Mei Tri Sugesti
The purpose of this research were to find out the total income of rice farmers’
household, the expenditure of farmers’ household, and the factors that influence
the expenditure of rice farmers’ household. The research was conducted in
Sukajawa village, Bumiratu Nuban subdistrict, Central Lampung regency. The number of respondent was 47 rice farmers. This study found that the total income of rice farmers in Sukajawa was Rp29.243.662,00 per year, 87.54% of on farm, 0.91% of off farm and 11.55% of non farm. The expenditure of rice farmers’ household in that village was Rp20.545.157,00 per year, 80.94% was allocated for primary needs such as food and 19.06% for other needs. It could be concluded that the income of Sukajawa rice farmers was relatively low, because
most of their income was used for food. The factors that influenced rice farmers’
expenditures were income level (X1), family member (X2),and the area of the rice
field (X5).
PETANI PADI DESA SUKAJAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
MEI TRI SUGESTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Trisnomaju pada tanggal 7 Mei 1992 dari pasangan Bapak Sungeb dan Ibu Siti Rohmah, yang merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Trisnomaju, Negrikaton Pesawaran pada tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Negrikaton Pesawaran, dan Sekolah Menengah Atas di
Madrasah Aliyah (MAN) 1 Bandar Lampung.
Penulis diterima di Perguruan Tinggi Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2010 melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Tahun 2012 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tanjung Bintang, dan pada tahun 2013 mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajawa Kecamatan
Bumiratu Nuban Lampung Tengah.
Penulis mengikuti organisasi diantaranya adalah di lingkungan Universitas
SANWACANA
Alhamdulillah, tiada kata terindah yang layak terucap selain rasa Syukur kepada Allah SWT, karena pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
a. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
b. Ir. Umi Kalsum, M.S., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi.
c. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.
d. Ir. Suriyati Situmorang selaku pembimbing akademik yang selalu membimbing selama pelaksanaan perkuliahan.
e. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
tak henti-hentinya untuk kelancaran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. h. Kakak, mba dan adik, yang telah memberikan doa, motivasi dan
dukungannya yang sangat berharga selama menjalankan proses penyelesaian tugas akhir.
i. Teman-teman Agribisnis angkatan 2010 (Ita, Tati, Teri, Yuni, Erisa, Ayi, Inca, Andin, Rani, Raisa, Madu, Devi, Sastra, Ayu, Silvia, Fitria, Ike, Lina, Susi, Elis, Nisya, Elisa dkk) yang telah memberikan semangat dan masukan selama masa perkuliahan hingga proses penyelesaian tugas akhir. j. Kakak tingkat (mba Tri, mba Reni, dkk) yang telah memberikan masukan
dan saran.
k. Sang Murobbi dan teman-teman di lingkaran kecil yang selalu memberikan doa, motivasi dan semangat untuk terus berjuang dalam memperoleh gelar sarjana.
l. Rekan kerja di Departemen Pembinaan Pelajar FKAR 2014/2015 yang selalu mengawasi dan membantu proses penyelesaian tugas akhir. m. Seluruh teman-teman seperjuangan di FKAR Bandar Lampung dan
keluarga besar Dakwah Sekolah, yang telah memberikan banyak inspirasi dan keceriaan dalam setiap kebersamaan.
n. Keluarga besar ROHIS MAN 1 Bandar Lampung (Adik-adik dan TKS), yang telah hadir mewarnai perjalanan.
Desa Sukajawa, atas semua bantuan dan kerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini.
q. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
Semoga seluruh kebaikan dibalas pula dengan kebaikan. Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam pembuatan tugas akhir ini. Oleh sebab itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kepada Allah penulis memohon ampun. Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Robbal’alamin.
Bandar Lampung, 24 April 2015
MEI TRI SUGESTI
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
SANWACANA ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 7
C. Manfaat Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Landasan Teori Ekonomi ... 9
2. Teori Pengeluaran ... 13
3. Teori Pendapatan ... 23
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29
1. Penelitian Pengeluaran ... 29
2. Penelitian Pendapatan ... 30
C. Kerangka Pemikiran ... 33
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 37
B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 43
C. Lokasi, Sampel dan Waktu Penelitian ... 44
D. Alat Analisis Data ... 46
1. Pendapatan Rumah Tangga Petani Pad ... 46
2. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi ... 48
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani ... 49
a. Uji Multikolinieritas ... 50
b. Uji Heterokedastisitas ... 51
4. Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Petani Padi ... 52
a. Kriteria kemiskinan dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita ... 52
b. Kriteria kemiskinan menurut BPS ... 52
c. Klasifikasi tinggi-rendahnya pendapatan per kapita ... 53
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 55
3. Pekerjaan Sampingan (di Luar Sektor Pertanian) Petani ... 65
4. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Petani ... 65
5. Jumlah Anak Masih Sekolah ... 66
6. Luas Lahan Sawah dan Non Sawah ... 67
B. Pola Tanam Usahatani Padi Desa Sukajawa ... 69
a. Pendapatan Usahatani Padi ... 71
b. Pendapatan On Farm (Perikanan,pekarangan dan peternakan) ... 77
c. Total Pendapatan On Farm ... 80
2. Pendapatan Off Farm ... 80
3. Pendapatan di Luar Pertanian ... 81
4. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa ... 82
D. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa ... 84
E. Tingkat Kemiskinan ... 91
F. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa ... 95
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
LAMPIRAN ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar komoditi yang berpengaruh besar terhadap kenaikan garis
kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 ... 2
2. Konsumsi rata-rata makanan dan bukan makanan per kapita sebulan menurut jenis pengeluaran 2009-2013 ... 3
3. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung tahun 2011 ... 5
4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumahtangga petani padi ... 39
5. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan pendapatan rumah tangga petani padi ... 42
6. Sebaran penggunaan lahan di Desa Sukajawa ... 56
7. Prasarana Desa Sukajawa ... 58
8. Komposisi jumlah penduduk di Desa Sukajawa ... 60
9. Sebaran matapencaharian penduduk Desa Sukajawa ... 61
10.Sebaran jumlah responden berdasarkan umur dan tingkat Pendidikan ... 62
11.Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani padi 64
12.Pekerjaan sampingan (di luar sektor pertanian) petani padi Desa Sukajawa ... 65
13.Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan rumah tangga petani padi ... 66
PPL dengan luas lahan 0,7819 ha ... 74
16.Rata-rata penggunaan pestisida dalam usahatani Padi pada lahan 0,7819 ha per musim ... 75
17.Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani padi Desa Sukajawa ... 76
18.Rata-rata pendapatan on farm (pekarangan, peternakan dan perikanan petani) per tahun ... 78
19.Total pendapatan on farm petani padi Desa Sukajawa dalam satu tahun ... 80
20.Rata-rata pendapatan di luar sektor pertanian (non farm) per tahun .... 81
21.Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa dalam satu tahun ... 82
22.Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani padi Desa Sukajawa dalam satu tahun ... 85
23.Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun dan kriteria kemiskinan (Sayogyo) rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 92
24.Rata-rata pengeluaran per kapita dan criteria kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Lampung 2013 ... 93
25.Distribusi rata-rata pendapatan per kapita per bulan rumah tangga petani padi di Desa Sukajwa ... 94
26.Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluran rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 95
27.Identitas responden rumah tangga petani Padi ... 108
28.Biaya sarana produksi usahatani padi ... 109
29.Biaya tenaga kerja usahatani padi ... 111
30.Biaya penyusutan alat usahatani padi ... 120
31.Total biaya usahatani padi ... 121
34.Pendapatan off farm rumah tangga petani padi ... 125
35.Pendapatan rumah tangga petani padi di luar sektor Pertanian ... 126
36.Total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 127
37.Pengeluaran pangan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 128
38.Pengeluaran non pangan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 131
39.Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun dan kriteria kemiskinan (Sayogyo) rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa ... 132
40.Distribusi rata-rata pendapatan per kapita per bulan rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa ... 133
41.Rata-rata pengeluaran per kapita dan kriteria kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Lampung 2013 ... 134
42.Output analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi Desa Sukajwa ... 135
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sirkulasi aliran pendapatan dalam ekonomi yang sederhana ... 12
2. Jumlah nilai guna total dan nilai guna marginal barang x ... 15
3. Kurva indefferens ... 17
4. Keadaan konsumen memaksimumkan kepuasannya ... 24
5. Kurva pendapatan-konsumsi ... 25
6. Kerangka pemikiran analisis pengeluaran rumahtangga petani padi di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah ... 35
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Luasnya lahan pertanian di Indonesian pada kenyataannya belum mampu meningkatkan taraf kehidupan petani. Petani di Indonesia khususnya petani padi sawah masih banyak yang mengalami kesulitan dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.
Tabel 1. Daftar komoditi yang berpengaruh besar terhadap kenaikan garis
Pakaian Jadi anak-anak 2,10 1,72
Sumber : BPS, 2012
Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat kita ketahui bahwa persentase pengeluaran pangan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pengeluaran non pangan, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia dapat digolongkan ke dalam negara yang masih rawan pangan.
Tabel 2. Konsumsi rata-rata makanan dan bukan makanan per kapita sebulan
Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa persentase pengeluaran untuk makanan dari tahun ke tahun selalu berada di atas 50 persen, sebaliknya pengeluaran bukan makanan kurang dari 50 persen. Hal ini menunjukan masih terjadi
kecendrungan bahwa konsumsi makanan masih menjadi prioritas penduduk Lampung dalam membelanjakan uangnya.
berbeda antar agroekosistem, antar kelompok pendapatan, antar etnis atau suku dan antar waktu (Rachman dan Supriyati, 2004).
Rumah tangga petani yang mempunyai pendapatan tinggi, pengeluaran untuk makanan dan pakaiannya bukan lagi merupakan bagian yang terbesar dari pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran untuk pendidikan, perumahan, dan transportasi merupakan pengeluaran yang penting bagi mereka. Selain itu untuk rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan mengalokasikan pendapatannya untuk disimpan atau ditabung. Hal tersebut sangat berbeda dengan yang terjadi pada rumah tangga yang berpendapatan rendah yaitu alokasi pengeluaran mereka sebagian besar adalah untuk makanan dan pakaian, yaitu keperluan sehari-hari yang paling pokok (Sukirno, 2013).
Tabel 3. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung tahun 2011
No Kabupaten
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
Persentase (%) Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan)
12 Tulangbawang Barat 18.100 1,41 253,773
13 Bandar Lampung 121.600 9,51 359,948
14 Metro 19.000 1,48 255,231
Total 1.277.900 100,00
Sumber : BPS, 2011
Desa Sukajawa merupakan salah satu desa di Lampung Tengah dengan jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani padi sebesar 2.686 jiwa bekerja sebagai petani dari jumlah penduduk keseluruhan 4.185 jiwa. Kegiatan pertanian di Desa Sukajawa dapat didukung oleh berbagai aspek yaitu aspek sumberdaya alam dan aspek sarana dan prasarana yang terdapat di desa tersebut. Desa Sukajawa banyak terdapat sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran berusahatani, seperti tersedianya irigasi, adanya kelompok tani yang masih aktif dan kelancaran transportasi.
irigasi yang dibangun pemerintah sejak tahun 2004, selain pembangunan irigasi kelembagaan pertanian juga sangat berperan dalam kegiatan pertanian disuatu wilayah. Kelompok tani misalnya, sebagai pusat belajar dan kerjasama antar petani menjadi suatu lembaga yang sangat bermanfaat jika dapat berjalan dengan lancar. Selain kelompok tani, transportasi merupakan sarana yang dapat menunjang berjalannya kegiatan pertanian. Transportasi berfungsi sebagai sarana pengangkut faktor produksi dan hasil produksi pertanian. Transportasi yang ada di Desa Sukajawa tergolong sanat lancar sebab desa ini terletak di sepanjang kawasan Jalan Lintas Sumatera, sehingga akses untuk membeli faktor produksi dan memasarkan hasil pertaniannya sangat mudah.
Berbagai sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sukajawa, pada
kenyataannya masih banyak penduduknya yang kurang sejahtera, berdasarkan data profil Desa Sukajawa diketahui dari 1.106 jumlah keluarga, sebanyak 134 keluarga tergolong pra sejahtera dan 596 keluarga sejahtera 1. Hal ini
menunjukan masih rendahnya tingkat kesejahteraan di Desa Sukajawa. Selain tingkat kesejahteraan yang masih rendah, tingkat pendidikan di Desa Sukajawa juga tergolong masih rendah. Jumlah penduduk yang hanya tamat SD
Pada dasarnya masyarakata miskin saat ini menjadi fokus perhatian pemerintah untuk mengeluarkan mereka dari beban kemiskinan. Banyak program yang ditujukan kepada mereka seperti Kartu Sejahtera, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan yang lainnya. Semua program tersebut ditujukan untuk mengurangi kemiskinan yang telah terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini. Keinginan pemerintah untuk mengeluarkan masyarakat miskin dari beban kemiskinannya harus dituntut dengan mengetahui terlebih dahulu bagaimana keadaan sosial ekonomi dan mengetahui bagaimana pola pengeluaran rumah tangga di wilayah tersebut.
Oleh sebab itu berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Berapa besar pendapatan rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah?
2. Bagaimana alokasi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah?
3. Faktor apa yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah?
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.
C. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :
1. Penelitian ini diharapkan dapat member masukan terhadap penyuluh setempat untuk dapat memberikan wawasan terhadap masyarakat Desa Sukajwa.
2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam membantu meningkatkan kualitas hidup rumah tangga petani.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori Ekonomi
Tiga pemeran utama dalam dunia ekonomi, yaitu rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, ketiga kelompok tersebut menjadi aktor pembawa karakter, dan pasar adalah tempat di mana para aktor tersebut bermain. Rumah tangga didefinisikan sebagai semua orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan yang
membuat keputusan keuangan bersama. Terdapat tiga asumsi untuk rumah tangga yaitu setiap rumah tangga mempunyai keputusan yang konsisten, setiap rumah tangga berusaha memperoleh kepuasan yang maksimum atau
Secara garis besar setiap perekonomian terdiri dari tiga kelompok pelaku ekonomi yaitu konsumen, produsen, dan pemilik faktor produksi. Pemilik faktor produksi menyediakan input-input untuk digunakan dalam suatu proses produksi, sebagai imbalannya pemilik faktor produksi menerima suatu penghasilan. Penghasilan tersebut, untuk selanjutnya memungkinkan mereka berfungsi sebagai konsumen. Semua anggota masyarakat yang menerima uang dari hasil penjualan faktor produksi miliknya dan kemudian membelanjakannya untuk pembelian barang atau jasa disebut konsusmen. Setiap konsumen haruslah menentukan bagaimana cara mengalokasikan uang miliknya terhadap barang-barang dan jasa yang tersedia di pasar. Jadi dengan kalimat lain, setiap konsumen (rumah tangga) haruslah menetapkan permintaannya untuk setiap barang-barang dan jasa yang tersedia di pasar. Penjumlahan seluruh barang yang diminta oleh masyarakat tersebut menunjukan permintaan pasar dan menggambarkan bagaimana masyarakat menghendaki cara alokasi faktor produksi (Sudarman, 2004).
Pada dasarnya individu, perusahaan dan masyarakat tidak dapat memenuhi semua keinginan mereka, maka mereka harus membuat alternatif pilihan untuk
dan dari mengkonsumsi barang dan jasa. Setiap individu harus memikirkan cara terbaik dalam menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliknya. Sumber daya tersebut diantaranya adalah pendapatan. Teori ekonomi menjelaskan bagaimana mengalokasikan pendapatan konsumen yang terbatas dengan kebutuhan akan barang dan jasa yang tidak terbatas. Konsumen perlu menentukan pilihan. Persoalan yang harus diselesaikan adalah dengan
menggunakan pendapatan mereka, barang-barang apakah yang perlu dibeli dan berapa jumlahnya agar pembeli dan penggunaan barang-barang tersebut akan memberi kepuasan yang maksimum (Sukirno, 2013).
Kebutuhan manusia tidak terbatas jumlah dan kualitasnya, akan tetapi
kenyataannya sumber-sumber ekonomi yang tersedia dan yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas jumlahnya. Sumber-sumber ekonomi yang langka dan terbatas dapat berupa sumber daya alam, manusia, dan sumber daya buatan manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Masyarakat perlu menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk menghasilkan barang-barang dan jasa
sebanyak mungkin agar dapat dicapai kepuasan maksimum dari kebutuhannya yang tak terbatas (Wijaya. 1999).
akan menerima berbagai macam faktor-faktor produksi tersebut yang kemudian akan menjadi aliran barang ataupun aliran uang. Sirkulasi aliran tersebut menurut Sukirno (2013) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Sirkulasi Aliran Pendapatan dalam Ekonomi yang Sederhana (Sukirno, 2013)
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa sektor perusahaan akan memberikan
pendapatan kepada berbagai jenis sumber daya, yaitu tenaga kerja mendapat upah dan gaji, tanah mendapat sewa, modal mendapat bunga dan keahlian
keusahawanan memperoleh keuntungan. Aliran dari berbagai jenis pendapatan dari sektor perusahaan ini adalah aliran dalam bentuk uang. Aliran yang pertama adalah pengeluaran konsumsi, yaitu perbelanjaan masyarakat dari sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran ini adalah aliran dalam bentuk uang. Aliran lainnya adalah aliran barang, yaitu aliran barang-barang dan jasa-jasa dari sektor perusahaan ke sektor rumah tangga (Sukirno, 2013).
PERUSAHAAN RUMAH TANGGA
Faktor-faktor Produksi Gaji dan upah, bunga, sewa, untung
Barang dan Jasa
2. Teori Pengeluaran
Pokok persoalan rumah tangga adalah bagaimana dengan sumberdaya (penghasilan) yang terbatas dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam, dengan kata lain bagaimana dengan penghasilan yang terbatas dapat mencukupi semua kebutuhan keluarga. Sehingga dapat dikatakan bahwa, bagaimana menyeimbangkan antara penghasilan dengan pengeluaran.
Penghasilan dapat di hitung dari segala penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi sebagai balas karya atas sumbangannya atas proses produksi. Selain itu masih ada sumber pemasukan lain yang tidak termasuk penghasilan seperti uang pensiun, sumbangan dan pinjaman.
Hubungan antara pendapatan dan konsumsi untuk barang-barang tertentu telah banyak dipelajari oleh berbagai ahli ekonomi. Salah satu ahli ekonomi yang melakukan penelitian adalah Engel. Engel menyimpulkan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan menurun jika pendapatan masyarakat bertambah. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat bila dibandingkan dengan kenaikan pendapatan. Hal ini dikenal dengan hukum Engel (Nicholson, 1999).
Menurut Bangun (2010) perilaku konsumen terhadap barang tertentu dapat dianalisa melalui teori nilai guna. Nilai guna (utility) adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu. Semakin tinggi kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu, maka semakin tinggi nilai guna dari barang tersebut. Dalam teori nilai guna terdapat juga teori nilai guna total (total utility) yang artinya adalah seluruh kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi barang tertentu dan nilai guna marjinal (marginal utility) yang artinya adalah nilai guna yang berkurang atas pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hubungan antara total utility (TU) dengan marginal utility (MU) dapat dijelaskan pada gambar kurva berikut (Bangun, 2010):
Gambar 2. Jumlah Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal Barang X
Dimana :
fTUx = Fungsi nilai guna total A = Titik kepuasan maksimum
B = Titik nilai guna marginal bernilai nol (0) Tux = Kurva nilai guna total
MUx = Kurva nilai guna marginal
Pada Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa garis nilai guna total untuk barang X (Tux) bergerak dari titik nol (0), tambahan jumlah barang X yang dikonsumsi akan meningkatkan nilai guna total sampai titik tertentu (mencapai kepuasan maksimum), dan kurva nilai guna total menurun akibat adanya tambahan konsumsi barang berikutnya. Kurva nilai guna total naik sesuai pertambahan
TUx
Qx fTUx
Qmax MUx
Qmax
Qx MUx
Titik A
jumlah barang yang dikonsumsi dan melengkung pada tambahan jumlah barang berikutnya. Disisi lain, nilai guna marjinal (Mux) menurun akibat tambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Nilai guna marginal (MUx) bernilai nol (0) pada saat nilai guna mencapai titik maksimum dan pada akhirnya nilai MUx akan menjadi negatif apabila tambahan jumlah barang yang dikonsumsi dilakukan secara terus menerus (Bangun, 2010).
Pada konsep pemilihan atau penentuan terhadap suatau barang yang dikonsumsi seseorang, para ahli mengasumsikan bahwa dari berbagai barang yang tersedia seorang yang rasional akan memilih barang yang disenanginya, dengan kata lain dari sejumlah alternatif yang ada seseorang lebih cenderung memilih sesuatu yang dapat memaksimumkan kepuasannya. Ukuran kepuasan ini selain dipengaruhi oleh jenis barang itu sendiri juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lain di antaranya adalah psikologis, tekanan kelompok, pengalaman pribadi dan
lingkungan. Dalam menganalisa maksimisasi kepuasan digunakan asumsi cateris paribus. Secara umum menurut Nicholson (1999) fungsi utility dapat dituliskan dengan :
Utility = U (X1, X2, ……Xn) ……….. (1)
lebih baik daripada mempunyai sedikit barang. Barang yang dimaksud disini adalah barang yang memberikan kepuasan positif. Dalam kurva indeferens semua kombinasi alternatif dari dua macam barang X dan Y memberikan kepuasan yang sama besarnya. Kurva indefferens adalah sebuah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi yang memberikan kepuasan yang sama.
Gambar 3. Kurva Indefferens
Pada kurva diatas dapat diketahui bahwa terdapat kombinasi antara barang Y1 dan X1 yang menghasilkan titik A yang menggambarkan titik kepuasan, sedangkan pada kombinasi Y2 dan X2 menghasilkan titik B dimana titik tersebut adalah titik kepuasan yang sama. Slope pada kurva indefferens di atas adalah negatif, hal ini berarti menunjukan bahwa jika seseorang menginginkan barang X lebih banyak, ia harus mengorbankan barang lain agar kepuasan yang diterima tetap sama (Nicholson, 1999).
X1 Jumlah Y
Jumlah X X2
Y1
Y2
Menurut Pindyck dan Rubinfeld ( 2009) pada kurva indefferens menghasilkan tingkat utilitas yang sama, total keuntungan dari peningkatan suatu barang harus seimbang dengan kerugian akibat penurunan barang yang lain yang dikonsumsi. Secara formal menurut Pindyck dan Rubinfeld ( 2009) dapat dirumuskan
sebagai:
MUF (D∆F) + MUC (D∆C) = 0 ……… (2)
-(D∆C /D∆F) = MUF/MUC ……….…... (3)
MRS =MUF/MUC………....…. (4) Apabila konsumen memaksimalkan kepuasan mereka, tingkat subtitusi marjinal suatu barang untuk barang yang lain sama dengan perbandingan harga masing-masing barang tersebut,
MRS = PF/PC……….…………..….. (5) Dari persamaan diatas maka didapat persamaan
MUF/MUC = PF/PC ……….……….….. (6)
Dimana :
F = Barang pertama C = Barang kedua
MRS = Marjinal Range Subtitusi
untuk pangan daripada sandang, utilitasnya akan meningkat dengan
membelanjakan pangan lebih banyak. Selama utilitas marjinal pembelanjaan tambahan rupiah untuk pangan melebihi utilitas marjinal pembelanjaan tambahan rupiah untuk sandang, ia dapat meningkatkan utilitas marjinal dengan menggeser anggarannya pada pangan dan meninggalkan sandang (Pindyck dan Rubinfeld, 2009).
Badan Pusat Statistik (2012) merumuskan bahwa rumah tangga merupakan konsumen atau pemakai barang dan jasa sekaligus juga pemilik faktor-faktor produksi tenaga kerja, lahan, modal dan kewirausahaan. Rumah tangga menjual atau mengelola faktor-faktor produksi tersebut untuk memperoleh balas jasa. Balas jasa atau imbalan tersebut adalah upah, sewa, bunga dividen, dan laba yang merupakan komponen penerimaan atau pendapatan rumah tangga. Penerimaan lain yang mungkin diperoleh rumah tangga adalah transfer (pemberian cuma-cuma), perkiraan pendapatan (imputasi) dari rumah milik rumah tangga tersebut yang ditempati sendiri atau ditempati pihak lain dengan bebas sewa, dan hasil produksi barang/jasa dari kegiatan yang tidak digolongkan sebagai kegiatan usaha rumah tangga. Transfer yang diterima berasal dari pemerintah, badan usaha, lembaga nirlaba, rumah tangga lain, maupun dari luar negeri.
tingkat pendapatan yang rendah, pengeluaran konsumsi umumnya dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan pokok guna memenuhi kebutuhan jasmani. Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan merupakan jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat berbagai macam barang konsumsi (termasuk sandang, perumahan, bahan bakar, dan sebagainya) yang dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk menyelenggarakan rumah tangga. Keanekaragamannya tergantung pada tingkat pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapatan yang berbeda-beda mengakibatkan perbedaan taraf konsumsi (Badan Pusat Statistik, 2012)
Pengeluaran konsumsi kelompok makanan terdiri dari pengeluaran untuk:
a. Makanan yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan dan udang segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang diawetkan dan sejenisnya, daging segar, daging yang diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bahan minuman, bumbu-bumbuan dan konsumsi bahan makanan lainnya.
b. Makanan dan minuman jadi.
c. Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok kretek, cerutu dan tembakau.
Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri dari pengeluaran untuk :
b. Aneka barang dan jasa.
c. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala. d. Pajak dan asuransi.
e. Keperluan untuk pesta dan upacara (Badan Pusat Statistik, 2011).
Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Menurut BPS (2009) pengeluaran rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ct = Ca + Cb…+ Cn ………... (7)
Keterangan :
Ct = total pengeluaran rumah tangga Ca = pengeluaran untuk makanan Cb = pengeluaran untuk non-makanan Cn = pengeluaran lainnya
makanan dan bukan makanan selanjutnya dikonversikan kedalam pengeluaran rata-rata sebulan. Dalam kondisi pendapatan terbatas, masyarakat yang
berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanajakan untuk bukan makanan (Badan Pusat Statistik, 2013).
Pengeluaran rumah tangga per/kapita per tahun adalah total pengeluaran rumah tangga petani baik pengeluaran untuk pangan maupun non pangan dalam setahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga/kapita per tahun ini kemudian dikonversikan ke dalam ukuran setara beras per kilogram untuk mengukur tingkat kemiskinan rumah tangga (Sajogyo, 1977) dalam Irawan (2011). Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per tahun pada rumah tangga petani dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat dirumuskan :
Pengeluaran/kapita RT/tahun = Pengeluaran RT/tahun (Rp)
Tahun (Rp) Jumlah tanggungan keluarga
Menurut klasifikasi Sajogyo (1977), petani miskin dikelompokan
ke dalam enam golongan :
(1) Paling miskin : 180 kg setara beras/tahun (2) Miskin sekali : 181 – 240 kg setara beras/tahun (3) Miskin : 241 – 320 kg setara beras/tahun (4) Nyaris miskin : 321 – 480 kg setara beras/tahun (5) Cukup : 481 – 960 kg setara beras/tahun (6) Hidup layak : >960 kg setara beras/tahun.
3. Teori Pendapatan
Garis anggaran rumah tangga menunjukan titik kombinasi yang tersedia bagi rumah tangga sesuai dengan pendapatannya dan harga barang yang dibelinya, jika ia membelanjakan semua uangnya untuk itu. Menurut Pindyck dan Rubindfeld (2009) persamaan garis anggaran adalah sebagai berikut :
B = X.PX + Y.PY ……….. (8)
Dimana :
B = Pendapatan yang tersedia bagi rumah tangga X = Jumlah barang X yang dikonsumsi
PX = Harga barang X
Y = Jumlah barang Y yang dikonsumsi PY = Harga barang Y
anggaran menyinggung kurva indeferen (kepuasan) pada titik yang tertinggi. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan grafik berikut :
Gambar 4. Keadaan Konsumen memaksimumkan Kepuasannya Dimana :
B = Pendapatan yang tersedia untuk mengkonsumsi barang x dan y Px = Harag barang x
Py = Harga barang y
X1 = Jumlah barang x maksimum yang dapat dibeli Y1 = Jumlah barang y maksimum yang dapat dibeli
B2 = Tingkat kepuasan maksimum yang dapat dicapai dengan anggaran B X2 = Jumlah barang X yang dibeli
Y2 = Jumlah barang Y yang dibeli
Perubahan pendapatan dapat memindahkan garis anggaran pengeluaran sejajar dengan asal. Pertambahan pendapaan akan memindahkan garis anggaran ke kanan dan pengurangan-pengurangan pendapatan memindahkan garis anggaran ke sebelah kiri. Pada setiap garis anggaran pengeluaran akan terdapat satu kurva kepuasan (utility) sama yang menyinggung garis anggaran. Titik persinggungan
Y1
B
X1
B2
Y2
X2
tersebut adalah keseimbangan pemaksimuman kepuasan yang baru. Tingkat kepuasan akan meningkat jika berada pada kurva indeferen yang lebih tinggi. Kurva tersebut menurut Sukirno (2013) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Kurva Pendapatan-Konsumsi Dimana :
a = Garis anggaran 1 b = Garis anggaran 2 c = Garis anggaran 3
E1 = Titik keseimbangan pada saat garis anggaran a E2 = Titik keseimbangan pada saat garis anggaran b E3 = Titik keseimbangan pada saat garis anggaran c
U1 = Kurva kepuasan konsumen pada saat garis anggaran a U2 = Kurva kepuasan konsumen pada saat garis anggaran b U3 = Kurva kepuasan konsumen pada saat garis anggaran c
Pada saat pendapatan , garis anggaran pengeluaran seperti ditunjukan pada garis a, dengan demikian E1 adalah keseimbangan yang menggambarkan
pemaksimuman kepuasan. Selanjutnya dimisalkan pendapatan naik, ini
menyebabkan garis anggaran naik menjadi garis b, dan keseimbangan baru pada E2. Pertambahan pendapatan seterusnya akan memindahkan keseimbangan, misalnya ke E3. Garis pendapatan-konsumsi adalah garis yang bermula dari titik (o) dan melalui titik-titik keseimbangan E1, E2,E3 dan seterusnya. Tingkat kepuasan yang paling tinggi pada kurva tersebut adalah pada U3 hal ini sesuai denga asumsi para ahli ekonomi bahwa lebih banyak barang atau lebih banyak pendapatan yang dimiliki lebih disukai (lebih memuaskan. Hal ini berarti kepuasan yang diterima pada U2 lebih tinggi dari kepuasan yang diterima pada U1, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi garis anggaran maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen. Jadi U3 > U2 > U1 (Sukirno, 2013).
Pendapatan rumah tangga petani merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan dalam kegiatan pertanian dan pendapatan diluar pertanian. Menurut BPS (2011) dan Sukartawi (1995) secara matematis pendapatan rumah tangga petani dapat dirumuskan sebagai berikut :
Prt = P1 + P2 + P3 ………... (9)
Keterangan :
Prt = pendapatan rumah tangga petani padi (Rp) P1 = pendapatan utama dari on farm (usahatani padi)
P3 = pendapatan non farm (pendapatan berasal dari luar pertanian, buruh bangunan, jasa, berdagang, pegawai, dll)
Pendapatan bersih (keuntungan) usahatani adalah selisih antara hasil atau nilai penjualan dengan biaya total. Menurut Suratiyah (2009), Dumary (2004) dan Nopirin (2000) pendapatan usahatani dapat di rumuskan dengan:
Π = TR –TC………. (10) TR = P x Q ……….……….. (11) TC = TFC + TVC ……….... (12) AFC = TFC ………...………... (13)
Q
AVC = TVC ………...………. (14) Q
Keterangan:
Π = Pendapatan bersih (keuntungan) usahatani TR = Penerimaan total
TC = Biaya total P = Harga output Q = Jumlah output TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel AFC = Biaya tetap rata-rata AVC = Biaya variabel rata-rata
Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang
dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya usahatani, seperti pupuk, bibit, pestisida, biaya tenagakerja, pengolahan tanah dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil dengan pekerjanya. Setelah biaya tersebut
dikurangkan, maka dapatlah apa yang disebut dengan pendapatan bersih atau keuntungan. Biaya produksi menurut Daniel (2004) dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan tergantung pada tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu :
a. Biaya uang dan biaya in natura, adalah biaya tunai misalnya upah kerja untuk persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida. Biaya panen, bagi hasil, sumbangan, bayar hutang dan mungkin pajak-pajak dibayar dalam bentuk natura. b. Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya bergantung pada jumlah produksi. c. Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara
biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan, sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani untuk
mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2004).
seorang petani juga dapat menggunakan modal dan tenaganya untuk usaha-usaha lain seperti berdagang atau memelihara ternak ayam, kambing atau yang lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengisi waktu-waktu kosong, karena pekerjaan pertanian bersifat musiman (Mubyarto, 1995).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Permasalahan mengenai alokasi pengeluaran dan pendapatan bagi suatu
mayarakat khususnya rumah tangga petani banyak dibahas oleh peneliti
terdahulu, diantaranya adalah:
1. Penelitian Pengeluaran
Hasil penelitian Munparidi (2010) menjelaskan bahwa proporsi alokasi pengeluran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya semakin besar pendapatan total keluarga maka proporsi alokasi untuk konsumsi pangan semakin berkurang. Sebaliknya proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya proporsi alokasi untuk konsumsi non pangan bertambah seiring dengan pertambahan pendapatan total keluarga.
Sulawesi Selatan memiliki pola serupa antar lokasi yaitu proporsi atau pangsa pengeluaran pangan masih mendominasi struktur pengeluaran rumah tangga. Namun demikian besaran alokasi pengeluaran menurut jenis dan kelompok pangan maupun nonpangan bervariasi menurut agroekosistem dan provinsi. Di antara kelompok pangan, pangsa pengeluaran untuk beras cukup dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga di daerah penelitian.
Hasil penelitian Elly dan Salendu (2012) menunjukan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumah tangga dari usaha ternak sapi. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga peternak sapi maka
jumlah pengeluaran konsumsi pangan juga semakin tinggi. Secara teori struktur pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh struktur demografi dari rumah tangga tersebut. Penerimaan rumah tangga akan dialokasikan untuk konsumsi rumah tangga, apakah untuk pangan, non pangan, pendidikan, kesehatan..
2. Penelitian Pendapatan
total pendapatan. Pendapatan off farm terdiri dari semua pendapatan yang berasal dari kegiatan buruh tani, pengrajin gula kelapa dan peternakan.
Usaha peternakan merupakan pendapatan terbesar yaitu 63,07% dari total pendapatan rumah tangga pada sektor off farm. Hampir seluruh sampel
memelihara ternak yaitu ternak sapi dan kambing. Pendapatan non farm petani meliputi jasa sebagai buruh bangunan, tukang kayu, tukang batu, berdagang dan perangkat desa. Berdagang merupakan kontribusi pendapatan terbesar dari seluruh pendapatan non farm yaitu sebesar 33,67%. Pengeluaran rumah tangga petani lahan kering terdiri dari konsumsi rumah tangga, pajak, listrik dan air, pendidikan serta kesehatan. Pada lokasi penelitian pengeluaran terbesar berasal dari pengeluaran untuk konsumsi.
Hasil penelitian Novita dan Mukhyar (2011) menyebutkan bahwa umumnya petani padi sawah di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan telah melakukan diversifikasi usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka, tidak hanya bertumpu pada usahatani padi akan tetapi juga pada usahatani non padi (non farm), dan off farm. Pada usaha disektor pertanian dapat dilakukan diversifikasi pangan selain untuk meningkatkan pendapatan juga untuk menambah
Aruan dan Mariati (2010) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerimaan petani padi sawah di Desa Sidomulyo tidak dipengaruhi oleh biaya benih. Hal ini berhubungan dengan banyaknya benih yang ditanam oleh petani dalam usahataninya. Biaya pupuk berpengaruh pada penerimaan dikarenakan banyak sedikitnya pupuk yang digunakan petani. Biaya tenaga kerja berpengaruh terhadap penerimaan hal ini berhubungan dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang tepat pada setiap usahatani akan
mempengaruhi biaya tenaga kerja yang secara nyata akan berpengaruh terhadap penerimaan. Hasil analisis menunjukan bahwa peningkatan tenaga kerja akan meningkatkan penerimaan.
Zaini (2010) menyimpulan penelitiannya, bahwa biaya pupuk, biaya benih, biaya tenaga kerja, serta biaya penyusutan alat dan penerimaan secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan. Akan tetapi berdasarkan hasil uji t dari keenam variabel tersebut hanya variabel tenaga kerja dan penerimaan petani yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Hal ini dikrenakan berapapun jumlah biaya produksi yanag akan dikeluarkan oleh petani seperti biaya benih, pupuk, pestisida dan biaya penyusutan alat tidak akan mempengaruhi
C. Kerangka Pemikiran
Rumah tangga dalam pengambilan keputusannya mengonsumsi suatau barang dan jasa dibatasi oleh tingkat pendapatan yang dimiliki. Pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tanggungan anak masih sekolah, umur kepala keluarga, lahan sawah dan lahan nonsawah.
Pendapatan merupakan hasil kerja seseorang atas aktivitas ekonomi tertentu. Pengeluaran rumah tangga sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka pengeluaran rumah tangga juga akan semakin tinggi. Pendapatan rumah tangga petani padi dapat berasal dari tiga sumber yaitu dari on farm (usahatani padi), off farm, dan
non farm (diluar sektor pertanian).
Jumlah anggota keluarga atau tanggungan keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan rumah tangga tersebut. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan, baik kebutuhan pangan maupun non pangan yang harus dipenuhi. Kondisi ini akan menjadi beban apabila anggota keluarga tersebut belum mampu mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan mereka.
Jumalah anak yang masih sekolah merupakan salah satu faktor yang
Semakin banyak anak yang masih sekolah dan semakin tinggi jenjang pendidikannya maka tingkat pengeluaran rumah tangga juga akan semakin tinggi.
Kepala keluarga adalah seorang yang berperan dalam pengambilan keputusan disuatu rumah tangga, baik keputusan sosial maupun ekonomi. Kepala keluarga yang usianya masih produktif maka akan lebih selektif dalam mengambil
keputusan sosial ekonomi rumah tangga tersebut, berbeda dengan kepala keluarga yang berusia tidak produktif.
Luas lahan secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran suatu rumah tangga petani, sebab semakin luas lahan yang dimiliki seoarang petani maka pendapatan yang akan diperoleh juga akan semakin meningkat dan jika pendapatan meningkat maka pengeluaran juga akan meningkat.
Gambar 6. Kerangka pemikiran analisis pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah
Rumah tangga petani padi Desa Sukajawa
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani
Pendapatan rumah tangga petani padi (Y)
Luas lahan nonSawah
(X6)
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan maka diduga pengeluaran rumah tangga petani padi dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, jumlah anak yang masih sekolah, umur kepala
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel bebas (pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah anak masih sekolah, umur kepala keluarga, luas lahan sawah dan luas lahan nonsawah) serta variabel tidak bebas (pengeluaran rumah tangga).
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal dalam satu atap rumah dan biasanya makan bersama dari satu dapur diukur dengan KK.
Pengeluaran rumah tangga merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh anggota rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan dan nonpangan (kesehatan, pendidikan, pakaian, dan fasilitas rumah tangga) diukur dengan Rp.
Pendapatan rumah tangga adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan usahatani langsung (on farm) ditambah dengan kegiatan off farm
Jumlah tanggungan keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi beban tanggunan responden secara ekonomi dalam rumahtangga. Orang yang ditanggung tersebut meliputi anggota keluarga yang memiliki hubungan darah maupun tidak memiliki hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap. Jumlah anggota keluarga diukur perorang.
Jumlah anak yang masih sekolah adalah seluruh jumlah anak yang masih menyelesaikan pendidikan formal yang menjadi beban tanggungan responden diukur perjiwa.
Umur kepala keluarga adalah usia kepala keluarga pada saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.
Luas lahan sawah adalah besarnya area yang digunakan untuk melakukan usahatani padi, diukur dengan satuan ha (hektar).
Luas lahan nonsawah adalah besarnya area yang dimiliki petani selain lahan sawah, baik yang diusahakan maupun yang tidak diusahakan, diukur dengan ha (hektar).
Tabel 4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumah tangga petani padi
No. Variabel Definisi Satuan
1. Pengeluaran total rumah tangga
Adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk keperluan rumahtangga baik berupa barang maupun jasa, dan berupa pangan maupun nonpangan.
Rp
2. Pengeluaran pangan
- Pengeluaran
padi-Adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pangan
rumahtangga yang dihitung dalam satu minggu yang di konversikan ke dalam 1 tahun. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli jenis makanan padi-padian.
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli jenis makanan umbi-umbian.
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau
mengkonsumsi jenis makanan kacang-kacangan.
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau
mengkonsumsi jenis makanan daging beserta olahannya. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau
mengkonsumsi jenis pangan telur dan susu.
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau
mengkonsumsi jenis pangan ikan kering dan hasil olahan.
Lanjutan Tabel 4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumah tangga petani Padi
No. Variabel Definisi Satuan
buah-Lanjutan Tabel 4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumah tangga petani Padi
No. Variabel Definisi Satuan
3. Pengeluaran
minuman oleh rumahtangga yang dihitung selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun. Adalah biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan perumahan atau fasilitas RT selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun.
Adalah biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan aneka barang dan jasa selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu pakaian selama satu bulan dan dikonversi satu tahun.
Tabel 5. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan pendapatan rumah tangga petani Padi
No Variabel Definisi Satuan
1 Pendapatan rumah tangga
Adalah pendapatan yang berasal dari hasil usahatani (on farm), off farm), dan usaha di luar pertanian (non farm).
Rp/Th
2 Pendapatan on farm Adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil produk usahatani yang dilakukan langsung di lahan (bercocok tanam,peternakana, dan perikanan) yang dihitung setiap satu kali panen dan dikonversikan dalam satu tahun. pertanian (nonfarm)
Penerimaan usahatani padi
Total penerimaan petani
Biaya tenaga kerja
Adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan yang dilakukan di luar lahan pertanian akan tetapi masih berkaitan dengan pertanian (buruh tani, upah garapan,
tengkulak dan lain-lain) yang dihitung dalam satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun Adalah pendapatan yang diperoleh dari luar sektor pertanian dalam satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun.
Adalah jumlah produksi padi dikalikan dengan tingkat harga jual. Adalah jumlah keseluruhan dari penerimaan usahatani padi. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang dihitung dalam satu musim.
Rp/Th
Rp/Th
Rp
Rp
Lanjutan Tabel 5. Devinisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan pendapatan rumah tangga petani Padi
No. Variabel Definisi Satuan
8.
Adalah nilai peralatan, bangunan atau lahan yang dihitung sejak awal pembelian.
Adalah nilai penyusutan suatu peralatan usahatani.
Adalah biaya keseluruhan dari biaya tunai, biaya diperhitungkan dan peralatan dalam usahatani.
Rp
Rp
Rp
B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan secara survei. Metode survei adalah suatu metode yang mengumpulkan dan menganalisis data sosial dengan menggunakan jalan terstruktur dan menggunakan interview dan kuesioner yang sangat mendetail untuk mendapatkan informasi dari responden yang berjumlah banyak dengan menggunakan sampling atas populasi.
dalam usahatani padi, serta alokasi pengeluaran dari hasil pendapatan mereka, baik untuk pangan maupun non pangan. Pengumpulan data pengeluaran rumah tangga menggunakan metode recall, dilakukan dengan cara menanyakan kembali pangan yang dikonsumsi seminggu yang lalu pada saat penelitian dan kemudian dikonversikan selama satu tahun, dan untuk non pangan yang dikeluarkan dalam satu tahun yang lalu pada saat penelitian berlangsung.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti kantor kepala desa, dinas pertanian setempat, gaboktan, dan dari buku-buku pendukung yang berkaitan dengan penelitian (Sugiarto, 2003).
C. Lokasi, Sampel, dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja
Kriteria rumah tangga petani yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang sedang mengusahakan tanaman padi berjumlah 162 petani. Penentuan ukuran sampel pada penelitian ini didasarkan atas pertimbangan menurut Singarimbun dan Effendi (1995) dan Arikunto (2006). Singarimbun dan Effendi (1995) menyebutkan bahwa jika data dianalisis dengan
menggunakan statistik parametrik, maka jumlah sampel harus besar, karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sampel yang tergolong sampel besar yang distribusinya normal adalah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 sampel. Jika teknik analisa yang dipakai adalah teknik korelasi maka sampel yang harus diambil minimal 30 sampel.
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa jika jumlah populasinya besar, ukuran sampelnya dapat diambil sebesar 10-15% atau 20-25%, atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti jika dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini menetapkan ukuran sampel
pertanian, hal ini akan mengakibatkan data yang dihasilkan nantinya tidak valid sehingga diputuskan bahwa 13 responden tersebut di keluarkan dari daftar responden yang akan diteliti. Berdasarkan hal tersebut maka ditentukan kembali ukuran sampel sebesar 29% dari jumlah populasi (menjadi 47 sampel).
D. Alat Analisis Data
1. Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi
a. Pendapatan Usahatani Padi
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah analisis rugi laba dengan menggunakan model persamaan (Suratiyah, 2009) :
Π = TR –TC……… (10)
TR = P x Q ……… (11)
TC = TFC + TVC ………. (12)
Keterangan:
Π = Pendapatan (keuntungan) usahatani padi
TR = Penerimaan total TC = Biaya total P = Harga output Q = Jumlah output TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel
peternakan, perikanan, pekarangan rumah, buruh tani, berdagang dan yang lainnya.
b. Pendapatan Total Rumah Tangga
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan yang pertama adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan model persamaan pendapatan rumah tangga sebagai berikut (Sukartawi, 1995):
Prt = P1 + P2 + P3 ... (15)
Keterangan :
Prt = pendapatan rumah tangga petani padi per-tahun
P1 = pendapatan on farm (Usahatani padi, ternak, pekarangan, dan perikanan)
P2 = pendapatan off farm (buruh tani)
P3 = pendapatan di luar sektor pertanian / non farm (buruh bangunan, jasa, perdagangan, dll)
Pendapatan usahatani padi dapat diketahui dengan menghitung selisih antara penerimaan dari hasil usahatani padi dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun. Model yang digunakan untuk menghitung pendapatan usahatani padi adalah sebagai berikut (Suratiyah, 2009) :
Y = TR – TC dimana TR = P . Q dan TC = TFC + TVC ... (16)
Keterangan :
Y = pendapatan (Rp)
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
Q = jumlah produksi (quantity)
TFC = total biaya tetap (total fixed cost)
TVC = total biaya variabel (total variable cost)
Biaya (C = cost) dapat dibedakan menjadi total biaya tetap (TFC = total fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (Q = quantity), biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya terus di keluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contohnya biaya untuk alat pertanian. Total biaya variabel (TVC = total variabel cost), biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi yang diperoleh,
contohnya biaya sarana produksi.
2. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan yang kedua adalah analisis kuantitatif dan tabulasi dengan menggunakan model persamaan pengeluaran rumah tangga, yaitu :
Ct = Ca + Cb …………... (17)
Keterangan :
Alokasi pengeluaran rumah tangga akan ditabulasikan, dalam tabulasi dilakukan penyusun sistem klasifikasi data. Data yang dimasukkan adalah data pengeluaran pangan dan nonpangan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani
Alat analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan yang kedua adalah dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan rumus matematik sebagai berikut (Elly dan Salendu, 2012) :
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + e ……… (18) Keterangan :
Y = Pengeluaran rumah tangga (Rp/th) a = Konstanta
X1 = Pendapatan rumah tangga (Rp/th) X2 = Jumlah tanggungan keluarga (Jiwa) X3 = Jumlah anak yang masih sekolah (Jiwa) X4 = Umur kepala keluarga (Tahun)
X5 = Luas lahan sawah (Ha) X6 = Luas lahan nonsawah (Ha)
β1, β2, β3, β4, β5 = Besaran koefisien dari masing-masing variabel e = eror
pengaruh variabel independen (pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah anak yang masih sekolah, umur, luas lahan sawah dan luas lahan nonsawah) secara parsial (tunggal) terhadap variabel dependen (pengeluaran rumah tangga) digunakan alat uji-t. Kriteria pengambilan keputusan uji signifikansi adalah:
a. Apabila probabilitas signifikan > 0,10 maka Ho diterima dan H1 ditolak b. Apabila probabilitas signifikan < 0,10 maka Ho ditolak dan H1 diterima Dimana :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.
Pada analisis regresi linear berganda akan dilakukan pengujian mengenai gejala-gejala penyimpangan asumsi klasik yang terdapat di dalam model regresi. Gejala penyimpangan asumsi klasik tersebut adalah gejala heterokedastis dan multikolinearitas.
a. Uji Multikolinieritas
nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10, maka mengindikasikan adanya multikolinieritas (Ghozali, 2006).
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
4. Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Petani Padi
a. Kriteria Kemiskinan dilihat dari Tingkat Pengeluaran Per Kapita
Tingkat kemiskinan rumah tangga dapat dilihat dari persentase pengeluaran rumah tangganya baik pengeluaran untuk kebutuhan makanan maupun kebutuhan non-makanan dimana persentase pengeluaran untuk makanan akan semakin kecil. Garis kemiskinan dihitung dengan cara mengalikan jumlah konsumsi beras (kg/kapita) dengan harga beras pada saat penelitian dilakukan. Menurut klasifikasi Sajogyo (1977), petani miskin di pedesaan dikelompokan ke dalam empat golongan yaitu :
1) Rumah tangga sangat miskin : ≤180 kg setara beras per kapita per tahun;
2) rumah tangga miskin : 181-240 kg setara beras per kapita per tahun; 3) rumah tangga nyaris miskin : 241-320 kg setara beras per kapita per tahun;
4) rumah tangga layak : ≥ 321 kg setara beras per kapita per tahun.
b. Kriteria Kemiskinan Menurut BPS
makanan dan garis kemiskinan non-makanan (GKNM) yang merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum non-makanan. Garis kemiskinan adalah jumlah kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari ditambah dengan keperluan untuk kebutuhan dasar non makanan yang paling pokok. Penghitungan GK dilakukan terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan, dirumuskan sebagai berikut:
GK = GKM + GKNM ……… (19)
Keterangan:
GKM = nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. GKNM = kebutuhan minimum untuk non-makanan.
GKM pedesaan Provinsi Lampung pada September tahun 2013 sebesar Rp220.997,00 sedangkan GKNM nya sebesar Rp63.507,00, dengan
demikian didapat nilai GK pedesaan di Provinsi Lampung pada tahun 2013 sebesar Rp284.504,00.
c. Klasifikasi Tinggi-Rendahnya Pendapatan Per Kapita
Pendistribusian pendapatan per kapita berdasarkan kategori yang telah disebutkan sebelumnya ditentukan dengan cara mengurangkan tingkat pendapatan per kapita per bulan tertinggi dengan pendapatan per kapita per bulan terendah. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori yang digunakan. Rumus range tersebut adalah (BPS, 2009):
RS = SkT – SkR ... (20) JKI
Keterangan : R = range
PT = pendapatan tertinggi PR = pendapatan terendah
JKI = jumlah kriteria yang digunakan (3)
Hasil perhitungan akan diperoleh range (R = 265.879,75) sehingga dapat dilihat interval yang akan menggambarkan tingkat pendapatan rumah tangga. Hubungan antara interval dan tingkat pendapatan adalah :
1. Pendapatan Rp148.825,00 – Rp414.704,75 : rumah tanggga berpendapatan rendah 2. Pendapatan Rp414.704,75 – Rp680.584,50 : rumah tangga
berpendapatan sedang 3. Pendapatan Rp680.584,50 – Rp945.464,27 : rumah tangga
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Sukajawa
Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban yang mulai diresmikan pada tahun 1951. Pada awalnya merupakan bagian dari wilayah Desa Gunung Sugih Pasar.
Batas-batas Desa Suka Jawa yaitu sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Wates.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung Sugih Baru, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Rengas, Kecamatan Bekri. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Sidokerto dan Kampung
Sukajadi.
1. Letak Desa Sukajawa
Tabel 6. Sebaran penggunaan lahan di Desa Sukajawa
Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase
Pekarangan/perumahan 85 14,17
Persawahan 225 37,50
Peladangan 190 31,67
Perkebunan Rakyat 35 5,83
Jalan 6 1,00
Lain-lain 59 9,83
Total 600 100
Sumber: Buku Monografi Desa Sukajawa Tahun 2014
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa di Desa Sukajawa, lahan untuk persawahan merupakan lahan yang paling luas penggunaannya yaitu 225 ha (37,5 persen). Sawah di Desa Sukajawa merupakan sawah irigasi setengah teknis. Irigasi setengah teknis adalah sawah yang jaringan irigasinya tidak seluruhnya
permanen. Lahan untuk peladangan digunakan sebesar 190 ha (31,67 persen), luas lahan untuk peladangan tidak jauh berbeda dengan luas yang digunakan untuk persawahan. Pada umumnya masyarakat Desa Sukajawa mengusahakan tanaman ladang berupa kacang-kacangan, timun, singkong, dan yang lainnya, akan tetapi petani yang menjadi responden pada penelitian ini tidak
mengusahakan ladang sebagai sumber pendapatan mereka.
Pekarangan atau perumahan merupakan lahan yang digunakan untuk dibangun rumah dan termasuk halaman rumah atau pekarangan rumah. Besarnya
yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman sayur-sayuran atau yang lainnya. Penggunaan lahan selanjutnya dimanfaatkan untuk lain-lain sebesar 59 ha (9,83 persen), misalnya untuk bangunan pasar, lapangan sepak bola,
bangunan sekolah, dan yang lainnya.
2. Sarana dan Prasarana Desa Sukajawa
Desa Sukajawa memiliki sarana air yangdapat menunjang aktifitas masyarakat setempat. Sarana air yang terdapat di Desa Sukajawa berupa saluran drainase yang berjumlah dua unit dan saluran irigasi yang berjumlah 3 unit, selain sarana juga memiliki berbagai macam prasarana yang menunjang aktifitas
penduduknya, diantaranya adalah prasarana transportasi darat, komunikasi dan informasi, pendidikan, kesehatan, peribadahan dan penerangan. Rincian prasarana di Desa Sukajawa dapat dilihat pada Tabel 7.
Pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa Desa Sukajawa memiliki prasarana
pendidikan yang lengkap, dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Lengkapnya prasarana pendidikan ini diharapkan penduduk Desa Sukajawa mampu
Tabel 7. Prasarana desa Sukajawa
No Prasarana Jenis Keterangan
1 Transportasi darat a. Ojek 5 unit
e. Perguruan Tinggi 1 unit
4 Kesehatan a. Puskesmas pembantu 1 unit
b. Klinik / Bidan 2 unit
5 Peribadahan a. Masjid 5 unit
b. Mushola 2 unit
6 Penerangan a. Listrik PLN ada
7 Ekonomi a. Pasar tradisional 1 unit
b. Mini Market (Indomart) 2 unit
c. Bank BRI 1 unit
8 Lembaga Pertanian a. BLPP 1 Lembaga
b. PPL 2 orang
c. Gapoktan 1 kelompok
d. Kelompok Tani 9 kelompok
Sumber: Buku Monografi Desa Sukajawa Tahun 2014
Sarana ekonomi diantaranya adalah pasar tradisional satu unit, di mana di pasar inilah penduduk Sukajawa memasarkan hasil kebun mereka, akan tetapi banyak komoditi yang tetap di datangkan dari luar desa seperti dari Lampung Barat dan Tanggamus. Sarana perekonomian yang lainnya adalah terdapatnya mini market yaitu indomart yang terletak di dua lokasi yang pertama di dekat pasar
satu-satunya bank yang terdapat di Desa Sukajawa dan terletak di lokasi pasar tradisional. Keberadaan bank BRI sangat dimanfaatkan oleh penduduk setempat.
Sarana lembaga pertanian merupakan salah satu sarana yang juga menunjang aktifitas pertanian di Desa Sukajawa. Terdapat BLPP dan PPL yang merupakan lembaga penyuluh dari pemerintah. Keberadaan BLPP dan PPL di Desa
Sukajawa tidak begitu mempengaruhi kinerja dan kualitas petani di Desa Sukajawa sebab sedikitnya pertemuan-pertemuan rutin yang mereka lakukan. Terdapat satu PPL yang ada di Desa Sukajawa akan tetapi berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani bahwa tidak adanya kegiatan yang
mendukung dari PPL untuk para petani. Terdapat satu gabungan kelompok tani dan sembilan kelompok tani yaitu kelompok tani Ikatan Tani Sejahtera, Tiga Serangkai I, Bina Tani Utama I, Bina Tani Utama II, Bina Tani Utama III, Bina Tani Utama IV, Karya Makmur, Kroya Makmur, dan Karya Tani. Sembilan kelompok tani tersebut terdapat di masing-masing dusun di Desa Sukajawa. Petani yang menjadi responden tidak semuanya merupakan anggota kelompok tani. Petani yang menjadi responden tergabung dalam kelompok tani Tiga Serangkai I dan Bina Tani Utama II.
3. Kependudukan