• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ORANG DEWASA

YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ramon Otto Andinata Susanto

G0006143

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Orang Dewasa

yang Melakukan Yoga dan Tidak Melakukan Yoga

Ramon Otto Andinata Susanto, NIM: G0006143, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Rabu , Tanggal 20 Oktober 2010

Pembimbing Utama

Nama : Yusvick M. Hadin, dr., Sp. KJ

NIP : 1949042219760910001 ………

Pembimbing Pendamping

Nama : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD

NIP : 195510211994121001 ...

Penguji Utama

Nama : I. G. B Indro N, dr., Sp. KJ

NIP : 197310032005011001 ...

Anggota Penguji

Nama : Enny Ratna Setyawati, drg.

NIP : 195211031980032001 ...

Surakarta, ………. 2010

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., MKes. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 8 Oktober 2010

Ramon Otto Andinata Susanto

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Ramon Otto Andinata Susanto, G0006143, 2010. Perbedaan Tingkat

Kecemasan antara Orang Dewasa yang Melakukan Yoga dan Tidak Melakukan Yoga. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan Penelitian: Yoga saat ini berkembang sebagai salah satu aktivitas yang menjanjikan hidup sehat dan seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan antara orang dewasa yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 20 orang dewasa yang

melakukan yoga dan 20 orang dewasa yang tidak melakukan yoga. Kelompok orang dewasa yang tidak melakukan yoga digunakan sebagai kelompok kontrol.

Teknik sampling yang digunakan adalah fixed exposure sampling. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah skala L-MMPI, Holmes Rahe, dan TMAS. Analisa data menggunakan uji t. Perbedaan risiko untuk mengalami kecemasan pada subjek penelitian yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga dianalisis dengan model analisis regresi linier berganda.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor TMAS pada kelompok yoga hanya 0,71 lebih rendah daripada kelompok tidak yoga dan perbedaan itu secara statistik tidak signifikan (b = - 0,71; p = 0,688).

Simpulan Penelitian: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan antara orang dewasa yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Ramon Otto Andinata Susanto, G0006143, 2010. The Anxiety Level

Differentiation between the Adults who do Yoga and do not do Yoga, Faculty of Medicine of Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives: Yoga is currently developing as an event that promises a healthy and balanced life. This study aims to know the anxiety levels differentiation between the adults who do yoga and who do not do yoga.

Methods: This study is a descriptive analytic cross sectional approach. The research sample was 20 adults who do yoga and 20 adults who do not do yoga. The group of adults who do not do yoga is used as the control group. The sampling technique used is fixed exposure sampling. The research instrument was used for L-scale of the MMPI, Holmes Rahe, and TMAS. Data analyzed by t test. The risk differentiation for experiencing anxiety on the subject of research who do yoga and who do not do yoga analyzed by multiple linear regression analysis model.

Results: The results showed an average score of TMAS on the yoga group only 0.71 lower than no yoga group and the differentiation was not statistically significant (b = - 0,71; p = 0,688).

Conclusions: According to this research, we concluded that there is no differentiation in anxiety level between the adults who do yoga and do not do yoga.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan karuniaNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecemasan

antara Orang Dewasa yang Melakukan Yoga dan Tidak Melakukan Yoga”.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., MKes selaku Ketua Tim Skripsi beserta seluruh staf skripsi

yang telah memberikan pengarahan dan bantuan

3. Yusvick M. Hadin, dr., Sp. KJ, selaku Pembimbing Utama, atas segala

bimbingan, bantuan, dan pengarahan materi yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini.

4. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD, selaku Pembimbing Pendamping,

atas segala bimbingan, arahan, dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. I. G. B Indro N, dr., Sp. KJ, selaku Penguji Utama, yang telah berkenan

menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran sehingga penyusunan skripsi ini semakin sempurna.

6. Enny Ratna Setyawati, drg., selaku Anggota Penguji, yang telah berkenan

menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Papa, mama, serta adik tercinta yang senantiasa memberikan doa, cinta,

bimbingan, dan motivasi pada peneliti.

8. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun, yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta, 8 Oktober 2010

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 22

C. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Lokasi Penelitian ... 23

D. Teknik Sampling ... 23

E. Variabel Penelitian ... 24

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

G. Instrumen Penelitian ... 24

H. Cara Kerja ... 25

I. Rancangan Penelitian ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 27

A. Hasil Penelitian ... 27

B. Analisis Data ... 30

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Simpulan ... 33

B. SARAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 4.1 Jumlah Data Sampel ... 27

Tabel4.2 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

Tabel 4.3 Hasil Skor Holmes Rahe ... 28

Tabel 4.4 Hasil analisis regresi tentang pengaruh yoga terhadap ………….... 30

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 22

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ……… 26

Gambar 4.1 Perbedaaan rata-rata skor TMAS antara kelompok orang ……... 29

dewasa yang melakukan yoga dan yang tidak

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden ... 36

Lampiran 2. Formulir Biodata ……….. 38

Lampiran 3. Kuesioner Skala L-MMPI ... 39

Lampiran 4. Kuesioner Holmes Rahe ... 40

Lampiran 5. Kuesioner TMAS ... 42

Lampiran 6. Surat ijin penelitian ... 45

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian ... 47

Lampiran 8. Hasil Uji Statistik menggunakan SPSS 17.0 ... 49

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman yang serba modern dan serba cepat, hidup sehat dan

seimbang sangat didambakan banyak orang, terutama bagi yang memiliki

kesibukan luar biasa. Beragam cara pun dilakukan, misalnya dengan

berolahraga dan menerapkan pikiran positif dalam setiap momen kehidupan.

Salah satu bentuk aktivitas yang menjanjikan hidup sehat dan seimbang adalah

senam yoga (Prasetyo, 2008).

Dasar dari terapi yoga adalah tubuh yang kuat dan sehat sempurna.

Terapi fisik dan mental merupakan salah satu prestasi penting yoga yang

bekerja pada prinsip-prinsip holistik harmoni dan persatuan. Saat ini yoga

telah populer sebagai terapi alternatif penyakit seperti obesitas, tekanan darah,

asma, diabetes, artritis, gangguan pencernaan, sembelit, gangguan mental,

depresi, dan lain lain. Hal ini telah menjadi populer sebagai sarana untuk

menjaga kesehatan dan kesejahteraan (Joshi, 2008).

Banyaknya sanggar yoga yang berada di kota-kota besar menjadi salah

satu alternatif sebagai daya tahan terhadap kecemasan. Bahkan, di Jakarta

bahwa yoga menjadi gaya hidup, di mana orang yang mengikuti yoga di

sanggar-sanggar dapat menaikkan strata sosial. Bahkan, sekarang yoga sudah

mulai ada di kota-kota besar seperti Semarang, Yogyakarta, Surakarta,

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sebagai salah satu fasilitasnya. Bahkan di Surakarta sendiri ada tiga tempat

yoga seperti di Ganep, Tegalgondo, juga di Paguyuban Yogiswaran. Banyak

orang yang mengikuti yoga dengan berbagai tujuan seperti menyembuhkan

penyakit, memperoleh ketenangan, menguatkan tulang, dan ada yang hanya

coba-coba. Dengan berbagai alasan tersebut sehingga banyak orang yang

mengikuti latihan bahkan di setiap tempat ada 30-50 siswa.

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sebagai salah satu fasilitasnya. Bahkan di Surakarta sendiri ada tiga tempat

yoga seperti di Ganep, Tegalgondo, juga di Paguyuban Yogiswaran. Banyak

orang yang mengikuti yoga dengan berbagai tujuan seperti menyembuhkan

penyakit, memperoleh ketenangan, menguatkan tulang, dan ada yang hanya

coba-coba. Dengan berbagai alasan tersebut sehingga banyak orang yang

mengikuti latihan bahkan di setiap tempat ada 30-50 siswa.

Menurut kitab kuno, yoga adalah ilmu yang membuat seseorang dapat

menjalani hidup yang lebih harmoni, seimbang melalui pengendalian pikiran

dan tubuh. Jadi, yoga adalah filosofi hidup seseorang yang setiap gerakannya

mencerminkan filosofi hidup (Rohimawati, 2008).

Menurut Pedro, seorang Yogi dari the Theosophical Society di

Australia, yoga merupakan suatu studi dan praktik transformasi diri dan

pertumbuhan spiritual dalam filsafat agama manapun. Transformasi diri dan

pertumbuhan spiritual merupakan konsep praktis karena realisasinya

melibatkan pengintegrasian dan pengharmonisasian aspek emosional, mental,

dan spiritual dari hakikat hidup seseorang (Rohimawati, 2008).

Kecemasan merupakan hal normal sebagai manusia (Conley, 2006).

Menurut Kaplan (2005), sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua

manusia. Menurut Maramis (2005), kecemasan mudah terjadi pada keadaan

yang menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan manusia, misalnya

pubertas, involusi, penyakit, dan masa peralihan ke umur pertengahan.

Kecemasan memperingatkan adanya ancaman pada cedera tubuh, rasa takut,

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

racun perut yang dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan

tubuh, perpisahan dari orang yang dicintai, gangguan pada keberhasilan atau

status seseorang (Kaplan, 2005).

Pada proses penuaan, perubahan yang paling sering terjadi adalah

menjadi lemah, berkurangnya tenaga dan kekuatan, kelenturan sendi

berkurang, dan berat badan bertambah. Terjadi pula penurunan kemauan dan

kemampuan seksual, pendengaran, penglihatan, kelincahan, daya tahan dan

ketahanan mental. Perubahan-perubahan tersebut adalah hasil dari pola hidup

pasif (Sumosardjono, 1995). Proses penuaan akan mengakibatkan

kemunduran fisik biologis maupun mental spiritual (Tri Budi, 1997).

Saat ini, banyak orang yang berminat mempelajari berbagai bentuk

yoga dengan tujuan untuk menemukan ketenangan atau mencapai

pertumbuhan spiritual yang lebih dewasa. Inner peace atau ketenangan yang

lebih dalam dapat dilakukan dengan mempraktikkan gerakan yoga sebagai

jalan untuk menuju pemenuhan diri atau full self realization (Rohimawati,

2008).

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara orang dewasa

yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan antara orang

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan supaya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

ilmiah apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara orang dewasa

yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga.

2. Manfaat Aplikatif

Diharapkan supaya hasil penelitian ini dapat mengetahui perlu

tidaknya suatu latihan yoga yang melibatkan olah tubuh dan napas dalam

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya “anxiety” berasal dari

bahasa latin “angustus” yang berarti kaku dan “ango, anci” yang

berarti mencekik (Trismiati, 2004). Sensasi kecemasan sering dialami

oleh hampir semua manusia. Kecemasan adalah suatu sinyal yang

menyadarkan, memperingatkan adanya ancaman dan memiliki kualitas

menyelamatkan hidup. Kecemasan adalah penyerta yang normal dari

pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman akan sesuatu yang baru

dan belum pernah dicoba (Kaplan dan Saddock, 2005).

Kecemasan adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak

menyenangkan, agak tidak menentu, dan kabut tentang sesuatu yang

akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan satu atau beberapa reaksi

badaniah yang khas dan yang akan berulang bagi seseorang tertentu.

Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung

berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala, rasa mau kencing atau

buang air besar. Perasaan ini disertai rasa ingin bergerak dan gelisah

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologik sama

tetapi kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan

dari dalam dan sebagian besar tidak diketahui sedangkan ketakutan

merupakan respon emosional terhadap ancaman atau bahaya yang

sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar. Kecemasan

dianggap patologik bilamana mengganggu fungsi sehari-hari,

pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar

(Maramis, 2005).

Walaupun merupakan hal yang normal dialami, namun

kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat menjadi

nerosa cemas melalui mekanisme sebagai berikut : kecemasan akut ®

represi dan konflik (tak sadar) ® kecemasan menahun ® stres

pencetus ® penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya

® nerosa cemas (Maramis, 2005).

b. Etiologi

Kartini (2000) menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari

rangsangan-rangsangan sebagai berikut :

1) Ketakutan yang terus menerus yang disebabkan oleh kegagalan

yang bertubi-tubi.

2) Represi terhadap macam-macam masalah sosial.

3) Kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang.

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Tipe-tipe Kecemasan

Menurut Andry (2007), Freud membagi kecemasan menjadi

tiga, yaitu:

1) Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety)

Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan

terhadap bahaya yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan

seperti ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado,

gempa bumi, atau binatang buas. Kecemasan ini menuntun

seseorang untuk berperilaku bagaimana menghadapi bahaya. Tidak

jarang ketakutan yang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrim.

Seseorang dapat menjadi sangat takut untuk keluar rumah karena

takut terjadi kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek

api karena takut terjadi kebakaran.

2) Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada

konflik antara pemuasan instingtual dan realitas. Pada masa kecil,

terkadang beberapa kali seorang anak mengalami hukuman dari

orang tua akibat pemenuhan kebutuhan id yang impulsif. Terutama

yang berhubungan dengan pemenuhan insting seksual atau agresif.

Anak biasanya dihukum karena secara berlebihan mengekspresikan

impuls seksual atau agresifnya itu. Kecemasan atau ketakutan

untuk itu berkembang karena adanya harapan untuk memuaskan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

ketakutan akan terkena hukuman karena memperlihatkan perilaku

impulsif yang didominasi oleh id. Hal yang perlu diperhatikan

adalah ketakutan terjadi bukan karena ketakutan terhadap insting

tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa yang akan terjadi bila

insting tersebut dipuaskan. Konflik yang terjadi adalah di antara id

dan ego yang diketahui mempunyai dasar dalam realitas.

3) Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara id dan

superego. Secara dasar, kecemasan merupakan ketakutan akan

suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk

mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai

moral yang termaksud dalam superego individu itu, maka individu

akan merasa malu atau bersalah. Kecemasan moral menjelaskan

bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan

kata hati yang kuat dan puritan akan mengalami konflik yang lebih

hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral

yang lebih longgar. Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral

juga mempunyai dasar dalam kehidupan nyata. Anak-anak akan

dihukum bila melanggar aturan yang ditetapkan orang tua mereka.

Orang dewasa juga akan mendapatkan hukuman jika melanggar

norma yang ada di masyarakat. Rasa malu dan perasaan bersalah

menyertai kecemasan moral. Dapat dikatakan bahwa yang

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Freud mengatakan bahwa superego dapat memberikan balasan

yang setimpal karena pelanggaran terhadap aturan moral.

d. Gejala klinis

Keluhan dan gejala umum dapat dibagi menjadi gejala somatik

dan psikologis.

Gejala somatik berupa :

1) Keringat berlebih.

2) Ketegangan pada otot skelet : sakit kepala, kontraksi bagian

belakang leher atau dada, suara bergemetar, nyeri punggung.

3) Sindroma hiperventilasi : sesak nafas, pusing, paraestesi.

4) Gangguan fungsi gastrointestinal : nyeri abdomen, tidak nafsu

makan, mual, diare, konstipasi.

5) Iritabilitas kardiovaskular : hipertensi, takikardi.

6) Disfungsi genitourinaria : sering buang air kecil, sakit saat

berkemih, impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu

seksual.

Gejala psikologis berupa :

1) Gangguan mood : sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih.

2) Kesulitan tidur : insomnia, mimpi buruk, mimpi yang

berulang-ulang.

3) Kelelahan, mudah capek.

4) Kehilangan motivasi dan minat.

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

6) Sangat sensitif terhadap suara : merasa tak tahan terhadap

suara-suara yang sebelumnya biasa-biasa saja.

7) Berpikiran kosong, tidak mudah berkonsentrasi, mudah lupa.

8) Kikuk, canggung, koordinasi yang buruk.

9) Tidak bisa membuat keputusan : tidak bisa menentukan pilihan,

bahkan untuk hal-hal kecil.

10)Gelisah : resah, tidak bisa diam.

11)Kehilangan kepercayaan diri.

12)Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-ulang.

13)Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.

14)Terus menerus memeriksa segala sesuatu yang sudah dilakukan.

(Conley, 2006)

2. Yoga

a. Definisi

Yoga adalah bersatunya tubuh, pikiran, jiwa (mind, body, soul)

dengan keseimbangan ketiganya. Yoga dalam bahasa Sansakerta kuno

berarti penyatuan (union). Penyatuan antara diri (atman) dan Yang

Mahakuasa (brahman). Dalam terminologi tradisional, yoga adalah

penyatuan jivatma (diri individu) dengan paramatma (diri universal).

Menurut Patanjali, Yoga adalah suatu proses kesadaran untuk

mencapai mastery over mind (Sierra, 2007).

Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

(Paramatman/Mahapurusa) (Sierra, 2007). Yoga juga terdapat dalam

bahasa Yunani ‘zygon’ dan kata lainnya ‘jugum’. Sedangkan dalam

Rgveda, yoga disimbolkan dengan ‘tapas’ yang lebih fokus terhadap

pengendalian dirinya (Somvir, 2008). Yoga menganggap manusia

sebagai kesatuan dan tidak dibagi menjadi bagian-bagian (Weller,

2005).

Yoga didefinisikan sebagai suatu latihan yang terdiri dari tiga

komponen: peregangan lembut, latihan untuk kontrol napas, dan

meditasi sebagai campur tangan pikiran dan tubuh. Meskipun yoga

berasal dari budaya dan agama India, yoga dapat dilakukan secara

duniawi (Kirkwood et al., 2005).

b. Sejarah Yoga

Berasal dari India seseseorangr 6500 tahun yang lalu. Metode

yang sangat lengkap sebagai gaya hidup positif. Ketika itu, salah satu

Rsi Agung bernama Patanjali, telah menyusun ciri-ciri esensial dan

prinsip dari yoga dalam bentuk Sutras (aporisme). Ajaran yoga

dibangun oleh Maharsi Patanjali dan merupakan ajaran yang sangat

populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang

bersifat praktis dari ajaran Veda. Maharsi Patanjali mengartikan yoga

sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran (Sierra,

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Unsur - unsur Yoga

Menurut Rohimawati (2008), ada delapan aspek yang penting

dalam pelajaran yoga :

1) Yama

Adalah melatih pengekangan diri dari melakukan kejahatan,

seperti mencuri, berbohong, seks bebas, atau tidak menyakiti

makhluk lain (ahimsa). Inilah yang disebut jantungnya disiplin

yoga.

2) Niyama

Adalah hal-hal yang dianjurkan, yaitu menjaga kebersihan,

kesederhanaan, bahagia menerima diri apa adanya, rajin dan setia.

3) Asana

Adalah melatih tubuh secara menyeluruh berupa pose-pose

yang melatih otot, persendian organ tubuh bagian dalam, dan

melatih kelenturan serta menyelaraskan napas, pikiran dan tubuh.

4) Pranayama

Adalah latihan pernapasan. Pengertian napas ini berarti jiwa

(soul), nyawa, dan roh. Artinya, napas memiliki potensi jasmani

dan rohani manusia yang akan membentuk kepribadian yang

perkembangannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

5) Pratyahara

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6) Dhrana

Adalah latihan yang memusatkan perhatian pada satu hal

dalam kehidupan yang semakin kompleks.

7) Dhyana

Adalah meditasi untuk menemukan titik ketenangan yang

menjadi batas akhir sebuah pikiran, sebelum mulai berpikir

kembali dan menanamkan benih buah pikiran pada pikiran bawah

sadar.

8) Samadi

Adalah pencerahan diri seseorang yang sudah mampu

menggunakan energi hidup secara optimal.

d. Manfaat Yoga

Menurut Ulfah (2009), yoga menjadi salah satu alternatif

pilihan olahraga yang memiliki banyak manfaat sehingga makin

banyak orang mengikuti kelas-kelas yoga. Manfaat yang diperoleh

antara lain :

1) Fleksibilitas

Ketika beberapa orang berpikir tentang yoga, mereka

membayangkan seperti fitness, dan mereka merasa terlalu tua, dan

tidak fit untuk melakukan yoga. Salah satu bagian dari yoga

disebut asana yang bekerja secara aman untuk stretching otot

seseorang. Proses ini melepaskan asam laktat yang biasanya

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

itu, yoga juga meningkatkan berbagai gerakan di sendi dan

meningkatkan lubrikasi di sendi.

Stretch pada yoga tidak hanya untuk otot tapi untuk seluruh

sel-sel tubuh seseorang. Dalam suatu studi ditemukan bahwa

terdapat peningkatan fleksibilitas sebesar 35% setelah 8 bulan

melakukan yoga. Keuntungan yang paling besar adalah fleksibilitas

di pundak dan badan.

2) Kekuatan

Beberapa gaya dari yoga seperti ashtanga dan power yoga

adalah yang paling kuat dibandingkan yang lain. Mempraktikkan

salah satu dari gaya ini akan membantu meningkatkan otot

seseorang. Gaya yoga yang lain seperti lyengar yoga, yang hanya

berfokus pada sedikit gerakan dan pengaturan posisi yang lebih

tepat, bisa meningkatkan kekuatan dan daya tahan tubuh.

Beberapa gaya yang lain seperti: downward dog, upward

dog, dan plank, membangun kekuatan tubuh bagian atas. Hal ini

menjadi penting pada usia tertentu. Gaya berdiri, khususnya jika

seseorang berpaku pada berapa lama seseorang bernafas, dapat

membangun kekuatan pada otot harmstrings, quadriceps dan

abdominal. Jika dilakukan dengan benar, hampir semua gaya

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3) Postur

Dengan peningkatan fleksibilitas dan kekuatan akan

menghasilkan postur tubuh yang lebih baik. Banyaknya gaya

berdiri dan duduk akan mengembangkan kekuatan inti. Manfaat

lain dari yoga adalah meningkatkan kesadaran diri seseorang.

Kesadaran tinggi ini memberikan seseorang peringatan jika

seseorang bungkuk atau slumping sehingga seseorang bisa

langsung menyesuaikan sikap.

4) Pernafasan

Pernafasan juga termasuk dalam yoga yang akan

meningkatkan kapasitas paru-paru seseorang. Hal ini bisa

meningkatkan penampilan dan kinerja seseorang. Tetapi, tipikal

dari yoga tidak difokuskan pada aerobik fitnes seperti berjalan atau

bersepeda. Sebagian besar gaya yoga menekankan pada dalam dan

panjang nafas seseorang. Ini juga yang merangsang respons

relaksasi yang akan berlawanan dengan peningkatan respons dari

stres.

5) Mengurangi stres dan lebih tenang

Beberapa gaya yoga menggunakan teknik meditasi khusus

untuk membuat pikiran yang sering stres menjadi lebih tenang.

Gaya yoga lainnya juga tergantung pada teknik bernafas yang

mendalam untuk memfokuskan pikiran, yang membuat pikiran

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Beberapa manfaat yoga anti-stres dihubungkan dengan

biochemical, misalnya terjadi penurunan katekolamin, hormon

yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin dalam respon terhadap

stres. Menurunkan tingkat hormon neurotransmitter, dopamin,

norepinephrin, epinephrin dan menciptakan rasa tenang. Beberapa

penelitian memfokuskan pada peningkatan hormon oksitosin yaitu

hormon yang terkait dengan rasa santai dan terhubung ke orang

lain, yang memungkinkan mengapa begitu banyak romance yang

dimulai di studio yoga.

6) Konsentrasi dan mood yang lebih baik

Hampir setiap siswa yang mengikuti kelas yoga merasa

lebih bahagia dan puas. Penelitian baru-baru ini mengeksplorasi

efek dari yoga pada depresi, manfaat yang didapat adalah adanya

peningkatan aliran oksigen ke otak. Yoga juga disarankan sebagai

terapi untuk meringankan gejala obsessive dan disorder.

7) Jantung lebih sehat

Mungkin salah satu manfaat dari yoga yang paling

dipelajari adalah efeknya pada penyakit jantung. Yoga telah lama

dikenal untuk menurunkan tekanan darah dan memperlambat

denyut jantung. Manfaat dari memperlambat denyut jantung sangat

berarti pada orang yang hipertensi, penyakit jantung dan stroke.

Yoga adalah komponen kunci untuk program penyakit jantung

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pertama untuk penanganan penyakit jantung dengan gaya hidup

melalui diet dibandingkan dengan operasi. Yoga juga telah

dikaitkan dengan penurunan tingkat kolesterol dan trigliserida serta

dalam peningkatan fungsi sistem kekebalan.

8) Memberikan efek pada kondisi medis

Yoga telah menjadi populer di dunia barat, peneliti medis

juga mulai belajar manfaat terapeutik yoga yang disebut dengan

integrative yoga atau terapi IYT. Ada yang digunakan sebagai

perawatan tambahan medis untuk kondisi tertentu dari depresi

klinis sampai penyakit jantung. Manfaat yoga yang lain adalah

untuk kondisi medis kronis, seperti menghilangkan gejala asma,

back pain dan artritis.

e. Aliran-aliran dalam Yoga

Menurut Sierra (2007), ada sembilan bentuk aliran yoga yang

sesuai kebutuhan :

1) Jnana yoga (penyatuan melelui ilmu pengetahuan).

2) Karma yoga (penyatuan melalui pelayanan sosial terhadap

sesama).

3) Bhakti yoga (penyatuan melalui bakti terhadap Tuhan).

4) Yantra yoga (penyatuan melalui pembuatan visual/mandala).

5) Tantra yoga (penyatuan melalui pembangkitan energi cakra).

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

7) Kundalini yoga (penyatuan melalui pembangkitan energi kundalini

– the coiling chakra dasar).

8) Hatha yoga (penyatuan melalui penguasaan tubuh dan napas).

9) Raja yoga (penyatuan melalui pikiran dan mental).

3. Orang Dewasa

a. Definisi

Yang dimaksud orang dewasa oleh peneliti di sini adalah

mereka yang telah memasuki masa dewasa awal dan berusia di atas 21

tahun (Hurlock, 2004).

b. Pembagian masa dewasa

Menurut Muntaha (2008), Elizabeth B. Hurlock membagi masa

dewasa menjadi tiga bagian :

1) Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan

dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah

dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,

kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran

umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

2) Masa dewasa madya (middle adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat

puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan

prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam

kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru.

Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa

sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap

agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

3) Masa usia lanjut (masa tua/older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup

seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai

mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik

dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang

berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai

berikut : perubahan yang menyangkut kemampuan motorik,

perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis,

perubahan dalam sistem syaraf, perubahan penampilan.

4. Tes TMAS

Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukur kecemasan the

Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dari Janet Taylor. Tingkat

kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan.

Makin besar skor maka tingkat kecemasan makin tinggi, dan makin kecil

skor maka tingkat kecemasan makin rendah.

Kuesioner TMAS berisi 50 butir pertanyaan, dengan 2 pilihan “ya”

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dengan memberi tseseorang (X) pada kolom jawaban ya atau tidak.

Jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Subjek

penelitian dinyatakan cemas bila jawaban “ya”, sama atau lebih dari 21.

Dan tidak cemas bila jawaban “ya” kurang dari 21.

TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi

dipengaruhi kejujuran dan ketelitian subjek penelitian dalam mengisinya

(Azwar, 2007). Karena itu peneliti menggunakan tes L-LMPI untuk

menghindari tejadinya perhitungan hasil yang mungkin invalid karena

kesalahan atau ketidakjujuran subjek penelitian.

5. Tes L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)

Merupakan tes kepribadian yang tebanyak penggunaannya di dunia

sejak tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan McKinley

(psikiater) dari Universitas Minnesota, Minneapolis, USA sejak tahun

1930-an (Butcher, 2005).

Dalam penelitian ini hanya digunakan skala L dalam keseluruhan

tes L-MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran

subjek termasuk kesengajaan subjek dalam menjawab pertanyaan supaya

dirinya terlihat baik (Graham, 2005).

Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi

hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek

penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak” atau

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

penelitian mempunyai nilai ≥ 10, maka jawaban subjek penelitian itu

dinyatakan invalid.

6. Tes Holmes and Rahe

Tes ini digunakan untuk menyingkirkan faktor psikososial yang

dapat menjadi variabel luar yang dapat menyebabkan kecemasan. Tes ini

terdiri dari 43 pertanyaan yang masing-masing memiliki skor tersendiri.

Skor Kemungkinan terjadi kecemasan akibat faktor

psikososial

< 150 30 %

150-299 50 %

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan

hipotesis sebagai berikut: terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara orang

dewasa yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga. Orang dewasa

Ditinjau dari segi fisik Ditinjau dari segi

psikologi Yoga

Fleksibilitas Kekuatan

Postur Pernafasan

Mengurangi stres dan lebih tenang

Konsentrasi dan mood yang lebih baik

Jantung lebih sehat

Memberikan efek pada kondisi

medis

[image:34.595.118.502.139.578.2]
(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor

resiko) dengan variabel terikat (efek) yang diobservasi sekali pada saat yang

sama (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tempat latihan yoga di Ganep’s Solo.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang dewasa anggota yoga yang

memenuhi kriteria sudah mengikuti kegiatan yoga selama kurang lebih 3

bulan.

Dalam penelitian ini, orang tua yang tidak melakukan yoga digunakan

sebagai kelompok kontrol.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed

exposure sampling yaitu skema pencuplikan yang dimulai dengan memilih

sampel berdasarkan status paparan subyek, yaitu terpapar atau tak terpapar

oleh faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya penyakit sedang status

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Yoga (skala dikotomi)

2. Variabel terikat : Kecemasan (skala kontinu)

3. Variabel luar

Keadaan lain yang menyebabkan kecemasan adalah :

a. Kematian salah satu/semua anggota keluarga

b. Perpisahan/perceraian orangtua.

c. Menderita sakit kronis

d. Masalah ekonomi dan kehidupan sosial ekonomi yang menurun

Hal ini dapat diketahui dengan kuesioner stress psikososial modifikasi dari

Holmes Rahe.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

Yoga merupakan persatuan dari tubuh, pikiran, jiwa (mind, body,

soul) dengan keseimbangan ketiganya. Aliran yoga yang diambil oleh

peneliti ialah hatha yoga.

2. Variabel terikat

Kecemasan diukur dengan menggunakan kuesioner TMAS.

Kemudian data yang mewalili tiap kelompok dihitung rata-ratanya dan

diolah menggunakan uji t. Dikatakan cemas bila skor TMAS ≥ 21.

G. Instrumen Penelitian

Alat dan bahan penelitian :

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2. Kuesioner Holmes Rahe

3. Kuesioner L-MMPI

4. Kuesioner TMAS

5. Informed Consent

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Dilakukan pemilihan sampel sebanyak 20 orang untuk tiap kelompok.

2. Responden mengisi biodata

3. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka

ketidakjujuran subjek.

4. Responden mengisi kuesioner Holmes Rahe untuk mengetahui apakah

terdapat faktor psikososial lain yang dapat mempengaruhi kecemasan.

5. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui angka

kecemasan.

6. Rata-rata skor TMAS dibandingkan dan diolah menggunakan uji t untuk

mengetahui kelompok mana yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih

tinggi.

7. Perbedaan risiko untuk mengalami kecemasan pada subjek penelitian

yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga dianalisis dengan model

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

I. Rancangan Penelitian

II.

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Populasi

≥ 21 tahun

Yoga Tidak yoga

· Biodata

· L-MMPI

· Holmes Rahe

· Biodata

· L-MMPI

· Holmes Rahe

Kelompok Kontrol Subjek

Penelitian

Kuesioner TMAS Kuesioner

TMAS

Uji t

[image:38.595.167.466.157.578.2]
(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada orang dewasa

yang melakukan yoga dan yang tidak melakukan yoga. Kemudian didapatkan 40

sampel yang memenuhi syarat, 20 orang dari orang dewasa yang melakukan yoga

[image:39.595.113.511.249.488.2]

dan 20 orang dari orang dewasa yang tidak melakukan yoga.

Tabel 4.1. Jumlah data sampel

Variabel Yoga Tidak Yoga t p

n Mean SD n Mean SD

TMAS Umur (th) 20 20 21,75 42,7 5,69 12,1 20 20 22,85 51,6 4,52 11,2 0,68 2,38 0,503 0,022

Pada tabel 4.1 didapatkan rata-rata skor TMAS untuk kelompok yoga

sebesar 21,75 sedangkan untuk kelompok tidak yoga sebesar 22,85. Uji terhadap

skor TMAS didapatkan hasil sebesar 0,68 dengan nilai p sebesar 0,503 yang

berarti tidak pengaruh yang bermakna antara kelompok yoga dan tidak yoga

terhadap skor TMAS. Pada tabel tersebut didapatkan rata-rata umur untuk

kelompok yoga sebesar 42,7 sedangkan untuk kelompok tidak yoga sebesar 51,6.

Uji t terhadap umur didapatkan hasil sebesar 2,38 dengan nilai p sebesar 0,022

yang berarti ada pengaruh yang bermakna pada umur antara kelompok yoga dan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tabel 4.2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel n (orang) Persen (%)

Yoga Tidak yoga Total Yoga Tidak Yoga Total

Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 2 18 13 7 15 25 5,00 45,00 32,50 17,50 37,50 62,50

Jumlah 20 20 40 50 50 100

Pada tabel 4.2 didapatkan jenis kelamin laki-laki untuk kelompok yoga

sebanyak 2 orang (5,00 %) dan untuk kelompok tidak yoga sebanyak 13 orang

(32,50 %). Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan untuk kelompok yoga

sebanyak 18 orang (45,00 %) dan untuk kelompok tidak yoga sebanyak 7 orang

[image:40.595.112.511.132.575.2]

(17,50 %).

Tabel 4.3. Hasil skor Holmes Rahe

Variabel Yoga Tidak Yoga

n Mean n Mean

Skor Holmes Rahe 20 81,55 20 83,85

Pada tabel 4.3 didapatkan rata-rata skor Holmes Rahe untuk kelompok

yoga sebesar 81,55 dan untuk kelompok tidak yoga dengan rata-rata sebesar 83,85

yang berarti kemungkinan terjadinya kecemasan akibat faktor psikososial untuk

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Uji statistik dilakukan untuk melihat signifikansi data secara statistik. Data diolah

dengan uji t untuk membandingkan tingkat kecemasan 2 kelompok orang dewasa.

Gambar 4.1. Perbedaaan rata-rata skor TMAS antara kelompok orang dewasa

[image:41.595.114.508.201.509.2]
(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 4.4. Hasil analisis regresi ganda tentang pengaruh yoga terhadap

kecemasan

Variabel Koefisien regresi

b t P

Konstanta

Yoga

Umur (tahun)

N observasi = 40

R2adjusted = 3,1 %

P = 0,665

24,7

-0,71

-0,044

7,53

0,40

0,61

< 0,001

0,688

0,544

Tabel menunjukkan rata-rata skor TMAS pada kelompok yoga hanya 0,71 lebih

rendah daripada kelompok tidak yoga. Perbedaan itu secara statistik tidak

signifikan (b = -0,71 ; p = 0,688). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan tingkat

kecemasan antara orang dewasa yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga.

[image:42.595.113.510.184.487.2]
(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB V

PEMBAHASAN

Dari penelitian diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa ada perbedaan kecemasan bermakna antara kelompok

orang dewasa yang melakukan senam yoga dan yang tidak melakukan senam

yoga.

Menurut Kirkwood et al. (2005), tidak ditemukan hasil yang sistematis

tentang topik yoga untuk kecemasan atau gangguan kecemasan, meskipun

yoga termasuk dalam tinjauan sistematis yang saling melengkapi dan bantuan

pengobatan mandiri untuk gangguan kecemasan. Selain itu, masih sedikit

sekali penelitian tentang yoga untuk kecemasan secara klinis.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penelitian ini tidak signifikan

antara lain :

1. Lama waktu subjek penelitian yang dimaksud dalam kriteria inklusi

selama 3 bulan kurang memberikan efek yang berarti dalam menurunkan

kecemasan.

2. Kematian salah satu/semua anggota keluarga.

3. Perpisahan/perceraian orangtua.

Perpisahan/perceraian orang tua akan sangat mengganggu bagi

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4. Menderita sakit kronis.

Orang dewasa yang mengalami sakit kronis sangat berhati-hati

dalam menjalankan hidupnya.

5. Faktor usia yang tidak dibatasi (dikendalikan).

6. Masalah ekonomi dan kehidupan sosial ekonomi yang menurun.

Kehidupan sekarang ini menuntut orang untuk punya penghasilan

lebih mengingat harga-harga kebutuhan pokok telah meningkat dengan

tajam. Jika ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja) maka dia akan sulit mengalokasikan

penghasilan yang dia miliki untuk kebutuhan yang akan datang.

Kelemahan dalam penelitian ini antara lain :

1. Tidak adanya suatu parameter yang dapat mengukur keberhasilan

seseorang telah mengikuti kegiatan yoga (Mya, 2009).

2. Aliran yoga yang diambil peneliti adalah hatha yoga.

Hatha yoga lebih menitikberatkan pada pelatihan tubuh fisik serta

kelenturan sehingga memudahkan tubuh merespons dorongan Ilahi dalam

diri. Hatha yoga kurang menekankan pada unsur meditasi dalam yoga.

Banyak praktisi menekankan nilai self healing (penyembuhan diri) dari

hatha yoga karena jika dilatih secara terus menerus akan meningkatkan

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Peneliti menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat

kecemasan antara kelompok orang dewasa yang melakukan yoga dan tidak

melakukan yoga. Dalam hasil penelitian didapatkan rata-rata skor TMAS

pada kelompok yoga hanya 0,71 lebih rendah daripada kelompok tidak

yoga dan perbedaan itu secara statistik tidak signifikan (b = -0,71 ; p =

0,688).

B. SARAN

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan mengendalikan

Gambar

Tabel 4.1  Jumlah Data Sampel  ........................................................................
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………  26
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa kelas X yang mengikuti dengan yang tidak mengikuti bimbingan belajar dalam menghadapi ujian semester di

SIMPULAN: Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres yang bermakna antara primigravida yang bekerja dengan yang tidak bekerja di Kecamatan

Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang cukup signifikasi antara jurusan IPA dan jurusan IPS di SMA Negeri 1

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara perawat profesional dengan perawat vokasional di Rumah Sakit

Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna status kebersihan mulut orang yang memakai alat ortodontik cekat

Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang tinggal bersama orangtua

Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan dan depresi yang bermakna antara mahasiswa dengan