• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS GANDUM LOKAL DI INDONESIA

SKRIPSI

AGNES AULIA DWI PUSPITA H34053125

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

AGNES AULIA DWI PUSPITA. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA.)

Gandum merupakan komoditi strategis yang dapat menjadi bahan pangan alternatif bagi beras. Gandum memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda jika dibanding dengan komoditas serealia lain seperti sorgum, jagung dan beras sedangkan kandungan proteinnya lebih tinggi dari sorgum, jagung dan beras. Bahan pangan dari gandum yang dikenal dengan tepung terigu sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif yang merata bagi penduduk Indonesia dari kota sampai ke pelosok desa. Konsumsi gandum di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola makan masyarakat yang telah bergeser ke makanan yang berbasis tepung terigu seperti mi instan dan roti.

Meskipun gandum dapat menjadi bahan pangan alternatif namun ketersediaannya yang tidak mencukupi justru malah menjadi permasalahan. Hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri Indonesia mengimpor gandum dari negara lain. Indonesia merupakan negara pengimpor gandum terbesar ke empat di dunia dengan volume impor mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2008. Kondisi tersebut merupakan permasalahan bagi agribisnis gandum di Indonesia, karena konsumsi gandum dalam negeri terus meningkat sementara itu Indonesia sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan gandum domestik. Jika volume impor gandum terus meningkat maka hal ini akan dapat semakin mengurangi devisa negara.

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia tidak memiliki tanaman gandum meskipun produk olahan gandum sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Saat ini Industri pengolahan gandum di Indonesia telah berkembang. Sementara itu gandum yang diolah merupakan gandum impor. Sejak tahun 2001 pemerintah mulai mengembangan agribisnis gandum lokal dan banyak penelitian telah membuktikan bahwa tanaman gandum dapat dikembangkan di Indonesia. Gandum yang dihasilkan oleh Indonesia dikenal dengan gandum lokal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis gandum di Indonesia saat ini serta dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia yang saat ini baru dikembangkan. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia dalam rangka pencapaian sasaran yaitu membentuk desa industri.

Lingkup penelitian ini adalah pengolahan data gandum secara nasional. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Metode analisis data yang digunakan antara lain: analisis sistem agribisnis gandum di Indonesia, analisis Berlian Porter, analisis SWOT, dan arsitektur strategik.

(3)

menggunakan pendekatan Teori Berlian Porter menunjukkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dalam tiap komponen dayasaing agribisnis gandum lokal. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung lebih dominan dibandingkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia masih lemah.

(4)

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS GANDUM LOKAL DI INDONESIA

AGNES AULIA DWI PUSPITA H34053125

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul skripsi : Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal Di Indonesia

Nama : Agnes Aulia Dwi Puspita NRP : H34053125

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec NIP. 131 846 873

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia“ adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 3 April 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Yohanes Marsudi dan Ibu Veronika Retno Iriyanti.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN I Kembang Tanjung, Kotabumi Lampung Utara dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menengah pertama dilalui penulis di SMP Xaverius Kotabumi dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN I Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2005 IPB pertama kali memberlakukan kurikulum mayor-minor sehingga pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dengan Minor Agronomi dan Hortikultura.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis, dan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini, serta merumuskan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia dalam upaya mewujudkan diversifikasi pangan, Desa Industri berbasis gandum lokal, dan mensubstitusi sebagian permintaan gandum domestik dengan gandum lokal.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi yang bermanfaat bagi siapapun yang membacanya mengingat masih sedikitnya literatur dan penelitian yang membahas mengenai masalah agribisnis gandum lokal di Indonesia.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang selalu dicurahkan kepada penulis dan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini:

1) Orang tuaku tercinta; Yohanes Marsudi dan Veronika Retno Iriyanti, atas kasih sayang serta cinta, doa, dukungan spiritual dan material, arahan, perhatian, dan penguatan yang diberikan kepada penulis. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik bagi Bapak dan Ibu.

2) Mbakku tercinta, Elisabeth Reni Hapsari atas doa, dukungan, semangat, arahan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Serta adikku tercinta, F.X. Satrio Wicaksono yang menjadi sumber penghiburan, semangat, dan inspirasi bagi penulis.

3) Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah merekomendasikan topik penelitian ini kepada penulis, serta memberikan bimbingan, masukan, saran, dan motivasi dengan begitu sabar kepada penulis. 4) Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji utama, yang telah

memberikan banyak masukan dan saran bagi penulis.

5) Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji wakil departemen, yang juga telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

6) Ir. Yayah K Wagino, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan.

7) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

8) Ir. Risda Yulita, MM (Kasubdit Serealia Lain) dan Ir. Valensia, MSi (Kepala Seksi Pengembangan Gandum di Indonesia), serta seluruh staf Direktorat Budidaya Serealia Lain Departemen Pertanian yang telah bersedia membantu dan memberikan informasi yang sangat berarti bagi penelitian ini.

(10)

10) Om Wanto dan Bulek Agustin, Om Woto dan Bulek Ning, serta adik Tyas, Aji, Bagus, Febi, Mas Aldi, dan Opie yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

11) Mba Utari Evi Cahyani (Uut) atas bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini, serta K’Rudi yang telah memberikan masukan kepada penulis.

12) Debie Napitupulu, teman yang selalu mendukung, menyemangati, dan menjadi inspirasi bagi penulis.

13) Hefrina Sitanggang, teman sekamar sekaligus sebagai teman seperjuangan yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Semoga perjuangan kita membawa keberhasilan bagi kita.

14) Teman-teman satu bimbingan Lenny Siahaan, Isnurdiansyah, Mba Nita, dan K Fadhli atas dukungan yang diberikan kepada penulis dan khususnya Teh Erni atas perjuangan bersama yang telah dilalui selama penelitian.

15) Teman-teman Gladikarya di Desa Tambak Mekar Subang : Keluarga Cemara, Nadjmi (Abah), Devi (Teh Euis), Gusri (Teh Ara), dan Yusda (Teh Agil) yang telah memberikan keceriaan dan motivasi yang begitu besar bagi penulis.

16) Teman-teman Wisma Ananda; Stevi, Maria, Melisa, Pesta, Mei Cing, Kamlit, Tety, Devina, Nove, Iven, Hila, dan Vanda atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

17) Teman-teman pendamping dan khususnya pendampingan St.Tarsisius atas keceriaan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

18) Theresia Wahyuni, Amel, Janri, dan teman-teman di Agribisnis’42 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penyelesaian skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

(11)

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS GANDUM LOKAL DI INDONESIA

SKRIPSI

AGNES AULIA DWI PUSPITA H34053125

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

AGNES AULIA DWI PUSPITA. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA.)

Gandum merupakan komoditi strategis yang dapat menjadi bahan pangan alternatif bagi beras. Gandum memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda jika dibanding dengan komoditas serealia lain seperti sorgum, jagung dan beras sedangkan kandungan proteinnya lebih tinggi dari sorgum, jagung dan beras. Bahan pangan dari gandum yang dikenal dengan tepung terigu sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif yang merata bagi penduduk Indonesia dari kota sampai ke pelosok desa. Konsumsi gandum di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola makan masyarakat yang telah bergeser ke makanan yang berbasis tepung terigu seperti mi instan dan roti.

Meskipun gandum dapat menjadi bahan pangan alternatif namun ketersediaannya yang tidak mencukupi justru malah menjadi permasalahan. Hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri Indonesia mengimpor gandum dari negara lain. Indonesia merupakan negara pengimpor gandum terbesar ke empat di dunia dengan volume impor mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2008. Kondisi tersebut merupakan permasalahan bagi agribisnis gandum di Indonesia, karena konsumsi gandum dalam negeri terus meningkat sementara itu Indonesia sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan gandum domestik. Jika volume impor gandum terus meningkat maka hal ini akan dapat semakin mengurangi devisa negara.

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia tidak memiliki tanaman gandum meskipun produk olahan gandum sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Saat ini Industri pengolahan gandum di Indonesia telah berkembang. Sementara itu gandum yang diolah merupakan gandum impor. Sejak tahun 2001 pemerintah mulai mengembangan agribisnis gandum lokal dan banyak penelitian telah membuktikan bahwa tanaman gandum dapat dikembangkan di Indonesia. Gandum yang dihasilkan oleh Indonesia dikenal dengan gandum lokal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis gandum di Indonesia saat ini serta dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia yang saat ini baru dikembangkan. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia dalam rangka pencapaian sasaran yaitu membentuk desa industri.

Lingkup penelitian ini adalah pengolahan data gandum secara nasional. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Metode analisis data yang digunakan antara lain: analisis sistem agribisnis gandum di Indonesia, analisis Berlian Porter, analisis SWOT, dan arsitektur strategik.

(13)

menggunakan pendekatan Teori Berlian Porter menunjukkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dalam tiap komponen dayasaing agribisnis gandum lokal. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung lebih dominan dibandingkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia masih lemah.

(14)

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS GANDUM LOKAL DI INDONESIA

AGNES AULIA DWI PUSPITA H34053125

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul skripsi : Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal Di Indonesia

Nama : Agnes Aulia Dwi Puspita NRP : H34053125

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec NIP. 131 846 873

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia“ adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 3 April 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Yohanes Marsudi dan Ibu Veronika Retno Iriyanti.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN I Kembang Tanjung, Kotabumi Lampung Utara dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menengah pertama dilalui penulis di SMP Xaverius Kotabumi dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN I Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2005 IPB pertama kali memberlakukan kurikulum mayor-minor sehingga pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dengan Minor Agronomi dan Hortikultura.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis, dan dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini, serta merumuskan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia dalam upaya mewujudkan diversifikasi pangan, Desa Industri berbasis gandum lokal, dan mensubstitusi sebagian permintaan gandum domestik dengan gandum lokal.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi yang bermanfaat bagi siapapun yang membacanya mengingat masih sedikitnya literatur dan penelitian yang membahas mengenai masalah agribisnis gandum lokal di Indonesia.

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang selalu dicurahkan kepada penulis dan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini:

1) Orang tuaku tercinta; Yohanes Marsudi dan Veronika Retno Iriyanti, atas kasih sayang serta cinta, doa, dukungan spiritual dan material, arahan, perhatian, dan penguatan yang diberikan kepada penulis. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik bagi Bapak dan Ibu.

2) Mbakku tercinta, Elisabeth Reni Hapsari atas doa, dukungan, semangat, arahan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Serta adikku tercinta, F.X. Satrio Wicaksono yang menjadi sumber penghiburan, semangat, dan inspirasi bagi penulis.

3) Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah merekomendasikan topik penelitian ini kepada penulis, serta memberikan bimbingan, masukan, saran, dan motivasi dengan begitu sabar kepada penulis. 4) Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji utama, yang telah

memberikan banyak masukan dan saran bagi penulis.

5) Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji wakil departemen, yang juga telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

6) Ir. Yayah K Wagino, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan.

7) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

8) Ir. Risda Yulita, MM (Kasubdit Serealia Lain) dan Ir. Valensia, MSi (Kepala Seksi Pengembangan Gandum di Indonesia), serta seluruh staf Direktorat Budidaya Serealia Lain Departemen Pertanian yang telah bersedia membantu dan memberikan informasi yang sangat berarti bagi penelitian ini.

(20)

10) Om Wanto dan Bulek Agustin, Om Woto dan Bulek Ning, serta adik Tyas, Aji, Bagus, Febi, Mas Aldi, dan Opie yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

11) Mba Utari Evi Cahyani (Uut) atas bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini, serta K’Rudi yang telah memberikan masukan kepada penulis.

12) Debie Napitupulu, teman yang selalu mendukung, menyemangati, dan menjadi inspirasi bagi penulis.

13) Hefrina Sitanggang, teman sekamar sekaligus sebagai teman seperjuangan yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Semoga perjuangan kita membawa keberhasilan bagi kita.

14) Teman-teman satu bimbingan Lenny Siahaan, Isnurdiansyah, Mba Nita, dan K Fadhli atas dukungan yang diberikan kepada penulis dan khususnya Teh Erni atas perjuangan bersama yang telah dilalui selama penelitian.

15) Teman-teman Gladikarya di Desa Tambak Mekar Subang : Keluarga Cemara, Nadjmi (Abah), Devi (Teh Euis), Gusri (Teh Ara), dan Yusda (Teh Agil) yang telah memberikan keceriaan dan motivasi yang begitu besar bagi penulis.

16) Teman-teman Wisma Ananda; Stevi, Maria, Melisa, Pesta, Mei Cing, Kamlit, Tety, Devina, Nove, Iven, Hila, dan Vanda atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

17) Teman-teman pendamping dan khususnya pendampingan St.Tarsisius atas keceriaan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

18) Theresia Wahyuni, Amel, Janri, dan teman-teman di Agribisnis’42 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penyelesaian skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Gandum ... 10

2.1.1. Deskripsi Gandum ... 10

2.1.2. Jenis Gandum ... 11

2.1.3. Manfaat Gandum ... 11

2.1.4. Sejarah Pengembangan Gandum di Indonesia.... 13

2.1.5. Budidaya Gandum ... 15

2.2. Desa Industri ... 18

2.3. Penelitian Terdahulu ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 23

3.1.1. Pengertian Agribisnis ... 23

3.1.2. Konsep Dayasaing ... 23

3.1.3. Analisis SWOT ... 29

3.1.4. Arsitektur Strategik ... 30

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2. Data dan Instrumentasi ... 33

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

4.4.1. Analisis Berlian Porter ... 36

4.4.2. Analisis SWOT ... 38

4.4.3. Arsitektur Strategik ... 39

V GAMBARAN UMUM GANDUM DUNIA DAN NASIONAL ... 40

5.1. Gambaran Umum Gandum dunia ... 40

(22)

5.1.2. Produksi Gandum Dunia ... 42 5.1.3. Negara Penghasil Gandum di Dunia ... 42 5.1.4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas

Negera Penghasil Gandum terbesar di Dunia

Tahun 2005 ... 44 5.1.5. Eksportir Gandum Dunia ... 45 5.1.6. Importir Gandum Dunia ... 45 5.1.7. Tingkat Harga Gandum Dunia ... 46 5.2. Kondisi Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia ... 47 5.2.1. Subsistem Hulu ... 47 5.2.2. Subsistem Kegiatan Usahatani ... 49 5.2.3. Subsistem Hilir dan Pemasaran ... 52 5.2.4. Subsistem Penunjang ... 54 5.3. Impor Gandum Indonesia ... 56

VI DAYASAING AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

DI INDONESIA ... 58 6.1. Analisis Komponen Porter’s Diamond System ... 58

6.1.1. Kondisi Faktor Sumberdaya ... 58 6.1.2. Kondisi Permintaan ... 67 6.1.3. Industri Terkait dan Industri Pendukung ... 69 6.1.4. Stuktur, Persaingan, dan Strategi

Agribisnis Gandum Lokal ... 71 6.1.5. Peran Pemerintah ... 73 6.1.6. Peran Kesempatan ... 73 6.2. Keterkaitan Antar Komponen Utama ... 75 6.3. KeterkaitanAntar KomponenPenunjang

dengan Komponen Utama... 78

VII STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN

DAYASAING AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

DI INDONESIA ... 82 7.1. Analisis SWOT Pengembangan dan

Peningkatan Dayasaing Agribisnis Gandum Lokal ... 82 7.1.1. Identifikasi Faktor-faktor dalam tiap

Komponen Porter’s Diamond System ... 82 7.1.2. Analisis Komponen SWOT ... 83 7.1.3. Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT ... 90 7.2. Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan dan

Peningkatan Dayasaing Agribisnis Gandum Lokal ... 98 7.2.1. Sasaran Agribisnis Gandum Lokal Di Indonesia 98 7.2.2. Tantangan Agribisnis Gandum Lokal ... 98 7.2.3. Program Pengembangan dan Peningkatan

(23)
(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Nutrisi Beberapa Komoditas Serealia ... 2 2. Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2002-2003 .. 3 3. Volume Impor Gandum Indonesia Tahun 2000–2008 ... 5 4. Luas Lahan yang Sesuai dan Masih Tersedia untuk

Pengembangan Tanaman Gandum di Dataran Tinggi

di Indonesia ... 7 5. Perbandingan Kandungan Gizi Roti Putih dan Roti Gandum

per 100 gram ... 13 6. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Gandum di India

Tahun 1950/1951 ... 41 7. Perkembangan Produksi dan Permintaan Gandum

Dunia Periode Tahun 2003/2004-2007/2008 ... 42 8. Jumlah Produksi Negara Penghasil Gandum Terbesar

di Dunia Periode Tahun 2005/2006-2008/2009 ... 43 9. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Negara Penghasil

Gandum Terbesar di Dunia Tahun 2005 ... 44 10.Eksportir Utama Gandum Dunia Periode

2005/2006-2008/2009 ... 45 11.Importir Gandum Dunia Periode 2005/2006-2008/2009 ... 46 12.Perbandingan Pendapatan Usahatani Pola Tanam

Kentang-Kubis dengan Kentang-Kubis-Gandum ... 50 (per Hektar per Tahun)

13.Perbandingan Pendapatan Usahatani Pola Tanam

Kentang-Kentang dengan Kentang-Kentang-Gandum ... 51 (per Hektar per Tahun)

14.Daftar Nama Perusahaan Tepung Terigu di Indonesia ... 53 15.Negara Utama Pengekspor Gandum Ke Indonesia ... 57 16.Luas Tanam Gandum Lokal Tahun 2004-2008 ... 60 17.Keterkaitan Antar Komponen Utama ... 75 18.Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan

(25)

19.Identifikasi Komponen Dayasaing

Agribisnis Gandum Lokal ... 83 20.Matriks SWOT Agribisnis Gandum Lokal ... 91 21.Program Pengembangan Agribisnis dan

(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tren Konsumsi Tepung Terigu per Kapita

Tahun 1992-2008 ... 4 2. Bagan Desa Industri Sebagai Satu Sistem ... 20 3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32 4. Sistem Agribisnis Gandum Lokal ... 35 5. The Complete System of National Competitive Advantage 37 6. Matriks SWOT ... 38 7. Harga Gandum Dunia Bulanan

(Januari Tahun 2000- Oktober 2008) ... 47 8. Grafik Perkembangan Volume Impor Gandum Indonesia

Tahun 2000-2008 ... 57 9. Presentase Permintaan Tepung Terigu

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pendapatan Usahatani Gandum Lokal per Musim Tanam

per Hektar ... 110 2. Pendapatan Usahatani Kentang per Musim Tanam

per Hektar ... 111 3. Pendapatan Usahatani Kubis per Musim Tanam

per Hektar ... 112 4. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Gandum Lokal

Tahun 2004 ... 113 5. Daftar Nama Kelompok Tani di Lokasi Pengembangan

(28)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945. Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi serta dapat mengakibatkan berbagai gejolak sosial dan politik (Abubakar 2008).

Pembangunan ketahanan pangan, sesuai Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan, bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, dan mutu gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh individu. Untuk menjamin keberkelanjutannya, GBHN 1999-2004 telah mengarahkan bahwa ketahanan pangan dikembangkan dengan bertumpu pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal/domestik, distribusi ketersediaan pangan mencapai seluruh wilayah dan peningkatan pendapatan agar mampu mengakses pangan secara berkelanjutan. Selain itu, GBHN juga mengarahkan bahwa arah pembangunan ekonomi nasional adalah : (1) Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan kompetitif sebagai negara maritim dan agraris, sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah; (2) Memberdayakan pengusaha kecil menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha seluas-luasnya (Suryana 2001).

(29)

untuk memenuhinya. Tingkat konsumsi pangan penduduk berkaitan dengan perilaku konsumsi masyarakat. Berbagai masalah yang dihadapi dalam konsumsi pangan diantaranya yaitu jumlah penduduk yang besar dengan konsentrasi pangan pokok berupa beras. Diperkirakan pada tahun 2020 kebutuhan beras akan mencapai angka 38.650.000 ton (rata-rata konsumsi 135 kg/kapita/tahun), dengan perkiraan jumlah penduduk Indonesia mencapai 262 juta jiwa.1

Untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu dilakukan penganekaragaman pangan yang bersumber dari pangan karbohidrat lain. Salah satu komoditi pangan alternatif sebagai sumber karbohidrat non beras adalah gandum. Gandum memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda jika dibanding dengan komoditas serealia lain seperti sorgum, jagung dan beras sedangkan kandungan proteinnya lebih tinggi dari sorgum, jagung dan beras seperti disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Beberapa Komoditas Serealia

No Nutrisi Gandum Sorgum Jagung Beras

Sumber: Direktorat Budidaya Serealia (2008)

Bahan pangan dari gandum yang dikenal dengan tepung terigu sudah menjadi sumber bahan pangan alternatif yang merata bagi penduduk Indonesia. Manfaat gandum sebagai bahan pangan sangat beragam terutama dalam diversifikasi pangan seperti makanan ringan roti, mi, biskuit, puding, es krim, macaroni, dan kue. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia terus meningkat

(30)

dikarenakan adanya perubahan pola makan masyarakat perkotaan yang praktis dan siap saji seperti roti dan mi. Perubahan pola makan tersebut saat ini juga telah bergeser sampai ke pedesaan, dari tahun 2002 ke tahun 2003 konsumsi pangan tepung terigu di Indonesia mengalami peningkatan (Tabel 2). Bangsa Indonesia sejak dekade 1970-an secara lambat tetapi pasti telah menuju pertumbuhan ekonomi yang mengubah predikat negara miskin menjadi negara berkembang. Perubahan ini secara pasti juga mengubah perilaku kerja sebagian besar masyarakat perkotaan dan meluas kepada masyarakat pedesaan. Perilaku/pola kerja tersebut sangat berpengaruh terhadap pola makan, dimana masyarakat kita dewasa ini akan lebih praktis dan efisien makan pada pagi dan sore hari seringkali memerlukan makanan yang mudah diperoleh dan cukup mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Permintaan terigu sebagian besar merupakan permintaan turunan (derived demand), karena yang dikonsumsi sebagian besar dalam bentuk pangan hasil olahan.

Tabel 2. Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2002-2003 Kelompok Pangan

Beras Jagung Tepung Terigu

Konsumsi

2002 2003 2002 2003 2002 2003 Gram/kap/hr

Sumber : Susenas 2003, BSP dalam Direktorat Budidaya Serealia 2008

(31)

terigu, serta pesatnya perkembangan industri penggilingan gandum (Sawit 2003). Permintaan terhadap tepung terigu dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini secara langsung telah mengakibatkan kebutuhan gandum domestik semakin meningkat. Rata-rata konsumsi tepung terigu per kapita sejak tahun 2001 hingga tahun 2007 yaitu 17,1 kg. Grafik rata-rata konsumsi tepung terigu per kapita dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tren Konsumsi Tepung Terigu per Kapita Tahun 1992-2008

Sumber : APTINDO, 2009

Peningkatan konsumsi tepung terigu per kapita secara langsung telah mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan gandum domestik. Indonesia merupakan negara pengonsumsi gandum terbesar keempat di dunia, sementara itu Indonesia sendiri tidak memiliki tanaman gandum untuk memenuhi kebutuhan domestik tersebut. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan domestik Indonesia mengimpor gandum dari negara lain. Dari tahun ketahun volume impor gandum semakin bertambah. Besarnya volume impor gandum dapat dilihat pada Tabel 3.

9,9 10,2

14,8 15,0 15,0 15,0

(32)

Tabel 3. Volume Impor Gandum Indonesia Tahun 2000–2008

Volume impor gandum yang tingi memerlukan anggaran belanja negara yang tidak sedikit. Anggaran belanja negara yang tidak diimbangi oleh anggaran pendapatan negara mengakibatkan pemerintah melakukan utang luar negeri. Melihat kondisi tersebut diperlukan suatu upaya dengan mulai mengembangkan tanaman gandum di Indonesia. Dengan pertimbangan tersebut pada tahun 2001, pemerintah mulai mencoba mengembangkan tanaman gandum di Indonesia dan memiliki sasaran membentuk Desa Industri pada tahun 2025 mendatang.

(33)

1.2. Perumusan Masalah

Meskipun gandum dapat menjadi pangan alternatif namun ketersediaannya yang tidak mencukupi justru malah menjadi permasalahan. Indonesia merupakan negara pengimpor gandum terbesar ke empat di dunia dengan volume impor mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2008. Peningkatan konsumsi gandum domestik disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola makan masyarakat yang telah bergeser ke makanan yang berbasis tepung terigu seperti mi instan dan roti.

Kondisi tersebut merupakan permasalahan bagi agribisnis gandum di Indonesia, karena konsumsi gandum dalam negeri terus meningkat sementara itu Indonesia sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan gandum domestik. Jika volume impor gandum terus meningkat maka hal ini akan dapat semakin mengurangi devisa negara. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah berupaya membudidayakan tanaman gandum di Indonesia yang disebut dengan gandum lokal. Sebagai upaya awal pada tahun 2001 hingga tahun 2003 telah dilakukan berbagai uji multi lokasi gandum di beberapa provinsi di Indonesia untuk menentukan wilayah yang sesuai kondisi persyaratan tumbuh gandum. Kemudian pada tahun tahun 2004 mulai melakukan pengembangan.

Gandum mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia pada masa yang akan datang mengingat kriteria pertumbuhan tanaman gandum banyak tersebar di Indonesia pada ketinggian > 800 m dpl. Di daerah tropis seperti Indonesia dapat dikembangkan tanaman gandum terutama di daerah pegunungan (dataran tinggi) yang beriklim kering cocok ditanam pada ketinggian > 800 m dpl (Direktorat Budidaya Serealia 2008).

(34)

Tabel 4. Luas Lahan yang Sesuai dan Masih Tersedia untuk Pengembangan Tanaman Gandum di Dataran Tinggi di Indonesia (hektar)

No Pulau Lahan yang

Sumber: Direktorat Budidaya Serealia (2008)

Berdasarkan kesesuaian lahan, lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditi gandum di dataran tinggi mencapai luas 1.972.000 hektar, namun sebagian besar telah digunakan untuk pengembangan komoditas lainnya seperti sayuran. Sehingga masih ada peluang untuk areal pengembangan tanaman gandum seluas 706.500 hektar, tersebar di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.

Sebagai komoditi alternatif, prospek gandum cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia karena tingkat kebutuhan tepung terigu dalam negeri setiap tahun cenderung meningkat sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia mengimpor dari negara lain. Menurut Direktorat Budidaya Serealia (2008) gandum merupakan komoditi pangan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena secara agroklimat telah diidentifikasi sesuai untuk dibudidayakan di Indonesia yaitu di daerah dataran tinggi kering. Pengembangan gandum belum membudaya dikalangan masyarakat Indonesia dan hasil produksi nasionalnya pun masih sangat kecil, hal ini dikarenakan pengembangan tanaman gandum lokal belum lama dilakukan di Indonesia, oleh karena itu diperlukan kerjasama dari semua instansi baik pemerintah, swasta maupun Perguruan Tinggi agar pengembangan agribisnis gandum dapat mencapai sasaran.

(35)

Berdasarkan permasalahan yang ada maka menarik untuk dilakukan analisis agribisnis gandum di Indonesia untuk mengkaji sejauh mana agribisnis gandum lokal dapat dikembangkan di Indonesia, dan bagaimana strategi yang harus dirumuskan untuk mengembangkan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi faktor internal dan eksternal agribisnis gandum serta kondisi pengembangan sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menghasilkan strategi untuk pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia dalam upaya mewujudkan diversifikasi pangan (untuk menunjang ketahanan pangan) serta membentuk desa industri berbasis gandum lokal dan dapat mensubtitusi sebagian permintaan gandum domestik dengan gandum lokal.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan sebelumnya, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimanakah kondisi sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini? 2) Bagaimanakah dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini

sebagai komoditas yang baru dikembangkan di Indonesia?

3) Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk pengembangan agribisnis gandum lokal dalam upaya mewujudkan diversifikasi pangan, membentuk desa industri berbasis gandum lokal, dan mensubtitusi sebagian permintaan gandum domestik dengan gandum lokal.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis kondisi sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini. 2) Menganalisis dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia saat ini sebagai

komoditas yang baru dikembangkan di Indonesia.

(36)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1) Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan secara ilmiah.

2) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi penelitian selanjutnya terutama penelitian tentang komoditi gandum.

3) Bagi masyarakat ataupun pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan serta sebagai bahan informasi baru bagi pembaca yang belum mengetahui bahwa gandum dapat di kembangkan di Indonesia.

4) Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan kebijakan, terutama dalam program pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan kondisi pengembangan agribisnis gandum di Indonesia, faktor-faktor yang menentukan agribisnis gandum lokal serta faktor-faktor eksternal dan internal yang berhubungan dengan pengembangan sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia.

(37)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gandum

2.1.1. Deskripsi Gandum

Gandum merupakan komoditas tanaman pangan penghasil karbohidrat yang termasuk dalam kelompok serealia. Gandum juga mengandung protein, mineral dan vitamin (B1, B2 dan B6). Secara botani, gandum (Triticum aestivum L.) termasuk dalam kelas Monokotil, ordo Graminales, famili Graminese atau Poaceae, dan genus Triticium. Adapun karakterisik tanaman gandum adalah sebagai berikut (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan 2001):

1) Akar

Tanaman gandum memiliki dua macam akar yaitu akar kecambah, merupakan akar pertama yang tumbuh dari embrio dan akar adventif yang kemudian tumbuh dari buku dasar. Berbeda dengan akar kecambah yang kemudian mati, akar adventif membentuk sistem perakaran yang perakarannya berada sedalam 10-30 cm di bawah permukaan tanah.

2) Batang

Batang tanaman gandum tegak, berbentuk silinder dan membentuk tunas. Ruas-ruasnya pendek dan buku-bukunya berongga. Pada tanaman dewasa terdiri dari rata-rata enam ruas. Tinggi tanaman gandum atau panjang batang dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan tumbuh.

3) Daun

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Helaian daun gandum tersusun dalam setiap batang, setiap daun membentuk sudut 1800 dari daun yang satu dengan daun yang lainnya. Daun telinga (auricle) barwarna pucat atau kemerah-merahan. Sedangkan lidah daun tidak berwarna, tipis dan berujung bulu-bulu dan halu.

4) Malai

(38)

5) Butir Gandum

Butir gandum (kernel, grain) secara botani adalah buah (caryopsis). Kulit biji berimpit dengan kulit buah. Biji terdiri dari nutfah (germ atau embryo), endosperm, scutellum. dan lapisan aleuron. Bentuk butir bervariasi dari lonjong bundar sampai lonjong lancip. Biji gandum berwarna merah kecoklat-coklatan, putih dan warna diantara keduanya.

2.1.2. Jenis Gandum

Berdasarkan kegunaannya gandum dapat dibedakan menjadi: 1) Gandum Lunak (Soft Wheat)

Gandum lunak memiliki kadar protein 6–11 persen. Karena kandungan gluten yang dimiliki rendah maka gandum lunak cocok untuk pembuatan kue–kue kering, biskuit, crackers, dan sebagainya yang tidak memerlukan daya kembang yang tinggi sehingga dapat memberikan bentuk pada hasil cetakan kue.

2) Gandum Keras (Hard Wheat)

Gandum keras memiliki kadar protein 11–17 persen dan gluten yang lebih tinggi daripada gandum lunak sehingga dapat menghasilkan tepung gandum yang kuat daya kembangnya dan sangat cocok untuk pembuatan roti. Selain itu gandum keras warnanya lebih gelap dan tidak memperlihatkan zat pati yang putih seperti gandum lunak (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan 2001).

2.1.3. Manfaat Gandum

(39)

tidak jauh berbeda, keduanya berasal dari gandum. Yang membedakan roti putih dengan roti gandum utuh yaitu roti putih terbuat dari tepung terigu, sedangkan roti gandum dari tepung gandum. Tepung terigu merupakan hasil penggilingan biji gandum yang paling dalam (endosperm), sedangkan tepung gandum merupakan hasil penggilingan biji gandum utuh yang hanya dibuang kulit luarnya saja, sehingga kandungan seratnya lebih tinggi dibandingkan dengan tepung terigu putih. Itu sebabnya makan roti gandum akan terasa lebih cepat kenyang dan dapat menahan rasa lapar lebih lama.

Roti gandum utuh memiliki keunggulan dibandingkan roti putih biasa. Beberapa keunggulan roti yang terbuat dari tepung gandum utuh yaitu mengandung serat pangan, antioksidan, fitoestrogen (baik untuk mencegah penyakit jantung dan aneka kanker), vitamin dan mineral yang jauh lebih banyak dibandingkan roti putih. Selain memiliki kandungan serat, vitamin, dan gizi yang tinggi roti gandum juga memiliki beberapa manfaat diantaranya :

i) Dengan kandungan serat yang tinggi roti gandum dapat membantu menghindari kelebihan lemak, lemak jenuh, dan kolesterol; gula, dan natrium serta dapat membantu mengontrol berat badan (Dietary Guidelines for American, dalam Astawan Made 2008).

ii) Roti gandum sangat baik bagi penderita sembelit karena serat pangan dapat melembekkan feses, sehingga mengurangi tekanan pada dinding kolon dan mempercepat pengeluarannya karena gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih cepat (Linder 1992, dalam Astawan Made 2008).

(40)

Tabel 5. Perbandingan Kandungan Gizi Roti Putih dan Roti Gandum per 100

Serat pangan (g)*

Besi (mg)*

Asam pantotenat (mg)*

Vitamin B6 (mg)*

Asam folat (mkg)*

Vitamin E (mg)*

Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI 1992, * USDA 2004, dalam Astawan Made (2008)

2.1.4. Sejarah Pengembangan Gandum di Indonesia

(41)

Namun pengembangan tersebut tidak berlanjut. Kemudian pada tahun 2000 PT ISM Bogasari Flour Mills mensponsori kegiatan penelitian gandum di Indonesia melalui Proyek Gandum 2000. Penelitian tersebut dilakukan untuk mempelajari kemungkinan pengembangan gandum di Indonesia sebagai bagian dari strategi pengembangan gandum (pewilayahan gandum). Adapun proyek tersebut dilakukan melalui kerjasama antara Departemen Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Universitas Brawijaya, SEAMEO Biotrop, Universitas Kristen Satia Wacana (UKSW) Salatiga dan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Penelitian tersebut menghasilkan pemetaan wilayah yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman gandum (Bogasari 2004)

(42)

Di Indonesia lokasi yang memiliki kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan gandum dan telah digunakan sebagai lokasi pengembangan hingga tahun 2008 yaitu Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tiimur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan timur, dan Sulawesi selatan (Ditjen Tanaman Pangan 2008)

2.1.5. Budidaya Gandum

Pada dasarnya budidaya tanaman gandum memiliki syarat tumbuh dan teknik budidaya (Direktorat Budidaya Serealia 2008) sebagai berikut :

1) Iklim

Tanaman gandum dapat beradaptasi secara luas dimuka bumi, mulai dekat khatulistiwa sampai 60°LU dan 40°LS. Daerah-daerah penyebarannya adalah 30-60°LU dan 25-40°LS. Di Indonesia gandum ditanam di daerah pegunungan diatas 800 meter diatas permukaan laut (dpl). Suhu minimum untuk pertumbuhan adalah 2-4°C, suhu optimum sekitar 20-25°C sedangkan suhu maksimum 37°C. Tanaman gandum banyak ditanam pada daerah-daerah dengan kisar curah hujan 350–1.250 milimeter. Curah hujan efektif untuk pertanaman gandum adalah 825 milimeter per tahun memberikan produksi yang tinggi, dengan pelaksanaan pergiliran tanaman dan pembuatan saluran irigasi.

Tanaman gandum dapat beradaptasi dengan baik pada kelembaban udara yang relatif rendah. Di daerah-daerah pegunungan yang ada di Indonesia kelembaban udara rata-rata adalah 90 persen dalam musim hujan dan 80 persen dalam musim kemarau. Waktu yang paling baik dalam menanam gandum di Indonesia adalah menjelang musim kemarau sehingga fase pematangan jatuh pada musim kemarau, karena pada bulan pertama dan kedua diperlukan air yang merata dan cukup jumlahnya dalam pembentukan tunas dan primordial. Sedangkan pada bulan ketiga mulai fase pematangan tidak memerlukan banyak air. Untuk daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur penanaman gandum dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni dengan curah hujan 643-841 milimeter dan hari hujan 2,8-3,6 hari per bulan, sedang suhu berkisar antara 15,1-20,6°C.

(43)

Intensitas matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan karbohidrat melalui fotosintesis. Intensitas penyinaran kurang dari 60 persen menyebabkan turunnya hasil.

2) Tanah

Adaptasi tanaman gandum terhadap jenis-jenis tanah juga sangat luas, akan tetapi jenis tanah yang baik adalah tanah yang dapat menahan air dalam jumlah yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Umumnya jenis tanah untuk pertanaman gandum di Indonesia adalah Andosol, Regosol kelabu, Latosol dan Aluvial, pH tanah yang baik untuk pertumbuhan gandum adalah berkisar 6,8-7,5.

Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah : 1) hara yang diperlukan cukup tersedia 2) tidak ada zat toksik 3) kelembapan mendekati kapasitas lapang 4) suhu tanah rata-rata berkisar 12-28°C 5) aerasi tanah baik 6) tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah 7) pH tanah berkisar 6,8-7,5.

3) Benih

Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting disamping untuk menghasilkan produksi tinggi juga untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit menyerang. Dalam memilih benih sebaiknya benih yang digunakan berasal dari malai yang matang pada batang utama, mempunyai bentuk dan warna yang seragam dan mempunyai bobot yang tinggi dan seragam serta bebas dari hama dan penyakit. Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di Indonesia baru beberapa varietas saja diantaranya Nias, Timor, Selayar dan Dewata namun dari ke empat tersebut yang banyak ditanam oleh petani adalah varietas Selayar, Dewata dan Nias. Kebutuhan benih untuk setiap hektarnya tergantung dari daya tumbuh benih. Bila benih dengan daya tumbuh 95 persen cukup 2 butir/lubang dengan jarak tanam 20 x 10 cm diperlukan 30 kg benih/ha. Sedangkan benih berdaya tumbuh kurang dari 95 persen, jumlah benih/lubang leniih dari 2 butir sehingga jumlah benih yang dibutuhkan 35 kg benih/ha (Direktorat Budidaya Serealia, 2006).

4) Pengolahan Tanah

(44)

dilakukan dua kali yaitu: (1) Pengolahan pertama pencangkulan/pembajakan dengan tujuan menggemburkan tanah dan membasmi gulma; (2) Pengolahan tanah kedua yaitu satu minggu setelah pengolahan pertama, sekaligus pemberian pupuk organik bila diperlukan kemudian tanah dibiarkan selama 7-10 hari.

5) Penanaman

Sebelum penanaman terlebih dahulu dibuat lubang pertanaman dengan cara ditugal, kemudian benih dimasukan 2-3 butir/lubang dan ditutup dengan tanah halus. Jarak tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah. Jarak tanam yang sering digunakan adalah 20 x 10 cm, 25 x 10 cm, dan 30 x 10 cm.

6) Pemupukan

Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam atau pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk pertama yang harus diberikan adalah TSP dan KCl serta sebagian pupuk N. Dosis pemupukan dapat ditentukan oleh jumlah hara yang tersedia di dalam tanah. Jumlah pupuk organik yang biasa digunakan sebanyak 20 ton/ha. Sedangkan pupuk organik sebanyak 120 kg N/ha, P 45-90 kg/ha dan 30-60 kg K/ha. Pemberian pupuk Urea dapat diberikan 2-3 kali.

7) Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2-3 kali tergantung banyaknya populasi gulma. Penyiangan pertama, kedua dan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan, 3 minggu setelah penyiangan pertama dan selanjutnya tergantung pada jumlah populasi gulma.

8) Pengendalian Hama dan Penyakit

Di Indonesia hama yang menyerang tanaman gandum dan cukup berbahaya adalah Aphhids, Walang sangit, Ulat grayak, Penggerek batang, Sundep dan Nematoda.

a) Aphids

Berbadan lunak dan transparan menyerang dengan cara menghisap dan menyebabkan daun berwarna kekuningan dan mati premature.

b) Walang sangit

(45)

c) Ulat grayak dan penggerek batang

Menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala serangan berupa rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun ataun ujung tanaman, larva ulat grayak dan penggerek batang dapat merusak bagian leher tanaman bahkan beberapa speies memakan bagian akan atau bagian dalam akar.

d) Sundep

Sundep dapat mematikan tanaman, gejala yang ditunjukan pucuk tanaman berwarna putih, bila pangkal tanaman dibelah akan didapati ular.

e) Nematoda

Dapat mengurangi vigor tanaman dan menyebabkan luka, busuk dan pembengkakan akar.

Sedangkan penyakit tanaman gandum yang sering ditemui adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit utama pada tanaman gandum yaitu penyakit karat, bercak daun, busuk akar, dan penyakit busuk pangkal batang. 9) Panen

Gandum siap dipanen setelah 80 persen dari rumpun telah bermalai, jerami batang dan daun mengering dan menguning. Jika 20 persen dari bagian malai telah matang penuh, butir gandum cukup keras bila dipijit ditangan. Jika gandum yang terlalu matang cenderung rebah dan rontok disamping itu akan menurunkan bobot butir gandum. Untuk menentukan gandum cukup untuk dipanen yaitu dengan cara menggosok butir–butir gandum dengan tangan dan terlepas dari malainya.

Batang gandum dipotong 30 cm dari ujung malai kemudian diikat. Malai yang baru dipanen dikeringkan, dijemur dipanaskan matahari 1-2 hari agar malai mudah dirontokan. Gandum dirontokan dengan irik, diinjak-injak atau dipukul pada kisi-kisi kawat. Setelah perontokan biji gandum dikeringkan sampai kadar air 14 persen.

2.2. Desa Industri

(46)

sekunder (bahan baku untuk industri di desa), industri tersier (prosesing) yang menghasilkan produk jadi seperti mi, kue dan semua makanan olahan. Ketiga subsistem tersebut merupakan subsistem horizontal yang satu sama lain mempunyai hubungan. Subsistem industri primer menghasilkan sarana produksi, seperti benih varietas unggul, pupuk, pestisida dan infrastruktur, bagi pembudidayaan tanaman gandum. Sedangkan subsistem industri sekunder, yaitu lapang produksi, akan menghasilkan produk sebagai bahan baku untuk industri di desa; dan subsistem tersier, terdiri dari industri pertepungan dan industri sayuran, yang memproses industrial (processing dan conditioning) di desa industri. Dapat pula dibangun subsistem lanjutannya di desa industri tersebut, misal dari industri pertepungan dibangun industri yang menghasilkan produk mi (Sadjad 2005, dalam Patola 2006).

(47)

Gambar 2. Bagan Desa Industri Sebagai Satu Sistem Sumber: Direktorat Budidaya Serealia, 2007 2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang membahas mengenai analisis dayasaing dan strategi pengembangan komoditi gandum lokal di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya. Sedangkan penelitian tentang lokasi yang cocok untuk pengembangan gandum di Indonesia sudah pernah dilakukan sebelumnya diantaranya yaitu Handoko (2000) melalui Penelitian Gandum 2000 yang didukung oleh (SEAMEO BIOTROP), Departemen Pertanian, perguruan tinggi (IPB dan Universitas Brawijaya) serta kedutaan Besar India dan Wheat Research Institute di New delhi ). Penelitian Handoko menghasilkan kesimpulan bahwa gandum (Triticium aestivum L.) dapat ditanam di Indonesia. Selain itu hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa masalah utama dalam pengembangan tanaman gandum di Indonesia adalah suhu udara dan curah hujan. Penelitian tersebut telah menghasilkan peta perwilayahan gandum di Indonesia pada berbagai waktu tanam, mulai dari Januari sampai Desember. Berdasarkan peta-peta tersebut, dapat ditentukan wilayah-wilayah potensial untuk mengembangkan tanaman gandum di Indonesia. Dalam penelitan tersebut disebutkan bahwa secara umum peta-peta wilayah tersebut menunjukan bahwa dua faktor pembatas utama

Saprodi &

Industri Processing

(48)

yaitu 1) ketinggian tempat yang menentukan suhu udara (spasial), dan 2) curah hujan yang menentukan ketersediaan air yang berhubungan dengan waktu tanam (temporal).

Mutiaratri (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Peramalan Dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Impor Gandum di Indonesia” dengan menggunakan metode peramalan time series dan peramalan causal (sebab akibat). Penelitian tersebut menghasilkan ramalan impor gandum di Indonesia yang berfluktuasi untuk periode 2004–2008 namun tetap mempunyai tren yang meningkat. Menurut penelitian tersebut faktor-faktor yang mengakibatkan adanya peningkatan impor gandum di Indonesia adalah kenaikan jumlah produksi tepung terigu yang menggunakan gandum sebagai bahan baku utamanya. Kenaikan jumlah produksi tersebut terjadi karena semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap makanan yang berbasis tepung terigu seperti mi, roti, dan kue–kue.

Sedangkan penelitian tentang analisis dayasaing sebelumnya pernah dilakukan oleh Cahyani (2008) dengan judul “Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gula Indonesia”. Penelitian tersebut menganalisis dayasaing agribisnis gula dengan menggunakan Teori Berlian Porter, menganalisis faktor–faktor internal dan eksternal dengan analisis SWOT dan kemudian merumuskan strategi pengembangan agribisnis gula di Indonesia dengan mengunakan arsitektur strategik. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dari tiap komponen dayasaing agribisnis gula, terdapat keterkaitan antar komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung. Keterkaitan yang tidak saling mendukung lebih dominan dalam penelitian tersebut sehingga menyebabkan dayasaing agribisnis gula Indonesia masih lemah. Penelitian tersebut juga menghasilkan beberapa rumusan strategik untuk pengembangan agribisnis gula di Indonesia.

(49)
(50)

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pengertian Agribisnis

Secara konseptual, agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas empat subsistem yang saling mendukung dan terkait satu sama lain sebagai berikut (Sa’id dan Prastiwi 2005).

1) Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), meliputi kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian primer termasuk dalam subsistem tersebut adalah industri agrokimia (pupuk dan pestisida), agroindustri otomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih.

2) Subsistem produksi pertanian primer (on farm agribusiness), meliputi kegiatan yang menggunakan sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis hulu.

3) Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), meliputi pengolahan komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finished product) beserta kegiatan distribusinya.

4) Subsistem pemasaran komoditas-komoditas agribisnis.

Keempat subsistem agribisnis tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh subsistem penunjang agribisnis (supporting system) sebagai jasa dalam menunjang kegiatan subsistem agribisnis. Yang termasuk dalam penunjang subsistem agribisnis antara lain lembaga pertanahan, lembaga keuangan (perbankan dan asuransi), lembaga penelitian, infrastuktur, lembaga pendidikan dan konsultasi agribisnis, serta kebijakan pemerintah. Dengan demikian, agribisnis merupakan suatu sistem usaha dibidang pertanian yang bersifat mega sektor, meliputi tingkat hulu, produksi komoditas agribisnis, dan kegiatan ditingkat hilir berupa kegiata pascapanen.

3.1.2. Konsep Dayasaing

(51)

berjangka panjang. Produktivitas adalah akar penyebab pendapatan per kapita nasional (Cho dan Moon 2003).

Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Menurut Porter (1990) terdapat empat faktor utama yang menentukan dayasaing industri yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, kondisi industri terkaita dan industri pendukung serta kondisi stuktur, persaingan dan strategi perusahaan. Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan pemerintah dan peranan kesempatan dalam meningkatkan keunggulan dayasaing industri nasional, dan secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan the national diamond. Setiap atribut yang terdapat dalam Teori Berlian Porter memiliki poin-poin penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Kondisi Faktor Sumberdaya

Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi digolongkan kedalam lima kelompok:

a) Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing nasional mencakup biaya, aksesibilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi), ketersediaan air, mineral, dan energi sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan (termasuk perairan laut lainnya), peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain.

b) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan etika kerja (termasuk moral).

c) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(52)

dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.

d) Sumber Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter, fiskal, serta peraturan moneter dan fiskal.

e) Sumberdaya Infrastuktur

Sumberdaya infrastuktur yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari ketersediaan, jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastuktur yang mempengaruhi persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos, giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik dan lain-lain.

2) Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu dayasaing industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar global. Mutu permintaan (persaingan yang ketat) di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan dayasaingnya sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi dayasaing industri nasional yaitu:

a) Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi:

i) Stuktur segmen permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh dayasaing pada stuktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan stuktur segmen yang sempit.

(53)

memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features, dan pelayanan.

iii) Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan bersaing.

b) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan penetrasi lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika industri dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi dan peningkatan produktivitas. c) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong dayasaing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya dayasaing produk negeri yang dikunjungi tersebut.

3) Industri Terkait dan Industri Pendukung

(54)

4) Stuktur, Persaingan, dan Strategi Perusahaan

Stuktur industri dan perusahaan juga menentukan dayasaing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Stuktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan stuktur industri yang bersaing. Stuktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan dayasaing global industri yang bersangkutan.

a) Stuktur Pasar

Istilah stuktur pasar digunakan untuk nenunjukan tipe pasar. Derajat persaingan stuktur pasar (degree of competition of market share) dipakai untuk menunjukan sejauh mana perusahaan-perusahaan individual mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijual di pasar. Stuktur pasar didefinisikan sebagai sifat–sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Jumlah penjual dan keadaan produk (nature of the product) adalah dimensi–dimensi yang penting dari stuktur pasar. Adapula dimensi lainnya adalah mudah atau sulitnya memasuki industri (hambatan masuk pasar), kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan, dan lain–lain. Beberapa stuktur pasar yang ada antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni. Biasanya stuktur pasar yang dihadapi suatu industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, dibandingkan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri.

b) Persaingan

(55)

persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan–perusahaan yang belum memiliki dayasaing yang tingkat persaingannya rendah.

c) Strategi Perusahaan

Dalam menjalankan suatu usaha, baik perusahaan yang berskala besar maupun perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waku, pemilik atau manajer dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya ke dalam lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.

5) Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan dayasaing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor–faktor penentu dayasaing global. Perusahaan–perusahaan yang berada dalam industri yang mampu menciptakan dayasaing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan–perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan dayasaingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku–pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan–kebijakannnya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan, dan teknologi serta informasi.

Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan dayasaing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik, baik secara langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa. Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif pajak, dan lain–lainnya yang juga menunjukan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan dayasaing global.

(56)

secara langsung menciptakan dayasaing global adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu dayasaing, sehingga perusahaan–perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan faktor–faktor penentu tersebut secara efektif dan efisien.

6) Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada diluar kendali perusahaan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan dayasaing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya dayasaing global industri nasional adalah penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut (misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang), meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya.

3.1.3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, barulah dapat ditentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang–peluang yang ada, sekaligus untuk memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang ada (Rangkuti 2006).

1) Identifikasi Kekuatan (Strengths)

Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan kompetitif di dalam suatu industri yang berasal dari perusahaan. Kekuatan perusahaan akan mendukung perkembangan usaha dengan cara memperlihatkan sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok, serta faktor–faktor lainnya.

2) Identifikasi Kelemahan (Weaknesses)

(57)

pemasaran dan pandangan orang terhadap merek dapat menjadi sumber kelemahan.

3) Identifikasi Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi yang diinginkan atau disukai dalam perusahaan yang diidentifikasi. Segmen pasar, perubahan dalam persaingan atau lingkungan, perubahan teknologi, peraturan dalam persaingan atau lingkungan, peraturan baru atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber peluang bagi perusahaan.

4) Identifikasi Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi yang paling tidak disukai dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran pembeli dan pemasok, perubahan teknologi, peraturan baru atau yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber anacaman bagi perusahaan.

3.1.4. Arsitektur Strategik

Pada awal tahun 1990-an, Gary Hamel dan C.K. Prahalad memperkenalkan pendekatan arsitektur strategik yang bersifat bentangan atau stretch. Pendekatan arsitektur strategik muncul sebagai respon dari pendekatan klasik yang dirasa kurang mampu untuk mengakomodasi perubahan lingkungan yang tergolong cepat, karena ketika menyusun pendekatan klasik membutuhkan asumsi–asumsi yang sangat ketat. Arsitektur strategik diciptakan untuk lebih adaptif dan lebih fleksibel di dalam menanggapi suatu perubahan, sehingga dengan diaplikasikannya arsitektur strategik ini, organisasi akan dengan leluasanya mengembangkan skenario yang diperkirakan akan memuluskan jalan menuju tercapainya visi dan misi organisasi tersebut. Strategi dengan skenarionya yang dirumuskan kemudian dipetakan ke dalam sebuah cetak biru atau yang lazim disebut sebagai blue print strategy. Blue print strategy ini sepenuhnya disusun guna mendukung tercapainya tujuan (visi) organisasi dalam waktu yang telah ditentukan (Yoshida 2004).

Gambar

GAMBARAN UMUM GANDUM DUNIA
Tabel 1.  Komposisi Nutrisi Beberapa Komoditas Serealia
Tabel 2.  Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2002-2003
Tabel 3.  Volume Impor Gandum Indonesia Tahun 2000–2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada ternan-ternan mitra usaha industri laut di Madura, Jawa Timur jangan main-maian sarna nelayan. kalau harga ekspor tu- run jangan diturunkan juga har- ganya

Pembangunan pertanian kedepan harus merupakan upaya pengembangan yang utuh dan menyeluruh pada semua aspek ekonomi, yang didalamnya terkait subsistem agribisnis hulu, subsistem

Hampir semua lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak pada ketinggian kurang dari 500 mdpl (di atas permukaan laut).. Salah satu langkah yang ditempuh

Faktor-faktor yang mendukung pengembangan industri kerajinan tiap-tiap daerah akan berbeda-beda, oleh karena itu diperlukan pembenahan sehingga faktor-faktor pendukung

Peran Lembaga Litbang Pemerintah dalam mendukung pengembangan industri komponen otomotif berbasis polimer di

Kesimpulan yang dapat diberikan oleh studi ini adalah diperlukannya pengembangan sektor industri yang ada di Kota Batam untuk menciptakan keterkaitan antar

Pilihan strategi fungsional untuk Backward Integration (BI) adalah BI-01, yaitu kerjasama pengembangan industri komponen/pendukung kapal (dengan perusahaan dari dalam dan

di atas, terlihat bahwa pada keenam determinan pemerintah, kesempatan, industri pendukung dan terkait, permintaan, strategi perusahaan dan pesaing serta modal sosial pada variabel daya