Penelitian Magister
Perbedaan Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) Pada
Penderita Coronary Artery Disease (CAD) Sebelum Dan Sesudah
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Di RSUP H Adam Malik
Medan
Herlan Napitupulu
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SURAT KETERANGAN
JUDUL : PERBEDAAN LEFT VENTRICULAR EJECTION
FRACTION (LVEF) PADA PENDERITA CORONARY ARTERIAL DISEASES (CAD) SEBELUM DAN SESUDAH CORONARIA ARTERIAL BYPASS GRAFT (CABG) DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Dr. HERLAN NAPITUPULU
No. CHS :
DEPARTEMEN : DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK USU
INSTITUSI : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH PEMBIMBING I
Nip. 196103161986111001 Dr. Marshal, Sp.B, SpB-TKV(K)
PEMBIMBING II
Nip. 197511132005011004 Dr. Doddy Prabisma
Pohan,SpB-TKV(K)
Ketua Departemen Ilmu Bedah FK USU Ketua Program Studi Ilmu Bedah FK USU
Dr. Emir Taris Pasaribu, SpB(K)Onk
NIP: 195203041980021001 NIP: 196103161986111001
HASIL PENELITIAN
JUDUL:PERBEDAAN LEFT VENTRICULAR EJECTION FRACTION (LVEF) PADA PENDERITA CORONARY ARTERIAL DISEASES (CAD) SEBELUM DAN SESUDAH CORONARIA ARTERIAL BYPASS GRAFT (CABG) DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
PENELITI : dr. Herlan Napitupulu
DEPARTEMEN : Ilmu Bedah
INSTITUSI : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tesis ini telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Metodologi Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP. 1951 1202 197902 1 001
PROF. DR. H. AZNAN LELO, PhD, SpFK
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mortalitas pada Pasien Trauma Abdomen Pre-operatif yang Dilakukan Eksplorasi Laparotomi di RSUP H.
Adam Malik Medan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2015
Herlan Napitupulu
DAN SESUDAH CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG) DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ejection fraction sebelum dan sesudah Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) pada penderita Coronary Artery Disease (CAD) di RSUP H. Adam Malik Medan.
Metode:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang membandingkan LVEF pada pasien CAD sebelum dan setelah operasi CABG di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel berjumlah 21 orang yang merupakan semua pasien dengan CAD yang dilakukan on pump CABG dengan usia 40-65 tahun di bagian Bedah Thoraks Kardiovaskular, RSUP H. Adam Malik Medan. Data LVEF sebelum dan setelah CABG kemudian diukur, dan diolah menggunakan uji Wilcoxon, menggunakan SPSS 16.0.
Hasil: Dari total 21 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian jenis kelamin laki-laki sebanyak 66.7% dan perempuan 33.3%, dengan usia rata-rata 49.52 tahun. Median LVEF sebelum CABG adalah 25% (14%-55%) dan setelah CABG adalah 55% (23%-62%). Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara median LVEF sebelum dan setelah CABG dengan p<0.05.
Kesimpulan: Terdapat peningkatan LVEF setelah tindakan CABG dan secara uji statistik ditemukan adanya perbedaan signifikan antara median LVEF sebelum dan setelah CABG (p<0.05)
COMPARISON OF LEFT VENTRICULAR EJECTION FRACTION (LVEF) BEFORE AND AFTER CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG) IN CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
PATIENTS AT H ADAM MALIK MEDAN HOSPITAL
Abstract
Aim: To compare the left ventricular ejection fraction (LVEF) before and after coronary artery bypass grafting (CABG) procedure in coronary artery disease patients at H. Adam Malik Hospital.
Method:This study was an experimental study that compared the LVEF before and after CABG procedure in CAD patients at H. Adam Malik Hospital. Sample were 21 patients with range of age 40-60 years old, who treated as CAD and underwent on pump CABG procedure in Thorax and Cardiovascular Division of H. Adam Malik Hospital. Data LVEF pre and post CABG procedure were collected and analyzed with Wilcoxon test by SPSS 16.0.
Result: There were 21 patient included in this study and male (66.7%) were dominated the sample compared with female (33.3%). The mean of age was 49.52 years. The median of LVEF before the CABG procedure was 25% (14%-55%) and after the CABG procedure was 55% (23%-62%). There was a significant different of LVEF median between pre and post CABG procedure, p<0.05.
Conclusion:The LVEF was increased after CABG procedure compared than before CABG procedure, with significant statistic result p<0.05.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis Magister ini yang merupakan salah satu persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Selawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ketua Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK dan Sekretaris Departemen, dr. Erjan Fikri, SpB,SpBA. Ketua Program Studi Ilmu Bedah, dr. Marshal SpB,SpBTKV dan Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah, dr. Asrul S, SpB-KBD, yang telah bersedia menerima, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penulis menjalani pendidikan.
dr. Marshal, SpBTKV; Ketua Subdivisi dan Bedah Toraks, Kardio dan Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Pembimbing penulisan tesis, dr. Doddy Prabisma Pohan, SpBTKV; Pembimbing penulisan tesis, terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya yang dapat penulis sampaikan, yang telah membimbing, mendidik, membuka wawasan penulis, senantiasa memberikan dorongan dan motivasi yang tiada hentinya dengan penuh bijaksana dan tulus ikhlas disepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
SpS,SpBS(K), Prof. Nazar Moesbar, SpB,SpOT, Prof. Hafas Hanafiah, SpB,SpOT, Alm.Prof Usul Sinaga, SpB, Alm.Prof Buchari Kasim, SpBP, dr. Asmui Yosodihardjo, SpB,SpBA, dr. Syahbuddin Harahap, SpB, DR. dr. Humala Hutagalung, SpB(K)ONK, dr. Gerhard Panjaitan, SpB(K)ONK, dr. Harry Soejatmiko, SpB,SpBTKV, dr. Chairiandi Siregar, SpOT, dan seluruh guru bedah saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, di lingkungan RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan ketrampilan bedah pada diri saya. Semua telah tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama mengikuti program pendidikan ini.
Prof. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktu dalam membimbing statistik dari tulisan tugas akhir ini.
Kedua orang tua, ayahanda Alm.B.Napitupulu dan ibunda K Br Saragih., terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya, yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan perhatian, dengan diiringi doa dan dorongan yang tiada hentinya sepanjang waktu, memberikan contoh yang sangat berharga dalam menghargai dan menjalani kehidupan.
Terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercintadr.Anne M Tupan, SpA atas segala pengorbanan, pengertian, dukungan semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka mendampingi saya selama menjalani masa pendidikan yang panjang ini.
Kepada abang, kakak, adik-adik dan seluruh keluarga besar, penulis menucapkan terima kasih atas pengertian dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
Para Senior, dan semua rekan seperjuangan peserta program studi Bedah Medan yang bersama-sama menjalani suka duka selama pendidikan.
Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan.
Semoga ilmu yang penulis peroleh selama pendidikan Magister spesialisasi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Medan, Desember2014
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner ... 5
2.1.1. Etiologi………... 5
2.1.2. Patofisiologi……… 6
2.1.3. Ekokardiografi fungsi ventrikel kiri……… 7
2.1.4. Faktor risiko penyakit jantung koroner……… 11
2.1.5. Manifestasi Klinis ………... 12
2.2. Penatalaksanaan penyakit jantung koroner ... 13
2.3. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) ... 14
2.3.1. Definisi ... 14
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian……….. 30
4.2 Hasil Pengukuran LVEF sebelum CABG………. 31
4.3 Hasil Pengukuran LVEF sesedah CABG………... 31
4.4 Test Uji Normality……….. 32
4.5 Uji Statistik………. 32
BAB 5 PEMBAHASAN... 33
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN………... 36
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Susunan Penelitian
Lampiran 2 Riwayat Hidup
Lampiran 3 Rencana Anggaran Penelitian Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Lampiran 5 Naskah Penjelasan kepada Orangtua/Kerabat Pasien Lainnya Lampiran 6 Persetujuan setelah Penjelasan
DAN SESUDAH CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG) DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ejection fraction sebelum dan sesudah Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) pada penderita Coronary Artery Disease (CAD) di RSUP H. Adam Malik Medan.
Metode:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang membandingkan LVEF pada pasien CAD sebelum dan setelah operasi CABG di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel berjumlah 21 orang yang merupakan semua pasien dengan CAD yang dilakukan on pump CABG dengan usia 40-65 tahun di bagian Bedah Thoraks Kardiovaskular, RSUP H. Adam Malik Medan. Data LVEF sebelum dan setelah CABG kemudian diukur, dan diolah menggunakan uji Wilcoxon, menggunakan SPSS 16.0.
Hasil: Dari total 21 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian jenis kelamin laki-laki sebanyak 66.7% dan perempuan 33.3%, dengan usia rata-rata 49.52 tahun. Median LVEF sebelum CABG adalah 25% (14%-55%) dan setelah CABG adalah 55% (23%-62%). Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara median LVEF sebelum dan setelah CABG dengan p<0.05.
Kesimpulan: Terdapat peningkatan LVEF setelah tindakan CABG dan secara uji statistik ditemukan adanya perbedaan signifikan antara median LVEF sebelum dan setelah CABG (p<0.05)
COMPARISON OF LEFT VENTRICULAR EJECTION FRACTION (LVEF) BEFORE AND AFTER CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG) IN CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
PATIENTS AT H ADAM MALIK MEDAN HOSPITAL
Abstract
Aim: To compare the left ventricular ejection fraction (LVEF) before and after coronary artery bypass grafting (CABG) procedure in coronary artery disease patients at H. Adam Malik Hospital.
Method:This study was an experimental study that compared the LVEF before and after CABG procedure in CAD patients at H. Adam Malik Hospital. Sample were 21 patients with range of age 40-60 years old, who treated as CAD and underwent on pump CABG procedure in Thorax and Cardiovascular Division of H. Adam Malik Hospital. Data LVEF pre and post CABG procedure were collected and analyzed with Wilcoxon test by SPSS 16.0.
Result: There were 21 patient included in this study and male (66.7%) were dominated the sample compared with female (33.3%). The mean of age was 49.52 years. The median of LVEF before the CABG procedure was 25% (14%-55%) and after the CABG procedure was 55% (23%-62%). There was a significant different of LVEF median between pre and post CABG procedure, p<0.05.
Conclusion:The LVEF was increased after CABG procedure compared than before CABG procedure, with significant statistic result p<0.05.
BAB I
1.1.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian secara global yaitu sebesar tiga puluh sembilan persen (39%) (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012). Di Amerika Serikat sekitar 600.000 orang meninggal karena penyakit jantung di setiap tahun dan penyakit jantung koroner menewaskan lebih dari 385.000 orang per tahun. Di Indonesia tahun 2010 tingkat kefatalan (CFR) penyakit jantung ada Rawat Inap Rumah Sakit tahun 2009-2010 sebesar 8,7% (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012). Pada penanganan penyakit jantung koroner diperlukan operasi jantung yaitu Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Ini adalah pengobatan untuk pasien dengan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung (Medical Surgical Nursing vol 1, 2000). CABG adalah pilihan yang baik untuk masalah ini karena mengembalikan aliran darah normal kembali ke otot jantung, mengurangi gejala (biasanya angina) dan juga dapat meningkatkan harapan hidup pasien (NICOR, 2011).
(30,2%) diantaranya adalah operasi CABG. Jumlah tersebut menunjukan bahwa operasi CABG mempunyai porsi yang cukup besar pada populasi bedah jantung dewasa.
Fraksi ejeksi ventrikel kiri merupakan indikator yang dianggap telah umum dipakai untuk menilai fungsi ventrikel kiri.Indikator klinis ini mempunyai nilai prognosis yang kuat bagi penderita penyakit jantung coroner.Pengertian ejeksi fraksi ventrikel kiri tersebut adalah sebuah pengukuran darah yang dipompa keluar dari ventrikel terisi.Normalnya adalah 50% atau lebih.Pada penderita penyakit jantung koroner, fraksi ejeksi ini dapat terjadi penurunan yang menggambarkan kemampuan jantung untuk berfungsi telah menurun.Salah satu cara untuk mengembalikan fungsi jantung kembali seperti normalnya ialah dengan tindakan operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Operasi CABG bertujuan untuk mengatasi kurangnya suplai darah ke otot jantung dengan
Sampai saat ini di Indonesia belum banyak studi penelitian yang mengukur peningkatan fungsi ventrikel kiri setelah dilakukan operasi CABG pada penderita penyakit jantung koroner.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai seberapa besar peningkatan ejeksi fraksi ventrikel kiri setelah dilakukan operasi CABG yang juga menggambarkan tingkat keberhasilan operasi tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah membandingkan Ejection Fraction ventrikel kiri sebelum dansesudah operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.3. Hipotesa
Ejection Fractionventrikel kiri lebih tinggisetelah operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) .
1.4. 1.4.1.
Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui perbedaan Ejection Fractionsebelum dan sesudah Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) pada penderita Coronary Artery Diseases di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.4.2. 1.
Tujuan Khusus
Mengetahui Ejection Fraction Ventrikel kiri sebelum operasi Coronary Artery Bypass Grafting
2.
(CABG) di RSUP. H. Adam Malik Medan.
Artery Bypass Grafting (CABG).
3. Membandingkan Ejection Fraction Ventrikel kiri sebelum dan sesudah operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG).
1.5 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang bedah Toraks danKardiovaskuler, khususnya tentang peningkatan Ejection Fraction terhadap pasien penyakit jantung koroner setelah operasi
1.5.1 Bidang Akademik/Ilmiah
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) .
1.5.2 Pelayanan Kesehatan
Pada penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien-pasien penyakit jantung koroner yang dilakukan operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) .
1.
1.5.3 Bidang Pengembangan Penelitian
Bagi peneliti, untuk memberikan data bagi para peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan lemak abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang disebut dengan aterosklerosis.(Black & Hawks, 2009) Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirkumflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plak atau penggumpalan.Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteri yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miokard infark).
2.1.1 Etiologi
perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008)
2.1.2 Patofisiologi
Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhkan 70 % oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung disebut sebagai Myocardial Oxygen Consumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocard dan tekanan pada dinding jantung.
berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung..(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008)
Penyempitan arteri coronaria dapat mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan kardiak output, peningkatan tekanan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.Kelanjutan dari iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau sementara), lokasi serta ukurannya. Tiga manifestasi dari iskemi miokardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfark angina, dan miokardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronaria
2.1.3 Ekokardigrafi fungsi ventrikel kiri 2.1.3.1 Tehnik standard
Dua tehnik standard untuk menilai funsi ventrikel kiri :
- Menggunakan fungsi ventrikel kiri secara global,digunakan bila terdapat disfungsi ventrikel kiri sebagai suatu ruang
- Menggunakan fungsi regional ventrikel kiri, digunakan ketika terdapat abnormalitas fungsi kontraksi segmen miokard
2.1.3.2 Fungsi Global
dalam hemodinamika ekokardiografi dapat diukur dari beberapa parameter meliputi fraksi ejeksi (Ejection fraction, EF), fraksi pemendekan (Fractional shortening, FS), pemendekan miokard sirkumferensial (myocardial velocity of circumferential fibre, mVcf), isi sekuncup dan curah jantung.Dari parameter tersebut, yang paling sering digunakan dalam klinik adalah EFdan FS.
Evaluasi fungsi sistolik global dimulai dengan pemeriksaan ekokardiografi 2-D secara real time. Bagi ekokardiografer yang berpengalaman, fungsi sistolik global yang diekspresikan sebagai fraksi ejeksi, biasanya dimulai secara visual pada potongan sumbu panjang dan pendek yang dikombinasikan. Hal ini dimungkinkan oleh karena pengalaman empiris dari sejumlah ekokardiografi yang telah dibuat oleh operator berpengalaman.Cara ini mudah dan dapat dipercaya untuk keperluan klinis sehari-hari. Perhitungan fraksi ejeksi secara akurat digunakan rumus berikut :
EF = EDV – ESV X 100%
EDV
Di mana, EDV adalah volume akhir diastolic dan ESV adalah volume akhir sistolik.
apical orthogonal. Kebanyakan instrumentasi dapat menghitung volume dengan menggunakan metode Simpson dan menggunakan rumus diatas.Kedua, metode yang disederhanakan untuk menentukan fraksi ejeksi melalui rekaman M-mode.
Terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan dalam menggunakan rumus fraksi ejeksi dari M-mode.Pertama, M-mode harus diperoleh dari potongan sumbu pendek setinggi otot papilaris atau korda tendinea di mana kursor diletakkan tepat membagi dua bidang ventrikel kiri.Kedua, ventrikel kiri tidak mengalami gangguan gerakan dinding regional seperti pada penyakit jantung koroner, kecuali bila kelainan gerakan dinding bersifat global.Syarat terakhir adalah jantung tidak mengalami gangguan gerakan septum interventrikular akibat kelebihan beban volume RV seperti pada stenosis mitral, regurgitasi tricuspid, dan ASD.
Rumus fraksi ejeksi dengan metode M-modememerlukan dimensi akhir-sistolik dan akhir-diastolik venntrikel kiri pada sumbu pendek.
EF = EDD2 – ESD2
EDD
X 100% 2
Dimana, EDD adalah dimensi akhir-diastolik dan ESDadalah dimensi akhir sistolik.
(Persamaan 1)
Dalam keadaan kelainan gerak dinding regional, artinya pada segmen tertentu saja terjadi dissinergik (abnormal wall motion) dimana besarnya nilai koreksi tergantung dari derajat dissinergik. Koreksi rumus EF dari M-mode pada keadaan dissinergik adalah sebagai berikut :
Dimana, % AD2
Fraksi pemendekan (FS) adalah persentase perubahan pada dimensi rongga ventrikel kiri saat kontraksi sistolik dan merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengekspresikan fungsi sistolik.Persamaan di bawah ini dapat diterapkan pada ekokardiografi M-modedan 2-D.
adalah fraksi pemendekan dari kuadrat sumbu pendek (persamaan 1), %AL adalah perkiraan visual fraksi pemendekan pada sumbu panjang ventrikel, bila kontraktilitas apeks LV normal nilai % AL tersebut adalah 15%; bila hipokinetik 5%; akinetik 0%; apeks diskinetik ringan -5%; dan apeks aneurisma -10%.
FS = LVED – LVES X 100% LVED
Dimana, LVED adalah dimensi akhir-diastolik ventrikel kiri dan LVES adalah dimensi akhir-sistolik ventrikel kiri.FS dalam satuan persen.
2.1.3.3. Fungsi regional
koroner.Ventrikel kiri dibagi dalam tiga bagian : basal, mid dan apical yang dibagi lagi menjadi total 16 segmen. Bagian basal dan mid dibagi menjadi 6 segmen dan apikal menjadi 4 segmen (lihat bab jantung normal).
Semakin tinggi skor, semakin berat kelainan gerakan dinding. (1 = normal, 2 = hipokinesis, 3 = akinesis, 4 = diskinesis, 5 = aneurisme). Indeks skor gerakan dinding (wall motion score index, WMSI) dihitung dari penjumlahan skor tiap-tiap segmen dibagi dengan jumlah segmen yang dievaluasi.WMSImencerminkan luas kelainan gerakan dinding regional secara global. Karena kerumitan dan subyektivitas penilaian gerakan dinding, kontraktilitas, serta interaksi global dan regional, penilaian WMSI membutuhkan ekokardiografer yang sangat berpengalaman.
2.1.4 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner :(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008)
A. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1. Usia : Bertambah usia, resiko penyakit jantung koroner semakin meningkat
· Laki-laki resiko meningkat setelah usia 45 tahun · Wanita resiko meningkat setelah usia 55 Tahun 2. Riwayat keluarga sakit jantung
3. Ras
B. Faktor resiko yang dapat diubah
2. Kadar Kolesterol HDL rendah 3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) 4. Merokok
5. Diabetes Mellitus 6. Kegemukan
7. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga 8. Kurang olah raga
9. Stress
2.1.5 Manifestasi Klinis:(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008) 1. Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu
melakukan aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.
3. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
4. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin
5. Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik. 6. Rasa nyeri kadang di daerah epigastrium dan bisa menjalar ke
punggung.
2.2 Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner
Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK.Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan.(Black & Hawks, 2009)
Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual (diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin.(Black & Hawks, 2009)
1. Obat-Obatan
- obat-obat yang dapat meningkatkan suplai darah ke otot jantung. - obat-obat yang menurunkan kebutuhan O2 pada otot jantung. - obat-obat untuk penyakit penyerta.
2. Balon dan pemasangan stent
Prosedur ini menggunakan arteri dan vena dari bagian tubuh lain untuk melewati bypass arteri coroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung.
2.3 Coronary Artery Bypass Grafting ( CABG ) 2.3.1 Definisi
Coronary Artery Bypass Grafting merupakan salah satu penanganan intervensi dari PJK dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan ( Feriyawati,2005).
Coronary Artery Bypass Grafting adalah operasi pintas koroner yang dilakukan untuk membuat saluran baru melewati bagian arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan (Medical Surgical Nursing vol 1, 2000)
Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal untuk pasien dengan penyempitan di beberapa cabang arteri koroner.(Kulick & Shiel, 2007)
2.3.2 Tujuan(Smeltzer & Bare, 2008)
1. Meningkatkan sirkulasi darah ke arteri koroner 2. Mencegah terjadinya iskemia yang luas
3. Meningkatkan kualitas hidup 4. Meningkatkan toleransi aktifitas 5. Memperpanjang masa hidup
2.3.3 Indikasi
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA) (Ignatavisius&Workman, 2006)
1. Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan 2. Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis 3. Angina yang tidak stabil
4. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang maksimal
5. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang mengancam daerah miokardium
6. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik 7. Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
8. Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang signifikan 9. Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA
pasiendengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat
11. Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70% )pada 3 arteri,arteri koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior sinistra
2.3.4 Kontra Indikasi(Pierce A. et al, 2006)
1. Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi akan menjadi sia-sia.
2. Tidak ada gejala angina.
4. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung. 5. Fungsi ventrikel kiri jelek ( kurang dari 30 % )
2.3.5 Komplikasi CABG(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008) 1. Nyeri pasca operasi
dan tekanan darah yang dapat mengganggu hemodinamik pasien. Ketidaknyamanan dapat juga mengakibatkan penurunan ekspansi dada, peningkatan atelektasis dan retensi sekresi. Tindakan yang harus dilakukan yaitu memberikan kenyamanan maksimal, menghilangkan faktor-faktor peningkatan persepsi nyeri seperti ansietas, kelelahan dengan memberikan penghilang nyeri. 2. Penurunan curah jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup atau keduanya. Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat menurunkan curah jantung. Aritmia sering terjadi 24 jam – 36 jam paska operasi. Takikardi menjadi berbahaya karena mempengaruhi curah jantung dengan menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel, perfusi arteri koroner dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Bila penyebab dasar dapat diidentifikasikan maka dapat diperbaiki.
3. Perubahan cairan
Setelah operasi Coronary Bypass Grafting (CABG) volume cairan tubuh total meningkat sebagai akibat dari hemodilusi. Peningkatan vasopressin, dan perfusi non perfusi ginjal yang mengaktifkanmekanismerennin-angiotensin-aldosterone (RAA).
4. Perubahan tekanan darah
Setelah bedah jantung ditemukan adanya hipertensi atau hipotensi.Intervensi keperawatan diarahkan pada antisipasi perubahan dan melakukan intervensi untuk mencegah atau untuk memperbaiki dengan segala tekanan darah pada rentang normotensi.
a. Hipotensi
Pada graft vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah, vena tidak memiliki dinding otot seperti yang di miliki oleh arteri, sehingga mengakibatkan iskemia miokard. Hipotensi juga dapat disebabkan oleh penurunan volume intravaskuler, vasodilatasi sebagai akibat penghangatan kembali, kontraktilitas ventrikel yang buruk atau disritmia.Tindakan dengan pemberian cairan atau obat vasopressor dapat dilakukan jika hipotensi disebabkan oleh penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Hipertensi
5. Perdarahan pasca operasi(European Society of Cardiology, 2008) Ada 2 jenis perdarahan, yaitu:
a. Perdarahan arteri
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi: Anastomosis proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal graft vena ke arteri koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang mengandung O2
b. Perdarahan vena
dikembalikan ke pasien selama bypass.
Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah pembedahan atau koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan pendarahan.Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah perdarahan dan memperbaiki penyebab dasar.
6. Infeksi luka
Infeksi luka luka pasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi sternotomi median atau pada sisi pemasangan selang dada.Perawatan untuk mencegah infeksi yaitu dengan mempertahankan insisi bersih dan kering dan mengganti balutan dengan teknik aseptik.Infeksi juga dapat didukung dari keadaan pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan immobilisasi.
7. Tamponade jantung awal
miokard. Hal ini mengancam aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan darah. Tindakan meliputi pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
8. Post perfusion syndrome
Kerusakan sementara pada neuro kognitif, namun penelitian terbaru menunjukan bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi dari penyakit vaskuler.
9. Disfungsi neurologi
Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara konsentrasi ringan sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan cedera serebrovaskuler atau koma. Perubahan perfusi serebral dan mikro embolisme lemak atau agregasi trombosit selama bypass dan embolisasi bekuan, bahan partikular atau udara, semua dapat menyebabkan sequel neurologis. Tindakan meliputi mempertahankan curah jantung adekuat, tekanan darah dan AGD (Analisa Gas Darah) menjamin perfusi serebral dan oksigenasi normal.
2.4 Prosedur CABG
A. Persiapan sebelum pelaksanaan operasi CABG 1. Persiapan pasien :
a) Informed concernw
c) Pemeriksaan laborat lengkap terutama : Hb, Hematokrit, jumlah leukosit, kadar elektrolit, faal hemotasis, foto thorak, EGC, serta tes fungsi paru – paru ( vital capacity )
d) Persiapan darah 6 – 10 bag sesuai golongan darah pasien
e) Puasa m alam10 – 2 jam f) Cukur area pembedahan
g) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu ( identifikasi dan simpan yang aman atau berikan keluarganya ).
h) Cek benda – benda asing dalam mulut.(Bhimji, 2011) 2. Persiapan alat dan bahan penunjang operasi :
a) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, dll) b) Alat penunjang kamar operasi
c) Linen set ( 3 set )
d) Instrument dasar (1 set dasar bedah jantung dewasa ) e) Instrumen tambahan ( 1 set tambahan bedah jantung ) f) Intrumen AV graft ( 1 set )
g) Instrument mikrocoroner ( 1 set )
B. Penatalaksanaan(Smeltzer & Bare, 2008)
1) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra, arteri line dan saturasi oksigen.
2) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
3) Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien dan diplester.
4) Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur bawah .
5) Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling kecil.
6) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena.
7) Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar. 8) Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
9) Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah bibir kesamping leher melewati mid aksila samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi terakhir selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti urutan tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
11) Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain ; arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena.
12) Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah.
13) Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung.
Off Pump CABG :
Operasi bedah jantung ini tidak memakai mesin jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tetap berdetak normal dan paru-paru berfungsi seperti biasa.(Swierzewski,2011).
a. Kriteria pasien off pump:
1) Pasien yang direncanakan operasi elektif 2) Hemodinamik stabil
3) Ejection friction normal 4) Pembuluh distal cukup besar
b. Keuntungan dari tehnik off pump menurut Benetti dan Ballester, 1995: 1) Meminimalkan efek trauma operasi
2) Mobilisasi paska operasi dapat dilakukan lebih dini 3) Drainage paska bedah minimal
Mid CABG (bedah minimal invasif bypass jantung) prosedur ini dilakukan dengan sayatan yang lebih kecil sekitar 3-4 cm. Dapat dilakukan tanpa jantung berhenti, dan beberapa pasien dapat keluar RS dalam waktu 48 jam, karena tidak ada pemotongan di tulang dada, masa pemulihan menjadi lebih cepatdengan rasa sakit yang berkurang, masa rawat lebih singkat dan bekas luka lebih kecil. Tetapi prosedur ini hanya dilakukan pada pasien yang penyumbatannya hanya dapat di bypass dengan sayatan kecil dengan resiko komplikasi rendah
14) Pada operasi “on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung dan menginstruksikan kepada petugas perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB).
On pump CABG
Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tidak berdenyut, dengan menggunakan obat yang disebut cardioplegik. Sementara itu, peredaran darah dan pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas jantung paru.(Smeltzer&Bare, 2008)
Prinsip cairan kardioplegik yang digunakan yaitu:
1. Konsentrasi kalium cukup tinggi sehingga cepat terjadi arrest 2. Dextrose sebagai sumber energi
3. Buffer pH untuk mencegah asidosis
Pada teknik operasi ini, suhu diturunkan menjadi 28°- 30° C, yang bertujuan untuk menurunkan kebutuhan jaringan akan oksigen seminimal mungkin, heart rate di pertahankan 60 – 80 x/menit, tekanan arteri 70 – 80 mmHg. Suhu diturunkan dengan cara pendingina topikal, yaitu(Smeltzer&Bare, 2008)
1. Irigasi otot jantung dengan Ringer dingin (4° C), jantung direndam dengan cairan tersebut.
2. Memakai Ringer dingin seperti bubur (ice slush).
15) Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic cross clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan cardioplegia untuk menghentikan jantung.
16) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria diluar daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
17) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari jantung berdenyut.
18) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin . 19) Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
20) Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk penyembuhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pre dan post study RSUP H. Adam Malik, Medan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub Bagian Bedah Kardiothoraks-Vaskuler Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik dan selama periode Februari 2014 sampai April2014.
3.3 Populasi Penelitian
3.4 Sampel Penelitian
Sampel yang diperlukan pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:
n = ZαxS d 2
n = 20.16 orang dibulatkan menjadi 21 orang
Keterangan : n = jumlah sampel Zα
S = Simpangan baku P : 30%
= tingkat kepercayaan, diambil 95%, maka nilai Zα 1.96
d = ketepatan absolute 20% 3.5 Kriteria Inklusi
• Penderita yang telah memenuhi syarat untuk operasi CABG • Jenis kelamin laki-laki atau perempuan
3.6Variabel Penelitian
No Variabel Dependen Variabel Independen 1 Ejection Fraction Ventrikel kiri Coronary Artey Bypass
3.7Alur Kerja
3.8Definisi Operasional
• Penyakit jantung koronermerupakan Penyakit yang diakibatkan oleh
kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan lemak abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang disebut dengan aterosklerosis.(Black & Hawks, 2009)
• Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik
yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal untuk pasien dengan penyempitan di beberapa cabang arteri koroner.(Kulick & Shiel, 2000)
Penderita CAD
Dilakukan pengukuran EF sebelum CABG
Operasi CABG
3.9Kerangka Konsep
3.10. Analisis Data
Data yang diperoleh dipresentasikan dalam bentuk tabel dan diagram. Data akan dianalisa dengan menggunakan tes pair t-test
Penderita CAD Ejection Fraction Ventrikel kiri
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mendapatkan kasus operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) sebanyak 21 orang.Gambaran karakteristik kasus ditunjukkan pada tabel berikut ini.
4.1Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Kasus Operasi CABG variabel Frekwensi persentase
Jenis kelamin - Laki-laki - perempuan
14 7
66.7% 33.3%
Usia Frekuensi
41-50 12
51-60 7
>60 2
Mean 49.52
Data karakteristik subyek penelitian disajikan pada tabel 4.1 jumlah sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah 21 orang pada pasien kasus operasi CABG yang telah memenuhi kriteria.
Berdasarkan usia dimana didapatkan rerata usia pasien yaitu 49.52. Dengan usia paling muda 40 tahun dan usia paling tua 62 tahun.
4.2. Hasil pengukuran LVEF sebelum Operasi CABG
Tabel 4.2.1 Nilai LVEF sebelum Operasi CABG
Minimum Maksimum Median
Hasil pengukuran
LVEF (%) 14.00 55.00 25
Dari table diatas didapatkan hasil pengukuran LVEF sebelum dilakukan CABG didapatkan hasil nilai minimum 14 % dan nilai maksimumnya 55 % dan nilai mediannya adalah 25 %.
4.3 Hasil pengukuran LVEF sesudah operasi CABG
Tabel 4.3.1 Nilai LVEF sesudah Operasi CABG
Minimum Maksimum Median
Hasil pengukuran
LVEF (%) 23.00 62.00 55.00
4.4 Test uji normality
Tabel 4.4.1 Test Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur Pasien ,100 21 ,200* ,950 21 ,344
Ejection Fraction sebelum
CABG
,187 21 ,052 ,883 21 ,017
Ejection Fraction sesudah
CABG
,233 21 ,004 ,834 21 ,002
Dari tabel diatas dapat dilihat test normality dari Shapiro-Wilk untuk nilai EF sebelum dan sesudah CABG menunjukan nilai kurang dari 0,05
4.5 Uji statistik
Tabel 4.5.1 uji statistik Willcoxon
Sebelum operasi CABG Sesudah operasi CABG Nilai p
Hasil
LVEF
(%)
25,00 55,00 p.0,00
0
Diagram Ejection FractionPada Masing-masing Sampel
PRE POST
BAB V PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terjadi perbaikan LVEF pada penderita CAD setelah dilakukan operasi CABG.
Data karakteristik subyek penelitian pada tabel 4.1 dengan jumlah sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah 21 orang pada pasien kasus operasi CABG.
Berdasarkan jenis kelamin pasien kasus operasi CABG dijumpai lebih banyak pada laki-laki (62.5%) daripada perempuan (37.5%).
Dari tabel 4.2.1 diketahui LVEF sebelum dilakukan operasi CABG dengan nilai terendah 14.00% sedangkan nilai tertinggi 55.00%.( median 25%) sedangkan dari tabel 4.3.1 setelah dilakukan operasi CABG nilai LVEF terjadi peningkatan dengan nilai terendah 23% dan nilai tertinggi 62% (median 55%).
Dilakukan uji test normality Shapiro-Wilk pada tabel 4.4.1 dengan hasil sig kurang dari 0.05 yang berarti sebaran data tidak normal.
Dari tabel 4.5.1 hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon terjadi peningkatan nilai LVEF sesudah dilakukan operasi CABG.
Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal untuk pasien dengan penyempitan di beberapa cabang arteri koroner.(Kulick & Shiel, 2007)
Peningkatan LVEF pada penderita yang telah dilakukan operasi CABG dikarenakan telah terjadi revaskularisasi aliran darah ke jantung. Sumbatan yang terjadi dapat diatasi dengan membuat pembuluh darah dari bagian tubuh lain ( misalnya vena safena, , arteri mamaria interna) ditandur didistal lesi arteri koroner “memintas” sumbatan. Pada operasi dilakukan penjahitan pembuluh darah ke arteri koroner pada tempat penyempitan atau penutupan. Ujung lain dari vena ini ditempelkan ke aorta.
Persentase sangat kecil graft vena menjadi tertutup dalam dua minggu pertama setelah bedah CABG karena pembekuan darah.Bekuan darah terbentuk pada graft karena arteri-arteri kecil di tempat insersi dari graft menyebabkan darah yang melambat terhenti. Sepuluh persen lain graft vena menutup antara dua minggu sampai satu tahun setelah bedah CABG. Penggunaan aspirin untuk mengencerkan darah telah memperlihatkan dapat mengurangi penutupan 50%. Graft menjadi menyempit setelah lima tahun pertama karena sel menempel pada permukaan dalam dan berreplikasi, menyebabkan formasi jaringan skar (fibrosis intimal) dan aterosklerosis. Setelah 10 tahun, hanya 2/3 graft vena terbuka dan separuh vena ini mengalami penyempitan moderat. Graft arteri mamaria interna memiliki tingkat lebih tinggi (90%) tetap terbuka setelah 10 tahun. Perbedaan lama waktu ini menyebabkan pergeseran pada praktik bedah CABG, penggunaan arteri mamaria interna dan arteri lain lebih besar dibandingkan vena untuk bypass
Elhendy A, et all (2000) melaporkan dari 57 patien yang dilakukan operasi CABG dengan nilai EF< 35% terdapat peningkatan EF> 46% setelah dilakukan operasi CABG.
Basiladze L, et all (2009) juga melaporkan adanya peningkatan EF setelah operasi CABG ,dimana nilai EF sebelum operasi CABG < 35% menjadi EF > 40% setelah dilakukan operasi CABG.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN 6.1. SIMPULAN
1 Adanya peningkatanLVEF setelahoperasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) dan dari uji statistik dengan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna sesudah operasi CABG (p<0,05).
6.2. SARAN
1. Diperlukan penelitian selanjutnya dengan jumlah lebih banyak dan rentang waktu yang lebih lama untuk menilai left ventrikel ejection fraction setelah operasi
2. Diharapkan terjadi koordinasi yang lebih baik dengan bagian yang terkait dalam penatalaksanaan pasien dengan penyakit jantung koroner agar tercapai hasil yang lebih baik.
Bakanov A,NaimushinAV, Mikhaĭlov AP,Khudonogova SV, Kadyshkina EB,Malaia E, Ia Bel'ianinova I.V, Polianitsa AV, Shatalkin IV. (2009). EarlyPostoperative Hyperlactatemia in Patients After Surgery Under ExtracorporealCirculation.Anesteziologicai reanimatologia, Vol.2, No.9-12, pp. 0201-7563.
Bakker J, Gris P, Coffernils M, Kahn RJ, Vincent JL. (1996). Serial Blood LactateLevels Can Predict The Development of Multiple Organ Failure Following SepticShock. American Journal of Surgery, Vol.171, No.2, pp. 221-226.
Bhimji S.(2010). Heart Valve Surgery. http:
2011.
Bilal RH. (2013). Coronary Artery Bypass Grafting. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1893992-overview
Black JM, Hawks JH.(2009).Medical Surgical Nursing: clinical managements for positive outcomes.(7
[Accessed 31 Desember 2013].
th
CDC. (2013). Heart Disease Facts. Available from: ed.).St.Louis: Elsevier-Saunders.
Demers P, Elkouri S, Martineau R, Couturier A, Cartier R. (2000).Outcome with HighBlood Lactate Levels During Cardiopulmonary Bypass in Adult Cardiac Operation.Annals of Thoracic Surgery, Vol.70, No.6, pp. 2082-2086.
European Society of Cardiology. (2008). Compendium of Abridged ESC Guidelines.Philadelphia. Lippincott Wiliams & Wilkins.
Kulick D, Shiel WC.(2007).Coronary Artery Bypass Graft
Surgery(CABG)
Mei 2011.
Maillet JM, Le Besnerais P, Cantoni M, Nataf P, Ruffenach A, Lessana A. &BrodatyD. (2003). Frequency, Risk Factors, And Outcome of Hyperlactatemia After CardiacSurgery.Chest, Vol.123, No.5, pp. 1361-1366.
Muttaqin A.(2009).Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi).201-209.
NICOR. (2011). National Adult Cardiac Surgery Audit Annual Report 2010-2011. London: Sovereign, Ism.
O'Connor ED, Fraser JF. (2010). Hyperlactatemia in Critical Illness And CardiacSurgery.Critical Care Vol.14, No.3, pp. 421.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, (2012).Gambaran Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2009 dan 2010.Buletin Jendela Datan dan Informasi Kesehatan Sem II.1-13
Ranucci M, De Toffol B, Isgrò G, Romitti F, Conti D, Vicentini M. (2006).Hyperlactatemia During Cardiopulmonary Bypass: Determinants AndImpact onPostoperative Outcome. Critical Care, Vol.10, No.6, pp. R167.
Siegel LB, Dalton HJ, Hertzog JH, Hopkins RA, HannanRL, Hauser GJ,Hertzog JH, Hopkins RA, Hannan RL, Hauser GJ. (1996). InitialPostoperative Serum Lactate Levels Predict Survival in Children After Open HeartSurgery.Intensive Care Medicine, Vol.22, No.12, pp. 1418-1423.
Swierzewski DJ.(2011).Coronary Artery Bypass Graft
Surgery(CABG)
Mei 2011.
Lampiran 1
SusunanPeneliti
Peneliti
Nama lengkap : dr. Herlan Napitupulu
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Pembimbing I
Nama lengkap : Dr. Marshal, Sp.B, SpB-TKV(K)
Pangkat/Gol/NIP : 196103161986111001
Jabatan Fungsional : Ketua Program Studi Ilmu Bedah
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Bidang Keahlian : Bedah Torak-Kardiovaskular
Pembimbing II
Nama lengkap : Dr. Doddy Prabisma Pohan,SpB-TKV(K)
Pangkat/Gol/NIP : 197511132005011004
Jabatan Fungsional : Staf Pengajar
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
RIWAYAT HIDUP
Nama : dr. Herlan Napitupulu
Alamat : Jl. Pekan Baru No 1 Binjai, Medan
Telepon : 061 – 8823137
HP : 08122370997
Tempat / tgl.lahir : Binjai, 20Mei 1974
Agama : Kristen Protestan
Status : Menikah
Istri : dr. Anne M Tupan, SpA
Anak : Belum ada
Pendidikan
1. SD Methodist Binjai, 1981 – 1987 2. SMP Negeri 1 Binjai, 1988 – 1990 3. SMA Negeri 1 Binjai, 1990 – 1993
4. S-1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 1994 – 2002
Lampiran 3
Rencana Anggaran Penelitian
No Uraian Jumlah
1
Honorarium Rp 1.800.000,-
2
Fotokopi kuisioner dan lain-lain Rp 1.600.000,-
3 Biaya ECHO Cardiography 21 0rang
Rp 250.000 x 21 Rp. 5.250.000,-
4 Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian Rp 700.000,-
5 Penggandaan Proposal dan Laporan
Penelitian Rp 1.500.000,-
Total Rp 10.050.000,-
Lampiran 4
Jadwal Penelitian
Februari
2014
Maret
2014
April
2014
April
2014
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
PENYUSUNANLAPORAN
Naskah Penjelasan kepada Orangtua/Kerabat Pasien Lainnya
Yth. Bapak / Ibu ………..……….……
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Saya dokter Herlan Napitupuludan kawan-kawan, bertugas di Departemen Ilmu Bedah FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang melaksanakan penelitian tentang Perbandingan volume curah jantung sebelum dan sesudah operasi pintas jantung pada penderita penyakit jantung koroner RSUP H. Adam Malik Medan.
Bersama ini kami mohon izin kepada Bapak / Ibu / Kerabat dari ___________________________________ untuk melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan Kerabat / Bapak / Ibu tersebut.Kami juga memohon izin kepada Kerabat / Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan tersebut diatas pada pasien yang sedang menjalani penanganan dari penyakit yang dideritanya tersebut.
Persetujuan keikutsertaan Bapak / Ibu terhadap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan penelitian ini dituangkan dalam naskah Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami sampaikan.Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.
Hormat kami, Peneliti
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :_______________________________________________
Umur : _________ tahun L / P
Alamat : _______________________________________________
Hubungan dengan pasien : Bapak / Ibu / anak / hubungan kerabat lainnya
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak / kerabat Bapak / Ibu
tersebut. Kami juga memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan
terhadap anak / kerabatsaya :
Nama :_______________________________________________
Umur : _________ tahun L / P
Alamat : _______________________________________________
Yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta resiko yang dapat
ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti
sepenuhnya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Medan, _______/___________ 2014
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan
dr. ___________________ ______________________
Persetujuan dari Komisi Etika Penelitian
PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN BIDANG KESEHATAN
Nomor : _________________________________
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan
dan penilaian usulan penelitian yang berjudul :
Perbandingan Left Ventricular Ejection Fraction Sebelum dan Sesudah Coronary Artery Bypass Graft pada penderita Coronary Artery Diseases di RSUP H. Adam
Malik Medan
Yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian dengan:
Ketua Pelaksana/Peneliti Utama : dr. Herlan Napitupulu
Institusi : Departemen Ilmu Bedah FK USU
Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik.
Medan; ______/___________ 2014
Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU
Status Pasien
Formulir/Kuisioner
No. MR : Tanggal : Dilakukan Oleh : IDENTITAS
Nama : ………..L / P
Usia : ... tahun
Tempat, Tanggal Lahir : ………...
Alamat : ………
Pendidikan : ... Pekerjaan : ...
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ………
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
Tekanan Darah ... mmHg Tinggi Badan ... Frekuensi Nadi ... x/menit Berat Badan ... Frekuensi Napas ... x/menit
Status Lokalis :
Ekokardiografi :
Diagnosa Kerja :