SKRIPSI
NOVI FACHRUNNISA
STUDI PENGGUNAAN ASAM TRANEKSAMAT
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
DENGAN HEMOPTISIS
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU
Karsa Husada Batu)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN ASAM TRANEKSAMAT
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN
HEMOPTISIS
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa
Husada Batu)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2016
Oleh:
NOVI FACHRUNNISA NIM: 201210410311051
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Apt., MS.
iii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN ASAM TRANEKSAMAT
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN
HEMOPTISIS
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa
Husada Batu)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 14 Mei 2016
Oleh:
NOVI FACHRUNNISA NIM: 201210410311051
Tim Penguji:
Penguji I Penguji II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Apt., MS. NIP UMM: 144.0609.0449 NIP: 195809111986011001
Penguji III Penguji IV
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul STUDI PENGGUNAAN ASAM TRANEKSAMAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN HEMOPTISIS (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu) sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak sehingga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu dr. Tries Anggraini, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu beserta jajarannya yang berkenan menerima dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi di bagian rekam medik.
4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
v
6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt.,
M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt. selaku dosen wali yang selalu memberikan arahan dan nasehat selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Farmasi. 8. Bapak Ibu Dosen Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan penulis
banyak sekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
9. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis pesembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ir. Fakhrudin A. Wahab, M.Si dan Ibunda Siti Suharni, A.Md. yang selalu mendoakan dan mencurahkan segenap kasih sayang yang tak terbatas serta memberi dukungan dan motivasi selama menempuh pendidikan.
10. Saudara penulis, Annis Hardianty dan Lina Fachrunia yang memberikan
support yang luar biasa, kesabaran dalam menghadapi penulis, serta telah memberikan doa demi kelancaran skripsi ini.
11. Teman-teman seperantauan dari kabupaten Dompu-NTB, Didit, Irman, Rizal, Agus, Dewi, Ugi dan Yaya yang selalu ada menemani, menyemangati dan membantu penulis selama menempuh pendidikan di Malang.
12. Teman-teman seperjuangan skripsi Retno, Ivone, Noviar, Ana, Hafiz, Pipit, Defri, Ikhsan, Ririn, Fitri, Amel, Aulia, Nada, Nadia yang menjadi saingan belajar sekaligus memotivasi selama perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian.
Malang, Mei 2016
vi
RINGKASAN
Dalam Global Tuberculosis Report 2013 oleh World Health Organization bahwa terdapat 8,6 juta kasus Tuberkulosis baru di tahun 2012 dan 1,3 juta kematian akibat Tuberkulosis (WHO, 2013). Angka kejadian tuberkulosis dengan hemoptisis masif di Indonesia diperkirakan hanya berkisar 5% sampai 15% dari total kasus, namun tetap harus memerlukan penanganan dan manajemen yang efektif (Irfa et al., 2014). Tanpa perawatan yang tepat, pasien tuberkulosis dengan menifestasi hemoptisis memiliki tingkat kematian hingga 50-100% (Patel et al., 2015). Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menginfeksi organ lain namun biasanya menginfeksi paru-paru (Harrison et al., 2015). Di negara berkembang, tuberkulosis merupakan penyebab utama terjadinya hemoptisis khususnya di Indonesia (Irfa et al., 2014). Hemoptisis (batuk darah) adalah gejala batuk berdarah yang berasal dari paru-paru. Darah yang khususnya berasal dari bronkiolus dan alveolus biasanya berwarna merah muda, bercampur sputum dan kadang berbusa (Grace & Borley, 2006). Volume ekspektorasi sejumlah besar darah yaitu sekitar 100 sampai 1000 ml darah, sehingga ini merupakan keadaan darurat yang mengancam jiwa dan diperlukan penanganan yang intensif (Larici et al., 2014). Tujuan dari penatalaksanaan hemoptisis secara umum adalah untuk mengurangi baik durasi maupun volume batuk berdarah (Moen et al., 2013). Antifibrinolitik telah menjadi terapi farmakologis utama karena telah terbukti dalam meningkatkan hemostatis di berbagai pendarahan (Prutsky et al., 2013). Asam traneksamat merupakan agen antifibrinolitik yang dapat mengganggu disolusi fibrin, sehingga dapat digunakan untuk mencegah perdarahan atau dengan kata lain dapat mengobati perdarahan yang berhubungan dengan fibrinolisis yang berlebihan (Ah-see et al., 2014). Mekanisme kerja dari asam traneksamat terutama dengan menghambat ikatan plasminogen dan plasmin pada fibrin, sehingga mencegah terjadinya lisis bekuan fibrin (Sweetman, 2009).
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 dengan metode penelitian observasional retrospektif dan penyajian data yang secara deskriptif. Kriteria inklusi meliputi pasien yang didiagnosa tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis dan mendapatkan terapi asam traneksamat. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari pola penggunaan asam traneksamat terkait dosis, rute, dan lama penggunaan terapi yang dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik pasien.
vii
viii
ABSTRACT
STUDY OF TRANEXAMIC ACID IN PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS WITH HEMOPTYSIS
(Research at Inpatient Installation of Karsa Husada Hospital in Batu) Novi Fachrunnisa(1), Hidajah Rachmawati(2), Didik Hasmono(3)
Background: Tuberculosis is an infectious caused by Mycobacterium tuberculosis
and usually infect the lung. Tuberculosis is the most common cause of hemoptysis, that is expectoration of blood from the lower respiratory tract. Tranexamic acid can be used to control bleeding in pulmonary tuberculosis, its mechanism of action to inhibit binding plasminogen and plasmin on fibrin as to prevent of a fibrin clot lysis. Objective: Studied the utilization of tranexamic acid include dose, route and duration of therapy associated with laboratory data and clinical data of patients. Methods: Research conducted at Installation of Inpatient Karsa Husada Hospital on period from January 1st to Desember 31st 2015 with retrospective observational
research methods and the presentation of data by descriptive.
Result and Conclusion: Utilization of tranexamic acid as a single therapy as many as 32 patients (84%) and combination therapy as many as 6 patients (16%). The most dominant of single therapy is tranexamic acid (3x500mg) by IV as many as 21 patients (66%), and the most dominant of combination therapy is tranexamic acid + carbazochrome sodium sulfonate as many as 4 patients (67%). Inferential, the dose, route and duration of tranexamic acid was appropiate according to some existing guidelines.
Keywords: Pulmonary tuberculosis, hemoptysis, tranexamic acid
1,2 Pharmacy Department, Health Science Faculty, University of Muhammadiyah Malang,
Malang, Indonesia
ix
ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ASAM TRANEKSAMAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN HEMOPTISIS
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu) Novi Fachrunnisa(1), Hidajah Rachmawati(2), Didik Hasmono(3)
Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan biasanya menginfeksi paru-paru. Tuberkulosis merupakan penyebab utama terjadinya hemoptisis, yaitu ekspektorasi darah yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah. Asam traneksamat dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan pada tuberkulosis paru, mekanisme kerjanya dengan menghambat ikatan plasminogen dan plasmin pada fibrin sehingga mencegah terjadinya lisis dari bekuan fibrin.
Tujuan: Mempelajari pola penggunaan asam traneksamat terkait dosis, rute dan lama penggunaan terapi yang dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik pasien.
Metode: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 dengan metode penelitian observasional retrospektif dan penyajian data yang secara deskriptif.
Hasil dan Kesimpulan: Pola penggunaan asam traneksamat yang digunakan yaitu tunggal sebanyak 32 pasien (84%) dan kombinasi sebanyak 6 pasien (16%). Pola penggunaan terapi tunggal asam traneksamat dengan persentase tertinggi yaitu asam traneksamat (3x500mg) IV sebanyak 21 pasien (66%). Pola penggunaan terapi kombinasi asam traneksamat dengan persentase tertinggi yaitu kombinasi asam traneksamat dengan karbazokrom Na sulfonat sebanyak 4 pasien (67%). Dapat disimpulkan terapi penggunaan asam traneksamat terkait dosis, rute dan lama penggunaan terapi sesuai dengan guideline.
Kata Kunci: Tuberkulosis paru, hemoptisis, asam traneksamat
1,2 Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang, Indonesia
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vi
ABSTRACT ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.3.1 Tujuan Umum ...4
1.3.2 Tujuan Khusus ...4
1.4 Manfaat Penelitian ...5
1.4.1 Bagi Peneliti ...5
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
2.1 Paru ...6
2.1.1 Struktur Paru ...6
2.1.2 Pertukaran Gas pada Paru-paru ...8
2.1.3 Fungsi Paru ...10
2.2 Tuberkulosis Paru dengan Manifestasi Hemoptisis ...10
2.2.1 Definisi Tuberkulosis Paru dan Hemoptisis ...10
2.2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru ...10
2.2.1.2 Definisi Hemoptisis ...11
2.2.2 Epidemiologi Tuberkulosis Paru dan Hemoptisis...11
2.2.2.1 Epidemiologi Tuberkulosis Paru ...11
2.2.2.2 Epidemiologi Hemoptisis ...12
xi
2.2.3.1 Etiologi Tuberkulosis Paru ...12
2.2.3.2 Etiologi Hemoptisis ...13
2.2.4 Patofisiologi Tuberkulosis Paru dan Hemoptisis ...13
2.2.4.1 Patofisiologi Tuberkulosis Paru...13
2.2.4.1.1 Tuberkulosis Primer...13
2.2.4.1.1.1 Tahap Infeksi ...14
2.2.4.1.1.2 Tahap Infeksi TB Laten ...15
2.2.4.1.2 Tuberkulosis Sekunder ...16
2.2.4.2 Patofisiologi Hemoptisis...17
2.2.5 Klasifikasi Tuberkulosis ...18
2.2.5.1 Klasifikasi Berdasarkan Tingkatan Infeksi...18
2.2.5.2 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Infeksi ...18
2.2.5.3 Klasifikasi Berdasarkan Tipe Penderita ...19
2.2.6 Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru ...19
2.2.7 Diagnosis Tuberkulosis Paru ...20
2.2.7.1 Foto Toraks ...20
2.2.7.2 Pemeriksaan Sputum ...21
2.2.7.3 Uji Tuberkulin...22
2.2.8 Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru dan Hemoptisis ...22
2.2.8.1 Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru...22
2.2.8.1.1 Obat Anti Tuberkulosis...22
2.2.8.1.2 Rejimen Pengobatan Tuberkulosis ...23
2.2.8.2 Penatalaksanaan Hemoptisis...26
2.2.8.2.1 Hemostatik Sistemik ...28
2.2.8.2.1.1 Vitamin K ...28
2.2.8.2.1.2 Asam Traneksamat ...29
BAB III KERANGKA KONSEP...35
3.1 Kerangka Konseptual ...35
3.2 Kerangka Operasional ...36
BAB IV METODE PENELITIAN ...37
4.1 Rancangan Penelitian ...37
4.2 Populasi dan Sampel ...37
4.2.1 Populasi ...37
4.2.2 Sampel...37
4.2.3 Kriteria Inklusi ...37
xii
4.3 Bahan Penelitian...38
4.4 Instrumen Penelitian...38
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ...38
4.6 Definisi Operasional Penelitian...38
4.7 Metode Pengumpulan Data ...39
4.8 Analisis Data ...40
BAB V HASIL PENELITIAN...41
5.1 Data Demografi Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...42
5.1.1 Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...42
5.1.2 Usia Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...42
5.1.3 Status Asuransi Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...42
5.2 Diagnosa Penyerta Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...43
5.3 Profil Terapi Hemostatik Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...44
5.3.4 Lama Terapi Asam Traneksamat pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis...47
5.4 Distribusi Terapi Lain Pasien Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis ...47
5.6 Kondisi Pasien Keluar Rumah Sakit (KRS)...48
BAB VI PEMBAHASAN ...49
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...56
7.1 Kesimpulan ...56
7.2 Saran...56
DAFTAR PUSTAKA ...57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Dosis yang direkomendasikan untuk pengobatan intensif
tuberkulosis pasien dewasa ... 23
II.2 Dosis yang direkomendasikan untuk pengobatan intensif tuberkulosis pasien anak... 23
II.3 Dosis untuk OAT KDT kategori 1 ... 24
II.4 Dosis untuk OAT Kombipak kategori 1 ... 24
II.5 Dosis untuk OAT KDT kategori 2 ... 25
II.6 Dosis untuk OAT Kombipak kategori 2 ... 25
II.7 Nama dagang, kandungan dan bentuk sediaan asam traneksamat di Indonesia ... 32
V.1 Jenis kelamin pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis... 42
V.2 Distribusi diagnosa penyerta pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 43
V.3 Distribusi profil terapi hemostatika pada pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 44
V.4 Distribusi terapi tunggal asam traneksamat pada pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 44
V.5 Distribusi kombinasi asam traneksamat dengan obat hemostatik lain yang diterima pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 45
V.6 Profil switching rute, dosis dan jenis hemostatika pada pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 46
V.7 Terapi lain pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis... 47
V.8 Distribusi lama prawatan pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 48
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Paru ... 6
2.2 Unit Pernapasan ... 7
2.3 Penampang dinding alveolar dan pasokan vaskularnya... 8
2.4 Sirkulasi pernapasan eksternal dan selular ... 9
2.5 Patofisiologi tuberkulosis... 14
2.6 Pembentukkan beberapa kavitas pada TB paru ... 16
2.7 Segmen bronkopulmonalis dan struktur alveolus dalam satu lobulus ... 17
2.8 Alur diagnosis TB paru ... 21
2.9 Pendekatan umum untuk mengelola hemoptisis non masif . 26 2.10 Pendekatan umum untuk mengelola hemoptisis masif ... 27
2.11 Mekanisme kerja dari antifibrinolitik ... 30
5.1 Skema inklusi dan eksklusi pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 41
5.2 Distribusi usia pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 42
5.3 Diagram distribusi status asuransi pasien tuberkulosis paru dengan manifestasi hemoptisis ... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AFB : Acid-Fast Bacillus
BAE : Bronchial Arteriography and Embolization
BCG : Bacillus Calmette-Guѐrin
BGA : Blood Gas Analyze
BTA : Basil Tahan Asam
CAP : Community-Acquired Pneumonia
CT : Computed Tomography
CXR : Chest X-Ray
DIC : Disseminated Intravascular Koagulation
DM : Diabetes Melitus
DOT : Directly Observed Therapy
DTH : Delayed-Type Hypersensitivity
FDC : Fixed-Dose Combination
GG : Gliserin Guaiakolat
Hb : Hemoglobin
HCT : Hematocrit
IFN : Interferron
IL : Interleukin
ISO : Informasi Spesialite Obat
IV : Intravena
IVFD : Intravena Fluid Drip
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional JPP : Jam Post Prandial
KDT : Kombinasi Dosis Tetap KRS : Keluar Rumah Sakit
xvii LED : Laju Endap Darah
LPD : Lembar Pengumpul Data Lpm : Liter per menit
LTBI : Latent Tuberculosis Infection
MDR : Multi Drug Resistent
MIMS : The Monthly Index of Medical Specialities
mmHg : Milimeter Hydrargyrum (milimeter merkuri) MRS : Masuk Rumah Sakit
NC : Nasal Canul
NRBM : Non-Rebreathing Mask
NS : Normal Saline
OAT : Obat Anti-Tuberkulosis OBH : Obat Batuk Hitam
PCR : Polymerase Chain Reaction
PMO : Pengawas Minum Obat
PO : Per Oral
PPD : Purified Protein Derivative
PRC : Packed Red-blood Cells
RCT : Randomized Controlled Trial
RFBC : Risk Factor for Bronchogenic Carsinoma
RHZES : Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin
RL : Ringer Laktat
RMK : Rekam Medik Kesehatan RR : Respiratory Rate
SC : Subcutan
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
xviii TA : Tranexamic Acid
TB : Tuberkulosis
TD : Tekanan Darah
TNF : Tumor Necrosis Factor
Tpm : Tetes per menit TST : Tuberculin Skin Test
57
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y., Kamso, S., Basri, C., & Surya, A. (2007). Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis (2nd ed.). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ah-see, K., Badminton, M., Bahl, A., Barnes, P., & Bilton, D. (2014). British
National Formulary (68th ed.). Birmingham: BMJ Group.
Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Ernst, M. E., Guglielmo, B. J., & Jacobson, P. A.
(2013). Koda-Kimble & Young's Applied Therapeutics The Clinical Use of
Drugs (10th ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Anggriani, Y., Purwanggana, A., Subhan, A., & Wardhani, R. P. (2012). Evaluasi
Penggunaan dan Biaya Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di IRNA-B.Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 10 (2), 111-118.
Anonim. (2011). NDA (New Drug Application): Cyklokapron. New York: Pfizer
Injectables.
Anonim. (2013). Retrieved October 20, 2015, from World Health Organization: http://www.who.int/tb/country/data/profiles/en/
Anonim. (2014). National Tuberculosis Management Guidelines. Pretoria:
Department of Health Republic of South Africa.
Anonim. (2014). Scottish Palliative Care Guidelines ‐ Bleeding. Scotland: NHS
Scotland.
Anonim. (2014). Sepsis: Empiric Antibiotic Selection Pathway. Nebraska: The
Nebraska Medical Center.
Anonim. (2015). Infodatin Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. (2015). Medscape. Retrieved December 28, 2015, from
http://reference.medscape.com/drug/lysteda-tranexamic-acid-oral
Ariani, N. W., Rattu, A., & Ratag, B. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
58
Arumsari, M. D., & Budojo, P. P. (2010). TB Paru dan Gonitis TB pada Anak.
Maj Kedokt Indon, 60.
Baillargeon, J., Holmes, H. M., Lin, Y.-l., Raji, M. A., Sharma, G., & Kuo, Y.-F.
(2012). Concurrent Use of Warfarin and Antibiotics and the Risk of
Bleeding in Older Adults. Am J Med., 125(2), 183–189.
Bansal, R., & Sharma, P. K. (2012). Exaggerated Mantoux Raction in a Case of
Latent Tuberculosis Infection (LTBI).Indian J Tuberc, 59, 171-173.
Bartlett, J. G. (2012). Anaerobic Bacterial Infection of the Lung. J Anaerobe,
18(2), 235-239.
Braun, C. A., & Anderson, C. M. (2007). Pathophysiology Functional Alterations
in Human Health. Baltimore: Lippincott William & Wilkins.
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics (12th ed.). New York: Mc
Graw-Hill.
Calapai, G., Gangemi, S., Mannucci, C., Minciullo, P. L., Casciaro, M., Calapai, F.,
. . . Navarra, M. (2012). Systematic Review of Tranexamic Acid Adverse
Reactions.J Pharmacovigilance, 3, 2329-6887.
Carson, J. L., & Kleinman, S. (2016). Indications and Hemoglobin Thresholds
for Red Blood Cell Transfusion in the Adult. UpToDate, 44. Retrieved from http://www.uptodate.com/contents/
CDC. (2013). Centers for Disease Control and Prevention, Core Curriculum on
Tuberculosis: What the Clinician Should Know (6 ed.). Georgia, Amerika Serikat: Division of Tuberculosis Elimination. Retrieved from http://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/corecurr_all.pdf
Chakraborty, S., Syal, K., Bhattacharyya, R., & Banerjee, D. (2014). Vitamin
Deficiency and Tuberculosis: Need for Urgent Clinical Trial for Managment of Tuberculosis.J Nutrition Health Food Sci, 2(2), 1-6.
Dellinger, R. P., Levy, M. M., Rhodes, A., Annane, D., & Gerlach, H. (2013).
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012.CCM Journal, 41, 580-637.
Delogu, G., Sali, M., & Fadda, G. (2013). The Biology of Mycobacterium
59
Depari, R. E., Swidarmoko, B., & Syahruddin, E. (2010). Discharge Criteria of
Patient with Hemoptysis and Evaluation for One Month in Persahabatan Hospial. J Respir Indo, 30(4).
Devine, M. J., & Radford, D. J. (2012). Treatment of haemoptysis in pulmonary
atresia with tranexamic acid.Cardiology in the Young, 1-2.
Dipiro, J. T., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., & Dipiro, C. V. (2015).
Pharmacotherapy Handbook (9th ed.). New York: Mc Graw-Hill
Education.
Dixit, R., Singh, N., & Gupta, R. C. (2013). Management Issues in Haemoptysis:
More Questions than Answers. J Chest Dis Allied Sci (Indian), 55, 237-238.
Djojodibroto, D. (2007). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Dodds, L. J. (2010). Drug in Use (4th ed.). London: Pharmaceutical Press.
Gladwin, M., & Trattler, B. (2013). Clinical Microbiology Made Ridiculously
Simple (3rd ed.). New York: Amazon.
Godara, H., Hirbe, A., Nassif, M., Otepka, H., & Rosenstock, A. (2014). The Washington Manual of Medical Therapeutics (34th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Gomella, L. G., Haist, S. A., & Adams, A. G. (2015). Clinician's Pocket Drug Reference. New York: Mc Graw-Hill.
Graaff, V. D., Alexander, M., Baker, F., Blem, L., & Burroughs, C. W. (2010).
Human Anatomy. New York: Mc Graw-Hill.
Grace, P. A., & Borley, N. R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah (3rd ed.). Jakarta:
Erlangga Medical Series.
Grossman, R. F., Hsueh, P.-R., Gillespie, S. H., & Blasi, F. (2014).
Community-acquired Pneumonia and Tuberculosis: Differential Diagnosis and the Use of Fluoroquinolones.International Journal of Infectious Diseases, 18, 14-21. Retrieved from http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2013.09.013
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2015). Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology (30th ed.). Philadelphia: Elsevier.
Harrison, T. R., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Fauci, A. S. (2015).
60
Hotmaida, M. A., Eff, A. R., & Rahmatillah, D. L. (2015, Maret). Drug Related
Problem in Patient With Tuberculosis Hemoptysis Disease at Persahabatan Hospital. International Journal of Pharmacy Teaching & Practices, 6(01), 1609-2092.
Hunter, R. L. (2011). Pathology of Post Primary Tuberculosis of the Lung: An
Illustrated Critical Review.NIH Public Access(91 (6)), 497–509.
Irfa, I., Medison, I., & Iriyani, D. (2014). Gambaran kejadian hemoptisis pada
pasien di Bangsal Paru RSUP Dr. M Djamil Padang Periode Januari 2011-Desember 2012.Jurnal Kesehatan Andalas, 3.
Kaihena, M. (2013). Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura.
Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (2015). Basic & Clinical Pharmacology (13th ed.). New York: Mc Graw-Hill.
Kusmiati, T., & Wulandari, L. (2011). Terapi Bedah pada Penderita dengan
Persistent Hemoptysis. Majalah Kedokteran Respirasi, 4 (1), 42-81.
Larici, A. R., Franchi, P., Occhipinti, M., Contegiacomo, A., Ciello, A. d.,
Calandriello, L., . . . Bonomo, L. (2014). Diagnosis and management of
hemoptysis. Diagn Interv Radiol, 20, 299-309.
Loscalzo, J. (2010). Harrison's Pulmonary and Critical Care Medicine (17th ed.).
New York: Mc Graw-Hill.
Martini, F. H., Timmons, M. J., & Tallitsch, R. B. (2012). Human Anatomy (7th
ed.). Boston: Pearson Education.
Marx, J. A., Hockberger, R. S., Walls, R. M., Adams, J. G., Barsan, W. G., & Biros,
M. H. (2010). Rosen's Emergency Medicine Conceps and Clinical Practice
(7th ed.). Philadelphia: Mosby Elsevier.
Miranda, M. S., Breiman, A., Allain, S., Deknuydt, F., & Altare, F. (2012). The Tuberculous Granuloma: An Unsuccessful Host Defence Mechanism Providing a Safety Shelter for the Bacteria?Clinical and Developmental Immunology, 14.
Moen, C. A., Burrell, A., & Dunning, J. (2013). Does tranexamic acid stop
haemoptysis?Interactive CardioVascular and Thoracic Surgery, 1–4.
Mortaz, E., Varahram, M., Farnia, P., Bahadori, M., & Masjedi, M. R. (2012). New
61
Murray, J. F., Nadel, J. A., & Mason, R. J. (2010). Murray & Nadel's Textbook of
Respiratory Medicine (5th ed.). Philadelphia: Saunders Elsevier.
Nawal, S. K., & Heda, M. R. (2013). Hemoptysis: A Prospective Analysis of 110
Cases. Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical Sciences, 3(21), 1-3.
Park, J.-H., Kim, S. J., Lee, A.-R., Lee, J.-K., Kim, J., Lim, H.-J., . . . Lee, S. W.
(2014). Diagnostic Yield of Bronchial Washing Fluid Analysis for
Hemoptysis in Patients with Bronchiectasis. Yonsei Med J, 55(3), 739-745.
Patel, R., Singh, A., Mathur, R. M., & Sisodiya, A. (2015). Emergency
Pneumonectomy: A Life-saving Measure for Severe Recurrent Hemoptysis in Tuberculosis Cavitary Lesion.Case Report Pulmonology, 4.
Primadi, O., Sitohang, V., Budijanto, D., Hardhana, B., & Soenardi, T. A. (2013).
Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Prutsky, G., Domecq, J. P., Salazar, C. A., & Accinelli, R. (2013). Antifibrinolytic
therapy to reduce haemoptysis from any cause. The Cochrane Collaboration, 1-18.
Ran, D. (2013). Carbazochrome Sodium Sulfonate and Tranexamic Acid for
the Treatment of Pulmonary Tuberculosis Hemoptysis. China Journal of Pharmaceutical Economics.
Ray, A., & Gulati, K. (2007). Currant Trends In Pharmacology. New Delhi: I.K
International Publishing House.
Saleh, A., Hebeish, M., Farias-Kovac, M., Klika, A. K., Patel, P., Suarez, J., &
Barsoum, W. K. (2014). Use of Hemostatic Agents in Hip and Knee
Arthroplasty A Critical Analysis Review. JBJS Reviews, 2(1).
Shafee, M., Abbas, F., Ashraf, M., Mengal, M. A., Kakar, N., Ahmad, Z., & Ali, F.
(2014). Hematological profile and risk factors associated with
pulmonary tuberculosis patients in Quetta, Pakistan. Pak J Med Sci, 30(1), 36-40.
Sherwood, L. (2015). Human Physiology From Cells to Systems (9th ed.).
62
Song, W., Cao, J., Xu, Y., Han, Z., Wen, H., & Cui, X. (2015). Hemoptysis due to
Aspirin Treatment Alternative to Warfarin Therapy in a Patient with Atrial Fibrillation. Intern Med, 54, 2615-2618.
Subuh, M., Priohutomo, S., Uyainah, A., Yuwono, A., & Nawas, A. (2014).
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale The Complete Drug (36th ed.). London:
Pharmaceutical Press.
Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawati, A., Muchar, A., & Arif, A. (2012).
Farmakologi dan Terapi (5th ed.). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Vicknair, K. (2014). Tuberculosis (TB). Pub Med Health Glossary. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMHT0024668/
Walker, R., & Whittlesea, C. (2012). Clinical Pharmacy and Therapeutics (5th ed.).
China: Elsevier.
Ward, J. P., Ward, J., & Leach, R. M. (2006). The Respiratory System at a Glance
(4th ed.). Oxford: Wiley Blackwell.
Watkins, R. R., & Lemonovic, T. L. (2011). Diagnosis and Management of
Community-Acquired Pneumonia in Adults. American Family Physician, 83 (11). Retrieved from http://www.aafp.org/afp
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2012). Lippincott Illustrated Review:
Pharmacology (6th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
WHO. (2011). Proposal For The Inclusion Of Tranexamic Acid (Anti‐Fibrinolytic
– Lysine Analogue) In The Who Model List Of Essential Medicines (18 ed.). London: Expert Committee on the Selection and Use of Essential Medicines.
WHO. (2013). Global Tuberculosis Report.
Wijaya, I. M. (2013). Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) Pada
Penderita. Seminar Nasional.
Wood, S. (2009, Mei 20). Blood Conservation Using Antifibrinolytics in a
Randomized Trial (BART) Closes the Book on Aprotinin. Retrieved
Desember 27, 2015, from Medscape:
http://www.medscape.org/viewarticle/574766
Wright, W. F. (2013). Essential of Clinical Infectious Diseases. New York: Demos
63
Yancey, D. (2008). Tuberculosis. Minneapolis: Twenty-First Century Books.
Yang, S., Mai, Z., Zheng, X., & Qiu, Y. (2015). Etiology and an Integrated Management of Severe Hemoptysis Due to Pulmonary Tuberculosis. Journal of Tuberculosis Research, 11-18.
Zumla, A., Raviglione, M., Hafner, R., & Reyn, F. v. (2013). Tuberculosis. N Engl
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mas alah
Dalam Global Tuberculosis Report 2013 oleh World Health Organization
(WHO) bahwa terdapat 8,6 juta kasus TB (Tuberkulosis) baru di tahun 2012 dan
1,3 juta kematian akibat TB (WHO, 2013). Pada tahun 2011 terdapat 8,7 juta kasus
baru TB aktif di seluruh dunia (Zumla et al., 2013). Sekitar sepertiga dari penduduk
dunia secara laten terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Miranda et al., 2012).
Estimasi insidensi kasus tuberkulosis di Indonesia berjumlah 430.000 kasus baru
per tahun (Wijaya, 2013). Data prevalensi tuberkulosis paru di Indonesia pada tahun
2013 berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain,
rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400 orang yang didiagnosis
kasus TB oleh tenaga kesehatan (Subuh et al., 2014). Kejadian tuberkulosis dengan
hemoptisis masif di Indonesia hanya berkisar 5% sampai 15% dari total kasus,
namun tetap harus memerlukan penanganan dan manajemen yang efektif (Irfa et
al., 2014). Tanpa perawatan yang tepat, pasien tuberkulosis dengan menifestasi
hemoptisis memiliki tingkat kematian hingga 50-100% (Patel et al., 2015).
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang biasanya menyerang
paru-paru tetapi dapat menetap hampir di mana saja di tubuh penderita. Bakteri dari TB
ini sangat poten karena dapat hidup dalam tubuh tetapi tetap tidak aktif dan tidak
menimbulkan gejala selama bertahun-tahun (tahapan infeksi dan tahap infeksi TB
laten) atau yang disebut tuberkulosis primer dan dapat menghasilkan gejala-gejala
maupun penyakit pada tahap reaktifasi yang sering disebut tuberkulosis sekunder
(Yancey, 2008; Braun & Anderson, 2007). Infeksi bakteri dari TB yang tidak
menimbulkan gejala (Pada tahapan reaktifasi biasanya terjadi hemoptisis, dimana
hemoptisis merupakan ekspektorasi darah dengan jumlah sedikit hingga masif yang
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (Irfa et al., 2014).
Etiologi tuberkulosis yang telah diketahui yaitu bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit
ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
2
Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang hidupnya intraseluler
fakultatif, bersifat tahan asam serta berbentuk batang. Bakteri ini non-motil, aerob
obligat dengan waktu generasi lama dan lebih utama untuk lokalisasi dalam
makrofag (Shafee et al., 2014). Tuberkulosis merupakan penyebab utama
terjadinya hemoptisis khususnya di Indonesia dan di negara berkembang lainnya
(Irfa et al., 2014).
Tuberkulosis terjadi saat menghirup droplet berisi basil tuberkel
(Mycobacterium tuberculosis) yang dapat mencapai alveolus, masuknya bakteri ini
memicu terjadinya inflamasi dan mekanisme pertahanan alami dari tubuh, jika
imunitas tubuh rendah maka akan timbul TB aktif namun jika TB hadir dan
memberikan gejala serius setelah infeksi primer maka disebut TB reaktivasi (Braun
& Anderson, 2007). Pada tahapan TB reaktifasi umumnya terjadi perdarahan
saluran nafas bagian bawah atau yang disebut hemoptisis disebabkan oleh infeksi
bakteri dan bronkiektasis (Park et al., 2014). Salah satu infeksi yang menyebabkan
hemoptisis adalah infeksi tuberkulosis yang membentuk pelebaran hingga robekan
arteri pulmonalis pada dinding kavitas, pecahnya pembuluh darah menyebabkan
darah dapat masuk ke dalam saluran napas (Harrison et al., 2015; Larici et al.,
2014). Bronkiektasis pada dasarnya penyakit bronkus dan bronkiolus yang
disebabkan oleh peradangan berulang atau kronis. Saat terjadi infeksi akut pada
pasien dengan bronkiektasis, maka dapat terjadi kerusakan saluran napas erosif dan
terjadi perdarahan atau hemoptisis (Park et al., 2014).
Hemoptisis adalah salah satu manifestasi dari pasien yang menderita
tuberkulosis, selain itu manifestasi lain yang umumnya hadir antara lain batuk
kronis, memproduksi sputum, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan,
demam, dan keringat malam (Zumla et al., 2013). Hemoptisis khususnya
hemoptisis masif adalah batuk berdarah lebih dari 600 ml dalam sehari (Yang et al.,
2015). Sedangkan penelitian lain mengatakan bahwa hemoptisis merupakan
ekspektorasi sejumlah besar darah yaitu sekitar 100 sampai 1000 ml darah,
sehingga ini merupakan keadaan darurat yang mengancam jiwa dan diperlukan
3
Antifibrinolitik telah menjadi terapi farmakologis utama karena telah
terbukti dalam meningkatkan hemostatis di berbagai pendarahan. Terdapat tiga
antifibrinolitik yaitu aprotinin, asam aminokaproat dan asam traneksamat (Prutsky
et al., 2013). Aprotinin memiliki resiko yang lebih besar dibanding manfaatnya,
sehingga obat ini tidak dipilih lagi sebagai antifibrinolisis melainkan asam
aminokaproat atau asam traneksamat, hal ini disebabkan karena aprotinin
tampaknya meningkatkan risiko kerusakan organ serius, terutama gagal ginjal
(Wood, 2009). Asam traneksamat merupakan analog asam aminokaproat yang
mempunyai indikasi dan mekanisme kerja yang sama namun 10 kali lebih potent
dengan efek samping yang lebih ringan (Syarif et al., 2012).
Asam traneksamat termasuk dalam agen antifibrinolitik yang digunakan
untuk mengatasi hemoptisis (Prutsky et al., 2013). Obat ini tidak dianjurkan untuk
pasien dengan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau perdarahan
pada saluran genitourinari atas, misalnya ginjal dan ureter, karena potensi untuk
pembekuan yang berlebihan (Katzung, 2015). Selain asam traneksamat, vitamin K
juga digunakan untuk mengatasi perdarahan pada hemoptisis (Song et al., 2015).
Vitamin K dan asam traneksamat dapat dikombinasi, dimana pada pasien
tuberkulosis terjadi defisiensi vitamin salah satunya vitamin K (Hotmaida et al.,
2015; Chakraborty et al., 2014) Namun pemberian vitamin K saja biasanya tidak
memberikan hasil yang baik pada pasien tuberkulosis sebab obat-obat anti
tuberkulosis dapat mengganggu keberadaan flora normal di intestinal, dimana flora
normal juga berfungsi untuk mensintesis vitamin K sehingga meningkatkan resiko
perdarahan (Baillargeon et al., 2012), selain itu vitamin K memerlukan waktu yang
lebih lama untuk dapat menimbulkan efek (Syarif et al., 2012).
Dalam penelitian Moen ditunjukkan dalam systematic review, Prutsky dkk.
melakukan meta-analisis dari dua RCT (Randomized Controlled Trial) doubleblind
mempelajari efek TA (Tranexamic acid) dalam mengurangi hemoptisis dari
berbagai sebab. Salah satu dari dua RCT tersebut termasuk dalam review oleh
Prutsky dkk. adalah sebuah studi oleh Ruiz di mana 24 pasien dengan hemoptisis
sekunder untuk TB secara acak menerima TA atau plasebo secara intravena selama
3 hari. Menurut penelitian ini, TA mengurangi baik durasi maupun volume
4
2013; Prutsky et al., 2013). Hasil penelitian oleh Ran (2013) juga menunjukkan
untuk hemoptisis yang lebih serius dari TB paru, disarankan pengobatan
menggunakan asam traneksamat. Sedangkan studi Systematic Review of
Tranexamic Acid Adverse Reactions dikatakan bahwa TA biasanya ditoleransi
dengan baik dan umumnya dianggap aman pada dosis biasa. Mual dan diare adalah
efek samping yang paling umum, namun TA dapat memicu efek samping serius
yang telah diketahui kurang baik oleh dokter (Calapai et al., 2012). Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pola
penggunaan obat antifibrinolitik yaitu asam traneksamat pada penderita
tuberkulosis paru dengan komplikasi yang paling umum ditemukan yaitu
hemoptisis di RS Paru Kota Batu.
1.2 Rumusan M asalah
Bagaimana pola penggunaan asam traneksamat pada pasien tuberkulosis
paru dengan manifestasi hemoptisis di RSU Karsa Husada Batu.
1.3 Tuj uan Pe nelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari pola penggunaan obat yang diterima pasien tuberkulosis paru
dengan menifestasi hemoptisis di RSU Karsa Husada Batu.
1.3.2 Tujuan Khusus
(1) Mempelajari pola penggunaan asam traneksamat terkait dosis, rute, dan
lama penggunaan terapi.
(2) Mengkaji keterkaitan terapi asam traneksamat dengan data laboratorium
5
1.4 Manf aat Pene lit ian
1.4.1 Bagi Peneliti
(1) Mempelajari penatalaksanaan pengobatan terhadap outcomes pada pasien
tuberkulosis dengan manifestasi hemoptisis sehingga farmasis dapat
memberikan asuhan kefarmasian terkait pola penggunaan obat yang
rasional
(2) Studi pendahuluan dan sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian sejenis dan menyempurnakan dengan
mengikutsertakan variabel yang lain.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
(1) Sebagai bahan masukan atau evaluasi pemberian obat di RSU Karsa Husada
Batu.
(2) Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik Farmasi dan Terapi dalam