• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNG BALAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

WIDYA AGNES HAMID NIM : 110200393

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS HUKUM KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNG BALAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

WIDYA AGNES HAMID NIM : 110200393

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. Hasim Purba, SH., M. Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sunarto Adi Wibowo, SH., M.Hum. Zulkifli Sembiring, SH., MH.

NIP. 195203301976011001 NIP. 196010118198803100

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGBALAI

Widya Agnes Hamid* Sunarto Adiwibowo** Zulkifli Sembiring***

Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Dimana jika kesehatan masyarakat suatu Negara terjamin, hal tersebut juga mendukung kinerja sumber daya manusia dalam suatu negara. Untuk mencapai hal tersebut, maka harus tersedia pulalah sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan mutakhir. Karenanya diadakanlah kegiatan pengadaan alat-alat kesehatan oleh instansi Dinas

Kesehatan Kota Tanjungbalai (Pengguna Anggaran) yang melibatkan pihak kedua CV Shafira (Penyedia barang) umtuk mengadakan kontrak kegiatan pengadaan sarana

dan prasarana puskesmas. Adapun perumusan masalah yang diangkat adalah Apakah pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai sudah bersesuaian dengan Ketentuan Hukum, Apakah konsekuensi apabila pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tidak terpenuhi dan Apakah solusinya apabila terdapat

permasalahan dalam pelaksanaan kontrak pengadaan alat alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian Normatif dan Empiris. Penelitian normatif yaitu dengan memiliki bahan-bahan kepustakaan, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian empiris yaitu penelitian hukum yang memakai sumber data primer. Dengan melakukan penelitian pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

Pelaksanaan pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai telah memenuhi ketentuan hukum yaitu syarat sah perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata, Keppres No 80 Tahun 2003 dan 54 Tahun 2010 mulai dari pelelangan hingga pelaksanaan kontrak, namun secara teori dianggap tidak mempunyai kedudukan yang seimbang antara PPK dan Penyedia Barang/Jasa karena kontrak tersebut bersifat baku mengikuti ketentuan undang-undang. Apabila Kontrak Pengadaan Alat Kesehatan tidak terpenuhi maka diadakan evaluasi ulang terhadap kontrak dan disesuai dengan ketentuan addendum. Seperti halnya perjanjian jual-beli, kontak pengadaan alkes ini berlaku sama, dimana jika terpenuhinya kewajiban (barang) maka terpenuhi hak (harga). Penyelesaian permasalahan dapat dilakukan secara musyawarah mufakat berdasarkan Asas Pancasila. Sebisa mungkin penyelesaian masalah dilakukan diluar pengadilan sehingga para pihak mendapatkan win-win solution.

Kata Kunci : Pengadaan Barang dan Jasa, Dinas Kesehatan

*

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/Penulis

**

Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Dosen Pembimbing I

***

(4)

KATA PENGANTAR .

Bismillahirahmanirahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang ditangan-Nyalah terletak kendali segala urusan dan dalam kekuasaan-Nya tergengam segala kebaikan dan keburukan. Terkhusus atas berkat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini sebagai satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan Judul Skripsi: “Analisis Hukum

Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan

Kota Tanjungbalai”. Salawat beriring salam penulis panjatkan kepada Nabi Besar Rasulullah SAW agar kita semua mendapat safaat untuk keselamatan dunia dan akhirat, amin.

Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan serta dorongan semangat dari beberapa pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Safrudin Hasibuan, SH, MH.,DFM., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak OK. Saidin, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Kepada Bapak Sunarto Adiwibowo SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada Bapak Zulkifli Sembiring. SH. MH., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak berjasa dalam membimbing penulis selama perkuliahan.

Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

9. Papa tercinta Abdul Hamid, SH., M. Hum., dan Mama terkasih Nuraini, SE., atas kasih sayang sepanjang masa yang tak pernah usai kepada penulis, atas doa yang tiada henti dipanjatkan untuk penulis, serta dukungan, motivasi, semangat yang tak terhingga besarnya yang ditujukan kepada penulis. Kakak dan Adikku tersayang Afni Apla Riska Hamid, S.Ked dan Bayu Satria Gumala terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita dapat membahagiakan papa mama. 10.Mak Ety yang sedari kecil mengasuh penulis, memasak makanan lezat buat

penulis, yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis. Kepada Wak Iwan, Wak Pipi, Bu Ena, Bou Etek yang selalu memberi motivasi

kepada penulis agar selalu giat kuliah dan rajin belajar.

11.Sahabat-sahabat penulis sedari SMA Geng Chilli-Chilli yang beranggotakan pasukan mulut mulut pedas Jofry syahputra (Jojo Carey), Darma Bakti Hasibuan

(6)

12.Sahabat-sahabat penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Geng Kapak Merah. Yang beranggotakan pasukan berwajah sangar, berbadan lebar, namun berhati Hello Kitty. Puput Hardiani, Lydiasari Situmorang, Putri Nadapdap, Naomi Triyuristira, Ditha Afrodita S, Evelyn Sinurat, Rizky Daud, Roland Tampubolon terima kasih atas segala bantuan, nasehat, joke-joke menggelitik yang membuat hari-hari perkuliahan dikampus menjadi menyenangkan.

13.Teman-teman mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 group A. dan teman-teman program regular mandiri terima kasih atas persahabatannya.

14.Bapak Subroto SE., selaku Sekertaris Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, dan Bapak Syahrul Azhari pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai yang telah bersedia membagi ilmunya sehingga membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

15.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan baik dari segi materi maupun formatnya dikarenakan keterbatasan akan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan keberhasilan penulis dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan pihak lain yang memerlukannya

Medan, Januari 2015

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………v

BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang……….1

B. Perumusan Masalah……….9

C. Tujuan Penulisan……….9

D. Manfaat Penulisan………..10

E. Metode Penulisan………...11

F. Keaslian Penulisan……….14

G. Sistematika Penulisan………...…….15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK……….17

A. Pengertian dan Asas Hukum Kontrak………...……….17

B. Syarat Sah Suatu Kontrak………..23

C. Akibat Hukum Suatu Kontrak………...26

D. Berakhirnya Suatu Kontrak………..……….28

E. Jenis Kontrak…….………31

BAB III KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA………..36

A. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa……….36

B. Para Pihak Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa …..……….41

C. Prakualifikasi dan Pasca Kualifikasi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa………...57

D. Pengadaan Barang Dan Jasa Dilihat Dari Perpres No 4 Tahun 2015………....59

(8)

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT

KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGBALAI..…….... 79

A. Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Alat-Alat Kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai………...……...79

B. Jaminan Dalam Perjanjian Pengadaan Alat-Alat Kesehatan…...……….….90

C. Analisis Hukum Kemungkinan Kontrak Bermasalah……….………….…..92

D. Penyelesaian Sengketa Terhadap Kontrak yang Bermasalah………..102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..106

A. Kesimpulan………..106

B. Saran………107

DAFTAR PUSTAKA………..109

(9)

ABSTRAK

ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGBALAI

Widya Agnes Hamid* Sunarto Adiwibowo** Zulkifli Sembiring***

Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Dimana jika kesehatan masyarakat suatu Negara terjamin, hal tersebut juga mendukung kinerja sumber daya manusia dalam suatu negara. Untuk mencapai hal tersebut, maka harus tersedia pulalah sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan mutakhir. Karenanya diadakanlah kegiatan pengadaan alat-alat kesehatan oleh instansi Dinas

Kesehatan Kota Tanjungbalai (Pengguna Anggaran) yang melibatkan pihak kedua CV Shafira (Penyedia barang) umtuk mengadakan kontrak kegiatan pengadaan sarana

dan prasarana puskesmas. Adapun perumusan masalah yang diangkat adalah Apakah pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai sudah bersesuaian dengan Ketentuan Hukum, Apakah konsekuensi apabila pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tidak terpenuhi dan Apakah solusinya apabila terdapat

permasalahan dalam pelaksanaan kontrak pengadaan alat alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian Normatif dan Empiris. Penelitian normatif yaitu dengan memiliki bahan-bahan kepustakaan, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian empiris yaitu penelitian hukum yang memakai sumber data primer. Dengan melakukan penelitian pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

Pelaksanaan pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai telah memenuhi ketentuan hukum yaitu syarat sah perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata, Keppres No 80 Tahun 2003 dan 54 Tahun 2010 mulai dari pelelangan hingga pelaksanaan kontrak, namun secara teori dianggap tidak mempunyai kedudukan yang seimbang antara PPK dan Penyedia Barang/Jasa karena kontrak tersebut bersifat baku mengikuti ketentuan undang-undang. Apabila Kontrak Pengadaan Alat Kesehatan tidak terpenuhi maka diadakan evaluasi ulang terhadap kontrak dan disesuai dengan ketentuan addendum. Seperti halnya perjanjian jual-beli, kontak pengadaan alkes ini berlaku sama, dimana jika terpenuhinya kewajiban (barang) maka terpenuhi hak (harga). Penyelesaian permasalahan dapat dilakukan secara musyawarah mufakat berdasarkan Asas Pancasila. Sebisa mungkin penyelesaian masalah dilakukan diluar pengadilan sehingga para pihak mendapatkan win-win solution.

Kata Kunci : Pengadaan Barang dan Jasa, Dinas Kesehatan

*

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/Penulis

**

Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Dosen Pembimbing I

***

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang sedang membangun (developing country), dimana pada saat ini giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.1 Pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi aktif masyarakat, terutama sektor swasta dalam kaitannnya, dengan program pembangunan sarana dan prasarana umum. Hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir batin secara adil dan merata. Pembagunan nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yaitu penyediaan sarana dan prasarana kesehatan. Sebagai contohnya adalah pengadaan alat-alat kesehatan.

Pembangunan nasional khususnya dalam bidang kesehatan termasuk hal yang penting. Seperti yang diketahui, kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Dimana jika kesehatan masyarakat suatu Negara terjamin, hal tersebut juga mendukung kinerja sumber daya manusia dalam suatu negara. Untuk mencapai hal tersebut, maka harus tersedia pulalah sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan mutakhir. Namun, dalam pelaksanaannya pemerintah tidak dapat melaksanakannya sendiri. Oleh karena itu setiap pembangunan

1

(11)

ataupun proyek pemerintah melibatkan pihak lain. Seperti penyedia barang dan jasa. Dalam pelaksanaan pembangunan ini antara pihak-pihak yang melaksanakannya perlu adanya suatu kontrak, salah satu bentuk kontrak itu adalah kontrak pengadaan barang dan jasa.

Kontrak pengadaan barang dan jasa merupakan kontrak yang kompleks karena mengatur banyak aspek baik secara legal maupun teknis tentang proses pengadaan barang dan jasa yang membutuhkan kajian lebih lanjut guna ditemukannya format kontrak pengadaan barang dan jasa yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis dan/atau dengan pemerintah. Yang mana kerjasama tersebut dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis.2 Perjanjian tertulis tersebut adalah dasar bagi para pihak (pelaku bisnis dan/atau pemerintah) untuk melakukan penuntutan jika ada salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan dalam kontrak atau perjanjian.3

Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang dinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyediaan barang dan jasa, tunduk

2

Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, (Bandung, Mandar Maju, 2012) Hal 1.

3

(12)

kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang baku.4

Kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah bersifat multi aspek dan mempunyai karakter khusus bila dibandingkan dengan kontrak komersial atau kontrak privat pada umumnya. Pertama, hubungan hukum yang terbentuk antara pemerintah dan penyedia barang dan jasa disamping hubungan kontraktual sekaligus berdimensi hukum privat dan hukum publik. Kedua, bebas dalam mengatur hubungan hukum dan hubungan kontraktual bersifat mengacu pada regulasi tersendiri tentang pengadaan barang dan jasa pemeritah.5 Ketiga, keabsahan dokumen kontrak ditentukan oleh persyaratan pelelangan dan isi kontrak serta terpenuhinya syarat kewenangan bagi para pejabat dalam membuat dan menandatangani kontrak selaku wakil organisasi atau pemerintah. Keempat, prosedur pengadaan, prinsip dan norma dalam kontrak privat berlaku secara berdampingan dalam kontrak pengadaan pemerintah. Kelima, mekanisme pengelolaan keuangan Negara untuk pembayaran prestasi mengacu kepada aturan tentang pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).6 Keenam, perlu perhatian terhadap kepentingan umum sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi.7 Guna mendorong laju pertumbuhan industri dalam negeri agar terpenuhi kewajiban dalam penyediaan fasilitas umum (Public utility) demi penyelenggaraan pembangunan nasional. Ketujuh, instrumen hukum yang

4

Adrian Sutedi. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Dan Berbagai Permasalannya. (Jakarta. Sinar Grafika Offset. 2008) Hal 3.

5

Yohanes Sogar Simamora, Hukum Kontrak: Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Indonesia. (Surabaya. Laksbang Justitia. 2013) Hal 3.

6

H. Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa. (Jakarta. Prenadamedia Group. 2014) Hal 3.

7

(13)

mengatur kontrak pengadaan barang/ jasa dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah selaku pihak yang terlibat kontrak.8

Pengadaan barang dan jasa baik pemerintah ataupun swasta memiliki prosedur yang dilandasi pada norma dan etika. Salah satu perilaku yang melanggar norma dan etika pada pengadaan barang dan jasa adalah korupsi pengadaan barang dan jasa. Berbagai praktek korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengadan barang dan jasa serta modus pembocoran yang biasanya dilakukan adalah mark up (nilai proyek digelembungkan) serta spesifikasi barang diturunkan tanpa mengkoreksi nilai proyek. Ada juga yang sampai nekat melakukan tender yang fiktif. Begitu besar jumlah kebocoran akibat korupsi, kolusi dan nepotisme yang masih berlangsung hingga saat ini dalam hal pengadaan barang dan jasa. Hasil kajian pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang tertuang dalam Court Procurement Assesment Report (CPAR) tahun 2001 menyebutkan bahwa sebesar 10%-50% dana unutk pengadaan barang dan jasa mengalami kebocoran.9 Komisi pengawasan persaingan usaha (KPPU) juga mengungkapkan suatu fakta bahwa pada tahun 2002 sebanyak 30% dari uang rakyat di korupsi yang jumlahnya tidak kurang dari Rp. 45 triliun.10 Bahkan berdasarkan hasil laporan Bank Dunia tahun 2009, berpotensi kebocoran pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebesar Rp. 69,4 triliun.11 Besarnya jumlah kecurangan dalam proses pelaksanan pengadaan barang dan jasa ini. Dapat diminimalisir dengan pembuatan

8

H. Purwosusilo. Op.Cit Hal 3.

9

Adrian Sutedi. Op.Cit Hal 44.

10

Muhammad Irfan AB, Menyehatkan sistem Pengadaan Barang/Jasa , Lihat: http://www.fajaronline.com. 20 februari 2015.

11

(14)

kontrak pengadaan jasa yang baik dan benar. Yang didalamnya berisikan klausula-klausla yang dapat mengatur kemungkinan adanya hal yang tidak diinginkan. Diatur pula didalam kontrak tersebut mengenai sanksi apabila terjadi hal-hal yag tidak diinginkan, serta apabila terdapat itikad tidak baik diantara para pihak. Itikad baik merupakan salah satu asas dalam hukum perjanjian. Ketentuan mengenai itikad baik ini dinyatakan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik..12 Dalam mengatur setiap proses pengadaan barang dan jasa pemerintah termasuk mengatur setiap individu yang terlibat didalamnya. Pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Peraturan tersebut mengatur tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, tujuan dari dikeluarkannya peraturan tersebut adalah untuk mengurangi segala bentuk penyimpangan yang terjadi dan meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Walaupun telah dikeluarkan Keppres untuk mengatur pengadaan barang dan jasa pemerintah, tetap saja jumlah korupsi dalam pengadaan barang dan jasa tidak dapat dikurangi jumlahnya. Berkaitan dengan itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 sebagai revisi dari Keppres Nomor 80 Tahun 2003, direvisi kembali dengan Perpres Nomor 35 Tahun 2011 dan kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan yang terakhir direvisi lagi dengan Perpres Nomor 4 Tahun 2015 untuk menyempurnakan mekanisme pengadaan barang dan jasa agar hasil yang didapatkan lebih efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/ tidak diskriminatif, akuntabel, dan bermanfaat sebagai perbaikan sistem pengadaan barang dan jasa.

12

(15)

Pelaku bisnis sering kali menyesal ketika suatu kontrak yang dibuatnya bermasalah. Padahal persoalan hukum tersebut timbul karena ketidak hati-hatian pelaku bisnis ketika menyusun dan menyetujui kontrak tersebut. Umumnya kesadaran muncul ketika kontrak bermasalah. Padahal pemahaman isi kontrak saat kontrak tersebut dirancang merupakan suatu keharusan, bukan setelah kontrak yang disepakati tersebut bermasalah. Selain itu, berbicara tentang kontrak tidak terlepas dari ilmu hukum kontrak. Namun demikian, banyak orang beranggapan bahwa kontrak untuk bisnis adalah persoalan bisnis semata dan tidak ada hubungannya dengan ilmu hukum. Akibatnya, perancangan kontraknya sering kali cukup dilakukan dengan copy paste saja, sedangkan penyempurnaannya didasarkan atas mitos-mitos yang muncul dari rangkaian rumor tentang kontrak itu sendiri dalam praktik bisnis sehari hari. Dengan kalimat lain. Banyak pelaku bisnis menganggap bahwa pembicaraan hukum ketika berbisnis, dianggap merupakan langkah yang hanya memperlambat aktivitas gerak bisnis itu sendiri, mengingat semua akan cenderung menjadi serba hati-hati13. Terkait dengan sering kali terjadinya kontrak-kontrak bermasalah, maka penting untuk seluruh aktivitas bisnis adalah perbuatan hukum khususnya hukum kontrak, Yang mana pengadaan barang dan jasa pemerintah juga merupakan salah satu bentuk aktivitas bisnis antara pemerintah dengan pihak swasta sehingga dengan demikian adalah merupakan yang sangat penting diketahui, khususnya pengguna dan penyedia barang / jasa pemerintah terhadap aspek-aspek hukum yang terkait dengan pengadaan barang/ jasa, sehingga dengan mengetahui peraturan peraturan yang terkait, maka akan meminimalkan terjadinya kerugian14. Berbagai macam kasus

13

Annalisa, et.al. Op.Cit, Hal 2

14

(16)

yang terjadi sudah membuktikan bahwa persengketaan yang terjadi berawal dari penyusunan kontrak yang tidak baik, tidak teliti. Yang akhirnya berujung dipengadilan guna memperoleh penyelesaian. Seperti kontrak mengenai pengadaan alat kesehatan antara pihak pemerintah dan pihak swasta yang akhir-akhir ini yang sedang marak diperbincangkan di media masa, karena tidak sesuai kenyataan (praktek/ pelaksanaan) dengan klausula-klausula yang tertera dalam kontrak. Penyimpangan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah, seringkali terjadi karena adanya perbuatan dari pejabat pengadaan serta pejabat terkait lainnya yang melakukan penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya. Dari beberapa proses dalam pengadaan barang/jasa oleh pemerintah, masing-masing tahap berpotensi terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa. Pihak-pihak-pihak yang dimaksud adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Panitia Pengadaan disatu pihak. PPK adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran (PA) /Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) /Dewan Gurbernur Bank Indonesia (BI) /Pemimpin Badan Hukum Milik Negara (BHMN) /Badan Usaha Milik Daerah(BUMD) /Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.15 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Anggaran /Dewan Gubernur BI /Pimpinan BHMN/ Direksi BUMN/ Direksi BUMD, untuk memeriksa dan menerima hasil pekerjaan pengadaan barang dan jasa.16Dalam praktek, pihak-pihak tersebut seringkali dianggap sebagai pihak yang bertanggungjawab apabila terjadi

15

Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, Perpres No. 54 Tahun 2010, Pasal. 1 angka 7

16

(17)

penyimpangan terhadap proses pengadaan barang dan jasa. Mengingat besarnya nilai pengadaan barang dan jasa dan kontribusinya pada perekonomian negara, serta banyaknya pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang, maka perwujudan sistem pengadaan barang dan jasa yang baik akan berdampak luas pada prilaku, baik ditingkat birokrasi maupun pada usaha serta masyarakat pada umumnya.

Sistem pengadaan barang dan jasa yang baik adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang mampu menerapkan prinsip-prinsip tata cara pemerintahan yang baik (good governance), mendorong efisiensi dan efektivitas belanja publik, serta penataan perilaku tiga pilar (pemerintah, swasta, dan masyarakat) dan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik.17

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai aturan yang dapat memastikan bahwa pengadaan barang/ jasa sesuai dengan yang dibutuhkan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyerahan sampai dengan pelaporan dan pertanggung jawaban kegiatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kesehatan tersebut. Yang penulis angkat dengan judul

“ Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-Alat Kesehatan Pada Dinas

Kesehatan Kota Tanjungbalai”

B. Perumusan Masalah

17

(18)

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai sudah bersesuaian dengan Ketentuan Hukum ?

2. Apakah konsekuensi apabila pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tidak terpenuhi ? 3. Apakah solusinya apabila terdapat permasalahan dalam pelaksanaan

kontrak pengadaan alat alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai ?

C. Tujuan Penulisan

Surjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Penelitian

Hukum” menyebutkan bahwa langkah-langkah selanjutnya setelah merumuskan masalah adalah merumuskan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut.18

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dalam mencapai gelar “Sarjana Hukum” bagi mahasiswa -mahasiswi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Dan juga menyangkut :

18

(19)

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai sudah bersesuaian dengan Ketentun Hukum.

2. Untuk mengetahi apakah konsekuensinya apabila pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tidak terpenuhi.

3. Untuk mengetahui apakah solusinya apabila terdapat permasalahan dalam pelaksanaan kontrak pengadaan alat alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

D. Manfaat penulisan

Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah agar dapat bermanfaat karena nilai dari sebuah penulisan skripsi ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penulisan skipsi tersebut. Berikut manfaat yang diharapkan dari rencana penulisan skripsi ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Adapun yang menjadi manfaat teoritis dari rencana penulisan skripsi ini sebagai berikut :

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya.

(20)

c. Hasil penulisan ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan-penulisan sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari rencana penulisan ini sebagai berikut :

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu hukum, khususnya hukum perdata dalam hal pengadaan alat-alat kesehatan .

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan materi skripsi ini. Bertujuan agar tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan nilai ilmiahnya, maka diusahakan memperoleh dan mengumpulkan data dengan mempergunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

(21)

peraturan perundang-undangan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian empiris yaitu penelitian hukum yang memakai sumber data primer. Data yang diperoleh berasal dari eksperimen dan observasi. Dengan melakukan penelitian pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan juga melakukan wawancara kepada pihak yang berkontrak, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai guna mendapatkan informasi secara fakta dan akurat.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan dan data primer yang diperoleh dari observasi

a. Data sekunder

Data sekunder adalah merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder mencakup: 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, mulai

(22)

2) Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelesan mengenai hukum primer dengan menganalisa serta memahami bahan hukum primer. Seperti buku, jurnal, teori-teori dan pendapat sarjana.

3) Bahan hukum tersier, yaitu yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus ensiklopedia.

b. Data primer

Metode pengumpulan data primer yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Sumber data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang diteliti secara langsung yaitu melalui wawancara dengan responden.

4. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara. Studi dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui media tertulis. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu studi pustaka dengan cara identifikasi isi. Wawancara dilakukan dengan pihak instansi yang dijadikan tempat penelitian.

5. Analisa data

(23)

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Analisis Hukum Terhadap Pengadaan Alat-Alat

Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai”. Hal ini telah disetujui oleh

Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap pengujian kepustakaan. Berdasarkan penelusuran kepustakaan oleh pihak Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka judul skripsi, tesis yang telah ada di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi dan Informasi FH USU adalah :

Nama : Kiki Fitri M. Manurung Nim : 060200149

Judul : Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara

Nama : Irwin Zaily Nim : 920200093

Judul : Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Pemborongan Pengadan Bahan Makanan Antara Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSPJ) Dengan U.D Cahaya

Nama : Zulfikar Siregar Nim : 970200136

(24)

Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku, peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai dengan kajian permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini dapat dikatakan aktual dan asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Walaupun banyak penulisan skripsi sebelumnya mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah, namun penulisan skripsi yang ini

tentulah berbeda karena pembahasannya yang berbeda pula.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi,

penulisan hukum ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan hukum.

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

Adapun yang mendasari penulisan ini adalah mengenai penjelasan tentang pengertian dan asas hukum kontrak, syarat sah suatu kontrak, akibat hukum suatu kontrak, berakhirnya suatu kontrak dan jenis kontrak. BAB III. KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA

Bab ketiga ini menguraikan secara detail mengenai pengertian

(25)

jasa, pengadaan barang dan jasa dilihat dari Perpres No 4 Tahun 2015, hak dan kewajiban para pihak dalam pengadaan barang dan jasa.

BAB IV. ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGBALAI

Bab ini merupakan suatu hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dan penulis membahas mengenai bagaimana kegiatan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dengan CV. Shafira, Jaminan dalam perjanjian pengadaan alat-alat kesehatan, analisis hukum kemungkinan kontrak bermasalah, penyelesaian sengketa terhadap kontrak yang bermasalah.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

A. Pengertian dan Asas Hukum Kontrak 1 Pengertian Kontrak

Suatu kontrak atau perjanjian adalah suatu “peristiwa dimana seorang

berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal”.19

Pengaturan tentang kontrak ini diatur di dalam buku III KUHPerdata. Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian, kontrak adalah salah satu dari dua dasar hukum yang ada undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain.20

Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Berdasarkan hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan (prestasi), perjanjian dibagi dalam tiga macam (Pasal 1234 KUHPerdata), yaitu :

a. Perjanjian untuk memberikan / menyerahkan sesuatu barang; b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu;

c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.21

Perjanjian didalam Pasal 1313 KUH Perdata definisikan sebagai berikut :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

19

Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta. Intermasa. 1996) Hal 1.

20

Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak (Jakarta. Gramedia Widiasarana, 2001) Hal 7

21

(27)

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Namun, pengertian

kontrak menurut Pasal 1313 KUHPerdata tersebut tidaklah lengkap, karena hanya mencakup kontrak sepihak, yaitu satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih, sedangkan satu kontrak lainnya atau lebih itu tidak diharuskan untuk mengikatkan diri kepada pihak pertama. Selain itu, pengertian kontrak menurut Pasal 1313 KUHPerdata juga terlalu luas, karena dapat mencakup perbuatan hukum dalam lapangan hukum keluarga, misalnya perjanjian perkawinan yang merupakan kontrak juga. Tetapi sifatnya berbeda dengan yang diatur dalam buku III KUHPerdata yang merupakan perbuatan hukum dalam lapangan harta kekayaan, yang kriteria dasarnya adalah dapat dinilai secara materil mengandung nilai ekonomis yang dapat dinilai dengan uang.22

Suatu kontrak, menurut Erman Radjagukguk, pada dasarnya adalah suatu dokumen tertulis yang memuat keinginan para pihak untuk mencapai tujuan komersialnya, dan bagaimana pihaknya di untungkan, dilindungi atau dibatasi tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan tersebut.23 Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dimana, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi kontrak sama dengan undang undang. Tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja.24 Hal ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata

dinyatakan bahwa : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

22

Muhammad Syaifuddin. Op.Cit., Hal 20.

23 Erman Radjagukguk. “Dagang Internasionl dalam Praktik Indonesia”,

dalam Peter Mahmud Marzuki, dkk. (ed.). 1998. Jual Beli Barang Secara Internasional, Proyek ELIPS, Jakarta. 1998 Hal 122.

24

(28)

undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sepanjang tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.hal ini disebut dengan Asas kebebasan berkontrak. Ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata memberi kebebasan kepada para pihak untuk :

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian, 2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun,

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan,dan persyaratannya, 4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis ataupun lisan,25

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah menganut sistem terbuka (open system). Artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur undang-undang.26

2 Asas Hukum Kontrak

Asas-asas dalam Kontrak, Setidaknya terdapat lima asas yang perlu mendapat perhatian, yaitu asas kebebasan berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme (consensualism), asas kepastian hukum (pacta sun servanda), asas itikad baik (good faith), asas kepribadian (personality). Berikut penjelasannya :

a. Asas Kebebasan berkontrak (freedom of contract)

Menurut asas kebebasan berkontrak, setiap orang dapat leluasa membuat kontrak apa saja yang mereka inginkan, selama kontrak itu memenuhi syarat dan tidak melanggar ketentuan hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum.27 Menurut

25

Salim H.S. Hukum Kontrak.(Jakarta. Sinar Grafika, Cetakan ketujuh, 2010) Hal 8.

26

ibid, Hal 7.

27

(29)

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata “semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” “semua perjanjian…” berarti perjanjian apapun, diantara siapapun, tentang apapun,

bahkan para pihak juga bebas untuk tidak membuat perjanjian.28 Namun kebebasan tersebut tetap ada batasnya, yaitu selama kebebasan itu berada didalam batas-batas persyaratannya, serta tidak melanggar hukum (undang-undang), kesusilaan dan ketertiban umum (misalnya kontrak membuat provokasi kerusuhan).

Hukum kontrak atau perjanjian disebut pula sebagai hukum pelengkap yang dalam bahasa Belanda disebut aanvulend recht atau optional law dalam bahasa inggris. Maksudnya pasal-pasal hukum kontrak berperan apabila para pihak tidak mengatur sendiri dalam perjanjian yang dibuatnya. Dengan keadaan demikian barulah hukum konrak/ perjanjian tersebut tampil dan berperan mengatur hal-hal yang tidak atau lupa diatur oleh pihak yang berkepentingan.29 sehingga pasal dan undang-undang dalam hukum kontrak akan berfungsi sebagai hukum pelengkap (aanvulend recht) yang melengkapi kekurangan yang terdapat dalam kontrak, dan untuk hal tersebut para pihak tunduk kepada undang-undang yang berlaku.30

b. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengakui bahwa suatu kontrak mempunyai kekuatan hukum layaknya undang-undang, namun terbatas hanya

28

I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Contract Drafting Teori dan Praktik (Jakarta. Kesaint Blanc, 2008) Hal 33.

29

Ibid.

30

(30)

mengikat para pihak yang menandatanganinya, asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian.31

c. Asas Konsensualisme (consensualism)

Pasal 1320 KUHPerdata dikatakan bahwa untuk sahnya suatu kontrak

diperlukan empat syarat dan pada syarat pertama adalah “Kesepakatan dari

mereka yang mengikatkan dirinya (de toestemming)”.32 Pasal ini menjelaskan bahwa harus ada kesepakatan antara para pihak yang mengikat diri. Konsensualisme berarti kesepakatan (consensus), yaitu pada dasarnya kontrak dan perikatan yang timbul sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kata sepakat.33 Kemauan untuk mengikat diri dianggap tidak ada jika perjanjian itu telah terjadi karena paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling), atau penipuan (bedrog).34

Kontrak telah lahir dan mengikat para pihak begitu adanya kesepakatan mengenai hal-hal pokok dalam kontrak atau disebut esensialia perjanjian, sehingga sebenarnya tidak perlu lagi formalitas tertentu.35 Pengecualian terhadap prinsip ini dapat terjadi dalam hal undang-undang memberikan syarat formalitas

tertentu terhadap suatu kontrak, misalnya syarat harus tertulis, contoh “Akta

Perdamaian” merupakan kesepakatan yang harus dibuat secara tertulis.36

31

Salim H.S. Op.Cit., Hal 10

32

I.G.Rai Widjaya. Op.Cit., Hal 35.

33

Budiman N.P.D. Sinaga, Hukum Kontrak & Penyelesaian Sengketa dari Perspektif Sekretaris (Jakarta. RajaGrafindo Persada, 2005) Hal 15.

34

Subekti, Op.Cit., Hal 135.

35

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang lahir Dari Perjanjian, Buku I (Bandung. Citra Aditya Bakti, 2001) Hal 49.

36

(31)

d. Asas Itikad Baik (good faith/ tegoeder trouw)

Pasal 1338 dalam ayat (3) KUHPerdata dinyatakan : “perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik.” Itikad baik berarti keadaan batin para pihak untuk membuat dan melaksanakan kontrak secara jujur, terbuka, dan saling percaya. Dalam kontrak, keadaan batin para pihak tidak boleh dicemari oleh maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya.

e. Asas Kepribadian (personality)

Asas kepribadian berarti suatu prinsip dimana kontrak yang dibuat oleh para pihak hanya mengikat para pihak secara personal, tidak mengikat pihak-pihak lain diluar para pihak-pihak. Kontrak yang dibuat hanya untuk kepentingan perseorangan. seseorang hanya dapat mewakili dirinya sendiri dan tidak dapat mewakili orang lain dalam membuat perjanjian. Hal ini seperti yang dinyatakan

dalam Pasal 1314 KUHPerdata, “pada umumnya tak seorang pun dapat

mengikatkan diri atas nama sendiri atau minta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri.” Dengan demikian perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.37 Asas Kepribadian dapat dilihat pula pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata menyatakan : “pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti dari ketentuan ini

bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya

sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata menyatakan :”Perjanjian hanya berlaku antar

37

(32)

pihak yang membuatnya.” Artinya perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku pada mereka yang membuatnya. Pengecualian pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata dapat dilihat Pasal 1317 KUHPerdata, yang menyatakan :

Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu

perjanjian dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu. Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan.38

B. Syarat Sah Suatu Kontrak

Keberadaan suatu perjanjian atau yang saat ini lazim dikenal dengan kontrak, tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian atau kontrak seperti yang tercantum pada Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu : Syarat Subjektif, yaitu syarat mengenai orang atau subjek yang mengadakan kontrak.

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

Syarat objektif, yaitu syarat mengenai isi kontrak itu sendiri, mengenai objek dari perbuatan hukum yang akan dilakukan.

3. Suatu hal tertentu; dan

4. Suatu sebab yang halal.39, lebih lanjut dapat dijelaskan tentang syarat sah kontrak ini sebagai berikut :

38

Salim. H.S. Op.Cit., Hal 12.

39

(33)

ad. 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Sepakat ialah dengan kesepakatan disini, adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima atau sukarela diantara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan atau kekhilafan (Pasal 1321 KUHPerdata)..40 Kata sepakat berarti adanya titik temu (a meeting of the minds) diantara para pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Karena perbedaan kepentingan itulah maka dibutuhkan adanya kata sepakat. Kata sepakat yang mereka berikan merupakan tanda persetujuan atas isi yang terkandung didalam kontrak.41

ad. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan disini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pasal 1321

KUHPerdata menyatakan “Setiap orang adalah untuk membuat

perikatan-perikatan jika oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap” Sedangkan yang menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap diatur dalam pasal 1330 KUHPerdata mengatakan, tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah:

1) Orang-orang yang belum dewasa. Pasal 330 KUH Perdata menyatakan :

Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua

puluh satu) tahun dan sebelumnya belum kawin” dan dewasa menurut Pasal 47 undang-undang No. 1 Tahun 1974 adalah 18 Tahun. Meskipun belum

40

Baron Wijaya & Dyah Sarimaya, Op.Cit., Hal 3.

41

(34)

berumur 18 tahun, apabila seseorang telah atau pernah melakukan kawain dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.42

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan, Pasal 433 KUH Perdata

mengatur bahwa: “orang-orang yang diletakkan di bawah pengampuan

adalah setiap orang yang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap dan karena keborosannya

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu (ketentuan no 3 ini telah dihapus oleh Surat Edaran Mahkamah Agung No.3 Tahun 1963)

Konsekuensi apabila tidak terpenuhinya syarat kecakapan, Pasal 1446 KUHPerdata menyatakan semua perikatan yang dibuat oleh anak yang belum dewasa, atau orang-orang yang berada dibawah pengampuan adalah batal demi hukum, dan atas tuntutan yang diajukan oleh atau dan pihak mereka, harus dinyatakan batal, semata-mata atas dasar kebelumdewasaan atau pengampuannya. Perikatan yang dibuat oleh perempuan yang bersuami dan oleh anak-anak yang belum dewasa yang telah disamakan dengan orang dewasa, tidak batal demi hukum, sejauh perikatan tersebut tidak melampaui batas kekuasaan mereka.

ad. 3. Suatu hal tertentu

Hal tertentu yang dimaksud adalah objek yang diatur dalam kontrak tersebut harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan. Jadi tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada

42

(35)

pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.43 Contohnya jual beli tanah dipinggir sungai yang luasnya tidak sama ketika air sungai pasang dengan surut, jadi harus dibuat sejelas mungkin. Didalam berbagai literatur dijelaskan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi. Prestasi merupakan apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Terdiri dari : (1) memberikan sesuatu (2) berbuat sesuatu, dan (3) tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata)44

ad. 4. Suatu sebab yang halal

Maksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang sifatnya memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Didalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya disebutkan kausa yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.45 Contohnya perdagangan manusia bertentangan dengan undang-undang.

C. Akibat Hukum Suatu Kontrak

Akibat hukum suatu kontrak pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentuk dari pada akibat hukum suatu kontrak. Akibat hukum adalah pelaksanaan dari pada suatu kontrak itu sendiri (prestasi).46 Menurut pasal 1234 KUH Perdata yang dimaksud dengan

43

Wijaya Baron & Dyah Sarimaya. Op.Cit., Hal 4.

44

Salim. H.S. Op.Cit., Hal 34.

45

Ibid.

46

(36)

prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, dan sebaliknya dianggap wanprestasi bila seseorang : 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; 3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; atau

4. Melakuakan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.47

Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi, Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau Juru Sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau Juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak.48 Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata dan Pasal 1243 KUH Perdata. Jika dalam kontrak terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak maka akibatnya terhadap perjanjian itu adalah :

1. Perikatan tetap ada, Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Disamping itu kreditur berhak menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur melaksanakan prestasi tepat pada waktunya.

2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 KUHPerdata), namun tidak semua wanprestasi lahir karena kelalaian debitur

47

Budiman N.P.D Sinaga. Op.Cit., Hal 24.

48

(37)

bisa pula jadi karena keadaan memaksa (force majeur) ketentuan ini diatur pada Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata. Dalam hal ini debitur tidak wajib mengganti kerugian.

3. Beban risiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu debitur tidak dibenarkan untuk berpegangan pada keadaan memaksa. Mengenai Risiko ini diatur pada Pasal 1237, 1460, 1545, 1553 ayat (1) KUHPerdata.

4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapar membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontrak prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUHPerdata.49

Berkaitan dengan akibat hukum, menurut Pasal 1339 KUHPerdata suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal hal yang ditegaskan dalam perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan (diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan, dan undang-undang.

D. Berakhirnya Suatu Kontrak

Berakhirnya perikatan diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata. Yang diartikan dengan berakhirnya perikatan adalah selesainya atau hapusnya sebuah perikatan yang diadakan oleh dua pihak yaitu kreditur dan debitur tentang sesuatu hal. Pihak kreditur adalah pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi, sedangkan debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Bisa berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua pihak, bisa jual beli,

49

(38)

utang piutang, sewa menyewa, dan lain-lain.50 Dalam Pasal 1381 KUHPerdata berakhirnya perikatan dikarenakan :

1. Karena Pembayaran, Pembayaran yang dimaksud pada bagian ini berbeda dari istilah pembayaran yang digunakan dalam percakapan sehari-hari karena pembayaran dalam pengertian sehari-hari harus dilakukan dengan menyerahkan uang sedangkan menyerahkan barang selain uang tidak disebut sebagai pembayaran, tetapi pada bagian ini yang dimaksud dengan pembayaran adalah segala bentuk pemenuhan prestasi.51

2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, Apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan. Penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan uang atau barang di pengadilan, membebaskan debitur dan berlaku baginya pembayaran asal penawaran itu dilakukan berdasarkan undang-undang, dan apa yang dititipkan itu merupakan atas tanggungan kreditur.52 3. Karena pembaharuan utang (Novasi), Pembaharuan utang pada merupakan

penggantian objek atau subjek kontrak lama dengan objek atau subjek kontrak yang baru.53

4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi, Perjumpaan utang atau kompensasi ini terjadi jika antar dua pihak saling berutang antara satu dengan

50

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis[BW], ( Jakarta. Sinar Grafika, Cetakan Keempat,2006) Hal 187.

51

Ahmadi Miru, Op.Cit., Hal 88.

52

Ibid. Hal 96.

53

(39)

yang lain sehingga apabila utang tersebut masing-masing diperhitungkan dan sama nilainya, kedua belah pihak akan bebas dari utangnya. Perjumpaan utang ini terjadi secara hukum walaupun hal itu tidak diketahui oleh debitur. Perjumpaan utang hanya dapat terjadi jika utang tersebut berupa uang atau barang habis karena pemakaian yang sama jenisnya serta dapat ditetapkan dan jatuh tempo.54

5. Karena percampuran utang (Konfusio), Apabila kedudukan kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, utang tersebut hapus demi hukum. Dengan demikian percampuran utang tersebut juga dengan sendirinya menghapuskan tanggung jawab penanggungan utang. Namun, sebaliknya, apabila percampuran utang terjadi pada penanggung utang, tidak dengan sendirinya menghapuskan utang pokok. Demikian pula percampuran utang terhadap salah seorang piutang tanggung menanggung tersebut tidak dengan sendirinya menghapus utang kawan-kawan berutangnya55.

6. Karena pembebasan utang, Pembebasan utang adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh kreditur yang membebaskan debitur dari kewajibannya untuk memenuhi prestasi atau utang berdasarkan pada perikatanya kepada kreditur tersebut. Pembebasan utang menghapuskan perikatan yang melahirkan utang yang sedianya harus dipenuhi atau dilaksanakan oleh debitur tersebut. 56

7. Karena musnahnya barang yang terutang, Jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek perjanjian musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, hapuslah perikatannya, kecuali kalau hal tersebut terjadi karena

54

Ibid. Hal 102.

55

Ibid. Hal 104.

56

(40)

kesalahan debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang ditentukan.57

8. Karena batal atau pembatalan, Perjanjian-perjanjian pembatalan oleh orang tua atau wali dari pihak yang tidak cakap itu atau oleh pihak yang memberikan perizinannya secara tidak bebas karena menderita paksaan atau yang kekurangan syarat objektifnya (sepakat atau kecakapan) dapat dimintakan karena khilaf atau ditipu.58

9. Karena berlakunya suatu syarat batal, Hapusnya perikatan yang diakibatkan oleh berlakunya syarat batal berlaku jika kontrak yang dibuat oleh para pihak dibuat dengan syarat tangguh atau syarat batal karena apabila kontrak tersebut dibuat dengan syarat tangguh dan ternyata syarat yang dijadikan syarat penangguhan tersebut tidak terpenuhi, kontrak tersebut dengan sendirinya batal. Demikian pula kontrak yang dibuat dengan syarat batal, apabila syarat batal tersebut terpenuhi, kontrak tersebut dengan sendirinya batal.59

10.Karena lewatnya waktu (Kedaluwarsa)., Kadaluarsa atau lewat waktu juga dapat mengakibatkan hapusnya kontrak antara para pihak. Hal ini diatur dalam BW, Pasal 1967 dan seterusnya.60

E. Jenis Kontrak

Jenis kontrak dapat dibagi berdasarkan sumber hukumnya, namanya, bentuknya, aspek kewajibannya, maupun aspek larangannya. Berikut jenis kontrak berdasarkan pembagiannya:

57

Ahmadi Miru, Op.Cit, Hal 105.

58

Ibid. Hal 107.

59

Ibid. Hal. 109.

60

(41)

1. Kontrak Menurut Sumber Hukumnya. Ada beberapa jenis kontrak (perjanjian) dari sumbernya antara lain :

a. Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti halnya perkawinan;

b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan, yaitu yang berhubungan dengan peralihan hukum benda, misalnya peralihan hak milik;

c. Perjanjian obligatoir, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban; d. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara, yang disebut dengan

bewijsovereenkomst;

e. Perjanjian yang bersumber dari hukum public, yang disebut dengan publieckechtelijke overeenkomst.61

2. Kontrak Menurut Namanya, Penggolongan berdasarkan pada nama perjanjian yang tercantum di dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yaitu kontrak nominaat (bernama). Sedangkan kontrak innominaat adalah kontak yang timbul, tumbuh dan berkembang didalam masyarakat. Jenis kontrak ini belum dikenal di KUHPerdata.62

3. Kontrak menurut bentuknya, dibagi menjadi dua macam, yaitu kontrak lisan dan kontrak tulisan. Kontrak lisan adalah kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan para pihak (Pasal 1320 KUHPerdata). Kontrak tertulis adalah kontrak yang dibuat para pihak dalam bentuk tulisan. Kontrak ini dibagi menjadi dua macam, yaitu akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat dibawah tangan oleh para pihak.

61

Salim.S. Op.Cit., Hal 27

62

(42)

Sedangkan akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris (pejabat).63

4. Kontrak Timbal Balik, ialah perjanjian yang dilakukan para pihak menimbulkan hak dan kewajiban. Perjanjian ini dibagi 2 yaitu:

a. Kontrak timbal balik tidak sempurna, menimbulkan kewajiban pokok bagi satu pihak sedangkan yang lainnya wajib melakukan sesuatu.

b. Perjanjian sepihak, merupakan perjanjian yang menurut hukum hanyalah menimbulkan kewajiaban-kewajiban hanya bagi satu pihak. 64

5. Perjanjian Cuma-Cuma atau dengan alas Hak yang Membebaninya, perjanjian cuma-cuma merupakan perjanjian yang menurut hukum hanyalah menimbulkan keuntungan bagi salah satu pihak. Sedangkan perjanjian dengan alas hak yang membebani merupakan perjanjian, disamping pihak yang satu senantiasa ada prestasi (kontra) dari pihak lain, yang menurut hukum saling berkaitan.65

6. Perjanjian berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian kebendaaan (zakelijke overeenkomst) dan perjanjian obligatoir. Perjanjian kebendaan adalah suatu perjanjian, yang ditimbulkan hak kebendaan, diubah atau dilenyapkan, hal demikian untuk memenuhi perikatan. Sedangkan perjanjian obligatoir merupakan perjanjian yang menimbulkan kewajiban dari para pihak.66

7. Perjanjian dari Aspek Larangan, merupakan penggolongan perjanjian dari aspek tidak diperkenankannya para pihak untuk membuat perjanjian yang

63

Ibid.

64

Ibid.

65

Ibid. Hal 29.

66

(43)

bertentanga dengan undang undang, kesusilaan, ketertiban umum. Ini disebabpan perjanjian tersebut mengandung praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.67

Dalam Pengadaan barang/jasa terdapat beberapa jenis kontrak, kontrak tersebut dibedakan atas :68

1. Berdasarkan bentuk imbalan :

a. Kontrak Lump sum, adalah kontrak pengadaan barang/ jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya di tanggung oleh penyedia barang/ jasa.

b. Kontrak Harga satuan, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat pekerjaan sementara, sedangkan pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

c. Kontrak gabungan Lump sum dengan harga satuan, adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam suatu pekerjaan yang di perjanjikan

d. Kontrak terima jadi (turn key), adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu

67

Ibid. Hal 32.

67

(44)

dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan / kontruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

e. Kontrak persentase, adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultasi dibidang konstuksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik kontruksi / pemborongan tersebut.

2. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan :

a. Kontrak tahun tunggal adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran .

b. Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota, untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/ Kota.

3. Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa :

a. Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unit kerja atau satu proyek dengan penyedia barang/ jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

(45)

BAB III

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA

A. Pengertiaan Pengadaan Barang dan Jasa

Pasal 1 angka 1 Perpres Nomor. 54 Tahun 2010 menyatakan : “Pengadaan barang / jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang / jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/ jasa oleh Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk

memperoleh barang/ jasa.”

Kontrak pengadaan merupakan jenis kontrak yang rutin dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi aneka kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Objek pengadaan sangat beragam seiring dengan perkembangan jaman. Demikian pula metode yang digunakan dalam pengadaan dan jenis hubungan hukum yang dibentuk. Pengadaan juga merupakan proses yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan yang diawali penentuan kebutuhan sampai pada pembayarannya kepada pemasok atau kontraktor. Didalamnya terdapat syarat, prosedur dan standar tertentu yang harus dipenuhi.69

Di Indonesia batasan kontrak pengadaan dapat ditelusuri dari peraturan yang mengatur pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 Seperti juga Keppres Nomor 80 Tahun 2003, Perpres 54 Tahun 2010, Perpres Nomor 35 Tahun 20011, Perpres No 70

69

(46)

Tahun 2012, Perpres 127 Tahun 2004. Batasan kontrak dirumuskan dalam Pasal 1

angka 22 Perpres No. 54/ 2010 yang dinyatakan bahwa kontrak adalah “

perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia barang/ jasa atau pelaksanaan

swakelola.” Untuk memperoleh gambaran lengkap objek pengadaan diperlukan

pemahaman apa yang dimaksud dengan barang dan jasa. Didalam Pasal 4 Perpres No. 54/ 2010 disebutkan bahwa pengadaan barang/ jasa pemerintah meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultasi dan jasa lainnya.70

Pengertian barang, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 14 Perpres No. 54/2010 adalah “setiap benda baik yang berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan,

dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.” Sedangkan

batasan jasa konsultasi yang dirumuskan pada Pasal 1 angka 16 Perpres No. 54/

2010 diartikan sebagai “jasa layanan professional yang membutuhkan keahlian

tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Sedangkan jasa lainnya dalam Pasal 1 angka 17 Perpres No 50/2010

diartikan sebagai ”jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang

mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas didunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyedia jasa selain jasa konsultasi pelaksanaan pekerjaan

konstruksi dan pengadaan barang.”

Proses pengadaan barang/ jasa pemerintah tentunya tidak sama dengan pengadaan barang/jasa swasta. Dimana pengadaan barang dan jasa pemerintah lebih rumit dikarenakan pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian

70

(47)

ataupun keseluruhan, yang mana harus mengacu kepada aturan yang berlaku. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam proses pengadaan barang dan jasa, antara lain :

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

2. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau perseorangan uang menyediakan barang/ jasa.

3. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian. Yang meliputi bahan baku, bahan setengah jadi/ peralatan yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang / jasa.

4. Khusus jasa terbagi atas tiga jenis, yaitu jasa pemborongan, jasa konsultasi, jasa lainnya.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (Tanggal 1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.71

APBN merupakan sumber pembiayaan pembangunan yang paling dominan yang dapat mencakup keseimbangan alokasi dan distribusi sumber daya yang langka keselu

Referensi

Dokumen terkait

O1 : Students’ speaking scores of Experimental class in pre -test O2 : Students’ speaking scores of Experimental class in post-test X1 : Treatment using computer game

UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN TINGKAT RESIKO TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN (Studi Pada Perusahaan Non-Financial Go Public di BEI Tahun

21.a/POKJA/C.110/ULP/2015, tanggal 06 Agustus 2015 untuk paket tersebut di atas, maka dengan ini Kami Pokja ULP Pekerjaan Penyusunan Masterplan Kawasan Wisata Pulau Seliu,

Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pergelangan Tangan terhadap Tekanan Darah Sistolik pada remaja .... Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pergelangan Tangan

[r]

aş-şalātu mi‟rajul mu ´ min ; şalāt adalah sarana mikraj bagi orang beriman), maka berbagai kegelapan, kabut dan penyakit rohani akan semakin terkikis dan musnah.. Oleh sebab

Universitas Negeri

[r]