• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN RADIOGRAFER TENTANG KESALAHAN

DALAM PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL

DI INSTALASI KESEHATAN PADA BEBERAPA

KOTA DI SUMATERA UTARA

No. Responden :

Tanggal :

Usia :

Jenis Kelamin : L / P PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuisioner dilakukan oleh radiografer di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara.

2. Jawablah setiap pertanyaan dengan memberi tanda silang pada jawaban yang dianggap benar.

3. Semua pertanyaan harus dijawab.

4. Setiap pertanyaan hanya dipilih satu jawaban.

(2)

1. Kesalahan pada gambaran radiografi di atas disebut elongasi (perpanjangan) yang disebabkan karena...

a. Angulasi vertikal yang terlalu kecil b. Angulasi vertikal yang terlalu besar

2. Kesalahan pada gambaran radiografi di atas disebut foreshortening (perpendekan), maka yang harus dilakukan operator untuk memperbaikinya adalah...

a. Menurunkan angulasi vertikal positif b. Meningkatkan angulasi vertikal negatif

(3)

4. Kesalahan pada gambaran radiografi di atas disebut double exposure (hasil ganda) yang disebabkan karena...

a. Dua film digunakan untuk satu kali pengambilan b. Satu film digunakan untuk dua kali pengambilan

5. Pada gambaran radiografi di atas terlihat adanya bayangan aluminium dari lapisan pembungkus film (gambar yang diberi tanda panah) yang disebabkan karena ini...

a. Penempatan film yang terbalik b. Penempatan film yang tertekan

6. Pada gambaran radiografi di atas terlihat sangat gelap atau disebut juga dense

image. Penyebab film tersebut menjadi gelap adalah...

(4)

7. Berdasarkan hasil radiografi di atas, jenis radiografi yang digunakan adalah... a. Radiografi Bitewing

b. Radiografi Oklusal

8. Untuk pengambilan foto rontgen pada gigi 21 12 (anterior) besar sudut pengambilannya adalah...

a. 40 derajat b. 30 derajat

9. Posisi kepala pasien untuk pengambilan rontgen pada gigi rahang bawah adalah...

a. Posisi kepala sedikit mendongak sampai garis imajiner (garis yang ditarik dari cuping hidung ke tragus) sejajar dengan lantai

b. Posisi kepala sedikit menunduk sampai garis imajiner (garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus) sejajar dengan lantai

10. Posisi film untuk pengambilan foto rontgen pada gigi posterior (belakang) adalah...

(5)

LAMPIRAN 2

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Agustus September Oktober November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Penyusunan

Proposal 2 Persiapan

Lapangan 3 Pengumpulan

Data 4

Pengolahan dan Analisis

Data 5 Penyusunan

(6)

LAMPIRAN 3

CURRICULUM VITAE

(RIWAYAT HIDUP)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : T. Azra Sahira Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 12 April 1994 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jl. STM / Suka Indah No.10 Medan Johor 20146

Telepon/Hp : 082166869000

Email

PENDIDIKAN

(7)

LAMPIRAN 4

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

PENGETAHUAN RADIOGRAFER TENTANG KESALAHAN DALAM PEMBUATANRADIOGRAFI INTRAORAL

DI INSTALASIKESEHATAN PADA BEBERAPA KOTADI SUMATERA UTARA

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebesar satu juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut :

1. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300.000,00

2. Biaya fotocopy kuisioner Rp 300.000,00

3. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 150.000,00

4. Biaya transportasi Rp 1.000.000,00

5. Souvenir Rp 100.000,00

+

Jumlah Rp 1.850.000,00

(8)

LAMPIRAN 5

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth : Bapak/Ibu

...

Perkenalkan nama saya T. Azra Sahira (umur 21 tahun). Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :

PENGETAHUAN RADIOGRAFER TENTANG KESALAHAN DALAM

PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL DI INSTALASI KESEHATAN PADA BEBERAPA KOTA DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan radiografer tentang kesalahandalam pembuatan radiografi intraoral di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara. Dimana radiografi intraoral merupakan radiografi yang memiliki peranan penting dalam membantu dokter gigi untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit.

Manfaat penelitian ini adalah untuk dijadikan pedoman bagi radiografer agar pembuatan radiografi mengikuti standard operasional sehingga terhindar dari kesalahan dan menghasilkan suatu radiografi yang lebih akurat.

(9)

dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.

Demikian, mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2015

(10)

LAMPIRAN 6

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L / P Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian atas nama T. Azra Sahira yang berjudul “ Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan Dalam Pembuatan Radiografi Intraoral Di Instalasi Kesehatan Pada Beberapa Kota Di Sumatera Utara ” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, Desember 2015 Yang menyetujui, Subjek Penelitian

(11)

LAMPIRAN 8

Frequency Table

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 7 17.1 17.1 17.1

Benar 34 82.9 82.9 100.0

(12)

Partial White Image

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Benar 41 100.0 100.0 100.0

Backward Receptor Image

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(13)

Jenis Radiografi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah 21 51.2 51.2 51.2

Benar 20 48.8 48.8 100.0

(14)

Pengetahuan Radiografer

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 16 39.0 39.0 39.0

Cukup 12 29.3 29.3 68.3

Kurang 13 31.7 31.7 100.0

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sitam S. Radiografi Periapikal. Jakarta : EGC. 2013: 5-35.

2. Margono G. Radiografi Intraoral : Teknik, Prosesing, Interpretasi Radiogram. Jakarta : EGC. 2013: 1-3, 11-9.

3. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan : USU press. 2011: 20-33, 43, 46-55.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Radiografer. Jakarta, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

5. Haghnegahdar A, Bronoosh P, Taheri M, Farjood A. Common Intra Oral Radiographic Errors Made by Dental Students. GMJ 2013; 2; 44-8.

6. Abdullah A, Abdullah A. Quality of Periapical Radiographs Taken By Ungraduate Dental Students At Qassim University. Dental Student’s Reseacrh 2013 : 10-5.

7. Herman HD, Ashkenazi M. Quality of bitewing radiographs in children in

relation to the type of film holder used. Eur Arch Paediatr Dent 2013; 14 : 141-6.

8. Patel JR, Greer DF. Evaluating Student Progress Through Error Reduction in Intraoral Radiographic Technique. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology. 1986; 62(4); 471-4.

9. Williamson GF. Best Practice in Intraoral Digital Radiography. ADA CERP 2011; 81-6.

10. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principle and Interpretation. 6th ed. Missouri: Mosby Elsevier 2009. 66-79, 135-8.

11. Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3rd ed. New York:

Churchill Livingstone; 2003: 78-85.

(16)

13. Williamson GF. Intraoral Radiography: Principles, Techniques and Error Correcti

14. Whaites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals. 2nd ed. Edinburgh : Churcill Lingstone Elsevier 2009. 83-99, 117-125.

(17)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatancross sectionalyang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini disebut deskriptif analitik karena penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan permasalahan yang sering terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral. Sedangkan dikatakan sebagai pendekatan cross sectional (sekali sewaktu) karena pengumpulan data dilakukan pada suatu saat (point time approach) yang artinya tiap responden penelitian hanya diobservasi sekali saja.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember hingga Januari 2016.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh radiografer dental yang berada di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara, yaitu :

1. Laboratorium Pramitha (Kota Medan) 2. Laboratorium Thamrin (Kota Medan)

3. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU (Kota Medan) 4. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi (Kota Medan)

5. Mitra Dental Clinic (Kota Medan)

6. Rumah Sakit Vita Insani (Kota Pematang Siantar)

(18)

8. Rumah Sakit Grand Medistra (Lubuk Pakam)

3.3.2 Sampel

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi menjadi sampel. Oleh karena itu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh radiografer yang mengerjakan pembuatan radiografi dental di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh radiografer tentang pembuatan radiografi intraoral baik secara operasional maupun prosessing. Pengetahuan radiografer tersebut diukur menggunakan kuisioner dengan skala ordinal.

Pengetahuan tersebut diukur dengan kuisioner yang telah diberi nilai. Pertanyaan berjumlah 10 soal, dimana setiap pertanyaan memiliki dua pilihan jawaban yaitu jawaban yang salah dengan nilai 0 dan jawaban yang benar dengan nilai 1. Berdasarkan seluruh pertanyaan dengan total nilai 10, maka tingkat pengetahuan secara keseluruhan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu :

A. Tingkat pengetahuan baik apabila total nilai berada antara 8-10 (>75% dari total nilai maksimal)

B. Tingkat pengetahuan sedang apabila total nilai berada antara 6-7 (60%-75% dari total nilai maksimal)

(19)

Pembuatan Kuisioner

Responden menjawab kuisioner dalam waktu ± 15 menit Memberikan penjelasan dan meminta kesediaan

sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberi lembar persetujuan

Peneliti memeriksa kuisioner yang telah diisi Kuisioner dikembalikan pada peneliti setelah

seluruh pertanyaan dijawab

Pembagian lembar kuisioner pada setiap responden

Peneliti melakukan pengolahan data secara manual dan komputerisasi

3.5 Prosedur Penelitian

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

(20)

b. Membuat lembaran kode (coding sheet), membuat kode pada lembaran kuisioner yang bertujuan memberi nomor responden untuk lebih mudah dalam pengolahan dan perhitungan nilai dari seluruh pertanyaan.

c. Masukkan data (data entry), memasukkan data ke dalam kolom-kolom yang telah disesuaikan dengan jawaban masing-masing pertanyaan dan nilai dari masing-masing jawaban.

d. Tabulasi, membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Analisis Data

Data diolah secara deskriptif yaitu data univarian dihitung menggunakan teknik statistik yang disajikan dalam bentuk tabel berupa distribusi frekuensi sederhana dan dalam bentuk persentasi.

3.7 Etika Penelitian

(21)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini berjumlah 41 orang radiografer di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan radiografer dalam pembuatan radiografi intraoral. Adapun hasil penelitian tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Frekuensi pengetahuan radiografer secara keseluruhan

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1. Penyebab

terjadinya elongasi 14 34,1% 27 65,9%

2. Cara memperbaiki

(22)
(23)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan radiografer terhadap kesalahan yang terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral memperlihatkan hasil yang bervariasi.

Pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi berupa hasil elongasi yang menjawab salah sebesar 65,9% (Tabel 3). Hasil yang didapat pada penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk (2011) yang meneliti tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami elongasi sebesar 9,4%.5 Elongasi disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Angulasi vertikal yang terlalu kecil akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan lebih panjang dari yang sebenarnya.14

Dalam menentukan jenis radiografi, jumlah reponden yang menjawab salah yaitu sebesar 53,7% (Tabel 3). Dimana radiografi oklusal juga merupakan salah satu dari radiografi intraoral yang biasanya digunakan untuk melihat lokasi akar gigi, lokasi supernumerary, tidak erupsi, atau gigi yang impaksi, salivary stone di saluran kelenjar submandibular, serta memeriksa pasien dengan trismus dimana pasien tidak dapat membuka mulut terlalu besar.2,3,9 Dengan film diletakkan diantara permukaan oklusal maksila dan mandibula.14

(24)

apikal gigi. Posisi film yang benar untuk pengambilan foto rontgen pada daerah posterior diletakkan dengan posisi horizontal.2,15

Kemudian pengetahuan radiografer mengenai besarnya sudut pengambilan foto rontgen untuk gigi insisivus sentralis responden yang menjawab salah sebesar 46,3% (Tabel 3). Dari hasil ini pengetahuan radiografer mengenai besarnya sudut penyinaran juga masih kurang, dimana besarnya sudut penyinaran ini juga menentukan keberhasilan dari suatu radiografi. Sudut penyinaran untuk pengambilan foto rontgen pada gigi rahang atas yaitu gigi insisivus sentralis adalah +400.10

Tingginya tingkat kesalahan mengenai elongasi, jenis radiografi, posisi film dan besarnya sudut pengambilan/penyinaran ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain adalah operator tidak teliti dalam bekerja, operator bukan lulusan dari pendidikan radiografi, dan kurangnya pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh radiografer sehingga pengetahuan radiografer terhadap kesalahan yang terjadi sangat kurang.

Namun pada beberapa hal mengenai kesalahan-kesalahan lainnya yang terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral dapat dikatakan bahwa pengetahuan radiografer terlihat sudah cukup baik dengan persentase kesalahan yang rendah. Misalnya pada pengetahuan radiografer tentang cara memperbaiki terjadinya foreshortening memiliki persentase kesalahan yang cukup rendah yaitu sebesar 17,1% (Tabel 3). Penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar, dkk (2011) yang meneliti tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami foreshortening hanya sebesar 5%.5 Hasil ini memperlihatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah baik dalam menganalisa bagaimana cara agar tidak terjadinya kesalahan berupa

foreshortening.

Foreshortening adalah hasil dari overangulation dari sinar x-ray. Untuk

(25)

sebesar 2,4% (Tabel 3). Pada penelitian Abdullah (2013) didapatkan hasil mengenai kesalahan yang terjadi akibat prosessing adalah sebesar 23,5%.6 Hasil ini memperlihatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah baik dalam menganalisa penyebab partial white image. Partial white image adalah gambaran yang terlihat putih pada bagian pinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan karena sebagian film tidak masuk ke dalam larutan developer.3

Radiografer memiliki pengetahuan yang baik tentang penyebab terjadinya

double exposure dengan persentase kebenaran sebesar 100% (Tabel 3). Penelitian

yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk (2011) yang meneliti tentang kesalahan yang terjadiakibat exposure sebesar 2,2%.5 Dimana penyebab dari double exposure adalah penggunaan satu film yang sama untuk dua kali pengambilan/penyinaran. Namun kesalahan ini masih dapat dimaklumi dan merupakan suatu kesalahan karena kurangnya ketelitian dari radiografer.15 Hasil ini memperlihatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah sangat baik dalam menganalisa penyebab terjadinya double

exposure.

Pada pengetahuan radiografer tentang penyebab terjadinya backward receptor

film juga memiliki persentase kesalahan yang tidak terlalu besar yaitu sebesar 29,3%

(Tabel 3). Pada penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk (2011) yang meneliti tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami

backward positioning sebesar 2,2%.5 Backward image receptor disebabkan karena

penempatan film yang salah atau terbalik sehingga menimbulkan gambaran seperti adanya diamond efek yaitu bayangan dari thin foil.13 Terjadinya perbedaan yang sangat signifikan dari hasil penelitian ini dan Haghnegahdar disebabkan karena perbedaan responden Pada penelitian ini respondennya adalah radiografer yang kebanyakan bukan lulusan dari sekolah khusus radiografi, sedangkan pada penelitian Haghnegahdar respondennya adalah mahasiswa kedokteran gigi yang memiliki pengetahuan mengenai pembuatan radiografi.

(26)

tentang kesalahan yang terjadiakibat prosessing sebesar 2,2%.5 Hal ini didapatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah baik mengenai kesalahan dalam prosessing fim. Dense Image adalah hasil rontgen terlihat sangat gelap yang disebabkan karena perendaman dalam larutan developer yang terlalu lama atau bisa saja karena konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat.3

Pada pengetahuan radiografer tentang bagaimana posisi kepala pasien pada saat pengambilan foto rontgen pada gigi rahang bawahmemiliki persentase kesalahan sebesar 31,7% (Tabel 3). Posisi kepala pasien untuk pengambilan foto rontgen pada gigi rahang bawah adalah sedikit mendongak/menengadah sampai garis imajiner (garis yang ditarik dari cuping hidung ke tragus) sejajar dengan lantai.2,15

(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Tingkat pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara hanya sebanyak 16 orang (39%) yang berada dalam kategori baik.

2. Kesalahan yang sering terjadi yaitu elongasi, jenis radiografi yang digunakan, posisi film dan besarnya sudut penyinaran.

6.2 Saran

Saran untuk radiografer berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Perlunya pelatihan bagi para radiografer baik melalui seminar-seminar ataupun pendidikan khusus mengenai prosedur pembuatan radiografi.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen (seorang fisikawan) pada tahun 1895 di Jerman. Roentgen bekerja dengan tabung sinar katoda di laboratorium, dan tanpa sengaja menemukan sinar-x yang ternyata sinar-x tersebut dapat melewati jaringan tubuh manusia.Eksperimen pertama menggunakan tangan sang istri dengan sebuah cincin dijarinya dan pada hasilnya terlihat tulang dan logam.3

Selanjutnya pada akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto Walkoff (dokter gigi) dari Jerman menggunakan sinar-x pada foto gigi (premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya waktu penyinaran tersebut diperkecil oleh Walter Koenig menjadi 9 menit dan sekarang menjadi 1/10 detik. CE Kells menjadi orang pertama di dunia yang menggunakan mesin sinar-x di klinik gigi.3

Radiografi mempunyai peranan penting dalam menunjang perawatan, memudahkan perkerjaan dokter gigi untuk melakukandiagnosa, rencana perawatan dan mengevaluasi pasien pasca perawatan. Pemeriksaan radiografi gigi dinilai efektif, efisien dan keberhasilan yang didapat optimal. Terdapat 2 hal yang harus diperhatikandalam pemeriksaan radiografi gigi, pertama adalah teknik mendapatkan radiografi yang optimal dan kedua adalah interpretasi hasil radiografi yang telah dibuat. Alat radiografi gigi yang mutakhir tidak menjamin suatu radiografi yang baik tanpa disertai dengan teknik yang memadai (Margono, 1998).2,3

(29)

2.2.1 Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya. Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi. Dimana tipe-tipe radiografi intraoral secara umum terbagi 3 yaitu radiografi periapikal, bite-wing dan oklusal. Dari masing-masing tipe ini tentu saja memiliki teknik yang berbeda-beda.3

2.2.1.1 Radiografi Periapikal

Tipe radiografi periapikal ini bertujuan untuk memeriksa gigi (mahkota dan akar) serta jaringan disekitarnya. Tipe ini memiliki dua teknik yaitu teknik paralleling dan bisekting.3

A. Teknik Paralleling

Teknik ini juga disebut teknik konus panjang, karena pada teknik ini pembuatannya menggunakan konus panjang. Pada teknik ini posisi film di dalam mulut pasien terhadap sumbu panjang gigi yaitu sejajar dan arah sinar tegak lurus pada bidang film, jadi tegak lurus juga dengan sumbu panjang gigi.1,2,14

Teknik ini memiliki beberapa prinsip, yaitu :

- Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi

- Pusat sinar-xtegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi

- Film holder harus dipakai untuk menjaga agar film tetap paralel dengan

aksis panjang gigi

(30)

karena film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi kenyamanan.1,2,3

Untuk membuat keadaan film sejajar dengan aksis gigi maka diperlukan alat penolong yang sederhana dan siap pakai misalnya seperti cotton roll, dan balok gigit yang dibuat khusus.2

B. Teknik Bisekting

Pada teknik ini dilakukan dengan menggunakan film holder untuk mempertahankan posisi film dalam mulut pasien, film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi, jadi posisi film tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film, dan pada teknik ini konus yang digunakan adalah konus pendek.1,2,14

Teknik ini memiliki beberapa prinsip, yaitu1,3 : - Pada teknik ini digunakan prinsip geometri

- Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi

- Film kontak dengan gigi, kemudian bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut

- Adanya imaginary bisector

- Pusat sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan dua segitiga yang sama

- Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran

Keuntungan teknik ini adalah dapat digunakan tanpa menggunakan film holder, penempatan film nyaman untuk dilakukan pada seluruh area rongga mulut, serta penentuan posisi relatif mudah dan sederhana. Namun kerugian teknik ini menyebabkan mudah terjadinya distorsi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan).1,2,3

(31)

adalah film khusus. Teknik ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan kerusakan tulang antara dua gigi.2,3,12

Prinsip-prinsip yang digunakan pada teknik ini, yaitu :

- Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan mahkota gigi-gigi di maksila dan mandibula

- Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bitewing

filmholder

- Pusat sinar-x diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +100 Dasar teknik ini adalah teknik parallelingyang sedikit dimodifikasi, dengan sudut antara bidang vertikal dengan konus sebesar 0-10 derajat.Pada teknik ini digunakan film berukuran 3,2 x 4,1 cm. Teknik juga menggunakan film holder khusus yaitu Rinn XCT bite wing instrumen.2,3

Keuntungan teknik ini adalah dengan satu film dapat digunakan untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus, selain itu teknik ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan karies sekunder yang berada di bawah tumpatan.2

Gambar 1. Hasil radiografi bite-wing10

2.2.1.3 Radiografi Oklusal

(32)

kelenjar submandibular, serta memeriksa pasien dengan trismus dimana pasien tidak dapat membuka mulut terlalu besar.2,3,9

Prinsip pada teknik ini adalah film diletakkan didalam mulut di antara permukaan oklusal maksila dan mandibula. Film tersebut distabilkan dengan menggigit permukaan film tersebut.3

Teknik ini juga terbagi dua, yaitu maksila oklusal proyeksi dan mandibula oklusal proyeksi. Dimana maksila oklusal proyeksi terbagi lagi menjadi tiga jenis yaitu topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa palatum dan gigi anterior di maksila, lateral (right/left) occlusal projection berguna untuk memeriksa akar molar di palatal juga digunakan untuk melihat benda asing atau lesi di palatum, dan yang terakhir yaitu pediatric occlusal projection berguna untuk memeriksa gigi anterior dan disarankan untuk anak berumur 5 tahun atau di bawah 5 tahun.3

Kemudian mandibula oklusal proyeksi juga terbagi lagi menjadi tiga, yaitu

topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa gigi anterior di mandibula,

cross-sectional occlusal projection berguna untuk memeriksa bagian bukal dan

lingual dari mandibula dan dapat juga digunakan untuk melihat benda asing atau

salivary stone di bagian dasar mulut, dan yang terakhir pediatric occlusal projection

(33)

2.2.2 Radiografi Ekstraoral

Radiografi ekstraoral dalam pembuatannya, sumber sinar-x maupun film berada di luar mulut dan pasien selama penyinaran harus berada pada posisi yang telah ditentukan dan tidak boleh bergerak. Radiografi ini merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Radiografi ekstraoral terdiri dari berbagai jenis, yaitu3,10 :

- Panoramik

2.3 Prosesur Pembuatan Radiografi

Beberapa ketentuan dalam melaksanakan teknik radiografi pada umunya, yaitu : a. Terangkan kepada pasien tentang cara kerja pada waktu pengambilan. b. Penderita diinstruksikan menanggalkan segala yang merintangi pembuatan radiografi yang menyebabkan gambaran radiopak seperti misalnya gigi palsu,kaca mata, dan lain-lain.

c. Perhatikan kepala penderita dan letakkan kepala penderita pada tempat yang benar di sandaran kepala pada kursi dental dan instruksikan padanya untuk tidak menggerakkan kepalanya.

(34)

garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang horizontal.2

d. Perhatikan palatum dan vestibulum pasien. Kemudian lihat apakah pasien penderita hiposalivasi atau hipersalivasi, serta lihat apakah pasien ambang rasa mualnya tinggi atau rendah.

e. Letakkan film dalam mulut, pada regio yang akan dibuat radiografi.

Kemudian ajarkan kepada pasien bagaimana memegang film tersebut dengan cara dan teknik yang dipakai dan ingatkan agar pasien tidak bergerak.

f. Operator harus berada di luar ruang penyinaran atau di belakang alat penyinaran

g. Tempatkan tabung sinar-x mengarah pada gigi yang akan dibuat radiografi dengan sudut yang sudah ditentukan dengan benar.

h. Setelah dilakukan penyinaran, bersihkan film dari saliva dan keringkan. i. Setelah dilakukan pemrosesan maka hasil radiografi tersebut keringkan dengan menggunakan hair dryer atau menggunakan kertas buram.

j. Setelah kering masukkan hasil radiografi tersebut ke tempat yang tidak mudah rusak.

Cara meletakkan film di dalam mulut untuk gigi anterior yaitu sumbu panjang film diletakkan secara vertikal, sedangkan untuk gigi posterior yaitu sumbu panjang film di letakkan secara horizontal. Gigi yang akan dibuatkan foto rontgennya harus berada di tengah-tengah film dan jarak oklusal gigi dan pinggir film adalah 3 mm.2

(35)

dan sayap hidung dan untuk kaninus konus diarahkan pada cuping hidung. Kemudian untuk gigi posterior konus diarahkan ke garis yang menghubungkan tragus ke ala nasi.2

Arah konus untuk rahang bawah juga harus tegak lurus apabila menggunakan teknik bisekting, untuk gigi anterior konus diarahkan ke protruberentia sedangkan untuk gigi posterior konus diarahkan ke garis yang berada seperempat inci atau 0,60 cm di atas tepi mandibula dan sejajar.2

Prosessing filmdapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu manual (dengan kamar gelap dan tanpa kamar gelap), komputerisasi dan otomatis. Tahap-tahap prosessingpada umumnya ada 5 tahapan yaitu developing, rinsing, fixing, washing dan drying.2,3

Metode yang sering digunakan di klinik gigi adalah metode manual dengan kamar gelap dan tanpa kamar gelap yang biasa disebut self processing. Adapun tahap prosessing dengan kamar gelap yaitu2,3 :

1. Masuk ke kamar gelap dan pintu dikunci dari dalam, ambil hanger film lalu tandai film tersebut atas nama siapa.

2. Periksa temperatur larutan dan atur waktu.

3. Semua lampu dipadamkan dan hidupkan safe light.

4. Kemudian buka film dari pembungkusnya dan pakaikan film hanger. 5. Masukkan film yang sudah dibuka tersebut ke dalam larutan developer selama 8-10 detik tergantung dari developer yang digunakan. Kemudian angkat film dan lihat dibawah safe light apakah sudah ada bayangan putih yang kabur atau belum. (proses developing)

6. Kemudian film tersebut dicuci di bawah air yang mengalir selama 20 detik. (proses rinsing)

7. Film selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan fiksasi sampai terlihat gambaran gigi dan jaringan sekitarnya (proses fixing)

8. Film tersebut dicuci di bawah air mengalir sampai bau asam dari larutan fiksasi hilang (proses washing)

(36)

drying)

Sedangkan untuk pemrosesan secara otomatis digunakan alat yang disebut prosesor otomatis, caranya film yang sudah disinari dimasukkan ke dalam prosesor otomatis yang sudah berisikan larutan developer dan fiksasi. Film secara otomatis melalui kedua larutan tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering. Proses ini dapat digunakan untuk film-film yang ukurannya besar, misalnya panoramik dan sefalometrik.2

2.4 Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pembuatan Radiografi Dalam pembuatan radiografi ada beberapa hal yang berperan, yaitu1,3 : 1. Jarak Target Film

Jarak dari target adalah jarak dari target anoda (sumber sinar) ke film untuk film size 1 (standard) dan size 0 (anak) serta bite-wing adalah 8 inchi, long cone tehnik 16-20 inchi.3,10

2. Milliampere

Merupakan ukuran jumlah dari energi listrik yang melewati x-ray tube. Untuk

dental x-ray digunakan 10-15 Ma.3,10

3. Voltase

Merupakan ukuran kualitas dari energi listrik yang melewati x-ray tube yaitu sekitar 65-90 Kv.3,10

4. Posisi Kepala Pasien

Untuk maksila garis imajiner adalah garis yang ditarik dari alanasi ke tragus (sejajar dengan lantai) sedangan pada mandibula garis imaginer adalah garis yang ditarik dari sudut bibir ke tragus (sejajar dengan lantai) dengan catatan sagital plane tegak lurus terhadap lantai.3,10

(37)

berlawanan dengan regio yang akan difoto). Permukaan film sejajar dengan dataran oklusal, sekurang-kurangnya 1/8 inchi sampai ¼ inchi melebihi permukaan oklusal.

Dalam peletakan posisi film ini bisa saja terjadi berbagai hal misalnya seperti tersedak yang biasanya terjadi pada pengambilan foto ronsen pada daerah posterior. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan cara operator bekerja dengan lebih baik atau mungkin pasien bisa berkumur-kumur dengan air dingin terlebih dahulu, pada pasien sensitif gunakan anastesi topikal.3,10

6. Sudut Penyinaran

Sudut penyinaran bervariasi tergantung regio gigi yang akan difoto. Sudut penyinaran juga terbagi dua yaitu sudut vertikal dan sudut horizontal. Sudut vertikal terhadap dataran oklusal ditentukan dengan menarik garis dari pusat sinar sampai bertemu dengan dataran oklusal. Biasanya sudut vertikal ini sudah ditentukan, akan tetapi ini hanya berupa acuan perkiraan.3,10

Tabel 1. Angulasi vertikalpada maksila dan mandibula10

Gigi Maksila Mandibula

Insisivus +400 -15

Kaninus +450 -20

Premolar +300 -10

Molar +200 -5

Pada dataran horizontal, pusat sinar harus diarahkan ke daerah kontak interproksimal, untuk menghindari overlapping. Oleh karena itu sudut-sudut horizontal ditentukan berdasarkan bentuk rahang dan posisi gigi.3,10

7. Waktu Penyinaran

(38)

8. Prosessing Film

Prosessing film dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalanya seperti menggunakan mesin otomatis, secara injeksi maupun dilakukan pada kamar gelap.3,10

2.5 Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral

Untuk menginterpretasikan hasil suatu radiografi meliputi empat langkah dasar yaitu peletakan film yang benar, angulasi vertikal, angulasi horizontal, dan posisi pusat sinar-x tepat di tengah gigi yang akan di rontgen. Kesalahan teknik dapat terjadi jika salah satu dari prosedur ini selesai tidak benar.13

2.5.1 Kesalahan Persiapan Pasien

Radiografer harus selalu menjelaskan prosedur radiografi kepada pasien dan memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang harus pasien lakukan untuk membantu memastikan kualitas gambar, menghindari pengulangan radiografi dan mengurangi paparan radiasi. Kesalahan yang paling umum terjadi dalam kategori ini adalah gerakan . Faktor-faktor yang menyebabkan pasien bergerak, yaitu13 :

- Rasa tidak nyaman

Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan lembut, penempatan film yang tepat, menginstruksikan pasien untuk menutup mulut secara perlahan, dan penggunaan film

holder yang baik. Film ditempatkan lebih ke arah garis tengah langit-langit mulut dan

menuju lidah pada mandibula akan membuat penempatan yang lebih nyaman bagi pasien. Membengkok, terlipat atau kekusutan film akan menghasilkan artefak yang dapat mengganggu kualitas diagnostik gambar radiografi.9,13

- Posisi kepala

(39)

menyesuaikan posisi kepala dengan menaikkan dagu pasien sedikit untuk radiografi periapikal pada rahang bawah. Hal ini meningkatkan penglihatan operator ke dalam dasar mulut pasien untuk meletakkan film dan membuat dasar mulut lebih santai.13

- Refleks muntah

Refleks muntah adalah mekanisme perlindungan tubuh yang berfungsi untuk membersihkan jalan napas obstruksi. Semua pasien memiliki refleks muntah, beberapa orang lebih sensitif daripada yang lain. refleks muntah dapat dirangsang ketika terjadi kontak antar film dan langit-langit lunak, pangkal lidah, atau dinding posterior faring. Ketika akan melakukan radiografi, dianjurkan untuk memulai di wilayah anterior terlebih dulu. Penempatan anterior cenderung lebih tidak merangsang refleks muntah dan juga akan membantu pasien menjadi lebih terbiasa dan nyaman dengan prosedur.13

Untuk memastikan pengalaman pasien cepat dan halus, mempersiapkan semua peralatan sebelum film tersebut ditempatkan di dalam mulut. Pengaturan pengambilan radiografi harus ditetapkan terlebih dahulu, dan cone harus ditempatkan di daerah perkiraan paparan. Ini dapat membantu untuk mendorong pasien untuk menelan sekali sebelum penempatan film. Pasien dapat diinstruksikan untuk melepaskan tekanan menggigit atau mengeluarkan film secepat mungkin setelah paparan selesai. Prosedur lain yang direkomendasikan untuk mengendalikan rasa mual termasuk pernapasan melalui hidung atau mulut,melakukan anastesi mulut dengan lozenges, obat kumur, anestesi topikal, atau memfokuskan kembali perhatian pasien.13

- Ketidakmampuan pasien

(40)

Parkinson bisa lebih baik mentolerir radiografi intraoral yang memiliki waktu paparan singkat.12,13

2.5.2 Kesalahan Teknik A. Kesalahan Peletakan Film - Cakupan yang tidak memadai

Sebuah kesalahan penempatan film yang sering terjadi adalah cakupan yang tidak memadai dari daerah yang akan diperiksa. Ini biasanya terjadi pada proyeksi molar ketika pasien memiliki kesulitan mempertahankan penempatan film yang tepat. Pada teknik periapikal dan bite-wing dalam survei lengkap telah menetapkan kriteria yang menggambarkan struktur yang harus disimpan pada setiap tampilan.10,12,13

-Penempatan film terbalik

(41)

- Pembengkokan Film

Pembengkokan film dapat terjadi karena bentuk palatum atau lingual yang terlalu melengkung sehingga sewaktu film dimasukkan, operator secara tidak sengaja menekan film terlalu keras sehingga film menjadi bengkok. Bila menggunakan film

holder, lenturkan film terlebih dahulu sebelum dimasukan ke tempatnya. Ukuran film

yang terlalu besar juga dapat menyebabkan terjadinya pembengkokan film. Film yang bengkok akan menyebabkan terjadinya emulsi pada film, yang akhirnya berdampak pada kualitas gambar. Dalam mengatasi masalah ini, harus hati-hati dalam memasukkan film ke dalam mulut pasien dan memilih ukuran film yang sesuai.13

Gambar 4. Pembengkokan film13

- Kemiringan dataran oklusal

Ketika film tersebut tidak ditempatkan tegak lurus terhadap bidang oklusal, bidang oklusal akan muncul miring atau diagonal. Ketika memperlihatkan hasil

bite-wing radiografi, tepi atas film mungkin kontak dengan gingiva palatal atau lengkung

(42)

Gambar 5.Tilted occlusal plane13

A. Kesalahan Angulasi Vertikal - Elongasi (Perpanjangan)

(43)

- Perpendekan

Perpendekan gigi dan struktur di sekitarnya juga dapat hasil dari angulasi vertikal yang tidak benar. Foreshortening adalah hasil dari overangulation dari sinar

x-ray. Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel,

operator harus menurunkan angulasi vertikal positif untuk proyeksi rahang atas, dan mengurangi vertikal negatif untuk proyeksi mandibula. Kesalahan ini juga dapat terjadi jika reseptor tidak ditempatkan sejajar dengan sumbu panjang gigi.9,13

Gambar 7. Foreshortening13

B. Kesalahan Angulasi Horizontal

(44)

Gambar 8. Overlapping13

2.5.3 Kesalahan Pemaparan dan Prosessing A. Kesalahan Pemaparan

- Under Exposure

Menghasilkan gambar yang terlalu terang atau rendah kepadatan. Gambaran cahaya juga dapat disebabkan oleh peningkatan jarak sumber benda, atau tidak menempatkan tubehead cukup dekat ke wajah pasien selama pemaparan. Jaraktubehead ini tidak lebih dari 2 cm dari wajah pasien. Film dapat kurang terang jika alat pemapar tidak digunakan sesuai indikasi atau waktu yang tidak benar. Dengan kata lain, dokter melepaskan tombol paparan terlalu cepat. Hasil

overexposure dalam kepadatan tinggi atau gambar gelap. Penyebabnya antara lain

pengaturan faktor paparan yang tidak tepat.9,13 - Double Exposure

(45)

Gambar 9 Double exposure13

B. Kesalahan Prosessing

- Thin Image / Terang

Disebabkan oleh karna undeveloper film. Waktu developer yang tidak tepat, terlalu cepat, larutan developer yang terlalu dingin, waktu terlalu singkat.3

(46)

- Dense Image / Gelap

Disebabkan karena undeveloper film. Waktu prosessing film yang terlalu lama, larutan developer yang terlalu panas. Konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat.3

Gambar 11. Dense image3

- Cracked / Pecah-Pecah

(47)

- Spot Hitam Pada Film

Disebabkan oleh spot larutan developer. Masalahnya adalah developer kontak dengan film sebelum film diproses.3

Gambar 13. Dark spots3

- Spot Putih Pada Film

Disebabkan oleh spot larutan fixer. Masalahnya adalah larutan fixer kontak dengan film sebelum diproses3

(48)

- Warna Kuning Kecoklatan

Disebabkan oleh waktu fixer yang tidak tepat. Masalahnya adalah fixer yang tidak efektif dan rinsing yang tidak efektif.3

Gambar 15. Steins3

- Gambar Putih di Bagian Pinggir Film

(49)

- Gambar Hitam di Bagian Pinggir Film

Disebabkan karena fixer cut off. Masalahnya adalah sewaktu prosessing sebagian film tidak masuk ke dalam larutan fixer.3

Gambar 17. Partial dark image3

- Daerah Putih / Hitam Pada Daerah Overlap

Disebabkan oleh film yang overlap. Masalahnya adalah dua film kontak sebelum atau selama prosessing.3

(50)

- Black Crescent Shaped Marks

Disebabkan oleh finger nail artifact. Masalahnya adalah rusaknya emulsi film oleh tangan operator selama pengerjaannya.3

Gambar 19. Black crescent

shaped marks3

- Lack Finger Print

(51)

- Film Bergaris Bercabang (Static Electricity)

Terjadi pada saat mengeluarkan film. Masalahnya adalah mengeluarkan film dari bungkusnya secara kasar.3

(52)
(53)

2.7 Kerangka Konsep

Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi Intra Oral

Periapikal Pengetahuan

Radiografer

Oklusal Bite-wing

Hasil Optimal Hasil Tidak Optimal

Prosessing, yaitu : - Thin Image - Dense Image - Cracked

- Static Electricity - Dan lain-lain Operasional, yaitu :

(54)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter gigi untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit, salah satunya adalah melakukan pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan radiografi.1 Radiografi memegang peranan yang penting dalam menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Untuk menunjang ini, diperlukan radiografi yang dibuat dengan teknik yang tepat.2Radiografi dalam kedokteran gigi terbagi dua, yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral. Radiografi intraoral yaitu radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya. Radiografi intraoral memiliki beberapa tipe yaitu periapikal, interproksimal dan oklusal. Masing-masing tipe ini mempunyai teknik-teknik yang spesifik.3

Dalam bidang radiologi, tenaga kesehatan yang bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi adalah Radiografer. Dimana radiografer bertugas melakukan pemeriksaan secara radiografi sesuai dengan permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk menegakkan diagnosa oleh dokter yang menangani pasien.4

Hasil pemeriksaan radiografi ditentukan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya teknik prosessing film, kualitas cairan prosessing dan kualitas peralatan yang digunakan. Untuk menghasilkan tampilan radiografi yang dapat dinilai baik, maka semua faktor tersebut harus dipahami, dimengerti dan dilakukan dengan baik dan benar oleh Radiografer.4

(55)

Pada penelitian Haghnegahdar dkk (2011) di Iran telah didapatkan hasil tentang banyaknya kesalahan yang terjadi dalam pengambilan radiografi intraoral,yaitu sebanyak 35,4% peletakan film yang salah, 18,2% penempatan cone yang tidak tepat, 16,6% kesalahan angulasi horizontal dan 14,4% kesalahan angulasi vertikal.5 Penelitian Abdullah (2013) di Saudi Arabia terhadap 272 pengambilan radiografi periapikal didapatkan hasil yaitu 23,5% kesalahan prosessing, 20,2% penempatan

cone yang tidak tepat, dan 15,1% kesalahan angulasi vertikal.6 Penelitian oleh Herman (2013) di Eropa terhadap 298 pengambilan radiografi bitewing menunjukkan bahwa hanya 140 hasil radiografi bitewing yang bebas dari kesalahan ataupun yang tidak terjadi kegagalan.7 Patel, dkk (1986) di United States melakukan penelitian terhadap 24.150 radiografi. Hasilnya terdapat 2.238 radiografi yang menunjukkan empat kesalahan utama yaitu 11,17 % cone-cutting, 11,75% kesalahan angulasi vertikal, 4,6% kesalahan angulasi horizontal, 64,9% kesalahan penempatan film.8

Sesuai uraian di atas terlihat masih banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pembuatan radiografi, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai prevalansi kesalahan radiografer dalam pembuatan radiografi intraoral pada beberapa kota di Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara.

2. Kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral oleh radiografer di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

(56)

Tujuan Khusus : mengetahui kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral oleh radiografer di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis : hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang banyaknya kesalahan radiografer dalam pembuatan radiografi intraoral di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara.

Manfaat aplikatif :

1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pedoman bagi radiografer agar pembuatan radiografi mengikuti standard operasional sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi sehingga hasil radiografi lebih akurat.

(57)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2016

T. Azra Sahira

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara.

x+42 halaman.

Radiografi memegang peranan yang penting dalam menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Untuk itu diperlukan radiografi yang dibuat dengan teknik yang tepat. Namun, pada saat ini masih banyak kesalahan yang terjadi selama proses pembuatan radiografi intraoral. Hal inilah yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara pada bulan Oktober hingga Desember 2015 dengan jumlah sampel 41 orang. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh yaitu 34,1% mengetahui penyebab terjadinya elongasi, 82,9% mengetahui tentang cara memperbaiki apabila terjadi foreshortening, 97,6% mengetahui penyebab terjadinya partial white image, 100% mengetahui penyebab terjadinya double exposure, 70,7% mengetahui penyebab terjadinya bacward

receptor image, 92,7% mengetahui penyebab terjadinya dense image, 46,3%

mengetahui jenis radiografi, 53,7% mengetahui tentang besar sudut pengambilan, 68,3% mengetahui tentang posisi kepala pasien untuk pengambilan rontgen gigi, 48,8% mengetahui tentang posisi film.

Kesimpulan penelitian ini yaitu pengetahuan radiografer tentang kesalahan yang sering terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral dapat dikategorikan baik (39%). Kesalahan yang sering terjadi yaitu elongasi, jenis radiografi yang digunakan, posisi film dan besarnya sudut penyinaran.

(58)

PENGETAHUAN

RADIOGRAFER

TENTANG

KESALAHAN

DALAM PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL

DI INSTALASI KESEHATAN PADA BEBERAPA

KOTA DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : T. AZRA SAHIRA

(59)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2016

T. Azra Sahira

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara.

x+42 halaman.

Radiografi memegang peranan yang penting dalam menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Untuk itu diperlukan radiografi yang dibuat dengan teknik yang tepat. Namun, pada saat ini masih banyak kesalahan yang terjadi selama proses pembuatan radiografi intraoral. Hal inilah yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara pada bulan Oktober hingga Desember 2015 dengan jumlah sampel 41 orang. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh yaitu 34,1% mengetahui penyebab terjadinya elongasi, 82,9% mengetahui tentang cara memperbaiki apabila terjadi foreshortening, 97,6% mengetahui penyebab terjadinya partial white image, 100% mengetahui penyebab terjadinya double exposure, 70,7% mengetahui penyebab terjadinya bacward

receptor image, 92,7% mengetahui penyebab terjadinya dense image, 46,3%

mengetahui jenis radiografi, 53,7% mengetahui tentang besar sudut pengambilan, 68,3% mengetahui tentang posisi kepala pasien untuk pengambilan rontgen gigi, 48,8% mengetahui tentang posisi film.

Kesimpulan penelitian ini yaitu pengetahuan radiografer tentang kesalahan yang sering terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral dapat dikategorikan baik (39%). Kesalahan yang sering terjadi yaitu elongasi, jenis radiografi yang digunakan, posisi film dan besarnya sudut penyinaran.

(60)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Februari 2016

Pembimbing Tanda Tangan

(61)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan penguji Pada tanggal 25 Februari 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg

(62)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara” guna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya, Drs. T. Akhmad Thala’a dan Dra. Susi Rusida, yang telah mendoakan serta memberikan cinta dan kasih sayang, kesabaran, perhatian, bantuan, semangat dan pengorbanan yang tak ternilai.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg, C.Ort, Ph.D, Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan kepada penulis.

2. Dr. Trelia Boel, drg, M.Kes, Sp.RKG(K), selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis.

(63)

5. Kepada seluruh staf bagian Radiologi Dental yang selama ini sangat membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi.

6. Auzy Arifin Hutabarat yang tidak ada hentinya memberikan semangat, dukungan, saran dan selalu ada di masa-masa senang hingga sulit selama ini. 7. Kakak, Abang dan Adik-adik saya: T. Dita Tasya, T. Azlanshah Alsani, T. Fairuz

Jasmine, dan T. Zalfa Qadriyya Munadhila, yang selalu menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi saya hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. 8. Sahabat-sahabat tercinta Enozva, Adriana Annisa, Rizky Agustin, Deli Masri,

Saradila, Eghi Devara, Ryan Rwanda, Aditia K, Novy Soraya, Azilla Meisarah, Yasmin Afifah, Ririn, Elsa, Shira dan lain-lain yang telah memberikan perhatian dan semangatnya kepada saya selama ini.

9. Kepada teman-teman stambuk 2012 yang selama ini sama-sama berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pemikiran yang berguna bagi pihak yang membutuhkan. Hanya doa dan permohonan yang penulis panjatkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada kita semua. Amin ya Robbal’alamin.

Medan, 25 Februari 2016 Penulis

(64)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.2.1Radiografi Intraoral... 5

2.2.1.1 Radiografi Periapikal... 5

2.2.1.2 Radiografi Interproksimal (Bitewing) ... 6

2.2.1.3 Radiografi Oklusal ... 7

(65)

2.6 Kerangka Teori... 28

2.7 Kerangka Konsep ... 29

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

3.5 Prosedur Penelitian... 32

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.6.1Pengolahan Data ... 32

3.6.2Analisis Data... 33

3.7 Etika Penelitian ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 34

BAB 5 PEMBAHASAN ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ... 40

(66)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(67)
(68)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 3. Curriculum Vitae (Riwayat Hidup)

4. Rincian Biaya Penelitian

5. Lembaran Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian 6. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan

Gambar

Tabel 3. Frekuensi pengetahuan radiografer secara keseluruhan
Gambar  1. Hasil radiografi bite-wing10
Gambar 2. Hasil radiografi oklusal12
Tabel 1. Angulasi vertikalpada maksila dan mandibula10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat teoritis : Hasil penelitian akan memberi gambaran tentang perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik fakultas kedokteran gigi klinik pada salah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas yang menunjukkan banyaknya kesalahan- kesalahan dalam menginterpretasi hasil radiografi, maka peneliti tertarik untuk melakukan

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa

Paparan yang kurang pada film akan menghasilkan gambaran dengan densitas yang rendah, kesalahan ini dapat disebabkan karena bertambahnya jarak antar objek dan sinar-x atau

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Terhadap Prosedur Penggunaan Radiografi Dental Dalam Melakukan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik mengenai gambaran anomali gigi menggunakan radiografi