SKRIPSI
Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas
dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI
OLEH ANDREW MARIO
070503204
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“
Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitasterhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar
di BEI”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dibuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi
Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas
dan benar adanya.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 15 Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas segala hikmat dan anugerah kasihNya yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI” dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga, materi dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu peneliti selama menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak. dan Drs. Hotmal Jafar, MM., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak., selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Salbiah, MSi, Ak. selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Orang Tua Peneliti yang tidak henti-hentinya memberikan support dan kasih sayang kepada peneliti.
Peneliti menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 15 Agustus 2013
Penulis,
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan dan menyangkut keputusan pendanaan, karena keputusan ini akan mempengaruhi nilai perusahaan sehingga berdampak pada kemakmuran pemegang saham. Berkaitan dengan uraian tersebut maka masalah yang ingin diteliti adalah pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh secara parsial maupun simultan terhadapstruktur modal perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Perusahaan yang menjadi sampel diambil sebanyak 12 perusahaan dengan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi pengujian normalitas, asumsi klasik, uji parsial (uji t), uji simultan (uji F), uji regresi linear berganda dan goodness of fit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial, variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan, sedangkan variabel struktur aset dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
ABSTRACT
ANALISYS THE IMPACT OF ASSET STRUCTURE, FIRM SIZE, LIQUIDITY AND PROFITABILITY ON CORPORATE CAPITAL STRUCTRURE IN FOOD AND BEVERAGES COMPANIES THAT
LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Corporate capital structure determined by the manager in term with financial policies, because this decision will influencing the firm value that will enhancing shareholder’s value. In connection with the description then the problem researcher want to investigate is the influence of asset structure, firm size, liquidity and profitability on corporate capital structure. The hypothesis of this research is whether asset structure, firm size, liquidity and profitability affect corporate capital structure partially and simultanously.
The population of this research is the food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011. Samples taken as many as 12 companies with a purposive sampling technique. Analysis of the data used include the testing of normality, the classical assumption, partial test (t-test), simultaneous test (F-test), multiple linier regression and goodness of fit.
The results showed that asset structure, firm size, liquidity and profitability has effect on corporate capital structure. Partially, liquidity and profitability had significant impact to corporate capital structure while corporate asset structure and firm size had no significant impact on corporate capital structure.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 7
1.3Batasan Masalah... 8
1.4Tujuan Penelitian ... 8
1.5Manfaat Penelitian ... 8
BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual Dan Hipotesis ... 10
2.1Landasan Teori ... 10
2.1.1 Struktur Modal ... 10
2.1.2 Teori Struktur Modal... 11
2.1.2.1. Agency Theory ... 11
2.1.2.2. Signaling Theory ... 12
2.1.2.3. Asymmetric Information Theory ... 13
2.1.2.4. Pecking Order Theory ... 14
2.1.3 Komponen Struktur Modal ... 15
2.1.4 Struktur Aset ... 18
2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 19
2.1.6 Likuiditas ... 19
2.1.7 Profitabilitas ... 20
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
2.3Kerangka Konseptual ... 22
2.4Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1Jenis Penelitian ... 26
3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
3.3Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 28
3.4Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
3.5Analisis Data ... 30
3.5.1 Statistik Deskriptif ... 30
3.5.2.1 Pengujian Normalitas Data ... 31
3.5.2.2 Multikolinearitas ... 32
3.5.2.3 Autokorelasi... 33
3.5.2.4 Heteroskedastisitas ... 33
3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 34
3.5.3.1 Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 34
3.5.3.2 Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 35
3.5.4.3 Uji Regresi Liniear Berganda ... 35
3.5.4.4 Uji Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) ... 36
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1Deskripsi Data ... 37
4.2Statistik Deskriptif ... 38
4.3Pengujian Asumsi Klasik ... 39
4.3.1Pengujian Normalitas Data ... 41
4.3.2Multikolinearitas ... 42
4.3.3Autokorelasi ... 43
4.3.4Heteroskedastisitas ... 44
4.4Pengujian Hipotesis ... 45
4.4.1. Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 46
4.4.2. Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 47
4.4.3. Uji Regresi Linear Berganda ... 47
4.4.4. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) ... 50
4.5Analisis Hasil Penelitian ... 51
4.6Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1Kesimpulan ... 54
5.2Keterbatasan Penelitian ... 54
5.3Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul
Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
3.1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 27
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 38
4.2 Hasil Uji Normalitas KolmogorovSmirnov Test ... 40
4.3 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 43
4.4 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 44
4.5 Hasil Uji F (Koefisien Regresi Simultan) ... 45
4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 46
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 48
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul
Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 23
4.1 Uji Normalitas Histogram ... 41
4.2 Uji Normalitas Grafik P-Plot ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul
Halaman
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan dan menyangkut keputusan pendanaan, karena keputusan ini akan mempengaruhi nilai perusahaan sehingga berdampak pada kemakmuran pemegang saham. Berkaitan dengan uraian tersebut maka masalah yang ingin diteliti adalah pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas memiliki pengaruh secara parsial maupun simultan terhadapstruktur modal perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Perusahaan yang menjadi sampel diambil sebanyak 12 perusahaan dengan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi pengujian normalitas, asumsi klasik, uji parsial (uji t), uji simultan (uji F), uji regresi linear berganda dan goodness of fit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial, variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan, sedangkan variabel struktur aset dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
ABSTRACT
ANALISYS THE IMPACT OF ASSET STRUCTURE, FIRM SIZE, LIQUIDITY AND PROFITABILITY ON CORPORATE CAPITAL STRUCTRURE IN FOOD AND BEVERAGES COMPANIES THAT
LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Corporate capital structure determined by the manager in term with financial policies, because this decision will influencing the firm value that will enhancing shareholder’s value. In connection with the description then the problem researcher want to investigate is the influence of asset structure, firm size, liquidity and profitability on corporate capital structure. The hypothesis of this research is whether asset structure, firm size, liquidity and profitability affect corporate capital structure partially and simultanously.
The population of this research is the food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011. Samples taken as many as 12 companies with a purposive sampling technique. Analysis of the data used include the testing of normality, the classical assumption, partial test (t-test), simultaneous test (F-test), multiple linier regression and goodness of fit.
The results showed that asset structure, firm size, liquidity and profitability has effect on corporate capital structure. Partially, liquidity and profitability had significant impact to corporate capital structure while corporate asset structure and firm size had no significant impact on corporate capital structure.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan
masalah pendanaan, beberapa pakar sepakat bahwa untuk keluar dari krisis
ekonomi ini, sektor riil harus digerakkan untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi. Namun demikian banyak hambatan yang dialami oleh dunia usaha,
salah satunya yang sangat penting adalah masalah pendanaan. Dunia usaha
mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh kemacetan kredit-kredit yang
diberikan ke dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum pemberian
kredit dimasa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang disetujui.
Oleh karenanya baik itu pihak manajemen maupun pihak kreditor sudah
seharusnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah
pendanaan ini. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi evaluasi manajemen.
Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi perusahaan
dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola fungsi keuangan salah satu unsur
yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi
kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan
usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham
maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka
yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri
dariberbagai jenis saham dan laba ditahan. Modal asing terdiri dari berbagai
hutang jangka panjang yang meliputi berbagai jenis obligasi, hutang hipotik dan
lain–lain. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan
besarnya penggunaan modal asing ini akan menentukan leverage keuangan
perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1992:23) penggunaan modal asing
yang berbeda-beda di antara industri maupun diantara perusahaan mencerminkan
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan leverage keuangan baik yang
bersifat historis, managerial, atau faktor lainnya.
Pedoman struktur finansial yang vertikal memberikan imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya jumlah modal pinjaman
(hutang) dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa
pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal
sendiri, yaitu modal yang tahan risiko maka besarnya modal asing dalam keadaan
apapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka
perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh
melebihi 1:1.
Adapun pedoman struktur finansial yang horizontal memberikan batas
imbangan antara besarnya modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap plus
persediaan. Pedoman tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva plus
persediaan harus sepenuhnya dibelanjai dengan modal sendiri yaitu modal yang
tetap tertanam dalam perusahaan. Perimbangan yang optimal antara modal asing
Balance Theory yang dikemukakan oleh Myers (1983) dan Brigham (1999) dalam
Muhammad Rizal (2002) “perusahaan mendasarkan diri pada keputusan suatu
struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal
yang dapat memaksimumkan nilai perusahaaan dan meminimumkan biaya modal.
Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari
penghematan pajak atas penggunaaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.
Dalam kenyataan sulit bagi perusahaan untuk menentukan suatu struktur
modal yang terbaik dalam suatu komposisi pembelanjaan yang tepat. Menurut
Hartono (1990:3) lebih mudah apabila perusahaan mencoba menaksir dalam suatu
“range berapa tingkat leverage yang tepat bagi perusahaan”. Menurut Riyanto
(2001:23) Setiap perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan
perusahaan dalam menanggung risiko usaha yang akan dibelanjainya, hal ini
didasarkan pada prinsip keamanan dimana hal ini akan memberikan pengaruh
yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri.
Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan
berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan
meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan
meningkatkan resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus
memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa
penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas.
Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih
Myers (1984) dalam Muhammad Rizal (2002) penggunaan dana internal lebih
didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari
eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan
adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir
adalah penerbitan ekuitas baru. Pemilihan urutan pendataan ini menunjukkan
bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of fund dari sumber-sumber
tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat resiko suatu investasi.
Karena masalah pendanaan adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, maka industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia adalah sektor industri yang mengalami defisiensi modal. Bursa Efek
Indonesia merupakan sarana untuk mencari dana sebagai tambahan modal.
Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya lebih murah
dan hal itu hanya diperoleh di pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk
memperbaiki struktur permodalan perusahaan. Perkembangan perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia terlihat semakin meningkat dari tahun ke
tahun, karena perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, jadi sangat
terbuka kemungkinan bahwa prospek perusahaan manufaktur akan tetap cerah di
masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah
dilakukan antara lain oleh La Rocca, et al (2009), Talberg, et al (2008),
Al-Fayoumi, et al (2009) dan lain-lain dalam journal of economics and Finance. Dari
penelitian tersebut diperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal.
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian lanjutan yang
dilakukan oleh Situmorang (2010), yang meneliti tentang pengaruh struktur
aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap stuktur modal. Penelitian
yang dilakukan oleh Tinambunan (2008), meneliti tentang pengaruh kebijakan
dividen perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007. Penelitian yang dilakukan oleh
Talberg, et al (2008), meneliti dengan enam faktor yang mempengaruhi struktur
modal yaitu struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusaahaan, dan pendapatan per karyawan.
Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula pasar yang dikuasainya,
hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran perusahaan yang lebih
besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Firm size dapat dilihat dari
dua aspek yaitu besarnya asset yang dimiliki perusahaan tersebut dan tingkat
penjualan yang di raih dipangsa pasar. Hal ini menunjukan ada hubungan antara
ukuran perusahaan dengan struktur modal yang digunakan perusahaan. Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Rakhmawati (2008), Seftianne dan Handayani
(2011) menunjukan inkonsitensi. Hasil penelitian Harjanti dan Tandelilin (2007),
Rakhmawati (2008), Seftianne dan Handayani (2011) menunjukan bahwa firm
size berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan hasil penelitian Hapsari
(2010) menujukan bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap struktur
modal.
Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan hasil penelitian
lanjut. Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh stuktur aset,
ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal pada
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2009-2011. Penelitian ini merupakan reflikasi dari peneliti terdahulu.
Alasan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji kembali variabel-variabel
yang dikemukakan oleh Abimanyu (2009), Talberg, et al (2008), Tinambunan
(2008), Al-Fayoumi, et al (2009), La Rocca, et al (2009) dan Situmorang (2010).
Sektor yang dianggap bisa bertahan dalam terjangan krisis global adalah
sektor konsumsi terutama Industri makanan dan minuman. Alasanya, sejak krisis
global yang terjadi pada pertengahan 2008, hanya industri makanan dan minuman
yang dapat bertahan. Permintaan pada sektor tersebut tetap tinggi. Selain itu,
karakteristik masyarakat cenderung gemar berbelanja makanan, ikut membantu
mempertahankan industri makanan dan minuman.
Dengan tidak terpengaruhnya industry makanan dan minuman terhadap
krisis global yang terjadi maka saham pada kelompok perusahaan makanan dan
minuman ini lebih banyak menarik minat investor karena tingkat konsumsi
masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia
yang semakin kompleks. Selain itu Salah satu barang kebutuhan konsumsi yang
paling penting adalah makanan dan minuman yang merupakan salah satu penyetor
pajak besar di Indonesia.
Investor harus menentukan dimana sektor atau bidang apa yang dapat
memberikan kejelasan atas investasi nya. Dengan melihat sektor atau bidang
yang kemungkinan akan terjadi. Sehingga investor dapat melihat seberapa bagus
kondisi perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan
minuman dalam mendapatkan keuntungan yang dimasa mendatang.
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun penelitiannya adalah tahun 2009-2011.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian dapat diformulasikan sebagai berikut :
1. Apakah struktur aset berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal
perusahaan?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap struktur
modal perusahaan?
3. Apakah likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal
perusahaan?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal
perusahaan?
5. Apakah struktur asset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas secara
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka batasan
masalah terhadap variabel dependen dan independen dalam penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan yang diteliti hanya perusahaan makanan dan minuman yang
sudah go public dan terdaftar pada situs resmi BEI.
2. Penelitian ini meneliti perusahaan hanya pada tahun 2009-2011.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meneliti pengaruh struktur aset terhadap struktur modal perusahaan.
2. Untuk meneliti pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal
perusahaan.
3. Untuk meneliti pengaruh likuiditas terhadap struktur modal perusahaan.
4. Untuk meneliti pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan.
5. Untuk meneliti pengaruh struktur asset, ukuran perusahaan, likuiditas dan
profitabilitas secara simultan terhadap struktur modal perusahaan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dan
informasi tambahan agar penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil
2. Bagi perusahaan (emiten)
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
beberapa variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan
sehingga dapat membantu perusahaan dalam menetapkan struktur modal
yang optimal.
3. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai pengaruh strategi struktur asset, ukuran perusahaan,
likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan, sehingga
nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal
Struktur modal (capital Structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix)
pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunyai
pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial Structure).
Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut
Warsono (2003:235) “Struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari
segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi
pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber
pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan”.
Struktur modal memberikan gambaran tentang pendanaan perusahaan.
Pemenuhan pendanaan berasal dari internal perusahaan dan eksternal
perusahaan. Pendanaan internal perusahaan berasal dari modal sendiri dan
eksternal perusahaan berasal dari pinjaman. Weston dan Copeland (2010)
memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen utang jangka
panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham. Nilai buku modal
pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan akumulasi laba
ditahan. Jika perusahaan memiliki saham preferen, saham akan ditambahkan ke
ekuitas pemegang saham. Menurut Gitman (2010), “definisi struktur modal
dipertahankan oleh perusahaan". Struktur modal perusahaan menggambarkan
perbandingan antara utang jangka panjang dan modal ekuitas yang digunakan
oleh perusahaan. Menurut Warsono (2003:239), “struktur modal adalah
perbandingan antara utang perusahaan dengan total aset”.
2.1.2 Teori Struktur Modal 2.1.2.1 Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jansen dan William H. Meckling
pada tahun 1976 (Horne dan Machowicz, 1998 : 482 dalam Situmorang, 2010)
di mana agency theory mengemukakan hubungan antara agent yaitu manajer
dengan principal yaitu kreditur dan investor. Manajemen merupakan agen dari
pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham
berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga
mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya
dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang
memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan
agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan
yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja
membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Horne dan Machowicz
(2001 : 243) biaya agensi adalah “biaya-biaya yang berhubungan dengan
pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor
Menurut Horne dan Machowicz (2009) salah satu pendapat dalam teori
agensi adalah “siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang
timbul pasti tanggungan pemegang saham”. Sebagai misal, pemegang obligasi
mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebih
tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat
bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya
pengawasan berfungsi sebagai diinsentif dalam penerbitan obligasi, terutama
dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta pemegang
obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang
beredar. Menurut Horne dan Machowicz (2001:243), “pihak manajemen dapat
dianggap sebagai agen dari para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang
saham”. Para pemegang saham, dengan harapan bahwa agen akan bertindak
demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas
pengambilan keputusan ke pihak manajemen. Agar pihak manajemen dapat
membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham,
merupakan hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat
insentif yang tepat tetapi mereka diawasi juga.
2.1.2.2 Signaling Theory
Teori signal menurut Brigham dan Houston (1999:36) “adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal”. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu
perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen
memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga
sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan
isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek
perusahaan cerah.
2.1.2.3 Asymmetric Information Theory
Menurut Brigham dan Houston (1999:35) asymmetric information atau
ketidaksamaan informasi adalah “situasi di mana manajer memiliki informasi
yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor”.
Untuk memahaminya perlu diperhatikan dua situasi yaitu: situasi pertama,
para manajer mengetahui bahwa prospek perusahaannya sangat
menguntungkan, dan situasi yang kedua, manajer mengetahui bahwa masa
depan perusahaannya tidak menguntungkan. Bagi perusahaan yang
prospeknya di anggap menguntungkan, akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara
Brigham dan Houston (2001:39) menyatakan “sedangkan untuk perusahaan
yang prospeknya kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian”.
Menurut Husnan (1997:326) “Asimetri informasi ini terjadi karena pihak
manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pemodal”.
Dengan demikian, pihak manajemen tentu akan berpikir bahwa harga
saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini diperkirakan
terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan
saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang
seharusnya. Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan
saham baru salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang
terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya
para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang
lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
2.1.2.4 Pecking Order Theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) perusahaan menyukai
internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahan berwujud laba
ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar akan menerbitkan sekuritas yang
paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi,
kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi
konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru
karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri
yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal yang berasal
dari luar perusahaan. Menurut Myers (dalam Situmorang, 2010), “perusahaan
lebih menyukai pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari
aliran kas, laba ditahan dan depresiasi”.
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk
tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa
memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan
publisitas publik” sebagai akibat saham baru. Dana eksternal lebih disukai
dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama
adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan lebih murah dari
biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru
akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau
penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para
pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain
kemungkinan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dengan
pihak pemodal.
2.1.3 Komponen Struktur Modal
Modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen yaitu :
1. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt)
Modal asing/utang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya
panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan
modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen
hutang jangka panjang ini terdiri dari :
a. Utang Hipotik (Mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin
dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal
dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.
b. Obligasi (Bond)
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa
perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya
kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran
pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang
dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
Modal asing/hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber
dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu
tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya–syarat
pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan
memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana
yang berasal dari modal asing/hutang jangka panjang tersebut.
Meskipun, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah
itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungakan
sebelumnya.
2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber extern. Sumber
intern di dapat dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan
sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen modal sendiri terdiri dari :
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu
Perseroan Terbatas (P.T), dimana modal saham terdiri dari saham biasa
dan saham preferen. Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka
panjang yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan
memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung
segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. Saham preferen adalah bentuk
komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal
sendiri dengan hutang berjangka panjang.
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan
sebagai dividen.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang
dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko
jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan
maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali
modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus
mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.4 Struktur Aset
Struktur Aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana
masing-masing komponen aktiva lancar maupun aktiva tetap. Struktur aktiva
diketahui dengan membandingkan antara aktiva tetap dengan total aktiva pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006
sampai dengan 2008. Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya
yang dimiliki perusahaan.Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi
kebijakan pendanaan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:39)
perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung
lebih banyak menggunakan banyak utang.Aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor
terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.Kreditor tentunya
mengadakan analisis kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajibannya. Perusahaan yang memiliki
jumlah aktiva tetap lebih banyak dibandinngkan dengan jumlah aktiva
lancarnya akan lebih banyak menggunakan modal sendiri sedangkan hutang
“Perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa asset tetap biasanya lebih
banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.” Hal ini dapat
dihubungkan dengan adanya aturan financial konservatif yang menyatakan
bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah
aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki
perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan
perusahaan mengacu pada penelitian Krishnan dan Moyer (1996), di mana
ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma dari total aktiva.
2.1.6 Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya
(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Dua rasio likuiditas
jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick
(sering juga disebut acid test rasio). Rasio lancar mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
satu siklus bisnis). Rasio quick merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah
dikurangi persediaan dengan hutang lancar dan menunjukkan besarnya alat
Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.
2.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dari kegitan bisnis yang dilakukannya (Ghost,et. al., 2000). Profitabilitas
mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
sebagai penggunaan aktiva dan pasiva dalam suatu periode. Investor
menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan
nilai atas saham yang dimiliki. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap
profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total
aset.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pilihan struktur modal perusahaan menghasilkan
temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Dapat dilihat melalui
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Sony Abimanyu (2009), menunjukkan bahwa
profitabilitas dan likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal perusahaan, sedangkan struktur asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Septia Debora Tinambum
(2008), yang menyatakan adanya pengaruh signifikan antara profitabilitas
dengan struktur modal perusahaan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Yustini Jortan (2007) memberikan
hasil bahwa struktur asset dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan
2.3 Kerangka Konseptual
H1
H2
H3
H4
[image:36.595.113.514.122.468.2]H5
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Struktur Aset merupakan gambaran struktur aktiva dalam suatu perusahaan
yang merupakan komposisi perbandingan antara jenis-jenis aktiva perusahaan.
Perbandinngan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah aktiva tetap
perusahaan memiliki dampak terhadap struktur modal perusahaan. Menurut
Birgham Houston (2001: 39) perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan
jaminan kredit cenderung menggunakan lebih banyak utang . Aktiva lancar yang
dimiliki suatu perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi
kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Perusahaan yang
Struktur Aset
(X
1)
Ukuran Perusahaan
(X
2)
Likuiditas
(X
3)
Profitabilitas
(X
4)
jumlah aktiva tetapnya lebih banyak akan cenderung menggunakan modal
sendiri.
Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu
perusahaan yang dilihat dari besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan
kecil cenderung menggunakan hutang jangka pendek daripada hutang jangka
panjang. Demikian juga dengan perusahaan besar akan cenderung memiliki
sumber pendanaan yang kuat.
Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari investasi
yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang
didapat dari investasi yang ditanamkan maka penggunaan hutang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang ditanamkan perusahaan
memungkinkan perusahaan menggunakan dana internal perusahaan untuk
membiayai sebagian besar pendanaannya yang berasal dari tingkat
pengembalian atas investasi tersebut.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi
dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian.Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H1 = Struktur Aset secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H2 = Ukuran Perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang
H3 = Likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap struktur modal perusahaan.
H4 = Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H5 = Struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas secara
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan empirical research yang menguji hipotesis
dengan aplikasi teori dalam memecahkan masalah yang diteliti dan
mengadakan interpretasi tentang hubungan tertentu, pengaruh, atau perbedaan
antar kelompok atau independensi dari dua atau lebih faktor dalam suatu
objek yang diteliti (Sularso, 2003). Penelitian ini bersifat survey data
sekunder perusahaan dan berupa kejadian sesungguhnya yang terjadi sesuai
fakta. Data perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
dimuat dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini,
penulis mencoba untuk mengetahui apakah variabel independen berupa
struktur asset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen berupa pilihan struktur modal
perusahaan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Menurut Djarwanto (2000) “populasi adalah jumlah dari keseluruhan
obyek (satuan-satuan / indvidu-individu) yang karakteristiknya hendak
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009–2011
yang berjumlah perusahaan.
b. Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2000) “Sampel adalah bagian populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Pengambilan
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability
sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam
pengambilan sampel adalah:
1. Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun
2009–2011.
2. Perusahaan tersebut tidak didelisting dari BEI pada tahun 2009- 2011.
3. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun
[image:40.595.158.516.606.753.2]2009–2011.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode Kriteria Sampel
1 2 3
1 Akasha Wira
International Tbk.
ADES √ √ √ Sampel 1
2 PT Aqua Golden
Mississipi
AQUA √ x √ -
3 PT Cahaya kalbar
Tbk
CEKA √ √ √ Sampel 2
4 PT Davomas Abadi
Tbk
5 PT Delta Djakarta Tbk
DLTA √ √ √ Sampel 4
6 PT Indofood Sukses
Makmur Tbk
INDF √ √ √ Sampel 5
7 PT Mayora Indah
Tbk
MYOR √ √ √ Sampel 6
8 PT Multi Bintang
Indonesia Tbk
MLBI √ √ √ Sampel 7
9 Prasidha Aneka
Niaga Tbk
PSDN √ √ √ Sampel 8
10 PT. Sekar Bumi SKBM x x x -
11 PT Sekar Laut Tbk SKLT √ √ √ Sampel 9
12 PT Siantar Top Tbk STTP √ √ √ Sampel 10
13 PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk
AISA √ √ √ Sampel 11
14 PT Ultra Jaya Milk ULTJ √ √ √ Sampel 12
15 PT Nippon Indosari Corpindo
ROTI x x x -
Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.
3.3 Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan data-data sekunder yang dilakukan dengan
studi panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat historis karena
merupakan kejadian atau kenyataan yang diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan yang diamati dan diperoleh dari www.idx.co.id
1. Data perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia per 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2011.
untuk periode
tahun penelitian yakni dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data
sekunder tersebut merupakan data yang dikeluarkan perusahaan yang
2. Data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar
dan diperlukan dalam penelitian berupa laporan tahunan yang diperoleh
melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 sampai 2011
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian melibatkan 5 variabel yang terdiri atas 1 variabel dependen
dan 4 variabel independen. Variabel independen tersebut adalah : struktur
aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan variabel
[image:42.595.141.558.460.715.2]dependennya adalah struktur modal.
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Pengukuran
Independen 1: Struktur Aset Struktur aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap ������������ =����������� Total Aktiva Independen 2: Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan
Independen 3: Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya ������������ = ���������� ����������� Independen 4: Profitabilitas Profitabilitas (profitability) atau kemampulabaan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegitan
bisnis yang dilakukannya ��������������= ���������ℎ ��������� Dependen: Struktur Modal struktur modal adalah perbandingan antara hutang perusahaan (total debt) dengan total aktiva (total assets) ��� = ���������� �����������������
Sumber: Dari berbagai sumber yang telah diolah
3.5 Analisis Data
3.5.1 Statistik Deskriptif
Menurut Jogiyanto (2005) “Statistik deskriptif merupakan statistik
yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data melalui
karakteristik distribusinya”. Statistik deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean,
3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik
3.5.3.1 Pengujian Normalitas Data
Menurut Priyanto (2008) “Uji normalitas dibutuhkan untuk
menguji apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak”.
Data yang baik adalah data yang terdistribusi normal sehingga dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Informasi terhadap variasi
variabel dependen yang tidak dapat diterangkan pada regresi akan
termuat dalam residual. Oleh karena itu, menurut Nachrowi dan Usman
(2006) “untuk melakukan pemeriksaan terhadap persamaan regresi
apakah melanggar asumsi atau tidak maka digunakan analisis residual”.
Setelah mendapatkan nilai residual tersebut maka selanjutnya
dilakukan analisis uji normalitas melalui uji Kolmogorov_Smirnov
dengan menggunakan level of significant sebesar 0,05 atau sebesar 5%.
Pengujian normalitas dilakukan dengan membandingkan p-value yang
diperoleh dengan tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Bila
p-value ³ 0,05 maka data yang digunakan dalam penelitian merupakan
data yang terdistribusi normal (Priyatno, 2008). Selain itu juga digunakan
Histogram DisplayNormal Curve, dan Kurva Normal P-P PLOT.
Pengujian dengan Histogram Display Normal Curve, data
dikatakan terdistribusi normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan
yang seimbang pada sisi kiri dan kanan, atau tidak condong, melainkan
ketengah dengan bentuk seperti lonceng, dengan nilai skewness
normal P-P PLOT, data dikatakan terdistribusi normal jika penyebaran
titik-titik data terletak di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti
garis diagonal (Nugroho, 2005).
3.5.3.2 Multikolinearitas
Menurut Gujarati (1999) “Uji Multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di
antara variabel-variabel independen yang menjelaskan dari model regresi
(Gujarati, 1999)”. Menurut Nugroho (2005) “Bila terjadi hubungan linear
yang “sempurna” pada beberapa atau semua variabel independen maka
terdapat korelasi yang sangat kuat di antara variabel independen”.
Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat dari beberapa hal antara lain:
1) Jika nilai dari Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan
nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa model
yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas.
2) Jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel independen
tidak lebih dari 0,70 maka model penelitian terbebas dari
multikolinieritas, dan sebaliknya.
3) Jika nilai koefisien determinan maupun R-Square di atas 0,60 tetapi
tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependen maka dapat dikatakan bahwa model terkena
3.5.3.3 Autokorelasi
Menurut Gujarati (1999) “Autokorelasi didefinisikan sebagai
korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut
waktu atau ruang”. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur
gangguan pada observasi lain. Autokorelasi sering terjadi pada sampel
dengan metode pengumpulan time series. Metode yang paling terkenal
untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi adalah menggunakan pengujian
Durbin- Watson. Penentuan nilai Durbin-Watson dibantu dengan tabel dl
dan du. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan
nilai Durbin-Watson hitung yang berkisar antara 0 dan 4 (Uyanto, 2009).
Bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih besar
dari tiga maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat
independen atau terjadi autokorelasi.
3.5.3.4 Heteroskesdastisitas
Heteroskesdastisitas diartikan sebagai penyebaran titik data regresi
yang tidak sama (hetero). Heteroskedastisitas muncul apabila residual
dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu
observasi ke observasi lain (Kuncoro, 2001). Metode yang digunakan
untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai variabel dependen (ZPRED) dengan nilai
1) Titik-titik tersebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
3.5.3 Pengujian Hipotesis
3.5.4.1 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Menurut Priyatno (2008) Pengujian koefisien regresi secara parsial
(Uji t) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen (X1, X2, X3,...) secara parsial terhadap variabel dependen.
Hasil pengujian ini dapat dilihat pada output SPSS melalui tabel
Coeffisienta dengan melihat nilai p-value (pada kolom Sig.) dari
masing-masing variabel independen. Jika nilai p-value lebih kecil dari level of
significant sebesar 5% atau nilai t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari
t-tabel yang didapat dari perhitungan α = 5% dengan derajat kebebasan
(df) n-k-1 maka menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap
variabel dependen dan Ho diterima bila –t hitung > t- tabel atau t-hitung
< t-tabel. Kondisi ini berarti bahwa variabel independen secara parsial
3.5.4.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Priyatno (2008) menyatakan pengujian secara simultan (Uji F) ini
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2, X3,...)
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y). Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
ANOVA. Hasil F-test menunjukkan pengaruh variabel independen secara
bersamasama terhadap variabel dependen jika p-value yang terletak pada
kolom Sig. < dari level of significant yang ditentukan, atau bila F-hitung
pada kolom F menunjukkan nilai yang lebih besar dari tabel. Nilai
F-hitung dapat diF-hitung dengan cara df1= k-1, dan df2= n-k, dimana k
merupakan jumlah variabel dependen dan independen.
3.5.4.3 Regresi Linear Berganda
Priyatno (2008) Analisis regresi linear berganda merupakan
analisis untuk menguji hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independen (X1, X2, X3,...) terhadap variabel dependen (Y).
Model persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Y
= a +
b
1X
1+
b
2X
2+
b
3X
3+
b
4X
4+
e
Keterangan:
Y = Struktur Modal
a = Konstanta
X1
X
= Struktur Aset
2
X
= Ukuran Perusahaan
3
X
= Tingkat Likuiditas
4
e = Standar Error
= Tingkat Profitabilitas
3.5.4.4 Uji Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar
sumbangan variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.
Dalam model regresi linier berganda digunakan R-Square karena
disesuaikan dengan banyaknya variabel independen yang digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui pengaruhnya di antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R-Square dikatakan baik
bila nilainya di atas 0,5 karena nilai dari R-Square berkisar antara 0 sampai
1 (Nugroho, 2005). Bila nilai R-Square mendekati 1 maka sebagian besar
variabel independen menjelaskan variabel dependen sedangkan jika
koefisien determinasi adalah 0 berarti variabel independen tidak
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen terhadap struktur modal perusahaan sebagai variabel dependen.
Variabel-variabel independen tersebut berupa struktur aset, ukuran perusahaan,
likuiditas dan profitabilitas. pada bab IV ini akan dilakukan analisis data dan
pembahasan hasil pengolahan data untuk membuktikan hipotesis yang telah
ditentukan sebelumnya. Seluruh data yang telah diperoleh akan diolah
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Sollution) version 18.0 for
windows. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
terhadap variabel dependen berupa struktur modal perusahaan.
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian pada perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasinya. Periode
pengamatan yang dilakukan menggunakan tahun penelitian dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011. Perolehan data penelitian yang merupakan data
sekunder diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009,
4.2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau
karakteristik dari data melalui karakteristik distribusinya. Statistik deskriptif yang
dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran suatu data mengenai nilai mean,
standard deviation, minimum, dan maximum dalam variabel struktur aset, ukuran
perusahaan, likuiditas dan profitabilitas dan struktur modal. Hasil analisis statistik
deskriptif setiap variabel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1 seperti
[image:51.595.106.484.385.509.2]berikut:
TABEL 4.1
HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SA 36 .17 .96 .5126 .19476
Size 36 10.61 16.23 13.5663 1.37292
Liquidity 36 .66 6.34 2.0473 1.30892
Profitability 36 .02 .41 .1057 .09824
DER 36 .19 2.28 1.0245 .51815
Valid N (listwise) 36
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai struktur modal
(DER) perusahaan makanan dan minuman yang digunakan dalam sampel
mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,0245 (102,45%) dengan standar deviasi
sebesar 0,51815. Nilai struktur modal (DER) terendah adalah 0,19 (19%),
sedangkan nilai struktur modal (DER) tertinggi adalah 2,28 (228%).
Perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel dalam penelitian
standar deviasi sebesar 0,19476. Nilai struktur aset terendah adalah 0,17 (17%),
sedangkan nilai struktur aset tertinggi adalah 0,96 (96%).
Nilai rata-rata ukuran perusahaan (Size) pada perusahaan makanan dan
minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar 15,3663 dengan
standar deviasi sebesar 1,37292. Nilai ukuran perusahaan terendah adalah 10,61
sedangkan nilai ukuran perusaahaan tertinggi adalah 16,23.
Nilai rata-rata likuiditas (liquidity) perusahaan makanan dan minuman
yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki nilai sebesar 2,0473
(204,73%) dengan standar deviasi sebesar 1,30892. Nilai likuiditas terendah
adalah 6,34 (634%), sedangkan nilai likuiditas tertinggi adalah 0,66 (66%).
Nilai rata-rata profitabilitas (profitability) perusahaan makanan dan
minuman yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki nilai
sebesar 0,1057 (204,73%) dengan standar deviasi sebesar 0,09824. Nilai
profitabilitas terendah adalah 0,02 (2%), sedangkan nilai profitabilitas tertinggi
adalah 0,41 (41%).
4.3. Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Pengujian Normalitas Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian normalitas data untuk menguji apakah data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Analisis normalitas menggunakan uji
Kolmogorov_Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%,
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov_Smirnov terhadap
nilai residual seluruh variabel untuk meghindari adanya variasi variabel
dependen yang tidak nampak pada regresi tetapi akan termuat pada nilai
residualnya. Dengan kriteria, apabila nilai p value hasil pengujian lebih besar
dari 0,05 maka data dikatakan terdistribusi normal. Untuk pengujian dengan
Histogram Display Normal Curve, data dikatakan terdistribusi normal jika
bentuk kurva memiliki kemiringan yang seimbang pada sisi kiri dan kanan,
atau tidak condong, melainkan ketengah dengan bentuk seperti lonceng,
dengan nilai skewness mendekati 0 (Nugroho, 2005:20). Sedangkan pengujian
dengan kurva normal P-P PLOT, data dikatakan terdistribusi normal jika
penyebaran titik-titik data terletak di sekitar garis diagonal dan searah
mengikuti garis diagonal (Nugroho, 2005:24).
Hasil pengujian normalitas data disajikan dalam tabel 4.2 dan grafik 4.1
sebagai berikut
[image:53.595.114.526.528.737.2]TABEL 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Mean
N 36
Normal Parameters Mean .00000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
.18122299
.094
.094
-.063
Kolmogorov-Smirnov Z
ASymp. Sig. (2 Tailed)
.992
Gambar 4.1
Uji Normalitas Histogram
Gambar 4.2
[image:54.595.181.507.451.708.2]Berdasarkan hasil uji Kolmogorov_Smirnov pada tabel 4.2, di atas
menunjukkan bahwa nilai residual memiliki p-value > 0,05 yaitu sebesar 0,279
yang mempunyai arti bahwa data variabel yang digunakan dalam penelitian ini
telah terdistribusi normal. Demikian halnya dengan hasil perhitungan SPSS
untuk uji normalitas data menggunakan Histogram Display Normal Curve pada
grafik 4.1 variabel struktur modal (DER) Regresi Residual menunjukkan
bahwa bentuk histogram mengikuti bentuk distribusi normal. Untuk grafik P-P
Plot terlihat bahwa nilai plot P-P terletak di sekitar garis diagonal. Plot tidak
menyimpang jauh dari garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah
mengikuti garis diagonal, yang menunjukkan bahwa regresion residual model
ini berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas dalam seluruh tahap,
menyimpulkan arti bahwa semua Variabel dalam penelitian ini berdistribusi
normal.
4.3.2 Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di antara variable-variabel
independen yang menjelaskan dari model regresi. Pengujian ini dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance atau nilai Varian Inflation Factor (VIF). Model
dapat dikatakan terhindar dari asumsi klasik multikoliearitas jika nilai
Tolerance lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil
Pengujian multikolinearitas, nilai Tolerance dan nilai VIF untuk
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Tolerance VIF Interpretasi Hasil
SA 0,595 1,680 Tidak terjadi multikolinearitas
Size 0,941 1,163 Tidak terjadi multikolinearitas
Liquidity 0,650 1,539 Tidak terjadi multikolinearitas
Profitability 0,928 1,178 Tidak terjadi multikolinearitas
Variabel dependen: DER
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas yang ditunjukkan pada tabel
4.3 di atas maka dapat terlihat bahwa seluruh variabel independen yang
digunakan dalam tiga model regresi memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan
nilai VIF kurang dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini terhindar dari multikolinearitas.
4.3.3 Auto Korelasi
Pengujian autokorelasi perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur gangguan dengan
observasi lain. Cara yang paling sering dilakukan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah dengan menggunakan metode Durbin Watson test. Metode
ini menyatakan bahwa data yang digunakan dalam model tidak terjadi
autokorelasi jika nilai Durbin Watson berkisar antara 0 sampai dengan 4 yaitu
terletak diantara du dan (4-du) (Priyanto, 2008:48). Bila nilai uji statistik
kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl) maka residual dari model regresi
berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi. Hasil pengujian
[image:57.595.106.526.250.289.2]Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4seperti berikut:
TABEL 4.4
HASIL PENGUJIAN AUTOKORELASI
N k dl du dhitung Interpretasi Hasil
36 5 1,406 1,6708 1,983 Tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran
Berdasarkan tabel hasil pengujian asumsi klasik autokorelasi pada tabel
4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson terletak diantara du dan
(4-du) yang memenuhi syarat Durbin Watson yaitu berada di sekitar angka 2
sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini terhindar dari autokorelasi (Nugroho, 2005:60).
4.3.4 Heteroskedastisitas
Metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai variabel
dependen (ZPRED) dengan nilai residual (SRESID). Dasar analisis ini adalah :
1. Titik-titik tersebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
GAMBAR 4.4
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas dan
titik-titik menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menjukkan adanya
heteroskedastisitas.
4.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian normalitas telah membuktikan bahwa sel