• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA PERBANKAN YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

VERA YOHANA BR SITORUS 100523014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan sekitar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Loan pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, oleh karena itu setiap bank berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan dari kredit kurang lancar, ditambah kredit diragukan dan kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka akan berdampak pada berkurangnya sebagian besar pendapatan. Kredit macet tidak menghasilkan pendapatan bunga sama sekali, sehingga pendapatan berkurang.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis data panel, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap terjadinya NPL pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pengolahan data menggunakan program Eviews 5.1.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi di website Bursa Efek Indonesia. Periode data yang diteliti dari tahun 2005 hingga tahun 2011 (7 tahun).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).

(3)

ABSTRACT

This research entitled “Analysis of Factors influence Non Performing Loan (NPL) at Go Public Bank at Indonesia Stock Exchange”. This research aims to respond any questions about factors influence the Non Performing Loan at the go public bank at Indonesia Stock Exchange. The bad loan is always found in banking loan activity. Therefore the bank always minimizes the bad loan to fulfill the requirement of Central Bank as the bank supervisors. The bad loan is total debt loan plus the doubt loan and debt credit. If the loan is in bad condition if cause the less of earning. The bad credit did not provide the interest and the earning is lower.

The hypothesis is tested by panel data analysis, i.e. by using the cross section data and time series to study the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost for Operational Earning (BOPO) and Loan to Deposit Ratio (LDR) to the NPL at the go public bank in Indonesia Stock Exchange. The data is processed using Eviews 5.1 program.

The data applied in this research is collected from document and annual financial reports of the go public banks at Indonesia Stock Exchange through the formal website of Indonesia Stock Exchange. The period of data is from 2005 up to 2011 (7 years).

The result of research indicates that the Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) influence the Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) that totally influence the Non Performing Loan (NPL).

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih

karunia serta kemurahan hati-Nya yang senantiasa menyertai sejak masa perkuliahan

sampai dengan selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan pada Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran,

motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah meluangkan waktunya memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu

kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda E. Sitorus dan Ibunda R. Br.

Tamba yang selama ini telah banyak memberikan semangat, materi dan doa yang

tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga buat abang dan adik saya terkasih,

dr. Andrew Ludig Sitorus, Christian Mangatur Sitorus dan Amida Sitorus.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku ketua, dan Bapak Drs.Syahrir

Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan

(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku ketua dan Bapak Paidi Hidayat,

SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan S1 Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan baik mulai

dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan

skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen

Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan Penulis di Ekstensi Ekonomi Pembangunan Stambuk

2010 yang telah banyak membantu penulis dan memberikan sumbangan ide.

Medan, Februari 2013

Penulis

Vera Yohana Br Sitorus

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 12

2.2.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 30

2.2.6 Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit ... 33

2.2.7 Prosedur dalam Pemberian Kredit ... 35

2.3 Non Performing Loan ... 38

2.3.1 Pengertian Non Performing Loan (NPL) ... 38

2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya NPL ... 41

2.3.3 Indikasi Kredit Bermasalah ... 46

2.3.4 Penyelamatan Kredit Bermasalah ... 47

2.3.5 Dampak Non Performing Loan ... 49

(7)

2.5 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 52

2.5.1 Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) ... 53

2.6 Return on Assets (ROA) ... 53

2.7 Net Interest Margin (NIM) ... 54

2.8 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 55

2.9 Penelitian Terdahulu ... 55

2.10 Kerangka Konseptual ... 57

2.11 Hipotesis ... 58

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 60

3.6.2 Kerangka Model Analisis Jalur (Path Analysis) ... 68

3.6.2.1 Direct Effect ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 76

4.2 Analisis Deskriptif ... 77

4.2.1 Deskriptif nilai variabel Capital Adequacy Ratio .... 77

4.2.2 Deskriptif nilai variabel Return on Assets ... 80

4.2.3 Deskriptif nilai variabel Net Interest Margin ... 83

4.2.4 Deskriptif nilai variabel BOPO ... 86

4.2.5 Deskriptif nilai variabel Loan to Deposit Ratio ... 89

4.2.6 Deskriptif nilai variabel Non Performing Loan ... 92

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 95

4.3.1 Hasil Pengolahan Data Model Persamaan I ... 95

4.3.1.1 Direct Effect/Pengaruh Langsung ... 95

4.3.1.2 Interprestasi Model Persamaan ... 96

4.3.2 Hasil Pengolahan Data Model Persamaan II ... 97

4.3.2.1 Direct Effect/Pengaruh Langsung ... 98

(8)

4.4 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 99

4.4.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 99

4.4.2 Uji F-Statistik ... 100

4.4.2.1 Uji F-Statistik Model Persamaan I ... 100

4.4.2.2 Uji F-Statistik Model Persamaan II ... 101

4.4.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 102

4.4.3.1 Uji t-Statistik Model Persamaan I ... 102

4.4.3.2 Uji t-Statistik Model Persamaan II ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 56

4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 77

4.2 Return on Assets (ROA) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 80

4.3 Net Interest Margin (NIM) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 83

4.4 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Perusahaan

Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode

Tahun 2005-2011 (dalam persen) ... 86

4.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 89

4.6 Non Performing Loan (NPL) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 92

4.7 Hasil Estimasi Variabel X1, X2, X3, X4 dengan variabel Y1 ... 95

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 58

3.1 Kerangka Analisis Jalur ... 66

3.2 Kerangka Analisis Direct Effect ... 69

3.3 Kerangka Analisis Indirect Effect ... 70

3.4 Kerangka Analisis Total Effect ... 71

3.5 Kurva Pengambilan Keputusan Uji F-statistik ... 74

3.6 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-statistik ... 75

4.1 Hasil Estimasi Analisis Direct Effect Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y1 ... 96

4.2 Hasil Estimasi Analisis Direct Effect Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y2 ... 98

4.3 Kurva Pengambilan Keputusan Uji F-Statistik Persamaan I ... 101

4.4 Kurva Pengambilan Keputusan Uji F-Statistik Persamaan II ... 102

4.5 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X1 Persamaan I ... 104

4.6 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X2 Persamaan I ... 105

4.7 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X3 Persamaan I ... 106

(11)

4.9 Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-Statistik X1 Persamaan II ... 108

4.10 Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-Statistik X2 Persamaan II ... 109

4.11 Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-Statistik X3 Persamaan II ... 110

4.12 Kurva Pengambilan Keputusan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Indikator Penelitian ... 130

2 Hasil Regresi Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y1 ... 134

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan sekitar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Loan pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, oleh karena itu setiap bank berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan dari kredit kurang lancar, ditambah kredit diragukan dan kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka akan berdampak pada berkurangnya sebagian besar pendapatan. Kredit macet tidak menghasilkan pendapatan bunga sama sekali, sehingga pendapatan berkurang.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis data panel, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap terjadinya NPL pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pengolahan data menggunakan program Eviews 5.1.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi di website Bursa Efek Indonesia. Periode data yang diteliti dari tahun 2005 hingga tahun 2011 (7 tahun).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).

(14)

ABSTRACT

This research entitled “Analysis of Factors influence Non Performing Loan (NPL) at Go Public Bank at Indonesia Stock Exchange”. This research aims to respond any questions about factors influence the Non Performing Loan at the go public bank at Indonesia Stock Exchange. The bad loan is always found in banking loan activity. Therefore the bank always minimizes the bad loan to fulfill the requirement of Central Bank as the bank supervisors. The bad loan is total debt loan plus the doubt loan and debt credit. If the loan is in bad condition if cause the less of earning. The bad credit did not provide the interest and the earning is lower.

The hypothesis is tested by panel data analysis, i.e. by using the cross section data and time series to study the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost for Operational Earning (BOPO) and Loan to Deposit Ratio (LDR) to the NPL at the go public bank in Indonesia Stock Exchange. The data is processed using Eviews 5.1 program.

The data applied in this research is collected from document and annual financial reports of the go public banks at Indonesia Stock Exchange through the formal website of Indonesia Stock Exchange. The period of data is from 2005 up to 2011 (7 years).

The result of research indicates that the Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) influence the Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) that totally influence the Non Performing Loan (NPL).

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan mempunyai peran yang sangat vital dalam pencapaian tujuan

nasional yang berkaitan dalam peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat

serta menunjang berjalannya roda perekonomian baik secara mikro maupun secara

makro mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Mengingat begitu pentingnya

peranan perbankan di Indonesia, pengambilan keputusan perlu dilakukan untuk

mengevaluasi kinerja perbankan secara memadai.

Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Bank juga mempunyai peran

sebagai pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan,

sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan (Booklet Perbankan Indonesia 2009). Bank dalam

menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk

kredit maupun dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi

(16)

karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang

kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah (Siamat, 2005 : 275).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan

yang bergerak dalam bidang keuangan dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan

masalah keuangan.

Kondisi perbankan telah banyak mengalami perubahan hingga saat ini.

Perubahan tersebut selain disebabkan perkembangan internasional dunia perbankan

juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan nasional baik dari sektor internal

perbankan maupun dari sektor lain, sektor rill dalam perekonomian, politik, sosial,

hukum, pertahana dan keamanan.

Perkembangan industri perbankan khususnya sejak adanya Paket 27 Oktober

1988 (Pakto 1988), meningkat cukup pesat baik dari jumlah bank, jaringan kantor,

volume usaha, maupun variasi jasa dan produk yang ditawarkan bank pada

masyarakat. Dengan perkembangan tersebut, aset perbankan memiliki potensi cukup

besar untuk memainkan perannya sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor

(17)

masyarakat yang cukup besar menuntut tersedianya kuantitas dan kualitas pelayanan

yang baik dalam segala segi dari dunia perbankan. Oleh karena itu sangat diharapkan

terciptanya iklim perbankan yang kuat dan tangguh sehingga dapat diandalkan dalam

menunjang kegiatan perekonomian Indonesia.

Secara umum kondisi makro ekonomi Indonesia hingga tahun ini belum

menunjukkan perbaikan secara signifikan, misalnya ditandai dengan masih tingginya

suku bunga dan gejolak kurs yang belum stabil, kondisi ini mempengaruhi bank

dalam mengucurkan kreditnya, ada kecenderungan bank untuk mempertahankan

likuiditasnya daripada mengucurkan kredit. Disamping itu bank mengalami kesulitan

dalam melakukan penilaian akurat mengenai resiko kredit maupun resiko pasar

akibat beberapa hal (Siamat, 2005 : 79), seperti :

1. Adanya jaminan terselubung dari bank sentral atas kelangsungan hidup

suatu bank untu mencegah kegagalan sistematik dalam industri perbankan.

Jaminan yang ada menggiring perbankan untuk mengambil utang yang

berlebihan dan memberikan kredit kepada sektor-sektor yang beresiko

tinggi.

2. Sistem pengawasan oleh bank sentral kurang efektif karena belum

sepenuhnya dapat mengimbangi pesat dan kompleksnya kegiatan

operasional perbankan.

3. Besarnya pemberian kredit dan jaminan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada individu/kelompok usaha yang terkait dengan bank telah

(18)

4. Lemahnya kemampuan manajerial bank.

5. Kurang transparannya informasi mengenai kondisi perbankan.

Dalam keadaan seperti ini perbankan tidak dapat melaksanakan fungsinya

sebagai sumber pembiayaan bagi perekonomian terutama dalam menggerakan sektor

rill. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang

dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Permasalahan perbankan di

Indonesia antara lain disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit

bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang

memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal

yang tidak dapat mengcover terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut

menyebabkan kinerja bank menurun. Kegiatan ekonomi menjadi terhambat yang

berakibat semakin memperbesar jumlah Non Performing Loan (NPL).

Pada era awal tahun 1990an, dana yang berhasil dihimpun sektor perbankan

cukup besar jumlahnya sebagai akibat meningkatnya pengerahan dana masyarakat,

sedangkan dilain pihak perbankan dihadapkan kenyataan untuk segera menyalurkan

dana tersebut secara cepat guna menghasilkan pendapatan dalam bentuk bunga.

Tuntutan yang sedemikian besar, semakin cepat mendorong terjadinya

penyimpangan dalam hal pemberian kredit dan cenderung mengabaikan

prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat dan prudent. Bilamana hal tersebut tidak

ditangani dengan serius akan berdampak pada siklus hidup perbankan itu sendiri

(19)

Sebagai sebuah institusi, dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebuah bank

membutuhkan dana, oleh karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh

dana yang optimal tetapi dengan cost of money yang wajar. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar peluang bagi bank tersebut untuk

melakukan kegiatan-kegiatannya dalam mencapai tujuannya. Peranan bank sebagai

lembaga keuangan tidak pernah luput dari masalah kredit. Penyaluran kredit

merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank

berasal dari kegiatan ini.

Walaupun kredit dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan yang besar,

namun bukan berarti perbankan lancar dalam kegiatan penyaluran kreditnya. Kredit

bermasalah cukup mendapat perhatian serius dalam operasioanl perbankan. Indikasi

munculnya kredit bermasalah ini menjadi momok yang cukup mempengaruhi kinerja

perbankan dimana dengan makin tingginya rasio kredit bermasalah ini akan turut

memperlambat pertumbuhan kredit.

Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa

konsekuensi semakin besarnya resiko yang harus ditanggung oleh bank yang

bersangkutan. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover resiko kegagalan pengembalian kredit

oleh debitur. NPL mencerminkan resiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka

semakin besar pula resiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank.

Kredit bermasalah yang besar dalam industri perbankan membawa dampak

(20)

bank. Sedangkan dari sudut pandang makro mengingat sebagian dana yang dihimpun

bank digunakan untuk menutup kewajiban baik jangka pendek atau panjang maka

kemampuan bank dalam memberikan kredit baru menjadi berkurang sehingga

menutup kemungkinan calon debitur baru memperoleh fasilitas kredit bank yang

bersangkutan. Dampak lainnya adalah bank akan cenderung terlalu berhati-hati

dalam memberikan kredit. Dengan makin selektifnya pemberian kredit, berakibat

proses pemberian kredit cenderung lama dari prosedur normal dan ekspansi kredit

menjadi turun sehingga mengakibatkan biaya dana dan bunga kredit menjadi lebih

tinggi.

Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa

konsekuensi semakin besarnya resiko yang harus ditanggung oleh bank yang

bersangkutan. Loan to Deposito Ratio (LDR) merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh bank telah menggunakan uang para penyimpan (depositor) untuk memberikan pinjaman kepada para nasabahnya, dengan kata lain jumlah uang yang

dipergunakan untuk memberikan pinjaman adalah uang yang berasal dari titipan para

penyimpan (Pandia, 2012 : 118). Besarnya LDR sebuah bank, mampu

menggambarkan besar peluang munculnya kredit. Artinya semakin tinggi LDR

sebuah bank, maka semakin tinggi pula peluang resiko kredit yang akan terjadi, dan

sebaliknya.

Untuk mengurangi resiko yang terjadi dari masalah kredit, maka bank

menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung resiko

(21)

Adequacy Ratio (CAR). Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula kemampuan bank dalam meminimalisir resiko kredit yang terjadi, artinya bank tersebut mampu

menutupi resiko kredit yang terjadi dengan besarnya cadangan dana yang diperoleh

dari perbandingan modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Untuk mengetahui seberapa efisien suatu bank dalam pengelolaan aset dan

dalam melakukan kegiatan usahanya, maka digunakan rasio Return on Assets (ROA). Rasio ini merupakan indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas

sejumlah aset yang dimiliki oleh bank atau mengindikasikan seberapa besar

keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. ROA dapat

diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva.

Semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena

tingkat kembalian (return) semakin besar.

Selain faktor tersebut, rasio Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola

aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (Pandia, 2012 :

71). Dengan demikian besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi bank yang pada

akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. Semakin besar rasio ini maka akan

meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga

kemungkinan suatu bank bermasalah semakin kecil, yang utamanya mengenai kredit

macet.

Untuk mengetahui seberapa efektif penyaluran kredit bank, yang salah satunya

(22)

Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan

operasional (Pandia, 2012 : 72). Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka

untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha

pokok bank dilakukan dengan benar serta digunakan untuk menunjukkan apakah

bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna. Semakin

kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank

bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin

kecil karena tersedianya pendapatan untuk menutupi kegiatan operasional penyaluran

kredit.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah

sebagai dasar kajian penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari uraian yang

telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yang akan

diteliti yaitu:

1. Apakah variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA),

(23)

(BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA),

Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini dibandingkan dengan

penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan masih tingginya rasio Non Performing Loan

(NPL) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel Capital Adequacy

Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap terjadinya

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil kajian penelitian ini pada masa yang akan

datang adalah sebagai berikut:

1. Memberikan temuan dan bukti empiris yang dapat dipertanggungjawabkan

mengenai faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi arah

hubungan terjadinya NPL pada perbankan yang go public di Bursa Efek

Indonesia.

2. Memberikan penjelasan yang relevan dan memadai kepada setiap pengambil

kebijakan, baik pada pihak pemerintah dalam hal ini selaku pemegang

otoritas tertinggi dalam bidang ekonomi dan moneter maupun pada pihak

praktisi perbankan mengenai arti pentingnya sensitifitas faktor-faktor yang

mendorong terjadinya NPL.

3. Mendorong berbagai pihak yang terkait dengan mata rantai kegiatan

ekonomi dan perbankan untuk mematuhi dan melaksanakan setiap

ketentuan-ketentuan yang telah diberlakukan baik oleh pemerintah maupun

Undang-Undang yang terkait dengan perbankan khususnya dalam hal

perkreditan, sehingga terjadinya NPL dapat ditekan menjadi seminimal

mungkin.

4. Sebagai sumbangan pemikiran dan untuk menambahkan, melengkapi, dan

sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian sebelumnya, serta

referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian-penelitian

(25)

5. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan ilmiah serta menambah

pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh

selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang

perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

menyebutkan:

- Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

- Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya.

Adapun defenisi bank secara umum, bank merupakan sebuah lembaga

keuangan yang beroperasi secara aktif maupun pasif. Secara aktif, dalam hal ini bank

menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan secara pasif,

bank dalam hal ini menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan,

(27)

2.1.2 Jenis-jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis

perbankan yang diatur dalam Undang-Undang perbankan antara lain (Kasmir, 2009 :

34):

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis

perbankan menurut fungsinya terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Pembangunan

c. Bank Tabungan

d. Bank Pasar

e. Bank Desa

f. Lumbung Desa

g. Bank Pegawai

h. Dan bank lainnya

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun

1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

(28)

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang

memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian

dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank

dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah:

a. Bank milik pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah

sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

b. Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta

nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula

pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

c. Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang

(29)

d. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik

milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun

dimiliki oleh pihak luar negeri.

e. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak

swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh

warga negara Indonesia.

3. Dilihat dari Segi Status

Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam

melayani masyarakat baik daari segi jumlah produk, modal maupun kualitas

pelayanannya. Status bank yang dimaksud adalah:

a. Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau

yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

b. Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan

transaksi seperti halnya bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan

(30)

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan

hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau

pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.1.3 Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya tugas pokok bank menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara

stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta

memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan fungsi bank pada umunya (Siamat, 2005 : 276):

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam

kegiatan ekonomi.

2. Menciptakan uang.

3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.

4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

2.1.4 Kegiatan-kegiatan Bank

Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah

sebagai berikut (Siamat, 2005 : 276):

1. Menghimpun dana dari masyarakat.

(31)

3. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

4. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun nasabah,

menempatkan dana pada, meminjamkan dana dari, atau meminjamkan dana

pada pihak lain, menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga, melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak.

5. Melakukan kegiatan anjak piutang maupun kartu kredit.

6. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

7. Melakukan kegiatan lain seperti kegiatan dalam valuta asing, melakukan

penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan

seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek dan asuransi.

2.1.5 Sasaran Manajemen Bank

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, bank memiliki sasaran yang

dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, yaitu (Siamat, 2005 : 277):

1. Sasaran Jangka Pendek

Sasaran jangka pendek berkaitan dengan penggunaan waktu dalam

operasional bank untuk mencapai tujuan yang bersifat jangka pendek,

misalnya pemenuhan likuiditas, menyediakan jasa-jasa lalu lintas

pembayaran dan penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga jangka

(32)

2. Sasaran Jangka Panjang

Sasaran jangka panjang manajemen bank adalah bagaimana memperoleh

keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan dan

memaksimalkan kekayaan pemilik bank.

Secara umum bahwa sasaran pokok manajemen bank pada dasarnya adalah

untuk memaksimalkan nilai investasi dari pemilik bank. Oleh karena itu dalam upaya

mencapai sasaran tersebut, manajemen bank harus memperhatikan dan menguasai

prinsip pengelolaan bank baik aktiva maupun kewajiban-kewajibannya.

2.1.6 Resiko Usaha Bank

Resiko usaha merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang

diperkirakan akan diterima. Resiko usaha yang dapat dihadapi oleh bank antara lain

(Siamat, 2005 : 279):

1. Resiko kredit (Default risk), yaitu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh

dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditentukan atau dijadwalkan.

2. Resiko investasi (Invesment risk), yaitu berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai portofolio surat-surat

berharga, misalnya obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki

(33)

3. Resiko likuiditas (Liquidity risk), yaitu resiko yang mungkin dihadapi oleh

bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi

permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu

waktu.

4. Resiko operasional (Operating risk), yaitu berupa kemungkinan kerugian dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh

struktur biaya operasional bank dan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan

produk-produk baru yang diperkenalkan.

5. Resiko penyelewengan (Fraud risk), yaitu berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan, atau moral dan

perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan nasabah bank.

6. Resiko fidusia (Fiduciary risk), yaitu resiko ini akan timbul akibat usaha bank dalam memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik

untuk individu maupun badan usaha.

7. Resiko tingkat bunga (Interest rate risk), yaitu resiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga yang pada gilirannya akan menurunkan nilai

pasar surat-surat berharga dan pada saat yang sama bank membutuhkan

likuiditas.

8. Resiko solvensi (Solvency risk), yaitu resiko yang disebabkan oleh ruginya

(34)

9. Resiko valuta asing (Foreign currency risk), yaitu resiko ini terutama

dihadapi oleh bank-bank devisa yang melakukan transaksi dalam valuta

asing, baik dari sisi aktiva maupun dari sisi pasiva (kewajiban).

10.Resiko persaingan (Competitive risk), yaitu resiko yang dihadapi bank dalam upaya memberi pelayanan pada nasabahnya, dimana bank akan

bersaing dengan bank lain secara profesional dan paling baik untuk

kelangsungan operasional bank itu sendiri.

2.1.7 Sumber Dana Bank

Sumber dana bank merupakan dana yang diperoleh oleh bank, baik bersumber

dari masyarakat luas, dana dari bank itu sendiri, maupun dana dari lembaga

keuangan lainnya, seperti BLBI. Sesuai defenisi tersebut, maka sumber dana bank

terdiri atas tiga sumber, yaitu (Kasmir, 2004 : 45):

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya

adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya

digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari

luar. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri

dari:

a. Setoran modal dari pemegang saham yaitu, merupakan modal dari para

pemegang saham lama atau pemegang saham baru.

b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan

(35)

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum

dibagikan kepada para pemegang saham.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Dana tersebut merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari

kegiatan pasifnya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat baik dalam

bentuk giro, tabungan dan deposito.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lain

a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang

diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan

likuiditasnya.

b. Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan

kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga

kliring data tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini

bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi dibandingkan

dengan pinjaman lainnya.

c. Pinjaman dari bank-bank luar negri. Merupakan pinjaman yang diperoleh

perbankan dari pihak luar negeri.

d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan

menerbitan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang

berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU

diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga

(36)

2.2 Kredit

2.2.1 Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa yunani, yaitu credere, yang berarti kepercayaan. Jadi istilah kredit memiliki arti khusus yaitu meminjamkan uang

(penundaan pembayaran). Dalam arti luas kredit ini didasarkan atas komponen

kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi masa yang akan datang.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan

bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan dengan pihak peminjam untuk melunasi utangnya selama jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Pengertian kredit secara umum merupakan pemberian, baik uang, barang,

maupun jasa yang dilakukan oleh pihak kreditur, yang didasari dengan unsur

kepercayaan kepada debiturnya, serta terdapat kesepakatan antara kreditur dengan

debitur, baik mengenai jangka waktu pengembalian barang, jasa dan uang, maupun

kesepakatan mengenai balas jasa (bunga) yang diperoleh dari operasi tersebut.

2.2.2 Unsur-unsur kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah

sebagai berikut (Kasmir, 2009 : 98):

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa

(37)

masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya

sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan nasabah baik secara intern

maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan

sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing

pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu

ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka

waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka

panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu

kredit semakin panjang risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini

menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang

lalai, maupun risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam

(38)

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atau pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya

administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

Kasmir (2009 : 100) menyebutkan bahwa pemberian suatu fasilitas kredit

mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari

misi bank tersebut. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut

terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa

dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah

Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana

investasi maupun dana untuk modal kerja. Maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan, maka semakin baik, karena akan meningkatkan penerimaan

pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa,

(39)

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi

sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika

uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Dengan diberikannya kredit uang tabungan tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu

wilayah ke wilayah lain sehingga suatu daerah yang kekurangan uang

dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh

tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk

mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu

wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu

wilayah ke wilayah lain bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan

(40)

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi

karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang

yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian kredit dapat pula membantu

dalam mengekspor barang dari dalam negri ke luar negri sehingga

meningkatkan devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan

berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam

hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk

membangun pabrik, maka pabrik tersebut akan membutuhkan tenaga kerja

sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Di samping itu, bagi

masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapataannya

seperti membuka warung dan menyewakan rumah kontrakan atau jasa lain.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling

membutuhkan antara si penerima kredit dan si pemberi kredit. Pemberian

(41)

2.2.4 Jenis-jenis Kredit

Kredit yang diberikakn bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk

masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat

dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2009 : 103):

1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun

proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit

investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasinya.

Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,

membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan

proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan

(42)

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini

tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang

untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai

contoh kredit untuk perumahan.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli

barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan

barang dagang tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau

agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

3. Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau

paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal

kerja. Contohnya kredit untuk peternakan ayam atau jika untuk pertanian

misalnya tanaman padi atau palawija.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun, biasanya

untuk investasi. Contohnya kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau

(43)

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit

jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun.

Contohnya kredit untuk perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur

dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat

berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter

serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat.

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya untuk

peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah

atau besar.

d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam

(44)

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para

mahasiswa.

f. Kredit profesi, diberikan kepada profesional seperti dosen, dokter atau

pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau

pembelian perumahan.

h. Dan sektor-sektor lainnya.

2.2.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama.

Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian

setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk

mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisa 5

C dan 7 P (Kasmir, 2009 : 108).

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut:

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan

diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar

belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun

(45)

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bisnis yang

dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan

kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.

Begitupula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.

Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit

yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan

(neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari

segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang

diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi

suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan

secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik

sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta

(46)

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut:

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari-hari

maupun masa lalunya. Selain itu juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku

dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan-golongan tertentu

berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat

digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang

berbeda dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk

jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau

tidak.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang

(47)

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau

akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang

diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan

perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau

jaminan asuransi.

2.2.6 Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit

Di samping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau

tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada.

Aspek-aspek yang dinilai antara lain sebagai berikut (Kasmir, 2009 : 111):

1. Aspek Yuridis/Hukum

Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta

izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian

dimulai dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui

siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik.

2. Aspek Pemasaran

Dalam aspek ini yang dinilai adalah permintaan terhadap produk yang

dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya

(48)

3. Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk

membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut.

4. Aspek Teknis/Operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti

kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan

mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.

5. Aspek Manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang

dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya.

Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan

pertimbangan lainnya.

6. Aspek Sosial Ekonomi

Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum

seperti meningkatkan ekspor barang, mengurangi pengangguran,

meningkatkan pendapatan masyarakat, tersedianya sarana dan prasarana

serta membuka isolasi daerah tertentu.

7. Aspek Amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika

proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara

mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang

(49)

2.2.7 Prosedur dalam Pemberian Kredit

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum

antara bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi

perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya

dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat

dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum.

Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuan apakah untuk konsumtif atau

produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum

sebagai berikut (Kasmir, 2009 : 114):

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang

dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan

berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang

berisi antara lain:

a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan,

jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut

pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta

relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

b. Maksud dan tujuan. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau

meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru

(50)

c. Besarnya kredit dan jangka waktu. Penilaian kelayakan besarnya kredit

dan jangka waktunya dapat dilihat dari cash flow serta laporan keuangan

tiga tahun terakhir.

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara

nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan

atau cara lainnya.

e. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko

terhadapa kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur

kesengajaan atau tidak. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan

berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti akte notaris, tanda daftar

perusahaan, nomor pokok wajib pajak, neraca dan laporan rugi laba tiga

tahun terakhir, bukti diri dari pimpinan perusahaan dan foto kopi

sertifikat jaminan.

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah

lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar.

3. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung

berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah

(51)

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai

objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada

kekurangan-kekurangan pada saat telah dilakukan on the spot dilapangan. 6. Keputusan kredit

Dalam hal ini menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika

diterima, maka disiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang

akan mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit dan

biaya-biaya yang harus dibayar. Begitu pula bagi kredit yang ditolak, maka

hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya

masing-masing.

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka

sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani

akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau

pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank

(52)

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang

diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang

bersangkutan.

9. Penyaluran/penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari

pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu

sekaligus atau secara bertahap.

2.3 Non Performing Loan

2.3.1 Pengertian Non Performing Loan (NPL)

Setiap bank akan menjumpai pinjaman yang membawa resiko lebih besar

daripada yang diperkirakan saat memberikan persetujuan permohonan kredit dalam

fortopolio kreditnya, bahkan juga pinjaman yang mungkin membawa resiko jauh

lebih besar daripada yang lazimnya masih bisa dihadapi. Pinjaman-pinjaman yang

demikian dikategorikan dalam pinjaman yang bermasalah.

Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang

mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena

faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah sering juga

disebut non performing loan yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat

(53)

berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan kedalam 5 kelompok yaitu

(Kasmir, 2009 : 123):

1. Lancar (pas)

Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu.

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). 2. Dalam perhatian khusus (special mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang

belum melampui 90 hari.

b. Kadang-kadang terjadi cerukan.

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.

d. Mutasi rekening relatif aktif.

e. Didukung dengan pinjaman baru.

3. Kurang lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang

telah melampaui 90 hari.

b. Sering terjadi cerukan.

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

(54)

d. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.

f. Dokumen pinjaman yang lemah.

4. Diragukan (doubtful)

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang

telah melampaui 180 hari.

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.

d. Terjadi kapitalisasi bunga.

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan.

5. Macet (loss)

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang

telah melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai yang wajar.

NPL mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula

(55)

Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL net di bawah 5%. NPL dapat

diperoleh dengan cara menghitung rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit.

Rumus: NPL

=

KreditBermasalah

TotalKredit x 100%

Sumber. SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004

Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit

bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan

semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin

besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Non Performing Loan

Dari sisi perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh

berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut (Siamat, 2005 : 360):

1. Faktor Internal

Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan

strategi yang ditempuh pihak bank, yaitu:

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

Bank yang memiliki kelebihan dana (excess liquidity) sering menetapkan kebijaksanaan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi

pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu dengan menetapkan sejumlah

target kredit yang harus dicapai untuk waktu tertentu yang cenderung

mendorong pejabat kredit menempuh langkah-langkah yang lebih agresif

(56)

dalam memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip-prinsip

perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana

seharusnya.

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam

menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara

pemberian kredit dalam suatu bank. Hal yang sering terjadi, bank tidak

mewajibkan calon debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan

data keuangan yang lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur

perkreditan tersebut bisa disebabkan karena jumlah dan kualitas sumber

daya manusia yang menangani masalah perkreditan belum memadai,

maupun karena adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam

pemutusan kredit.

c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit

Hal ini dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari

debitur tapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap

dan tidak teratur, pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan

secara rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur

secara periodik. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan tersebut

menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah

(57)

d. Lemahnya sistem informasi kredit

Sistem informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya

akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya

akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan

terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk

mencegah terjadinya kredit bermasalah.

e. Itikad kurang baik dari pihak bank

Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan

banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja

melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan terutama ketentuan legal lending limit. Skenario lain adalah pemilik dan atau pengurus bank memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya fiktif hanya untuk

kepentingan pemilik atau pengurus bank.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang

menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara lain terdiri dari:

a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan

ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami

kenaikan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan

oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Kerangka Analisis Jalur
Kerangka Analisis Gambar 3.2 Direct Effect
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menggunakan metode analisis semiotika yang dikembangkan oleh Charles Sander Peirce, yaitu dengan menggunakan segitiga makna yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol

Sama halnya dengan CAR, suatu perusahaan memiliki kinerja yang baik jika kepemilikan institusional tinggi maka akan meningkatkan nilai CAR.. Akan tetapi hasil pengujian

Separation of the racemic atenolol enantiomers produced by this mobile phase composition using 0.5% DEA content gave a bigger difference on the peaks retention time than the

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kausal, dimana data dianalisis dengan analisis jalur (path analysis). Selanjutnya dilakukan analisis pengaruh

Edwards III yang menjelaskan bahwa kebijakan dipengaruhi oleh 4 (empat) variabel yakni (1) komunikasi, (2) sumber daya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi, dan keempat

Berdasarkan keputusan yang diperolehi daripada pembangunan dan pengujian topologi, saiz kekisi 0.380m dan jarak ke akses paling hampir digunakan dalam analisa

Kedua, Dari hasil Uji t dengan melihat nilai signifikansi, yang paling signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah Rasio Gross Profit Margin (GPM)

Kharisma Ide Nusantara Garmindo mengalami suatu permasalahan yaitu jumlah pencapaian ouput yang dihasilkan pada proses produksinya tidak sesuai dengan target produksi yang