TUGAS AKHIR
MEKANISME PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : DINA FADHILAH NIM : 082600060
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kapada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
meneyelesaikan studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul:
SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA) KOTA MEDAN.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi pada Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis sangat banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Baddarudin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Diploma III
Administrasi Perpajakan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan studi.
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku dosen pembimbing dimana
telah meluangkan segenap waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di FISIP USU.
5. Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang telah memberikan data
dan informasi kepada penulis selama penelitian.
6. Seluruh rekan - rekan Mahasiswa / Mahasiswi beserta alumni Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis. Khususnya kepada teman – teman saya d Tax
B 2008 yang telah 3 tahun bersama berjuang semoga masa - masa kita ini
dapat menjadi cerita yang indah di masa yang akan datang. Dan khususnya
lagi kepada teman – teman saya Deni, Lukman, Fina, Wanda & Dedi yang
telah membantu saya dalam mengerjakan laporan tugas akhir.
7. Kepada Keluarga tercinta Ayah, Mama, Abang dan adik saya yang telah
berkorban secara material maupun dukungan moril sehingga penulis merasa
termotivasi untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih belum sempurna.
Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima saran dari para pembaca
demi kesempurnaan dan untuk pengembangan pengetahuan di masa akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Hormat Saya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………. i
DAFTAR ISI………. iii
DAFTAR TABEL……… vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……….…. 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)…….. 4
C. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hiburan……… 5
1. Defenisi Pajak Hiburan……… 5
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan……….. 8
3. Subjek dab Objek Pajak Hiburan………. 9
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)……… 10
E. Metode Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..…………... 10
F. Metode pengumpulan Data………..………... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan ……….…….. 13
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 15
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……….. 18
Kota Medan………. 19
D. Tata Kerja………. 41
E. Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……….. 42
BAB III KAJIAN TORITIS TENTANG PAJAK HIBURAN DAN DATA PENERIMAAN PAJAK HIBURAN KOTA MEDAN A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hiburan………. 45
1. Defenisi Pajak Hiburan………. 45
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan……… 47
3. Subjek dan Objek Pajak Hiburan……….. 48
4. Dasar Pengenaa, Tarif, Cara Penghitungan Pajak Hiburan………... 49
5. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terhutang Pajak dan Wilayah Pemungutan Pajak Hiburan……… 52
6. Ketetapan Pajak………. 53
B. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……….. 54
1. Pengukuhan Wajib Pajak……….. 54
2. Pendaftaran Pendataan………. 55
3. Laporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah………. 55
4. Penetapan Pajak Hiburan di Kota Medan……….. 56
5. Pembayaran Pajak Hiburan………. 59
D. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2010…….. 65
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Potensi Pajak……… 66
B. Analisis Target dan Realisasi Pajak Hiburan………... 67
C. Kendala – kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan………. 69
D. Upaya – upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Hiburan………. 69
1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Hiburan………. 70
2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hiburan……… 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 71
B. Saran……… 72
DAFTAR TABEL
Halaman
I. Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan Tahun 2010 ...42
II. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Berdasarkan Golongan...44
III. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan
Tahun Anggaran 2006 ...61
IV. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan
Tahun Anggaran 2007 ...62
V. Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan
Tahun Anggaran 2008 ...63
VI. Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan
Tahun Anggaran 2009 ...64
VII. Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sesuai dengan fungsi dan karakteristik pajak sebagai sumber utama bagi
penerimaan negara dan merupakan kewajiban masyarakat untuk membayarnya
guna meningkatkan pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan
peraturan perundang – undangan perpajakan yang nantinya akan berpengaruh
terhadap penerimaan daerah.
Pajak yang dikelola bersama Direktorat Jendral Pajak dan Pemerintah
Daerah, dimana dalam pemungutannya memperhatikan keadaan wajib pajak
melalui penghasilan yang diperoleh wajib pajak tersebut. Pajak yang nantinya
akan dipungut oleh Pemerintah Daerah akan meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang merupakan salah satu modal dasar pemerintah untuk
mandanai pembangunan serta memenuhi anggaran belanja daerah, juga
mengurangi ketergantungannya dalam mendapatkan dari pemerintah pusat. Hal
ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, yang menyebutkan
bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang
berasal dari hasil pajak daerah, hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik
Daerah (BUMD), dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Berdasarkan Undang - undang Nomor 28 Tahun 2009, Pemerintah Daerah
tersebut Pemerintah Daerah mengelola jenis Pajak Daerah seperti Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Parkir, dan Pajak Pemungutan Bahan Galian Golongan C.
Adapun jenis pajak Provinsi dan jenis pajak Kabupaten Kota adalah :
Jenis pajak Provinsi terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan ; dan
e. Pajak Rokok
Jenis Pajak Kabupaten dan Kota terdiri dari :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ; dan
Pajak Hiburan adalah salah satu pajak yang dikelola langsung oleh
Pemerintah Daerah, yang memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dimana pajak hiburan dapat menjadi sumber pendanaan
Pemerintah Daerah guna mendukung kesinambungan Kota Medan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kondisi sosial budaya
masyarakat yang semakin kritis dan mengarah lebih maju, baik dalam bidang
informasi teknologi dan khususnya industri yang berhubungan erat dengan
hiburan akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak hiburan yang
nantinya penerimaan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
daerah dan menunjang kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan yang lebih
baik.
Penerimaan dari pajak hiburan, dibutuhkan mekanisme pemungutan yang
lebih baik dari Pemerintah Daerah. Hingga semua penerimaan yang berasal dari
pajak hiburan di pungut dengan jelas dan terealisasi dengan baik, sesuai dengan
tata cara pemungutan pajak di Indonesia. Dengan kesesuaian tersebut diharapkan
hambatan atau kendala - kendala dalam pemungutan pajak hiburan dapat diatasi
baik dari wajib pajak sendiri maupun pihak pemungutan fiskus.
Dari penjelasan dan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengetahui dan mendalami pelaksanaan pemungutan serta kendala-kendala atau
masalah yang dihadapi. Dengan demikian penulis melakukan praktik yang
berjudul “Mekanisme Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan penerapan
ilmu yang diperoleh mahasiswa selama bangku perkuliahan agar mengenal situasi
dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kaulitas mahasiswa itu sendiri.
Kegiatan praktik kerja lapangan mandiri ini memiliki beberapa tujuan dan
manfaat bagi mahasiswa, pihak universitas, intansi atau badan yang dijadikan
tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut.
Adapun tujuan diadakannya Praktik Kerja Lapangan adalah :
1. Untuk mengetahui mekanisme pemungutan pajak hiburan
yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota
Medan.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah atau kendala-kendala yang berkaitan
dengan pemungutan pajak hiburan.
3. Untuk mengetahui realisasi pajak hiburan.
Adapun manfaat Praktik Kerja Lapangan adalah :
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan serta menambah wawasan di bidang perpajakan
khususnya pajak hiburan.
b. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan dan pengalaman mengenai
keterampilan dan kegiatan kerjasama pada suatu instansi di Pemerintah
Daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Bagi Universitas
a. Membina hubungan baik antara Universitas Sumatera Utara dengan
instansi Pemerintah khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
b. Untuk sebagai sajian bagi pihak - pihak yang membutuhkan.
c. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang
dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas
Sumatera Utara.
3. Bagi Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
a. Membina hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan khususnya
Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintah khususnya Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
b. Diharapkan dapat memberikan masukan terhadap instansi bersangkutan
dalam hal pelaksanaan pemungutan pajak hiburan
c. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam hal
mensosialisasikan pentingnya pajak hiburan terhadap pembangunan Kota
Medan kepada masyarakat.
C. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hiburan 1. Defenisi Pajak Hiburan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, dijelaskan bahwa pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Di indonesia penagihan pajak dilakukan oleh pemerintah daerah
bersumber hukum pada Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 yang
sebagaimana telah diubah menjadi Undang - undang Nomor 28 Tahun 2009 yang
membahas tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Demikian pula dengan
sistem pemungutan pajak daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah belum
juga mempertegas pajak - pajak daerah mana yang dipungut dengan cara self
assesment system, official assesment system.
Menurut peraturan daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang
pajak daerah Kota Medan dijelaskan bahwa pajak hiburan adalah pajak yang
dipungut atas penyelenggaraan setiap hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten/kota
untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Mengenai kondisi kabupaten / kota di Indonesia tidak sama, termasuk dalam hal
jenis hiburan yang diselenggarakan, maka untuk dapat diterapkan pada suatu
kabupaten/kota, pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan
daerah tentang pajak hiburan yang akan menjadi landasan hukum operasional
dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah
Di dalam pemungutan pajak hiburan terdapat terminologi yang perlu
diketahui Siahaan (2005:298), yaitu adalah sebagai berikut :
a. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan-permainan ketangkasan,
dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau
dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasilitas berolahraga.
b. Penyelenggaraan hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik
untuk atas namanya sendiri atau untuk atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.
c. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang menghadiri suatu hiburan atau
melihat dan / atau mendengar dan menikmatinya atau menggunakan fasilitas
yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara,
karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk melakukan
pengawasan.
d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam
bentuk apapun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta
wajib pajak. Sebagai penukar atas pemakaian atau pembelian jasa hiburan
serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan apapun
juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung
penyelenggaraan hiburan. Pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau
seharusnya diterima antara lain pembayaran yang dilakukan secara resmi.
e. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat cara yang sah dengan nama dan
fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah
berupa tanda masuk yang dilegalisasi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota.
Termasuk tanda masuk ini adalah tanda masuk dalam bentuk apapun,
misalnya karcis, tiket, undangan, kartu langganan, kartu anggota
(membership) dan sejenisnya.
f. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat dengan HTM adalah nilai
uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau
pengunjung.
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan
Pemungutan pajak hiburan didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan
kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum
dalam pemungutan pajak hiburan di Kota Medan.
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah
Kota Medan
4. Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah
3. Subjek dan Objek Pajak Hiburan a. Subjek Pajak Hiburan
Yang dimaksud subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan
yang menonton dan atau menikmti hiburan, sedangkan wajib pajak hiburan adalah
orang yang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian
subjek pajak dan wajib pajak hiburan tidak sama, hal ini dikarenakan konsumen
yang menikmati pelayanan tempat hiburan merupakan subjek pajak yang
membayar (menanggung) pajak, sementara penyelenggara hiburan bertindak
sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari
konsumen (subjek pajak).
a. Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran. Yang dimaksud dengan objek pajak hiburan antara laian : tonton film,
pagelaran kesenian, musik dan tari, diskotik, karaoke, klab malam, permainan
bilyar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, dan pertandingan olahraga.
Dengan demikian objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan
berupa :
1. Tontonan film;
2. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
3. Pameran;
4. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;
5. Sirkus, akrobat, dan sulap;
7. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;
8. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan
9. Pertandingan olahraga.
b. Bukan Objek Pajak Hiburan
Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan
pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu
penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang
diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan keagamaan.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis
memfokuskan pada mekanisme pemungutan pajak hiburan dan masalah-masalah
atau kendala - kendala yang berkaitan dengan pajak hiburan, serta realisasi
penerimaan pajak hiburan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini, penulis akan melakukan metode-metode terapan yang telah
dibuat sesuai dengan ketentuan Program Diploma III Administrasi Perpajakan
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pengajuan
judul praktik, mencari bahan untuk pembuatan proposal hingga konsultasi
dengan pihak dosen.
2. Studi Literatur
Studi literatur yang akan dilakukan penulis adalah membaca beberapa literatur
yang berkaitan dengan topik praktik dalam mencari dan mempersiapkan
sesuatu yang berhubungan dan dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam
menjalankan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.
3. Observasi Lapangan
Penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mencari data dan informasi pada
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, serta mempelajari data-data yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas yang nantinya akan
dijadikan bukti dalam daftar dokumen penulis.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer
dan data sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan berbagai data yang
berhubungan dengan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
a. Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang
penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
b. Data Sekunder
Data/informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti sumber -
sumber pustaka, Undang - Undang, dokumentasi maupun literature lain
yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis, terlebih dahulu dianalisis untuk
mengetahui kebenaran akan data tersebut, dan sesuai atau tidaknya dengan
materi. Pengamatan data ini akan dilakukan dengan evaluasi akan sumber data
dan banyaknya data yang akan diperoleh.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis masih berdasarkan
prosedur yang ditetapkan, yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang akan
dibawakan. Untuk mendapatkan data informasi yang dibutuhkan dalam praktik
Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis menggunakan 3 (tiga) teknik pengumpulan
data yaitu :
1. Wawancara
Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung berupa
pertanyaan-pertanyaan pada pihak - pihak yang berkepentingan terhadap masalah yang
2. Observasi
Yaitu dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung terhadap fenomena
yang terjadi di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
3. Dokumentasi
Yaitu data yng berisikan dokumentasi yang didapat oleh penulis selama
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di tempat yang ditentukan.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang
yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan
latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan, Manfaat
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika
Penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi
pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
BAB III GAMBARAN TENTANG PAJAK HIBURAN DAN DATA PENERIMAAN PAJAK HIBURAN KOTA MEDAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai segala hal yang berkaitan
dengan pajak hiburan. Mekanisme pemungutan dan data target
realisasi pajak hiburan.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang
dihadapi dalam mekanisme pemungutan serta menganalisis data
mengevaluasi data penerimaan pajak hiburan pada Kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan kesimpulan dari semua yang telah
diuraikan pada bab - bab sebelumnya, dan akan diberikan saran dan
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil
yaitu Sub-Bagian Peneriman pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya
mengelola bidang penerimaan / Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu
potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak,
maka dalam Sub–Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.
Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk serta potensi Pajak / Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui
Peraturan Daerah Kota Medan, Sub–Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi
Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan
Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola
pendekatan secara sektoral pungutan Daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor :
KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya di seluruh Indonesia,
maka Pemerintah Kota Medan menetapakan Peraturan Daerah Kota Nomor 12
Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya
Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur
Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4
(empat) Seksi dengan masing - masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib
Pajak / Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini
dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola
tersebut perlu dirubah secara fungsional.
Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988,
tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan / Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten
/ Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal
02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi / Kabupaten / Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi
Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor : 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, maka Pemerintah
Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas.
Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga
dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25
Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan
Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan
Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, yang terdiri dari 1 (satu) Bagian
Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan
masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun yang memimpin Dinas Pendapatan sejak dari Bagian IX / Pendapatan
sampai dengan saat ini adalah:
1. Aminuddin Yusuf
2. Achmad Purba
3. Drs. Mahludin Lubis
4. Drs. H. Bahauddin Nasution
5. Drs. H. Amansyah Nasution
6. Drs. H. A. Daim Siregar
12. Drs. H. Randiman Tarigan, MAP
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapataan Daerah Kota Medan
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :
a. Dinas;
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Umum;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Penyusunan Program;
c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan:
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;
2. Seksi Pemeriksaan;
3. Seksi Penetapan;
4. Seksi Pengelohan Data dan informasi;
d. Bidang Penagihan, membawahkan:
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi;
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan;
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi;
e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan:
1. Seksi Bagi Hasil Pajak;
2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;
3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;
4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan.
f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan:
2. Seksi Pengembangan Retribusi;
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain.
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang
tugas pokok fungsi Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, dalam
keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah
daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
Dinas mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pandapatan;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang
pendapatan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas
lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan
dan penyusunan program.
Sekretariat mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggan Dinas;
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan;
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup administrasi umum.
Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah
dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan Dinas;
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas
2. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan
verfikasi.
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi
keuangan;
e. Penyusunan laporan keuangan Dinas;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
3. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan kelaporan.
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai fungsi:
a. Penyusunan renacana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Dinas;
c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;
d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
c. Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas pendataan. Pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan
Penetapan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengolahan data dan informasi;
c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib
retribusi dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),
hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait;
e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya;
f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Retribusi;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pendataan dan penetapan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan
Penetapan.
Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan
pendaftaran.
Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan
Pendaftaran;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;
c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya melalui informasi Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD);
d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir
pendaftaran;
e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan
daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;
c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa.
d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas;
f. Pelaksanaa tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Penetapan
Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah /
Seksi Penetapan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;
c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah /
pokok retribusi daerah;
d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat
perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;
e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas
permohonan wajib pajak
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendapatan
dan Penetapan.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi:
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;
c. Pengumpula dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah;
d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data;
e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
d. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,
dan restitusi.
Bidang Penagihan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan,
perhitungan, pertimbangan dan restitusi;
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah
d. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib
pajak atas permohonan wajib pajak;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
penagihan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi pembukuan dan Verifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
Seksi Pembukuan dan Verfikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.
Seksi pembukuan dan Verifikasi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan
Verifikasi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi;
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan
d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda
berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke
dalam kartu persediaan benda berharga;
e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisisasi penerimaan,
pengeluaran, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara
berkala;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan.
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan
Perhitungan;
c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak
daerah, retribusi daerah dan pandapatan daerlah lainnya;
d. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan
penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang
berkaitan dengan penagihan;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Penagihan.
Seksi pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan
Restitusi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi;
c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;
d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang
e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan
atau pemindahbukuan;
f. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi;
g. Penelitian keberatan wajib pajak / wajib retribusi;
h. Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak / wajib
retribusi;
i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang
persutujuan atau penolakan atas keberatan;
j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
k. Pelaksanaan tugas lain yangf diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di
bawah dan bertanggung jawan kepada Kepala Dinas.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas
Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan
perundang-undangan dan mengkaji pendapatan.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan
pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pendapatan;
c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah;
f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan
lain-lain pendapatan yang syah;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi
hasil pendapatan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;
c. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan
Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;
d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan
Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP
dan mengirimkannya kembali kepada Kantor Pelayanan PBB;
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;
c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi,
dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pelaporan
yang syah;
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi
hasil.
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi
Hasil;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil;
c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan
d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin
Oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengakajian Pendapatan
mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan
Perundang-Undangan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan
dan pengkajian pendapatan;
c. Penyiapan bahan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang
pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas
penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang
d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang dana permbangan;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi,
dan pendapatan lain-lain.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain;
c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya;
d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsiny
1. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan
Daerah.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan
pajak.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang pajak daerah;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak
daerah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
2. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan retribusi.
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang retribusi daerah;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi
daerah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsi nya.
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
lingkup pengembangan pendapatan lain-lain.
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan
Pendapatan Lain-Lain;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan
lain-lain;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang pendapatan lain-lain;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan
lain-lain;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
g. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional
Senior yang ditunjuk.
3. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
D. Tata Kerja
1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok
tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan
organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di
luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing-masing;
2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya
masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah
yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan
4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan
menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya;
5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari
bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk
penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada
bawahannya;
6. Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan
laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja;
7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya
dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing,
wajib mengadakan rapat berkala.
E. Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Tabel I
Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011 No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah
1 Kepala Dinas 1 orang
3 Bendahara Penerima / Pengeluaran 18 orang
4 Penyimpanan Barang Berharga 7 orang
5 Penyimpanan Barang & Pengurusan Barang 7 orang
6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 14 orang
7 Bidang Penagihan 38 orang
8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 69 orang
9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 68 orang
10 Unit Pelaksana Teknis 15 orang
11 Pegawai Outsourcing 230 orang
12 Security 15 orang
13 Pegawai Honor 56 orang
Jumlah PNS / Pegawai Honor 551 orang
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Pegawai Negeri Sipil : 264 Orang
TNI Yang Dikaryakan : 1 Orang (Bidang Penagihan)
Pegawai Outsourcing : 230 Orang
Pegawai Honor : 56 Orang
Tabel II
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Golongan Jumlah
a. Golongan IV/c 0 orang
b. Golongan IV/b 0 orang
c. Golongan IV/a 3 orang
d. Golongan III/d 38 orang
e. Golongan III/c 38 orang
f.Golongan III/b 64 orang
g. Golongan III/a 59 orang
h. Golongan II/d 9 orang
i. Golongan II/c 16 orang
j. Golongan II/b 3 orang
k. Golongan II/a 34 orang
BAB III
KAJIAN TEORITIS TENTANG PAJAK HIBURAN DAN DATA
PENERIMAAN PAJAK HIBURAN KOTA MEDAN
A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hiburan 1. Defenisi Pajak Hiburan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, dijelaskan bahwa pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan
berdasarkam peraturan perundang - undangan yang berlaku, di mana hasilnya
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
Di Indonesia penagihan pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah
bersumber hukum pada Undang-umdang Nomor 34 Tahun 2000 yang
sebagaimana telah diubah menjadi Undang - undang Nomor 28 Tahun 2009 yang
membahas tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Demikian pula dengan
sistem pemungutan pajak daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah belum
juga mempertegas pajak - pajak daerah mana yang dipungut dengan cara self
assesment system, official assesment system.
Menurut peraturan daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang
pajak daerah Kota Medan dijelaskan bahwa pajak hiburan adalah pajak yang
dipungut atas penyelenggaraan setiap hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak
berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten/kota
untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Mengenai kondisi kabupaten / kota di Indonesia tidak sama, termasuk dalam hal
jenis hiburan yang diselenggarakan, maka untuk dapat diterapkan pada suatu
kabupaten/kota, pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan
daerah tentang pajak hiburan yang akan menjadi landasan hukum operasional
dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Di dalam pemungutan pajak hiburan terdapat terminologi yang perlu
diketahui Siahaan (2005:298), yaitu adalah sebagai berikut :
a. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan-permainan ketangkasan,
dan atau keamaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau
dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasilitas berolahraga.
b. Penyelenggaraan hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik
untuk atas namanya sendiri atau untuk atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.
c. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang menghadiri suatu hiburan atau
melihat dan/atau mendengar dan menikmatinya atau menggunakan fasilitas
yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara,
karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk melakukan
d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam
bentuk apapun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta
wajib pajak. Sebagai penukar atas pemakaian atau pembelian jasa hiburan
serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan apapun
juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung
penyelenggaraan hiburan. Pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau
seharusnya diterima antara lain pembayaran yang dilakukan secara resmi.
e. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat cara yang sah dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan
fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah
berupa tanda masuk yang dilegalisasi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota.
Termasuk tanda masuk ini adalah tanda masuk dalam bentuk apapun,
misalnya karcis, tiket, undangan, kartu langganan, kartu anggota
(membership) dan sejenisnya.
f. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat dengan HTM adalah nilai
uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau
pengunjung.
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan
Pemungutan pajak hiburan didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan
kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum
dalam pemungutan pajak hiburan di Kota Medan.
1. Undang - undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah
Kota Medan
4. Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah
Kota Medan.
3. Subjek Pajak dan Objek Pajak Hiburan a. Subjek Pajak Hiburan
Yang dimaksud subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan
yang menonton dan atau menikmti hiburan, sedangkan wajib pajak hiburan adalah
orang yang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian
subjek pajak dan wajib pajak hiburan tidak sama, hal ini dikarenakan konsumen
yang menikmati pelayanan tempat hiburan merupakan subjek pajak yang
membayar (menanggung) pajak, sementara penyelenggara hiburan bertindak
sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari
konsumen (subjek pajak).
b. Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran. Yang dimaksud dengan objek pajak hiburan antara laian : tonton film,
pagelaran kesenian, musik dan tari, diskotik, karaoke, klab malam, permainan
bilyar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, dan pertandingan olahraga.
Dengan demikian objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan
3. Tontonan film;
4. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
10. Pameran;
11. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;
12. Sirkus, akrobat, dan sulap;
13. Permainan bilyar, golf, dan boling;
14. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;
15. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan
16. Pertandingan olahraga.
c. Bukan Objek Pajak Hiburan
Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan
pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu
penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang
diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan keagamaan.
4. Dasar Pengenaa, Tarif, Cara Penghitungan Pajak Hiburan a. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan
dalam harga tiket masuk (HTM).
b. Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan adalah untuk setiap jenis hiburan yang ditetapkan
a) Pertunjukan film di bioskop
Klasemen Bioskop Besar Pajak
AII UTAMA 30% Dari HTM
AII 28% Dari HTM
AI 26% Dari HTM
BII 24% Dari HTM
BI 20% Dari HTM
C 17% Dari HTM
D 13% Dari HTM
KELILING 10% Dari HTM
b) Ketentuan Klasemen dan besarnya Harga Tanda Masuk untuk masing-masing
bioskop di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan surat keputusan
Kepala Daerah.
c) Tata cara pengadaan / perforasi tanda masuk/karcis tontonan dan pembayaran
di muka (PDM) pajak hiburan tetap dan insidental akan ditetapkan lebih
lanjut dengan keputusan Kepala Daerah.
d) Untuk pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, pertunjukan
sirkus pameran seni :
1. Di ruangan yang memakai AC pajak sebesar 15% dari HTM
2. Di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 10% dari HTM
e) Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan/pagelaran musik dan
1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 25% dari HTM
2. Di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 20% dari HTM
f) Untuk diskotik, disco, bar, karaoke, kleb malam dan sejenisnya ditetapkan
sebesar 30% dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau
menikmati hiburan di luar harga makanan/minuman yang telah dikenakan
pajak hotel dan atau pajak restoran.
g) Untuk diskotik, disco, bar, klab malam yang tidak menggunakan tanda masuk
dan atau tidak membayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan
dipungut pajak sebesar Rp. 2000,- untuk setiap pengunjung, di luar harga
makanan/minuman yang telah dikenakan hotel dan atau pajak restoran.
h) Untuk permainan billyard :
1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 20% dari HTM atau
harga koin per meja untuk sekali permainan.
2. Di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 15% dari HTM atau
harga koin per meja untuk sekali permainan,
i) Untuk permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak
antara lain : video game, playstation, mini train, kuda pusing, sampan pusing
speed boat, bom-bom car dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 20% HTM
atau harga koin.
j) Usaha jasa panti pijat, mandi uap dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 20%
k) Pertunjukan pertandingan olahraga antar klub dalam negeri dipungut pajak
sebesar 15% HTM, sedangkan pertandingan olahraga dengan dukungan
anatar bangsa dipungut pajak sebesar 20% dari HTM.
l) Taman rekreasi, kolam renang, kolam pancing, dan sejenisnya dipungut pajak
sebesar 10% dari HTM.
m) Untuk sejenis hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak
sebesar 20% dari jumlah pembayaran.
n) Untuk persewaan permainan internet dipungut pajak sebesar 10% dari sewa
per jam.
c. Perhitungan Pajak Hiburan
Besarnya pokok pajak hiburan yang terhutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum
perhitumgan pajak hiburan adalah sebagai berikut :
Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran
Untuk Menonton / menikmati hiburan
5. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terhutang Pajak dan Wilayah Pemungutan Pajak Hiburan
Pada pajak hiburan, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya
sama dengan 1 bulan takwim. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan
dihitung satu bulan penuh. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu