• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas

dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

OLEH ANDREW MARIO

070503204

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas

terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar

di BEI”

adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah

dibuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi

Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas

dan benar adanya.

Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 15 Agustus 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segala hikmat dan anugerah kasihNya yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI” dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga, materi dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu peneliti selama menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. dan Drs. Hotmal Jafar, MM., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak., selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Salbiah, MSi, Ak. selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang Tua Peneliti yang tidak henti-hentinya memberikan support dan kasih sayang kepada peneliti.

(4)

Peneliti menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 15 Agustus 2013

Penulis,

(5)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR

MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan dan menyangkut keputusan pendanaan, karena keputusan ini akan mempengaruhi nilai perusahaan sehingga berdampak pada kemakmuran pemegang saham. Berkaitan dengan uraian tersebut maka masalah yang ingin diteliti adalah pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh secara parsial maupun simultan terhadapstruktur modal perusahaan.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Perusahaan yang menjadi sampel diambil sebanyak 12 perusahaan dengan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi pengujian normalitas, asumsi klasik, uji parsial (uji t), uji simultan (uji F), uji regresi linear berganda dan goodness of fit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial, variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan, sedangkan variabel struktur aset dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

(6)

ABSTRACT

ANALISYS THE IMPACT OF ASSET STRUCTURE, FIRM SIZE, LIQUIDITY AND PROFITABILITY ON CORPORATE CAPITAL STRUCTRURE IN FOOD AND BEVERAGES COMPANIES THAT

LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Corporate capital structure determined by the manager in term with financial policies, because this decision will influencing the firm value that will enhancing shareholder’s value. In connection with the description then the problem researcher want to investigate is the influence of asset structure, firm size, liquidity and profitability on corporate capital structure. The hypothesis of this research is whether asset structure, firm size, liquidity and profitability affect corporate capital structure partially and simultanously.

The population of this research is the food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011. Samples taken as many as 12 companies with a purposive sampling technique. Analysis of the data used include the testing of normality, the classical assumption, partial test (t-test), simultaneous test (F-test), multiple linier regression and goodness of fit.

The results showed that asset structure, firm size, liquidity and profitability has effect on corporate capital structure. Partially, liquidity and profitability had significant impact to corporate capital structure while corporate asset structure and firm size had no significant impact on corporate capital structure.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Batasan Masalah... 8

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 8

BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual Dan Hipotesis ... 10

2.1Landasan Teori ... 10

2.1.1 Struktur Modal ... 10

2.1.2 Teori Struktur Modal... 11

2.1.2.1. Agency Theory ... 11

2.1.2.2. Signaling Theory ... 12

2.1.2.3. Asymmetric Information Theory ... 13

2.1.2.4. Pecking Order Theory ... 14

2.1.3 Komponen Struktur Modal ... 15

2.1.4 Struktur Aset ... 18

2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 19

2.1.6 Likuiditas ... 19

2.1.7 Profitabilitas ... 20

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

2.3Kerangka Konseptual ... 22

2.4Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1Jenis Penelitian ... 26

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3.3Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 28

3.4Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

3.5Analisis Data ... 30

3.5.1 Statistik Deskriptif ... 30

(8)

3.5.2.1 Pengujian Normalitas Data ... 31

3.5.2.2 Multikolinearitas ... 32

3.5.2.3 Autokorelasi... 33

3.5.2.4 Heteroskedastisitas ... 33

3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 34

3.5.3.1 Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 34

3.5.3.2 Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 35

3.5.4.3 Uji Regresi Liniear Berganda ... 35

3.5.4.4 Uji Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) ... 36

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1Deskripsi Data ... 37

4.2Statistik Deskriptif ... 38

4.3Pengujian Asumsi Klasik ... 39

4.3.1Pengujian Normalitas Data ... 41

4.3.2Multikolinearitas ... 42

4.3.3Autokorelasi ... 43

4.3.4Heteroskedastisitas ... 44

4.4Pengujian Hipotesis ... 45

4.4.1. Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 46

4.4.2. Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 47

4.4.3. Uji Regresi Linear Berganda ... 47

4.4.4. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) ... 50

4.5Analisis Hasil Penelitian ... 51

4.6Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1Kesimpulan ... 54

5.2Keterbatasan Penelitian ... 54

5.3Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 27

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 38

4.2 Hasil Uji Normalitas KolmogorovSmirnov Test ... 40

4.3 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 43

4.4 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 44

4.5 Hasil Uji F (Koefisien Regresi Simultan) ... 45

4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 46

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 48

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 23

4.1 Uji Normalitas Histogram ... 41

4.2 Uji Normalitas Grafik P-Plot ... 41

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

Halaman

(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR

MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan dan menyangkut keputusan pendanaan, karena keputusan ini akan mempengaruhi nilai perusahaan sehingga berdampak pada kemakmuran pemegang saham. Berkaitan dengan uraian tersebut maka masalah yang ingin diteliti adalah pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh secara parsial maupun simultan terhadapstruktur modal perusahaan.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Perusahaan yang menjadi sampel diambil sebanyak 12 perusahaan dengan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi pengujian normalitas, asumsi klasik, uji parsial (uji t), uji simultan (uji F), uji regresi linear berganda dan goodness of fit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial, variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan, sedangkan variabel struktur aset dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

(13)

ABSTRACT

ANALISYS THE IMPACT OF ASSET STRUCTURE, FIRM SIZE, LIQUIDITY AND PROFITABILITY ON CORPORATE CAPITAL STRUCTRURE IN FOOD AND BEVERAGES COMPANIES THAT

LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Corporate capital structure determined by the manager in term with financial policies, because this decision will influencing the firm value that will enhancing shareholder’s value. In connection with the description then the problem researcher want to investigate is the influence of asset structure, firm size, liquidity and profitability on corporate capital structure. The hypothesis of this research is whether asset structure, firm size, liquidity and profitability affect corporate capital structure partially and simultanously.

The population of this research is the food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011. Samples taken as many as 12 companies with a purposive sampling technique. Analysis of the data used include the testing of normality, the classical assumption, partial test (t-test), simultaneous test (F-test), multiple linier regression and goodness of fit.

The results showed that asset structure, firm size, liquidity and profitability has effect on corporate capital structure. Partially, liquidity and profitability had significant impact to corporate capital structure while corporate asset structure and firm size had no significant impact on corporate capital structure.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan

masalah pendanaan, beberapa pakar sepakat bahwa untuk keluar dari krisis

ekonomi ini, sektor riil harus digerakkan untuk merangsang pertumbuhan

ekonomi. Namun demikian banyak hambatan yang dialami oleh dunia usaha,

salah satunya yang sangat penting adalah masalah pendanaan. Dunia usaha

mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh kemacetan kredit-kredit yang

diberikan ke dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum pemberian

kredit dimasa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang disetujui.

Oleh karenanya baik itu pihak manajemen maupun pihak kreditor sudah

seharusnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah

pendanaan ini. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur

modal diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi evaluasi manajemen.

Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi perusahaan

dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola fungsi keuangan salah satu unsur

yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi

kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan

usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham

maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka

(15)

yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri

dariberbagai jenis saham dan laba ditahan. Modal asing terdiri dari berbagai

hutang jangka panjang yang meliputi berbagai jenis obligasi, hutang hipotik dan

lain–lain. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan

besarnya penggunaan modal asing ini akan menentukan leverage keuangan

perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1992:23) penggunaan modal asing

yang berbeda-beda di antara industri maupun diantara perusahaan mencerminkan

adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan leverage keuangan baik yang

bersifat historis, managerial, atau faktor lainnya.

Pedoman struktur finansial yang vertikal memberikan imbangan yang harus

dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya jumlah modal pinjaman

(hutang) dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa

pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal

sendiri, yaitu modal yang tahan risiko maka besarnya modal asing dalam keadaan

apapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka

perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh

melebihi 1:1.

Adapun pedoman struktur finansial yang horizontal memberikan batas

imbangan antara besarnya modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap plus

persediaan. Pedoman tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva plus

persediaan harus sepenuhnya dibelanjai dengan modal sendiri yaitu modal yang

tetap tertanam dalam perusahaan. Perimbangan yang optimal antara modal asing

(16)

Balance Theory yang dikemukakan oleh Myers (1983) dan Brigham (1999) dalam

Muhammad Rizal (2002) “perusahaan mendasarkan diri pada keputusan suatu

struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal

yang dapat memaksimumkan nilai perusahaaan dan meminimumkan biaya modal.

Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari

penghematan pajak atas penggunaaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.

Dalam kenyataan sulit bagi perusahaan untuk menentukan suatu struktur

modal yang terbaik dalam suatu komposisi pembelanjaan yang tepat. Menurut

Hartono (1990:3) lebih mudah apabila perusahaan mencoba menaksir dalam suatu

“range berapa tingkat leverage yang tepat bagi perusahaan”. Menurut Riyanto

(2001:23) Setiap perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan

perusahaan dalam menanggung risiko usaha yang akan dibelanjainya, hal ini

didasarkan pada prinsip keamanan dimana hal ini akan memberikan pengaruh

yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri.

Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan

kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan

berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan

meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan

meningkatkan resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus

memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa

penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas.

Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih

(17)

Myers (1984) dalam Muhammad Rizal (2002) penggunaan dana internal lebih

didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari

eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan

adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir

adalah penerbitan ekuitas baru. Pemilihan urutan pendataan ini menunjukkan

bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of fund dari sumber-sumber

tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat resiko suatu investasi.

Karena masalah pendanaan adalah hal yang sangat penting untuk

diperhatikan, maka industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia adalah sektor industri yang mengalami defisiensi modal. Bursa Efek

Indonesia merupakan sarana untuk mencari dana sebagai tambahan modal.

Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya lebih murah

dan hal itu hanya diperoleh di pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk

memperbaiki struktur permodalan perusahaan. Perkembangan perusahaan

makanan dan minuman di Indonesia terlihat semakin meningkat dari tahun ke

tahun, karena perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, jadi sangat

terbuka kemungkinan bahwa prospek perusahaan manufaktur akan tetap cerah di

masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah

dilakukan antara lain oleh La Rocca, et al (2009), Talberg, et al (2008),

Al-Fayoumi, et al (2009) dan lain-lain dalam journal of economics and Finance. Dari

penelitian tersebut diperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal.

(18)

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian lanjutan yang

dilakukan oleh Situmorang (2010), yang meneliti tentang pengaruh struktur

aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap stuktur modal. Penelitian

yang dilakukan oleh Tinambunan (2008), meneliti tentang pengaruh kebijakan

dividen perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007. Penelitian yang dilakukan oleh

Talberg, et al (2008), meneliti dengan enam faktor yang mempengaruhi struktur

modal yaitu struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran

perusahaan, umur perusaahaan, dan pendapatan per karyawan.

Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula pasar yang dikuasainya,

hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran perusahaan yang lebih

besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Firm size dapat dilihat dari

dua aspek yaitu besarnya asset yang dimiliki perusahaan tersebut dan tingkat

penjualan yang di raih dipangsa pasar. Hal ini menunjukan ada hubungan antara

ukuran perusahaan dengan struktur modal yang digunakan perusahaan. Penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Rakhmawati (2008), Seftianne dan Handayani

(2011) menunjukan inkonsitensi. Hasil penelitian Harjanti dan Tandelilin (2007),

Rakhmawati (2008), Seftianne dan Handayani (2011) menunjukan bahwa firm

size berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan hasil penelitian Hapsari

(2010) menujukan bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap struktur

modal.

Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan hasil penelitian

(19)

lanjut. Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh stuktur aset,

ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal pada

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode 2009-2011. Penelitian ini merupakan reflikasi dari peneliti terdahulu.

Alasan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji kembali variabel-variabel

yang dikemukakan oleh Abimanyu (2009), Talberg, et al (2008), Tinambunan

(2008), Al-Fayoumi, et al (2009), La Rocca, et al (2009) dan Situmorang (2010).

Sektor yang dianggap bisa bertahan dalam terjangan krisis global adalah

sektor konsumsi terutama Industri makanan dan minuman. Alasanya, sejak krisis

global yang terjadi pada pertengahan 2008, hanya industri makanan dan minuman

yang dapat bertahan. Permintaan pada sektor tersebut tetap tinggi. Selain itu,

karakteristik masyarakat cenderung gemar berbelanja makanan, ikut membantu

mempertahankan industri makanan dan minuman.

Dengan tidak terpengaruhnya industry makanan dan minuman terhadap

krisis global yang terjadi maka saham pada kelompok perusahaan makanan dan

minuman ini lebih banyak menarik minat investor karena tingkat konsumsi

masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia

yang semakin kompleks. Selain itu Salah satu barang kebutuhan konsumsi yang

paling penting adalah makanan dan minuman yang merupakan salah satu penyetor

pajak besar di Indonesia.

Investor harus menentukan dimana sektor atau bidang apa yang dapat

memberikan kejelasan atas investasi nya. Dengan melihat sektor atau bidang

(20)

yang kemungkinan akan terjadi. Sehingga investor dapat melihat seberapa bagus

kondisi perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan

minuman dalam mendapatkan keuntungan yang dimasa mendatang.

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun penelitiannya adalah tahun 2009-2011.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian dapat diformulasikan sebagai berikut :

1. Apakah struktur aset berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal

perusahaan?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap struktur

modal perusahaan?

3. Apakah likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal

perusahaan?

4. Apakah profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal

perusahaan?

5. Apakah struktur asset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas secara

(21)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka batasan

masalah terhadap variabel dependen dan independen dalam penelitian ini

adalah:

1. Perusahaan yang diteliti hanya perusahaan makanan dan minuman yang

sudah go public dan terdaftar pada situs resmi BEI.

2. Penelitian ini meneliti perusahaan hanya pada tahun 2009-2011.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk meneliti pengaruh struktur aset terhadap struktur modal perusahaan.

2. Untuk meneliti pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal

perusahaan.

3. Untuk meneliti pengaruh likuiditas terhadap struktur modal perusahaan.

4. Untuk meneliti pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan.

5. Untuk meneliti pengaruh struktur asset, ukuran perusahaan, likuiditas dan

profitabilitas secara simultan terhadap struktur modal perusahaan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dan

informasi tambahan agar penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil

(22)

2. Bagi perusahaan (emiten)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

beberapa variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan

sehingga dapat membantu perusahaan dalam menetapkan struktur modal

yang optimal.

3. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih

jelas mengenai pengaruh strategi struktur asset, ukuran perusahaan,

likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan, sehingga

nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dalam

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal

Struktur modal (capital Structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix)

pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunyai

pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial Structure).

Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut

Warsono (2003:235) “Struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari

segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi

pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber

pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan”.

Struktur modal memberikan gambaran tentang pendanaan perusahaan.

Pemenuhan pendanaan berasal dari internal perusahaan dan eksternal

perusahaan. Pendanaan internal perusahaan berasal dari modal sendiri dan

eksternal perusahaan berasal dari pinjaman. Weston dan Copeland (2010)

memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen utang jangka

panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham. Nilai buku modal

pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan akumulasi laba

ditahan. Jika perusahaan memiliki saham preferen, saham akan ditambahkan ke

ekuitas pemegang saham. Menurut Gitman (2010), “definisi struktur modal

(24)

dipertahankan oleh perusahaan". Struktur modal perusahaan menggambarkan

perbandingan antara utang jangka panjang dan modal ekuitas yang digunakan

oleh perusahaan. Menurut Warsono (2003:239), “struktur modal adalah

perbandingan antara utang perusahaan dengan total aset”.

2.1.2 Teori Struktur Modal 2.1.2.1 Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jansen dan William H. Meckling

pada tahun 1976 (Horne dan Machowicz, 1998 : 482 dalam Situmorang, 2010)

di mana agency theory mengemukakan hubungan antara agent yaitu manajer

dengan principal yaitu kreditur dan investor. Manajemen merupakan agen dari

pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham

berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga

mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya

dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang

memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan

agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan

yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja

membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Horne dan Machowicz

(2001 : 243) biaya agensi adalah “biaya-biaya yang berhubungan dengan

pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak

konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor

(25)

Menurut Horne dan Machowicz (2009) salah satu pendapat dalam teori

agensi adalah “siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang

timbul pasti tanggungan pemegang saham”. Sebagai misal, pemegang obligasi

mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebih

tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat

bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya

pengawasan berfungsi sebagai diinsentif dalam penerbitan obligasi, terutama

dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta pemegang

obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang

beredar. Menurut Horne dan Machowicz (2001:243), “pihak manajemen dapat

dianggap sebagai agen dari para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang

saham”. Para pemegang saham, dengan harapan bahwa agen akan bertindak

demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas

pengambilan keputusan ke pihak manajemen. Agar pihak manajemen dapat

membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham,

merupakan hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat

insentif yang tepat tetapi mereka diawasi juga.

2.1.2.2 Signaling Theory

Teori signal menurut Brigham dan Houston (1999:36) “adalah suatu

tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi

investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.

(26)

menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan

mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,

termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang

normal”. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan

cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu

perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen

memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan

menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga

sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan

isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek

perusahaan cerah.

2.1.2.3 Asymmetric Information Theory

Menurut Brigham dan Houston (1999:35) asymmetric information atau

ketidaksamaan informasi adalah “situasi di mana manajer memiliki informasi

yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor”.

Untuk memahaminya perlu diperhatikan dua situasi yaitu: situasi pertama,

para manajer mengetahui bahwa prospek perusahaannya sangat

menguntungkan, dan situasi yang kedua, manajer mengetahui bahwa masa

depan perusahaannya tidak menguntungkan. Bagi perusahaan yang

prospeknya di anggap menguntungkan, akan mencoba menghindari penjualan

saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara

(27)

Brigham dan Houston (2001:39) menyatakan “sedangkan untuk perusahaan

yang prospeknya kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual

sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian”.

Menurut Husnan (1997:326) “Asimetri informasi ini terjadi karena pihak

manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pemodal”.

Dengan demikian, pihak manajemen tentu akan berpikir bahwa harga

saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini diperkirakan

terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan

saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang

seharusnya. Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan

saham baru salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang

terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya

para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang

lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.

2.1.2.4 Pecking Order Theory

Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) perusahaan menyukai

internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahan berwujud laba

ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar akan menerbitkan sekuritas yang

paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi,

kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi

konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru

(28)

karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri

yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal yang berasal

dari luar perusahaan. Menurut Myers (dalam Situmorang, 2010), “perusahaan

lebih menyukai pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari

aliran kas, laba ditahan dan depresiasi”.

Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk

tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa

memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan

publisitas publik” sebagai akibat saham baru. Dana eksternal lebih disukai

dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama

adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan lebih murah dari

biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru

akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau

penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para

pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain

kemungkinan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dengan

pihak pemodal.

2.1.3 Komponen Struktur Modal

Modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen yaitu :

1. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt)

Modal asing/utang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya

(29)

panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan

perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan

modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen

hutang jangka panjang ini terdiri dari :

a. Utang Hipotik (Mortgage)

Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin

dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal

dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.

b. Obligasi (Bond)

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa

perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya

kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran

pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang

dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.

Modal asing/hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber

dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu

tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya–syarat

pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan

memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana

yang berasal dari modal asing/hutang jangka panjang tersebut.

Meskipun, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah

(30)

itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungakan

sebelumnya.

2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan

yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.

Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber extern. Sumber

intern di dapat dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan

sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

Komponen modal sendiri terdiri dari :

a. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu

Perseroan Terbatas (P.T), dimana modal saham terdiri dari saham biasa

dan saham preferen. Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka

panjang yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan

memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung

segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. Saham preferen adalah bentuk

komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal

sendiri dengan hutang berjangka panjang.

b. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan

sebagai dividen.

Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang

dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko

(31)

jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan

maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali

modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus

mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin

kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.4 Struktur Aset

Struktur Aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana

masing-masing komponen aktiva lancar maupun aktiva tetap. Struktur aktiva

diketahui dengan membandingkan antara aktiva tetap dengan total aktiva pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006

sampai dengan 2008. Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya

yang dimiliki perusahaan.Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi

kebijakan pendanaan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:39)

perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung

lebih banyak menggunakan banyak utang.Aktiva lancar yang dimiliki

perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor

terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.Kreditor tentunya

mengadakan analisis kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajibannya. Perusahaan yang memiliki

jumlah aktiva tetap lebih banyak dibandinngkan dengan jumlah aktiva

lancarnya akan lebih banyak menggunakan modal sendiri sedangkan hutang

(32)

“Perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa asset tetap biasanya lebih

banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.” Hal ini dapat

dihubungkan dengan adanya aturan financial konservatif yang menyatakan

bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah

aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki

perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan

perusahaan mengacu pada penelitian Krishnan dan Moyer (1996), di mana

ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma dari total aktiva.

2.1.6 Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan

dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya

(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Dua rasio likuiditas

jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick

(sering juga disebut acid test rasio). Rasio lancar mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva

lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau

satu siklus bisnis). Rasio quick merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah

dikurangi persediaan dengan hutang lancar dan menunjukkan besarnya alat

(33)

Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh

perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba dari kegitan bisnis yang dilakukannya (Ghost,et. al., 2000). Profitabilitas

mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

sebagai penggunaan aktiva dan pasiva dalam suatu periode. Investor

menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan

nilai atas saham yang dimiliki. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap

profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total

aset.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pilihan struktur modal perusahaan menghasilkan

temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Dapat dilihat melalui

(34)
[image:34.595.130.533.162.736.2]

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

(35)

Penelitian yang dilakukan Sony Abimanyu (2009), menunjukkan bahwa

profitabilitas dan likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal perusahaan, sedangkan struktur asset tidak berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Septia Debora Tinambum

(2008), yang menyatakan adanya pengaruh signifikan antara profitabilitas

dengan struktur modal perusahaan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Yustini Jortan (2007) memberikan

hasil bahwa struktur asset dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan

(36)

2.3 Kerangka Konseptual

H1

H2

H3

H4

[image:36.595.113.514.122.468.2]

H5

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Struktur Aset merupakan gambaran struktur aktiva dalam suatu perusahaan

yang merupakan komposisi perbandingan antara jenis-jenis aktiva perusahaan.

Perbandinngan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah aktiva tetap

perusahaan memiliki dampak terhadap struktur modal perusahaan. Menurut

Birgham Houston (2001: 39) perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan

jaminan kredit cenderung menggunakan lebih banyak utang . Aktiva lancar yang

dimiliki suatu perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi

kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Perusahaan yang

Struktur Aset

(X

1

)

Ukuran Perusahaan

(X

2

)

Likuiditas

(X

3

)

Profitabilitas

(X

4

)

(37)

jumlah aktiva tetapnya lebih banyak akan cenderung menggunakan modal

sendiri.

Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu

perusahaan yang dilihat dari besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan

kecil cenderung menggunakan hutang jangka pendek daripada hutang jangka

panjang. Demikian juga dengan perusahaan besar akan cenderung memiliki

sumber pendanaan yang kuat.

Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari investasi

yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang

didapat dari investasi yang ditanamkan maka penggunaan hutang relatif kecil.

Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang ditanamkan perusahaan

memungkinkan perusahaan menggunakan dana internal perusahaan untuk

membiayai sebagian besar pendanaannya yang berasal dari tingkat

pengembalian atas investasi tersebut.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi

dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian.Adapun hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

H1 = Struktur Aset secara parsial mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

H2 = Ukuran Perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang

(38)

H3 = Likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan

terhadap struktur modal perusahaan.

H4 = Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

H5 = Struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas secara

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan empirical research yang menguji hipotesis

dengan aplikasi teori dalam memecahkan masalah yang diteliti dan

mengadakan interpretasi tentang hubungan tertentu, pengaruh, atau perbedaan

antar kelompok atau independensi dari dua atau lebih faktor dalam suatu

objek yang diteliti (Sularso, 2003). Penelitian ini bersifat survey data

sekunder perusahaan dan berupa kejadian sesungguhnya yang terjadi sesuai

fakta. Data perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini

dimuat dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini,

penulis mencoba untuk mengetahui apakah variabel independen berupa

struktur asset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen berupa pilihan struktur modal

perusahaan.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Menurut Djarwanto (2000) “populasi adalah jumlah dari keseluruhan

obyek (satuan-satuan / indvidu-individu) yang karakteristiknya hendak

(40)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009–2011

yang berjumlah perusahaan.

b. Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2000) “Sampel adalah bagian populasi yang

digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Pengambilan

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability

sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu.

Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam

pengambilan sampel adalah:

1. Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun

2009–2011.

2. Perusahaan tersebut tidak didelisting dari BEI pada tahun 2009- 2011.

3. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun

[image:40.595.158.516.606.753.2]

2009–2011.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode Kriteria Sampel

1 2 3

1 Akasha Wira

International Tbk.

ADES √ √ √ Sampel 1

2 PT Aqua Golden

Mississipi

AQUA √ x √ -

3 PT Cahaya kalbar

Tbk

CEKA √ √ √ Sampel 2

4 PT Davomas Abadi

Tbk

(41)

5 PT Delta Djakarta Tbk

DLTA √ √ √ Sampel 4

6 PT Indofood Sukses

Makmur Tbk

INDF √ √ √ Sampel 5

7 PT Mayora Indah

Tbk

MYOR √ √ √ Sampel 6

8 PT Multi Bintang

Indonesia Tbk

MLBI √ √ √ Sampel 7

9 Prasidha Aneka

Niaga Tbk

PSDN √ √ √ Sampel 8

10 PT. Sekar Bumi SKBM x x x -

11 PT Sekar Laut Tbk SKLT √ √ √ Sampel 9

12 PT Siantar Top Tbk STTP √ √ √ Sampel 10

13 PT Tiga Pilar

Sejahtera Food Tbk

AISA √ √ √ Sampel 11

14 PT Ultra Jaya Milk ULTJ √ √ √ Sampel 12

15 PT Nippon Indosari Corpindo

ROTI x x x -

Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.

3.3 Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan data-data sekunder yang dilakukan dengan

studi panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat historis karena

merupakan kejadian atau kenyataan yang diperoleh dari laporan keuangan

perusahaan yang diamati dan diperoleh dari www.idx.co.id

1. Data perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia per 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2011.

untuk periode

tahun penelitian yakni dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data

sekunder tersebut merupakan data yang dikeluarkan perusahaan yang

(42)

2. Data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

dan diperlukan dalam penelitian berupa laporan tahunan yang diperoleh

melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 sampai 2011

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian melibatkan 5 variabel yang terdiri atas 1 variabel dependen

dan 4 variabel independen. Variabel independen tersebut adalah : struktur

aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan variabel

[image:42.595.141.558.460.715.2]

dependennya adalah struktur modal.

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Pengukuran

Independen 1: Struktur Aset Struktur aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap ������������ =����������� Total Aktiva Independen 2: Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan

(43)

Independen 3: Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya ������������ = ���������� ����������� Independen 4: Profitabilitas Profitabilitas (profitability) atau kemampulabaan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegitan

bisnis yang dilakukannya ��������������= ���������ℎ ��������� Dependen: Struktur Modal struktur modal adalah perbandingan antara hutang perusahaan (total debt) dengan total aktiva (total assets) ��� = ���������� �����������������

Sumber: Dari berbagai sumber yang telah diolah

3.5 Analisis Data

3.5.1 Statistik Deskriptif

Menurut Jogiyanto (2005) “Statistik deskriptif merupakan statistik

yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data melalui

karakteristik distribusinya”. Statistik deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean,

(44)

3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik

3.5.3.1 Pengujian Normalitas Data

Menurut Priyanto (2008) “Uji normalitas dibutuhkan untuk

menguji apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak”.

Data yang baik adalah data yang terdistribusi normal sehingga dapat

memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Informasi terhadap variasi

variabel dependen yang tidak dapat diterangkan pada regresi akan

termuat dalam residual. Oleh karena itu, menurut Nachrowi dan Usman

(2006) “untuk melakukan pemeriksaan terhadap persamaan regresi

apakah melanggar asumsi atau tidak maka digunakan analisis residual”.

Setelah mendapatkan nilai residual tersebut maka selanjutnya

dilakukan analisis uji normalitas melalui uji Kolmogorov_Smirnov

dengan menggunakan level of significant sebesar 0,05 atau sebesar 5%.

Pengujian normalitas dilakukan dengan membandingkan p-value yang

diperoleh dengan tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Bila

p-value ³ 0,05 maka data yang digunakan dalam penelitian merupakan

data yang terdistribusi normal (Priyatno, 2008). Selain itu juga digunakan

Histogram DisplayNormal Curve, dan Kurva Normal P-P PLOT.

Pengujian dengan Histogram Display Normal Curve, data

dikatakan terdistribusi normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan

yang seimbang pada sisi kiri dan kanan, atau tidak condong, melainkan

ketengah dengan bentuk seperti lonceng, dengan nilai skewness

(45)

normal P-P PLOT, data dikatakan terdistribusi normal jika penyebaran

titik-titik data terletak di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti

garis diagonal (Nugroho, 2005).

3.5.3.2 Multikolinearitas

Menurut Gujarati (1999) “Uji Multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di

antara variabel-variabel independen yang menjelaskan dari model regresi

(Gujarati, 1999)”. Menurut Nugroho (2005) “Bila terjadi hubungan linear

yang “sempurna” pada beberapa atau semua variabel independen maka

terdapat korelasi yang sangat kuat di antara variabel independen”.

Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat dari beberapa hal antara lain:

1) Jika nilai dari Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan

nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa model

yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas.

2) Jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel independen

tidak lebih dari 0,70 maka model penelitian terbebas dari

multikolinieritas, dan sebaliknya.

3) Jika nilai koefisien determinan maupun R-Square di atas 0,60 tetapi

tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel

dependen maka dapat dikatakan bahwa model terkena

(46)

3.5.3.3 Autokorelasi

Menurut Gujarati (1999) “Autokorelasi didefinisikan sebagai

korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut

waktu atau ruang”. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur

gangguan pada observasi lain. Autokorelasi sering terjadi pada sampel

dengan metode pengumpulan time series. Metode yang paling terkenal

untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi adalah menggunakan pengujian

Durbin- Watson. Penentuan nilai Durbin-Watson dibantu dengan tabel dl

dan du. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan

nilai Durbin-Watson hitung yang berkisar antara 0 dan 4 (Uyanto, 2009).

Bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih besar

dari tiga maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat

independen atau terjadi autokorelasi.

3.5.3.4 Heteroskesdastisitas

Heteroskesdastisitas diartikan sebagai penyebaran titik data regresi

yang tidak sama (hetero). Heteroskedastisitas muncul apabila residual

dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu

observasi ke observasi lain (Kuncoro, 2001). Metode yang digunakan

untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan

melihat grafik plot antara nilai variabel dependen (ZPRED) dengan nilai

(47)

1) Titik-titik tersebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

3.5.3 Pengujian Hipotesis

3.5.4.1 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Menurut Priyatno (2008) Pengujian koefisien regresi secara parsial

(Uji t) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen (X1, X2, X3,...) secara parsial terhadap variabel dependen.

Hasil pengujian ini dapat dilihat pada output SPSS melalui tabel

Coeffisienta dengan melihat nilai p-value (pada kolom Sig.) dari

masing-masing variabel independen. Jika nilai p-value lebih kecil dari level of

significant sebesar 5% atau nilai t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari

t-tabel yang didapat dari perhitungan α = 5% dengan derajat kebebasan

(df) n-k-1 maka menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti variabel

independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap

variabel dependen dan Ho diterima bila –t hitung > t- tabel atau t-hitung

< t-tabel. Kondisi ini berarti bahwa variabel independen secara parsial

(48)

3.5.4.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Priyatno (2008) menyatakan pengujian secara simultan (Uji F) ini

digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2, X3,...)

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (Y). Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel

ANOVA. Hasil F-test menunjukkan pengaruh variabel independen secara

bersamasama terhadap variabel dependen jika p-value yang terletak pada

kolom Sig. < dari level of significant yang ditentukan, atau bila F-hitung

pada kolom F menunjukkan nilai yang lebih besar dari tabel. Nilai

F-hitung dapat diF-hitung dengan cara df1= k-1, dan df2= n-k, dimana k

merupakan jumlah variabel dependen dan independen.

3.5.4.3 Regresi Linear Berganda

Priyatno (2008) Analisis regresi linear berganda merupakan

analisis untuk menguji hubungan secara linear antara dua atau lebih

variabel independen (X1, X2, X3,...) terhadap variabel dependen (Y).

Model persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Y

= a +

b

1

X

1

+

b

2

X

2

+

b

3

X

3

+

b

4

X

4

+

e

Keterangan:

Y = Struktur Modal

a = Konstanta

(49)

X1

X

= Struktur Aset

2

X

= Ukuran Perusahaan

3

X

= Tingkat Likuiditas

4

e = Standar Error

= Tingkat Profitabilitas

3.5.4.4 Uji Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar

sumbangan variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.

Dalam model regresi linier berganda digunakan R-Square karena

disesuaikan dengan banyaknya variabel independen yang digunakan

sebagai indikator untuk mengetahui pengaruhnya di antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Nilai R-Square dikatakan baik

bila nilainya di atas 0,5 karena nilai dari R-Square berkisar antara 0 sampai

1 (Nugroho, 2005). Bila nilai R-Square mendekati 1 maka sebagian besar

variabel independen menjelaskan variabel dependen sedangkan jika

koefisien determinasi adalah 0 berarti variabel independen tidak

(50)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen terhadap struktur modal perusahaan sebagai variabel dependen.

Variabel-variabel independen tersebut berupa struktur aset, ukuran perusahaan,

likuiditas dan profitabilitas. pada bab IV ini akan dilakukan analisis data dan

pembahasan hasil pengolahan data untuk membuktikan hipotesis yang telah

ditentukan sebelumnya. Seluruh data yang telah diperoleh akan diolah

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Sollution) version 18.0 for

windows. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui

pengaruh antara variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

terhadap variabel dependen berupa struktur modal perusahaan.

Penelitian ini menggunakan obyek penelitian pada perusahaan makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasinya. Periode

pengamatan yang dilakukan menggunakan tahun penelitian dari tahun 2009

sampai dengan tahun 2011. Perolehan data penelitian yang merupakan data

sekunder diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009,

(51)

4.2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau

karakteristik dari data melalui karakteristik distribusinya. Statistik deskriptif yang

dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran suatu data mengenai nilai mean,

standard deviation, minimum, dan maximum dalam variabel struktur aset, ukuran

perusahaan, likuiditas dan profitabilitas dan struktur modal. Hasil analisis statistik

deskriptif setiap variabel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1 seperti

[image:51.595.106.484.385.509.2]

berikut:

TABEL 4.1

HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SA 36 .17 .96 .5126 .19476

Size 36 10.61 16.23 13.5663 1.37292

Liquidity 36 .66 6.34 2.0473 1.30892

Profitability 36 .02 .41 .1057 .09824

DER 36 .19 2.28 1.0245 .51815

Valid N (listwise) 36

Sumber: Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai struktur modal

(DER) perusahaan makanan dan minuman yang digunakan dalam sampel

mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,0245 (102,45%) dengan standar deviasi

sebesar 0,51815. Nilai struktur modal (DER) terendah adalah 0,19 (19%),

sedangkan nilai struktur modal (DER) tertinggi adalah 2,28 (228%).

Perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel dalam penelitian

(52)

standar deviasi sebesar 0,19476. Nilai struktur aset terendah adalah 0,17 (17%),

sedangkan nilai struktur aset tertinggi adalah 0,96 (96%).

Nilai rata-rata ukuran perusahaan (Size) pada perusahaan makanan dan

minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar 15,3663 dengan

standar deviasi sebesar 1,37292. Nilai ukuran perusahaan terendah adalah 10,61

sedangkan nilai ukuran perusaahaan tertinggi adalah 16,23.

Nilai rata-rata likuiditas (liquidity) perusahaan makanan dan minuman

yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki nilai sebesar 2,0473

(204,73%) dengan standar deviasi sebesar 1,30892. Nilai likuiditas terendah

adalah 6,34 (634%), sedangkan nilai likuiditas tertinggi adalah 0,66 (66%).

Nilai rata-rata profitabilitas (profitability) perusahaan makanan dan

minuman yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki nilai

sebesar 0,1057 (204,73%) dengan standar deviasi sebesar 0,09824. Nilai

profitabilitas terendah adalah 0,02 (2%), sedangkan nilai profitabilitas tertinggi

adalah 0,41 (41%).

4.3. Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Pengujian Normalitas Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan

pengujian normalitas data untuk menguji apakah data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak. Analisis normalitas menggunakan uji

Kolmogorov_Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%,

(53)

normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov_Smirnov terhadap

nilai residual seluruh variabel untuk meghindari adanya variasi variabel

dependen yang tidak nampak pada regresi tetapi akan termuat pada nilai

residualnya. Dengan kriteria, apabila nilai p value hasil pengujian lebih besar

dari 0,05 maka data dikatakan terdistribusi normal. Untuk pengujian dengan

Histogram Display Normal Curve, data dikatakan terdistribusi normal jika

bentuk kurva memiliki kemiringan yang seimbang pada sisi kiri dan kanan,

atau tidak condong, melainkan ketengah dengan bentuk seperti lonceng,

dengan nilai skewness mendekati 0 (Nugroho, 2005:20). Sedangkan pengujian

dengan kurva normal P-P PLOT, data dikatakan terdistribusi normal jika

penyebaran titik-titik data terletak di sekitar garis diagonal dan searah

mengikuti garis diagonal (Nugroho, 2005:24).

Hasil pengujian normalitas data disajikan dalam tabel 4.2 dan grafik 4.1

sebagai berikut

[image:53.595.114.526.528.737.2]

TABEL 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mean

N 36

Normal Parameters Mean .00000000

Std. Deviation

Most Extreme Differences Absolute

Positive

Negative

.18122299

.094

.094

-.063

Kolmogorov-Smirnov Z

ASymp. Sig. (2 Tailed)

.992

(54)
[image:54.595.160.430.132.354.2]

Gambar 4.1

Uji Normalitas Histogram

Gambar 4.2

[image:54.595.181.507.451.708.2]
(55)

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov_Smirnov pada tabel 4.2, di atas

menunjukkan bahwa nilai residual memiliki p-value > 0,05 yaitu sebesar 0,279

yang mempunyai arti bahwa data variabel yang digunakan dalam penelitian ini

telah terdistribusi normal. Demikian halnya dengan hasil perhitungan SPSS

untuk uji normalitas data menggunakan Histogram Display Normal Curve pada

grafik 4.1 variabel struktur modal (DER) Regresi Residual menunjukkan

bahwa bentuk histogram mengikuti bentuk distribusi normal. Untuk grafik P-P

Plot terlihat bahwa nilai plot P-P terletak di sekitar garis diagonal. Plot tidak

menyimpang jauh dari garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah

mengikuti garis diagonal, yang menunjukkan bahwa regresion residual model

ini berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas dalam seluruh tahap,

menyimpulkan arti bahwa semua Variabel dalam penelitian ini berdistribusi

normal.

4.3.2 Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di antara variable-variabel

independen yang menjelaskan dari model regresi. Pengujian ini dilakukan

dengan melihat nilai Tolerance atau nilai Varian Inflation Factor (VIF). Model

dapat dikatakan terhindar dari asumsi klasik multikoliearitas jika nilai

Tolerance lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil

Pengujian multikolinearitas, nilai Tolerance dan nilai VIF untuk

(56)
[image:56.595.112.510.159.311.2]

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Tolerance VIF Interpretasi Hasil

SA 0,595 1,680 Tidak terjadi multikolinearitas

Size 0,941 1,163 Tidak terjadi multikolinearitas

Liquidity 0,650 1,539 Tidak terjadi multikolinearitas

Profitability 0,928 1,178 Tidak terjadi multikolinearitas

Variabel dependen: DER

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas yang ditunjukkan pada tabel

4.3 di atas maka dapat terlihat bahwa seluruh variabel independen yang

digunakan dalam tiga model regresi memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan

nilai VIF kurang dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model

regresi dalam penelitian ini terhindar dari multikolinearitas.

4.3.3 Auto Korelasi

Pengujian autokorelasi perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur gangguan dengan

observasi lain. Cara yang paling sering dilakukan untuk mendeteksi

autokorelasi adalah dengan menggunakan metode Durbin Watson test. Metode

ini menyatakan bahwa data yang digunakan dalam model tidak terjadi

autokorelasi jika nilai Durbin Watson berkisar antara 0 sampai dengan 4 yaitu

terletak diantara du dan (4-du) (Priyanto, 2008:48). Bila nilai uji statistik

(57)

kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl) maka residual dari model regresi

berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi. Hasil pengujian

[image:57.595.106.526.250.289.2]

Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4seperti berikut:

TABEL 4.4

HASIL PENGUJIAN AUTOKORELASI

N k dl du dhitung Interpretasi Hasil

36 5 1,406 1,6708 1,983 Tidak terjadi autokorelasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran

Berdasarkan tabel hasil pengujian asumsi klasik autokorelasi pada tabel

4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson terletak diantara du dan

(4-du) yang memenuhi syarat Durbin Watson yaitu berada di sekitar angka 2

sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan dalam

penelitian ini terhindar dari autokorelasi (Nugroho, 2005:60).

4.3.4 Heteroskedastisitas

Metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai variabel

dependen (ZPRED) dengan nilai residual (SRESID). Dasar analisis ini adalah :

1. Titik-titik tersebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0

2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

(58)
[image:58.595.145.482.135.400.2]

GAMBAR 4.4

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas dan

titik-titik menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal

ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menjukkan adanya

heteroskedastisitas.

4.4. Pengujian Hipotesis

Pengujian normalitas telah membuktikan bahwa sel

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji pakan dimaksudkan untuk mengetahui waktu yang diperlukan kerang hijau ( Perna viridis ) untuk menghabiskan pakan Chaetoceros sp. Persiapan ini dilakukan dengan

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA.. FERMENTASI

The model has four variables: internet banking service quality, user satisfaction, perceived. risk, and intention

pembangkit listrik sedikitnya 2 meter tingginya dari tanah atau pagar – pagar dengan konstruksi jenis lain misalnya bahan yang bukan logam, asal cukup terjamin agar orang yang

Terkadang di dalam pemesanan suatu acara, event organizer kadang kebingungan dalam memahami kebutuhan pelanggan, hal ini disebabkan oleh biaya dan desain dekorasi yang tidak

Guru menjelaskan tugas yang harus dilaksanakan oleh anak 5 Anak secara bergantian menceritakan kembali isi cerita guru secara sederhana. Guru memberikan pujian kepada anak

This is especially true for the adaptive schemes we consider whose speed is dictated largely by the pro- cess used to pick a given stencil based on the numerical solution at

[r]