• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah di Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah di Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH HASNI H14102023

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan (dibimbing oleh SAHARA)

Peranan sektor konstruksi terhadap pembangunan di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan nilai pendapatan bruto sektor konstruksi. Selama periode tahun 2000-2004 nilai pendapatan bruto sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup baik dengan pertumbuhan sektor konstruksi terhadap PDB rata-rata sebesar 8,16 % per tahun. Dari sisi lapangan kerja, sektor konstruksi juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar, hal ini terjadi karena jumlah perusahaan konstruksi yang beroperasi di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 81 ribu perusahaan pada tahun 2004. Namun peningkatan pendapatan bruto dan penyerapan tenga kerja, serta peningkatan nilai output di sektor konstruksi ini belum didukung oleh tingkat investasi yang memadai untuk menghasilkan pembangunan yang optimal khususnya di sektor konstruksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai kepekaan dan koefisien penyebaran sektor konstruksi di Indonesia, menganalisis efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia. Selain itu akan dianalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Model analisis yang digunakan untuk mengkaji dampak investasi pemerintah terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Sisi Permintaan. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Pusat. Data yang akan diolah merupakan data Input-Output Indonesia tahun 2003. Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor, yang kemudian dalam penelitian ini diagregasi menjadi 17 sektor.

Simulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan shock pada nilai investasi sektor konstruksi. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki dampak yang paling besar terhadap peningkatan investasi di sektor konstruksi. Besarnya shock diperoleh dari nilai persentase rata-rata pengeluaran pembangunan pada sektor konstruksi. Nilai pengeluaran pembangunan sektor konstruksi diperoleh dengan menjumlahkan pengeluaran pembangunan berbagai sub sektor konstruksi. Nilai rata-rata pertumbuhan pengeluaran pembangunan di sektor konstruksi periode tahun 2000-2004 adalah 28,73 %.

(3)

restoran, sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja tiga sektor yang paling besar peningkatan penyerapan tenaga kerjanya adalah sektor konstruksi, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

(4)

Oleh

HASNI H14102023

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Hasni

Nomor Registrasi Pokok : H14102023 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah di Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Sahara, SP, M.Si NIP. 132 232 456

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP.131 846 872

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

(7)

Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Penulis anak terakhir dari lima bersaudara, dari pasangan Ridwan dan Darwati. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 2 Padangsidimpuan. Tahun 1996 penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Padangsidimpuan dan lulus tahun 2002.

(8)

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah Di Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan”. Skripsi inimenganalisis dampak peningkatan investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun tenaga kerja. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Sahara, SP, M.Si, yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Wiwiek Rindayanti, MS yang telah menguji hasil karya ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Ridwan dan Ibunda Darwati serta saudara-saudara penulis, Ni Zia, Wan Zul, Ni Za dan Husna. Do’a dan dorongan motivasi yang mereka berikan sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Tuti, Rini, Herlin, Rezi, Hafzil, Tami dan Jefry yang telah membantu mengoreksi penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan

Bogor, Juni 2006

(9)

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Investasi dalam Pembangunan ... 12

2.2. Teori Investasi ... 13

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Analisis Input-Output... 16

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Konstruksi... 19

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

2.5.1. Teori dan Model Input-Output ... 21

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output ... 24

2.5.3. Keterbatasan Tabel Input-Output ... 28

2.6. Analisis Input-Output ... 28

2.7. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 32

III. GAMBARAN UMUM SEKTOR KONSTRUKSI ... 35

3.1. Peranan Sektor Konstruksi dalam Pembangunan ... 35

3.2. Kebijakan Pemerintah terhadap Sektor Konstruksi ... 38

3.3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia... 41

IV. METODE PENELITIAN ... 42

4.1. Jenis dan Sumber Data ... 42

(10)

4.2.4. Koefisien Pendapatan ... 51

4.2.5. Koefisien Tenaga Kerja ... 52

4.2.6. Analisis Investasi ... 52

4.3. Defenisi Operasional ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

5.1. Peranan Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia ... 58

5.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 62

5.3. Analisis Multiplier ... 63

5.3.1. Multiplier Output ... 63

5.3.2. Multiplier Pendapatan ... 64

5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 65

5.4. Analisis Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia ... 67

5.4.1. Dampak Terhadap Output ... 67

5.4.2. Dampak Terhadap Pendapatan ... 69

5.4.3. Dampak Terhadap Tenaga Kerja ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

OLEH HASNI H14102023

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan (dibimbing oleh SAHARA)

Peranan sektor konstruksi terhadap pembangunan di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan nilai pendapatan bruto sektor konstruksi. Selama periode tahun 2000-2004 nilai pendapatan bruto sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup baik dengan pertumbuhan sektor konstruksi terhadap PDB rata-rata sebesar 8,16 % per tahun. Dari sisi lapangan kerja, sektor konstruksi juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar, hal ini terjadi karena jumlah perusahaan konstruksi yang beroperasi di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 81 ribu perusahaan pada tahun 2004. Namun peningkatan pendapatan bruto dan penyerapan tenga kerja, serta peningkatan nilai output di sektor konstruksi ini belum didukung oleh tingkat investasi yang memadai untuk menghasilkan pembangunan yang optimal khususnya di sektor konstruksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai kepekaan dan koefisien penyebaran sektor konstruksi di Indonesia, menganalisis efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia. Selain itu akan dianalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Model analisis yang digunakan untuk mengkaji dampak investasi pemerintah terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Sisi Permintaan. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Pusat. Data yang akan diolah merupakan data Input-Output Indonesia tahun 2003. Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor, yang kemudian dalam penelitian ini diagregasi menjadi 17 sektor.

Simulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan shock pada nilai investasi sektor konstruksi. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki dampak yang paling besar terhadap peningkatan investasi di sektor konstruksi. Besarnya shock diperoleh dari nilai persentase rata-rata pengeluaran pembangunan pada sektor konstruksi. Nilai pengeluaran pembangunan sektor konstruksi diperoleh dengan menjumlahkan pengeluaran pembangunan berbagai sub sektor konstruksi. Nilai rata-rata pertumbuhan pengeluaran pembangunan di sektor konstruksi periode tahun 2000-2004 adalah 28,73 %.

(13)

restoran, sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja tiga sektor yang paling besar peningkatan penyerapan tenaga kerjanya adalah sektor konstruksi, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

(14)

Oleh

HASNI H14102023

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Hasni

Nomor Registrasi Pokok : H14102023 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah di Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Sahara, SP, M.Si NIP. 132 232 456

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP.131 846 872

(16)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

(17)

Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Penulis anak terakhir dari lima bersaudara, dari pasangan Ridwan dan Darwati. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 2 Padangsidimpuan. Tahun 1996 penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Padangsidimpuan dan lulus tahun 2002.

(18)

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah Di Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan”. Skripsi inimenganalisis dampak peningkatan investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun tenaga kerja. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Sahara, SP, M.Si, yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Wiwiek Rindayanti, MS yang telah menguji hasil karya ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Ridwan dan Ibunda Darwati serta saudara-saudara penulis, Ni Zia, Wan Zul, Ni Za dan Husna. Do’a dan dorongan motivasi yang mereka berikan sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Tuti, Rini, Herlin, Rezi, Hafzil, Tami dan Jefry yang telah membantu mengoreksi penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan

Bogor, Juni 2006

(19)

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Investasi dalam Pembangunan ... 12

2.2. Teori Investasi ... 13

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Analisis Input-Output... 16

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Konstruksi... 19

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

2.5.1. Teori dan Model Input-Output ... 21

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output ... 24

2.5.3. Keterbatasan Tabel Input-Output ... 28

2.6. Analisis Input-Output ... 28

2.7. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 32

III. GAMBARAN UMUM SEKTOR KONSTRUKSI ... 35

3.1. Peranan Sektor Konstruksi dalam Pembangunan ... 35

3.2. Kebijakan Pemerintah terhadap Sektor Konstruksi ... 38

3.3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia... 41

IV. METODE PENELITIAN ... 42

4.1. Jenis dan Sumber Data ... 42

(20)

4.2.4. Koefisien Pendapatan ... 51

4.2.5. Koefisien Tenaga Kerja ... 52

4.2.6. Analisis Investasi ... 52

4.3. Defenisi Operasional ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

5.1. Peranan Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia ... 58

5.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 62

5.3. Analisis Multiplier ... 63

5.3.1. Multiplier Output ... 63

5.3.2. Multiplier Pendapatan ... 64

5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 65

5.4. Analisis Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia ... 67

5.4.1. Dampak Terhadap Output ... 67

5.4.2. Dampak Terhadap Pendapatan ... 69

5.4.3. Dampak Terhadap Tenaga Kerja ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(21)

1.1. Ringkasan Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan

Konstruksi Periode Tahun 2000-2004 di Indonesia (miliar rupiah) ... 2 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan, Karyawan Tetap dan Nilai

Konstruksi yang Diselesaikan Tahun 2000-2004 di Indonesia ... 4 1.3. Perkembangan Beberapa Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2001-2004 (juta rupiah) ... 7 1.4. Perkembangan Nilai PMDN Yang Telah Disetujui Pemerintah

Menurut Sektor Ekonomi Periode Tahun 2003-2004 (miliar rupiah) .... 8 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Keterkaitan Sektor Konstruksi ... 16 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Dampak Penyebaran Sektor

Konstruksi ... 17 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Multiplier Sektor Konstruksi ... 18 2.4. Struktur Umum Tabel Input-Output ... 26 3.1. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia

Tahun 2001-2004 (orang) ... 36 3.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indonesia Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2004

(miliar rupiah) ... 37 4.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 51 4.2. Anggaran Pengeluaran Pembangunan Sektor Konstruksi Tahun

2000-2003 (miliar rupiah) ... 53 5.1. Nilai Permintaan Akhir, Permintaan Antara dan Jumlah Permintaan

di Indonesia Tahun 2003 (juta rupiah) ... 58 5.2. Alokasi Permintaan Sektor Konstruksi di Indonesia Tahun 2003

(22)

5.5. Analisis Dampak Penyebaran Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 62 5.6. Nilai Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja di Indonesia

Tahun 2003 ... 66 5.7. Dampak Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perubahan Output

(juta rupiah) ... 68 5.8. Dampak Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perubahan Pendapatan (juta rupiah)... 69 5.9. Dampak Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perubahan Tenaga

(23)

2.2. Hubungan Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran dan Pendapatan

(24)

2. Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen 17 Sektor Tahun

(25)

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di sektor ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang biasanya diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan dan Suparmoko, 1992). Sementara itu menurut Lemhanas (1997) pembangunan ekonomi merupakan kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal dan efisien sebagai bagian dari suatu sistem perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Karakter pembangunan baik arah, langkah maupun cara manusia memanfaatkan ditentukan oleh bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya.

(26)

konstruksi terhadap pembangunan ekonomi nasional disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1.1. Ringkasan Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan Konstruksi (miliar rupiah) Periode Tahun 2000-2004 di Indonesia

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 *

Pendapatan Bruto 32.652,9 33.506,6 37.546,4 41.832,0 44.571,0

Pekerjaan konstruksi yang diselesaikan

28.190,6 30.750,1 35.080,2 39.050,6 41.957,1

Pendapatan lain 3.929,9 2.006,1 2.221,1 2.597,5 2.432,4

Bahan bangunan

16.784,2 17.638,4 19.808,4 21.274,5 22.257,5

Bahan bangunan yang dipakai

11.834,5 12.900,7 14.545,8 16.253,3 17.281,5

Pemakaian bahan bakar listrik

522,1 588,7 649,7 696,7 760,5

Biaya bahan dan jasa lainnya

2.758,5 2.205,5 2.396,3 2.914,6 2.918,4

Pekerjaan yang disubkontrakkan

kepada pihak lain

1.668,9 1.943,4 2.216,4 1.409,7 1.297,0

Sumber : BPS, 2005 (a). Keterangan :

* : angka sementara.

(27)

yang turun sebesar 22,29 %, kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II meningkat sebesar 3,04 %, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I meningkat sebesar 1,12 %.

Demikian juga pada tahun 2004 pertumbuhannya melambat menjadi sebesar 6,55 % dengan nilai pendapatan bruto sekitar Rp 44,5 triliun, ini disebabkan oleh peningkatan PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2004 sebesar 3,54 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2003 hanya terjadi pada beberapa sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor industri pengolahan, sektor keuangan, sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan-komunikasi.

Pada periode tahun 2000-2004 pertumbuhan sektor konstruksi terhadap PDB rata-rata sebesar 8,16%. Sejalan dengan kenaikan nilai pendapatan bruto, biaya antara (biaya bahan bangunan dan bahan lainnya) juga mengalami pola yang sama, dimana pada periode tahun 2000 sampai 2004 mengalami peningkatan 7,25% per tahun. Jika pada tahun 2002 biaya antaranya senilai Rp 19,8 triliun, pada tahun 2003 menjadi Rp 21,2 triliun dan pada tahun 2004 naik menjadi Rp 22,2 triliun.

(28)

sebesar 11,73 %, dan data sementara tahun 2004 nilainya kembali meningkat menjadi Rp, 17,2 triliun dengan pertumbuhan yang melambat yaitu sebesar 6,32 %.

Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan, Karyawan Tetap dan Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Tahun 2000-2004 di Indonesia

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 *

Jumlah perusahaan 67.763 72.421 78.074 79.867 81.036

Jumlah karyawan tetap (orang)

326.743 346.155 361.281 377.940 379.550

Nilai konstruksi (miliar rupiah)

28.190,6 30.750,1 35.080,2 39.050,6 41.975,1

Sumber : BPS, 2005 (b).

Keterangan :

* : angka sementara.

Berdasarkan Tabel 1.2. tampak bahwa peningkatan jumlah perusahaan konstruksi berimplikasi pada peningkatan jumlah karyawan tetap yang diserap. Pada tahun 2004 jumlah perusahaan konstruksi yang beroperasi di Indonesia sekitar 81 ribu perusahaan dan jumlah karyawan tetap yang diserap pada tahun yang sama sebanyak 379 ribu orang. Selama periode tahun 2000 hingga 2004 jumlah karyawan tetap yang diserap oleh sektor konstruksi memiliki trend naik dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,75 %. Di samping tenaga kerja tetap juga tidak kalah penting adalah penyerapan tenaga kerja harian lepas, seperti tukang batu, tukang kayu, tukang gali, tukang cat dan lain sebagainya, ini menunjukkan bahwa sektor konstruksi memiliki peran yang signifikan dalam penyerapan tenaga kerja

(29)

Jika pada tahun 2002 nilai konstruksi mencapai sekitar Rp 35,0 triliun, pada tahun 2003 menjadi sekitar Rp 39,0 triliun dan tahun 2004 meningkat menjadi sebesar Rp 41,9 triliun. Pertumbuhan rata-rata nilai konstruksi selama periode tahun 2000 hingga 2004 adalah sekitar 10,25 %.

Namun peningkatan pendapatan bruto dan penyerapan tenga kerja, serta peningkatan nilai output di sektor konstruksi ini belum didukung oleh tingkat investasi yang memadai untuk menghasilkan pembangunan yang optimal khususnya di sektor konstruksi. Infrastruktur merupakan bagian dari output yang dihasilkan oleh sektor konstruksi. Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia memperkirakan bahwa untuk mendukung laju pembangunan secara berkelanjutan, antara tahun 1995–2004 Indonesia membutuhkan dana investasi sekitar US $ 200 miliar bagi perluasan infrastruktur ekonomi (Ramelan, 1997).

1.2. Permasalahan

(30)

Adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward

linkages) kegiatan sektor konstruksi dengan berbagai sektor ekonomi lainnya terjadi pada setiap tahapan tadi. Keterkaitan sektor konstruksi dengan berbagai sektor ekonomi lain terjadi pula pada berbagai sektor hulu hingga hilirnya. Menurut Ismail dalam Rafitas (2005) untuk membangun sektor konstruksi dibutuhkan jutaan pekerja, ratusan juta ton semen, puluhan juta meter persegi keramik, puluhan juta meter kabel, dan lain-lain. Pengadaan dan pengembangan infrastruktur merupakan bagian dari sektor konstruksi yang sering mendapat perhatian dari para investor. Indonesia harus menyadari bahwa keadaan infrastruktur negeri ini masih kurang memadai untuk menopang perekonomian nasional. Untuk menutup hutang luar negeri yang besar kita harus memacu ekspor dan menarik investor asing. Namun bagaimana kita dapat menarik investor asing secara besar-besaran jika kondisi infrastruktur masih kurang memadai.

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, meningkatkan kualitas dan kuantitas berbagai prasarana pembangunan, semakin tingginya kecepatan pengangkutan barang-barang, dan perbaikan kualitas dari jasa-jasa pengangkutan tersebut.

(31)

akibat mobilitas faktor produksi dan aktivitas perdagangan daerah tersebut yang semakin tinggi. Berikut disajikan tabel perkembangan beberapa nilai konstruksi yang diselesaikan menurut jenis pekerjaan di Indonesia periode tahun 2001-2004.

Tabel 1.3. Perkembangan Beberapa Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan di Indonesia Periode Tahun 2001-2004 (juta rupiah)

No. Jenis Pekerjaan 2001 2002 2003 2004

1. Bangunan tempat tinggal 4.352.406 4.891.746 6.155.685 6.943.839

2. Bangunan bukan tempat tinggal

8.690.856 9.653.059 10.547.568 11.549.848

3. Pemasangan listrik 1.211.073 1.387.860 1.099.642 1.241.396

4. Pekerjaan jalan dan jembatan 8.605.257 9.696.851 10.460.761 11.476.246

5. Pekerjaan lapangan terbang,

pelabuhan dan terminal

273.007 728.708 637.340 663.920

Sumber: BPS, 2005 (b).

Dari Tabel 1.3. terlihat bahwa nilai konstruksi dari berbgai jenis pekerjaan tersebut memiliki nilai pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan rata-rata nilai bangunan tempat tinggal adalah 17,00 %, bangunan bukan tempat tinggal 9,94%, pemasangan listrik 2,24 %, pekerjaan jalan dan jembatan 10,08 %, sedangkan lapangan terbang, pelabuhan dan terminal memiliki nilai pertumbuhan rata-rata paling besar yaitu 52,85 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai konstruksi yang diselesaikan pada periode 2001-2004 mengalami trend naik.

(32)

angkutan, secara tidak langsung hal ini akan membantu perkembangan kegiatan ekonomi yang lain.

Demikian juga dengan pembangunan jembatan, lapangan terbang, pelabuhan dan terminal secara langsung akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Selain itu pembangunan jembatan, lapangan terbang, dan pelabuhan akan menyebabkan arus distribusi barang di suatu daerah akan semakin lancar, yang selanjutnya akan berpengaruh positif bagi perkembangan daerah tersebut. Namun di sisi lain, jika dilihat dari tingkat investasi terutama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor konstruksi masih sangat rendah, ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian yang diberikan pemerintah pada sektor konstruksi.

Tabel 1.4. Perkembangan Nilai PMDN Yang Telah Disetujui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi (miliar rupiah) Periode Tahun 2003-2004

No. Sektor ekonomi 2003* 2004**

1. Pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan 1.929,1 1.847,9

2. Pertambangan dan penggalian 752,8 662,4

3. Perindustrian 40.442,7 20.644,5

4. Listrik, gas dan air 466,3 8.797,5

5. Konstruksi 1.773,7 1.473,0

6. Perdagangan, restoran dan hotel 974,4 764,1

7. Transport, pergudangan dan perhubungan 2.022,0 1.887,7

8. Lembaga keuangan, perasuransian, real estate dan jasa

perusahaan

1,4 -

9. Jasa-jasa 122,4 1.063.3

Total 48.484,8 37.140,4

Sumber: BPS, 2005 (a). Keterangan:

(*) : angka sementara, (**): angka sangat sementara.

(33)

perindustrian pada tahun yang sama. Sedangkan pada tahun 2004 nilai PMDN sektor konstruksi malah mengalami penurunan sehingga hanya bernilai Rp 1,4 triliun atau sekitar 7 % dari nilai PMDN sektor perindustrian.

Rendahnya nilai PMDN sektor konstruksi akan berpengaruh pada sektor perekonomian yang lain, ini disebabkan oleh peranan sektor konstruksi yang penting sebagai pemacu perkembangan sektor lain. Oleh karena itu investasi sektor konstruksi harus lebih ditingkatkan agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia yaitu:

(1.) besar kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sektor konstruksi di Indonesia;

(2.) besar efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia;

(3.) besar dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(34)

2. menganalisis efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja;

3. menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

1.4. Kegunaan Penelitian

Ada tiga kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini.

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia.

2. Bagi pembaca, untuk menambah informasi dan wawasan tentang perkembangan investasi, khususnya investasi pada sektor konstruksi.

3. Bagi pemerintah dan swasta dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan agar dapat meningkatkan kinerja sektor konstruksi, sehingga diharapkan perkembangan sektor konstruksi akan lebih baik di masa yang akan datang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(35)

menekankan pada bagaimana dampak kenaikan investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional.

(36)

Investasi sering memiliki pengertian yang berbeda-beda di kalangan masyarakat atau para ahli ekonomi. Menurut Suratman (2002) investasi atau penanaman modal menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di masa yang akan datang. Investasi juga dapat diartikan sebagai penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya.

Menurut Muljana (1995) pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat, semua kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat merupakan investasi. Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah umumnya bersifat infrastuktur atau prasarana yaitu bangunan fisik atau lembaga yang mempunyai fungsi yang esensial sebagai pembuka peluang dan pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan jasa serta kegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan dan keamanan.

(37)

berorientasi laba adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan perusahaan Investasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu;

(1) investasi yang tidak menghasilkan laba, (2) investasi yang tidak dapat diukur labanya, (3) investasi yang dapat diukur dari labanya.

2.2. Teori Investasi

Setiap pelaku ekonomi selalu ingin menambah investasi, agar investasi menguntungkan hasil penerimaan dari kenaikan produksi barang atau jasa di masa depan harus melebihi biaya pembayarannya. Jika suku bunga meningkat maka akan lebih sedikit investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan mengalami penurunan.

Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan, itulah tingkat bunga yang dibayar investor ketika meminjam uang. Tingkat bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya oleh karena itu ia menentukan tingkat investasi. Sedangkan tingkat bunga riil (real

interest rate) adalah tingkat bunga nominal yang dikoreksi karena pengaruh inflasi. Persamaan yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan suku bunga rii adalah:

I = I(r) (2.1)

(38)

menggambarkan hubungan antara jumlah investasi (I) pada suku bunga riil (r) tertentu.

Suku

Bunga Riil (r)

Fungsi

Investasi I (r)

Nilai investasi (I)

Gambar 2.1. Kurva Investasi

Sumber: Mankiw (2000).

Dari Gambar 2.1. terlihat bahwa kurva investasi memiliki slope negatif, sehingga jika suku bunga naik maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Salah satu faktor yang bisa meningkatkan permintaan investasi adalah inovasi teknologi. Sebelum menikmati manfaat inovasi, perusahaan dan rumah tangga harus membayar barang-barang investasi.

(39)

dananya dalam modal baru, ini akan membuat lebih banyak proyek investasi yang menguntungkan.

AE AE=Y

AE 2

AE1

Y Y1 Y2

r r

r1 r1

r2 r2

IS I1 I2 I Y1 Y2 Y Gambar 2.2. Hubungan Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran dan Pendapatan

Nasional

Sumber: Mankiw (2000).

Berdasarkan Gambar 2.2. tampak bahwa kurva investasi dan suku bunga berslope negatif sehingga penurunan suku bunga (r) akan meningkatkan investasi dari I1 ke I2. Peningkatan investasi ini mengakibatkan pengeluaran akan

meningkat dari AE1 ke AE2 dan pada akhirnya peningkatan pengeluaran ini akan

menyebabkan peningkatan pendapatan nasional yaitu dari Y1 ke Y2. Di sisi lain

(40)

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Analisis Input-Output

Penelitian dengan Analisis Input-Output pada umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran dan nilai multiplier sektor perekonomian suatu daerah. Dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sektor konstruksi sebagai roda penggerak ekonomi memiliki peran yang sangat penting danstrategis.Mengingat pentingnya peran sektor konstruksi, maka perlu mengestimasi nilai kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional, Berikut data hasil penelitian terdahulu di Indonesia, Naggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Jawa Tengah dengan menggunakan Analisis Input-Output.

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Keterkaitan Sektor Konstruksi

Lokasi

Sumber: 1. Ilmalia, 2005,

2. Prastyoningroom, 2005, 3. Mustikasari, 2005.

(41)

sendiri sebesar nilai keterkaitannya. Sementara jika dilihat dari nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, penelitian yang memiliki nilai keterkaitan terbesar adalah hasil penelitian Ilmalia (2005) di Indonesia yaitu sebesar 1,749 artinya jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka sektor konstruksi ini akan membutuhkan input dari sektor lain secara tidak langsung sebesar nilai keterkaitan tersebut.

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Dampak Penyebaran Sektor Konstruksi

Lokasi Penelitian

Tahun Yang Diteliti

Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran

Indonesia 2000 1,116 0,865

N A D 2002 1,222 0,954

Jawa Tengah 2000 1,144 0,814

Sumber: 1. Ilmalia, 2005,

2. Prastyoningroom, 2005, 3. Mustikasari, 2005.

(42)

Pada Tabel 2.3. terlihat bahwa analisis multiplier sektor konstruksi pada sisi output, pendapatan dan tenaga kerja hasil penelitian Ilmalia (2005) di Indonesia paling besar diantara penelitian lainnya. Nilai-nilai multiplier tersebut menunjukkan kemampuan sektor konstruksi dalam mendorong peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja.

Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Multiplier Sektor Konstruksi

Penelitian

Indonesia 2000 1,749 2,208 1,565 1,975 1,860 2,916

N A D 2002 1,713 - 0,227 - 0,031 -

Jawa Tengah 2000 1,573 1,954 1,428 1,725 1,659 2,159

Sumber: 1. Ilmalia, 2005,

2. Prastyoningroom, 2005, 3. Mustikasari, 2005.

(43)

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Konstruksi

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) juga melakukan kajian sektor konstruksi khususnya infrastruktur. Dalam mencari kontribusi agregat, dihitung nilai moneter dari setiap peningkatan investasi infrastruktur sebesar 10 %. Data yang digunakan dalam mensimulasi dampak dari peningkatan investasi sebesar 10 % merupakan data dari tahun 2001 sampai 2003. Kajian dilakukan dengan menggabungkan kajian-kajian sebelumnya yang telah meneliti peran infrastruktur dari berbagai aspek namun masih secara parsial. Dari rencana strategis Kimpraswil diketahui bahwa tujuan obyektif ekonomi dari pembangunan infrastruktur kimpraswil meliputi dukungan ketahanan pangan, dukungan kelancaran distribusi hasil produksi dan penciptaan lapangan kerja serta peluang usaha. Dalam kajian ini, sektor-sektor yang diikutsertakan adalah sektor transportasi (jalan dan jembatan), sektor SDA (irigasi), sektor perkotaan perdesaan (air bersih dan sanitasi), serta sektor perumahan dan permukiman.

(44)

Dalam kajian ini, investasi yang dihitung hanya biaya pembangunan dan biaya perawatan dalam tahun pertama agar dapat digabungkan dengan data lainnya. Berdasarkan hal itu, maka diketahui bahwa setiap Rp 5 juta investasi irigasi dapat memproduksi 11,5 ton beras. Dari jumlah produksi tersebut, kemudian nilainya diukur menggunakan harga dasar gabah yang ditetapkan Bulog yaitu sebesar Rp 1.500 per kg, sehingga nilai total pendapatan adalah Rp17.250.000. Untuk setiap Rp 5 juta investasi di sektor infrastruktur, kontribusi terhadap ekonomi nasional melalui dukungan ketahanan pangan adalah sebesar Rp 17.250.000. Apabila dikonversikan untuk menunjukkan kontribusi setiap investasi sebesar Rp 1, nilai kontribusinya adalah sebesar Rp 3,45.

Penghematan biaya pengguna jalan sebesar 1 %, diperlukan peningkatan investasi prasarana jalan sebesar 79,6 %. Efek dari pengurangan biaya pengguna jalan terhadap perekonomian nasional dari hasil analisis diperoleh pengurangan biaya pengguna jalan sebesar 1 % dapat meningkatkan PDRB rata-rata sebesar 0,99 %. Untuk mempermudah kajian kontribusi lewat dukungan kelancaran hasil produksi diubah menjadi nilai untuk setiap peningkatan investasi jalan sebesar 10%, sehingga kontribusi dari peningkatan investasi jalan sebesar 10 % terhadap PDRB adalah sebesar 0,12 %.

(45)

penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi dan penciptaan peluang usaha pada sektor-sektor lainnya sebesar 0,32 %.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kajian tersebut adalah kontribusi agregat untuk investasi sebesar Rp 1 di sektor infrastruktur pada ekonomi nasional adalah sebesar Rp3,64. Kontribusi diperoleh melalui dukungan terhadap kelancaran distribusi hasil produksi, ketahanan pangan, dan penciptaan lapangan kerja, serta peluang usaha di sektor terkait konstruksi. Uraian tersebut menunjukkan seberapa besar kontribusi sektor konstruksi khususnya bidang Kimpraswil sebagai satu sistem dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Peran tersebut pada kenyataannya cukup signifikan, disamping juga dapat mengurangi angka pengangguran dan lesunya aktifitas perekonomian serta menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah pusat dan daerah masih mempunyai tanggung jawab untuk menyelenggarakan pelayanan infrastruktur dasar yang masih bersifat public goods, berdasarkan prinsip optimal dari kepentingan publik dan investor.

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5.1. Teori dan Model Input-Output

(46)

perekonomian harus sama dengan jumlah nilai uang input antar industri dan jumlah uang output antar industri (Jhingan, 2004).

Semenjak dirintis oleh Leontif input-output adalah metode yang paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur industri suatu perekonomian saja tetapi juga untuk memprediksi perubahan-perubahan struktur tersebut. Karakteristik dari Tabel Input-Output diantaranya adalah:

(1)Keseluruhan perekonomian dibagi ke dalam dua sektor yaitu sektor antar industri dan sektor permintaan akhir, yang masing-masing dibagi ke dalam subsektor;

(2) Output total setiap sektor antar industri pada umumnya dapat digunakan sebagai input oleh sektor industri lain, oleh sektor itu sendiri dan oleh sektor permintaan akhir;

(3) Masing-masing industri hanya memproduksi satu produk homogen; (4)Harga, permintaan konsumen dan persediaan faktor adalah tertentu; (5)Perbandingan antara hasil dan skala bersifat konstan;

(6)Di dalam produksi tidak terdapat ekonomi dan disekonomi eksternal;

(7)Kombinasi input diterapkan dalam proporsi yang ditetapkan secara ketat, proporsi input terhadap output senantiasa konstan.

(47)

1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) merupakan kuadran transaksi antara, yaitu transakasi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) menunjukkan penjualan barang dan

jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir.

3. Kuadran III (Primary Input Quadrant) menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) menunjukkan

transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui kuadran antara.

Menurut Jhingan (2004) PBB telah mengkaji beberapa penggunaan model Input-Output dalam perencanaan pembangunan.

1. Model-model ini memberikan kepada masing-masing bidang perekonomian perkiraan tentang produksi dan tingkat impor yang sesuai satu sama lain dan sesuai dengan perkiraan permintaan akhir.

2. Solusi model ini membantu di dalam pengalokasian investasi yang diperlukan untuk mencapai tingkat produksi dan model ini memberikan pengetesan yang lebih tajam mengenai kecukupan sumber investasi yang tersedia.

3. Kebutuhan akan buruh terdidik juga dapat dievaluasi dengan cara yang sama. 4. Dengan adanya pengetahuan tentang penggunaan bahan baku impor dan

(48)

5. Sebagai imbalan terhadap kebutuhan langsung akan modal, buruh dan impor, kebutuhan tidak langsung pada sektor-sektor lain perekonomian juga dapat diperkirakan.

6. Model input-output secara regional juga dapat dibuat untuk tujuan perencanaan, menganalisis implikasi program pembangunan wilayah tertentu dan untuk perekonomian secara keseluruhan.

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output

Menurut Glasson (1977)Tabel Input-Output adalah suatu kelompok akun mengenai suatu perekonomian wilayah atau negara yang biasanya dalam bentuk moneter. Kerangka tabel input-output biasanya adalah suatu matriks berukuran “n X n” dimensi yang dibagi menjadi 4 bagian dan tiap bagian mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input). Isian sepanjang baris ke-i menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan sektor-i untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lainnya dan permintaan akhir. Isian sepanjang kolom ke-j menunjukkan struktur input yang digunakan oleh sektor-j dalam proses produksinya, baik input antara maupun input primer.

(49)

sektor i ke sektor j diberi notasi zij,total output sektor i diberi notasi Xi dan total

permintaan akhir dari sektor i diberi notasi Yi, maka persamaan output total sektor

i dapat dituliskan sebagai berikut:

Xi = zi1 + zi2 + zi3 + + zin + Yi. (2.2)

Output sektor i tersebut dialokasikan ke sektor-sektor produksi lain dan ke pemakai akhir. Jika dalam suatu perekonomian terdapat n sektor, maka akan terdapat n persamaan seperti persamaan (3.1) untuk seluruh sektor dalam perekonomian tersebut, yaitu:

X1= z11 + z12 + z13 + + z1n + Y1,

X2= z21 + z22 + z23 + + z2n+ Y2,

Μ

Xn= zn1 + zn2 + zn3 + + znn + Yn. (2.3)

Berdasarkan persamaan di atas dapat disusun suatu vektor kolom. Dimana vektor kolom z dalam suatu persamaan disajikan sebagai berikut:

.

(2.4) Vektor kolom di atas menunjukkan struktur input sektor 1 dimana koefisien z1i mencerminkan jumlah input yang diperlukan sektor i yang berasal

dari sektor i, demikian juga z2i merupakan jumlah input sektor i yang berasal dari

sektor 2. sektor produksi ini membutuhkan input lain yang biasa disebut input promer. Faktor produksi tenaga kerja, tanah dan modal merupakan contoh input

z 1i

z 2i

(50)

primer. Balas jasa dari faktor-faktor produksi tersebut yaitu upah atau gaji, sewa tanah dan bunga modal merupakan nilai tambah proses produksi tersebut.

Dalam suatu perekonomian selain menggunakan input primer dan input antara proses produksi terkadang juga membutuhkan input yang berasal dari luar negeri yang biasa disebut dengan barang impor. Asumsikan dalam perekonomian hanya terdapat 2 sektor produksi yaitu sektor 1 dan sektor 2, terdapat 4 komponen permintaan akhir yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G) dan pengeluaran ekspor (E). Faktor produksi yang digunakan dalam perekonomian itu hanya ada 2 yaitu tenaga kerja (L) dan kapital (N), sedangkan sektor produksi yang membeli input dari luar negeri diberi notasi M.

Tabel 2.4. Struktur Umum Tabel Input-Output

Sektor Produksi

Permintaan Akhir Total Output Sumber: Miller dan Blair (1985)

Dari Tabel 2.4. terlihat bahwa total output yang diproduksi pada perekonomian tersebut dapat diperoleh dengan menjumlahkan baris secara horizontal yaitu dengan persamaan:

(51)

Nilai total input perekonomian itu sendiri dapat diketahui dari penjumlahan kolom ke bawah yaitu dengan persamaan:

X = X1 + X2 + L + N + M. (2.6)

Dalam Tabel Input-Output berlaku hukum keseimbangan sehingga total input yang digunakan akan sama dengan total output yang dihasilkan. Hal ini dapat ditulis dalam persamaan berikut:

X1 + X2 + L + N + M = X.

X1 + X2 + C + I + G + E. (2.7)

Dengan mengeliminasi variabel yang sama maka akan dapat diperoleh persamaan berikut:

L + N = C + I + G + (E – M). (2.8)

Pada Tabel 2.4. matriks dengan elemen kelompok di kiri atas disebut dengan matriks input antara, sehingga dapat dibuat suatu matriks input antara (Z) yang isinya:

Z = (2.9)

.

Matriks dengan elemen kelompok di kiri bawah disebut dengan matriks input primer. Matriks ini berisi balas jasa faktor produksi masing-masing sektor dalam perekonomian, sehingga dapat dibuat suatu matriks input primer (W) yang isinya:

z11 z12

(52)

W = (2.10) .

Matriks dengan elemen kelompok di kanan atas disebut dengan matriks permintaan akhir. Matriks ini berisi permintaan akhir untuk masing-masing sektor. Biasanya matriks ini dijadikan sebuah vektor kolom yang setiap elemennya adalah total permintaan akhir dari masing-masing sektor dalam perekonomian yaitu:

Y = = (2.11)

.

2.5.3. Keterbatasan Tabel Input-Output

Analisis input-output memiliki keterbatasan terutama pada asumsi-asumsinya yaitu:

1. Homogenity (Keseragaman) artinya setiap sektor hanya memproduksi satu jenis barang atau jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input sektor yang berbeda.

2. Proportionality (Kesebandingan), ini berarti hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Additivity (Penjumlahan) ini artinya total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.

L1 L2

N1 N2

C1 + G1 + I1 + E1

C2 + G2 + I2 + E2

Y1

(53)

2.6. Analisis Input-Output

1. Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran dibagi dua yaitu koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang/daya menarik) bermanfaat untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input, dan kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan/daya mendorong) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.

2. Analisis Multiplier

Analisis multiplier dapat dikategorikan atas tiga jenis yaitu: 1) Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect) yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontif (matriks Invers) menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor-i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor-i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir.

2) Multiplier Pendapatan

(54)

yang umum diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank.

3) Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam tabel input-output pada multiplier output dan pendapatan karena dalam tabel input-output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja, cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.

4) Multiplier Tipe I dan Tipe II

Multiplier Tipe I dan Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Efek multiplier ini dapat diklasifikasikan pada lima bagian yaitu:

(55)

peningkatan penjualan ke permintan akhir sebesar satu unit satuan moneter, peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja,

(b) efek putaran pertama (first round effect), efek ini menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter, dari sisi output efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan efek putaran pertama sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output, demikian juga efek putaran pertama sisi tenaga kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama sisi output,

(c) efek dukungan industri (industrial support effect), efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya yang diakibatkan oleh adanya stimulus ekonomi, dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek ini menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output,

(56)

(e) efek lanjutan (flow-on effect), efek ini merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan ini diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.7. Kerangka Pemikiran Konseptual

Jumlah penduduk Indonesia yang meningkat dengan laju pertumbuhan yang pesat menyebabkan masyarakat Indonesia membutuhkan berbagai lapangan pekerjaan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan di segala bidang menghendaki adanya peningkatan sarana di sektor riil yaitu berupa pembangunan berbagai fasilitas umum, jalan, pelabuhan, lapangan terbang, gedung perkantoran, perumahan dan berbagai output sektor konstruksi lainnya, demi memperlancar kegiatan perekonomian.

Semakin tersedianya infrastruktur dengan baik maka pertumbuhan ekonomi akan terpacu menuju ke arah yang lebih baik pula. Pembangunan yang berjalan cepat akan menuntut tersedianya infrastruktur yang memadai guna memudahkan mobilitas faktor produksi, barang dan jasa serta memperlancar perdagangan antar daerah.

(57)

mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan secara mikro ketersediaan berbagai output sektor konstruksi dapat berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Oleh karena itu investasi yang terus meningkat di sektor konstruksi diperkirakan akan terus memberikan efek yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

(58)

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Analisis Penyebaran

Analisis Multiplier: - sisi output

- sisi pendapatan - sisi tenaga kerja

Analisis Investasi Sektor

Konstruksi

Dampak investasi sektor konstruksi terhadap sektor ekonomilainnya

Peningkatan jumlah penduduk Peningkatan kebutuhan infrastruktur

Peningkatan kebutuhan sektor konstruksi

Tabel Input-Output Indonesia 2003

Pembangunan Ekonomi

Pendekatan Demand Side

Analisis Input-Output dengan Microsoft Excell

(59)

Sektor konstruksi peka terhadap pergerakan dunia usaha secara umum, pergerakan sektor konstruksi cenderung dapat menjelaskan pergerakan ekonomi secara keseluruhan. Meningkatnya kegiatan pada sektor konstruksi sebenarnya merupakan cerminan langsung perpindahan dari konsumsi ke investasi atau pembentukan barang modal, dan sebaliknya (BPS, 2004).

Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor konstruksi pada tahun 2000 adalah sekitar Rp 843,4 miliar, pada tahun 2001 mengalami kenaikan menjadi sekitar Rp 2.021,8 miliar. Namun pada tahun 2002 mengalami penurunan, sehingga nilainya hanya sebesar Rp 1.623,9 miliar, kemudian tahun 2003 kembali mengalami penurunan menjadi Rp 1.73,7 dan pada tahun 2004 semakin menurun menjadi Rp 1.473,0 miliar. Hal ini menunjukkan masih kurangnya minat investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di sektor konstruksi.

(60)

sehingga nilainya menjadi US $ 954,0 juta. Jika dibandingkan dengan PMA sektor perindustrian yang pada tahun 2004 memiliki nilai sebesar US $ 6.336,4 juta nilai investasi sektor konstruksi masih jauh lebih rendah.

Jika dilihat dari tingkat investasinya, PMA berkontribusi lebih besar dibandingkan PMDN. Ini membuktikan bahwa investor asing lebih berani mengambil resiko dalam menanamkan modalnya di sektor konstruksi dibandingkan dengan investor dalam negeri. Sedangkan penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi dan sektor lainnya disajikan dalan tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2001-2004 (orang)

No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan

39.743.908 40.633.627 42.001.437 40.608.019

2. Industri Pengolahan 12.086.122 12.109.997 10.927.342 11.070.498

3. Konstruksi 3.837.554 4.273.914 4.106.597 4.540.102

4. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

17.469.129 17.795.030 16.845.995 19.191.156

5. Pengangkutan dan Komunikasi 4.448.279 4.672.584 4.976.928 5.480.527

6. Keuangan, Persewaan dan jasa

Perusahaan

1.127.823 991.745 1.294.832 1.125.056

7. Jasa-jasa 11.003.482 10.360.188 9.746.381 10.513.093

8. Lain-lain (Pertambangan dan

Penggalian; Listrik, Gas dan Air Bersih)

1.091.120 810.081 885.405 1.265.585

Total 90.807.417 91.647.166 90.784.917 93.722.036

Sumber: BPS, 2005 (a).

(61)

periode tahun 2001-2004 sebesar 4,5 % per tahun. Menurut BPS (2004) pada tahun 2004 kontribusi sektor konstruksi nilai PDB pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 97,4 triliun dengan laju pertumbuhan sebesar 8,17. Pada tahun yang sama nilai PDB sektor perindustrian sebesar Rp469,1 triliun dengan laju pertumbuhan sebesar 6,19

Tabel 3.2. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2004 (miliar rupiah)

No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan

2. Pertambangan dan

Penggalian

3. Industri Pengolahan 398.323,9

(3,30)

5. Konstruksi 80.080,4

(4,58)

6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran

7. Pengangkutan dan

Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan

dan jasa Perusahaan

9. Jasa-jasa 133.957,4

(3,24)

Keterangan: Angka dalam kurung menyatakan laju pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (persen).

(62)

meningkat lagi menjadi sebesar Rp 90,1 triliun sedangkan pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu menjadi sebesar Rp 97,4 triliun. Laju pertumbuhan sektor konstruksi dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 laju pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 4,58 sedangkan pada tahun 2004 laju pertumbuhannya meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2000 yaitu sebesar 8,17. Dari laju pertumbuhan yang terus meningkat ini seharusnya sektor ini mendapatkan investasi yang besar agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

3.2. Kebijakan Pemerintah Terhadap Sektor Konstruksi

Lahirnya UU No.18/1999 tentang jasa konstruksi didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti adanya tuntutan diwujudkannya good governance, tuntutan liberalisasi perdagangan internasional termasuk bidang jasa konstruksi dan kondisi lingkungan srategis serta kemampuan jasa konstruksi nasional. Tujuan yang ingin dicapai dari UU No. 18/1999 adalah:

1) Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas.

2) Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan prundang-undangan yang berlaku.

(63)

Pembinaan pemerintah dalam sektor konstruksi mencakup tiga kegiatan yaitu pengaturan, pengawasan dan pemberdayaan. Pengaturan dilakukan dengan penerbitan peraturan perundang-undangan dan berbagai standar teknis. Pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan sektor konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa sektor konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pemberdayan dilakukan terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan perannya dalam melaksanakan jasa konstruksi.

Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan bersama-sama dengan Asosiasi dan Penyedia Jasa Konstruksi. Selain itu pembinaan pemerintah juga dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai tugas dekonsentrasi pada Pemerintah Provinsi atau tugas pembantuan kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Secara garis besar pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan kepada:

1) Restrukturisasi usaha jasa konstruksi

(64)

komposisi yang seimbang antara perusahaan besar dan kecil ataupun spesialis dan umum.

2) Profesionalisme penyedia jasa sektor konstruksi

Sebagai dasar dari pencapaian tujuan yang diamanatkan dalam UU 18/1999, profesionalisme dari pelaku jasa konstruksi baik sebagai perorangan maupun sebagai badan usaha.

3) Kemandirian masyarakat jasa konstruksi

Arah pembinaan kemandirian dari jasa konstruksi ini lebih ditujukan kepada kemampuan dari masyarakat jasa konstruksi untuk mengurus dirinya sendiri. Kemandirian ini harus didasarkan pada peran serta aktif dari seluruh unsur masyarakat jasa konstruksi dan keinginan yang kuat untuk maju bersama serta mendahulukan kepentingan bersama.

Beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan berbagai subsektor konstruksi di antaranya:

1) UU No. 13 Tahun 1980 tentang pengusahaan jalan/jembatan tol, Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1985 tentang jalan dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1990 tentang jalan tol dan perarturan tambahan/perubahannya.

(65)

3) UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menyatakan bahwa badan hukum, badan sosial dan atau perorangan dapat melakukan pengusahaan air.

3.3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia

Sektor konstruksi di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak diminati oleh para investor. Kondisi ini membuka peluang untuk bangkitnya kembali secara bertahap sektor yang selama ini berperan penting sebagai lokomotif ekonomi tersebut. Oleh karena itu Indonesia harus segera membenahi berbagai kebijakan yang melandasi perkembangan sektor konstruksi ini agar dapat tercapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan strategis yang telah ditetapkan. Adapun tujuan strategis konstruksi Indonesia adalah:

1) Membuka jaringan bisnis dan konektifitas antara manufaktur, pemasok dengan Pemerintah, BUMN, Badan Usaha Swasta baik dalam maupun luar negeri. 2) Mempromosikan perkembangan industri dan teknologi konstruksi.

3) Memperlihatkan eksistensi dan kemampuan usaha jasa & industri konstruksi yang profesional.

4) Membangun aliansi serta jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar. 5) Meningkatkan potensi SDM jasa konstruksi secara maksimal menjadi

(66)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS. Data yang akan diolah adalah data Input-Output Indonesia

Updating 2003. Data tabel Input-Output yang digunakan merupakan data Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (ADHP). Tabel Input-Output Indonesia Updating 2003 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 17 sektor. Dasar pengagregasian tersebut adalah keterkaitan yang erat antar sektor tertentu dan asas kesatuan jenis komoditi, yaitu asas yang mendasarkan pengelompokkan pada keseragaman wujud fisik komoditi (BPS, 2004). Daftar nama sektor dan pengagregasiannya menjadi 17 sektor dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pada Tabel Input-Output Indonesia Updating tahun 2003 yang terdiri dari 66 sektor, sektor konstruksi (kode 52) mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, khusus maupun individu. Sementara pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2000 klasifikasi 175 sektor, sektor konstruksi dipecah menjadi lima sektor yaitu:

a) Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal (kode 144), b) Prasarana pertanian (kode 145),

c) Jalan, jembatan dan pelabuhan (kode 146),

(67)

e) Bangunan lainnya (kode148).

Menurut BPS (2004) kontraktor umum adalah kontraktor yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, sedangkan konstruksi khusus adalah unit usaha yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

4.2. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian di Indonesia adalah Tabel Input-Output. Dari tabel ini dapat diketahui peranan sektor konstruksi dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir. Investasi dinyatakan dalam tingkatan yang tidak dapat dibagi-bagi dalam artian barang investasi tertentu dan dianggap bersifat endogen. Model input-output memberikan informasi yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama suatu jangka waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi (Jhingan, 2004).

4.2.1. Keofisien Input

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, zij adalah aliran input dari

sektor-i ke sektor-j, dan Xj merupakan output total dari sektor j, sehingga dapat

diperoleh rasio input terhadap output yang dinotasikan sebagai aij yaitu;

aij =

j ij

X z

. (4.1)

(68)

Rasio ini disebut dengan koefisien teknik atau koefisien input langsung. Dalam model Leontif persamaan di atas dapat ditulis menjadi

aij =

Jika dalam suatu perekonomian terdapat n sektor maka koefisien teknis di atas dapat dinyatakan dalam sebuah matriks. Matriks ini disebut dengan matriks teknologi yang berbentuk:

A=

. (4.3) Nilai matriks koefisien teknis pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Dengan demikian persamaan (2.3) dapat dituliskan menjadi:

A = + =

A X + Y = X Æ Y = (I-A) X. (4.4)

dimana:

A : matriks koefisien teknis, X : jumlah output,

Y : permintaan akhir,

(69)

Dari persamaan 3.4 dapat diperoleh persamaan:

X = (I–A)–1 Y. (4.5)

Elemen matriks kebalikan Leontif (I-A)–1 diberi notasi αij dimana matriks

ini dapat mencerminkan efek langsung dan tidak langsung perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor yang ada dalam perekonomian. Matriks tersebut digunakan dalam menghitung nilai koefisien dan kepekaan penyebaran serta nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja (Miller dan Blair, 1985). Nilai matriks kebalikan Leontif terbuka dan tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

4.2.2. Analisis Dampak Penyebaran 1. Koefisien Penyebaran

Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dihubungkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif, koefisien ini biasa disebut dengan indeks kemampuan penyebaran. Koefisien ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai

lebih besar dari satu, sebaliknya sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang rendah jika Pdj mempunyai nilai lebih kecil dari satu Rumus dari koefisien

(70)

dimana:

Pdj = indeks daya penyebaran sektor j,

αij = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka,

n = jumlah sektor.

2. Kepekaan Penyebaran

Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, yang biasa disebut dengan indeks kepekaan penyebaran. Indeks ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lain dalam perekonomian melalui pasar output. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi jika nilai Sdi lebih besar dari satu, jika lebih

kecil dari satu artinya sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah. Rumus dari indeks kepekaan penyebaran ini adalah:

Sdi = n

αij = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka,

n = jumlah sektor.

4.2.3. Analisis Multiplier

(71)

dan model analisis input-output tertutup yang memperlakukan rumah tangga sebagai suatu faktor yang endogen. Analisis multiplier yang dilakukan dengan menggunakan model analisis input-output terbuka akan menghasilkan angka munltiplier biasa (simple multiplier), angka multiplier biasa ini memasukkan dampak langsung dan dampak tidak langsung dari suatu perubahan eksogen. Sedangkan analisis multiplier yang dilakukan dengan menggunakan model analisis input-output tertutupakan menghasilkan multiplier total (total multiplier), multiplier total ini selain memasukkan dampak langsung dan tidak langsung juga memperhitungkan dampak akibat masuknya rumah tangga (induced effect) sebagai suatu sektor produksi dalam perekonomian.

1. Multiplier output tipe I (biasa)

Analisis multiplier output tipe I bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap output sektor lain. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier output tipe I adalah

j

O =

=

n i

ij

1

α (4.8)

dimana:

j

O = Multiplier output tipe I sektor j,

ij

α

= Matriks kebalikan Leontif terbuka.

2. Multiplier output tipe II (total)

Gambar

Tabel 1.1. Ringkasan Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan   Konstruksi (miliar rupiah) Periode Tahun 2000-2004 di Indonesia
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan, Karyawan Tetap dan Nilai Konstruksi  yang Diselesaikan Tahun 2000-2004 di Indonesia
Tabel 1.3. Perkembangan Beberapa Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan di Indonesia Periode Tahun 2001-2004 (juta rupiah)
Tabel 1.4. Perkembangan Nilai PMDN Yang Telah Disetujui Pemerintah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Procedural modelling techniques have been implemented with the same language to create a parametric building façade which automatically combines library objects based

Rataan pertambahan bobot badan (PBBH) landak jantan PI nyata lebih tinggi (P<0,05) dari landak betina, sebaliknya PBBH landak betina PII nyata lebih tinggi (P<0,05) dari

Seperti halnya seorang siswa dengan efiksai diri rendah dan situasi lingkungan yang kurang responsif maka seseorang siswa akan merasa kurang percaya diri, tidak berdaya,

Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa kompetensi auditor bukan menjadi faktor yang dapat meningkatkan kualitas audit, hal ini karena berdasarkan identifikasi

The objectives of this study are: (1) to investigate the teaching strategies at the SMK Negeri 8/SMKI Surakarta, (2) to the analyse influence factors of the

Mengkombinasikan metode graf dan algoritma genetika untuk penyeimbangan beban di sebuah sistem berbasis SOA di lingkungan cloud adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan

Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian yang bukan strategis dan bukan vital sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun

melaksanakan ketentuan dalam PNPM- MP. Untuk mengoptimalkan pengelolaan program, bagi kecamatan yang memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk