• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DALAM Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Dalam Perusahaan Manufaktur Di Indonesia Tahun 2012-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DALAM Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Dalam Perusahaan Manufaktur Di Indonesia Tahun 2012-2014."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA TAHUN 2012-2014

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

NURUL TAHTA KUSUMAWATI B 200 120 356

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

ABSTRACT

This research aims to predict the effect of debt default, the financial condition of the company, opinion shopping, quality audit, the audit opinion of the previous year, and the size of the company going concern audit opinion.

In this research, the type of used data is quantitative data with a population of 66 companies listed in the Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. The analytical method used is logistic regression analysis with the study sample was 22 companies were selected based on purposive sampling method during the third period.

Based on the results of the analysis can be concluded that the debt default no significant effect on revenues going concern audit opinion, the financial condition of the company does not significantly influence acceptance of going concern audit opinion, opinion shopping significant effect on revenues going concern audit opinion, audit quality is not significantly influence the acceptance going concern audit opinion, the previous year's audit opinion significantly influence the going concern audit opinion, and the size of the company does not have a significant effect on the going-concern audit opinion.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA TAHUN 2012-2014

NURUL TAHTA KUSUMAWATI B 200 120 356

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pengaruh debt default, kondisi keuangan perusahaan, opinion shopping, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan populasi 66 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Metode analisis yang digunakan adalah analisis

regresi logistic dengan sampel penelitian berjumlah 22 perusahaan dipilih

berdasarkan metode purposive sampling selama 3 periode.

Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa debt default

(5)

ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern.

Kata kunci: Debt Default, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opinion Shopping, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, dan Opini Audit Going Concern.

PENDAHULUAN

Keberadaan entitas bisnis dalam suatu lingkungan ekonomi dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui asumsi going concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996). Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Oleh karena itu, auditor sangat diandalkan dalam memberikan informasi yang baik bagi investor (Levitt, 1998) dalam (Fanny dan Saputra, 2005).

(6)

tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini going concern.

Mutchler (1985) menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan lebih berisiko menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Maka semakin besar perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going

concern. Pada kenyataanya, masalah going concern merupakan hal yang

kompleks dan terus ada, sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan dan kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif status going concern tetap dapat diprediksi.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status

default. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor

(7)

kewajiban hutangnya (default). Dengan menambahkan variabel default

hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja, Chen dan Church (1992) menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini

going concern.

: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. Pada perusahaan yang kondisi keuangannya baik, auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going concern

(Ramadhany, 2004). Hal ini didukung oleh Carcello dan Neal (2000) yang menyebutkan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang terganggu, maka besar kemungkinan perusahaan tersebut akan menerima opini audit going

concern. Pendapat tersebut juga didukung oleh Setyarno dan Eko (2007),

Santoso dan Wedari (2007) serta Rudyawan dan Badera (2009) yang menyatakan bahwa, semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern.

: Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

(8)

going concern dengan memberikan laporan keuangan yang baik untuk meyakinkan auditor atau dengan melakukan auditor switching dengan harapan bahwa auditor baru tidak memberikan opini going concern. Lennox (2000) menggunakan model pelaporan audit untuk memprediksi opini audit dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil studi Lennox (2000) menunjukkan bahwa perusahan-perusahaan di Inggris melakukan praktik opinion shopping.

: Opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

4. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Junaidi dan Jogiyanto Hartono (2010) menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, (Fanny dan Sylvia Saputra, 2005) menyatakan bahwa, klien biasanya mempersepsikan auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Internasional, memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya

peer review. Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Rahman dan Baldric Siregar, 2012).

: Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

(9)

Carcello dan Neal (2000) dalam Zubaidah (2012) serta Ramadhany (2004) memberikan tambahan empiris bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern berjalan. Auditor cenderung mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berikutnya yang sama dengan opini audit

goingconcern yang dikeluarkan pada tahun sebelumnya. Opini audit tahun

sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit tahun berikutnya. Mutchler (1985) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.

: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Menurut Januarti (2009) menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan negative antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern. Perusahaan besar akan lebih mampu untuk menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sedangkan dalam penelitian Santosa dan Wedari (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

(10)

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan melihat laporan tahunan perushaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel

(sampling method) menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel

atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Kriteria pemilihan sampel sebagai berikut : a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

b. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2012-2014.

c. Laporan tahunan perusahaan dipublikasikan di IDX. A. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit

going concern yang diukur dengan menggunakan variabel dummy.

Nilai 1 menunjukkan adanya auditee yang menerima opini audit

going concern dan nilai 0 untuk auditee yang menerima opini audit

non going concern.

2. Variabel Independen a. Debt Default

Debt default dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy (1 = status debtdefault, 0 = tidak debt default).

(11)

Kondisi perusahaan diukur dengan menggunakan Revise Altman Model (1993) menjadi Altman Zscore adalah sebagai berikut :

Z = 0,717Z1 + 0,847Z2 + 3,107Z3 + 0,420Z4 + 0,998Z5

Z1 = working capital / total asset

Z2 = retained earnings / total asset

Z3 = earnings before interest and taxes / total asset

Z4 = book value of equity / book value of debt

Z5 = sales / total asset

Nilai Z diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan data pada neraca dan laporan laba rugi, dikalikan dengan koefisien masing-masing rasio kemudian dijumlahkan hasilnya. Hasil perhitungan Z Score ini berupa skala rasio. c. Opinion Shopping

Pengukuran opinion shopping menggunakan metode yang diterapkan oleh Lennox (2002) menggunakan 2 tahap, yaitu : 1. Tahap variabel dummy, 1 jika melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini going concern, 0 jika tidak melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini going concern. 2. Kemungkinan mendapat opini going concern tidak ganti auditor > mendapat opini going concern ganti auditor, maka terjadi opinion shopping.

d. Kualitas Audit

Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel

dummy, yaitu diberikan kode 1 jika KAP berafiliasi dengan

KAP the big four, dan diberikan kode 0 jika KAP tidak

(12)

Haryantono Sahari dan Rekan bearfiliasi dengan

Pricewaterhouse Coopers.

e. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Diukur dengan menggunakan variable dummy yaitu, diberikan kode 1 apabila auditee menerima opini audit going concern, sedangkan apabila auditee menerima opini audit non

going concern diberikan kode 0 (Ramadhany, 2004).

f. Ukuran Perusahaan

Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan dengan nilai logaritma dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan ukuran saat regresi (Yulianti, 2011). Hal ini disebabkan karena ukuran perusahaan yang lebih besar menimbulkan persepsi berupa penurunan risiko kesulitan keuangan (Susanto dan Siregar, 2009).

Ukuran Perusahaan = log (total aktiva) HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan rasio prediksi model Zscore Altmant menunjukan bahwa nilai Zscore rata-rata kondisi keuangan perusahaan (KKP) menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 2,2447 dengan nilai minimum -2,31 dan nilai maksimum 7,80. Nilai yang positif (maximum) menggambarkan kondisi keuangan yang tinggi atau baik, sedangkan nilai yang negatif (minimum) menggambarkan kondisi keuangan yang rendah atau kurang baik.

Analisis Inferensial

1. Menguji Kelayakan Model Regresi

(13)

klasifikasi yang diamati atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.

2. Menguji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log

Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log

Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number =1). Hasil uji -2 Log

Likelihood menunjukkan angka 57.652 dari semula sebesar 65.900 atau

terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood sebesar 8.248. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

3. Koefisien Determinasi

Hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,224 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 22,4%, sisanya sebesar 77,6% dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel lain di luar model penelitian atau secara bersama-sama variasi variabel debt

default, kondisi keuangan perusahaan, opinion shopping, kualitas

audit, opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan dapat menjelaskan variasi variabel opini going concern sebesar 22,4%. 4. Menguji Multikolinearitas

(14)

5. Matrik Klasifikasi

Auditee yang menerima opini going concern adalah 1, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini going concern adalah 13. Jadi ketepatan model ini adalah 1/13 atau 7,7% dan menurut prediksi, auditee yang menerima opini non

going concern adalah 53, sedangkan observasi sesungguhnya

menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini non going concern

adalah 51. Jadi ketepatan model ini adalah 51/53 atau 96,2%. Ketepatan prediksi keseluruhan model ini adalah 78,8%.

6. Estimasi Parameter dan Interpretasi

Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi dimana pengujian koefisien regresi tersebut menggunakan regresi logistik. pengujian dengan regresi logistik diatas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:

GCO = -3,301 + 0,564DEF -0,014 ZSC+ 1,712 OPSHOP + 0,408ADQ + 1,751PRO + 0,096 SIZE + ε

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dalam perusahaan manufaktur di indonesia tahun 2012-2014 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Debt default menunjukkan koefisien positif 0,564 dengan tingkat

signifikansi 0,473 > 0,05 yang berarti H1 ditolak. Dari hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa debtdefault

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit

going concern.

(15)

keuangan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

3. Opinion shopping menunjukkan koefisien positif 1,712 dengan tingkat

signifikansi 0,030 < 0,05 yang berarti H3 dapat diterima. Dari hasil

pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa

opini shopping berpengaruh terhadap pemberian opini audit going

concern.

4. Kualitas audit menunjukkan koefisien positif 0,408 dengan tingkat signifikansi 0,702 > 0,05 yang berarti H4 ditolak. Dari hasil pengujian

terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

5. Opini audit tahun sebelumnya menunjukkan koefisien positif 1,715 dengan tingkat signifikansi 0,018 < 0,05 yang berarti H5 dapat

diterima. Dari hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

6. Ukuran perusahaan menunjukkan koefisien positif 0,096 dengan tingkat signifikansi 0,826 > 0,05 yang berarti H6 ditolak. Dari hasil

pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian lanjutan, yaitu:

(16)

mempertimbangkan variabel kontrol dalam proses análisis untuk lebih memberikan hasil yang lebih baik.

2. Peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitian, misalnya lima tahun, sehingga dapat optimal dalam mengamati kondisi keuangan perusahaan sampel.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I dan McGough, T. 1974. Evaluation of a Company as a Going

Concern. Journal of Accountancy. December. p. 50-57.

Arens, Alvin. A dan Loebbecke. 1997. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta : Salemba Empat.

Auditing Standars Board. 1988. Statement on Auditing Standards No.59: The

Auditors’ Consideration of an Entity’s Ability to Continue as a Going

Concern. New York: AICPA.

Azizah, Rizki dan Indah Anisykurlillah. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt Default, dan Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern (Pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010-2013). Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.

Badera, Arry Pratama. 2009. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan

Model Prediksi Kebangkrutan. Bali : Fakultas Ekonomi Universitas

Udayana.

Ballesta, Juan P.S dan E. Garcia Meca. 2005. Audit Qualifications and Corporate Governance in Spanish Listed Firms. Managerial Auditing Journal. Vol. 20, No. 7, pp. 725-738.

Barbadillo, R., Emiliano, Nivez Gomez-Aguilar, Cristina De Fuentes Barbera dan Maria Antonia Garcia Benau. 2004. Audit Quality and the Going

Concern Decision making Process. European Accounting Review. Vol.

13, No. 4, p. 597-620.

(18)

Bryan dan Chen. 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between

Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial

Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, issue 2.

Carcello, J.V. and Neal, T.L. 2000. Audit Committee Composition and Auditor

Reporting. The Accounting Review. Volume 75 No. 4. 453-467.

Chen, K.C., dan B.K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and the Issuance of Going-Concern Report. Auditing : Journal Practice and Theory. Fall. p 30-49.

Chen, K.C.W., and B.K. 1996. Church. Going Concern Opinions and the

Market’s Reaction to Bankruptcy Filings. The Accounting Review, January, p. 117-128.

Chow, C.W., dan S.J. Rice. 1982. Qualified Audit Opinions and Auditor

Switching. The Accounting Review. April. Vol. 57, p. 326-335.

Craswell, Joh W. 1998. Qualitative Inquiry and Researche Design : Choosing

Among Five Tradition. London : Sage Publication.

DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling” and Disclosure

Regulation. Journal of Accounting and Economics. August. Vol. 3, p.

113-127.

Deis, D.R. dan G.A. Giroux. 1992. Determinants of Audit Quality in the Public

Sector. The Accounting Review. July. Vol. 67, No. 3, p. 462-479.

Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur

(19)

Diyanti, Fitri Tri. 2010. Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Depok.

Dye, R. 1991. Informationally Motivated Auditor Replacement. Journal of Kida, Accounting and Economics. Vol. 14, p. 347-374.

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,

Dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek

Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978. Denpasar Bali

pada tanggal 2 dan 3 Desember 2004.

Fleak, S.K.Wilson, E.R.1994. The Incremental Information Content of The

Going Concern Audit Opinion. Journal of Accounting, Auditing amd

Finance. pp 149-166.

Geiger, Marshall A., K. Raghunandan, dan D.V. Rama. 2000. Going Concern

Audit Report Recipients Before and After SAS No. 59. Journal National

Public Accounting (NPA). October. Vol. 43, Iss. 8, p. 24-25.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Ananlisis Multivariatedengan Program IBM

SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. 2003. Basic Econometric. Mc-Grawhill. New York.

Hani., Clearly,. dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit : Suatu

Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional

Akuntansi VI. 1221 – 1233.

(20)

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Profesional Akuntansi Publik. Yogyakarta : BPSTIE YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. 2001. Standar

Profesional Akuntan Publik, 1 Januari 2001. Jakarta : Salemba Empat.

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern (Perusahaan Manufaktur yan Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. Theory Of The Firm, Managerial Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3 October. Pp 305-360.

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Nonkeuangan pada Opini Going

concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober.

Juniarti, T. 2000. Peramalan Bayesin pada Model ARX dengan Metode Dua

Tahap. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi 6 (1). Hal 53-66.

Kartika, Andi. 2012. Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia (The Effect of Financial Condition and Non

Financial of Going Concern in the Manufacturing Companies Listed at

Indonesia Stock Exchange). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan

Perbankan. Hal 25-40.

(21)

Behavior. Auditing : A Journal of Practice and Theory. University of San Diego.

Keown, dkk. 2002. Financial Management. Ninth Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Krishnan J. 1994. Auditor Switching And Conservatism. The Accounting Review 69. pp 200-215.

Krishnan, J dan Krishnan. 1996. The Role of Economic Trade-Offs in the Audit Opinion Decision : An Empirical Analysis. Journal of Accounting, Auditing, and Finance. Fall. Vol. 11, p. 565-586.

Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan, 1999. A neural network approach to the

prediction of going concern status. Accounting and Business Research,

Vol. 29 No. 3: 211-216.

Komalasari, Argianti. 2004. Analisis pengaruh kualitas opini auditor dan proxy

going concern terhadap opini auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

Vol. 9 No. 2, Juli: 1-14.

LaSalle, Randal E., dan Anandarajan, Asokan. 1996. Auditor View on TheType of Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties. Accounting Horizons. Juni. Vol. 10, p. 51-72.

Lennox, C. 2000. Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping?

Evidence from the UK. Journal of Accounting and Economics. Vol. 29,

p. 321-337.

Levitt, A. 1998. The Importance of High Quality Accounting Standards. Accounting Horizons. Vol. 12, No. 1, pp. 79-82.

McKeown, J., Mutchler, J., dan Hopwood W. 1991. Towards an Explanation of

Auditor Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies.

(22)

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku I. Yogyakarta : Salemba Empat.

Mutchler, J.F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor’s Going Concern

Opinion Decision. Journal of Accounting Research. Autumn. Vol. 23.

No 2. p. 668-682.

Mutchler, J.F., Hopwood, W., & McKeown, J. 1997. The Influence of Contrary Information and Mitigating factors on Audit Opinion Decisions on

Bankrupt Companies. Journal of Accounting research, p.295-310.

Muttaqin, Ariffandita Nuri dan Sudarno. 2012. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1, No. 2, Hal.

1-13.

Nogler, G.E. 1995. The Resolution of Auditor Going Concern Opinions. Auditing : A Journal of Practice and Theory. Fall pp. 54-73.

Nursasi, Enggar dan Maria,Evi. 2013. Analisis Opini Audit Going Concern : Kajian Prediksi Kebangkrutan, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Pembiayaan

yang Go Public di BEI. Hasil Penelitian akan Dipublikasikan.

Ohlson R.W. 1980. The Art of Creative Thinking. New York : Harper Collins Publishes, Inc.

Petronela, Thio. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam

Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 47-55.

Pincus, K.V. 1990. Auditor Individual Differences and Fairness of Presentation

Judgements. Auditing : A Journal of Practice and Theory. Fall.

p.150-166.

(23)

Opini Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.

PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). 2011. Indonesian Capital Market Directory

(ICMD). Jakarta.

Rahman, Abdul dan Baldric Siregar. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 22-23 September.

Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang

Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta . Tesis Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Rudyawan, A. P., dan Badera, I. D. N. 2009. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan

Perusahaan, Leverage dan Reputasi Auditor. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol 4, No. 2, Universitas Udayana, Bali.

Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern.

JAAI Volume 11 No.2 Desember 2007 : 141.

Sari, Anna I. 2012. Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Persahaan terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.

(24)

Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Setiawan, Santy. 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan

Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Volume V No.1.

Setyarno, Eko Budi. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Audit Going Concern. Skripsi. Tidak dipublikasikan Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro.

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,

Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.

Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang : 23-26 Agustus.

Sudarno dan Ariffandita Nuri Muttaqin. 2012. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Faktor Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going Concern. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1.

Nomor 2.

Suriani, Ginting dan Linda Suryana. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskis.

Vol. 4, No. 2.

Susanto, Siswadik dan Sylvia Veronica Siregar. 2012. Pengaruh Corporate Govcernance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas (Studi Empiris

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009).

(25)

Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaaqn Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor

Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 11 No. 3 Desember 2009 : 155-173.

Syahrul. 2000. Kamus Istilah Akuntansi. Bandung : Pustaka.

Teoh, S. 1992. Auditor Independence, Dismissal Threats, and the Market

Reaction to Auditor Switches. Journal of Accounting Research. Vol. 30,

p 1-23.

Warnida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini

Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Volume 6.

Nomor 1.

Widiyantari, Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Tesis.

www.wikipedia.org. (2015). Pengertian Regresi Logistik. Di akses tanggal 5

Oktober 2013. 15.03 WIB.

www.wikipedia.org. (2015). Altman Z-Score. Di akses tanggal 24 Juli 2014. 15.16 WIB.

Yudhanto, Anggoro dan Mutmainah. 2012. Faktor-Faktor Non Keuangan yang

Mmepengaruhi Dikeluarkannya Opini Going Concern. Diponegoro

Journal of Accounting. Vol. 1, Hal. 1-14.

Zubaidah, Siti. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit

Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di BEI.

(26)

Referensi

Dokumen terkait

baik, dimana strategi berfungsi sebagai pemahaman dasar siswa sedangkan media Macromedia Flash sebagai pemantapan pemahaman siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan

Selama ini sistem penghitungan kompensasi lebih difokuskan kepada job value (nilai jabatan) yang ada di dalam organisasi, melalui serangkaian proses yang disebut job

Rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sejauh mana novel al- karnak karya Najib Mahfudz dalam mencerminkan kenyataan realita masyarakat mesir pada masa

Kompos mampu meminimalisasi logam berat timah hitam (Pb) pada media budidaya ikan sebesar lebih dari 80 %, tetapi jenis kompos daun gamal dan batang pisang

[r]

Sebagai badan hukum, perusahaan jasa penilai mempunyai tanggung jawab hukum atas hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai yang ditunjuknya baik kepada kliennya maupun

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. SMPN 3

PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI JAWA TENGAH PADA BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH WONOSOBO.. DANA APBD TAHUN