• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh : ZURAIDA NIM 1110052000040

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

AKHLAK RDMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS

CIPAYUNG JAKARTA TIMI,]R

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

ZI]RAIDA

J NIM 1110052000040

JT'RUSAN BIMBINGAN DAI\I PET{YULT'HAN ISLAM

FAKI]LTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMI]NIKASI

LNMRSITAS

ISLAM NEGERT (UrN) SYARIF HIDAYA-TULLAH JAKARTA
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.t) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbulti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

(4)

Meningkatkan

Akhlak

Remaja

Di

Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apur

Cipayung Jrkarta Timur telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Iknu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi LJIN Syarif Hidayatulah Jakarta" pada hari Jumat, 12 Desember 2014. Skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

gremperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dao Penyduhan Islam.

Jallarta, 12 Desember 20 I 4

gidang Munaqasyah

Anggota p Anggota

Dns. Jumroni, M.Si

NrP. 196305rs 199203

I 006

arto, MA

60806 199603 I 001

Anggota

Dra.Rini Drs. Su arto, MA

0806 199603 I 001

NIP. 1 NIP. 19

Pembimbing

Lc,MA

Drs. S

Prihatini, M.Si 199503 2 003

(5)

i

ABSTRAK

ZURAIDA 1110052000040

Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing: Fauzun Jamal, Lc, MA

Pembimbing agama memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan akhlak remaja. Disamping itu pembimbing agama menjadi orang yang penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun remaja ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam melaksananakan perannya tersebut, pembimbing agama menempuh upaya tertentu dalam rangka meningkatkan akhlak remaja. Berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pembimbing agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang ingin diharapkan. Sehingga penelitian peran yang dilakukan pembimbing agama Islam merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Permasalahan pokok adalah penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama remaja tentang ajaran Islam. Disini mereka mendapatkan bimbingan di Panti mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Perumusan masalah dalam penelitian ini mencakup peran yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR metode yang digunakan dan faktor pendukung serta penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja pada panti tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing agama Islam dan tujuh orang remaja panti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja yaitu menjelaskan keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang yang berakhlak buruk, memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk dan memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja binaan. Metode yang digunakan pembimbing agama Islam terdiri dari metode ceramah, diskusi, tanya jawab bimbingan baca Al-Qur’an dan praktik. Adapun faktor pendukungnya, pembimbing yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai, adanya pengawasan dari orang tua asuh, terbangunnya kesadaran dari remaja untuk memperbaiki diri serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah waktu penyampaian materi yang tidak cukup begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat dan kurangnya tenaga pembimbing agama Islam di panti tersebut.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta

alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.”

Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kedua orang tua

saya, Ayahanda Bakhmizon dan Ibunda Nur’aini yang selama ini telah

memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa

ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa di setiap penghujung malam,

dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun

materil, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Wakil Dekan

bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan

(7)

iii

sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah

Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu

memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do’a kepada penulis.

3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara

administratif.

4. Bapak H. Fauzun Jamal LC., MA selaku Dosen Pembimbing yang dengan

sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

(FIDKOM) dan khususnya dosen jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan

Islam (BPI) FIDKOM yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman baru kepada penulis.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan

(8)

iv

dan pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010

selama 4 tahun.

8. Seluruh pejabat dan staf Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus

(PSBR) Jakarta Timur yang dengan ramah telah menyilahkan peneliti

untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Secara khusus terimakasih

dihaturkan pada Bapak Junaidi dan Bapak Imron yang selalu meluangkan

waktu untuk wawancara, juga staf yang sangat rajin dan cekatan dalam

menanggapi semua keperluan adminisntrasi peneliti.

9. Adikku tersayang, Mukhlis dan Rafi’ah A’lawiyah, yang tak henti

menunjukkan rasa sayang pada peneliti, serta menjadi alasan terbaik bagi

peneliti agar terus berusaha maksimal dalam meraih cita-cita.

10.Ibu guru TK Salman, Ibu Umi, ibu Eni, Ibu Yanti, Ibu Mumun, Ibu

Mimin, Ibu Faridah, Ibu Hani selalu memberikan dukungan, motivasi dan

nasihat positif.

11.Teman-teman kampus: Aditia, Haula, Mela, Deuis, Sri, Fitri, Ayu, Indah,

Elva, Jannah, Ela, Ucup, Ida dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya

yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya

dalam proses merampungkan skripsi.

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis

mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang

(9)

v

Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.

Jakarta, 1 Desember 2014

(10)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama Islam ... 18

1. Pengertian Peran ... 18

2. Pengertian Pembimbing Agama Islam ... 19

3. Syarat-Syarat Pembimbing Agama Islam ... 26

4. Tugas Pembimbing Agama Islam ... 29

B. Akhlak ... 32

1. Pengertian Akhlak ... 32

2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak ... 34

C. Remaja ... 41

1. Pengertian Remaja ... 41

2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR A. Sejarah Berdirinya Panti ... 45

B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ... 47

C. Fungsi dan Tugas Lembaga ... 48

D. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga ... 49

E. Penerima Manfaat ... 50

(11)

iv

G. Sarana dan Prasarana Lembaga. ... 57

H. Gender ... 58

I. Struktur Organisasi Lembaga ... 59

J. Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan ... 60

K. Kemitraan dengan pihak luar ... 61

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Informan... 63

1. Pembimbing ... 63

2. Terbimbing ... 65

B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ... 70

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 70

2. Materi Bimbingan ... 72

3. Peran Pembimbing Agama ... 75

4. Akhlak Remaja Terhadap Allah, Terhadap Manusia dan Lingkungan ... 76

C. Metode bimbingan yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di panti... 83

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islamdalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ... 86

1. Faktor Pendukung ... 85

2. Faktor Penghambat ... 87

E. Analisa SWOT pada lembaga ... 88

F. Analisis Hasil Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur . 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013... ... 57

Tabel 2 Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun2013... 58

Tabel 3 Komposii Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013... 60

Tabel 4 Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013... 61

Tabel 5 Tabel Pembimbing Agama Islam... 63

Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin... 65

Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Usia... 65

(13)

vi

LAMPIRAN

1. Transkip wawancara

2. Surat keterangan melakukan penelitian 3. Data siswa PSBR

4. Jadwal kegiatan program pelayanan dan pengembangan penerima manfaat PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta angkatan 1/75 tahun 2014

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman yang serba modern ini, dimana tuntutan hidup semakin

meningkat dan bertambah serta persaingan semakin ketat yang mendorong

orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Bahkan

tidak sedikit yang melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua

atau pembimbing bagi anak-anaknya. Mereka lebih asyik dengan pekerjaan

dan kegiatannya setiap hari, sehingga melalaikan apa yang menjadi tanggung

jawabnya.

Permasalahan sosial yang semakin kompleks serta perkembangan ilmu

dan teknologi yang kian berkembang memiliki dampak atau pengaruhnya

terhadap kehidupan anak didik, baik bersifat negatif ataupun yang positif.

Sehingga dibutuhkan sekali bimbingan khususnya bimbingan agama yang

akan membentuk pribadinya menjadi manusia seutuhnya demi tercapainya

kebahagiaan dunia akhirat.1

Bimbingan diperlukan agar dalam pelaksanaan suatu perbuatan atau

kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan

agama. Oleh karena itu, pemberian pendidikan tentang agama sangat penting

sekali jika dimulai dari masa anak-anak. Karena pada masa itu merupakan

masa perkembangan serta pembentukan kepribadiannya. Dalam hal ini,

1

(15)

pembimbing memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan hal

tersebut. Pembimbing menjadi orang yang paling penting dalam mendidik,

menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang

bermanfaat bagi banyak orang.2

Pemberian bimbingan ditujukan untuk meningkatkan akhlak. Akhlak

merupakan bukti dan buah keimanan. Keimanan tidak ada nilainya tanpa

akhlak, dan akhlak akan berbuah keimanan jika diaplikasikan (diterapkan)

dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak baik akan

menunjukkan kualitas keimanannya baik untuk dirinya sendiri, lingkungan

sekitar, dan tentunya kepada Allah SWT.

Berakhlak mulia merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Hal ini

sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 41 yang

berbunyi:



























































Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”( QS. Al-Hajj: 41)3

2

Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2.

3

(16)

Seseorang yang memiliki akhlak yang baik akan lebih meningkatkan

kualitas ibadahnya dan berlomba-lomba dalam mengerjakan kebajikan.

Akhlak juga merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang

kehadirannya hingga saat sekarang ini semakin dirasakan. Secara historis dan

teologis, akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia

agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan

Muhamamad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan

sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara

lain karena dukungan akhlaknya yang prima.4

Seorang pembimbing agama Islam harus menjadi teladan yang baik

bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik. Sehingga

peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang

dilakukan oleh seorang pembimbing agama Islam tersebut.

Seorang pembimbing agama Islam mengajak peserta didiknya untuk

berakhlak baik. Apabila akhlak seorang pembimbing agama Islam sendiri

tidak terpuji, maka tidak akan ada peserta didik yang akan mau merespon

ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri sebagai seorang

pembimbing agama Islam.

Rasulullah SAW melalui sunnahnya menganjurkan agar pembentukan

dilakukan melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa

tubuh lebih efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa

lisan.

4

(17)

Karena itu Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat Islam, di

setiap zaman dan tempat. Hal ini karena Rasulullah SAW adalah refleksi utuh

dari Al-Qur’an, sebagaimana yang dituturkan Aisyah ketika ditanya mengenai

akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.5

Seorang pembimbing agama Islam yang baik hendaknya mencontoh

kepribadian Nabi Muhammad SAW di semua aspek kehidupannya. Karena

Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah shalihah, dan figur yang sempurna

bagi semua umat manusia di sepanjang masa.

Di antara fenomena yang paling tampak untuk dicontoh dari Nabi

Muhammad SAW adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia,

ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa), dan jihad. Semua itu

beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apapun.6

Adapun tujuan pokok dari bimbingan agama Islam adalah untuk

memberikan bantuan kepada anak didik agar mampu memecahkan kesulitan

yang dialami dengan kemampuan sendiri yang dilandasi atas dorongan

keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Jadi, bimbingan agama

dalam penelitian ini bertujuan untuk membimbing remaja khususnya remaja

di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) agar menjadi muslim sejati,

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman remaja

tentang ajaran Islam. Bimbingan agama juga bertujuan agar remaja memiliki

ketaqwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

5

Fathi Yakan, ISTI’AB: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, Juni 2005 M), cet. 1, h. 121-122.

6

(18)

bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi.7

Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta

Timur, bimbingan agama Islam mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali,

yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara

umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang

kebanyakan hanya tamatan SD. Hal ini sangat memprihatinkan dunia

pendidikan Islam saat ini karena hal tersebut tidak sesuai lagi dengan hakikat

pendidikan, yaitu pendidikan bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi

pendidikan juga harus mampu merubah tingkah laku (akhlak) seseorang dari

akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.8

Menurut Drs. H. Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar

Pedagogik” menyebutkan bahwa pada umur 12-18 tahun disebut fase The

Sense Of Identity, fase ini merupakan fase sadar akan keyakinan dan mencoba

mengidentifikasikan dirinya untuk melakukan peran dan tokoh yang dianggap

baik dan yang mendekati dirinya. Ia menilai dirinya dari segi norma,

sifat-sifatnya maupun hubungan dengan orang lain agar merasa diperhatikan. Oleh

karena itu, ia selalu berusaha menunjukkan identitas dirinya.9

Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yang berada pada umur

15-18 tahun, sedang berada pada fase tersebut. Dimana pada fase of identity,

remaja sedang mencari jati dirinya yang sebenarnya. Segala sesuatu yang

7

Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 18 April 2014.

8

Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 20 Juni 2014

9

(19)

mereka anggap itu baik, akan mereka tunjukkan pada orang disekitarnya agar

mereka mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang yang di

sekelilingnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar asalkan siswa

Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ini diajarkan dan ditanamkan

akhlakul karimah dari seorang pembimbing khususnya pembimbing agama

Islam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

“Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di

Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang

akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan

materi yang dibahas. Penulis membatasi masalah penelitian hanya pada

peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di

Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak terhadap Allah SWT, akhlak

terhadap manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan

akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus

(20)

b. Metode apa yang digunakan pembimbing agama Islam dalam

meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)

Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?

c. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam

dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja

(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dengan jelas peran pembimbing agama Islam dalam

meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)

Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

b. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing agama Islam

dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)

Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembimbing

agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina

Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

2. Manfaat dari penelitan ini:

a. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang di harapkan dalam penelitian ini adalah

dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu yang

didapat selama proses perkuliahan. Manfaat lainnya adalah untuk

menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian mahasiswa

(21)

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak Panti Sosial

Bina Remaja (PSBR) untuk mengetahui pentingnya upaya pembimbing

agama dalam meningkatkan akhlak remaja, serta untuk mengetahui

bentuk bimbingan agama, materi bimbingan dan metode yang dapat

digunakan dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina

Remaja (PSBR. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

masyarakat untuk mengetahui tentang perlunya kerjasama antara orang

tua, pihak panti, dan masyarakat dalam bersama-sama membimbing

akhlak remaja.

D. Tinjauan Pustaka

1. Muhammad Nuh, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2012, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Di

Kementerian Agama Dalam Membina Akhlak Umat Pada Masyarakat

Kota Tangerang”. Peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina

akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai animasi

sosial, pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai

informasi. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama

dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah

yang pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua

penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya

kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan

tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan

(22)

Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkan bentuk pembinaan

akhlak pada masyarakat Kota Tangerang yaitu dengan menyesuaikan

terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat. Dan pembinaan akhlak yang

baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus menerus. Baik dengan

cara pembinaan melalui orang lain maupun pembinaan diri sendiri tanpa

harus dituntun orang lain. Karena hidup ditengah krisis kehidupan seperti

sekarang ini, pembinaan akhlak harus lebih gencar dilakukan agar tidak

terjebak di dalam keterpurukan moral dan agar dapat menjadi individu

yang berakhlak mulia.

Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut adalah pada kegiatan

pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Penyuluh dari Kementerian Agama

tidak terlalu berbeda dengan ceramah-ceramah agama pada umumnya, jadi

lebih bagus lagi penulis memberikan ciri khas dalam memberikan

penyuluhan terhadap masyarakat, agar masyarakat bisa tau bahwa yang

sedang memberikan penyuluh itu adalah Penyuluh dari kementerian

agama.

2. Rike Aryana, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Agama Dalam

Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami

Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Peran penyuluh agama dalam pembinaan

akhlak bagi anak pemulung Di Yayasan Media Amal Islami adalah sebagai

perubahan perilaku sebagai inisiator, sebagai fasilitator. Sebagai motivator,

(23)

agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah bil haal, dakwah bil

hikmah dan pendekatan persuasif.

Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu Faktor pendukung dalam

pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh agama yang

tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana dan prasarana yang

menunjang untuk kelancaran proses kegiatan pembinaan tersebut. faktor

penghambatnya pertama faktor internal yaitu mulai dari anak-anak

pemulung yang malas dan tidak adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh

agama. Sedangkan faktor internal yaitu ada pihak non muslim yang punya

kepentingan untuk memanfatkan situasi dan kondisi dari anak-anak

pemulung, faktor cuaca, kurangnya peran aktif dari pemerintah dan

financial yang tersendat.

Kekurangan dalam pembahasan skripsi peran penyuluh agama dalam

pembinaan akhlak bagi anak pemulung penulis alangkah bagusnya

menjelaskan bahwa memulung bukan pekerjaan yang hina dan dinilai

negatif, dan dapat mengembalikan reputasi pemulung yang buruk menjadi

yang baik memulung bukan suatu pekerjaan yang sia-sia dan meresahkan

masyarakat.

Berbeda dengan kedua penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan

pada “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Ahklak di Panti

Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi

ini membahas Peran pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina

Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak

(24)

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam

pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab

permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk

menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan

sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang

diteliti.10

1. Pendekatan Penelitian

Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan,

juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang

wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan

menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya

tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah

pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya)

dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika

pendekatan tersebut.11

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian

deskriptif, seperti perkataan orang dan prilaku yang diamati.12

10

Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, edisi refisi, h. 4

11

LexyJ. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Hal3.

12

(25)

Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.13 Dengan menggunakan

penelitian kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk

menyampaikan informasi yang sebanyak- banyaknya dan tidak terbatas

pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan

wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang

seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.14

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja

Bambu Apus Jl. PPA. No. 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta timur 13890.

(dekat jalur terminal Kp. Rambutan dan TMII) Tlp. 8445547 fax.

021-84591257. Adapun pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 8 April

2014 sampai dengan 23 September 2014. Adapun alasan pemilihan lokasi

tersebut menariknya

a. PSBR menyediakan pendidikan setara paket A(SD), B(SMP) dan C

(SMA). Di berikan kepada anak-anak yang sudah tidak bersekolah 2-4

tahun, didaftarkan secara gratis. Jadi disamping mereka mengikuti

keterampilan yang ada di panti mereka juga mendapatkan ijazah paket

13

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1

14

(26)

yang diambil tersebut. Setiap tahunnya ada 30 anak PSBR mengikuti

program penyetaraan paket A,B,C Tersebut.

b. PSBR menampung anak yang ingin masuk TKW. Karena mereka

belum cukup umur selanjutnya mereka di bimbing dulu di PSBR

supaya ada keterampilan.

3. Subyek dan Obyek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah pembimbing agama Islam yang

berjumlah dua orang dan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remaja

(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Penulis menentukan

subyek penelitian tersebut karena pada lembaga tersebut terdapat dua

orang pembimbing agama Islam, sehingga penulis dapat memperoleh data

yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul penelitian. Lalu

dengan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remja (PSBR), penulis

mengambil subyek demikian karena sesuai dengan kriteria yang penulis

harapkan yaitu Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti

adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang

betul-betul diambil dengan benar memilih ciri-ciri dari populasi yang ada.15maka

dari itu, penulis menentukan sampel berdasarkan pada karakteristik

tertentu yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan karakteristik

populasi yan sudah di ketahui sebelumnya. Karakteristik subjek yang

ditentukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

15

(27)

a. Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia

15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari s/d

Juni 2014.

b. Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan.

Berdasarkan ketersediaan subjek yang sesuai dengan karakteristik

dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini, maka peneliti memutuskan

memilih sepuluh orang remaja PSBR

Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu upaya

pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak di Panti Sosial Bina

Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Sumber data dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian yaitu

pembimbing agama Islam dan remaja-remaja di panti.

b) Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa

catatan-catatan atau dokumen.

4. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi

Dalam hal ini metode observasi adalah pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan. Dalam melakukan observasi peneliti melakukan

pengamatan secara langsung terhadap upaya yang dilakukan para

pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak terhadap para

terbimbing di lingkungan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu

(28)

b) Wawancara

Yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada pembimbing agama

Islam yaitu Bapak Junaedi S. Pd. I dan Bapak Drs. H. Muhammad

Imron Rosyadi untuk memperoleh kelengkapan data. Sebelumnya

penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan

yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai pedoman wawancara

yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini

dibantu dengan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil

wawancara dan mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara

berlangsung.

c) Dokumentasi

Yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki PSBR

5. Teknik Analisis Data

Ada berbagai cara untuk menganalisi data, tetapi secara garis besar

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait

upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di

PSBR.

b) Penyajian data, setelah data mengenai upaya pembimbing agama Islam

dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR terkumpul atau diperoleh,

maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik,

(29)

c) Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan

menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk

menarik kesimpulan.16

6. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu

pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid

Nasuhi DKK, diterbitkan oleh CEQDA ( Center Of Quality Development

and Assurance) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik

dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai

bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam

bahasan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis, yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini. Yaitu memuat tentang pengertian (peran pembimbing agama

Islam: pengertian peran, syarat-syarat pembimbing agama Islam,

tugas dan tanggung jawab pembimbing agama Islam), (akhlak

16

(30)

remaja: pengertian akhlak, ruang lingkup ajaran akhlak),

(pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja).

BAB III :Gambaran umum panti sosial bina remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur, meliputi sejarah berdirinya, visi, misi, dan

tujuan, fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan,

tahap-tahap pelayanan, prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan

prasarana, jaringan kerja pelayanan, struktur organisasi.

BAB IV : Hasil Temuan Data dan Analisa Data mengenai: identifikasi informan, temuan dan analisis hasil penelitian.

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dan saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

(31)

18

LANDASAN TEORI

A. Peran Pembimbing Agama Islam 1. Pengertian Peran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa tingkah

laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.1

Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.2

Sedangkan menurut David Berry mendefinisikan peran sebagai

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati

kedudukan sosial tertentu.3 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh

Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang

diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.4Adapun

menurut Soerjono Soekanto dari sebuah bukunya, “peran dapat dikatakan

sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.5

Dari beberapa definisi diatas penulis yang dimaksud peran adalah suatu

yang penting kedudukannya dimasyarakat dan didalam kehidupan

masyarakat. Peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi social dan

1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 84

2

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115

3

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1995), Cet, ke-3, h. 99

4Sabi’ah,

KonsepDiri, FakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara, h. 6

5

(32)

dalam interaksi social tersebut munculah perilaku. Perilaku yang diharapkan

dapat berguna untuk membimbing atau mengarahkan masyarakat untuk

menjadi lebih baik. Begitu pula yang dilakukan pembimbing agama Islam di

Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

mereka memberikan bimbingan agama dalam meningkatkan akhlak remaja

sesuai dengan materi atau pokok pembahasan yang diinginkan oleh remaja

itu sendiri. Selain itu para pembimbing agama Islam juga memberikan contoh

langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau

lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti wudhu, salat, mengaji dan

membaca doa-doa setiap hari.

2. Pengertian Pembimbing Agama

Dalam kamus bahasa Indonesia, “pembimbing” menurut bahasa berarti

“pemimpin” atau “penuntun”. Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang

artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi

pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”.

Pemimpin, penuntun, merupakan sesuatu yang dipakai untuk membimbing.

Kalimat tersebut menjadi arti “seseorang yang memberikan bimbingan atau

tuntunan” arti tersebut di sesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang di

miliki.6 Kata “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang

mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun atau membantu.7

6

W. J. S. Poerwardarminta, Kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Cet. Ke-7. h. 427

7

(33)

Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa

orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri

dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.8

Sementara itu, Winkel mendefinisikan bimbingan:

a. Usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman,

dan informasi tentang dirinya sendiri.

b. Cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami

dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan

yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.

c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat

menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun

rencana dengan realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri

dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka hidup.

d. Proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam

hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang

dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan

8

(34)

menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan

lingkungan.9

Menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau pertolongan

yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari

atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau

sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan dalam

hidupnya.10

Dari berbagai defenisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa

pembimbing adalah seseorang yang memberikan proses bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu tersebut

dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang

diharapkannya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bimbingan yaitu

sebagai berikut:

1. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang

lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu” berarti dalam

bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian

peranan individu ke arah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi,

pembimbing tidak ikut menentukan pilihan atau mengambil keputusan dari

orang yang dibimbingnya. Orang yang menentukan pilihan atau keputusan

adalah individu itu sendiri.

9

Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 79-83

10

(35)

2. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang tetapi

prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau

benar-benar yang harus dibantu.

3. Bimbingan merupakan suatu proses kontinu dan terarah pada tujuan.

Artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu dan secara

kebetulan.

4. Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan

dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat

lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima

keadaan dirinya, dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan

kemampuannya.

5. Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara

harmonis dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.11

Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu

mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai berikut:

a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi

b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi

yang baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan

orang lain.12

11

Hamdani, Bmbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 83-84

12

(36)

Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban

yang bertalian dengan kepercayaan itu.13 Agama adalah wahyu Tuhan yang

merupakan petunjuk bagi manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.14

Agama dalam perspektif sosiologi merupakan sebuah sistem

kepercayaan (beliefe sytem). Agama dengan sendirinya menjadi acuan moral

bagi tindakan manusia, karena agama adalah gejala yang begitu sering terjadi

dimana-mana.15

Bimbingan dalam agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk

menyiapakan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau

latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan antar umat beragama dan bermasyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional.16

Menurut WS. Winkel dan M.M. Sri Hastuti tujuan pelayanan

bimbingan adalah:

1. Supaya sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri.

2. Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin.

3. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.

13

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 9

14

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke- 4 h. 214

15

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 119

16

(37)

4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan

berpedoman kepada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik

padanya.

5. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara

memuaskan.17

Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh Tohirin

merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut:

1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai

(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan

pencerahan taufiq dan hidayahnya (mardhiyah).

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah

laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri, lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun

lingkungan sosial beserta alam sekitarnya.18

Aunur Rahim Faqih mengemukakan tujuan bimbingan agama Islam

sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan secara khusus

yang dirumuskan sebagai berikut:

17

W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 31.

18

(38)

1. Tujuan umum

Tujuan umum bimbingan agama Islam adalah untuk membantu individu

mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan

dunia akhirat.19

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus bimbingan agama Islam adalah untuk Membantu

individu mengatasi masalah yang sering di hadapinya, membantu individu

memelihara dalam mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang

telah baik agar tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah

bagi dirinya dan orang lain.

Menurut Abu Ahmadi, ada tiga tujuan diadakannya bimbingan, yaitu:

a. Untuk memelihara dan membina suasana serta kondisi yang baik.

b. Pencegahan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

c. Perbaikan atau penyembuhan dalam mengatasi suatu masalah.20

Anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan

selalu ingin mendapatkan bimbingan dari orang tua, walaupun keinginannya

itu tidak dikemukakan secara terbuka. Keadaan tersebut menghendaki para

orang tua selalu memberikan bimbingan dan memperhatikan pendidikan

anak-anaknya.

19

Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Ui Press, 2001), Cet. Ke-2, H. 31

20

(39)

Bimbingan agama yang dilakukan akan memberi pengaruh bagi

pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya

pengaruh tersebut sangat tergantung pada motivasi anak untuk memahami

nilai-nilai agama sebab bimbingan & agama pada hakikatnya merupakan

penanaman nilai keagamaan. Oleh karena itu, bimbingan agama lebih

dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan

tuntutan agama.

3. Syarat Pembimbing Agama

Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan

sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:

a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,

baik dari segi teori maupun segi praktik.

b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil

tindakan yang bijaksana. Pembimbing harus cukup dewasa secara

psikologis dengan adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,

terutama dalam hal emosi.21

c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani

dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan

tugasnya.

d. Seorang pembimbing harus memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya dan

juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.

21

(40)

e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha

bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih

sempurna.

f. Seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan.

g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat

menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dengan

sebaik-baiknya.22

Sesuai dengan persyaratan atau kemampuan yang harus dimiliki

pembimbing dan konselor agama (Islam) tersebut, maka M. Arifin

sebagaimana dikutip oleh M. Lutfi merumuskan syarat-syaratnya sebagai

berikut:

a. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan

mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious) yang

konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang dikagumi) sebagai

muslim sejati, baik lahir maupun batin di kalangan orang yang

dibimbingnya.23

b. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang

dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya.

c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas

terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi

masyarakat yang selalu berubah-ubah.

22

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004), h. 41.

23

(41)

d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang

memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).

e. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama

dengan klien dan pihak lain dalam kesatuan tugas atau profesinya.

f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai ke Islaman dan

kemanusiaan. Klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal yang

memiliki harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan.

g. Memiliki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki

kemampuan dasar (potensi) yang mungkin dikembangkan menjadi lebih

baik.24

h. Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap klien,

sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan masalahnya.

i. Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah apalagi putus

asa dalam menghadapi kesulitan- kesulitan tugas.

j. Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua kesulitan

yang disampaikan klien.

k. Memiliki watak dan keribadian yang familiar, sehingga setiap klien yang

menggunakan jasanya merasa terkesan dan kagum dengan cara-cara

pelayanannya.

l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga ada

upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang ada

dalam masyarakat.

24

(42)

m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh sehingga mempunyai

kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah

mental/rohaniyah yang dirasakan klien.

n. Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam

menjalankan tugas dan profesinya.

Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain

sebagai berikut:

a. Bertawakal dan mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT.

b. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan

untuk diberikan bantuan.

c. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi

diri dan si terbantu.

d. Retorika yang baik, sehingga dapat mengatasi keraguan si terbantu dan

dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.

e. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum

wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.25

4. Tugas Pembimbing Agama

Tugas pembimbing adalah membimbing dan mengenalkan kebutuhan

atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi

berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan

25 Elfi Mu’awanah Dan Rifa Hidayah,

(43)

pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada peserta didik, serta

senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.26

Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas

pembimbing yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,

mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah

SWT.

Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah membimbing dan

mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai agama ke dalam pribadi

anak didiknya. Yang menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap

mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Pembimbing agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara

lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan

menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran

agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini,

seorang pembimbing bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara:

a. Bekerja sama dengan murid.

b. Bekerja sama dengan orang tua murid.

c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan masyarakat.

d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan

anak bimbingannnya.27

26

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 44

27

(44)

Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah

melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas

pokok pembimbing adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah.

b. Merangsang dan mendidik karyawan sekolah agar memahami dan

menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolahnya.

c. Melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat khusus pada saat

tertentu.28

Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor berperan

atau berfungsi sebagai “juru dakwah” atau “muballigh” yang mengemban

tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-tengah

kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, agar

diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Islam,

pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan kliennya agar masuk ke

ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.29

Dalam psikoterapi berwawasan Islam menyatakan bahwa pembimbing

mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan rohani

klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah,

berefek sosial, dan bermuatan teologis tidak semata-mata bersifat

kemanusiaan.30.

28

Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 76

29

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 158

30

(45)

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang

berarti: (a) perangai, tabi’at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b)

kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun

pengertian akhlak secara terminologis dapat dilihat pada pernyataan

ulama. Para ulama telah banyak mendefenisikan mengenai pengertian

akhlak, diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak.

Beliau mendefinisikan mengenai pengertian akhlak akhlak adalah keadaan

jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam

Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak

adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.31

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab

akhlak. Bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis

antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Dalam

kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan

(perilaku, tingkah laku), mungkin baik, mungkin buruk.32 Hal ini

dikarenakan bahwa akhlak ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan

31

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151.

32

(46)

seseorang kepada Allah SWT. Jika iman seseorang sedang bertambah,

maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman

seseorang sedang berkurang, maka akhlak yang muncul adalah akhlak

yang buruk.

Menurut konsep Ibnu Miskawaih, akhlak ialah suatu sikap mental atau

keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan

pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur,

yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.33

Secara etimologi kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari dari kata

“khuluq” yang mengandung pengertian pada tabiat dan sikap yang

ditunjukkan melalui perbuatan keseharian.

Menurut Y. S Marjo menjelaskan bahwa, “akhlak ialah sikap yang

digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari

manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap manusia ataupun terhadap

dirinya sendiri.”34

Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu

33

Zar Sijaruddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 135

34

(47)

perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,

tidur, mabuk, atau gila.

Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri

orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau bersandiwara.35 Jadi,

apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada dalam perbuatan atau

sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.

2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak

Menurut Heny Narendrany Hidayati, bahwa akhlak Islam adalah sama

dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan

dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai

aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, hingga kepada sesama

makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak

bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak pada paparan berikut ini:36

a. Akhlak terhadap Allah SWT

Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk

kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki

ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah dijelaskan diatas.

35

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151-152

36

(48)

Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam berakhlak kepada

Allah diantaranya: tauhid, ibadah/shalat, puasa, taubat, ikhlas,

bersyukur, tawakal, ridha Allah, rendah hati, amal saleh, cinta ilmu,

muru’ah.

Abuddin Natta menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan

mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yaitu:

Pertama, karena Allah SWT yang telah menciptakan manusia. Dia

menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari antara

tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah SWT

mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian di

proses menjadi benih yang disimpan ditempat yang kokoh (rahim).

Setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang

dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan

demikian, sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang

menciptakannya.

Kedua, karena Allah SWT yang telah memberikan perlengkapan

pancaindera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati

sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna.

Perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu

mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan dan pendengaran

adalah sarana observasi, dengan bantuan akal mampu untuk

mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses

(49)

penciptanya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan

panca indera tersebut menurut ketentuan-ketentuan yang telah

digariskan oleh Allah Swt.

Ketiga, karena Allah SWT yang telah menyediakan berbagai bahan

dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti

bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,

binatang ternak dan sebagainya.

Keempat, Allah SWT yang memuliakan manusia dengan

diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka,

dengan kemampuan Allah SWT berikan kepada manusia, seharusnya

dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk

melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat (bahaya) bagi

banyak orang.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah

SWT. Diantaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa

kepada-Nya, mencintai-kepada-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan

bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, yaitu

dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri

manusia.

Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap

Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.37

Kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya

37

(50)

akan membentuk pendidikan keagamaan, diantara nilai-nilai ketuhanan

yang sangat mendasar ialah:

1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi

tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus

meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh

kepercayaan kepadanya.

2. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah SWT

senantiasa hadir atau bersama manusia diamanapun manusia berada.

Karena Allah SWT selalu mengawasi manusia, maka manusia harus

berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik

mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak dengan

setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.

3. Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah SWT selalu

mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya

sesuatu yang diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga diri

dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Taqwa inilah yang mendasari

budi pekerti luhur (al-akhlaqul karimah).

4. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam suatu perbuatan, semata-mata demi

memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin,

tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusa akan mampu

mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik

(51)

5. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah SWT dengan

penuh harapan kepadanya dan keyakinan

Gambar

Tabel 1 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013.............. ........ 57
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PANTI SOSIAL BINA REMAJA
Tabel 18 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013
TABEL 29 Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran pembimbing agama dalam membina akhlak remaja di Rumah Yatim Arrohman cilandak adalah berjalan dengan baik

Dalam kegiatan pembinaan oleh pekerja sosial kepada remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Rumbai banyak faktor yang menjadi penghambat dalam

Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Majar Tabela Kota Palangka Raya telah dilakukan yang dapat disimpulkan bentuk pemberdayaan

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Remaja Bermasalah dan Petugas Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Budi Satria.. Provinsi Kalimantan

Persepsi warga belajar terhadap pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Rumbai Pekanbaru, dari data penelitian pada

Tahap Pra Pelayanan Dalam Panti Tahap pendekatan awal merupakan tahap sosialisasi program pembinaan di PSBR Rumbai kepada masyarakat dan calon siswa (remaja putus

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “Upaya Pembinaan Remaja Putus Sekolah Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ”Mardi Karya Utama”

Tahap Pra Pelayanan Dalam Panti Tahap pendekatan awal merupakan tahap sosialisasi program pembinaan di PSBR Rumbai kepada masyarakat dan calon siswa (remaja putus