• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum L.) Terhadap Bakteri Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum L.) Terhadap Bakteri Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Secara In Vitro"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(

Punica

granatum L.

) TERHADAP BAKTERI

Aggregatibacter actinomycetemcomitans

SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ARISMA DWITA FITRI NIM : 100600174

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2014

Arisma Dwita Fitri

Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) Terhadap Bakteri Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Secara In Vitro

x+ 47 Halaman

Aggregatibacter actinomycetemcomintans (Aa) adalah salah satu jenis

(3)
(4)

Faculty of Dentistry

Departement of Periodontology Year 2014

Arisma Dwita Fitri

Effectiveness of Pomegranate (Punica granatum L.) Peel Extract on Aggregatibacter actinomycetemcomitans In Vitro

x+ 47 pages

(5)

study is the pomegranate peel extract has efficacy against bacteria Aggregatibacter actinomycetemcomintans (Aa). This study suggest that pomegranate peel extract might be used as an antibacterial agent in controlling periodontal disease. However, further research is needed to determine the MIC and how much toxic dose of pomegranate peel extract.

Key Words : Pomegranate peel, Aggregatibacter actinomycetemcomitans, antibacterial

(6)

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(

Punica

granatum L.

) TERHADAP BAKTERI

Aggregatibacter actinomycetemcomitans

SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ARISMA DWITA FITRI NIM : 100600174

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(7)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Januari 2014

Pembimbing: Tanda Tangan

(8)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 Januari 2014

TIM PENGUJI

Tanda Tangan KETUA : Irma Ervina,drg., Sp.Perio (K) ……….. ANGGOTA : 1. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D ……….. 2. Pitu Wulandari, drg.,S.Psi.,Sp.Perio ………..

Mengetahui, KETUA DEPARTEMEN

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum L.) Terhadap Bakteri

Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Secara In Vitro” dalam rangka memenuhi

kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Idris.S.Pd.SD dan Ibunda Sumarni S.Pd.SD, kakak penulis Arisma Octa Veriska SP dan adik-adik penulis Arisma Tri Hervina, Wahyu Dio Prima dan Arisma Naurah Latansa yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangat kepada penulis. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. H Nazruddin, drg., C.ort Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dennis, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan.

3. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D selaku ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Irma Ervina,drg.,Sp.Perio(K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran membimbing, memberi petunjuk dan pengarahan serta saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

(10)

6. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Obat Tradisional serta Abang Bagus dan Abang Angga yang turut membantu dalam penelitian ini.

7. Wahyu Hidayahtiningsih, S.Si., M.Kes. selaku Kepala Laboratorium Penyakit Tropik Infeksi Universitas Airlangga dan Kak Evi yang telah banyak membantu terutama dalam kegiatan penelitian selama di Surabaya.

8. Teman-teman terbaik penulis Intan, Erda, Fany, Rizka, Vika dan teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia yaitu Shinta, Gebby, Widi, Hazwani, Nazim, Yolanda, Izza, Brian, Shelly, Titin, Afiqah dan Ayu, serta seluruh teman-teman angkatan 2010 atas semua dukungan yang telah memberikan banyak inspirasi, semangat dan doa kepada penulis.

9. Sahabat tersayang Saddam Emir Pratama yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Suardi selaku orang tua penulis yang selalu memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis.

11.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turt membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Semua saran akan menjasi masukan yang berharga bagi kualitas skripsi ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khusunya di bidang kedokteran gigi.

Medan, 23 Januari 2014 Penulis,

(11)

vi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aggregatibacter actinomycetemcomitans ……… 5

(12)

2.2.5 Keamanan Ekstrak Buah Delima………. 15

2.5 Kerangka Teori .………..……….……. 16

2.6 Kerangka Konsep ………..………... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ……… .…. 18

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………...….. 18

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ……….…. 18

3.4 Variabel Penelitian ……….…. 20

3.5 Defenisi Operasional ………... 20

3.6 Bahan dan Alat Penelitian ………... 21

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data ……….. 22

3.8 Skema Alur Penelitian ………....…... 30

3.9 Analisis Data ………... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penentuan Nilai KHM ………... 31

4.2 Penentuan Nilai KBM ………... 31

BAB 5 PEMBAHASAN ………. 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……… 39

6.2 Saran………... 39

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil uji antibakteri ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aa

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Aggregatibacter actinomycetemcomitans... 6

2. Punica granatum ………... 10

3. Buah delima yang telah dicuci bersih……….. 23

4. Pemisahan kulit delima dengan biji serta pengirisan kulit buah delima serta kulit buah delima yang telah diiris tipis……..………... 23

5. Pengeringan kulit buah delima di dalam lemari pengering dan kulit buah delima yang telah kering……….….... 24

6. Penghalusan kulit buah delima yang telah kering dengan blender dan simplisia kulit buah delima……….... 24

7. Simplisia yang dimaserasi dalam etanol 70% selama 1 jam dan proses perkolasi kulit buah delima………..……….... 24

8. Penguapan perkolat dengan vaccum rotary evaporator dan ekstrak kental kulit buah delima……… 25

9. Penimbangan TSA dengan electronic balance dan pelarutan dengan akuades………..…… 26

10. Media disterilkan dengan autoclave………... 26

11. Media yang telah siap dibuat………...….……. 26

12. Media perbenihan setelah diinkubasi………. 28

13. Cawan petri dengan berbagai konsentrasi yang telah diteteskan dengan suspensi bakteri dan ekstrak kulit buah delima……..….…... 29

14. Cawan petri diinkubasi pada inkubator CO2……….. 29

15. Ekstrak yang berwarna coklat sehingga tidak bisa diamati kekeruhan yang terjadi……….……... 31

16. Koloni Aa pada TSA………... 32

(15)

x

18. Koloni bakteri yang tumbuh di media TSA pada konsentrasi 3,125%

dan 1,6125% dan 0,8%... 33 19. Tidak terlihat pertumbuhan bakteri pada media TSA dengan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Data Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum) Terhadap Bakteri Aggregatibacter

actinomycetemcomitans……… 44

(17)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2014

Arisma Dwita Fitri

Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) Terhadap Bakteri Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Secara In Vitro

x+ 47 Halaman

Aggregatibacter actinomycetemcomintans (Aa) adalah salah satu jenis

(18)
(19)

Faculty of Dentistry

Departement of Periodontology Year 2014

Arisma Dwita Fitri

Effectiveness of Pomegranate (Punica granatum L.) Peel Extract on Aggregatibacter actinomycetemcomitans In Vitro

x+ 47 pages

(20)

study is the pomegranate peel extract has efficacy against bacteria Aggregatibacter actinomycetemcomintans (Aa). This study suggest that pomegranate peel extract might be used as an antibacterial agent in controlling periodontal disease. However, further research is needed to determine the MIC and how much toxic dose of pomegranate peel extract.

Key Words : Pomegranate peel, Aggregatibacter actinomycetemcomitans, antibacterial

(21)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Aggregatibacter actinomycetemcomintans (Aa) adalah salah satu jenis

bakteri patogen penyebab penyakit periodontal yang ditemukan dalam plak. Bakteri ini termasuk dalam jenis bakteri negatif Gramm, fakultatif anaerob dengan sifat nonmotil, berbentuk batang lurus atau bengkok, kecil dan pendek. Bakteri Aa merupakan salah satu mikroorganisme utama yang erat kaitannya dengan periodontitis agresif lokalisata. Bakteri Aa dinyatakan memiliki kemampuan yang tinggi dalam memproduksi leukotoksin yang mendorong kerusakan jaringan periodontal. Pada orang dewasa muda yang terserang periodontitis agresif lokalisata ditemuka n bakteri Aa dalam jumlah lebih besar.1

(22)

2

awal yang tinggi tetapi antibiotik secara konstan terbilas keluar dari poket dengan cepat sehingga menghasilkan konsentrasi di bawah daya hambat yang memfasilitasi pengembangan resistensi bakteri. Pemberian antibiotik yang berlebihan dan desinfektan yang tidak perlu, dapat menyebabkan resistensi antimikroba oleh plasmid termasuk klorheksidin dan senyawa polifenol lain yang digunakan dalam kedokteran gigi.5 Adanya resistensi ini dapat menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi, sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berbahan herbal yang dapat membunuh bakteri untuk menghindari terjadinya resistensi tersebut.6

Punica granatum atau yang dikenal sebagai buah delima merupakan pohon

kecil berasal dari Asia dan Mediterania Eropa yang memiliki sejarah penggunaannya sebagai obat tradisional.Berbagai ekstrak dari bagian tumbuhan ini (biji, kulit buah, jus dan seluruh bagian buah) terlihat memiliki sifat terapeutik.7 Dalam dekade terakhir, banyaknya penelitian tentang sifat antioksidan, antikarsinogenik, dan antiinflamasi dari unsur delima yang telah dipublikasikan. Bhowmik dkk menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dari buah delima 2-3 kali lebih tinggi daripada potensi antioksidan teh hijau dan anggur merah.8 Aktivitas antimikroba dari berbagai bagian buah delima telah dilaporkan oleh banyak peneliti.7 Studi tentang unsur delima pada hewan dengan konsentrasi dan kadar umum yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional dinyatakan tidak mempunyai efek toksik.9

(23)

3

retin. Ekstrak kulit buah delima mempunyai potensi besar sebagai senyawa

antibakteri terhadap berbagai patogen dan juga dapat digunakan dalam pengobatan penyakit menular yang disebabkan oleh resistensi mikroba.7 Dahham dkk menyatakan bahwa ekstrak kulit delima memiliki aktivitas antimikroba paling tinggi dibandingkan ekstrak lainnya. Fenol, tanin, dan flavonoid adalah unsur aktif utama yang berperan dalam aktivitas ini.12

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, timbul permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak kulit buah delima memiliki efektivitas terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro?

2. Berapa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.

2. Untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitan secara in vitro.

1.4Hipotesis Penelitian

Ekstrak kulit buah delima efektif dalam menghambat dan membunuh bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.

(24)

4

1.5Manfaat Penelitian

1. Potensi pendayagunaan kulit buah delima (Punica granatum) sebagai bahan alternatif antimikroba pada perawatan periodontal.

(25)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa)

Bakteri Aa adalah bagian dari flora normal pada individu yang sehat, tetapi juga sebagai agen utama dalam beberapa bentuk periodontitis yang agresif. Dalam berbagai bentuk periodontitis agresif Aa sering ditemukan dengan jumlah yang tinggi pada sampel subgingiva dari bagian gigi yang terinfeksi. Dalam sebuah studi longitudinal menunjukkan bahwa anak-anak dengan keadaan periodontal yang sehat dengan adanya koloni Aa memiliki peningkatan risiko untuk berkembangnya periodontitis agresif lokalisata (cited from Van der Velden ; Fine dkk).13

Menurut taksonominya, Aa diklasifikasikan berdasarkan:14 Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria Ordo : Parteurellales

Famili : Pasteurellaceae Genus : Aggregatibacter

Spesies : Actinomycetemcomitans

2.1.1 Karakteristik Pengkulturan

Bakteri Aa adalah bakteri nonmotil, kecil, negatif Gramm, kokobasil, capnophilic, fakultatif anaerob dan tumbuh baik pada 5% CO2 di udara atau anaerob. Aa tumbuh berkembang baik menjadi koloni dalam 24 - 48 jam. Pada media pertumbuhan yang padat, Aa yang baru diisolasi melekat pada agar dan membentuk koloni melingkar dengan diameter 0,5-1 mm dengan tepi yang sedikit tidak teratur.14

(26)

6

menghasilkan perubahan morfologi koloni secara spontan dari kasar ke halus, yang ditunjukkan oleh strain Aa pada American Type Culture Collection.14

Gambar 1. Isolasi Aa dari subgingiva pada pasien periodontitis agresif lokalisata14

2.1.2 Karakteristik Biokimia

Pertumbuhan pada agar coklat dan agar darah:14 a. Tumbuh lambat

b. Koloni tampak setelah 48 -72 jam

c. Koloni kecil, halus, transparan, non hemolitik dan memiliki tepi sedikit tidak teratur

d. Isolat klinis baru melekat ke agar, sulit untuk mengemulsi

e. Inkubasi lama (5 sampai 7) hari, koloni dapat berkembang dengan pusat kepadatan yang muncul seperti empat atau enam titik bintang. Karakteristik ini hilang pada subkultur berulang dan koloni menjadi kurang melekat.

PH optimal untuk Aa adalah antara pH 7,0 - 8,0 dalam medium yang mengandung 0,5-1% NaCl.14

2.1.3 Faktor Virulensi

(27)

7

untuk mengikat matriks pejamu dan sel pejamu dan memainkan peranan penting dalam patologi periodontitis agresif lokalisata.14

2.1.3.1Faktor kolonisasi Aa

Faktor kolonisasi Aa adalah:14 a. Pili atau fimbria

b. Interaksi dengan bakteri lain c. Vesikel

d. Plasmid dan bakteriofag 2.1.3.2Faktor virulensi Aa

Faktor virulensi dari Aa antara lain :14 1. Leukotoksin

Leukotoksin dari Aa telah terbukti dapat membunuh leukosit polimorfonuklear (PMN) dan makrofag. Temuan ini menunjukkan bahwa leukotoksin berperan dalam membunuh sel pejamu dan menghindari imunitas secara in vivo.15 Leukotoksin dapat membunuh sel dengan cepat (hitungan menit). Hal ini terjadi dengan adanya pembentukan pori-pori pada membran sel dari sel target. Lisis sel disebabkan oleh pembentukan cepat dari saluran ion secara kondusif sehingga menyebabkan depolarisasi membran, kehilangan K+ intraseluler, osmosis sel dan dilanjutkan dengan kematian sel.14

2. Superantigen

Aktivasi dari superantigen menyebabkan apoptosis sel T sehingga superantigen dapat dianggap sebagai imunosupresan.14

3. Cytolethal Distending Toxin (CDT)

CDT mampu menginduksi apoptosis sel limfosit, mempengaruhi induksi dari respon imun humoral termasuk produksi sitokin.15

4. Fc binding proteins

(28)

8

5. Chemotactic inhibitor

Neutrofil ditarik ke daerah yang terinfeksi dengan mengikuti gradien konsentrasi sinyal kemotaktis. Gangguan atau hambatan kemotaksis neutrofil menguntungkan bagi organisme penyebab infeksi. Aa telah terbukti mampu menghambat kemotaksis.14

6. Faktor imunosupresif

Aa telah terbukti menghasilkan protein yang mampu menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein dalam sel T manusia yang diaktifkan oleh mitogen atau antigen. Protein murni mampu menghambat IgG dan IgM yang diproduksi oleh sel B manusia dan mempengaruhi produksi imunoglobulin dengan mengganggu tahap awal aktivasi sel. Meskipun mekanisme yang tepat dimana faktor imunosupresif (ISF) bertindak dalam menyebabkan imunosupresi tersebut belum diketahui, tampak bahwa faktor ini mempengaruhi pengaturan baik limfosit B dan sel T.14

7. Lipopolisakarida

Lipopolisakarida dari Aa (LPS) telah banyak dikarakterisasi baik secara struktural maupun fungsional.14

a. LPS merupakan toksik bagi sel-sel NK manusia.

b. LPS menginduksi produksi sitokin seperti IL-6, IL-8, IL-1B dan TNFa dari sel host yang berbeda, sehingga mempromosikan reaksi inflamasi.

c. LPS juga menginduksi resorpsi tulang in vitro dan in vivo, yang dapat meningkatkan perkembangan periodontitis.

d. LPS Aa juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat periodontal dengan mengaktifkan jalur yang mengarah ke stimulasi matriks metaloproteinase dan aktivator plasminogen.

e. Baru-baru ini, LPS Aa telah terbukti menginduksi pembentukan sel busa dan akumulasi kolesterol ester dalam makrofag murine yang menunjukkan bahwa ia juga memiliki aktivitas proatherogenik.

8. Protein stress cell (chaperonin 60)

(29)

9

9. Actinomycetemcomitin

Actinomycetemcomitin adalah sebuah bakteriosin baru yang diproduksi oleh Aa yang aktif terhadap Peptostreptococcus anaerobius ATCC 27337.

Actinomycetemcomitin diproduksi selama fase pertumbuhan eksponensial dan

stasioner dan jumlahnya menurun sampai menghilang selama penurunan fase pertumbuhan.14 Bakteriosin adalah protein yang diproduksi oleh bakteri yang bisa mematikan strain dari spesie bakteri yang lain.15

2.2 Buah Delima (Punica granatum)

Meskipun industri farmakologi telah menghasilkan sejumlah antibiotik baru dalam tiga dekade terakhir, resistensi obat-obatan oleh mikroorganisme telah meningkat sehingga menciptakan masalah klinis yang besar dalam pengobatan penyakit menular. Penyebaran resistensi patogen terhadap antibiotik di seluruh dunia membangkitkan kembali untuk mencari senyawa antimikroba dari sumber alam termasuk tumbuhan.8

Punica granatum atau yang dikenal sebagai buah delima merupakan pohon

kecil berasal dari Asia dan Mediterania Eropa yang memiliki sejarah penggunaan sebagai obat tradisional.8 Delima berasal dari Himalaya di bagian India Utara yang telah dibudidayakan sejak zaman kuno di seluruh bagian Mediterania.9

Berdasarkan taksonomi, tanaman delima dapat diklasifikasikan sebagai berikut:16

Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Lythracae Genus : PunicaL.

(30)

10

Pohon delima biasanya tumbuh setinggi 12-16 kaki, memiliki banyak cabang berduri, dan hidup dalam jangka waktu lama. Daun mengkilap dan berbentuk tombak. Bunga besar, berwarna merah, putih, atau beraneka ragam dan memiliki kelopak tubular yang akan menjadi buah.9 Buah delima berbentuk bulat dengan diameter 5-12 cm, warna kulitnya beragam seperti hijau keunguan, coklat kemerahan, putih atau ungu kehitaman. Bijinya sangat banyak, tersusun tidak beraturan, berwarna merah, merah jambu atau putih.17

Gambar 2. Punica granatum18

Dalam dekade terakhir, banyak penelitian tentang antioksidan, antikarsinogenik, dan sifat antiinflamasi unsur delima telah dipublikasikan yang difokuskan pada pengobatan dan pencegahan kanker, penyakit jantung, diabetes, kondisi gigi, disfungsi ereksi, infeksi bakteri, resistensi antibiotik, dan kerusakan kulit karena radiasi ultraviolet. Aplikasi potensial lainnya, termasuk iskemia otak pada bayi, penyakit Alzheimer, infertilitas pria, arthritis, dan obesitas.9

2.2.1 Unsur Biokimia

Ekstrak semua bagian buah delima terlihat memiliki sifat terapeutik dan beberapa studi melaporkan bahwa kulit kayu, akar, dan daun dari pohon ini memiliki manfaat baik sebagai obat.9

(31)

11

mengandung beberapa gugus hidroksil) termasuk flavonoid (flavonol dan anthocyanin), tanin terkondensasi (proanthocyanidin) dan tanin terhidrolisa (cellagitannin dan gallotannin). Delima telah disorot dalam banyak penelitian karena memiliki aktivitas antimikroba terhadap berbagai mikroorganisme termasuk bakteri (positif dan negatif Gramm), jamur, ragi dan virus.7

Penelitian saat ini menunjukkan unsur delima yang paling bermanfaat dalam terapi adalah unsur dari asam ellagitannin ellagic (termasuk punicallagin), asam punicid, flavonoid, anthocyanidin, anthocyanin, flavonol estrogenik dan flavon.9

Kulit buah delima terdiri dari 50% dari berat totalnya dan sering dijadikan sampah buangan. Padahal kulit buah delima mengandung komposisi polifenol yang paling banyak serta memiliki aktivitas biologi yang kuat. Senyawa polifenol dari kulit buah ini terdiri dari ellagic tannin, flavoid, anthocyanin, catechin, procyanidin, asam ellagic dan asam gallic memiliki implikasi dalam berbagai aktivitas farmakologi.19

2.2.2 Aktivitas Antiinflamasi

Sarker dkk meneliti aktivitas antiinflamasi pada tikus dengan ekstrak bunga delima yang terbukti dapat menghambat enzim siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.20

2.2.3 Aktivitas Antimikroba

(32)

12

penelitian Somu dkk juga menunjukkan bahwa adanya kehadiran agen antibakteri dari delima seperti tanin terhidrolisa yang membentuk kompleks molekuler dengan berat molekul tinggi dengan protein yang dapat larut, meningkatkan lisis bakteri, dan juga mengganggu perlekatan bakteri pada permukaan gigi.23

Mekanisme antibakteri dari flavonoid telah diteliti oleh Cushine dkk antara lain dapat menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma dan menghambat metabolisme energi.24

Naz dkk mengisolasi berbagai senyawa dari buah delima dengan pelarut etanol dan menunjukkan bahwa senyawa phenolic terutama asam gallic memiliki efek antibakteri yang paling tinggi dalam melawan Corynebacterium, Staphylococcus, Streptococcus, Baciluus subtilis, Shigella, Salmonella, Escherichia

dan Vibrio. Aktivitas antibakteri dari semua senyawa delima secara umum dapat

dijelaskan berdasarkan struktur phenolicnya. Struktur ini dianggap bertanggung jawab dalam toksisitas terhadap mikroorganisme meliputi penghambatan enzim oleh senyawa teroksidasi, melalui reaksi dengan kelompok sulfhidril atau melalui interaksi yang lebih spesifik dengan protein yang dapat menyebabkan inaktivasi dan hilangnya fungsi protein. Kemungkinan target dalam sel mikroba adalah permukaan untuk melekat, dinding sel polipeptida, dan enzim yang berikatan pada membran. Fenol juga dapat meniadakan substrat untuk mikroorganisme.25 Pada hasil penelitian Duman dkk menunjukkan bahwa efek dari tingkat inhibisi dari ekstrak biji delima merupakan peran dari kandungan phenolic dan anthocyanin dalam buah. Asam gallic diidentifikasi sebagai senyawa yang paling aktif dalam menghambat bakteri yang diuji. Efek inhibisi dari senyawa phenolic ini dapat dijelaskan dengan adanya adsorpsi pada membran sel, interaksi dengan enzim, substrat dan pengurangan ion metal.26

(33)

13

menunjukkan aktivitas antibakteri yang paling maksimum. Aktivitas antibakteri ini ditunjukkan karena adanya berbagai fitokimia seperti phenolic punicallagin, asam gallic, cathecin, quercetin dan retin.7

Dahham dkk meneliti aktivitas antimikroba dari ekstrak kulit delima, biji, jus dan seluruh buah dalam melawan bakteri dan fungi. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima menunjukkan aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibanding ekstrak yang lain. Fenol, tanin, dan flavonoid adalah unsur aktif utama yang berperan dalam aktivitas ini. Golongan utama fitokimia delima adalah polifenol (cincin phenolic bantalan beberapa gugus hidroksil) yang mendominasi dalam buah. Polifenol delima termasuk flavonoid (flavonol, flavanol dan anthocyanin, tanin terkondensasi (proanthocyanidin) dan tanin terhidrolisa (ellagitannin dan gallotannin).12

2.2.4 Efek antibakteri buah delima terhadap penyakit periodontal

Kote dkk menunjukkan bahwa berkumur dengan delima efektif terhadap mikroorganisme plak gigi. Ada penurunan yang signifikan dalam pembentukan jumlah koloni per unit dari Streptococci (23%) dan Lactobacilli (46%).27

Bhadbhade dkk menunjukkan bahwa berkumur dengan ekstrak delima memiliki efektifitas antiplak sebagai antibakteri dalam melawan strain Aa, Pophyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia secara in vitro.10

(34)

14

Ahuja dkk mengevaluasi perbandingan efektivitas ekstrak buah delima dengan klorheksidin terhadap plak dan gingivitis. Ekstrak buah delima lebih efektif dalam mengurangi skor gingiva dan perdarahan saat probing dibanding klorheksidin, tetapi klorheksidin tetap lebih efektif dalam pengurangan skor plak.29

Somu dkk meneliti efektivitas gel dari biji delima terhadap gingivitis dalam sebuah studi klinis. Ada penurunan plak yang signifikan pada kelompok yang menggunakan gel delima sebagai tambahan dalam pembersihan secara mekanis.23

Moorthy dkk menguji aktivitas antimikroba dari ekstrak kulit buah delima terhadap 21 mikroorganisme. Dua diantaranya adalah S. mutan dan C. Albicans. Ekstrak kulit delima dengan pelarut etanol menghambat S. mutan dan C. albicans yang bertanggung jawab terhadap infeksi di rongga mulut.11

Abdollahzadeh dkk juga melaporkan bahwa ekstrak kulit buah delima dengan pelarut metanol efektif melawan berbagai patogen rongga mulut seperti S. epidermidis, S. aureus, L. acidophilus, S. mutans, S. sanguis dan S. salivarius. Dinyatakan bahwa ekstrak buah delima dapat digunakan dalam mengontrol patogen rongga mulut yang berperan dalam karies, stomatitis dan penyakit periodontal.21

Sherbini dkk menyelidiki aktivitas kulit buah delima terhadap pertumbuhan dan motilitas T. tenax yang merupakan mikroorganisme komensal di rongga mulut dan sering dihubungkan dengan organisme piogenik pada poket yang berisi pus, dibandingkan dengan obat standar metronidazol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penghambatan pertumbuhan tergantung pada konsentrasi ekstrak kulit buah delima dan metronidazol. Ekstrak kulit buah delima, pada konsentrasi 12,5 mg/ml dan 25 mg/ml menunjukkan anti- T. tenax yang paling tinggi.30

Vanconcelos dkk menunjukkan aktivitas gel dari kulit buah delima yang dapat menghambat perlekatan strain bakteri ( S. mutans, S. sanguis, S. mitis) dan C.

albicans di rongga mulut. Hasilnya menunjukkan bahwa gel dari kulit buah delima

efektif dalam mengontrol plak yang merupakan etiologi utama dalam karies gigi, penyakit periodontal dan stomatitis dalam aksi antimikrobanya.31

(35)

15

poket gingiva 5-8 mm. Semua bagian yang diberi perlakuan menunjukkan kecendrungan penurunan plak dan perbaikan yang signifikan terhadap kedalaman poket dan level perlekatan pada tiga bulan dibanding dengan plasebo.32 Dalam penelitian selanjutnya, 15 pasien yang telah dilakukan standar terapi periodontal secara tuntas tetapi masih memiliki kedalaman poket 5-8 mm dimasukkan obat berupa chip. Parameter yang sama diukur lagi sebelum dan setelah 3 dan 6 bulan, tetapi peneliti juga mengukur penanda inflmasi Interleukin I� (IL-1�) dan IL-6. Peningkatan yang signifikan telah tercatat dalam semua parameter pengukuran ulang dan dikonfirmasi bahwa adanya penurunan yang signifikan dalam IL-1� dan IL-6 pada tiga dan enam bulan dibanding data awal (cited from Sastravaha 2005).9

2.2.5 Keamanan Ekstrak Buah Delima

Delima dan unsur-unsurnya telah aman untuk dikonsumsi selama berabad-abad tanpa efek samping. Studi tentang unsur delima pada hewan pada konsentrasi dan kadar umum yang biasa digunakan dalam obat tradisional terbukti tidak ada efek toksik. Toksisitas antioksidan punicallagin polifenol pada jus buah delima dievaluasi pada tikus. Terlihat tidak ada efek toksik atau perbedaan signifikan pada kelompok yang diobati dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan konfirmasi melalui analisis histopatologi organ tikus.9

(36)

16

Ekstrak kulit buah delima (Punica Granatum) Penyakit Periodontal

(37)

17

Pertumbuhan bakteri Aa pada media Tryptic Soy Agar

dengan pengukuran nilai

(38)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian : Post Test Only Control Group Design Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Pembuatan ekstrak kulit buah delima dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU, sedangkan pengujian efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aa dilakukan di Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi UNAIR.

Waktu penelitian dimulai dari Sepetember 2013- Desember 2013.

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.3.1.Sampel.Penelitian

Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang telah diisolasi dan dibiakkan dalam media Tryptic Soy Agar (TSA).

3.3.2Besar Sampel Penelitian

Penentuan besar sampel dilakukan berdasarkan standar Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga. Jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan rumus Federer, yaitu

(6-1)(r-1) ≥ 15 5r-5 ≥ 15 5r ≥ 20 r ≥ 4

Jumlah perlakuan ulang (r) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 (t-1)(r-1) 15

Keterangan:

(39)

19

Berdasarkan penelitian Bhadbade dkk yang menguji efektivitas ekstrak buah delima terhadap bakteri Aa diperoleh nilai KHM sebesar 6,25%. Oleh karena itu, ekstrak kulit buah delima yang digunakan dalam menguji nilai KHM dan KBM pada penelitian ini dimulai dari konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125% dan 0,8%.

a. Penentuan nilai KHM

Bahan coba dibagi ke dalam 6 kelompok dengan 2 kontrol, yaitu: • Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 25% =4 sampel • Kelompok VIII : kontrol negatif (ekstrak kulit buah delima tanpa suspensi Aa) = 1 sampel Jumlah sampel = 26 sampel

Dari masing-masing konsentrasi dilakukan dilusi (pengenceran) untuk mendapatkan konsentrasi minimal yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

b.Penentuan nilai KBM

(40)

20

• Kelompok VII : kontrol Mac Farland = 1 sampel

• Kelompok VIII : kontrol negatif (ekstrak kulit buah delima tanpa suspensi Aa) = 1 sampel

Jumlah sampel = 26 sampel

3.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Ekstrak kulit buah delima dengan pelarut etanol dengan konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% , 1,6125% dan 0,8%.

Variabel Terikat

Pertumbuhan bakteri Aa pada media Tryptic Soy Agar (TSA) dengan pengukuran nilai KHM dan KBM.

Variabel Terkendali

a. Asal buah delima (Sawahlunto, Sumatera Barat) b. Konsentrasi etanol yang dipakai (70%)

c. Suspensi Aaserotype C

d. Media pertumbuhan Tryptic Soy Agar (TSA)

e. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Aa (37°�) f. Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau

pembiakan Aa yaitu 24 jam Variabel Tidak Terkendali

a. Lama penyimpanan buah delima

b. Lama penyimpanan, lama pengiriman, suhu saat pengiriman ekstrak kulit buah delima ke laboratorium

3.5Definisi Operasional

(41)

21

b. Koloni Aa adalah bakteri Aa yang berasal dari stem cell Aa serotype C dan kemudian dikultur pada media Tryptic Soy Agar (TSA) dalam suasana anaerob.

c. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi selama 24 jam dan tidak tumbuh koloni bakteri pada media perbenihan dengan menggunakan metode dilusi.

d. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang dapat membunuh 99,9% atau 100% bakteri setelah dilakukan uji dilusi selama 24 jam, dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri pada media padat menggunakan metode Drop Plate Miles Mesra.

3.6 Bahan dan Alat Penelitian

3.6.1Bahan Penelitian

a. Buah delima sebanyak 5000 gram (Sawahlunto, Sumatera Barat) b. Pelarut etanol 70% sebanyak 5 liter (Kimia Farma, Indonesia) c. Suspensi Aa serotype C

d. Media Tryptic Soy Agar (TSA) e. Media Tryptic Soy Broth (TSB)

f. NaCl 0,9% 1 liter (Kimia Farma, Indonesia) g. Akuades 1 liter (Kimia Farma, Indonesia) 3.6.2Alat Penelitian

a. Lemari pengering

b. Timbangan (Home Line, Cina) c. Kertas perkamen

d. Alumunium foil 1 gulungan e. Blender (Panasonic, Jepang) f. Perkolator

g. Kapas (Bio Panca, Indonesia)

h. Kertas saring (Whatman no.42, England)

(42)

22 s. Kaca pembesar (Ootsuka ENV-CL, Japan) t. Ose, Spiritus

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.7.1Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Delima

Bahan baku berupa buah delima sebanyak 5000 gram dibersihkan, dikeluarkan bijinya sehingga yang tersisa kulit buah delima (Gambar 3). Selanjutnya kulit buah delima diiris halus dan diperoleh bahan baku kulit buah delima seberat 2170 gram (Gambar 4). Kemudian dikeringkan di lemari pengering selama 10 hari (Gambar 5).

Kulit buah delima yang telah kering kemudian ditimbang kembali dan didapatkan berat 630 gram kemudian diambil sebanyak 250 gram untuk diblender sampai menjadi serbuk simplisia (Gambar 6). Kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan dimaserasi selama 1 jam dengan pelarut etanol 70% (Gambar 7a). Simplisia tersebut diaduk sesekali dengan keadaan etanol cukup merendam sampel. Setelah 1 jam, massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-hati sambil sesekali ditekan dengan menggunakan sendok. Pada bagian ujung alat perkolator disumbat dengan kapas basah dan dilapisi kertas saring (Gambar 7b). Kemudian dituangkan etanol 70% sebanyak 300 ml dan biarkan sampai cairan menetes untuk mengetahui apakah perkolator sudah berfungsi dengan baik.

(43)

23

perkolator yang juga disambungkan pada tabung untuk menampung cairan dapat dibuka dengan kecepatan tetesan ±20 tetes/menit. Sampel pada tabung perkulator

tetap dijaga dalam kondisi terendam etanol selama dilakukan penampungan perkolat. Prosedur penampungan perkolat dilakukan sampai perkolat yang dihasilkan jernih. Semua perkolat digabung dan disaring, lalu diuapkan dengan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator pada tekanan < 1 ATM dengan temperatur ≤ 55°C (Gambar 8a). Prosedur berikutnya dilakukan waterbath untuk memperoleh hasil akhir berupa ekstrak kental kulit buah delima yang kemudian disimpan di dalam wadah tertutup dan diletakkan di lemari pendingin. (Gambar 8b).

Gambar 3. Buah delima yang telah dicuci bersih

(44)

24

Gambar 5. a)Pengeringan kulit buah delima di dalam lemari pengering; b)Kulit buah delima yang telah kering

Gambar 6. a)Penghalusan kulit buah delima yang telah kering dengan blen- der; b) Simplisia kulit buah delima

(45)

25

Gambar 8.a) Penguapan perkolat dengan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator;b)Ekstrak kental kulit buah delima

3.7.2 Pengenceran Bahan Coba

Ekstrak kulit delima ditimbang dengan electronic balance dan massanya disesuaikan dengan konsentrasi yang diinginkan dengan cara dilarutkan dengan media Tryptic Soy Broth (TSB). Disediakan 6 buah tabung, pada tabung pertama diisi 1,25 gram ekstrak kental kulit buah delima dan dilarutkan dengan 5 ml TSB, kemudian dicampur dengan menggunakan vorteks sehingga diperoleh ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 25%. Lima buah tabung lainnya kemudian diisi masing-masing l ml TSB. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara mengambil ½ dari esktrak kulit buah delima konsentrasi 25% menggunakan mikropipet dan diletakkan pada tabung ke-2 untuk mendapatkan ekstrak kulit buah delima 12,5% (pengenceran ganda). Demikian seterusnya sampai tabung ke-6 sehingga dihasilkan konsentrasi 6,25%, 3,125%, 1,6125% dan 0,8%. Tabung-tabung tersebut kemudian diberi label sesuai konsentrasinya.

3.7.3 Pembuatan Media Bakteri

(46)

26

media disimpan di dalam lemari pendingin (Gambar 11). Jika akan digunakan kembali, media dipanaskan kembali sehingga mendidih, lalu dituangkan ke dalam masing-masing petri dan dibiarkan hingga dingin.

Gambar 9. Penimbangan TSA dengan electronic balance dan pelarutan dengan akuades

(47)

27

3.7.4 Pembuatan Suspensi Bakteri

Kegiatan pembuatan suspensi bakteri menggunakan Aa yang telah dibiakkan secara murni pada media Tryptic Soy Agar (TSA) dalam suasana anaerob. Sebanyak 1-2 ose dari biakan murni bakteri uji yang telah dikultur dan tumbuh dengan subur disuspensikan dengan menggunakan larutan NaCL 0,9% sampai diperoleh kekeruhan sesuai standar Mac Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1 x 108 CFU/ml.

3.7.5 Pembuatan Kontrol Positif

Kontrol positif yang digunakan adalah suspensi bakteri yang telah disiapkan pada prosedur sebelumnya. Suspensi bakteri tersebut diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam microplate.

3.7.6 Pembuatan Kontrol Negatif

Kontrol negatif yang digunakan adalah ekstrak kulit buah delima tanpa suspensi bakteri. Ekstrak ini diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam microplate.

3.7.7 Penentuan KHM Bahan Coba

(48)

28

bahan uji apapun yang menghambat pertumbuhan Aa dalam media perbenihan setelah diinkubasi 24 jam dan tidak tumbuh koloni bakteri dalam perbenihan tersebut.

Gambar 12. Media perbenihan setelah diinkubasi

3.7.8 Penentuan KBM bahan coba

Hasil prosedur penentuan nilai KHM tidak terlihat larutan yang mulai tampak jernih sehingga semua kelompok larutan dilanjutkan dengan perhitungan jumlah koloni bakteri yaitu pada konsentrasi25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125% dan 0,8% dengan metode Drop Plate Miles Mesra. Setelah itu, bahan coba dengan konsentrasi tersebut masing-masing dihomogenkan dan diambil 50 �l untuk tiap konsentrasi lalu diteteskan ke dalam media padat Tryptic Soy Agar (TSA) dan

direplikasi 4 petri, diamkan selama 15-20 menit sampai mengering dan diinkubasi dalam inkubator CO2 dengan suhu 37°C selama 24 jam (Gambar 13;Gambar 14). Dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan menggunakan kaca pembesar dengan prinsip satu sel bakteri hidup bila dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi 1 koloni bakteri. Perhitungannya adalah bila bentuk koloni melebar dianggap berasal dari 1 koloni, bila bentuknya 2 koloni bersinggungan dianggap sebagai 2 koloni. Satuan yang dipakai adalah CFU (Colony Forming Unit)/ml cairan(suspensi)

(49)

29

pengenceran x 1, selain itu karena pada penetesan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat sebanyak 50 �l, maka hasil perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk mendapatkan hasil sesuai satuan standar (CFU/ml).

Gambar 13. Cawan petri dengan berbagai konsen trasi yang telah diteteskan dengan suspensi bakteri dan ekstrak kulit buah delima

(50)

30

3.8 Skema Alur Penelitian

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian diperoleh dari hasil pengamatan jumlah koloni bakteri setelah diberikan ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 1,6125% dan 0,8% pada media perbenihan.

Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Delima

Pembuatan Media Bakteri

Pembuatan Suspensi Bakteri

Penentuan KHM Bahan Coba

Penentuan KBM Bahan Coba

Analisis Data Pengenceran Bahan Coba

Pembuatan Kontrol Positif

(51)

31

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Setelah pembuatan ekstrak selesai, dilanjutkan uji aktivitas antibakteri untuk menentukan nilai KHM dan KBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aggregatibacter actionomycetemcomitans hanya diperoleh nilai KBM, sedangkan nilai KHM tidak dapat diketahui.

4.2 Penentuan nilai KHM

Pengujian daya antibakteri ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aa dilakukan dengan menggunakan konsentrasi ekstrak 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125% dan 0,8%.

Penentuan nilai KHM pada penelitian ini tidak dapat diketahui karena ekstrak kulit buah delima berwarna coklat yang sangat berpengaruh terhadap kekeruhan yang terjadi ketika dilakukan pengujian dengan metode dilusi.

Gambar15. Ekstrak yang berwarna coklat sehingga tidak bisa diamati ke-keruhan yang terjadi.

4.3 Penentuan nilai KBM

(52)

32

Pada penentuan nilai KBM yang diamati adalah tidak dijumpai pertumbuhan bakteri atau seluruh bakteri mati pada media (steril). Apabila terdapat pertumbuhan bakteri pada media, maka akan terlihat koloni Aa berbentuk bulat kecil berwarna putih pada cawan petri (Gambar 15).

Gambar 16. Koloni Aa (tanda panah) pada TSA

Berikut adalah tabel hasil dari penelitian efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aa (Tabel 2 ).

Tabel 1. Hasil uji antibakteri ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aa pada konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3, 125%, 1,6125% dan 0,8%

Konsentrasi Bahan Uji

(53)

33

Tabel 1 menunjukkan hasil uji antibakteri ekstrak kulit buah delima terhadap Aa. Pada konsentrasi 25%, 12,5%, dan 6,25% tidak ditemukan pertumbuhan bakteri (steril) pada media atau nilai yang diperoleh 0.

Gambar 17. Zona bening pada konsentrasi 25%, 12,5% dan 6,25%

Gambar 17 menunjukkan terlihatnya zona bening pada konsentrasi 25%, 12,5% dan 6,25% yang berarti semua bakteri mati pada media perbenihan. Zona bening ialah zona yang telah ditetesi bahan coba pada media TSA dan tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri pada daerah tersebut. Zona ini terlihat seperti tetesan bahan coba.

Gambar 18. Koloni bakteri Aa yang tumbuh sangat banyak pada konsentrasi 3,125%, 1,6125%, 0,8% di media TSA.

(54)

34

Bisa Untuk Dihitung). Keadaan ini dapat dijelaskan pada gambar 18 dimana pertumbuhan bakteri yang sangat subur dengan bentuk koloni tidak tampak, karena koloni saling tumpang tindih satu sama lain. Adanya bakteri ditandai dengan terlihatnya area putih disekitar suspensi yang diteteskan pada cawan petri.

Gambar 19.Tidak terlihat pertumbuhan bakteri pada TSA dengan konsentrasi 6,25%

(55)

35

BAB 5

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini telah ditunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima mampu membunuh bakteri Aa dengan KBM sebesar 6,25% sedangkan pada konsentrasi 3,125%, 1,6125% dan 0,8% tumbuh banyak bakteri pada media perbenihan. Dengan ini, hipotesis nol dapat ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Setelah diperoleh ekstrak dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antibakteri terhadap Aa yang dikultur dalam media Trypticase Soy Agar (TSA) yang merupakan media standar yang digunakan untuk menguji bakteri.

(56)

36

Konsentrasi yang digunakan adalah 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125%, 0,8%. Konsentrasi ini berpedoman pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhadbhade dkk yaitu efektivitas berkumur dengan ekstrak buah delima sebagai antiplak. Bhadbade dkk menggunakan 10 konsentrasi yaitu 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% , 1,6125%, 0,8%, 4%, 2% dan 1% terhadap 3 bakteri periodontal yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa), Porphyromonas gingivalis (Pg) dan Prevotela intermedia (Pi). Hasil penelitian diperoleh KHM pada bakteri Aa adalah pada konsentrasi 6,25%, Pg 3,125% dan Pi 1,625%. Oleh karena itu peneliti menggunakan konsentrasi tersebut sebagai pedoman untuk menguji efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Aa.

(57)

37

S. salivarius dan S. sanguis, sedangkan pada A. viscosus dan C.albicans tidak ada satu konsentrasi pun yang mampu menghambatnya.21

Pada penelitian ini, pengujian efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap Aa diperoleh nilai KBM sebesar 6,25%, sedangkan nilai KHM dari penelitian ini tidak bisa ditentukan karena ekstrak kulit buat delima berwarna coklat sehingga sulit untuk mengamati kekeruhan yang terjadi. Warna coklat pada ekstrak tersebut mungkin disebabkan karena kandungan tanin pada kulit buah delima. Voravuthikunchai dkk menyatakan bahwa kandungan tanin pada kulit buah delima mencapai 25%.34 Pada penelitian Seeram dkk dalam mendapatkan tanin murni pada kulit buah delima, tanin yang diperoleh berwarna coklat gelap.35

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhadbhade dkk menunjukkan bahwa berkumur dengan ekstrak seluruh bagian buah delima memiliki efektivitas antiplak sebagai antibakteri dalam melawan strain Aggregatibacter

actinomycetemcomitans (Aa), Pophyromonas gingivalis (Pg) dan Prevotella

intermedia (Pi) secara in vitro. Nilai KHM yang diperoleh terhadap bakteri Pi adalah pada konsentrasi 1,625%, nilai KHM terhadap bakteri Pg lebih tinggi yaitu pada konsentrasi 3,125%, sedangkan Aa dapat dihambat pada konsentrasi 6,25%.10

Efek antibakteri yang dimiliki oleh kulit buah delima disebabkan karena tanaman ini memiliki banyak senyawa aktif utama yang berperan seperti fenol, tanin dan flavonoid.12 Pada hasil penelitian Duman dkk menunjukkan bahwa efek dari tingkat inhibisi dari ekstrak delima merupakan peran dari kandungan phenolic dan anthocyanin dalam buah. Asam gallic diidentifikasi sebagai senyawa yang paling aktif dalam menghambat bakteri yang diuji. Efek inhibisi dari senyawa phenolic ini dapat dijelaskan dengan adanya adsorpsi pada membran sel, interaksi dengan enzim, substrat dan pengurangan ion metal.26

(58)

38

sel protein transpor, membentuk kompleks dengan polisakarida dan memodifikasi morfologi sel mikroorganisme.22

Selain itu, aktivitas antibakteri dari buah delima dihubungkan dengan struktur polifenol karena polifenol mempengaruhi dinding sel bakteri, menghambat enzim oleh agen oksidase, interaksi dengan protein dan menganggu koagregasi mikroorganisme.25

(59)

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian eksperimental yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki efektivitas terhadap bakteri

Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan nilai KBM sebesar 6,25%. Hasil

penentuan nilai KHM dalam penelitian tidak representatif sehingga tidak dapat diketahui nilainya.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui:

1. KHM dari ekstrak kulit buah delima dengan menggunakan metode lain yaitu metode difusi.

2. Efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri patogen periodontal lainnya.

3. Zat aktif mana dari kulit delima yang memiliki efek antibakteri yang paling besar.

(60)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Zubardiah L. Efek antibakteri daun Lawsonia inermis L terhadap Actinobacillus actinomycetemcomitans secara in vitro. M.I. Kedokteran Gigi 2006; 21(2): 47-52.

2. Prakasam A, Elavarasu SS, Natarajan RK. Antibiotics in the management of aggressive periodontitis. J Pharm Bioall Sci 2012; 4: 252-5.

3. Bidault P, Chandad F, Grenier D. Systemic antibiotic therapy in the treatment of periodontitis. JCDA 2007; 73(6): 515-19.

4. Chada V.S et al. Local drug delivery in periodontitic : Current conceps and trends. International Journal of Advanced Research on Oral Sciences 2012; 1(1): 1-9.

5. Eley B.M, Soory M, Manson JD. The possible use of antibiotics as adjunct as index treatment of chronic periodontitis. In: Periodontics.6th ed. China: Saunders Elsevier, 2010: 252-60.

6. Ariyanti NK, Darmayasa IBG, Sudirga SK. Daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Eschericia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi 2012; XIV(1); 1-4.

7. Vijayanand S, Hemapriya J. In vitro antibacterial efficacy of peel and seed extracts of Punica granatum L. against selected bacterial strains. IJMBR 2011;1(4): 231-34.

8. Bhowmik D et al. Medicinal uses of Punica granatum and its health benefits. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 2013; 1(5) : 28-35

9. Jurenka J. Therapeutic application of pomegranate (Punica granatum L.): a review. Alternative medicine review 2008;13(2): 128-144.

(61)

41

11.Moorthy K et al. Antimicrobial activity and qualitative phytochemical analysis of punica granatum Linn (Pericarp). Jurnal of Medicinal Plants Research 2013; 7(9) : 474-9.

12.Dahham et al. Studies on antibacterial and antifungal activity of pomegranate (Punica granatum L.). American-Eurasian J. Agric & Environ.Sci 2010; 9(3): 273-81.

13.Johansson A, Kalfas S. Virulence mechanism of leukotoxin from Aggregatibacter actinomycetemcomitans. 2013).

14.Mythireyi D, Krishnababa. Aggregatibacter actinomycetemcomitans, an aggressive oral bacteria- a review. International Journal of Health Sciences & Research 2012; 2:105-117.

15.Dumitrescu A, Ohara M. Periodontal microbiology. In: Etiology and pathogenesis of periodontal disease. Berlin Heidelberg: Springer-Verlag, 2010: 39-47

16.ITS report. Punica granatum L.

17.Faralia. Manfaat buah-buahan. In: 1001 khasiat istimewa buah-buahan dan sayuran. Yogyakarta: Aulia Publishing,2012: 32-7.

18.Anthony J-P. The inhibitory properties and mode of action plant essential oils and fruit extracts on protozoan parasites. PhD thesis. Queen Margaret University, 2008: 306.

19.Fawole OA, Makunga NP, Opara UL. Antibacterial, antioxidant and tyrosinase-inhibition activities of pomegranate fruit peel methanolic extract. BMC Complement Altern Med 2012;12: 200

(62)

42

21.Abdollahzadeh et al. Antibacterial and antifungal activities of Punica granatum peel extract against oral pathogens. Journal of Dentistry Tehran University of Medical Sciences 2011;8(1):1-6.

22.Hazzani AAA et al. Pomegranate (Punica granatum) from ancient roots to modern life known with a potent antibacterial activity. Annals of biological Research 2013; 4(5): 75-87.

23.Somu C A, Ravindra S, Ajith S, Ahamed MG. Efficacy of a herbal extract gel in the treatment of gingivitis : A clinical study. J Ayurveda Integr Med 2012; 3: 85-90.

24.Cushnie TPT, Lamb AJ. Antimicrobial activity of flavonoids. Int J Antimicrobial Agents 2005; 26: 343-56.

25.Naz et al. Antibacterial activity directed isolation of compounds from Punica granatum. Journal of Food Science 2007; 72(9): 341-45.

26.Duman AD et al. Antimicrobial activity of six pomegranate (Punica granatum L.) varieties and their relation to some of their pomological and phytonutrient characteristics. Molecules 2009; 14: 1808-17.

27.Kote et al. Effect of pomegranate juice on dental plaque microorganism (Streptococci and Lactobacilli). Anc Sci Life 2011; 31(2): 49-51.

28.Kukreja BJ, Dodwad V. Herbal mouthwash- a gift of nature. International Journal of Pharma and Bio Sciences 2012;3(2): 46-52.

29.Ahuja et al. A comparative evaluation of efficacy of Punica granatum and chlorxexidine on plaque and gingivitis. Journal of the International Clinical Dental Research Organization 2001; 3(1): 29-32.

30.El-Sherbini GT. In vitro of pomegranate extract on Trichomonas tenax. J Bacteriol Parasitol 2012; 3: 1-4.

(63)

43

32.Sastravaha et al. Adjunctive Perioodntal treatment with Centella asiatica and Punica granatum extracts : A preliminary study. Journal of the International academy of periodontology 2003; 3(4): 106-115.

33.Gozlekci et al. Total phenolic distribution of juice, peel and seed extracts of four pomegranate cultivars. Phcog Mag 2011, 7: 161-64.

34.Voravuthikunchai SP et al. Inhibitory effects of active compounds from

Punica granatum pericarp on verocytoxin production by enterohemorrhagic

Escherichia coli O157 : H7. Journal of Health Science 2005; 51(5) : 590-96. 35.Seeram et al. Rapid large scale purification of ellagitannins from pomegranate

(64)

44

(65)
(66)

46

(67)

47

Gambar

Gambar 1. Isolasi Aa dari subgingiva  pada pasien periodontitis  agresif lokalisata14
Gambar 2. Punica granatum18
Gambar 4. a)Pemisahan kulit delima dengan biji serta pengirisan kulit buah delima;b) Kulit buah delima yang telah diiris tipis
Gambar 5. a)Pengeringan kulit buah delima di dalam lemari pengering;    b)Kulit buah delima yang telah kering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan efek kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima (Punica granatum L.) dengan antibiotik siprofloksasin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan efek kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima dan kloramfenikol terhadap Staphylococcus aureus

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek antelmintik ekstrak kulit buah delima (EKBD) terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.. Desain penelitian eksperimental

yang bersifat antibakteri. Terdapat penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva subjek. penelitian antara sebelum dan setelah berkumur sari buah delima

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penurunan bakteri dalam saliva setelah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% selama 1 menit dibandingkan kelompok

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kulit buah delima (Punica Granatum L.) 5% selama 1 menit

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penurunan bakteri dalam saliva setelah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% selama 1 menit dibandingkan kelompok

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kulit Buah Delima ( Punica Granatum ) 5 % Pada Mahasiswa FKG