• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Lokasi Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Lokasi Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA KERAPU MACAN

(

EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS

) MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai)

MAUDUDIJMAL RAHIM

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Lokasi Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013 Maududijmal Rahim

(4)

ABSTRAK

MAUDUDIJMAL RAHIM. Penentuan Lokasi Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai). Dibimbing oleh SETYO BUDI SUSILO dan RISTI ENDRIANI ARHATIN.

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan saat ini telah dibudidayakan di Perairan Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan perairan Kabupaten Sinjai dalam pengembangan budidaya ikan kerapu macan berdasarkan data parameter perairan yang meliputi kedalaman, suhu permukaan, DO, pH, salinitas, amonia, arus permukaan, kecerahan, dan tinggi gelombang. Data dari tiap parameter yang berupa titik diplotkan ke dalam peta, selanjutnya titik tersebut diolah membentuk kontur, yang kemudian dimasukkan nilai kesesuaian yang telah ditentukan. Proses selanjutnya adalah melakukan overlay dan analisis yang menghasilkan peta Kesesuaian Kawasan Untuk Budidaya Ikan Kerapu Macan. Luas wilayah yang sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu macan (S1) seluas 58,84 km2 atau sekira 11,27 %, sesuai (S2) seluas 463,24 km2atau sekira 88,73 %.

Kata kunci: Epinephelus fuscoguttatus, sistem informasi geografis, kesesuaian lahan

ABSTRACT

MAUDUDIJMAL RAHIM. Brown-Marbled Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Aquaculture Location Determination Using Geographic Information Systems (Case Study at Sinjai District Waters). Supervised by SETYO BUDI SUSILO and RISTI ENDRIANI ARHATIN.

Brown-Marbled grouper (Epinephelus fuscoguttatus) is a reef fish that have high economic value and is now cultured in the Sembilan Islands Waters, Sinjai District. This study aims to determine the suitability of the Sinjai District waters for brown-marbled grouper aquaculture develeopment based on waters parameters data which includes water depth, surface temperature, DO, pH, salinity, ammonia, surface current, brightness, and high waves. The data of each parameter, as points, are mapped. Then they are formed a contour in which the predetermined the next point is processed to form the contour, which is then inserted predetermined suitability values is inserted. The next step is to overlay and analyze those results produce Suitability Region Map For the brown marbled grouper Aquaculture. Area that are very suitable for the brown-marbled grouper aquaculture (S1) covering 58,84 km2 or approximately 11,27 %, suitable (S2) covering 463,24 km2 or approximately 88,73 %.

(5)

PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA KERAPU MACAN

(

EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS

) MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai)

MAUDUDIJMAL RAHIM

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Penentuan Lokasi Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai)

Nama : Maududijmal Rahim

NIM : C54063543

Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M. Sc Risti Endriani Arhatin, S.Pi, M.Si

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M. Sc Risti Endriani Arhatin, S.Pi, M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul Penelitian Penentuan Lokasi Budidaya Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Perairan Kabupaten Sinjai) dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2011.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M. Sc dan Ibu Risti Endriani Arhatin, S.Pi, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran dan semangat yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan motivasi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Jamaluddin Rahim dan Ibunda Nurhijrah Rahman yang telah memberikan doa, kesabaran, dan kasih sayangnya untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak/Ibu dosen dan staf Departemen ITK atas bantuannya selama penulis menuntut ilmu di IPB. Tidak terlupakan teman-teman

ITK ’43 dan Asrama Latimojong yang memberikan dorongan dan semangat

penulis. Serta seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, khalayak, bangsa, dan negara.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

Penentuan Kesesuaian Lahan Budidaya Kerapu Macan ... 11

SIMPULAN DAN SARAN ... 13

Simpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria Kelayakan Lokasi Untuk Budidaya Ikan Kerapu Macan ... 5

2 Luas Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Kerapu Macan di Perairan Kabupaten Sinjai ... 11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Lokasi Penelitian ... 2

2 Ilustrasi Proses Penelitian ... 3

3 Peta Kesesuaian Lokasi Budidaya Kerapu Macan ... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data parameter kualitas air tahun 2010 ... 15

2. Data Parameter Amonia Sungai Sinjai Tahun 2010 ... 16

3 Baku Mutu Air Laut ... 17

4 Peta Pengukuran Suhu Permukaan Perairan Kabupaten Sinjai ... 18

5 Peta Sebaran Derajat Keasaman Kabupaten Sinjai ... 19

6 Peta Sebaran DissolvedOxygen Perairan Kabupaten Sinjai ... 20

7 Peta Sebaran Kedalaman Perairan Kabupaten Sinjai ... 21

8 Peta Sebaran Kecepatan Arus Perairan Kabupaten Sinjai ... 22

9 Peta Sebaran Salinitas Perairan Kabupaten Sinjai ... 23

10 Peta Sebaran Amonia Perairan Kabupaten Sinjai ... 24

11 Peta Sebaran Kecerahan Perairan Kabupaten Sinjai ... 25

12 Peta Sebaran Tinggi Gelombang Dari Arah Timur Laut Kabupaten Sinjai ... 26

13 Peta Sebaran Tinggi Gelombang Dari Arah Timur Kabupaten Sinjai ... 27

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kerapu adalah ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah menjadi komoditas ekspor penting terutama ke Hong Kong, Jepang, Singapura dan Cina. Total perdagangan ikan karang di Asia Tenggara adalah sekitar 30.000 ton/tahun dengan 15.000-20.000 ton diperkirakan di ekspor ke Hong Kong, Sadovy et al. (2004). Sebagai contoh kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah satu jenis yang umum dibudidayakan di Indonesia (Zainuddin et al. 2008) dalam Zainuddin (2010).

Produksi kerapu dari usaha budidaya hanya 8,6% dari 52.000 ton total tangkapan kerapu di Asia dengan nilai 238 juta dollar. Adapun produksi kerapu budidaya meningkat 1,5% setiap tahun dan berkontribusi terhadap total produksi makanan ikan laut, FAO (2003) dalam Afero (2012).

Pengembangan budidaya laut diharapkan mampu menjawab isu penting seperti ketahanan pangan, perikanan yang bertanggung jawab, perdagangan global, serta daya saing, sehingga menimbulkan peluang pasar bagi produk budidaya laut dari daerah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia (Adibrata 2012).

Keberadaan teluk dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai sesungguhnya sangatlah baik untuk kegiatan budidaya laut karena secara umum posisinya relatif terlindung dari gelombang dan angin kencang sehingga menjadi kawasan yang potensial untuk budidaya ikan kerapu macan.

Perairan Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai saat ini telah menjadi lokasi budidaya ikan kerapu macan. Namun usaha budidaya yang ada saat ini belum dapat dikembangkan maksimal, hal ini dikarenakan pemilihan lokasi budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang belum sesuai dengan syarat hidup yang layak bagi ikan kerapu macan.

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatur dan menyajikan data spasial yang memungkinkan untuk melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan yang lebih efektif (Rojas 2007). Penelitian analisis parameter suatu perairan dapat memberikan gambaran tentang kondisi fisik perairan tersebut sehingga dapat dijadikan referensi penentuan lokasi yang sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).

Tujuan

(13)

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bulan Maret – Mei 2011. Lokasi penelitian di perairan Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak antara 502’56” sampai 5021’16” Lintang Selatan dan antara 1190 56’ 30” sampai 1200 25’ 33” Bujur Timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, di sebelah timur dengan Teluk Bone, di sebelah selatan dengan Kabupaten Bulukumba dan di sebelah barat dengan Kabupaten Gowa (BPS 2011).

Lokasi pengambilan sampling dilakukan di beberapa tempat di kawasan Kecamatan Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai. Diantaranya di Pulau Kanalo, Pulau Katindoang, Pulau Larearea, Pulau Liangliang, Pulau Burungloe, dan Pulau Kambuno serta di muara Sungai Sinjai. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Peralatan yang dipergunakan untuk pengolahan data berupa seperangkat komputer dan printer. Adapun perangkat lunak yang digunakan adalah ArcGIS 9.3 dan Global Mapper 13 Pro untuk mengolah dan analisis data.

(14)

Peta Administrasi Indonesia dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), dan data sekunder parameter fisik perairan Kabupaten Sinjai milik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 yang meliputi data suhu permukaan laut, derajat keasaman (pH), kedalaman, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), arus permukaan, kecerahan, amonia, salinitas, dan tinggi gelombang.

Metode Penelitian

Tahapan penelitian diawali dengan pengumpulan data spasial dan data atribut serta data pendukung lainnya, kemudian tahapan selanjutnya yaitu penyusunan basis data, dan tahap akhir berupa analisis data. Adapun data yang digunakan merupakan data sekunder. Ilustrasi proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi Proses Penelitian Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan pada penelitian yaitu data kedalaman perairan berupa peta bathymetry dan peta rupa bumi, sedangkan data yang dipergunakan untuk dianalisis adalah data sekunder parameter perairan Kabupaten Sinjai Tahun 2010 yang meliputi data suhu permukaan laut, derajat keasaman (pH), kedalaman, oksigen terlarut, arus permukaan, kecerahan, amonia, salinitas, dan tinggi gelombang.

Penyusunan Basis Data

(15)

tersebut bersifat saling terkait dan melengkapi, sehingga merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem informasi geografis (Jumadi 2011).

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan budidaya kerapu macan seperti suhu, DO, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, amonia, kedalaman, pH, dan gelombang. Berdasarkan data-data tersebut dibuat model spasial pada masing-masing parameter dengan menggunakan Interpolation dan metode Kriging. Hasil dari tiap coverage (layer) tersebut yang digunakan untuk proses overlay.

Setelah penyusunan data spasial dilakukan, tahap berikutnya adalah pemasukan data atribut yang bertujuan untuk memberikan informasi deskriptif pada masing-masing layer. Pemasukan data atribut antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut : ID, nama atribut, jenis atribut, jumlah space atau ruang yang diperlukan untuk setiap atribut dan keterangan dari masing-masing atribut.

Pengolahan dan Analisis Data Sekunder

Menurut Jumadi (2011), penentuan pemetaan kesesuaian wilayah untuk pengembangan budidaya kerapu macan di lokasi penelitian dilakukan dengan operasi tumpang susun (overlay) dari setiap layer yang dipakai sebagai kriteria. Sebelum operasi tumpang susun ini dilakukan, setiap layer dinilai tingkat pengaruhnya terhadap penentuan kesesuaian lahan. Pemberian nilai pada masing-masing layer ini menggunakan pembobotan (weighting). Setiap layer dibagi dalam beberapa kelas dan diberi skor mulai dari kelas yang sangat sesuai hingga kelas yang tidak sesuai. Pemberian scoring dilakukan untuk menilai faktor pembatas pada setiap parameter. Setiap lokasi akan memperoleh nilai akhir yang merupakan hasil perkalian antara skor dengan bobot dari layer tersebut.

Setiap parameter memiliki peranan yang berbeda terhadap tingkat kesesuaian lahan keramba jaring apung (KJA) kerapu macan. Sehingga pembobotan tiap parameter dilakukan berdasarkan tingkat pengaruh parameter tersebut terhadap kondisi layak hidup ikan kerapu macan. Nilai kesesuaian pada setiap lokasi dihitung berdasarkan rumus berikut:

... (1)

dimana : Nij = total nilai di lokasi-ij

Bi = bobot pada setiap parameter-i

Sij = skor pada setiap parameter-i kelas ke-j

Faktor-faktor utama kelayakan yang diperlukan untuk penempatan lokasi budidaya ikan kerapu macan disajikan pada Tabel 1.

Selang kelas diperlukan untuk membagi kelas kedalam jumlah kelompok/kategori yang telah ditentukan. Pembagian kelas tersebut menggunakan persamaan berikut:

(16)

dirumuskan dalam persamaan diatas, klasifikasi kesesuaian lahan budidaya ikan kerapu macan dibagi kedalam tiga kategori, meliputi sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan tidak sesuai (N). Tabel 1 menunjukkan kriteria kelayakan lokasi untuk budidaya ikan kerapu macan.

Tabel 1. Kriteria Kelayakan Lokasi Untuk Budidaya Ikan Kerapu Macan.

No Parameter Bobot Prosentase (%)

Sumber: Modifikasi dari Jumadi (2011), KLH (2004), dan (Tiensongrusmee et al. 1986; Bambang dan Tjahjo 1997; Ali 2003; Kurniaty 2003; Rachmansyah 2004; Wardjan 2005) dalam Hartami (2008).

Masing – masing kelas di atas diuraikan sebagai berikut (Bakosurtanal 1996) dalam (Jumadi 2011):

1. S1: sangat sesuai (highly suitable), yaitu apabila lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan atau tidak berarti terhadap produksinya.

(17)

Pembatas akan mengurangi produksi dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. N : tidak sesuai (not suitable), wilayah ini mempunyai faktor pembatas yang sangat berat baik permanen maupun tidak permanen, sehingga mencegah perlakuan pada daerah tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesesuaian Lahan Perairan

Pengukuran parameter fisik dan kimia perairan dilakukan di beberapa titik, data yang diambil pada tiap titik pengambilan sampelnya yaitu koordinat, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), suhu permukaan, salinitas, arus, kedalaman, kecerahan, tinggi gelombang, dan kandungan amonia. Lokasi pengukuran parameter perairan dilakukan di wilayah Kecamatan Kepulauan Sembilan, terkecuali untuk pengukuran amonia dilakukan di muara Sungai Sinjai. Pada Lampiran 1 ditampilkan nilai parameter pada tiap stasiun dan pada Lampiran 2 ditampilkan nilai parameter Amonia di Sungai Sinjai, sedangkan Lampiran 3 merupakan tabel baku mutu air laut KLH beberapa parameter yang digunakan. Suhu Permukaan Perairan

Suhu perairan merupakan salah satu parameter fisik yang sangat berpengaruh bagi makhluk hidup. Perubahan suhu lingkungan tempatnya hidup dapat berakibat berubahnya pola hidup makhluk tersebut baik berupa adaptasi terhadap suhu yang baru atau bermigrasi ke lingkungan dengan suhu yang lebih cocok. Namun bagi makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi justru dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula untuk kerapu macan, oleh karena itu pengukuran sebaran suhu perairan yang sesuai untuk kelayakan hidup kerapu macan sebagai penentuan lokasi budidaya kerapu macan perlu dilakukan.

Menurut Evalawati et al. (2001), suhu optimum untuk pertumbuhan ikan kerapu bebek dan kerapu macan adalah 27 - 29°C. Suhu permukaan perairan hasil pengukuran dan analisa di perairan Kabupaten Sinjai berkisar antara 29 - 31°C yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal ini menunjukkan suhu air di perairan Kabupaten Sinjai kurang sesuai untuk lokasi budidaya kerapu macan. Wilayah yang dapat dikembangkan untuk menjadi lokasi budidaya kerapu macan hanya terdapat pada dua lokasi yaitu pada sisi selatan Pulau Burungloe hingga gosong Mengaliali dan pada sisi tenggara hingga selatan Pulau Larearea.

Potential of Hydrogen (pH)

(18)

Sebaran derajat keasaman (pH) perairan Kabupaten Sinjai berkisar antara 7,39 – 8,80 (Lampiran 5). Nilai derajat keasaman (pH) terendah terdapat di sekitar Pulau Liangliang yang berkisar antara 7,39 – 7.63, semakin menjauh dari Pulau Liangliang nilai pH semakin meningkat, dan nilai pH tertinggi terdapat di sebelah barat Kepulauan Sembilan dan sisi utara Pulau Batanglampe.

Secara umum berdasarkan nilai pH perairan Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai sangat sesuai sebagai lokasi pengembangan budidaya kerapu macan. Hal ini dikarenakan hampir seluruh wilayah perairan memiliki nilai pH yang sangat sesuai untuk budidaya kerapu macan, kecuali pada sisi barat Kepulauan Sembilan dan sisi barat laut Pulau Batanglampe.

Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut merupakan konsentrasi oksigen yang terdapat di dalam air. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin 2000) dalam (Salmin 2005).

Penyebaran oksigen terlarut di perairan Kabupaten Sinjai memperlihatkan nilai oksigen terlarut antara 7,15 – 9,24 mg/l. Kandungan oksigen terlarut yang tertinggi terdapat di wilayah Kepulauan Sembilan dan di sebelah tenggara perairan Kabupaten Sinjai dengan nilai oksigen terlarut antara 8,89 – 9,24 mg/l. Nilai oksigen terlarut terendah berada di sepanjang bibir pantai daratan utama Pulau Sulawesi yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria kandungan oksigen terlarut, maka seluruh wilayah perairan Kabupaten Sinjai sangat layak untuk dikembangkan menjadi lokasi budidaya kerapu macan.

Kedalaman

Kedalaman perairan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi budidaya kerapu macan. Perairan yang terlalu dangkal dapat mengakibatkan pengadukan substrat dasar perairan hingga ke permukaan yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan sehingga tidak baik untuk menjadi lokasi budidaya ikan kerapu macan, sebaliknya jika dasar perairan terlalu dalam juga dapat menyulitkan dalam mengembangkan usaha budidaya kerapu macan. Menurut Jumadi (2011), pada perairan yang dalam proses perencanaan budidaya akan kurang optimal, sebab konstruksi keramba jaring apung yang dibuat akan mengeluarkan biaya yang besar dalam proses pembuatannya.

(19)

Kedalaman perairan yang sesuai untuk lokasi budidaya kerapu macan terdapat di sisi barat daya hingga selatan Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai. Sedangkan wilayah kedalaman perairan yang sangat sesuai untuk budidaya kerapu macan terdapat di sisi tenggara Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai yang memanjang dari gosong Melambiri hingga sisi tenggara gosong Pasiloang. Arus Permukaan

Pemilihan lokasi budidaya kerapu macan harus memperhatikan kecepatan arus permukaan. Arus permukaan yang terlalu kuat dapat mengakibatkan kerapu macan menjadi stress dan menyebabkan nafsu makannya berkurang. Sebaliknya arus permukaan yang terlalu lemah dapat membuat berkurangnya sirkulasi oksigen terlarut bagi kerapu macan.

Affan (2012) melaporkan bahwa arus sangat berperan dalam sirkulasi air, selain pembawa bahan terlarut dan tersuspensi, arus juga mempengaruhi jumlah kelarutan oksigen dalam air. Di samping itu berhubungan dengan KJA, kekuatan arus dapat mengurangi organisme penempel (fouling) pada jaring sehingga desain dan konstruksi keramba harus disesuaikan dengan kecepatan arus serta kondisi dasar perairan (lumpur, pasir, karang).

Menurut Evalawati et al. (2001) menyatakan bahwa kecepatan arus permukaan yang baik untuk usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) berkisar antara 0,15 – 0,3 m/s. Adapun hasil analisis kecepatan arus permukaan perairan Kabupaten Sinjai pada penelitian ini menunjukkan kecepatan arus permukaan yang beragam yang berkisar antara 10 – 32,9 cm/s. Kecepatan arus yang rendah terdapat di sisi selatan wilayah Kepulauan Sembilan, sedangkan sisi utara Kepulauan Sembilan memiliki kecepatan arus yang tinggi. Terdapat suatu perbedaan yang mencolok antara sisi utara dan selatan Pulau Kanalo yaitu kecepatan arus yang rendah hingga 10 cm/s yang terdapat di sisi selatan Pulau Kanalo sedangkan pada sisi utaranya memiliki kecepatan arus yang kuat hingga 32,9 cm/s (Lampiran 8).

Berdasarkan parameter kecepatan arus permukaan, perairan Kabupaten Sinjai sangat sesuai untuk lokasi budidaya kerapu macan, kecuali di sisi utara Pulau Kanalo karena kecepatan arus permukaan yang sangat kuat.

Salinitas

Salinitas merupakan salah satu parameter yang memberikan pengaruh cukup besar dalam budidaya ikan kerapu macan. Salinitas merupakan parameter oseanografi penting yang bersama-sama dengan parameter lainnya untuk menduga kawasan yang sesuai untuk pertumbuhan ikan dan organisme akuatik lainnya (Hartami 2008).

Salinitas di perairan Kepulauan Sembilan memiliki nilai yang bervariasi, hasil pengamatan menunjukkan nilai berada pada kisaran 34 – 35 psu dan didominasi pada nilai salinitas sebesar 34,56 – 34,67 (Lampiran 9). Salinitas di perairan Kepulauan Sembilan menunjukkan bahwa wilayah ini mendapat pasokan air tawar yang sangat sedikit dan tidak berpengaruh banyak terhadap fluktuasi nilai salinitas.

(20)

sehingga salinitas menjadi homogen. Nontji (1993) mengemukakan bahwa di perairan dangkal, lapisan salinitas yang homogen dapat berlanjut sampai ke dasar kira-kira setebal 50 – 70 m.

Hasil pengukuran salinitas di perairan Kepulauan Sembilan yang berada pada kisaran 34 – 35 psu menunjukkan perairan tersebut sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi budidaya ikan kerapu macan.

Amonia

Senyawa ammonia, nitrit, nitrat dan bentuk senyawa lainnya berasal dari limbah pertanian, pemukiman dan industri. Secara alami senyawa ammonia di perairan berasal dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Jika kadar ammonia di perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi (lebih besar dari 1,1 mg/l pada suhu 25°C dan pH 7,5) dapat diduga adanya pencemaran (Alaerst dan Sartika 1987) dalam (Hartami 2008).

Sumber ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, juga berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur yang dikenal dengan istilah

ammonifikasi (Effendi 2003).

Pengukuran nilai amonia di perairan Kepulauan Sembilan yang dilakukan di sekitar muara Sungai Sinjai menunjukkan bahwa nilainya berkisar antara 0,052

– 0,839 ppm dengan nilai amonia tertinggi berada pada muara Sungai Sinjai. Sebaran nilai amonia di perairan Kabupaten Sinjai terlihat semakin berkurang jika mengarah ke arah tenggara, yaitu mengarah ke laut lepas.

Nilai amonia di sekitar Kepulauan Sembilan berada pada kisaran 0,227 – 0,489 ppm (Lampiran 10). Nilai amonia yang sangat tinggi pada muara Sungai Sinjai dikarenakan Sungai Sinjai melewati pusat permukiman dan diperkirakan menjadi tempat aktifitas masyarakat Sinjai di sekitar sungai tersebut.

Kondisi perairan Kabupaten Sinjai berdasarkan hasil pengukuran memperlihatkan bahwa wilayah Kepulauan Sembilan merupakan lokasi yang sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi budidaya kerapu macan, sedangkan wilayah yang sangat sesuai terdapat di sisi selatan dan tenggara Kepulauan Sembilan yang berada cukup jauh dari pemukiman penduduk di Kepulauan Sembilan.

Kecerahan

Pada penelitian ini, kecerahan merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan pengaruh pada penentuan lokasi budidaya kerapu macan di perairan Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai. Kecerahan perairan suatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan perairan, padatan tersuspensi, plankton, dan partikel lumpur yang dibawa oleh aliran sungai dan batu-batuan.

Tingkat kecerahan perairan yang cocok untuk tiap jenis makhluk hidup berbeda-beda. Begitupula kecerahan perairan yang cocok untuk kerapu macan yang berada pada kisaran 4 – 25 m. Tingkat kecerahan air yang dipersyaratkan untuk budidaya perikanan laut adalah > 3 m (KLH 2004).

(21)

arus maupun gelombang maka akan mengaduk partikel dasar termasuk feses yang mengendap dan terbawa ke permukaan yang akan menimbulkan keruhnya air sehingga penetrasi sinar matahari menjadi berkurang dan dalam kondisi partikel lumpur yang pekat dapat berpotensi menutupi insang ikan (Adibrata 2012).

Tingkat kecerahan yang tinggi akan sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha budidaya kerapu. Berdasarkan hasil pengukuran di perairan Kepulauan Sembilan menunjukkan bahwa perairan Kepulauan Sembilan memiliki tingkat kecerahan yang bervariasi dengan nilai kecerahan yang berkisar antara 1 – 12 m (Lampiran 11).

Tingkat kecerahan terendah hingga mencapai 1 meter berada di sekitar Pulau Kanalo dan Pulau Kodingareng. Hal ini diakibatkan oleh tingginya aktifitas manusia pada kedua pulau tersebut, sehingga mengakibatkan tingkat kecerahannya menurun.

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kecerahan perairan Kepulauan Sembilan dapat diketahui bahwa keseluruhan wilayah perairannya sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi budidaya ikan kerapu macan, terkecuali wilayah di sekitar Pulau Kanalo dan Pulau Kodingare.

Tinggi Gelombang

Sifat-sifat gelombang dipengaruhi oleh: 1) Kecepatan angin, semakin kencang angin maka makin besar gelombang yang terbentuk serta memiliki kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar; 2) Waktu dimana angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang bertiup; 3) Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch), makin besar fetch pada suatu perairan (lautan) makin besar pula gelombang yang terbentuk (Yuwono 1984) dalam (Hartami 2008).

Berdasarkan sifat-sifat gelombang tersebut, gelombang di wilayah perairan Kabupaten Sinjai umumnya ditimbulkan oleh angin yang berasal dari arah timur laut, timur, dan tenggara. Pada pengukuran tinggi gelombang di perairan Kabupaten Sinjai diketahui bahwa tinggi gelombang di perairan tersebut berkisar antara 10 cm – 200 cm dan terlihat pula bahwa pola refraksi gelombang yang terbentuk memiliki kemiripan, yaitu saat gelombang mendekati wilayah Kepulauan Sembilan energi gelombang mengecil yang dibuktikan dengan tinggi gelombang di wilayah ini yang mencapai <1 m, hal ini dikarenakan wilayah tersebut terlindung oleh pulau – pulau dan gosong yang terdapat wilayah tersebut (Lampiran 12,13, dan 14).

Terdapat tiga lokasi yang sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi lokasi budidaya ikan kerapu macan berdasarkan tinggi gelombang yang dihasilkan oleh angin yang bertiup dari arah timur laut, timur, dan tenggara di Kepulauan Sembilan, lokasi pertama di sisi barat Gosong Pasiloang, lokasi kedua terdapat di sekitar Pulau Burungloe dan Pulau Liang-liang, dan lokasi ketiga di sekitar Pulau Katindoang, Larearea, Kanalo, dan Kodingare.

(22)

Penentuan Kesesuaian Lahan Budidaya Kerapu Macan

Berdasarkan analisis secara spasial diperoleh wilayah perairan Kepulauan Sembilan yang termasuk dalam kategori sangat sesuai meliputi perairan di sisi barat dan barat laut P. Kanalo dan sedikit di sisi timur laut P. Kanalo, di sisi timur hingga selatan Pulau Katindoang, disekeliling P. Larearea, di sisi barat P. Kambuno, di sisi barat P. Liangliang, dan di sisi barat Gosong Pasiloang. Wilayah perairan yang tidak disebutkan diatas termasuk dalam kategori sesuai dari wilayah perairan Kepulauan Sembilan. Sedangkan wilayah perairan yang termasuk dalam kategori tidak sesuai tidak ada.

Luas wilayah kesesuaian lahan untuk budidaya ikan kerapu macan di perairan Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Luas Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Kerapu Macan di Perairan Kabupaten Sinjai

(23)
(24)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis spasial memperlihatkan bahwa wilayah perairan Kabupaten Sinjai sangat potensial untuk lokasi pengembangan budidaya ikan kerapu macan dengan mencakup wilayah yang sangat sesuai seluas 58,84 km2, sesuai seluas 463,24 km2, dan tidak terdapat wilayah yang tidak sesuai untuk dijadikan lokasi pengembangan budidaya ikan kerapu macan. Wilayah perairan Kepulauan Sembilan yang sangat layak untuk menjadi lokasi pembudidayaan kerapu macan meliputi perairan di sisi barat dan barat laut P. Kanalo dan sedikit di sisi timur laut P. Kanalo, di sisi timur hingga selatan Pulau Katindoang, disekeliling P. Larearea, di sisi barat P. Kambuno, di sisi utara barat P. Liangliang, dan di sisi barat Gosong Pasiloang.

Saran

Penelitian lanjutan dengan menggunakan data parameter lingkungan yang relatif lebih banyak untuk memperkaya data penelitian, serta perlunya pengkajian lebih lanjut mengenai aspek sosial, ekonomi, manajemen, infrastruktur, parameter lain yang turut berpengaruh pada penentuan kesesuaian lahan budidaya ikan kerapu macan. Penelitian tersebut juga bisa dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan musim.

DAFTAR PUSTAKA

Adibrata S. 2012. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Untuk Pengembangan Budidaya Kerapu (Famili Serranidae) di Perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan)

Afero F. 2012. Analisa ekonomi budidaya kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dalam keramba jaring apung di Indonesia. JurnalDepik 1(1):10–21.

Affan JM. 2012. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan Pantai Timur Bangka Tengah. JurnalDepik 1(1):78-85.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Sinjai Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai. Balangnipa.

(25)

Evalawati M, Meiyana, TW Aditya. 2001. Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) dan Kerapu Tikus (Epinephelus altivelis) di Keramba Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut. Bandar Lampung. Hartami P. 2008. Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk

Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan)

Jumadi W. 2011. Penentuan Kesesuaian Lahan Keramba Jaring Apung Kerapu Macan (Epinephelus Fuscogutattus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan)

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. KLH, Jakarta.

Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Rojas A, S Wadsworth. 2007. A review of cage aquaculture: Latin America and the Caribbean. In M. Halwart, D. Soto and J.R. Arthur (eds). Cage aquaculture-Regional reviews and global overview. FAO Fisheries Technical Paper No 498. FAO. Roma.

Sadovy YJ, TJ Donaldson, TR Graham, F McGilvray, GJ Muldoon, MJ Phillipps, MA Rimmer, A Smith, B Yeeting. 2004. While stock last: the live reef food fish trade. ADB Pacific Studies Series. Asian Development Bank. Manila.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana 30(3):21–26.

Szuster W, Albasri H. 2010. Mariculture and Marine Spatial Planning: Integrating Local Ecological Knowledge at Kaledupa Island, Indonesia. Island Studies Journal 5(2):237–250.

(26)

Lampiran 1. Data Parameter Kualitas Air Perairan Kabupaten Sinjai Tahun 2010

STASIUN NAMA

DAERAH S E pH

DO

(mg/L) Suhu (

o

C) Salinitas Arus (cm/s)

Kedalaman (m)

Kecerahan (m)

Stasiun I Kanalo Dua -5.0364 120.3916 8.96 9.03 30.8 34 33 4 – 9 11

Stasiun II Kanalo Satu -5.0461 120.3948 9 9.08 30.4 34 12 5 - 8 2

Stasiun III Burung Loe -5.1298 120.3931 8.87 9.04 29.9 34.8 22 4 - 8 10

Stasiun IV Liang liang -5.1104 120.4112 8.6 9.19 30.3 34.6 16 3 - 6 6

Stasiun V Kambuno -5.0848 120.3511 9.8 9.1 31.3 34.5 19 4 - 8 12

Stasiun VI Kodingare -5.0659 120.4232 9.14 9.06 31.6 34.4 23 5 - 9 3

Stasiun VII Batulampe -5.0480 120.4167 9.52 9.05 31.3 34.5 24 5 - 10 5

Stasiun VIII Lariarea -5.0733 120.4061 8.7 9.2 29.8 35 30 5 - 12 10

Stasiun IX Katindoang -5.0729 120.3919 9 9.2 29.9 34.8 26 4 - 15 10

(27)

Lampiran 2. Data Parameter Amonia Sungai Sinjai Tahun 2010

STASIUN KARAKTERISTIK S E Amonia

(28)

Lampiran 3. Baku Mutu Air Laut

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2°C dari suhu alami b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

Sinjai

(48)
(49)
(50)
(51)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanete Barru pada tanggal 30 Mei 1987. Penulis merupakan putra sulung dari pasangan Ayah Jamaluddin Rahim dan Ibu Nurhijrah Rahman. Penulis memulai pendidikannya di TK Muhammadiyah Kupang pada tahun 1992-1993. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SD Muhammadiyah Kupang pada tahun 1993-1997 dan di SD Yapis I Jayapura pada tahun 1997-1999. Pada periode 1999-2002 penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di Pesantren IMMIM Putra Makassar, dan pada periode 2002-2005 melanjutkan studi di SMUN 17 Makassar. Penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui sistem mayor minor.

Gambar

Gambar 1.  Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Kriteria Kelayakan Lokasi Untuk Budidaya Ikan Kerapu Macan.

Referensi

Dokumen terkait

hipotesis keempat diketahui bahwa variabel jaminan ( assurance ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan masyarakat pada Polres Hulu Sungai Tengah

Permutasi Disajikan sebuah masalah matakuliah ekonomi mikro yang bisa dipilih oleh setiap mahasiswa, siswa dapat menentukan banyaknya susunan nilai yang diperoleh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh lokasi, keragaman produk dan store atmosphere terhadap keputusan berkunjung

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja

Dengan alasan ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa Hedyotis corymbosa berperan untuk meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag pada mencit Balb/c

Poin peluang pada industri kecil kerajinan tenun songket/tenun ikat di Kota Pekanbaru yang memiliki skor dan bobot paling tinggi adalah adanya dukungan dari pemerintah

(3) pada konsep nomor 6 (menghitung pH larutan penyangga) memiliki nilai CRIS besar 4,05 (hampir maksimum 5) dan nilai Fb sangat kecil (0,05) dinyatakan sebagai konsep yang

Penelitian ini menghasilkan (LKS) Diskusi berorientasi Model Brainstorming untuk Melatih Keterampilan Penyelesaian Masalah Siswa Pada Materi Perubahan Lingkungan Kelas X