• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Regulasi Pangan Fungsional Studi Kasus Prebiotik, Probiotik Dan Sinbiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Regulasi Pangan Fungsional Studi Kasus Prebiotik, Probiotik Dan Sinbiotik"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

YUNIDA NUGRAHANTI SOEDARTO

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

sendiri dibawah bimbingan Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Sc dan Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pihak manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Jakarta, April 2008

(3)

Every country has functional food regulation different, which is from other countries. In 2005, Indonesia has established a regulation on functional food including prebiotic and probiotic to make sure that functional food products are safe for consumers and their claim is not misleading.

The aim of this research was to compare the functional food regulation in five countries and to survey the prebiotic, probiotic dan sinbiotic products which were registered at National Agency for Drug and Food Control (NADFC) and marketed in five supermarkets at East Jakarta.

Data of regulation and research studies of prebiotic, probiotic and sinbiotic were collected from literature studies. Data regarding pre-market and post-market product was collected from product registration (2002-2007) at NADFC and food product label observation in supermarket at East Jakarta.

The study showed that the United States, European Union, Australian, Japan and Indonesia had their own functional food regulations which were different from other countries regarding classification, definition, component of prebiotic, probiotic culture, label, claim and evaluation assessment. The survey on premarket and postmarket of prebiotic, probiotic and sinbiotic products found that type of food containing prebiotic were growth-milk, baby food and follow-on formula with source of prebiotic were inulin, FOS and GOS. The prebiotics were used as a single and or combination such as FOS-GOS, and FOS-GOS-Inulin. The types of food containing probiotic were yoghurt, milk-fermentation drink, and baby food with claims to enhance the intestinal function and probiotic cultured were L acidophylus, B. bifidum, L. casei Shirota in single or combination such as L. acidophylus-Bifidobakteria. The combination prebiotic and probiotic in sinbiotic product were L. bacillus paracasei-B. longum-FOS, dan Bifidus BL-FOS.

(4)

Setiap negara mempunyai regulasi pangan fungsional yang berbeda. Indonesia telah menetapkan regulasi tentang pangan fungsional pada tahun 2005 yang bertujuan untuk melindungi masyarakat agar terhindar dari produk pangan yang tidak aman dan mencegah klaimnya yang menyesatkan. Tugas akhir ini dimaksudkan untuk 1) membandingkan regulasi produk pangan yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang berlaku di beberapa negara dan di Indonesia 2) untuk membandingkan penerapan regulasi pangan prebiotik, probiotik dan sinbiotik khususnya yang terdaftar di Badan POM pada rentang tahun 2002-2007 dan beredar di Jakarta Timur.

Data regulasi dan hasil riset prebiotik, probiotik dan sinbiotik diperoleh dari studi kepustakaan dan data produk prebiotik, probiotik diperoleh dari data pendaftaran produk pangan (2002-2007) di Badan Pengawas Obat dan Makanan dan label produk pangan yang disurvei pada lima supermarket di Jakarta Timur.

Analisis terhadap regulasi pangan fungsional khususnya prebiotik, probiotik dan sinbiotik di lima negara yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Jepang dan Indonesia lima negara menunjukkan adanya perbedaan antara satu negara sama lainnya mengenai pengelompokan, definisi, komponen prebiotik/kultur prebiotik, label, klaim dan persyaratan evaluasi dan manfaat.

(5)

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan sejalan dengan perubahan gaya hidup dengan menggunakan produk pangan fungsional. Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan (BPOM 2005). Konsep pangan fungsional ini menjadi popular tidak saja di negara maju tetapi juga di Indonesia. Para ahli gizi memprediksi probiotik dan prebiotik merupakan trend pangan kelima dari Top 10 Food Trend for 2008. Disamping itu produksi dan pemasaran produk pangan mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik seperti yoghur, susu fermentasi, makanan bayi dan susu meningkat dengan cepat. Prebiotik dan probiotik merupakan salah satu komponen pangan fungsional (BPOM 2005). Yang dimaksud dengan prebiotik adalah makanan yang tidak dapat dicerna yang menguntungkan dengan merangsang secara selektif pertumbuhan aktifitas sejumlah bakteri dalam kolon sehingga meningkatkan kesehatan (FAO 2007). Probiotik adalah organisme hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberi manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO 2002). Sinbiotik adalah suatu kombinasi prebiotik dan probiotik.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membandingkan regulasi produk pangan yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang berlaku di beberapa negara, dan untuk membandingkan penerapan regulasi pangan prebiotik, probiotik dan sinbiotik khususnya yang terdaftar di Badan POM pada rentang tahun 2002-2007 dan yang beredar di lima supermarket di Jakarta Timur. Kriteria pemilihan produk pangan prebiotik yang disurvei adalah yang mengandung inulin, FOS dan GOS, untuk produk pangan probiotik yang disurvei adalah kultur bakteri asam laktat yang mengandung Lactobacillus dan Bifidobacterium yang memenuhi persyaratan probiotik. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan ketentuan pangan fungsional khususnya prebiotik, probiotik dan sinbiotik di Indonesia.

Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa regulasi pangan fungsional khususnya prebiotik, probiotik dan sinbiotik antara satu negara sama lainnya adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Jepang telah mempunyai regulasi yang mengatur secara spesifik ketentuan mengenai prebiotik dan probiotik dibandingkan dengan regulasi di Indonesia yang mengatur secara umum, sementara itu regulasi mengenai sinbiotik belum diatur. Ketentuan secara spesifik tersebut terkait dengan jenis prebiotik, strain probiotik, klaim fungsi prebiotik, dan penggunaan untuk pangan khusus seperti susu formula dan makanan bayi.

(6)

mikroorganisme Bifidobacteria dan Lactobacilli. Hal ini mendukung klaim prebiotik dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meriview klaim prebiotik. Hasil riset probiotik secara in vitro dan in vivo dan uji pada manusia menunjukkan hasil bahwa probiotik dapat menurunkan kolesterol, menghambat pertumbuhan pathogen, dan meningkatkan fungsi imun pada konsumen. Penetapan metode pengujian untuk klaim prebiotik dan probiotik untuk komponen prebiotik/strain probiotik perlu dilakukan agar dapat merupakan acuan bagi produsen dan petugas pemerintah. Prosedur klaim prebiotik yang ditetapkan FAO (2007) dan probiotik yang ditetapkan FAO/WHO (2002) dapat digunakan sebagai acuan.

Hasil survei data premarket dan postmarket diperoleh bahwa jenis pangan produk prebiotik sebagian besar adalah susu pertumbuhan dan makanan pendamping ASI/makanan pelengkap/makanan bayi untuk premarket dan makanan pendamping ASI/makanan pelengkap/makanan bayi dan susu formula lanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pangan prebiotik paling besar dikonsumsi oleh bayi. Untuk itu regulasi terkait dengan penggunaan inulin, FOS dan GOS baik dalam bentuk tunggal maupun campuran pada makanan bayi perlu ditetapkan. Dari sumber prebiotik diperoleh bahwa FOS 56% dalam bentuk tunggal paling banyak ditemukan di pasaran dibandingkan dalam bentuk kombinasi FOS-GOS dan FOS-GOS-Inulin, sedangkan data premarket menunjukkan inulin mencapai 81%. Hal ini dapat terjadi karena inulin selain sebagai prebiotik juga berfungsi sebagai serat pangan. Klaim prebiotik yang paling banyak ditemukan adalah klaim membantu fungsi saluran pencernaan.

(7)

YUNIDA NUGRAHANTI SOEDARTO

Tesis

sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada

Program Studi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Sc Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc (Ketua) (Anggota)

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr. Ir. Lilis Nuraida, M.Sc Dr. Ir. Khairil A Notodipuro, M.S

(9)

karuaniaNya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tesis berjudul ”Kajian Regulasi Pangan Fungsional : Studi Kasus Prebiotik, Probiotik dan Sinbiotik” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Program Studi Teknologi Pangan Sekolah Pasca Sarjana Institut Teknologi Bogor.

Selama proses penyusunan tesis ini banyak dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Sc dan Dr. Ir. Feri Kusnanda, M.Sc selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahannya dan kebijaksanaannya selama proses penyusunan hingga tesis ini selesai. 2. Dr. Ir. Lilis Nuraida, M.Sc sebagai dosen pembimbing dan yang telah

banyak memberi saran untuk penyelesaian tesis ini.

3. Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, M.S, M.Kes, SpFK selaku Kepala Baadan POM yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pasca sarjana ini.

4. Drs. E.D Syarief Syamsuri selaku Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pasca sarjana ini.

5. Mbak Tika selaku asisten koordinator program studi pasca sarjana teknologi pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi tesis ini.

6. Bapak, kakak dan adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaian tesis ini. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(10)

anak keempat dari Prof. DR. H. Soedarto dan almarhumah Setyani.

Tahun 1984 penulis diterima di Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin melalui Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) dari SMA N 1 Jayapura dan menamatkannya pada tahun 1989. Penulis melanjutkan ke program profesi apoteker pada perguruan tinggi yang sama pada tahun 1989 dan menamatkannya tahun 1990 dengan meraih lulusan apoteker terbaik.

(11)

DAFTAR GAMBAR ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Pangan Fungsional ... 4

Prebiotik ... 4

Probiotik ... 6

Sinbiotik ... 8

Regulasi Prebiotik ... 9

Regulasi Probiotik ... 16

BAHAN DAN METODE ... 26

Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

Alat dan Bahan ... 26

Metode ... ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Regulasi prebiotik dan probiotik ... 32

Analisis gap regulasi antar negara ... 41

Kajian aspek perdagangan produk yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik ... 48

Analisis gap produk pangan yang terdaftar di Badan POM dengan produk pangan yang beredar di wilayah Jakarta Timur ... 57

(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN... 74

(13)

2. Klaim kandungan gizi yang diizinkan untuk probiotik di Indonesia ... 20

3. Hasil riset menggunakan metoda uji in vitro... 23

4. Hasil riset menggunakan metoda uji in vivo... 23

5. Hasil riset menggunakan metoda uji pada manusia ... 24

6. Hasil riset prebiotik menggunakan metode uji in vitro, in vivo dan pada manusia... ... 25

7. Rancangan penelitian... 28

8. Kelompok yang mengakomodasi prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam beberapa negara... 32

9. Level konsentrasi prebiotik dan jumlah koloni probiotik ... 34

10. Klaim prebiotik dan prebiotik di beberapa negara ... 36

11. Klaim kesehatan prebiotik, prebiotik dan sinbiotik pada beberapa negara 36 12. Keterangan yang harus dicantumkan pada label produk probiotik ... 38

13. Ketentuan evaluasi keamanan dan manfaat di beberapa negara... 40

14. Gap regulasi antar negara dengan hasil riset prebiotik ... 44

15. Gap regulasi antar negara dengan hasil riset probiotik ... 46

16. Penggolongan pangan mengandung prebiotik dan terdaftar di Badan POM pada rentang tahun 2002-2007 berdasarkan jenis pangan... 49

17. Data produk probiotik yang terdaftar di Badan POM pada rentang tahun 2002-2007 berdasarkan jenis probiotik... 50

18. Produk pangan yang mengandung prebiotik dan beredar di wilayah Jakarta Timur berdasarkan jenis pangan ... 52

19. Jumlah penyebutan klaim prebiotik terhadap produk pangan yang beredar di wilayah Jakarta Timur... 53

20. Data produk probiotik yang beredar di wilayah Jakarta Timur Berdasarkan jenis probiotik.………. 54

21. Jumlah penyebutan klaim fungsi probiotik terhadap produk pangan yang beredar di wilayah Jakarta Timur ... 55

22. Jenis pangan, kombinasi dan klim produk pangan mengandung sinbiotik dan beredar di wilayah Jakarta Timur ... 56

(14)
(15)

2. Sifat bifidobacteria yang bermanfaat bagi kesehatan manusia... 8 3. Diagram alir tahapan utama penelitian ... 29

4. Produk pangan yang mengandung prebiotik inulin, FOS, GOS yang

didaftarkan di Badan POM pada rentang tahun 2002-2007 ... 48 5. Produk pangan yang mengandung probiotik yang didaftarkan di Badan

POM pada rentang tahun 2002-2007 berdasarkan jenis pangannya ... 50 6. Kultur bakteri yang digunakan pada produk pangan yang mengandung

probiotik dan terdaftar di Badan POM pada rentang tahun 2002-2007 .. 51 7. Sumber prebiotik yang dicantumkan pada label produk pangan yang

mengandung prebiotik dan beredar di wilayah Jakarta Timur... 52 8. Jenis pangan pada produk pangan yang mengandung probiotik dan

beredar di wilayah Jakarta Timur ... 54 9. Kultur mikroba yang dicantumkan pada label produk pangan yang

(16)

Halaman 1. Pedoman evaluasi dan verifikasi prebiotik menurut FAO (2007) ... 76 2. List substansi GRAS terkait prebiotik dan probiotik di Amerika Serikat 77 3. Komponen/ingredient fungsional FOSHU terkait prebiotik dan

probiotik... ... 78 4. Data produk pangan mengandung komponen prebiotik inulin, FOS,

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah kembali pada

alam menyebabkan timbulnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan

tubuhnya dengan penggunaan produk pangan fungsional. Konsep pangan

fungsional ini menjadi popular di banyak negara dunia khususnya beberapa negara

maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa termasuk sebagian

masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan konsep pangan fungsional menawarkan

konsumen untuk menata kesehatan tubuhnya sendiri merupakan daya tarik yang

sangat diminati. Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu

atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai

fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi

kesehatan (BPOM 2005).

Para ahli gizi memprediksi prebiotik dan probiotik merupakan tren pangan

kelima dari sepuluh pangan yang top pada tahun 2008 (Zelman 2007). Pasar

prebiotik untuk pangan berkembang sangat pesat. Laporan tahunan pasar dunia

prebiotik tahun 2007 menyatakan bahwa ada sekitar 400 produk prebiotik dan

lebih dari 20 perusahaan memproduksi oligosakarida dan serat yang digunakan

untuk prebiotik FAO (2007). Prebiotik dan probiotik merupakan salah satu

komponen pangan fungsional (BPOM 2005). Yang dimaksud dengan prebiotik

adalah makanan yang tidak dapat dicerna yang menguntungkan dengan

merangsang secara selektif pertumbuhan aktifitas sejumlah bakteri dalam kolon

sehingga meningkatkan kesehatan (FAO 2007). Probiotik adalah organisme hidup

yang apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberi manfaat bagi

kesehatan (FAO/WHO 2002). Sinbiotik adalah suatu kombinasi prebiotik dan

probiotik.

Beberapa tahun terakhir ini, pengetahuan tentang manfaat prebiotik,

probiotik dan sinbiotik untuk kesehatan cenderung meningkat. Ini terlihat dengan

semakin banyak riset prebiotik, probiotik dan sinbiotik diantaranya dalam

(18)

menurunkan kolesterol, dan meningkatkan fungsi imun sel. Probiotik terbukti kaya

manfaat, namun yang lebih penting adalah bagaimana bisa bertahan dari asam

lambung dan selamat menuju usus besar.

Klaim yang dicantumkan mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan

keputusan untuk memilih produk. Untuk itu regulasi pangan fungsional yang telah

ada mengenai prebiotik dan probiotik perlu disempurnakan untuk menjaga

rambu-rambu agar klaim-klaim yang dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Setiap negara mempunyai ketentuan tentang prebiotik, probiotik dan sinbiotik

yang berbeda antara satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian regulasi

di beberapa negara untuk membandingkan regulasi prebiotik, probiotik dan

sinbiotik serta kajian perdagangan produk pangan prebiotik, probiotik dan

sinbiotik yang terdaftar dan yang beredar di supermarket Jakarta Timur.

Tujuan Penelitian

Tugas akhir ini dimaksudkan untuk 1) membandingkan regulasi produk

pangan yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang berlaku di

beberapa negara dan di Indonesia 2) untuk membandingkan penerapan regulasi

pangan prebiotik, probiotik dan sinbiotik khususnya yang terdaftar dan beredar di

Jakarta Timur.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan masukan

atas regulasi pangan fungsional khususnya prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan dan

penyempurnaan ketentuan tentang pangan fungsional khususnya prebiotik,

probiotik dan sinbiotik di Indonesia dalam rangka perlindungan kesehatan

konsumen dan menunjang perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab.

Diharapkan tugas akhir ini dapat memberikan masukan dalam rangka

pengembangan dan penyempurnaan ketentuan pangan fungsional khususnya

(19)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah kajian dan analisa regulasi di berbagai

negara dibandingkan dengan regulasi Indonesia dan hasil riset serta kajian aspek

perdagangan produk mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik seperti kajian

data premarket yang terdaftar di Badan POM serta data postmarket produk yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang beredar di wilayah Jakarta

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Pangan Fungsional

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.5.52.0685 tahun 2005

tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional, yang dimaksud dengan

pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih

komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis

tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Yang

termasuk kelompok komponen pangan fungsional adalah vitamin, mineral, gula

alkohol, asam lemak tidak jenuh, asam amino, serat pangan, prebiotik, probiotik,

kolin, lesitin dan inositol, karnitin dan skualen, isoflavon, fitosterol dan fitostanol,

dan polifenol (teh).

Sektor pangan fungsional global telah membuktikan pertumbuhan fenomenal

pangan fungsional dari beberapa tahun yang lalu. Perkiraan total pasar pangan

fungsional berkisar antara 31 milyar US sampai mendekati 61 milyar US

(Datamonitor 2004, Benkouider 2005). Pasar pangan fungsional di Eropa

diperkirakan melebihi 15 milyar dan tumbuh secara cepat serta diharapkan

meningkat 16 % (SWMI 2002).

Prebiotik

Prebiotik merupakan bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang

menguntungkan bagi inang dengan merangsang secara selektif pertumbuhan dan

atau aktifitas satu atau sejumlah jenis bakteri yang berada dalam kolon sehingga

dapat meningkatkan kesehatan inangnya (FAO 2007). Bahan makanan yang

diklasifikasikan sebagai prebiotik harus memenuhi kriteria yaitu 1). Tidak

dihidrolisa dan diserap oleh saluran pencernaan bagian atas sehingga dapat

mencapai kolon. 2). Berbentuk substrat selektif untuk satu atau sejumlah

mikroflora yang menguntungkan dalam kolon sehingga memicu pertumbuhan

bakteri yang aktif melakukan metabolisme. 3). Mampu mengubah mikroflora

kolon menjadi komposisi yang menguntungkan bagi kesehatan dan 4) membuat

(21)

Diantara bahan pangan, oligosacharida dan polysacharida merupakan prebiotik.

Komponen ini tidak diserap pada saluran pencernaan bagian atas atau dihidrolisa

oleh enzim pencernaan manusia. (Gibson dan Roberfroid 1995).

Fruktooligosakarida

Diantara oligosakarida alami, fruktooligosakarida merupakan produk yang

saat ini diakui dan digunakan sebagai bahan pangan yang memenuhi kriteria

sebagai prebiotik. Secara kimia fructooligosaccharida merupakan rantai pendek,

medium dan panjang dari β-D fructans dengan unit fructosyl diikat oleh hubungan

β2-1 osidik (Gibson dan Roberfroid 1995), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia dari sukrose (GF) dan fructooligosaccharida (GFn dan Fm), G=glucosyl, F=fructosyl

Inulin dan oligofructose saat ini digunakan dalam diet harian di banyak negara (Van Loo et al. 1995). Saat ini hanya inulin dari chicory roots yang telah diperdagangkan sebagai ingredien pangan. Oligofructose telah dikenal sebagai

(22)

sinonim dari fructo-oligosaccharides (Orafti 1989). Penambahan inulin dan oligofructose pada produk pangan meningkatkan kandungan serat pangan. Umumnya penambahan berkisar antara 3-6 gram per bagian bahkan sampai 10

gram pada kasus ekstrim. Dalam penggunaan lain, inulin dan oligofructose ditambahkan untuk persetujuan klaim gizi seperti yang berhubungan dengan efek

bifidogeniknya (Coussement 2007).

Probiotik

Istilah probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti for life. Menurut Fuller (1989) probiotik adalah suplementasi makanan yang mengandung bakteri

hidup yang menguntungkan yang dikonsumsi dan dapat meningkatkan

keseimbangan mikroflora usus manusia atau hewan. Bakteri probiotik juga

didefinisikan sebagai bakteri hidup dalam kultur tunggal atau campuran yang

mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia (Salminen 1998). Probiotik adalah

organisme hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat

memberi manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO 2002).

Kriteria yang harus dipenuhi probiotik adalah 1) Probiotik harus dapat

disediakan dalam skala besar (untuk tujuan industri). 2) Probiotik harus hidup dan

stabil selama penyimpanan dan penggunaan. 3) Probotik harus dapat bertahan pada

ekosistem usus. 4) Memberikan manfaat bagi inangnya (Fuller 1991 yang disitasi

Gibson 1995). Probiotik yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria yaitu (1)

memberikan efek menguntungkan pada inangnya, (2) tidak patogenik dan tidak

toksik, (3) mengandung sejumlah besar sel hidup, (4) mampu bertahan dan

melakukan kegiatan metabolisme dalam usus, (5) tetap hidup selama penyimpanan

dan dalam waktu digunakan, (6) mempunyai sifat sensori yang baik, (7) diisolasi

dari inangnya (Fuller 1989).

Strain bakteri yang umum digunakan dalam probiotik adalah Lactobacillus acidophillus dan berbagai Bifidobacterium spp merupakan organisme yang dominan dalam usus kecil dan usus besar. Mikroorganisme ini mempunyai

peranan dalam menghambat pertumbuhan organisme patogen melalui produksi

(23)

1983 yang diacu oleh Mazza 1998). Saat ini sediaan probiotik yang ada

mengandung Lactobacillus delbrueckii subsp bulgaricus, L. acidophilulus, L. casei, L. fermentum, L. Plantarum, L. brevis, L. cellobiosus, L. lactis dan L. reuteri (Fuller 1992). Bifidobacteria yang saat ini digunakan sebagai probiotik adalah Bifidobacterium adolescentis, B. animalis, B. bifidum, B. infantis, B. longum dan B. thermophilum (Fuller 1992). Vinderola dan Reinheimer (2003) menyatakan bahwa Lactobacillus delbrueckii subsp bulgaricus merupakan spesies starter asam laktat dengan karakteristik probiotik terbaik diantara spesies starter

yang dianalisis. Ia tahan terhadap asam lambung dan empedu dan menunjukkan

nilai tinggi untuk aktifitas β-galactosidase.

Bifidobacterium

Bifidobacterium merupakan kelompok besar bakteri saccharolytic di dalam

kolon dan mencapai sekitar 25% dari total populasi pada saluran percernaan orang

dewasa dan 95% pada bayi yang baru lahir. Sifat bifidobacteria yang positif pada

manusia adalah 1) Bifidobacteria memproduksi asam kuat sebagai metabolit

produk akhir (asetat dan laktat). Medium pH yang lebih rendah ini menyebabkan

efek antibakteri. Bifidobacterium diindikasikan dapat mengekresikan suatu

metabolit produk akhir yang secara langsung menghambat bakteri patogen gram

negatif dan gram positif. 2) Efek tambahan dari asam yang diproduksi adalah

protonase dari amonia toksik (dan amin) yang memproduksi ammonia, yang tidak

dapat berdifusi sehingga level ammonia darah menjadi lebih rendah. 3)

Bifidobacteria memproduksi vitamin-vitamin dan enzim pencernaan seperti casein

fosfatase dan lysozyme. 4) komponen sel tertentu dari bifidobacteria bersifat

immunomodulator. Aktivasi sistem imun akan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap patogen. 5). Bakteri ini dapat digunakan untuk menyimpan flora usus

normal selama pengobatan antibiotika (Gibson dan Roberfroid 1995), seperti

(24)

Gambar 2. Sifat bifidobacteria yang bermanfaat bagi kesehatan manusia

Lactobacillus

Lactobacillus casei galur Shirota diisolasi pertama kali oleh Dr. Minoru Shirota, seorang ahli mikrobiologi dari Jepang. Lactobacillus casei galur Shirota mempunyai morfologi berbentuk batang, berada dalam koloni tunggal maupun

berantai. Spesies Lactobacillus yang dideteksi dalam saluran pencernaan dan atau

digunakan sebagai produk probiotik adalah L. Acidophilus, L. agilis, L. aviarius, L. amylovorus, L. brevis, L. casei, L. crispatus, L. delbrueckii subsp bulgaricus, L. gallinarum, L. gasseri, L. johnsonii, L. murinus, L. hamsteri, L. interstinalis, L. plantarum, L. reuteri, L. ruminis, L. salivarius (Tannock 1999).

Sinbiotik

Sinbiotik didefinsikan sebagai suatu kombinasi dari prebiotik dan probiotik

yang menguntungkan inang dengan meningkatkan pertahanan dan implantasi

suplemen makanan yang mengandung mikroba hidup dalam saluran pencernaan

dengan secara selektif memicu pertumbuhan dan atau mengaktifkan metabolime

dari sejumlah bakteri baik sehingga meningkatkan kesehatan inangnya. Beberapa

pendekatan yang dapat memberikan manfaat gizi bagi kesehatan diantaranya

BIFIDOBACTERIA

Level kolesterol darah lebih

rendah

Bertindak sebagai immunomodulator Menurunkan level

ammonia darah

Menghambat pertumbuhan bakteri pathogen spt menghasilkan asetat dan

laktat Menyimpan flora usus normal selama pengobatan antibiotik

Menghasilkan vitamin seperti group B, asam

(25)

adalah meningkatkan pertahanan bakteri hidup dalam produk pangan sehingga

dapat memperpanjang umur simpan, meningkatkan jumlah bakteri mencapai kolon

dalam keadaan hidup, memicu pertumbuhan bakteri dalam kolon, dan aktivasi

metabolisme bakteri. Disamping manfaat gizinya, prebiotik, probiotik dan

sinbiotik mempunyai aplikasi farmasi yang potensial, seperti meningkatkan level

pertumbuhan bakteri tertentu dalam saluran pencernaan manusia yang

diimplikasikan sebagai faktor pertahanan tidak saja untuk kerusakan di usus tetapi

juga sistemik. Fructooligosakarida (FOS) yang merupakan prebiotik yang aktifitas

bifidogenik yang kuat dapat dikombinasikan dengan bifidobacteria untuk menghasilkan suatu sinbiotik yang dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri

probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi

sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih besar dari kombinasi ini (Gibson dan

Roberfroid 1995).

Regulasi Prebiotik

Prebiotik yang sering digunakan adalah inulin, FOS dan GOS. Regulasi

inulin, FOS dan GOS di beberapa negara seperti di Amerika Serikat, Uni Eropa,

Australia, Jepang, dan Indonesia adalah sebagai berikut :

Amerika Serikat

Inulin dari tanaman chicory (Cichorium intybus) secara umum diakui aman atau dikenal dengan istilah generally recognized as safe (GRAS) untuk digunakan dalam makanan secara umum (US-FDA 2003). Inulin diiijinkan ditambahkan pada

berbagai variasi makanan bayi dan minuman namun tidak untuk formula bayi.

Penggunaan inulin di Amerika Serikat pada tingkat 90 persen adalah 6 gram per

hari untuk bayi kurang dari 1 tahun, 15 g per hari untuk bayi lebih dari 1 tahun

dan sekitar 20 g perhari untuk populasi umum (> 2 tahun). Konsumsi regular

inulin adalah 40-70 gram per hari untuk dewasa. Inulin juga digunakan pada

makanan bayi kecuali susu formula. Level penggunaan inulin maksimal adalah 1

(26)

FOS merupakan senyawa yang masuk kategori GRAS yang dapat digunakan

pada makanan secara umum kecuali susu bayi, pada level sampai dengan 20 gram

per hari pada populasi umum dan pada level sampai 4,2 g per hari pada bayi

kurang dari 1 tahun (US-FDA 2007). Penggunaan FOS pada makanan bayi

diijinkan kecuali pada susu formula bayi. Sedangkan keputusan untuk GOS

(galactooligosacharides) masih ditunda. Elemen yang dipertimbangkan dalam evaluasi keamanan inulin dan oligofructose meliputi definisi, data proses produksi,

data aplikasi pangan, sejarah panjang penggunaan sebelum tahun 1958, perkiraan

pemberian di Amerika Serikat, perkiraan konsumsi penambahan inulin dan

oligofructosa oleh populasi orang Amerika Serikat, efek fisiologis, gizi dan

metabolismenya, keamanan yang dibandingkan dengan karbohidrat, data

pemberian pangan, studi pada manusia dan data toksisitas hewan (Kolbye et al. 1992).

Di Amerika Serikat, klaim tidak boleh menjurus pada pencegahan penyakit

dan tidak boleh menyesatkan serta didasarkan pada bukti ilmiah. Undang-undang

DSHEA (Dietary Supplement Health and Education Act) mengijinkan klaim yang mendukung gizi pada kondisi tertentu seperti klaim merangsang Bifidobacteria oleh inulin dan oligofructose (Coussement 1997). Tahun 1997, Undang-undang

FDA (FDA Modernization Act) mengijinkan klaim yang berhubungan dengan manfaat kesehatan bila mempunyai dasar pernyataan dari pemerintah Amerika

Serikat yang mempunyai tanggungjawab untuk melindungi masyarakat seperti

National Instititue of Health (Reid 2001).

Uni Eropa

EU Directive EC 95/2 mencantumkan inulin sebagai salah satu substansi pangan bukan sebagai bahan tambahan (food additives). Pertemuan Komite Uni Eropa pada bulan Juni 2005 telah menetapkan bahwa FOS merupakan bahan

ingredien. Di Eropa, inulin dan FOS telah dijual di pasar sebelum diberlakukan

peraturan pangan novel yaitu Novel Food Regulation (EC 258/97). Pemberian per hari untuk inulin sampai dengan 10 g. Tanggal 22 Desember 2006 Komisi Eropa

(27)

tanggal 1 Januari 2008 (CD 2006). Disebutkan bahwa fructo-oligosacharides dan galacto-oligosacharides dapat ditambahkan pada formula bayi. Pada kasus itu kandungannya tidak boleh melebihi 0.8 g/100 mL dalam kombinasi dari 90%

oligogalactosyl-lactose dan 10% oligofructosyl-saccharose. Kombinasi lain dan level maksimum fructo-oligosaccharides dan galacto-oligosaccharides kemungkinan digunakan untuk formula bayi yang diproduksi dari sumber protein

dengan didukung data ilmiah yang dapat diterima secara umum. Data tersebut

berhubungan dengan manfaat yang diharapkan dan pertimbangan keamanan

dengan beberapa studi yang mengikuti pedoman yang umumnya diterima.

Disebutkan juga bahwa jumlah dan rasio yang sama dapat ditambahkan secara

sukarela pada susu formula lanjutan.

Australia

Penambahan inulin/FOS pada pangan umumnya tidak diatur dalam the Australia and New Zealand Code kecuali penambahan untuk subtansi gizi.

Standard substansi gizi yang diatur Code adalah standar 1.1.1 Ketentuan awal, artikel3 mendefinisikan dan mengklarifikasi penggunaan substansi gizi.Substansi

gizi didefinisikan dalam Standard 1.1.1, artikel 2 sebagai suatu substansi yang

tidak normal dikonsumsi sebagai makanan sendiri dan tidak normal digunakan

sebagai bahan baku, tetapi sesudah ekstraksi atau pemurnian atau sintesa

ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan nilai gizi termasuk vitamin,

mineral, asam amino, elektrolit dan nukleotida; Artikel 9, standard 1.1.1.

menyatakan bahwa substansi gizi tidak boleh ditambahkan pada makanan kecuali

diizinkan oleh Code; Standard 2.9.1. Produk formula bayi mengatur persyaratan

komposisi dan label untuk produk formula bayi. “Artikel 6 Standar 2.9.1. melarang

penambahan gizi untuk produk formula bayi kecuali diizinkan”; Standar 2.9.2.

Makanan Bayi, mengatur persyaratan Artikel2 menyatakan bahwa makanan untuk

bayi tidak harus mengandung bahan tambahan atau subtansi gizi kecuali diizinkan

oleh Code”.

(28)

inulin dan fructo-oligosaccharide (FOS) ditambahkan pada pangan umumnya dan

inulin, FOS dan galacto-oligosaccharides (GOS) ditambahkan khususnya pada pangan tujuan khusus seperti untuk bayi dan anak kecil ke dalam the Australia New Zealand Code. Batas akhir tanggapan tanggal 22 Februari 2008 (FSANZ 2007).

Proposal P306 yang diajukan adalah :

- Merubah Standard 1.1.1 yang menyatakan bahwa substansi turunan inulin dan FOS bukan sebagai substansi gizi.

- Merubah Standard 2.9.1 yang mengizinkan penambahan secara sukarela subtansi turunan inulin (inulin-derived substances) kepada produk formula bayi sampai dengan total maksimum 110 mg/100kJ (0,3 g/100mL), atau GOS

sampai dengan total maximum dari 290 mg/100kJ (0.8 g/100mL) atau

kombinasi substansi turunan inulin and GOS sampai dengan total maximum

290 mg/100kJ (0.8 g/100 mL) dimana substansi turunan inulin tidak boleh

melebihi 110 mg/100 kJ (0,3 g/100 mL); dan

- Merubah Standard 2.9.2 dan 2.9.3 bagian 4 untuk mengizinkan penambahan substansi turunan inulin dan GOS, sendiri atau dalam kombinasi, pada

makanan bayi dan pangan suplemen yang diformulasi untuk anak kecil sampai

dengan total maksimum berturut-turut 0.8 g/100 g dan 1.6 g/serve (0.8 g/100

mL).

- Prebiotik didefinisikan sebagai bahan ingredien yang tidak dapat dicerna yang mempunyai manfaat inangnya dengan merangsang pertumbuhan (Gibson dan

Roberfroid 1995).

Jepang

Riset tentang manfaat kesehatan dari pangan dimulai secara sistematis di

Jepang tahun 1984. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan membuat proyek

nasional tentang penelitian dan pengembangan dari fungsi makanan. Makanan

mempunyai 3 fungsi yaitu fungsi gizi, fungsi sensori dan yang ketiga fungsi

fisiologi seperti sistem imun dan pertahanan tubuh. Hasil penelitian dan

(29)

Kesehatan dan Kesejahteraan untuk menyusun sistem regulasi makanan yang

mempunyai klaim manfaat kesehatan yang bertujuan untuk memberikan kesehatan

kepada masyarakat tentang pangan khusus. Food for Specified Health Use (FOSHU) telah diatur oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan sebagai

sistem regulasi untuk menyetujui pernyataan label tentang efek makanan pada

tubuh manusia.

Persyaratan penting untuk aplikasi persetujuan FOSHU adalah efektifitas

yang didasarkan pada bukti ilmiah termasuk studi klinik, keamanan produk dengan

tambahan studi keamanan pada subyek manusia serta penentuan analisis dari

komponen dengan metode analisa kualitatif dan kuantitatif. Aplikasi yang diterima

diperiksa di Kantor Kebijakan Kesehatan Makanan Baru di Departemen Kesehatan

dan Kesejahteraan. Kantor tersebut mempunyai dua komite ahli yang terdiri dari

ahli gizi, farmakologi dan medis. Komite pertama terdiri delapan ahli yang

mengevaluasi produk tentang metabolisme dan sekresi internal, fungsi ginjal dan

tekanan darah. Komite kedua terdiri dari sepuluh ahli yang mengevaluasi produk

yang berhubungan dengan kondisi saluran pencernaan, sistem imun dan fungsi

lainnya. Setelah dievaluasi, aplikasi dikirimkan kepada Council of Pharmaceutical Affairs and Food Hygiene untuk evaluasi akhir. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan menotifikasikan aplikan dan meminta aplikan untuk mengirimkan

contoh produk dengan dokumentasi metode analisa untuk komponen aktif kepada

Institut Nasional Kesehatan dan Gizi yang memvalidasi metode dan menentukan

kandungan komponen efektif. Sesudah divalidasi dan penentuan komponen aktif,

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan membuat keputusan persetujuan produk

FOSHU. Aplikan mendapat label klaim kesehatan yang telah disetujui dan tanda

FOSHU. Waktu yang dibutuhkan untuk proses persetujuan sekitar satu tahun.

Sebagian besar klaim produk FOSHU adalah untuk meningkatkan kondisi saluran

pencernaan dengan komponen efektif karbohidrat yang terdiri dari

(30)

disetujui di Jepang diantaranya adalah Fructo Oligosaccharides, Galacto

Oligosacharides, Lactulose, dan Raffinose/Bee oligos, seperti ditunjukkan pada

Lampiran-2 (Ministry of Health, Labour and Welfare

http://www.mhlw.go.jp/english/ topics/food safety/fhc/02.html).

Indonesia

Pada tanggal 27 Januari 2005 dikeluarkan Peraturan Kepala Badan POM RI

No. HK.00.05.52.0685 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional.

Klaim-klaim prebiotik yang diizinkan adalah klaim kandungan gizi, seperti

ditunjukkan pada Tabel1.

Tabel 1. Klaim kandungan gizi prebiotik yang diizinkan di Indonesia

Klaim Persyaratan

“Diperkaya”, “Fortifikasi”, “Ekstra”, “Plus”, “Lebih”, “ditambahkan”

Sedikitnya mengandung 10% dari yang dianjurkan (10gram/hari) lebih banyak dari pangan sejenis.

“Mengandung”,“Memberikan”, ”Merupakan Sumber yang Baik”

Sedikitnya mengandung 10-19% dari yang dianjurkan (10 gram/hari) per sajian

“Tinggi”, “Kaya akan”,

“Merupakan Sumber yang Sangat Baik”

Sedikitnya mengandung 20% dari yang dianjurkan (10 gram/hari) per sajian

Pada klaim fungsi gizi, label dan iklan prebiotiok tidak boleh mencantumkan

klaim tentang fungsi sedangkan klaim manfaat terhadap kesehatan, label dan iklan

prebiotik tidak boleh mencantumkan klaim tentang manfaat terhadap kesehatan.

Persyaratan lain, klaim harus disertai dengan keterangan tentang sumber dari

prebiotik. Pangan fungsional hanya dapat diiklankan setelah mendapat persetujuan

pendaftaran dan materi iklan pangan fungsional harus mendapat persetujuan dari

Kepala Badan sebelum diedarkan (Badan POM 2005).

FOOD AND AGRICULTURE (FAO)

Yang dimaksud dengan prebiotik adalah komponen pangan yang dapat

memberikan manfaat kesehatan dihubungkan dengan aktifitas modulasi

(31)

dikarakterisasi secara kimiawi dalam banyak hal merupakan komponen food grade 2) manfaat kesehatan yang dapat diukur dan tidak terkait dengan absorpsi komponen ke dalam aliran darah dan tidak menghasilkan efek samping serta 3).

Modulasi yang menunjukkan adanya komponen tunggal dan formulasi yang

mengakibatkan perubahan komposisi atau aktifitas mikroba dalam target inangnya

seperti fermentasi dan menghambat reseptor (FAO 2007).

Evaluasi dan pembuktian prebiotik dapat dilakukan dengan 1). Spesifikasi

produk atau karakteristis prebiotik. Komponen yang diklaim sebagai prebiotik

harus dapat dikarakterisasi untuk setiap produk meliputi sumber, asal, kemurnian,

komposisi kimia dan struktur, pembawa, konsentrasi serta jumlah yang digunakan.

2). Fungsi, diperlukan bukti korelasi antara outcome fisiologik yang dapat diukur dengan modulasi mikrobiota pada tempat tertentu (khususnya saluran pencernaan

juga berpotensi ditempat lain seperti vagina dan kulit). Pembuktian klaim harus

didasarkan pada studi-studi dengan jenis produk akhir yang diuji pada target.

Diperlukan percobaan kontrol acak yang sesuai dibandingkan dengan placebo atau

substansi standar kontrol, lebih disukai dengan studi kedua yang independen.

Contoh outcome fisiologik yang berhubungan dengan penggunaan prebiotik dapat berupa mekanisme endokrin yang mengatur makanan yang masuk dan energi yang

digunakan dalam tubuh; efek absorpsi gizi (kalsium, magnesium, protein);

menurunkan insiden atau lamanya infeksi; lemak darah dan parameter endokrin

klasik, pergerakan bowel (bowel movement) dan pengaturan; tanda risiko kanker; perubahan natural dan kekebalan yang diinginkan merupakan bukti manfaat

kesehatan (FAO 2007). Pedoman evaluasi dan verifikasi prebiotik menurut FAO

dapat ditunjukkan pada Lampiran-1.

Direkomendasikan bahwa isu keamanan diperlukan untuk menganalisis

keamanan formulasi produk akhir prebiotik. Bila merujuk pada peraturan lokal,

produk ini telah mempunyai sejarah aman digunakan seperti GRAS atau yang

sejenis disarankan tidak perlu dilakukan pengujian toksikologi manusia dan hewan

lebih lanjut, level konsumsi aman dengan gejala efek samping minimal, dan tidak

boleh mengandung kontaminan serta kotoran. Beberapa isu manajemen yang perlu

(32)

- Produksi, perusahaan menjamin substansi yang dipertimbangkan sebagai prebiotik harus mempunyai kemurnian dan konsistensi dalam komposisi

diantara produk lot.

- Formulasi dan penyimpanan, direkomendasikan bahwa batas kestabilan dalam setiap jenis produk berbeda, pengaruh proses dan teknologi produksi

dari komposisi prebiotik dengan aktifitas biologik yang diinginkan dalam

target yang dievaluasi.

- Regulasi, prebiotik adalah komponen yang didesain untuk efek kesehatan khusus melalui modulasi dari populasi mikroba. Sejumlah dokumen tersedia

dalam publik domain yang menyediakan kriteria evaluasi kualitas data yang

sesuai untuk membuat klaim kesehatan pada makanan dan komponen

makanan.

- Status prebiotik belum ada pada ketentuan internasional. Term prebiotik harus digunakan hanya bila manfaat kesehatan berhubungan dengan

modulasi tempat target mikrobiota.

- Masalah pengujian produk telah dipertimbangkan. Konsensus bahwa seharusnya produsen menunjukkan bahwa suatu formulasi seperti yoghurt

sama dengan yang lainnya (contoh serbuk kering) terbukti dalam target studi

merupakan efek prebiotik (FAO 2007).

Regulasi Probiotik Amerika Serikat

Probiotik digolongkan dalam Generally Recognized as Safe (GRAS). Berdasarkan Undang-undang federal obat, makanan dan kosmetik Amerika Serikat

(US Federal Food Drug and Cosmetic Act), mikroorganisme yang digunakan dalam pangan dapat diklasifikasikan sebagai suatu zat tambahan, jika data

keamanan atau kemanfaatan diakui secara umum dan diijinkan oleh FDA. Status

GRAS dapat diterima dalam dua cara yaitu senyawa atau mikroorganisme tersebut

mempunyai sejarah keamanan digunakan dalam pangan sebelum 1 Januari 1958

(33)

status GRAS menggambarkan suatu tahap ijin standar yang berarti bahwa

keamanan produk merupakan tanggungjawab produsen.

Pendekatan GRAS dilakukan dengan meminta para ahli yang independen

untuk memberikan pendapat mengenai keamanan senyawa/mikroorganisme dan

FDA menerima atau tidak menerima pendapat mereka. Selain itu, status GRAS

biasanya dibatasi untuk penggunaan spesifik dan tidak untuk penggunaan umum

mikroorganisme dalam konteks atau produk lain. Contohnya Bifidobacterium lactis Bb12 dan Streptococcus thermophilus Th4 dipertimbangkan sebagai GRAS dalam penggunaan yang spesifik dalam formula Level penggunaan

Bifidobacterium lactis Bb12 dan Streptococcus thermophilus Th4 yang digunakan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri pathogen adalah 106-108 cfu/gram. Level yang digunakan untuk campuran bakteri asam laktat yang terdiri dari Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus lactis, dan Pediococcus acidilactici adalah 106-108 cfu/gram bayi (www.cfsan.fda.gov/-rdb/op/gras-html).

Undang-undang Edukasi dan Label Gizi Amerika Serikat tahun 1991 (US the Nutrition Labelling and Education Act 1991) mengizinkan klaim kesehatan pada makanan tanpa persetujuan FDA sedangkan Komisi Perdagangan Federal (The Federal Trade Commission atau FTC) berwenang mengatur iklan. Pernyataan yang berhubungan dengan pencegahan, diagnosis, pengobatan penyakit dilarang

kecuali penyataan yang khusus direview dan disetujui FDA. Sedangkan klaim

fungsi dan struktur harus benar dan tidak menyesatkan sehingga tidak memerlukan

persetujuan FDA.

Uni Eropa

Di Eropa strain starter tradisional diklasifikasikan sebagai bahan pangan,

proses atau zat tambahan. Dalam prakteknya, jika diklasifikasikan sebagai suatu

bahan, maka harus didaftarkan ke dalam daftar tambahan produk akhir. Kultur

probiotik, jika digabungkan dengan pangan sering diklasifikasikan sebagai

suplemen pangan atau diet namun dalam beberapa kasus diklasifikan sebagai obat.

(34)

mengenai zat tambahan pangan (BEK nr 282 af 19/04/2000) memerlukan

dokumentasi investigasi kultur mikrobiologi atau toksikologi yang digunakan dan

tidak ada uji spesifik yang terdaftar. Di Perancis, sistem ijin premarket untuk strain baru juga dipertimbangkan. Rekomendasi yang diusulkan dan dipublikasikan

tahun 2002 oleh Agence Francaise de Secirite Sanitaire des Aliments (AFFSA) mengenai inventarisasi data yang diperlukan untuk menilai keamanan

mikroorganisme dalam pangan pertanian dan sektor pakan termasuk pendekatan

berdasarkan pohon keputusan (decision tree). Instruksi detail terhadap uji toksikologi strain meliputi studi laboratorium hewan. Pedoman AFSSA digunakan

untuk strain baru atau strain yang digunakan dalam aplikasi baru. Di Jerman ada

peraturan dilarang menyesatkan konsumen dan tidak boleh klaim yang tidak

didasarkan kepada bukti ilmiah.

Peraturan Uni Eropa untuk klaim kesehatan pada pangan tidak disetujui dan

dilarang menggunakan klaim pengobatan pada label pangan seperti klaim

mengobati, atau mencegah penyakit tetapi harus tetap memenuhi prinsip label

yang benar dan tidak menyesatkan. Uni Eropa mengembangkan pedoman untuk

mengatur pangan fungsional, pangan novel dan sediaan yang berhubungan dengan

probiotik. Peraturan novel food juga mempertimbangkan keamanan dan studi gizi tambahan. Di Eropa ketentuan probiotik untuk manusia tidak diatur secara khusus

namun ada Peraturan Uni Eropa 258/97 tentang Novel Food. Mikroorganisme yang tidak digunakan secara tradisional dalam produksi pangan dipertimbangkan

sebagai novel food dan diatur dalam Regulation (EC) No. 258/97. Sedangkan bahan tambahan untuk pakan yang berasal dari mikroba diatur dalam Council Directive 70/254/EEC. Pangan dan bahan pangan yang mengandung atau terdiri dari atau diproduksi dari produk rekayasa genetik dan pangan terdiri dari atau

(35)

diantaranya adalah membantu saluran pencernaan, mengandung probiotik, dan

untuk kesehatan saluran cerna.

Jepang

Probiotik termasuk ke dalam Food for Specified Health (FOSHU). FOSHU dikonsumsi untuk mempertahankan atau menjaga kesehatan secara umum atau

khususnya digunakan bagi orang yang ingin menjaga kondisi kesehatannya.

Sebelum di pasarkan dilakukan analisis terhadap keamanan dan manfaat pangan

terhadap fungsi kesehatan serta klaim harus disetujui oleh Menteri Kesehatan

Jepang. Persetujuan tersebut memerlukan laporan keamanan, bukti ilmiah efek

terhadap manusia, dan analisa zat gizinya. Strain probiotik yang diijinkan di

Jepang adalah GG, BB536, SBT-2062 dan Shirota (Reid 2001).

Klaim probiotik yang diijinkan adalah a) mencapai usus halus dalam keadaan

hidup, b) meningkatkan bakteri baik/bifidobakteri/ lactobacilli usus, c) menjaga

kondisi saluran cerna dengan baik, d) membantu mempertahankan kondisi saluran

cerna dengan baik, e) menjaga kesehatan usus, f) membantu keseimbangan flora

saluran cerna, dan g) menurunkan bakteri jahat (Reid 2001). Klaim penurunan

resiko penyakit diperbolehkan bila penurunan risiko penyakit secara klinis dan gizi

telah ada pada komposisi (www.kensaku.mhlw.go.jp/app/ highligh).

Dokumen yang diperlukan untuk klaim adalah contoh label, data gizi dan

klinis yang menunjukkan efek kesehatan dari pangan termasuk hasil tes terhadap

20-30 orang Jepang, data gizi dan klinis yang menunjukkan perbedaan daily intake dari pangan atau komponennya, data keamanan dan kestabilan pangan, hasil sifat

fisiologis pangan, hasil kuantitatif atau kualitatif dan deskripsi metoda analisa

yang digunakan serta nilai kalorinya (Reid 2001). Asosiasi Minuman Susu

Fermentasi dan Bakteri Asam Laktat (Fermented Milks and Lactic Acid Bacteria Beverages Association) menyatakan bahwa produk yang mengandung >1x107 Bifidobacteria/g atau mL produk dipertimbangkan sebagai pangan probiotik (Ishibashi dan Shimamur 1993). Kategori komponen fungsional bakteri asam

(36)

GG, L delbruckii subsp, Bulgaricus 2038, Bifidobacteria, L casei Shirota dapat ditunjukkan secara lengkap pada pada Lampiran-2.

Indonesia

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.52.0685

tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional yang dikeluarkan

tanggal 27 Januari 2005, probiotik dikelompokkan sebagai komponen pangan

fungsional. Tabel 2 menunjukkan klaim tentang kandungan yang diizinkan pada

probiotik.

Tabel 2. Klaim tentang kandungan gizi yang diizinkan untuk probiotik di Indonesia

Klaim Persyaratan “Diperkaya”, “Fortifikasi”, “Extra”,

“Ditambahkan”, “Plus”, “Lebih pada produk Fermentasi dan Non Fermentasi”

Harus mengandung salah satu jenis mikroorganisme tersebut di atas dosis minimum probiotik 106 CFU per hari. Metode produksi produk susu probiotik harus dapat menjaga kestabilan dari bakteri hidup setelah masa produksi dan masa akhir shelf life

“Mengandung”,“Memberikan”, Merupakan Sumber yang Baik pada Produk Fermentasi dan Non Fermentasi”

Harus mengandung salah satu jenis mikroorganisme tersebut di atas dosis minimum probiotik 107 CFU per hari

“Tinggi”, “Kaya akan”,

“Merupakan Sumber yang Sangat Baik pada Produk Fermentasi dan Non Fermentasi”

Harus mengandung salah satu jenis mikroorganisme tersebut di atas dosis minimum probiotik 108 CFU per hari

Klaim tentang fungsi yang diizinkan adalah Probiotik (Lactobacillus dan Bifidobacterium, kecuali L. bulgaricus) dapat membantu mempertahankan fungsi saluran cerna. Sedangkan klaim tentang manfaat terhadap kesehatan tidak

diizinkan. Label dan iklan probiotik tidak boleh mencantumkan klaim tentang

manfaat terhadap kesehatan (BPOM 2005).

Persyaratan lain adalah label dan iklan pangan yang mengandung probiotik

harus mencantumkan keterangan seperti genus, spesies dan strain (bila proses

seleksinya telah mencapai tingkat strain, sebaiknya spesifisitas dari strainnya

(37)

spesifik), jumlah minimum probiotik yang hidup pada akhir masa “shelf-life”, ukuran rumah tangga yang dianjurkan untuk menggambarkan dosis probiotik yang

tepat yang berhubungan manfaat kesehatan, informasi mengenai jumlah probiotik

secara akurat terhadap efek fisiologisnya dan kondisi penyimpanan yang tepat

serta informasi rinci nama perusahaan yang dapat dihubungi untuk informasi bagi

konsumen. Dinyatakan bahwa hasil pengujian adalah berdasarkan uji coba pada

orang Indonesia minimal 20 orang (BPOM 2005).

FAO dan WHO

Definisi probiotik menurut FAO dan WHO (2001) adalah mikroorganisme

hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat memberi manfaat

kesehatan bagi manusia. Denifisi yang dirumuskan oleh FAO dan WHO tersebut

menekankan bahwa 1) penggunaan kata probiotik berhubungan dengan produk

yang berisi mikroorganisme hidup 2) perlunya untuk menyediakan produk

probiotik dalam dosis yang cukup untuk dapat menghasilkan efek yang diinginkan,

3) dosis dinyatakan dalam jumlah sel yang hidup (colony forming unit, CFU). FAO/WHO (1998) memasukkan probiotik dalam kategori ingredien yang

dapat memperbaiki kualitas gizi pangan. Mikroorganisme yang dimaksud terutama

adalah spesies Lactobacillus (L. acidophilus, L. casei, L. fermentum, L. gasseri, L. johnsonii, L. lactis, L. paracasei, L. plantarum, L. reuteri, L. rhamnosus, L. salivarius) dan Bifidobacterium (B. bifidum, B. breve, B. lactis dan B. longum). Untuk dapat digunakan dalam pangan, mikroorganisme harus dapat bertahan hidup

dalam saluran pencernaan dan dapat berkembang biak dalam usus (Reid 2001).

Saat ini di banyak negara, hanya klaim kesehatan umum yang diperbolehkan

pada pangan mengandung probiotik. FAO dan WHO (2002) merekomendasikan klaim kesehatan khusus diijinkan pada makanan yang menggunakan probiotik bila

bukti ilmiahnya ada. Beberapa klaim kesehatan seharusnya dapat diijinkan pada

label dan materi iklan. Contoh klaim khusus yang menyatakan bahwa probiotik

menurunkan frekwensi diare rotavirus pada bayi lebih informatif bagi konsumen

dari pada klaim umum yang menyatakan bahwa meningkatkan kesehatan saluran

(38)

label adalah Genus, spesies dan strain yang digunakan, jumlah minimum probiotik

yang hidup pada akhir masa shelf life, ukuran penyajian yang disarankan memberikan dosis probiotik yang berhubungan dengan klaim kesehatan, klaim

kesehatan, kondisi penyimpanan yang sesuai, informasi rinci perusahaan untuk

informasi konsumen (FAO/WHO 2002).

Menurut FAO/WHO (2002) untuk mengevaluasi probiotik diperlukan

informasi detail mengenai genus/spesies/strain, uji in vitro untuk menguji potensial probiotik, pertimbangan keamanan yang merupakan persyaratan untuk

membuktikan strain probiotik aman dan tanpa kontaminasi, uji in vivo menggunakan hewan dan manusia dan klaim manfaat kesehatan serta label.

Evaluasi yang dilakukan terhadap probiotik adalah identifikasi genus, spesies dan

strain. Uji keamanan pangan meliputi uji in vitro/uji hewan percobaan dan uji coba pada manusia fase 1. Uji coba pada manusia dilakukan secara acak buta ganda

(double-blind randomized clinical trial, DBPC) Fase 2 atau rancangan penelitian lainnya yang sesuai dengan besar sampel dan keluaran utama yang sesuai untuk

menentukan manfaat dari strain/produk. DBPC kedua yang independen untuk

mengkonfirmasi hasil. Fase 3, uji efektifitas untuk membandingkan probiotik

dengan standar penatalaksanaan pada kondisi tertentu.

Riset Prebiotik dan Probiotik

Riset mengenai prebiotik, probiotik dan sinbiotik telah banyak dilakukan.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya publikasi penelitian dalam jurnal atau majalah

ilmiah. Seleksi dan pemanfaatan strain probiotik dari alam diperlukan dengan

tujuan untuk mendapatkan strain-strain yang mempunyai sifat yang diinginkan

sebagai probiotik, diantaranya dapat memperbaiki keseimbangan mikroba dan

enzimatik pada permukaan sel mukosa usus, dapat berkompetisi dengan bakteri

patogen sehingga mencegah adhesi bakteri patogen, merangsang sistem imun di

dalam tubuh dan menekan produksi senyawa karsinogenik di dalam usus. Riset

mengenai pemanfaatan strain probiotik dalam produk makanan atau minuman

diperlukan untuk menghasilkan produk yang dapat diterima oleh konsumen

(39)

penelitian tentang probiotik telah dilakukan oleh para peneliti secara in vitro, in vivo dan uji pada manusia seperti ditunjukkan pada Tabel 3, 4 dan 5.

Tabel 3. Hasil riset probiotik menggunakan metoda uji in vitro

Strain Probiotik Medium Hasil Pustaka

Lactobacillus fermentum KC5b

Bile salts Menurunkan kolesterol subsp, bulgaricus and Lactococcus lactis dengan Lactobacillus acidophilus, L casei, L bacillus

rhamnosus, bifidobacteria

Gastric juice, bile salt

Penggunaan bersama akan meningkatkan

Gastric juice Mempengaruhi flora saluran pencernaan dan kolonisasi

Dunne et al. (2001)

Lactobacillus plantarum 299v dan Lactobacillus rhamnosus GG

MUC2 dan MUC3

Menghambat jumlah E coli

Mack et al (1999)

Hasil riset probiotik menggunakan metoda uji in vitro menunjukkan bahwa Lactobacillus fermentum KC5b dapat menurunkan kolesterol (Pereira et al. 2003)usedangkan Lactobacillus salivarius UCC18 dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan (Dunne et al. 2001).

Tabel 4. Hasil riset probiotik menggunakan metoda uji in vivo

Probiotik Target Hasil Pustaka

Lactobacillus

Lactobacillus salivarius UCC118

Mencit Mempengaruhi flora saluran pencernaan dan kolonisasi

Dunne et al. (2001)

L. casei Shirota Tikus Menurunkan aktifitas bakteri patogen Helicobacter pylori

Sguoras et al. (2004)

Lactobacillus rhamnosus DR 20

Mencit Meningkatkan jumlah Lactobacillus

(40)

Dari hasil riset probiotik secara in vivo tersebut menunjukkan bahwa L. casei Shirota dapat menurunkan aktifitas bakteri patogen Helicobacter pylori (Sguoras et al. 2004) dan Lactobacillus acidophilus dapat memperlambat pengembangan tumor usus (Goldin dan Gorbach 1980), serta Lactobacillus salivarius strain UCC118 dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan dan kolonisasi (Dunne et al. 2001).

Tabel 5. Hasil riset probiotik menggunakan metoda pada manusia

Strain Probiotik Target Hasil Pustaka

Lactobacillus GG, Bifidobacterium sp B2420, Lactobacillus acidophilus 145

Anak Menurunkan bakteri

pathogen (Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae and b-hemolytic

streptococci)

Gluck and Gebbers (2003) Tahun……

Lactobacillus rhamnosus HN001

Manusia Meningkatkan respon imun

Sheih et al. (2001) Bifidobacterium lactis

HN019

Manusia Dapat meningkatkan fungsi imun sel

Gill et al. (2001) Lactobacillus salivarius

strain UCC118

Manusia Mempengaruhi flora saluran pencernaan

dan kolonisasi

Dunne et al. (2001)

Lactobacillus casei, L bulgaricus dan S thermophilus

Manusia Menurunkan kejadian diare

Hickson et al. (2007)

Lactobacillus casei Shirota

Manusia Dapat mempengaruhi komposisi dan

aktifitas flora usus dan tidak

mempengaruhi sistem imun

Spanhaak et al. (1998)

Lactobacillus casei Shirota

Manusia Meningkatkan aktifitas sel NK (natural killer)

Takeda and Okumura (2007)

(41)

vivo dan pada manusia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6, 7 dan 8 dapat diketahui manfaat dari penggunaan prebiotik inulin dan GOS pada mikroflora

saluran pencernaan baik dalam bentuk tunggal maupun bentuk kombinasi.

Kombinasi penggunaan GOS dan inulin dalam ration 9:1 dapat meningkatkan

jumlah mikroorganisme Bifidobacteria dan Lactobacilli. Kombinasi penggunaan GOS dan inulin pada ration 9:1 ditambahkan pada produk formula dan formula

bayi berhubungan dengan frekwensi dan tingkat kelembutan feces. Pengunaan

konsentrasi inulin sendiri yang bervariasi menunjukkan peningkatan jumlah

bifidobacteria yang bervariasi pula.

Tabel 6. Hasil riset prebiotik menggunakan metoda uji in vitro, in vivo dan pada Manusia

Metode uji

Jenis Prebiotik Subyek Hasil Pustaka

In vitro FOS Human faecal bacteria

Menurunkan pH medium Gibson dan Wang

Babi berpotensi merangsang populasi bakteri intestinal

Topping et al. (2004)

FOS Tikus Menurunkan berat badan Delzenne et al. (1993) FOS Tikus Meningkatkan penyerapan

Ca, Mg dan Phospat

Meminimalkan efek jumlah faecal Bifidobaerium, Lactobacillus, Enterococcus,

Jumlah faecal bifidobacteria meningkat

Bifidobacteria sedikit meningkat

Jumlah faecal bifidobacteri meningkat

Fanaro et al. (2005) GOS Manusia Jumlah faecal bifidobacteria

dan lactobacilli meningkat

Ben (2004)

Inulin Manusia Meningkatkan populasi Bifidobacteria

(42)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Seluruh tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada kantor Badan

Pengawas Obat dan Makanan di Jakarta serta supermarket di wilayah Jakarta

Timur. Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan selama bulan Juni 2007

hingga Maret 2008.

Alat dan Bahan

Penelitian ini memerlukan data mengenai regulasi pangan fungsional

khususnya prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang merupakan regulasi

international/negara lain seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Jepang,

Indonesia serta FAO/WHO. Regulasi yang diamati adalah a) pengelompokan

pangan fungsional dan definisi prebiotik, probiotik dan sinbiotik; b) jenis prebiotik

atau kultur bakteri probiotik, c) konsentrasi yang diizinkan, d) klaim, dan e) label

serta f) ketentuan evaluasi keamanan dan manfaat. Informasi mengenai regulasi

internasional/negara lain, regulasi Indonesia dan hasil riset prebiotik, probiotik

dan sinbiotik diperoleh dari peraturan dan jurnal-jurnal penelitian dari

perpustakaan dan internet.

Informasi data premarket dan postmarket mengenai a) sumber asal prebiotik atau kultur probiotik atau kombinasi yang sering digunakan oleh produsen pangan,

b) jenis produk pangan, c) klaim dan d) label produk pangan tersebut produk

pangan yang mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik antara produk yang

terdaftar di Badan POM selama rentang waktu 2002-2007 (pre-market) dengan produk yang beredar di supermarket di wilayah Jakarta Timur (post-market). Data produk pangan yang mengandung prebiotik/probiotik dan terdaftar di Badan POM

baik MD maupun ML selama rentang tahun 2002-2007 diperoleh dari Direktorat

Penilaian Keamanan Pangan Badan POM. Data produk pangan yang mengandung

prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang beredar diperoleh dengan melakukan survei

(43)

Metode

Kajian mengenai regulasi dan perdagangan pangan fungsional khususnya

prebiotik, probiotik dan sinbiotik dilakukan dengan menggunakan metode studi

kepustakaan dan survei. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan utama

yaitu persiapan kegiatan penelusuran literatur, survei premarket dan post market,

pengolahan data, analisa data dan penulisan hasil, dengan rancangan penelitian

seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Adapun rincian tahapan penelitian sebagai berikut :

1. Kajian regulasi internasional/negara lain seperti Amerika Serikat, Uni Eropa,

Australia, dan Jepang serta regulasi di Indonesia. Regulasi yang dibandingkan

adalah definisi, jenis prebiotik atau kultur probiotik atau sinbiotik yang

diizinkan, konsentrasi, klaim prebiotik/probiotik, label dan persyaratan

evaluasi. Hasilnya dapat dianalisa untuk melihat apakah ada gap antara

regulasi pangan fungsional khususnya prebiotik, probiotik dan sinbiotik secara

internasional dengan regulasi yang ada di Indonesia.

2. Kajian perdagangan produk pangan yang mengandung prebiotik, probiotik dan

sinbiotik untuk mengetahui penerapan regulasi pangan fungsional di Indonesia,

meliputi :

a. Melakukan survei untuk dapat membandingkan produk pangan yang

mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik yang terdaftar dengan

produk yang beredar, terhadap jenis pangan, sumber asal prebiotik apakah

dari inulin atau FOS atau GOS atau kombinasi, atau untuk probiotik adalah

kultur mikroba, klaim dan persyaratan label. Diagram alir tahapan utama

(44)

Tabel 3 Rancangan penelitian

No Informasi Subyek Data yang diperlukan

Sumber Target yang

diharapkan Hasil Riset Prebiotik

Probiotik asal prebiotik, klaim

Jenis pangan, kultur bakteri klaim jenis prebiotik, klaim

(45)

Gambar 3. Diagram alir tahapan utama penelitian

b. Lokasi pengambilan contoh

Data pre-market produk pangan yang mengandung prebiotik,

probiotik dan sinbiotik diperoleh dari berkas pendaftaran produk pangan

pada rentang tahun 2002-2007 di Badan POM Jakarta. Produk pangan yang

disurvei adalah produk pangan yang mengandung prebiotik berasal dari

inulin, FOS dan GOS. Dasar pemilihan prebiotik asal inulin, FOS dan GOS

pada penelitian ini dengan pertimbangan konsentrasinya dan jenis prebiotik

ini paling banyak terdaftar di Badan POM selama tahun 2002-2007.

Produk pangan yang mengandung probiotik yang disurvei adalah

yang mengandung Lactobacillus dan Bifidobacterium spesies. Dasar pertimbangan ini mengacu pada jenis probiotik Lactobacillus dan Bifidobacterium spesies yang tercantum pada ketentuan tentang pangan fungsional (BPOM 2005). Sedangkan produk pangan yang mengandung

sinbiotik yang disurvei adalah pangan yang mengandung prebiotik (inulin, Regulasi Indonesia

Data Pre- market

DataPost-market

Kajian antar produk yang terdaftar dengan produk beredar jenis pangan, sumber asal/kultur,

klaim, label

Kajian gap antar regulasi dengan perdagangan

Kajian regulasi (a) Kajian perdagangan

(b)

Regulasi Internasional/ negara

(46)

FOS dan GOS) dan probiotik (Lactobacillus dan Bifidobacterium spesies kecuali L. Bulgaricus dengan dosis antara 106-108 cfu).

Data post-market pangan prebiotik, probiotik dan sinbiotik

diperoleh dengan melakukan survei produk pangan mengandung prebiotik,

probiotik dan sinbiotik pada lima supermarket di wilayah Jakarta Timur.

Adapun cara melakukan survei dengan melihat komposisi produk pangan

tersebut apakah mengandung prebiotik (inulin, FOS dan GOS) dan

probiotik (Lactobacillus dan Bifidobacterium spesies kecuali L. bulgaricus dengan dosis antara 106-108 cfu). Sedangkan produk yang mengandung sinbiotik yang disurvei adalah yang mengandung prebiotik dan sinbiotik.

Produk pangan prebiotik/ probiotik/sinbiotik yang berasal dari pre market dan postmarket tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategori pangan dan jenis produk pangan.

Dasar pemilihan wilayah Jakarta Timur sebagai studi kasus pada

penelitian ini dengan pertimbangan selain merupakan wilayah urban

dengan strata penduduk yang bervariasi juga terkait dengan kepraktisan

dalam pelaksanaan dan biaya yang diperlukan untuk melakukan survei.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel tidak acak dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan

tertentu sesuai tujuan penelitian. Berdasarkan data persetujuan prinsip

perpasaran swasta di wilayah Jakarta Timur dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Propinsi DKI Jakarta terdapat 15 perpasaran swasta di

wilayah Jakarta Timur. Dari 15 perpasaran swasta yang merupakan

supermarket dilakukan survei pada lima supermarket di wilayah Jakarta

Timur. Supermarket dipilih karena menjual secara lengkap segala

kebutuhan sehari-hari dan supermarket dikategorikan sebagai toko modern

yang menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan

dan produk rumah tangga lainnya dengan luas lantai penjualan

(47)

3. Pengolahan Data

a. Pengolahan data regulasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang diperoleh

disajikan dengan tabulasi silang dengan mengelompokkan berdasarkan

negara yaitu Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Australia, Indonesia,

dengan kelompok, definisi, jenis prebiotik/probiotik yang diizinkan, klaim

dan label.

b. Pengolahan data survei premarket dan post market produk pangan yang

mengandung prebiotik/probiotik/sinbiotik probiotik dibandingkan terhadap

jenis pangan, jenis prebiotik/kultur probiotik, klaim serta label serta

dilakukan kajian gap antara keduanya.

c. Hasil kajian gap regulasi dibandingkan dengan kajian perdagangan

sehingga akan menghasilkan suatu masukan atas pengembangan dan

penyempurnaan regulasi pangan fungsional khususnya prebiotik, probiotik

Gambar

Gambar 1.  Struktur kimia dari sukrose (GF) dan fructooligosaccharida (GFn
Gambar 2. Sifat bifidobacteria yang bermanfaat bagi kesehatan manusia
Tabel 1. Klaim kandungan gizi prebiotik yang diizinkan di Indonesia
Tabel 4. Hasil riset probiotik menggunakan metoda uji in vivo
+7

Referensi

Dokumen terkait

memanfaatkan potensi kawasan agar dapat difungsikan secara optimal. 2) Merupakan area pemukiman dan pariwisata dimana Sungai Cisadane telah digunakan sebagai objek

Sebagai langkah awal dalam menentukan aktivitas metabolit sekunder bakteri tersebut, dilakukan pengujian aktivitas sitotoksik dari bakteri yang bersimbiosis dengan

Namun demikian, menurut Garfinkel (2010) secara umum terdapat dua fakta tentang tools forensika digital yang saat ini tersedia, yaitu : (a) tools yang tersedia saat ini

Menguji kewajaran suatu jumlah dalam populasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel, digunakan jika auditor dalam auditnya mau menerima saldo suatu

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi ROE terhadap harga saham bila EPS sebagai variabel kontrol adalah sebesar %. Nilai

Sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan usaha SPA adalah usaha perawatan yang

Dengan perkembangan tersebut, dalam rangka pemenuhan kewajiban penyaluran kredit UMKM paling rendah 20% dari total kredit bank sekaligus untuk mendorong penyaluran kredit ke

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,