• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Desi Amelinda Sitanggang 111101076

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Oleh

Desi Amelinda Sitanggang 111101076

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)
(5)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Dukungan Keluarga dan Kemandirian

Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan”, sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan I dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi, penulis sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Beliau yang telah memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

(6)

menyelesaikan akademik di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

6. Orang tua saya Bapak IPDA M. Sitanggang dan ibu H. Sipayung,kepada Abang dan Adik yang penulis sayangi. Terima kasih telah memberikan doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 S1 Keperawatan. Sahabat-sahabat penulis (Ara, Chaca, Tia, Ibeth, Ayu, Jernita, Widya, Miranda)dan Devi Arisanty, teman-teman satu bimbingan (Friska, Suci, Maya) dan teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita akan meraih kesuksesan.

9. Erwin Situmorang, Nia Silalahi, Kristanty Sinaga dan teman-teman satu organisasi gereja OMK Bandar Khalipah, terima kasih untuk segala doa, dukungan dan semangat yang diberikan dari awal hingga selesai pengerjaan skripsi ini.

(7)

memperkenalkan responden dalam penelitian ini.

12.Seluruh responden untuk penelitian ini yaitu lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang berada dalam kegiatan posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang besifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, 3 Juli 2015

Penulis,

(8)

Halaman judul ... i

Halamanpernyataanorisinalitas ... ii

Lembarpengesahan ... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vii

Daftar tabel ... x

Daftar gambar... xi

Abstrak ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah... 5

3. Pertanyaan penelitian ... 5

4. Tujuan penelitian ... 6

4.1Tujuan Umum ... 6

4.2Tujuan Khusus ... 6

5. Manfaat penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep lansia ... 8

1.1 Definisi lansia ... 8

1.2 Batasan-batasan lansia ... 9

1.3 Permasalahan lansia ... 9

2. KonsepKemandirian ... 11

3. Penilaian tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari ... 12

4. Dukungan keluarga ... 19

4.1 Definisi Keluarga ... 19

4.2 Tipe keluarga ... 19

4.3 Fungsi keluarga ... 21

(9)

Bab 4. Metodelogi Penelitian ... 32

1. Desain penelitian ... 32

2. Populasi dan sampel penelitian ... 32

2.1 Populasi ... 32

2.2 Sampel ... 32

2.3 Teknik sampling ... 33

3. Lokasi dan waktu ... 33

4. Pertimbangan etik... 34

5. Instrumen penelitian ... 35

6. Validitas dan ReliabelitasInstrumen ... 37

6.1 Validitas ... 37

6.2 Reliabelitas ... 38

7. Pengumpulan data ... 39

8. Analisa data ... 40

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ...41

1. Hasil Penelitian ... 41

1.1Demografi Responden ... 41

1.2Dukungan Keluarga terhadap Lansia ... 43

1.3Dukungan Emosional terhadap Lansia... 44

1.4Dukungan Informasi terhadap Lansia ... 45

1.5Dukungan Instrumental terhadap Lansia ... 46

1.6Dukungan Penilaian terhadap Lansia ... 47

1.7Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari ... 48

1.8Aktivitas Lansia Sehari-hari ... 48

2. Pembahasan ... 50

2.1Dukungan Keluarga terhadap Lansia ... 50

2.2Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari ... 57

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 61

1. Kesimpulan ... 61

2. Saran ... 62

2.1Pelayanan kesehatan... 62

2.2Pendidikan keperawatan... 62

2.3Peneliti selanjutnya ... 62

2.4Bagi Keluarga Lansia ... 62

(10)

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1.Inform consent ... 68

Lampiran 2.Kuesioner penelitian ... 70

Lampiran 3. Lembar persetujuan validitas ... 75

Lampiran 4. Hasil uji reliabilitas ... 76

Lampiran 5. Hasil analisa univariat demografi ... 79

Lampiran 6. Hasil analisa univariat dukungan keluarga ... 83

Lampiran 7. Hasil analisa univariat kemandirian lansia ... 89

Lampiran 8. Master tabel reliabilitas ... 92

Lampiran 9. Master tabel pengumpulan data ... 93

Lampiran 10. Surat persetujuan komisi etik ... 98

Lampiran 11. Lembar terjemahan abstrak ... 99

Lampiran 12. Surat izin survei ... 100

Lampiran 13. Surat balasan pelaksanaan survei ... 101

Lampiran 14. Surat uji reliabilitas dan pengambilan data... 102

Lampiran 15. Surat balasan pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ... 104

Lampiran 16. Jadwal penelitian ... 105

Lampiran 17. Taksasi dana ... 106

Lampiran 18. Lembar bukti bimbingan ... 107

(11)

Daftar Tabel

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase demografi responden di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... 42 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga terhadap lansia

di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan ... 43 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan emosional terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan... 44 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan informasi terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan... 45 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan instrumental terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan... 46 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan penilaian terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan ... 47 Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat kemandirian

lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan ... 48 Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan aktivitas

sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar

(12)

Daftar Skema

(13)

Judul : Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Nama : Desi Amelinda Sitanggang

NIM : 111101076

Program : Sarjana Keperawatan (S1) Tahun akademik : 2011

Abstrak

Menua atau lanjut usia adalah suatu keadaan alamiah yang tidak dapat dihindari, terjadi masalah dan perubahan pada lansia baik secara fisik, psikologis dan sosial. Masalah dan perubahan yang terjadi pada lansia membutuhkan dukungan dari keluarga karena dukungan keluarga berhubungan dengan kemandirian lansia untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Desain penelitian ini deskritif, jumlah sampel 67 orang dengan teknik Quota Sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden mayoritas usia 60-74 (61%), jenis kelamin wanita (66%), agama Islam (82%), suku Jawa (58%), tinggal bersama anak mereka (55%), umumnya masalah kesehatan responden adalah Rematik (30%), pekerjaan petani (42%), berpenghasilan <1.650.0000 (55%) dengan jenjang pendidikan responden rata-rata adalah SD (52%). Dukungan keluarga terhadap lansia tergolong dalam kategori tinggi (79%), tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori tingkat mandiri (46%). Dengan demikian peneliti berharap dengan diberikan dukungan yang tinggi maka lansia akan mudah melakukan aktivitas sehari-hari karena merasa diperhatikan keluarga sehingga tercapai kemandirian yang baik.

(14)

Title of the Thesis : Old People’s Family Support and Independence in Daily Activity at Posyandu for Old People in the Working Area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict

Name of Student : Desi Amelinda Sitanggang Std. ID Number : 111101076

Study Program : S1 (Undergraduate) Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Old age is a natural phenomenon which cannot be avoided. There are problems and change in old people, either physically, psychologically, and

socially which need family support since it is related to old people’s independence

in keeping their physical and mental health stable. The objective of the research

was to identify family support and old people’s independence in daily activity at

posyandu for old people in the working area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict. The samples were 67 respondents, taken by using quota sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires on demographic data, family support, and daily activity. The result of the research showed that 61% of the respondents were 60-74 years old, 66% of the respondents were females, 82% of the respondents were Moslems, 58% of the respondents were Javanese, 55% of the respondents lived wit their children, 30% of the respondents were affected by rheumatism, 42% of the respondents were farmers, and 52% of the respondents were elementary school graduates with income < Rp.1,650,000. Family support for old people were in high category (79%) and 46% of the respondents had independence in doing their daily activity. The researcher expected that by good support, old people would easily do their daily activity since they felt that their families paid attention to them which made them feel independent.

(15)

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan di dalam kehidupan manusia. Lansia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka lansia memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif agar lansia dapat menikmati usia emas serta menjadi lansia yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).

Berdasarkan data sensus penduduk BPS (2010) penduduk di Indonesia sebanyak 237.641.326 orang dengan jumlah lansia sebanyak 18.118.699 orang sedangkan Data Sensus Penduduk BPS di Sumatera Utara sebanyak 11.688.987 orang dengan jumlah lansia sebanyak 631.604 orang. Berdasarkan data statistik terjadi peningkatan jumlah prevalensi lansia pada tahun 2050 dan akan banyak penduduk usia muda merawat lansia yang disebut sebagai buming lansia (SUSENAS, 2009). Peningkatan populasi lansia yang beresiko terhadap masalah-masalah kesehatan pada lansia karena proses penuaan yang dialami yang berdampak terhadap ketergantungan klien terhadap keluarga.

(16)

mengalami kemunduran fisik, penurunan peran sosial dan masalah kondisi mental. Kemunduran fisik pada lansia disebabkan oleh masalah-masalah fisik seperti persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, keseimbangan tubuh, gangguan peredaran darah, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran dan gangguan pada perabaan (Hardyanto dan Setiabudi, 2005).

Perubahan-perubahan tersebut mengarah pada kemunduran fisik yang berdampak terhadap terbatasnya mobilitas fisik lansia maka akan membatasi dan mengganggu aktivitas hari lansia (Potter & Perry, 2005). Aktivitas sehari-hari lansia yang akan terganggu dengan terjadinya perubahan kemunduran fisik lansia meliputi terganggunya aktivitas dalam hal makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, berjalan. Aktivitas sehari-hari yang terganggu juga mempengaruhi tingkat kemandirian lansia. Rinajumita (2011) memaparkan bahwa secara teoritis kemandirian lansia merupakan kemampuan lansia untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yaitu kemampuan untuk hidup mandiri di masyarakat tanpa atau sedikit bantuan dari orang lain yang dapat diketahui dari aktivitas dasar hari dan aktivitas instrumen sehari-hari.

(17)

Lansia yang mempunyai tingkat kemandirian rendah dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan meningkatkan beban keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Peningkatan yang terutama terjadi berhubungan dengan kebutuhan layanan khusus seperti kesehatan dan nutrisi yang nantinya akan menimbulkan beban sosial yang tinggi akibat pertumbuhan lansia yang terus meningkat (Komisi Nasional, 2010). Dengan keluarga menganggap bahwa lansia sebagai beban keluarga maka itu akan membuat lansia untuk menjadi lebih menyendiri dan merasa kesepian.

Husain. S (2013) menjabarkan pula bahwa menyikapi hal ini bahwa lansia yang tinggal bersama keluarga pada umumnya aktivitasnya tidak berubah melainkan bertambah seperti menjalankan peranannya sebagai orangtua seperti mengasuh cucu, membersihkan rumah dan lainnya, sehingga kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari harus ditingkatkan agar lansia dapat melakukan aktivitas secara maksimal dan untuk mencapai hal tersebut dukungan keluarga sangat diperlukan.

(18)

Penelitian Husain. S (2013) menjabarkan bahwa dukungan keluarga itu penting terutama bagi lansia. Keluarga harus bisa menjalankan tugas bahwa keluarga harus mampu mengenal masalah-masalah yang terjadi pada lansia karena dengan keluarga mengetahui masalah lansia, keluarga dapat menghadapi masalah perilaku lansia dalam menjalankan aktivitas lansia. Selain itu, hasil penelitian ini menjabarkan pula bahwa dengan diberikannya dukungan keluarga kepada lansia, keluarga dapat menjadi fasilitator yang menjembatani antara lansia dengan lingkungan dan masyarakat sehingga lansia dapat tetap berakitvitas secara mandiri melalui dukungan keluarga seperti memotivasi lansia untuk tetap beraktivitas.

(19)

lemah, jompo, sakit-sakitan atau cacat, menghabiskan uang untuk berobat, hal ini mempengaruhi anggota keluarga dalam memperlakukan lansia (Kuntjoro, 2002).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khulaifah,dkk (2013) bahwa keluarga yang tergolong tidak mendukung kemandirian lansia sehingga lansia cenderung tergantung sedangkan untuk keluarga yang tergolong mendukung kemandirian lansia sehingga lansia cenderung mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan?

3. Pertanyaan Penelitian

(20)

3.2 Bagaimanakah gambaran kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan?

4. Tujuan Penelitian 4.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

4.2Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran dukungan keluarga di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Mengetahui gambaran kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

5 Manfaat Penelitian

5.1 Pelayanan Keperawatan

(21)

5.2 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar informasi tambahan tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia yang dapat dijadikan referensi terkait dengan pendidikan keperawatan.

5.3 Penelitian keperawatan

(22)

1.1 Definisi Lansia

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dalam Maryam, dkk (2008) dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Setiati dkk, 2009 terdapat beberapa istilah yang digunakan gerontologis ketika membicarakan proses menua: (1) Aging (bertambahnya umur) menunjukkan efek waktu, suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan spontan, (2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematian), (3) Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi penuaan pada setiap organ.

Menurut Depkes RI dalam Maryam, dkk (2008) penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban,gigi mulai ompong, pendengaran dan pengelihatan berkurang, mudah ilelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak

(23)

adalah kemampuan-kemampuan kognitifseperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru (Maryam dkk, 2008).

1.2. Batasan-Batasan Lansia

Di Indonesia, batasan lansia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini di pertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Maryam, 2008).

Mubarak dkk, (2011) menjabarkan bahwa umur yang dijadikan patokan sebagai lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. Menurut organisasi WHO, ada empat tahap,yakni : a)Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, c) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI dalam Mubarak, dkk (2011) usia lanjut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a) kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), b) kelompok usia lanjut (55-64 tahun), c) kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun).

1.3 Permasalahan Lansia

(24)

berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan). Selain itu lansia juga mengalami masalah psikologis yang dialami seperti takut menghadapi kematian,frustasi, kesepian dan harus menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik (Maryam, 2008). Mubarak, dkk (2011) menjabarkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya, yaitu: (1) Perubahan kondisi fisik lansia yang meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin dan integumen. Masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas pada saat melakukan aktivitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran dan sulit menahan kencing. Perubahan fungsi organ satu dengan organ lainnya tidak sama, meskipundemikian secara umum dijumpai penurunan fungsi secara menyeluruh, (2) Perubahan kondisi mental, meliputi penurunan fungsi kognitif dan psikomotoryang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: perubahan fisik terutama indra perasa, kesehata umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.

(25)

pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, dan perubahan spiritual.Sedangkan menurut Boedhi Darmodjo (dalam Maryam dkk, 2008) menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant.

2. Konsep Kemandirian

Gracinia (2004) mendefinisikan kemandirian itu adalah kemampuan untuk dapat menjalani kehidupan tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain. Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak bergantung dengan orang lain. Selain itu kemandirian diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berupaya untuk memenuhi segala tuntutan kebutuhan hidup dengan penuh tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

(26)

sosial, budaya, ekonomi dan psikologis yang berperan dalam perkembangan dan menetapnya ketergantungan (Multicausality).

Utami Munandar (1977 dalam Padila, 2013) bahwa kemandirian lanjut usia sangat terkait dengan tugas-tugas perkembangan. Kemampuan seseorang untuk melaksanakan kepribadian, sebagai hasil interaksi dirinya dengan lingkungan, maka apapun yang terjadi pada lansia harus mampu: menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap pensiun dan penghasilan yang berkurang, menyesuaikan diri terhadap pasangan hidup yang meninggal, membentuk afilasi dengan kelompok sebaya, menerima dan menyesuaikan diri terhadap peran-peran sosial dengan cara yang fleksibel (keluarga, hobi dan kegiatan), dan membentuk tatanan hidup fisik yang memuaskan.

3 Penilaian Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Smeltzer & Bare, 2002). Aktivitas hari terbagi dua, yaitu aktivitas sehari-hari dasar meliputi membersihkan diri, mandi, berpakaian, berhias, makan, BAB/BAK, berpindah dan aktivitas sehari- hari instrumental meliputi melakukan pekerjaan rumah, menyediakan makanan, minum obat, menggunakan telepon (Darmojo, 2006).

(27)

seseorang tidak lepas dari ketidakadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan seseorang lansia rentanterhadap penyakit. Dan kemajuan proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari (Smeltzer & Bare, 2002).

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivas sehari-hari atau untuk mengukur tingkat kemandirian lansia dapat diukur dengan menggunakan indeks Katz, indeks Barthel,Lowton IADL,Kenny self-care dan

indeks ADL. Lueckenotte (2000) menjabarkan untuk melihat tingkat kemandirian dalam aktivitas terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Indeks ADL Katz

(28)

buang air kecil (continence), berpakaian (dressing), bergerak (transfer), makan

(feeding).

Mandi (bathing) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan mandi hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau ketidakmampuan ekstremitas) atau mandi sendiri dengan lengkap. Aspek ketergantugan berupa bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan saat masuk dan keluar dari bath tub atau tidak mandi sendiri.

Buang air besar/buang air kecil (toileting) meliputi aspek ketidaktergantungan masuk dan keluar toilet, melepas dan mengenakan celana, menyeka dan menyiram, atau membersihkan organ ekskresi dan juga menangani

bedpan sendiri atau tidak menggunakan bantuan mekanis. Aspek ketergantungan berupa tidak melepaskan atau menggunakan celana secara mandiri, penggunaan bedpan atau mendapat bantuan untuk masuk dan menggunakan toilet.

Kontinensia (continence) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan akan inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi. Dikontrol parsial atau total denga enema, kateter atau penggunaan urinal atau bedpen

secara teratur.

(29)

ketergantungan meliputi tidak mengenakan pakaian sendiri atau dibantu orang lain.

Berpindah (transfering) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri, berpindah ke dalam dan keluar kursi dan berpindah dari posisi tidur ke duduk. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu atau dua perpindahan.

Makan (feeding) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil makanan dari piring, memasukkan makanan ke dalam mulut secara mandiri. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam mengambil makanan atau tidak makan sama sekali atau makan secara parenteral.

(30)

kecuali makan, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu fungsi diatas, (7) KATZ G meliputi ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

Keterangannya bahwa ketidaktergantungan berarti tanpa pengamatan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak melakukan fungsi meskipun dia dianggap mampu. (Stanhope, 1998).

2. Indeks Barthel

Indeks Barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai perawatan diri dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus aktivitas sehari-hari dan mobilitas (Lueckenotte, 2000). Indeks Barthel terdiri dari 10 item, yaitu transfer (tidur ke duduk, bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali), mobiliasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari toilet), membersihkan diri, kemampuan buang air besar/buang air kecil, mandi, berpakaian, makan, naik/turun tangga.

Penilaian ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat dasar dari fungsi dan dapat digunakan untuk memantau perbaikan dalam aktivitas sehari-hari dari waktu ke waktu. Penilaian indeks Barthel berdasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas sehari-hari meliputi sepuluh aktivitas.

(31)

dijumlah untuk mendapatkan skor total dengan skor maksimum 100. Namun nilai 5, 10, 15 cukup sering diganti dengan 1, 2 dan 3 dengan skor maksimum 20.

3. Lowton IADL

(32)
(33)

4. Dukungan Keluarga 4.1Definisi Keluarga

Friedman (2010) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga. Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut Setiadi (2008) mendefinisikan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat, dimana dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga. Menurut Stuart (dalam Setiawati dan Dermawan, 2008) ada lima hal penting yang ada pada definisi keluarga adalah : 1) keluarga adalah suatu sistem atau unit, 2) komitmen dan keterikatan antara anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan datang, 3) fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga, 4) anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah, 5) keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

4.2 Tipe Keluarga

(34)

dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya, (2) Keluarga besar (Extended Family)

adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

Secara modern tipe keluarga dikelompokkan sebagai berikut:(1)

Tradisional Nuclear. Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah, (2) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah., (3) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau keduanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karir, (4)

Dyadic Nuclear. Suami/istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah,

(5) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah, (6)

(35)

kawin, (9) Three Generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah, (10) Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti, (11) Comunal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas, (12) Group Marriage. Satu rumah terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam kesatua keluarga dan tiap individu sudah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak, (13)Unnmarried Parent and Child. Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi, (14)

Cohibing Couple. dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah, (15) Gay and Lasbian Family. Keluarga yang dbentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

4.3 Fungi Keluarga

(36)

afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan seluruh anggota keluarga yang mempertahankan iklim positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

a. Saling mengasuh

Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung anggota keluarga, mendapat kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan inti dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang di luar keluarga atau masyarakat.

b. Saling menghargai.

Bila anggota keluarga saling mengahargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afetif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga

(37)

merupakan sumber energi yag menentukan kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi dimulai semenjak manusia lahir. Leslie & Korman (1989 dalam Friedman, 2010) mendefinisikan bahwa sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Keluarga memiliki tanggung jawab utama dalam mengubah seorang bayi dalam hitungan tahun menjadi makhluk sosial yang mampu berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Selain itu, sosialisasi seharusnya tidak sekedar dianggap berhubungan dengan pola perawatan bayi dan anak, tetapi lebih kepada proses seumur hidup yang meliputi internalisasi sekumpulan norma dan nilai yang tepat agar dapat menjadi seorang remaja, suami/istri, orangtua, sebagai pegawai yang baru bekerja, kakek/nenek, pensiunan. Jadi, sosialisasi melibatkan pembelajaran budaya. Dan keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

(38)

serta reproduksi dan sampai saat ini reproduksi masih mendominasi fungsi primer keluarga, yang merupakan justifikasi keberadaan keluarga.

Fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makan, pakaian dan tempat tinggal. Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup, finansial, ruang dan alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Banyak pasangan sekarang kita lihatdengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadi permasalahan yang berujung pada perceraian.

4.4 Dukungan Keluarga

(39)

4.5 Jenis Dukungan Keluarga

Caplan (1976 dalam Friedman 2010) dan House (1984 dalam Setiadi, 2008) menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan, diantaranya :

1. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi dari orang lain adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan serta penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang mau memperhatikan, mau mendengar segala keluhnya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau memecahkan masalah yang dihadapinya. Lansia pun demikian, lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya.

(40)

emosional ini penting dalam meningkatkan semangat dan memberikan ketenangan.

2. Dukungan informasi

(41)

3. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga ini merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien dalam menyampaikan perasaannya. Bentuk bantuan ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri karena disediakannya alat-alat tersebut tetapi bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut.

4. Dukungan penilaian

(42)
(43)

Kerangka konseptual dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang Dukungan keluarga dengan mengkategorikan dukungan keluarga dalam tiga tingkatan yaitu rendah, cukup dan tinggi dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-haridengan mengkategorikan ke dalam tingkat kemandirian mandiri, ringan, sedang, berat, dan total di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Skema1. Gambaran Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

2 Definisi Operasional

(44)

2. Definisi Operaional

Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus sepanjang masa kehidupan seorang dengan lainnya yang saling berikatan dan membantu satu sama lain dalam wadah kelompok kecil sesuai tahap-tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian.

Dukungan emosional adalah bantuan yang diberikan secara emosional dalam bentuk perhatian dari keluarga dengan adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan serta pengharapan dalam kehidupan.

Dukungan informasional adalah bantuan keluarga yang diberikan dalam bentuk saran, usulan, nasehat, petunjuk dan pemberi informasi.

Dukungan instrumental adalah bentuk yang diberikan keluarga dalam bentuk bantuan pendampingan, pemberian dana dan meluangkan waktu untuk melayani dan mendengarkan klien anggota keluarga dalam menyampaikan perasaan dan hal-hal yang dialami.

Dukungan penilaian adalah bantuan dari keluarga dalam memberikan penghargaan, perhatian, dan pujian kepada sesama anggota keluarga yang telah memberikan respon positif.

(45)

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Kemandirian lansia adalah suatu keadaan dimana seorang lansia berupaya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari berdasarkan tingkat ketergantungan terhadap keluarga meliputi kemampuan dalam buang air besar, kemampuan dalam buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), mandi, penggunaan toilet (masuk dan keluar WC, melepas/memakai celana, menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian dan naik/turun tangga.

(46)

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan keluarga dan kemandirian lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah lansia yang dibina oleh Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan yang terdapat pada 20 posyandu lansia yang sebanyak 665 orang tercatat sampai dengan pada bulan November 2014. 2.2 Sampel

(47)

Penentuan jumlah sampel penelitian didasarkan pada ketentuan rumus dari Arikunto tahun 2010 yaitu jika populasi lebih dari 100 orang, dapat diambil jumlah sampel 10%-15% dari sejumlah populasi yang dianggap representatif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menetapkan jumlah responden 10% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang. Adapun kriteria inklusif responden dalam penelitian ini adalah lansia yang dibina di Posyandu Lansia, lansia yang berusia lebih dari 60 tahun, lansia yang memiliki masalah kesehatan, lansia yang tinggal bersama keluarga, tidak sedang mengalami disorientasi tempat, waktu, orang, dapat berkomunikasi dengan berbahasa indonesia dan bersedia menjadi responden.

2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2012).

3. Lokasi dan Waktu

(48)

yang memadai sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Lokasi ini jugamudah untuk dijangkau peneliti dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 11 April sampai dengan 8 Juni 2015.

4. Pertimbangan Etik

(49)

akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dari responden.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 3 bagian berisi: Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK) dan Kuesioner Kemandirian Lansia dalam Aktivitas sehari-hari (KKLAS).

Kuesioner tentang data demografi adalah aspek data tentang responden meliputi kode nomor, jenis kelamin, umur, tinggal dengan, agama, suku, masalah kesehatan, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Data demografi ini diisi pada bagian yang telah disediakan pada lembar kuesioner.

(50)

Pertanyaan-pertanyaan positif terdapat pada nomor 1-20. Skor nilai yang diberikan untuk setiap pertanyaan 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) nilai 4, sering (SR) nilai 3, kadang-kadang (KD) nilai 2, tidak pernah (TD) nilai 1. Dengan total skor 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.

Dukungan keluarga terhadap lansia akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika menurut Hidayat (2009).

Dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah). Dan hasil skoring dukungan keluarga nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 20, maka rentang kelas adalah 60 dengan 3 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 20. Data untuk kuesioner dukungan keluarga (KDK) dikategorikan sebagai berikut: 20-40 adalah dukungan keluarga rendah, 41-60 adalah dukungan keluarga cukup dan 61-80 adalah dukungan keluarga tinggi.

(51)

ketergantungan sedang 9-11, ketergantungan berat 5-8 dan ketergantungan total 0-4. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan yang terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran melalui instrumen yang disusun sesuai dengan tinjauan pustaka.

(52)

dengan menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini telah diuji validitas oleh Agung (2006) dengan Coefficient Alpha Cronbach 0,938.

6.2. Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian, menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

(53)

kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

7. Pengumpulan Data

(54)

Revisi Pengumpulan data penelitian, peneliti hanya melakukan pengumpulan data di 10 posyandu lansia hal ini dikarenakan bahwa posyandu lansia yang aktif hanya 10 posyandu lansia dari 20 posyandu lansia.

8. Analisa Data

(55)

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia di posyandu lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, yang dilakukan dari tanggal 11 April sampai dengan 8 Juni 2015. Penyajian data meliputi data demografi responden, dukungan keluarga yang diterima responden dan tingkat kemandirian responden terhadap aktivitas sehari-hari.

1.1Demografi Responden

(56)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Demografi Responden di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Data Demografi Frekuensi Persentase

(57)

Tabel 1 (Lanjutan)

Pekerjaaan

Pegawai swasta 2 3

Wirausaha 26 39

Petani 28 42

IRT/Tidak bekerja 11 16

Pendidikan

Tidak sekolah 24 36

SD 35 52

SMP 7 10

SMA 1 2

1.2 Dukungan Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian tentang menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada responden mayoritas ada dalam kategori tinggi yaitu (79%), kategori cukup (18%) dan dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada rensponden dalam kategori rendah terdapat (3%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga terhadap Lansia di Posyandu LansiaPuskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase

Tinggi (61-80) 53 79

Cukup (41-60) 12 18

Rendah (20-40) 2 3

(58)

1.3Dukungan Emosional terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (69%) menyatakan keluarga selalu memberikan tempat tinggal yang nyaman dan tenang bagi lansia, keluarga selalu memberikan perhatian dengan menciptakan suasana lingkungan rumah yang aman bagi lansia (67%), keluarga selalu memberikan kepercayaan kepada lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari (46%), keluarga sering mendengarkan keluhan lansia ketika lansia bersedih (46%), keluarga selalu memberikan kasih sayang kepada lansia dalam setiap aktivitas yang dilakukan lansia (49%).

(59)

1.4Dukungan Informasi terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (63%) keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan yang dialami melalui majalah dan ahli, keluarga sering menyarankan lansia untuk datang berkunjung ke posyandu lansia (46%), keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang harus dihindari yang dapat menbuat lansia terserang penyakit (46%), keluarga sering mengingatkan lansia untuk tetap menjaga kesehatan (51%), keluarga sering memberikan solusi permasalahan kepada lansiadalamaktivitas sehari-hari (52%).

Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasi Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)

(60)

1.5Dukungan Instrumental terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga sering memberikan fasilitas yang diperlukan lansia melakukan aktivitas (49%), keluarga sering meluangkan waktu menemani lansia agar lansia tetap beraktivitas (49%), keluarga selalu menyediakan transportasi yang mempermudah lansia melakukan aktivitas (48%), keluarga sering mengantar kemana saja lansia akan pergi (45%), dan keluarga sering membantu lansia ketika lansia mengalami kendala dalam melakukan aktivitas (45%).

Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Instrumental Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)

(61)

1.6Dukungan Penilaian terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga selalu membimbing lansia agar tetap menjaga kondisi kesehatan (45%), keluarga sering menunjukkan rasa perduli terhadap lansia (52%), keluarga selalu menghormati setiap keputusan yang diungkapkan oleh lansia (66%), keluarga selalu menyarankan lansia agar tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain atau rekan sebaya (58%), dan keluarga sering memotivasi lansia untuk tetap menjalankan kegiatan atau hobby

(46%).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Penilaian Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

(62)

1.7 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari

Hasil analisa data tingkat kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan mayoritas ada dalam kategori mandiri yaitu (46%).

Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Kategori Frekuensi Persentase

Mandiri 31 46

Ketergantungan ringan 29 43

Ketergantungan sedang 7 11

Ketergantungan berat 0 0

Ketergantungan total 0 0

1.8 Aktivitas sehari-hari

Hasil analisa aktivitas sehari-hari responden dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini Tabel 8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Pertanyaan Frekuensi Persentase

Transfer

Bagaimana kemampuan transfer (perpindahan posisi tidur ke posisi duduk?

Mandiri 59 88

Dibantu satu orang 7 10

Dibantu dua orang 1 2

(63)

Tabel 8 (Lanjutan)

Bagaimana penggunaan toilet seperti menyiram BAB/BAK?

Mandiri 59 88

Perlu pertolongan orang lain 8 12

Tergantung orang lain 0 0

Membersikan diri

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam

membersihkan diri seperti lap muka, sisir rambut dan sikat gigi?

Mandiri 63 94

Perlu pertolongan orang lain 4 6

BAB

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam buang air besar?

Mandiri 59 88

Dibantu satu orang 8 12

Tidak mampu 0 0

BAK

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam buang air kecil?

Mandiri 59 88

Dibantu satu orang 8 12

Tidak mampu 0 0

Mandi

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam hal mandi?

Mandiri 62 93

(64)

2.Pembahasan

Hasil penelitian ini membahas tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2.1 Dukunga Keluarga terhadap Lansia

Secara teoritis dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional, informasi, instrumental dan penilaian (Hause, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada responden mayoritas dalam kategori tinggi (79%), cukup (18%) dan rendah (3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Herlinah (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi di Jakarta menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga baik dengan mayoritas dukungan yang diberikan adalah Tabel 8 (Lanjutan)

Berpakaian

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam berpakaian?

Mandiri 60 90

Sebagian dibantu 7 10

Tergantung pertolongan orang lain 0 0

Naik turun tangga

Bagaimana kemampuan Bapa/Ibu untuk naik turun tangga?

Mandiri 33 49

Perlu pertolongan 32 48

(65)

didukung oleh Khulaifah, dkk (2013) di Dusun Sembayat Timur Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga yang diterima lansia dari keluarga yaitu baik dengan dukungan yang mayoritas diberikan keluarga adalah dukungan penghargaan (82,4%).Dukungan keluarga yang tinggi dalam penelitian ini juga dimungkinkan karena suku responden yang mayoritas Jawa (58%) dan responden yang mayoritas tinggal bersama anaknya (55%), dimana dalam budaya orang Jawa umumnya orang tua mengikuti anaknya dan sebagai anak harus bisa menjaga dan merawat orang tuanya (Zakariya A, 2011).

(66)
(67)
(68)

atau teman dapat memberikan saran dan nasehat tentang apa saja yang harus dilakukan lansia untuk menghadapi lansia baik fisik maupun psikologis dan lansia kebanyakan menerima saran serta nasehat yaitu dari keluarga. Hal ini juga sependapat dengan Soejono (2002) bahwa Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya baik melalui media cetak ataupun orang yang lebih ahli serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan.

(69)

hubungan sosial dengan orang lain (58%). Namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian oleh Rinajumita (2011) bahwa sebagian besar keluarga dapat menghormati lansia sebagai orang tua mereka (93%), jika mereka jauh dari lansia maka mereka akan sering menjenguk atau menanyakan kondisi responden melalui telepon. Namun keluarga masih kurang memotivasi keluarga untuk mendorong lansia untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini disebabkan sikap proteksi yang berlebihan dari keluarga, keluarga menganggap lansia tidak mampu lagi untuk beraktifitas di luar rumah. Namun hasil penelitian Rinajumita (2011) tidak sesuai dengan hasilpenelitian ini dimana peneliti mendapatkan hasil persentase yang tinggi untuk pernyataan keluarga menyarankan lansia untuk tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain dan tetap membiarkan lansia untuk tetap menjalankan kegiatan/hobby lansia, dimana hal ini dapat dilihat dari hasil data demografi menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang bekerja sebagai petani sebanyak (42%) dan responden juga menyatakan bahwa apabila mereka dirumah terus mereka merasa kesepian karena anak-anak mereka sibuk bekerja dan karena hal itulah maka anak-anak mereka menyarankan untuk responden agar tetap melakukan kegiatan di luar rumah.

(70)
(71)

Berdasarkan hasil penelitian ini maka ketika seseorang memasuki masa lanjut usia, dukungan keluarga sangatlah berharga dan akan menambah ketentraman hidup lansia. Walupun demikian, dengan dukungan keluarga itu tidaklah berarti bahwa lansia tinggal duduk, diam, tenang dan berdiam diri saja, untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaannya, lansia justru tetap harus melakukan aktivitas sehari-hari yang berguna bagi kehidupan para lansia (Kuntjoro, 2002). Selain itu dukungan keluarga mampu meningkatkan semangat lansia dalam menghadapi masa tuanya dengan baik (Romadlani, 2013).

2.3 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari

(72)

Kemandirian seorang lansia dapat dilihat dari kualitas hidup lansia itu sendiri, dimana kualitas hidup tersebut dapat dinilai dari Activity of Daily Living

(ADL) (Maryam, 2008). Kemandirian yang dimaksud disini adalah kemandirian lansia dalam merawat diri seperti makan, berpakaian, berpindah, buang air besar/kecil dan mandi. Dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa lansia masih dapat transfer, mampu toileting, kemampuan dalam buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (88%), lansia mampu berjalan mandiri (79%), lansia mampu membersihkan diri sendiri (94%), lansia mampu mandi secara mandiri (92%), lansia mampu makan dan berpakaian secara mandiri (90%) dan lansia naik turun tangga secara mandiri (49%). Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa 88% dari responden masih mampu mandiri dalam melakukan transfer dan 49% responden mampu naik turun tangga secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit lansia yang mengalami gangguan dalam aktivitas transfer (tidur ke duduk) dan sebagian besar mengalami gangguan dalam aktivitas naik turun tangga, dan gangguan aktivitas ini disebabkan karena mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami masalah kesehatan rematik sebanyak 30%. Ini sejalan dengan hasil penelitian Napitupulu (2010) yang menunjukkan bahwa 82,8% lansia mandiri dalam transfer dan 9,4% lansia mandiri dalam naik turun tangga. Dan dalam penelitian ini mayoritas lansia masih mandiri dalam kemampuan membersihkan diri sebanyak 63 orang (94%).

(73)
(74)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan .

1. Kesimpulan

(75)

2. Saran

2.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pelayanan keperawatan lansia di Posyandu dan diharapkan dengan hasil penelitian ini pelayanan keperawatan dapat memberikan dan mengoptimalkan asuhan keperawatan keluarga terkait tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari.

2.2 Pendidikan Keperawatan

Peran perawat dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari lansia sangatlah penting untuk meminimalkan tingkat ketergantungan lansia serta meningkatkan kualitas hidup lansia. Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam pendidikan keperawatan agar lebih dipahami oleh seorang calon perawat.

2.3 Penelitian Selanjutnya

(76)

2.4 Bagi Keluarga Lansia

(77)

RSCM. Diunduh 28 Oktober 2014 dari http://www.digilib.ui.ac.id.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pembangunan Statistik SUSENAS. (2009). Penduduk Lanjut Usia. Diunduh 25 Oktober 2014. Dari http://susenas.bps.go.id.

Bomar, P.J. (2004). Promoting Health in Families: Applying Family Research and Theory to Nursing Practice. Philadelphia: W.B Saunders Company. Bratanegara A, dkk. (2012). Gambaran Dukungan Keluarga terhadap

Pemanfaatan POSBINDU lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandung. Diunduh 28 Mei 2015 dari http://www.jurnal.unpad.ac.id.

Darmojo. (2004). Buku Ajar Geriatri. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Darmojo, dkk. (2006). Geriatri Ilmu Usia Lanjut. Jakarta: FKUI.

Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Friedman, M, dkk. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Handayani, Dwi dan Wahyuni. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan lansia dalam Mengikuti Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Diunduh 21 Mei 2015 dari http://download.portalgaruda.org.

Hardyanto dan Setiabudi. (2005). Panduan Gerontologi: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Henniwati. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

(78)

Husain, S. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehai-hari di Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Diunduh 4 November 2014 dari http://kim.ung.ac.id.

Khulaifah, dkk. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Activitie Daily Living di Dusun Sembayat Timur, Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Hal 91-98. Diunduh 20 Oktober 2014 dari http://journal.unair.ac.id.

Kobayashi, dkk. (2009). Severity of Dementia as a Risk Factor for Repeat Falls among the Institutionalized elderly in Japan. Journal of Nursing and Health Sciences.

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil Penduduk Usia Lanjut. Diunduh 20 Oktober 2014 dari http:/www.konaslansia.or.id.

Kurniawan F Stefanus L. (2004). Gambaran Status Kesehatan Lansia: Studi Kasus di Wilayah Paroki Kristoforus Jakarta Barat. Jakarta: FKUI.

Kuntjoro, S. (2002). Dukungan Sosial Buat Lansia. Diunduh 28 Oktober 2014

Margie, Adilah. (2011). Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Diunduh 19 Oktober 2014 dari http://keperawatan.unsoed.ac.id.

Marlina. (2010). Dukungan Keluarga terhadap Pengontrolan Hipertensi pada Anggota Keluarga yang Lansia di Gampoeng Aceh Darussalam: Thesis. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Maryam, R.S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

(79)

Napitupulu, Desyi. (2010). Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Johor Medan. Diunduh 15 Oktober 2014 dari http//repository.usu.ac.id. Narayani, Icca. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Terhadap

Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Activities Daily Living (ADL) pada Lansia di Rumah di Desa TanjungRejo Margoyoso Pati. Diunduh 4 November 2014 dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id.

Niven, N. (2009). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &

Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.

Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku 1. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Pratikwo. S, dkk. (2006). Analisis Pengaruh Fakor Nilai Hidup, Kemandirian, dan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Sehat Lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Diunduh 27 Januari 2015 dari http://ejournal.undip.ac.id.

Priyanto, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Putra, Sitiatava Rizema. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta : D-Medika.

Rahayu W, Ferani Nusi, Eva Rahayu. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Respon Sosial pada Lansia di Desa Sukaraja Lor Kecamatan Sukaraja. Diunduh 28 Oktober 2014 dari

http://jos.unsoed.ac.id.

Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Diunduh tanggal 27 Januari 2015 dari http://repository.unand.ac.id. Sampelan, dkk. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Desa Batu Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Diunduh 26 Mei 2015 dari

http://ejournal.unsrat.ac.id.

Sastroasmoro, dkk. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Demografi Responden di Posyandu Lansia
Tabel 1 (Lanjutan)
Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Emosional terhadap Lansia di Posyandu LansiaPuskesmas Bandar Khalipah Kec
Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasi Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas

Hasil uji Chi-Square menunjukkan variable Jarak pelayanan (p=0,011), Sikap lansia (p=0,013), Penilaian lansia (p=0,002), variabel pendidikan, dan pekerjaan responden

Disarankan Petugas kesehatan/kader hendaknya memberikan penyuluhan kepada keluarga lansia berkaitan tentang pentingnya lansia aktif mengikuti posyandu, manfaat posyandu bagi

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chintyawati (2014) tentang hubungan antara nyeri dengan kemandirian adalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari di desa Alue Tho Kecamatan Seunagan Kabupaten

Hasil penelitian ini menunjukkan ada Hubungan Peran Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di di Dusun Ngudirejo Desa Ngudirejo

Hasil uji Chi-Square menunjukkan variable Jarak pelayanan (p=0,011), Sikap lansia (p=0,013), Penilaian lansia (p=0,002), variabel pendidikan, dan pekerjaan responden tidak

Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-Hari Dengan Spiritualitas Lansia Di Desa Tenggela Kabupaten Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan