CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh : ZURAIDA NIM 1110052000040
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
AKHLAK RDMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS
CIPAYUNG JAKARTA TIMI,]R
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh :
ZI]RAIDA
J NIM 1110052000040JT'RUSAN BIMBINGAN DAI\I PET{YULT'HAN ISLAM
FAKI]LTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMI]NIKASI
LNMRSITAS
ISLAM NEGERT (UrN) SYARIF HIDAYA-TULLAH JAKARTADengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.t) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.3.
Jika di kemudian hari terbulti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Meningkatkan
Akhlak
RemajaDi
Panti Sosial Bina Remaja Bambu ApurCipayung Jrkarta Timur telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Iknu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi LJIN Syarif Hidayatulah Jakarta" pada hari Jumat, 12 Desember 2014. Skripsi
ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untukgremperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dao Penyduhan Islam.
Jallarta, 12 Desember 20 I 4
gidang Munaqasyah
Anggota p Anggota
Dns. Jumroni, M.Si
NrP. 196305rs 199203
I 006
arto, MA
60806 199603 I 001
Anggota
Dra.Rini Drs. Su arto, MA
0806 199603 I 001
NIP. 1 NIP. 19
Pembimbing
Lc,MA
Drs. S
Prihatini, M.Si 199503 2 003
i
ABSTRAK
ZURAIDA 1110052000040
Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing: Fauzun Jamal, Lc, MA
Pembimbing agama memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan akhlak remaja. Disamping itu pembimbing agama menjadi orang yang penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun remaja ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam melaksananakan perannya tersebut, pembimbing agama menempuh upaya tertentu dalam rangka meningkatkan akhlak remaja. Berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pembimbing agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang ingin diharapkan. Sehingga penelitian peran yang dilakukan pembimbing agama Islam merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Permasalahan pokok adalah penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama remaja tentang ajaran Islam. Disini mereka mendapatkan bimbingan di Panti mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Perumusan masalah dalam penelitian ini mencakup peran yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR metode yang digunakan dan faktor pendukung serta penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja pada panti tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing agama Islam dan tujuh orang remaja panti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja yaitu menjelaskan keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang yang berakhlak buruk, memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk dan memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja binaan. Metode yang digunakan pembimbing agama Islam terdiri dari metode ceramah, diskusi, tanya jawab bimbingan baca Al-Qur’an dan praktik. Adapun faktor pendukungnya, pembimbing yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai, adanya pengawasan dari orang tua asuh, terbangunnya kesadaran dari remaja untuk memperbaiki diri serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah waktu penyampaian materi yang tidak cukup begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat dan kurangnya tenaga pembimbing agama Islam di panti tersebut.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.
Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.”
Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kedua orang tua
saya, Ayahanda Bakhmizon dan Ibunda Nur’aini yang selama ini telah
memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa
ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa di setiap penghujung malam,
dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun
materil, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Wakil Dekan
bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan
iii
sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu
memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do’a kepada penulis.
3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara
administratif.
4. Bapak H. Fauzun Jamal LC., MA selaku Dosen Pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) dan khususnya dosen jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan
Islam (BPI) FIDKOM yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman baru kepada penulis.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan
iv
dan pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010
selama 4 tahun.
8. Seluruh pejabat dan staf Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
(PSBR) Jakarta Timur yang dengan ramah telah menyilahkan peneliti
untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Secara khusus terimakasih
dihaturkan pada Bapak Junaidi dan Bapak Imron yang selalu meluangkan
waktu untuk wawancara, juga staf yang sangat rajin dan cekatan dalam
menanggapi semua keperluan adminisntrasi peneliti.
9. Adikku tersayang, Mukhlis dan Rafi’ah A’lawiyah, yang tak henti
menunjukkan rasa sayang pada peneliti, serta menjadi alasan terbaik bagi
peneliti agar terus berusaha maksimal dalam meraih cita-cita.
10.Ibu guru TK Salman, Ibu Umi, ibu Eni, Ibu Yanti, Ibu Mumun, Ibu
Mimin, Ibu Faridah, Ibu Hani selalu memberikan dukungan, motivasi dan
nasihat positif.
11.Teman-teman kampus: Aditia, Haula, Mela, Deuis, Sri, Fitri, Ayu, Indah,
Elva, Jannah, Ela, Ucup, Ida dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya
dalam proses merampungkan skripsi.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis
mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang
v
Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Jakarta, 1 Desember 2014
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan Pustaka ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama Islam ... 18
1. Pengertian Peran ... 18
2. Pengertian Pembimbing Agama Islam ... 19
3. Syarat-Syarat Pembimbing Agama Islam ... 26
4. Tugas Pembimbing Agama Islam ... 29
B. Akhlak ... 32
1. Pengertian Akhlak ... 32
2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak ... 34
C. Remaja ... 41
1. Pengertian Remaja ... 41
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 43
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR A. Sejarah Berdirinya Panti ... 45
B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ... 47
C. Fungsi dan Tugas Lembaga ... 48
D. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga ... 49
E. Penerima Manfaat ... 50
iv
G. Sarana dan Prasarana Lembaga. ... 57
H. Gender ... 58
I. Struktur Organisasi Lembaga ... 59
J. Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan ... 60
K. Kemitraan dengan pihak luar ... 61
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Informan... 63
1. Pembimbing ... 63
2. Terbimbing ... 65
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ... 70
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 70
2. Materi Bimbingan ... 72
3. Peran Pembimbing Agama ... 75
4. Akhlak Remaja Terhadap Allah, Terhadap Manusia dan Lingkungan ... 76
C. Metode bimbingan yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di panti... 83
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islamdalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ... 86
1. Faktor Pendukung ... 85
2. Faktor Penghambat ... 87
E. Analisa SWOT pada lembaga ... 88
F. Analisis Hasil Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur . 95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013... ... 57
Tabel 2 Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun2013... 58
Tabel 3 Komposii Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013... 60
Tabel 4 Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013... 61
Tabel 5 Tabel Pembimbing Agama Islam... 63
Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin... 65
Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Usia... 65
vi
LAMPIRAN
1. Transkip wawancara
2. Surat keterangan melakukan penelitian 3. Data siswa PSBR
4. Jadwal kegiatan program pelayanan dan pengembangan penerima manfaat PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta angkatan 1/75 tahun 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang serba modern ini, dimana tuntutan hidup semakin
meningkat dan bertambah serta persaingan semakin ketat yang mendorong
orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Bahkan
tidak sedikit yang melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua
atau pembimbing bagi anak-anaknya. Mereka lebih asyik dengan pekerjaan
dan kegiatannya setiap hari, sehingga melalaikan apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
Permasalahan sosial yang semakin kompleks serta perkembangan ilmu
dan teknologi yang kian berkembang memiliki dampak atau pengaruhnya
terhadap kehidupan anak didik, baik bersifat negatif ataupun yang positif.
Sehingga dibutuhkan sekali bimbingan khususnya bimbingan agama yang
akan membentuk pribadinya menjadi manusia seutuhnya demi tercapainya
kebahagiaan dunia akhirat.1
Bimbingan diperlukan agar dalam pelaksanaan suatu perbuatan atau
kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan
agama. Oleh karena itu, pemberian pendidikan tentang agama sangat penting
sekali jika dimulai dari masa anak-anak. Karena pada masa itu merupakan
masa perkembangan serta pembentukan kepribadiannya. Dalam hal ini,
1
pembimbing memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan hal
tersebut. Pembimbing menjadi orang yang paling penting dalam mendidik,
menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang
bermanfaat bagi banyak orang.2
Pemberian bimbingan ditujukan untuk meningkatkan akhlak. Akhlak
merupakan bukti dan buah keimanan. Keimanan tidak ada nilainya tanpa
akhlak, dan akhlak akan berbuah keimanan jika diaplikasikan (diterapkan)
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak baik akan
menunjukkan kualitas keimanannya baik untuk dirinya sendiri, lingkungan
sekitar, dan tentunya kepada Allah SWT.
Berakhlak mulia merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Hal ini
sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 41 yang
berbunyi:
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”( QS. Al-Hajj: 41)3
2
Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2.
3
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik akan lebih meningkatkan
kualitas ibadahnya dan berlomba-lomba dalam mengerjakan kebajikan.
Akhlak juga merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadirannya hingga saat sekarang ini semakin dirasakan. Secara historis dan
teologis, akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia
agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhamamad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara
lain karena dukungan akhlaknya yang prima.4
Seorang pembimbing agama Islam harus menjadi teladan yang baik
bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik. Sehingga
peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang
dilakukan oleh seorang pembimbing agama Islam tersebut.
Seorang pembimbing agama Islam mengajak peserta didiknya untuk
berakhlak baik. Apabila akhlak seorang pembimbing agama Islam sendiri
tidak terpuji, maka tidak akan ada peserta didik yang akan mau merespon
ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri sebagai seorang
pembimbing agama Islam.
Rasulullah SAW melalui sunnahnya menganjurkan agar pembentukan
dilakukan melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa
tubuh lebih efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa
lisan.
4
Karena itu Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat Islam, di
setiap zaman dan tempat. Hal ini karena Rasulullah SAW adalah refleksi utuh
dari Al-Qur’an, sebagaimana yang dituturkan Aisyah ketika ditanya mengenai
akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.5
Seorang pembimbing agama Islam yang baik hendaknya mencontoh
kepribadian Nabi Muhammad SAW di semua aspek kehidupannya. Karena
Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah shalihah, dan figur yang sempurna
bagi semua umat manusia di sepanjang masa.
Di antara fenomena yang paling tampak untuk dicontoh dari Nabi
Muhammad SAW adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia,
ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa), dan jihad. Semua itu
beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apapun.6
Adapun tujuan pokok dari bimbingan agama Islam adalah untuk
memberikan bantuan kepada anak didik agar mampu memecahkan kesulitan
yang dialami dengan kemampuan sendiri yang dilandasi atas dorongan
keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Jadi, bimbingan agama
dalam penelitian ini bertujuan untuk membimbing remaja khususnya remaja
di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) agar menjadi muslim sejati,
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman remaja
tentang ajaran Islam. Bimbingan agama juga bertujuan agar remaja memiliki
ketaqwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
5
Fathi Yakan, ISTI’AB: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, Juni 2005 M), cet. 1, h. 121-122.
6
bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.7
Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta
Timur, bimbingan agama Islam mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali,
yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara
umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang
kebanyakan hanya tamatan SD. Hal ini sangat memprihatinkan dunia
pendidikan Islam saat ini karena hal tersebut tidak sesuai lagi dengan hakikat
pendidikan, yaitu pendidikan bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi
pendidikan juga harus mampu merubah tingkah laku (akhlak) seseorang dari
akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.8
Menurut Drs. H. Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar
Pedagogik” menyebutkan bahwa pada umur 12-18 tahun disebut fase The
Sense Of Identity, fase ini merupakan fase sadar akan keyakinan dan mencoba
mengidentifikasikan dirinya untuk melakukan peran dan tokoh yang dianggap
baik dan yang mendekati dirinya. Ia menilai dirinya dari segi norma,
sifat-sifatnya maupun hubungan dengan orang lain agar merasa diperhatikan. Oleh
karena itu, ia selalu berusaha menunjukkan identitas dirinya.9
Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yang berada pada umur
15-18 tahun, sedang berada pada fase tersebut. Dimana pada fase of identity,
remaja sedang mencari jati dirinya yang sebenarnya. Segala sesuatu yang
7
Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 18 April 2014.
8
Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 20 Juni 2014
9
mereka anggap itu baik, akan mereka tunjukkan pada orang disekitarnya agar
mereka mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang yang di
sekelilingnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar asalkan siswa
Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ini diajarkan dan ditanamkan
akhlakul karimah dari seorang pembimbing khususnya pembimbing agama
Islam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang
akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan
materi yang dibahas. Penulis membatasi masalah penelitian hanya pada
peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak terhadap Allah SWT, akhlak
terhadap manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan
akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
b. Metode apa yang digunakan pembimbing agama Islam dalam
meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dengan jelas peran pembimbing agama Islam dalam
meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing agama Islam
dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembimbing
agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
2. Manfaat dari penelitan ini:
a. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang di harapkan dalam penelitian ini adalah
dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu yang
didapat selama proses perkuliahan. Manfaat lainnya adalah untuk
menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian mahasiswa
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak Panti Sosial
Bina Remaja (PSBR) untuk mengetahui pentingnya upaya pembimbing
agama dalam meningkatkan akhlak remaja, serta untuk mengetahui
bentuk bimbingan agama, materi bimbingan dan metode yang dapat
digunakan dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
masyarakat untuk mengetahui tentang perlunya kerjasama antara orang
tua, pihak panti, dan masyarakat dalam bersama-sama membimbing
akhlak remaja.
D. Tinjauan Pustaka
1. Muhammad Nuh, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2012, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Di
Kementerian Agama Dalam Membina Akhlak Umat Pada Masyarakat
Kota Tangerang”. Peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina
akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai animasi
sosial, pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai
informasi. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama
dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah
yang pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua
penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan
tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan
Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkan bentuk pembinaan
akhlak pada masyarakat Kota Tangerang yaitu dengan menyesuaikan
terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat. Dan pembinaan akhlak yang
baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus menerus. Baik dengan
cara pembinaan melalui orang lain maupun pembinaan diri sendiri tanpa
harus dituntun orang lain. Karena hidup ditengah krisis kehidupan seperti
sekarang ini, pembinaan akhlak harus lebih gencar dilakukan agar tidak
terjebak di dalam keterpurukan moral dan agar dapat menjadi individu
yang berakhlak mulia.
Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut adalah pada kegiatan
pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Penyuluh dari Kementerian Agama
tidak terlalu berbeda dengan ceramah-ceramah agama pada umumnya, jadi
lebih bagus lagi penulis memberikan ciri khas dalam memberikan
penyuluhan terhadap masyarakat, agar masyarakat bisa tau bahwa yang
sedang memberikan penyuluh itu adalah Penyuluh dari kementerian
agama.
2. Rike Aryana, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Agama Dalam
Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Peran penyuluh agama dalam pembinaan
akhlak bagi anak pemulung Di Yayasan Media Amal Islami adalah sebagai
perubahan perilaku sebagai inisiator, sebagai fasilitator. Sebagai motivator,
agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah bil haal, dakwah bil
hikmah dan pendekatan persuasif.
Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu Faktor pendukung dalam
pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh agama yang
tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana dan prasarana yang
menunjang untuk kelancaran proses kegiatan pembinaan tersebut. faktor
penghambatnya pertama faktor internal yaitu mulai dari anak-anak
pemulung yang malas dan tidak adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh
agama. Sedangkan faktor internal yaitu ada pihak non muslim yang punya
kepentingan untuk memanfatkan situasi dan kondisi dari anak-anak
pemulung, faktor cuaca, kurangnya peran aktif dari pemerintah dan
financial yang tersendat.
Kekurangan dalam pembahasan skripsi peran penyuluh agama dalam
pembinaan akhlak bagi anak pemulung penulis alangkah bagusnya
menjelaskan bahwa memulung bukan pekerjaan yang hina dan dinilai
negatif, dan dapat mengembalikan reputasi pemulung yang buruk menjadi
yang baik memulung bukan suatu pekerjaan yang sia-sia dan meresahkan
masyarakat.
Berbeda dengan kedua penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan
pada “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Ahklak di Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi
ini membahas Peran pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab
permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk
menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan
sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang
diteliti.10
1. Pendekatan Penelitian
Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan,
juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang
wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan
menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya
tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah
pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya)
dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika
pendekatan tersebut.11
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian
deskriptif, seperti perkataan orang dan prilaku yang diamati.12
10
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, edisi refisi, h. 4
11
LexyJ. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Hal3.
12
Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.13 Dengan menggunakan
penelitian kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk
menyampaikan informasi yang sebanyak- banyaknya dan tidak terbatas
pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan
wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang
seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.14
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus Jl. PPA. No. 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta timur 13890.
(dekat jalur terminal Kp. Rambutan dan TMII) Tlp. 8445547 fax.
021-84591257. Adapun pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 8 April
2014 sampai dengan 23 September 2014. Adapun alasan pemilihan lokasi
tersebut menariknya
a. PSBR menyediakan pendidikan setara paket A(SD), B(SMP) dan C
(SMA). Di berikan kepada anak-anak yang sudah tidak bersekolah 2-4
tahun, didaftarkan secara gratis. Jadi disamping mereka mengikuti
keterampilan yang ada di panti mereka juga mendapatkan ijazah paket
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1
14
yang diambil tersebut. Setiap tahunnya ada 30 anak PSBR mengikuti
program penyetaraan paket A,B,C Tersebut.
b. PSBR menampung anak yang ingin masuk TKW. Karena mereka
belum cukup umur selanjutnya mereka di bimbing dulu di PSBR
supaya ada keterampilan.
3. Subyek dan Obyek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah pembimbing agama Islam yang
berjumlah dua orang dan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Penulis menentukan
subyek penelitian tersebut karena pada lembaga tersebut terdapat dua
orang pembimbing agama Islam, sehingga penulis dapat memperoleh data
yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul penelitian. Lalu
dengan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remja (PSBR), penulis
mengambil subyek demikian karena sesuai dengan kriteria yang penulis
harapkan yaitu Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti
adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang
betul-betul diambil dengan benar memilih ciri-ciri dari populasi yang ada.15maka
dari itu, penulis menentukan sampel berdasarkan pada karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan karakteristik
populasi yan sudah di ketahui sebelumnya. Karakteristik subjek yang
ditentukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
a. Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia
15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari s/d
Juni 2014.
b. Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan.
Berdasarkan ketersediaan subjek yang sesuai dengan karakteristik
dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini, maka peneliti memutuskan
memilih sepuluh orang remaja PSBR
Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu upaya
pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak di Panti Sosial Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Sumber data dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian yaitu
pembimbing agama Islam dan remaja-remaja di panti.
b) Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa
catatan-catatan atau dokumen.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Dalam hal ini metode observasi adalah pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Dalam melakukan observasi peneliti melakukan
pengamatan secara langsung terhadap upaya yang dilakukan para
pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak terhadap para
terbimbing di lingkungan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu
b) Wawancara
Yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada pembimbing agama
Islam yaitu Bapak Junaedi S. Pd. I dan Bapak Drs. H. Muhammad
Imron Rosyadi untuk memperoleh kelengkapan data. Sebelumnya
penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan
yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai pedoman wawancara
yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini
dibantu dengan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil
wawancara dan mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara
berlangsung.
c) Dokumentasi
Yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki PSBR
5. Teknik Analisis Data
Ada berbagai cara untuk menganalisi data, tetapi secara garis besar
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait
upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di
PSBR.
b) Penyajian data, setelah data mengenai upaya pembimbing agama Islam
dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR terkumpul atau diperoleh,
maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik,
c) Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan
menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk
menarik kesimpulan.16
6. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu
pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid
Nasuhi DKK, diterbitkan oleh CEQDA ( Center Of Quality Development
and Assurance) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik
dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai
bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam
bahasan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritis, yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini. Yaitu memuat tentang pengertian (peran pembimbing agama
Islam: pengertian peran, syarat-syarat pembimbing agama Islam,
tugas dan tanggung jawab pembimbing agama Islam), (akhlak
16
remaja: pengertian akhlak, ruang lingkup ajaran akhlak),
(pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja).
BAB III :Gambaran umum panti sosial bina remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur, meliputi sejarah berdirinya, visi, misi, dan
tujuan, fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan,
tahap-tahap pelayanan, prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan
prasarana, jaringan kerja pelayanan, struktur organisasi.
BAB IV : Hasil Temuan Data dan Analisa Data mengenai: identifikasi informan, temuan dan analisis hasil penelitian.
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dan saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
18
LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing Agama Islam 1. Pengertian Peran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa tingkah
laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.1
Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan
manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi
tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.2
Sedangkan menurut David Berry mendefinisikan peran sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu.3 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.4Adapun
menurut Soerjono Soekanto dari sebuah bukunya, “peran dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.5
Dari beberapa definisi diatas penulis yang dimaksud peran adalah suatu
yang penting kedudukannya dimasyarakat dan didalam kehidupan
masyarakat. Peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi social dan
1
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 84
2
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115
3
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1995), Cet, ke-3, h. 99
4Sabi’ah,
KonsepDiri, FakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara, h. 6
5
dalam interaksi social tersebut munculah perilaku. Perilaku yang diharapkan
dapat berguna untuk membimbing atau mengarahkan masyarakat untuk
menjadi lebih baik. Begitu pula yang dilakukan pembimbing agama Islam di
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.
mereka memberikan bimbingan agama dalam meningkatkan akhlak remaja
sesuai dengan materi atau pokok pembahasan yang diinginkan oleh remaja
itu sendiri. Selain itu para pembimbing agama Islam juga memberikan contoh
langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau
lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti wudhu, salat, mengaji dan
membaca doa-doa setiap hari.
2. Pengertian Pembimbing Agama
Dalam kamus bahasa Indonesia, “pembimbing” menurut bahasa berarti
“pemimpin” atau “penuntun”. Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang
artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi
pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”.
Pemimpin, penuntun, merupakan sesuatu yang dipakai untuk membimbing.
Kalimat tersebut menjadi arti “seseorang yang memberikan bimbingan atau
tuntunan” arti tersebut di sesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang di
miliki.6 Kata “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang
mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun atau membantu.7
6
W. J. S. Poerwardarminta, Kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Cet. Ke-7. h. 427
7
Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.8
Sementara itu, Winkel mendefinisikan bimbingan:
a. Usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman,
dan informasi tentang dirinya sendiri.
b. Cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami
dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan
yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.
c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat
menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun
rencana dengan realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri
dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka hidup.
d. Proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam
hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan
8
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan.9
Menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan dalam
hidupnya.10
Dari berbagai defenisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pembimbing adalah seseorang yang memberikan proses bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu tersebut
dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang
diharapkannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bimbingan yaitu
sebagai berikut:
1. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu” berarti dalam
bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian
peranan individu ke arah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi,
pembimbing tidak ikut menentukan pilihan atau mengambil keputusan dari
orang yang dibimbingnya. Orang yang menentukan pilihan atau keputusan
adalah individu itu sendiri.
9
Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 79-83
10
2. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang tetapi
prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau
benar-benar yang harus dibantu.
3. Bimbingan merupakan suatu proses kontinu dan terarah pada tujuan.
Artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu dan secara
kebetulan.
4. Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan
dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat
lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima
keadaan dirinya, dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan
kemampuannya.
5. Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara
harmonis dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.11
Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai berikut:
a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi
b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.12
11
Hamdani, Bmbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 83-84
12
Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu.13 Agama adalah wahyu Tuhan yang
merupakan petunjuk bagi manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.14
Agama dalam perspektif sosiologi merupakan sebuah sistem
kepercayaan (beliefe sytem). Agama dengan sendirinya menjadi acuan moral
bagi tindakan manusia, karena agama adalah gejala yang begitu sering terjadi
dimana-mana.15
Bimbingan dalam agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapakan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan antar umat beragama dan bermasyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.16
Menurut WS. Winkel dan M.M. Sri Hastuti tujuan pelayanan
bimbingan adalah:
1. Supaya sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri.
2. Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin.
3. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.
13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 9
14
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke- 4 h. 214
15
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 119
16
4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan
berpedoman kepada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik
padanya.
5. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara
memuaskan.17
Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh Tohirin
merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut:
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan
pencerahan taufiq dan hidayahnya (mardhiyah).
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun
lingkungan sosial beserta alam sekitarnya.18
Aunur Rahim Faqih mengemukakan tujuan bimbingan agama Islam
sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan secara khusus
yang dirumuskan sebagai berikut:
17
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 31.
18
1. Tujuan umum
Tujuan umum bimbingan agama Islam adalah untuk membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
dunia akhirat.19
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus bimbingan agama Islam adalah untuk Membantu
individu mengatasi masalah yang sering di hadapinya, membantu individu
memelihara dalam mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang
telah baik agar tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.
Menurut Abu Ahmadi, ada tiga tujuan diadakannya bimbingan, yaitu:
a. Untuk memelihara dan membina suasana serta kondisi yang baik.
b. Pencegahan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
c. Perbaikan atau penyembuhan dalam mengatasi suatu masalah.20
Anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
selalu ingin mendapatkan bimbingan dari orang tua, walaupun keinginannya
itu tidak dikemukakan secara terbuka. Keadaan tersebut menghendaki para
orang tua selalu memberikan bimbingan dan memperhatikan pendidikan
anak-anaknya.
19
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Ui Press, 2001), Cet. Ke-2, H. 31
20
Bimbingan agama yang dilakukan akan memberi pengaruh bagi
pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya
pengaruh tersebut sangat tergantung pada motivasi anak untuk memahami
nilai-nilai agama sebab bimbingan & agama pada hakikatnya merupakan
penanaman nilai keagamaan. Oleh karena itu, bimbingan agama lebih
dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan
tuntutan agama.
3. Syarat Pembimbing Agama
Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,
baik dari segi teori maupun segi praktik.
b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil
tindakan yang bijaksana. Pembimbing harus cukup dewasa secara
psikologis dengan adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam hal emosi.21
c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani
dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan
tugasnya.
d. Seorang pembimbing harus memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya dan
juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.
21
e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha
bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih
sempurna.
f. Seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan.
g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dengan
sebaik-baiknya.22
Sesuai dengan persyaratan atau kemampuan yang harus dimiliki
pembimbing dan konselor agama (Islam) tersebut, maka M. Arifin
sebagaimana dikutip oleh M. Lutfi merumuskan syarat-syaratnya sebagai
berikut:
a. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan
mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious) yang
konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang dikagumi) sebagai
muslim sejati, baik lahir maupun batin di kalangan orang yang
dibimbingnya.23
b. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang
dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya.
c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas
terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi
masyarakat yang selalu berubah-ubah.
22
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004), h. 41.
23
d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).
e. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama
dengan klien dan pihak lain dalam kesatuan tugas atau profesinya.
f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai ke Islaman dan
kemanusiaan. Klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal yang
memiliki harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan.
g. Memiliki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki
kemampuan dasar (potensi) yang mungkin dikembangkan menjadi lebih
baik.24
h. Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap klien,
sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan masalahnya.
i. Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah apalagi putus
asa dalam menghadapi kesulitan- kesulitan tugas.
j. Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua kesulitan
yang disampaikan klien.
k. Memiliki watak dan keribadian yang familiar, sehingga setiap klien yang
menggunakan jasanya merasa terkesan dan kagum dengan cara-cara
pelayanannya.
l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga ada
upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang ada
dalam masyarakat.
24
m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh sehingga mempunyai
kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah
mental/rohaniyah yang dirasakan klien.
n. Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas dan profesinya.
Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain
sebagai berikut:
a. Bertawakal dan mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT.
b. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan
untuk diberikan bantuan.
c. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi
diri dan si terbantu.
d. Retorika yang baik, sehingga dapat mengatasi keraguan si terbantu dan
dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
e. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum
wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.25
4. Tugas Pembimbing Agama
Tugas pembimbing adalah membimbing dan mengenalkan kebutuhan
atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
25 Elfi Mu’awanah Dan Rifa Hidayah,
pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada peserta didik, serta
senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.26
Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas
pembimbing yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah
SWT.
Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah membimbing dan
mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai agama ke dalam pribadi
anak didiknya. Yang menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap
mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Pembimbing agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara
lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan
menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran
agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini,
seorang pembimbing bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara:
a. Bekerja sama dengan murid.
b. Bekerja sama dengan orang tua murid.
c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan masyarakat.
d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan
anak bimbingannnya.27
26
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 44
27
Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah
melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas
pokok pembimbing adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah.
b. Merangsang dan mendidik karyawan sekolah agar memahami dan
menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolahnya.
c. Melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat khusus pada saat
tertentu.28
Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor berperan
atau berfungsi sebagai “juru dakwah” atau “muballigh” yang mengemban
tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-tengah
kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, agar
diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Islam,
pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan kliennya agar masuk ke
ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.29
Dalam psikoterapi berwawasan Islam menyatakan bahwa pembimbing
mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan rohani
klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah,
berefek sosial, dan bermuatan teologis tidak semata-mata bersifat
kemanusiaan.30.
28
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 76
29
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 158
30
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang
berarti: (a) perangai, tabi’at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b)
kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun
pengertian akhlak secara terminologis dapat dilihat pada pernyataan
ulama. Para ulama telah banyak mendefenisikan mengenai pengertian
akhlak, diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak.
Beliau mendefinisikan mengenai pengertian akhlak akhlak adalah keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak
adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.31
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
akhlak. Bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis
antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Dalam
kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan
(perilaku, tingkah laku), mungkin baik, mungkin buruk.32 Hal ini
dikarenakan bahwa akhlak ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan
31
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151.
32
seseorang kepada Allah SWT. Jika iman seseorang sedang bertambah,
maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman
seseorang sedang berkurang, maka akhlak yang muncul adalah akhlak
yang buruk.
Menurut konsep Ibnu Miskawaih, akhlak ialah suatu sikap mental atau
keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan
pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur,
yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.33
Secara etimologi kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari dari kata
“khuluq” yang mengandung pengertian pada tabiat dan sikap yang
ditunjukkan melalui perbuatan keseharian.
Menurut Y. S Marjo menjelaskan bahwa, “akhlak ialah sikap yang
digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari
manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap manusia ataupun terhadap
dirinya sendiri.”34
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu
33
Zar Sijaruddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 135
34
perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,
tidur, mabuk, atau gila.
Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau bersandiwara.35 Jadi,
apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada dalam perbuatan atau
sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.
2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak
Menurut Heny Narendrany Hidayati, bahwa akhlak Islam adalah sama
dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan
dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai
aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, hingga kepada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak pada paparan berikut ini:36
a. Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki
ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah dijelaskan diatas.
35
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151-152
36
Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam berakhlak kepada
Allah diantaranya: tauhid, ibadah/shalat, puasa, taubat, ikhlas,
bersyukur, tawakal, ridha Allah, rendah hati, amal saleh, cinta ilmu,
muru’ah.
Abuddin Natta menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yaitu:
Pertama, karena Allah SWT yang telah menciptakan manusia. Dia
menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari antara
tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah SWT
mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian di
proses menjadi benih yang disimpan ditempat yang kokoh (rahim).
Setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang
dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan
demikian, sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang
menciptakannya.
Kedua, karena Allah SWT yang telah memberikan perlengkapan
pancaindera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati
sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna.
Perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan dan pendengaran
adalah sarana observasi, dengan bantuan akal mampu untuk
mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses
penciptanya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan
panca indera tersebut menurut ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah Swt.
Ketiga, karena Allah SWT yang telah menyediakan berbagai bahan
dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah SWT yang memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka,
dengan kemampuan Allah SWT berikan kepada manusia, seharusnya
dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk
melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat (bahaya) bagi
banyak orang.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah
SWT. Diantaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa
kepada-Nya, mencintai-kepada-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan
bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, yaitu
dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri
manusia.
Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.37
Kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya
37
akan membentuk pendidikan keagamaan, diantara nilai-nilai ketuhanan
yang sangat mendasar ialah:
1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi
tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus
meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh
kepercayaan kepadanya.
2. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah SWT
senantiasa hadir atau bersama manusia diamanapun manusia berada.
Karena Allah SWT selalu mengawasi manusia, maka manusia harus
berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik
mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak dengan
setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.
3. Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah SWT selalu
mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya
sesuatu yang diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga diri
dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Taqwa inilah yang mendasari
budi pekerti luhur (al-akhlaqul karimah).
4. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam suatu perbuatan, semata-mata demi
memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin,
tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusa akan mampu
mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik
5. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah SWT dengan
penuh harapan kepadanya dan keyakinan