PENGALAMAN IBU MELAHIRKAN YANG DITOLONG BIDAN PADA DESA SUNGAI BUAYA KECAMATAN BANGUN PURBA
KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2008
LINCE ROTUA SIAGIAN
075102010
KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D IV BIDAN
PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
DAFTAR ISI
1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
2.5. Pengalaman Ibu Melahirkan ... 24
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN ... 27
3.1. Desain Penelitian ... 27
3.2. Defenisi Operasional ... 27
3.3. Populasi dan Sampel ... 28
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.5. Pertimbangan Etik ... 29
3.6. Instrumen Penelitian ... 30
3.7. Pengumpulan Data ... …31
3.8. Analisa Data ... 32
3.9. Tingkat Kepercayaan Data ... 33
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1. Hasil penelitian ... 35
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
5.1. Kesimpulan ... …50
5.2. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
PANDUAN WAWANCARA
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
SURAT IZIN PENELITIAN PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU
SURAT BALASAN PENELITIAN KEPALA DESA SUNGAI BUAYA
Judul : Pengalaman Ibu Melahirkan yang Ditolong oleh Bidan Pada Desa Sungai Buaya Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deliserdang Tahun 2008
Peneliti : Lince Rotua Siagian
Jurusan : Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIM : 075102010
ABSTRAK
Persalinan adalah proses pergerakan janin, plasenta dan membran dalam rahim melalui jalan lahir dimana proses tersebut biasanya disertai rasa yang sangat nyeri. Dengan membagikan pengalaman saat awal menjadi ibu dengan wanita lain, pemahaman mereka tentang pengalaman tersebut semakin mendalam.
Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu post partum tiga hari yang ditolong oleh bidan sebanyak tiga orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2008. Pengumpulan data dalam penelitian dengan cara menggunakan kuesioner data demografi dan depth interview. Pertimbangan etik yang dilakukan peneliti harus jujur, menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian kepada responden. Analisa penelitian yang dilakukan adalah metode Parse. Tingkat kepercayaan data yang dilakukan dengan cara member checking.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengalaman ibu melahirkan yang ditolong oleh bidan yaitu: (1) Tanda-tanda Persalinan yang pertama, (2) hal-hal yang dialami dikamar bersalin, (3) Nyeri persalinan, (4) Pelayanan kebidanan yang diterima ibu. Dan dari hasil penelitian ternyata pengalaman yang dialami ketiga partisipan hampir sama. Dan hasil penelitian dengan teoritis juga terdapat banyak persamaan, namun ada juga sedikit perbedaan yang dijumpai, yaitu tentang tindakan awal dalam penghangatan bayi. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan dapat menambah wawasan kita tentang bagaimana pengalaman ibu melahirkan. Diharapkan juga dari hasil penelitian ini bidan harus senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkala. Dan juga diharapkan bagi instansi pendidikan menyamakan persepsi dalam melakukan praktek persalinan sesuai dengan standard asuhan persalinan normal.
Judul : Pengalaman Ibu Melahirkan yang Ditolong oleh Bidan Pada Desa Sungai Buaya Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deliserdang Tahun 2008
Peneliti : Lince Rotua Siagian
Jurusan : Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIM : 075102010
ABSTRAK
Persalinan adalah proses pergerakan janin, plasenta dan membran dalam rahim melalui jalan lahir dimana proses tersebut biasanya disertai rasa yang sangat nyeri. Dengan membagikan pengalaman saat awal menjadi ibu dengan wanita lain, pemahaman mereka tentang pengalaman tersebut semakin mendalam.
Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu post partum tiga hari yang ditolong oleh bidan sebanyak tiga orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2008. Pengumpulan data dalam penelitian dengan cara menggunakan kuesioner data demografi dan depth interview. Pertimbangan etik yang dilakukan peneliti harus jujur, menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian kepada responden. Analisa penelitian yang dilakukan adalah metode Parse. Tingkat kepercayaan data yang dilakukan dengan cara member checking.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengalaman ibu melahirkan yang ditolong oleh bidan yaitu: (1) Tanda-tanda Persalinan yang pertama, (2) hal-hal yang dialami dikamar bersalin, (3) Nyeri persalinan, (4) Pelayanan kebidanan yang diterima ibu. Dan dari hasil penelitian ternyata pengalaman yang dialami ketiga partisipan hampir sama. Dan hasil penelitian dengan teoritis juga terdapat banyak persamaan, namun ada juga sedikit perbedaan yang dijumpai, yaitu tentang tindakan awal dalam penghangatan bayi. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan dapat menambah wawasan kita tentang bagaimana pengalaman ibu melahirkan. Diharapkan juga dari hasil penelitian ini bidan harus senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkala. Dan juga diharapkan bagi instansi pendidikan menyamakan persepsi dalam melakukan praktek persalinan sesuai dengan standard asuhan persalinan normal.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan merupakan fokus perhatian yang sangat penting didalam
kehidupan masyarakat, karena sebagian masyarakat mengganggap masa
persalinan merupakan sebuah masa krisis (Swasono,1998).
Persalinan adalah proses pergerakan janin, plasenta dan membrane dalam
rahim melalui jalan lahir (Bobak,Lowderilk,Jensen, 2005), dimana proses tersebut
biasanya disertai rasa yang sangat nyeri, sehingga bagi sebagian ibu nyeri
persalinan sering kali melebihi dugaan mereka (Danuatmaja & Meiliasari,2004).
Nyeri persalinan yang tidak teratasi sangat berbahaya pada ibu yang sedang
melahirkan karena dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan kimiawi
alam tubuh yang dapat mengganggu kontraksi, sehingga mengurangi kemampuan
ibu untuk mengejan secara efektif selama persalinan (Danuatmaja &
Meiliasari,2004).
Konteks persalinan, setiap suku memiliki cirri-ciri budaya mereka sendiri
untuk memahami dan menanggapi terhadap peristiwa persalinan tersebut, yeng
sudah dipraktikkan jauh sebelum masuknya biomedical di lingkungan komuniti
mereka. Selain itu, berbagai masyarakat juga memiliki cara-cara tertentu dalam
mengatur aktivitas-aktivitas mereka saat menghadapi wanita bersalin (Swasono,
Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga
keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan.
Wanita/ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia
sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga. Para
wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari peningkatan
kesejahteraan keluarga (50 tahun IBI. 2005).
Di dalam GBHN 1998 disebutkan bahwa Peranan wanita dalam
pembangunan perlu terus kita tingkatkan dan kita arahkan sehingga kaum wanita
dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa,
sesuai dengan kodrat dan harkatnya sebagai wanita (Manuaba,1998).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang integral dari pelayanan
kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan
yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan
maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
berkualitas, bahagia, dan sejahtera.
Tugas bidan desa memang sangat berat, tetapi mulia karena menyangkut
masalah reproduksi manusia, dengan optimalisasi menurunkan angka kematian
ibu dan perinatal, melalui berbaga usaha sosial dan medis teknis.
IBI sebagai organisasi disarankan agar melakukan pembinaan yang terus
menerus dengan jalan organisatoris dan pendidikan berkelanjutan. Dengan
demikian IBI beserta segenap anggotanya memegang peranan yang sangat penting
sebagai cermin kemampuan bangsa Indonesia untuk memberikan pelayanan dan
pengayoman medis yang bermutu dan menyeluruh (Manuaba.2000).
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Mengenali pentingnya
pengalaman seputar persalinan bagi wanita dan memberi kesempatan untuk
menceritakannya pada orang lain:”Sebuah pengalaman lebih dari sebuah kisah”
(Kirkham,1997). Dengan membagikan pengalaman mereka saat awal menjadi ibu
dengan wanita lain, pemahaman mereka tentang pengalaman tersebut semakin
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Mengetahui bagaimana pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh
bidan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.3.1. Bagaimana pengalaman ibu yang melahirkan yang ditolong oleh
bidan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi institusi
pendidikan kebidanan di Sumatera Utara untuk mengetahui
bagaimana pengalaman ibu melahirkan yang di tolong bidan.
1.4.2. Penelitian Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal pada
penelitian berikutnya tentang pengalaman ibu melahirkan yang
ditolong bidan.
1.4.3. Pelayanan Kebidanan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pelayanan kesehatan pada
Kabupaten Deliserdang khususnya Kecamatan Bangun Purba makin
ditingkatkan. Dan pelayanan yang diberikan hendaknya dapat
1.4.4. Ibu
Ibu dapat mengerti dan memahami sepenuhnya tentang bagaimana
persalinan yang nyaman dan sehat, untuk melahirkan bayi yang
sehat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang terkait,
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
2.1. Defenisi Pengalaman
2.2. Konsep Persalinan
2.2.1. Defenisi Persalinan
2.2.2. Tanda – Tanda Persalinan.
2.2.3. Asuhan Persalinan Normal
2.3. Konsep Nyeri
2.3.1. Defenisi nyeri
2.3.2. Manajemen Nyeri Persalinan
Metode Non Farmakologis
2.4. Pelayanan Kebidanan
2.5. Pengalaman Ibu Melahirkan
2.1. Defenisi Pengalaman
Pengalaman kata dasarnya “alami” yang berati mengalami, melakoni,
menempuh, menemui, mengarungi, menghadapi, menyebrangi, menyelami,
menanggung, mendapat, mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko,
2006).
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Akan tetapi pengalaman
pribadi seorang wanita dapat berdampak bagi wanita lain. Dengan membagikan
pengalaman mereka saat-saat awal menjadi ibu dengan wanita lain, pemahaman
merekatentang pengalaman tersebut semakin mendalam. (Kirkham, 1997).
2.2. Persalinan
2.2.1. Defenisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998).
Persalinan merupakan kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
2.2.2. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda persalinan sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu:
• Pengeluaran lendir
• Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai pecah ketuban
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks:
• Perlunakan serviks
• Pendataran serviks
• Terjadi pembukaan serviks ( Manuaba, 1998).
2.2.3. Asuhan Persalinan Normal
Penuntun Persalinan Normal.
Dalam penuntun persalinan normal ada terdapat enam puluh langkah (60
langkah) dengan ringkasan sebagai berikut:
I. Melihat tanda dan gejala Kala II terdapat 1 langkah
II. Menyiapkan pertolongan persalinan terdapat 5 langkah
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik terdapat 4 langkah
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
terdapat 3 langkah.
V. Persiapan Pertolongan kelahiran bayi terdapat 4 langkah
VII. Penanganan bayi baru lahir terdapat 6 langkah
VIII.Penatalaksanaan aktif persalinan kala III terdapat 9 langkah
IX. Menilai perdarahan terdapat 2 langkah
X. Melakukan prosedur pascapersalinan terdapat 19 langkah.
Penuntun persalinan normal tersebut diatas akan dijabarkan sebagai berikut:
I. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan normal
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum/ vaginanya.
• Perineum menonjol
• Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
1. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai dalam partus set.
2. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
4. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi. Memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
5. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi
tabung suntik.
III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
1. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menmggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi
oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka
dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi
dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi).
2. Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
• Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
3. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor kedlam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
4..Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir dengan
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
• Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran
1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
• Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
• Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana meraka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
aman).
3. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran:
• Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran
• Mendukung dan membri semangat atas usaha ibu untuk meneran.
• Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
• Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
• Menilai DJJ setiap 5 menit.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
• Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman.
Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu
untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat diantara kontraksi.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
1. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
• Sediakan tempat untuk antisipasi untuk terjadinya komplikasi
persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu temapat tidur yang datar
alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk. Dengan lampu sorot 60
watt (jarak 60 cm dari tubuh bayi).
2. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
4. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
1. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain dikepala
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
• Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru
dan bersih.
2. Dengan lembut menyeka muka, hidung, mulut bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
3. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
• Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
• Jika tali pusat melilit lahir bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat, dan memotongnya.
4. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
5. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
masing-masing di sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya Badan dan Tungkai
6. setelah kedua bahu dilahirkan, menerusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah kearah perineum tangan, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagaian
atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
7. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior)
dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir.
1. Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban tidak dari 5
pertanyaan, maka lakukan langkah awal), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu enan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting, dan
memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
5. mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan untuk bernafas, mengambil tindakan yang
sesuai.
6.Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Oksitosin
1. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
2. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
5. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
6. Menunggu uterus berkontrkasi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai.
• Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan putting susu.
Mengeluarkan Plasentas
7. Setelah plaenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva.
• Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit:
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
8. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (pemijatan) Uterus
9. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
IX. Menilai Perdarahan
1 . Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
X. Melakukan Prosedur Pascapersalinan
1. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan pervaginam
2. Mencelupkan kedua tangan yang memakai serung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfektan tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
3. Menempatkan klem tali pusat disenfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disenfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati disekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
5. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin 0,5%.
6. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian keplanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih dan kering.
7. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
Evaluasi
8. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
9. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
10. Mengevaluasi perdarahan.
11 .Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setipa 30 menit selama jam
kedua pascapersalinan.
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
12. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit).
Mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
13. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
Membersihkan cairan ketuban lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
15. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberik ibu minuman dan makanan yang
diiginkannya.
16. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilasnya dengan air bersih.
17. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
18. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
19. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
2.3. Konsep Nyeri
2.3.1. Defenisi Nyeri
Menurut Berger (1992), nyeri adalah suatu fenomena alamiah yang
mengindikasikan bahwa terdapat sesuatu yang tidak baik didalam tubuh.
Pinda (2000), menyatakan nyeri selalu bersifat subjektif, setiap insane
mempelajari penerapan dari kata tersebut melalui pengalaman sebelumnya dalam
kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri adalah perasaan tubuh atau bagian
dari tubuh manusia. Ia senantiasa tidak menyenangkan dan keberadaannya
nyeri merupakan pengalaman seseorang, berbeda antara satu orang dengan orang
lain serta bervariasi yang dirasakan oleh orang yang sama dari waktu dengan
waktu yang lain.
2.3.2. Mekanisme Nyeri Persalinan
Non Farmakologis
Metode non farmakologis yaitu upaya menghilangkan rasa nyeri melalui
cara-cara alamiah (Danuatmaja & Meiliasari,2004). Keberhasilan non
farmakologis ini bersifat individual, artinya terapi yang berhasil bagi seorang ibu
lain, dimana mereka potensial memiliki strategi tersendiri dalam mengatasai rasa
nyeri persalinan (Danuatmaja & Meiliasari,2004). Ada beberapa metode untuk
menhilangkan rasa nyeri secara non farmakologis:
1. Relaksasi
Relaksasi merupakan pengendalian nyeri yang memberikan wanita masukan
terbesar, masukan bukan hanya dari ibu tetapi terdiri dari pengajaran untuknya
selama kehamilan dan penguatan pendamping persalinannya (Schrock,1998
dikutip Mender,2003).
2. Pijatan dalam Persalinan
Pijatan merupakan metode yang memberikan rasa lega pada banyak wanita
selama tahap pertama persalinan (Mander,2003). Pijat secara lembut membuat
ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan (Danuatmaja &
3. Posisi Melahirkan
Posisi melahirkan yang banyak digunakan adalah berbaring terlentang
sepanjang persalinan pertama. Selanjutnya jika tiba waktunya mengedan, ibu
dipindahkan ke posisi berbaring, kedua kaki dibuka lebar dan disangga atau
lithotomi, namun posisi melahirka tidak hanya sebatas sepert itu (Danuatmaja
& Meiliasari, 2004). Ada beberapa posisi persalinan menurut Jaman (1998)
yang umum digunakan sebagai berikut:
a. Berbaring
Berbaring merupakan posisi yang umum digunakan dan sering disebut
dengan lithotomi. Pada posisi ini ibu dibiarkan terlentang seraya
menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin.
b. Miring
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring kekiri kekanan. Salah satu
kaki diangkat, sedangkan kaki yang lainnya dalam keadaan lurus.
c. Setengah duduk
Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk
dan paha dibuka kearah samping.
d. Jongkok
Posisi persalinan sudah dikenal dengan posisi alami.
2.4. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya
keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik, yaitu:
memprihatinkan aspek bio,psiko sosial dan kultural sesuai dengan kebutuhan
pasien. Palayanan tersebut diberikan dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan
pelayanan. Pasien memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. semangat untuk melayani
b. simpati
c. empati
d. tulus ikhlas
e. memberikan kepuasan
Setelah itu bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal
seperti di bawah ini:
a. aman
b. nyaman
c. privacy
d. alami
e. tepat.
Bidan adalah tenaga pelayanan profesional yang memberikan pelayanan
2.5. Pengalaman Ibu Melahirkan
Sebenarnya apa saja yang terkait dengan proses persalinan itu sehingga
begitu banyak membuat orang repot? Ada segunung hal-hal negatif mengenai
proses persalinan. Proses persalinan merupakan hal hebat. Merupakan suatu
keistimewaan jika berada dalam situasi akan melahirkan. Hari kelahiran bayi anda
sebaiknya merupakan saat terbaik dalam kehidupan anda. Melahirkan adalah
peristiwa terpenting dalam hidup anda.Tidak semua wanita bisa melahirkan.
Wanita yang dapat melahirkan adalah wanita yang istimewa (Susan, 2006).
Melahirkan memberikan banyak pengalaman berbeda. Ini adalah
contoh-contoh bagaimana para wanita mengganbarkan proses persalinan:
-“Persalinan itu luar biasa menantang-mental dan fisik”
-“Persalinan adalah pekerjaan menemui makhluk mungil yang anda besarkan
dengan indah selama 40 minggu.”
-“Persalinan adalah pengalaman yang mendewasakan”
-“Persalinan adalah kerja keras”
Semua pendapat tersebut benar. Melahirkan adalah perayaan kehidupan
baru. Terimalah bahwa di akhir kehamilan akan ada proses persalinan. Calon
ibu/para ibu perlu melakukan beberapa jam pekerjaan yang luar biasa untuk
berjumpa dengan bayinya. Betapa menariknya! Pada jaman sekarang ini semua
wanita yang melahirkan menghadapi sejumlah tantangan menjelang kehamilan
dan melahirkan. Mungkin saja tantangan tersebut dalam pekerjaan, pribadi,
keluarga, keuangan emosional dan spiritual. Strategi yang dilakukan untuk
• Anda bisa melakukannya
• Anda bisa melakukan proses persalinan
• Anda bisa melahirkan
• Anda benar-benar bisa mengontrol
• Percaya pada diri sendiri
• Percaya pada bayi anda
• Percaya pada kemampuan anda
• Percaya pada kekuatan anda sebagai seorang wanita
Jangan pernah kehilangan pandangan ini selama kehamilan anda.
Kehamilan anda seharusnya menjadi petunjuk yang terbaik di hari terbaik dalam
kehidupan anda. Ingat hamil dan melahirkan bukanlah suatu sakit dan penyakit
(Susan.2006).
Ketika mengetahui dirinya hamil, banyak wanita bertanya-tanya apa yang
seharusnya dilakukan pertama kali. Tempat yang baik untuk memulai adalah
memeriksa fasilitas yang tersedia di daerah anda. Bila anda tinggal di kota besar,
mungkin anda mempunyai sejumlah pilihan berbeda, sebaliknya bila anda tingga
tidak di kota besar, seringkali anda hanya memiliki satu pilihan saja. Jadi lihatlah
rumah sakit lokal tersebut dan temukan model perawatan yang ditawarkan. Jika
hal tersebut tidak cocok dengan kriteria anda, atau anda ingin memeriksa pilihan
lainnya, maka mungkin anda harus bersiap-siap melakukan perjalanan untuk
mendapatkan model perawatan yang anda pikir terbaik dan cocok untuk anda. Hal
ini benar-benar sangat berharga untuk dilakukan. Tidak ada peraturan yang
teman-teman anda yang mengatakan untuk pergi ke fasilitas khusus, apa yang
cocok bagi mereka, belum tentu cocok bagi anda. Setiap kehamilan, proses
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif
fenomenologi yaitu suatu penelitian tentang pengalaman yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap
orang-orang dalam situasi tertentu serta menangkap pengertian tentang sesuatu yang
sedang diteliti. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan
pada fokus pengalaman-pengalaman subjektif manusia (Moleong, 2006). Riset
fenomenologi mengamanatkan peneliti untuk akrab dengan peserta riset dan
lingkungannya (Davis,1978 di kutip Brockopp,1999) Pada penelitian ini peneliti
ingin mengetahui pengalaman ibu melahirkan ditolong oleh bidan.
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Pengalaman berasal dari kata dasar alami yang berarti menglami,
melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menghadapi, menjalani,
menanggung, mendapat, mengenyam, menikmati dan merasakan
(Endarmoko, 2006).
3.2.2. Ibu adalah seorang wanita yang telah menikah dan mempunyai anak.
3.2.3. Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin,uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir,atau
melalui jalan lahir lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
3.2.4. Nyeri adalah satu fenomena alamiah yang mengindikasikan bahwa
terdapat sesuatu yang tidak baik di dalam tubuh.
3.2.5. Asuhan Persalinan Normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang post partum tiga hari
ditolong oleh bidan di desa Sungai Buaya Kecamatan Bangun Purba Kabupaten
Deliserdang.
3.3.2. Sampel
Adapun sample yang diambil oleh peneliti adalah ibu-ibu yang post
partum tiga hari ditolong oleh bidan. Dan peneliti menggunakan tiga orang ibu
yang akan digunakan sebagai responden. Tehnik pengambilan sampel yang
dilaksanakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yang sesuai dengan
Sampel yang diambil adalah yang memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Ibu-ibu yang post partum tiga hari
2. Ibu-ibu yang melahirkan yang ditolong oleh bidan pada desa sungai buaya
kecamatan bangun purba Kabupaten Deli Serdang.
3. Bersedia diwawancarai atau menjadi responden.
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Buaya Kecamatan Bangun
Purba Kabupaten Deliserdang. Dengan pertimbangan pada desa tersebut ada
dijumpai ibu yang post partum tiga hari melahirkan oleh bidan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2008.
3.5. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini peneliti harus jujur. Data diambil harus dari data yang
sebenarnya, menjaga keselamatan responden, melindungi responden dari
ketidaknyamanan dan bahaya serta tidak menyebabkan kerugian bagi partisipan.
Peneliti melakukan penelitian dengan pertimbangan etik yaitu: peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta danpak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan riset (Informed Consent). Bila
partisipan menolak untuk diwawancarai maka peneliti tidak akan memaksa dan
partisipan mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian. Selanjutnya
untuk menjaga kerahasiaan identitas responden pada lembar pengumpulan data
(kuesioner) hanya nomor kode yang akan digunakan sehingga kerahasiaan
identitas informasi yang diberikan tetap terjaga. Seluruh informasi yang diperoleh
tidak akan dipergunakan kecuali untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan tetap
menjaga kerahasiaan identitas.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu:
1. Kuesioner data demografi, yang berisi pertanyaan mengenai data umum
responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) berupa usia,
agama, tingkat pendidikan, penghasilan/ekonomi, jumlah anak yang lahir
dengan bantuan bidan.
2. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan meliputi
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman ibu
Misalnya: Bagaimana pengalaman ibu sewaktu melahirkan ditolong
oleh bidan?
2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
Misalnya: Apa pendapat ibu tentang bidan?
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Misalnya: Apakah ibu merasa takut sewaktu melahirkan?
4. Pertanyaan yang berkaitan dengan indra.
5. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Misalnya: Apa yang menyebabkan ibu pada saat persalinan mau
ditolong oleh bidan.
3.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setelah mendapatkan izin dari Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik
USU, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk
mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian.
2. Peneliti harus berusaha untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin
tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.
3. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara menggunakan
kuesioner data demografi sebagai data dasar dan dengan Depth Interview
yaitu wawancara mendalam terhadap partisipan.
4. Sebelum memulai wawancara peneliti memperkenalkan diri terlebih
dahulu dan menjelaskan hal-hal yang terkait dalam dengan penelitian.
5. Peneliti menjalin hubungan dengan masyarakat.
6. Partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kuesioner
sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian dan diberikan kesempatan
untuk bertanya kepada peneliti bila ada oertanyaan yang tidak dimengerti.
7. Peneliti mulai melakukan wawancara dan merekam hasil wawancara.
8. Peneliti menulis dan membaca transkrip, jika ada hal-hal yang kurang
9. Peneliti menganalisa data yang detemukan dan mengelompokkan data,
kemudian data akan diuraikan kedalam bentuk narasi dari semua konsep,
kelompok dan kategori konsep.
10.Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analsa data yang
dilakukan.
11.Pengumpulan data dihentikan jika saturasi data tercapai, hal ini dapat
diketahui dengan menggunakan grand tour observation dan grand tour
question atau yang disebut dengan penjelajahan umum, yang akhirnya
peneliti memperoleh fokus penelitian, dan bila pertisipan diwawancarai
kembali partisipan tersebut tetap memberikan jawaban yang sama. Dalam
hal ini ada empat orang ibu yang akan diwawancarai.
3.8. Analisa Data
Analisa data dilakukan bersamaan dengan saat transkripsi data pertama
dilakukan. Dari permulaan penelitian, peneliti akan mulai menginterpretasikan
pengertian yang mungkin terhadap suatu data yang akan disajikan. Kesimpulan
akhir mengenai data akan diperoleh dengan menganalisa data secara sistematis
dan menetapkan hubungan-hubungan data dengan jelas (Brockopp, 1999). Metode
yang digunakan adalah metode Parse. Adapun parse mendeskripsikan proses
analisanya secara rinci yang terdiri dari:
1. Menggali hal-hal penting dari deskripsi kata demi kata. Hal-hal penting
2. Mensintesa hal-hal penting tersebut. Hal-hal penting yang disintesa adalah
suatu ungkapan ide pokok.
3. Merumuskan suatu perbandingan dari deskripsi setiap partisipan.
Perbandingan tersebut adalah pernyataan yang terkonsep tidak langsung
oleh peneliti yang menghubungkan ide pokok yang disintesa dari setiap
partisipan.
4. Menggali konsep pokok dari perbandingan yang dirumuskan dari setiap
partisipan.
5. Mensintesa arau struktur pengalaman langsung dari konsep yang digali.
Suatu struktur yang disentesa adalah suatu pernyataan yang terkonsep oleh
peneliti yang menghubungkan dengan konsep pokok. Struktur sebagai
jawaban yang dikembangkan dari pertanyaan penelitian.
3.9. Tingkat Kepercayaan Data
Tingkat kepercayaan data akan dipertahankan dengan cara member
checking. Member checking merupakan suatu tehnik untuk mempertahankan
kepercayaan data dengan cara partisipan memferifikasi dan menguraikan data
yang diperoleh. Jadi dengan cara ini peneliti mengklarifikasi kembali data yang
telah diperoleh kepada partisipan untuk mengetahui kesesuaiannya.
Proses member checking dimulai pada saat peneliti bertemu dengan
partisipan, memberi fotocopy transkrip, untuk kemudian mendiskusikan kembali
proses member checking yang telah dilakukan dengan dosen pembimbing peneliti.
kepercayaan data. Pada cara ini peneliti menghabiskan beberapa waktu untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu: mempeljari bagaimana itu pengalaman,
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan tentang pengalaman ibu melahirkan dotolong oleh bidan. Ketiga
partisipan berdomisili di Desa Sungai Buaya Kecamatan Bangun Purba
Kabupaten Deliserdang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Karakteristik Partisipan
Ketiga partisipan yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah
partisipan yang memenuhu kriteria dan bersedia untuk diwawancara serta mau
menandatangani perjanjian sebelum interview dimulai. Para partisipan adalah ibu
yang 3 hari post partum dan partus cara normal. Umur ketiga partisipan berkisar
antara 27-28 tahun. Rata-rata umur partisipan adlah 27,3 tahun. Dua orang
partisipan beragama Islam dan satu partisipan beragama Kristen. Ketiga partisipan
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ketiga partisipan pendidikan terakhir adalah
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Ketiga partisipan melahirkan ditolong
oleh bidan. Dua diantaranya melahirkan anak kedua dan satu melahirkan anak
pertama.
Berikut ini adalah karakteristik dari masing –masing partisipan. Partisipan
A berumur 27 tahun, melahirkan anak kedua, agama Islam suku Jawa, pendidikan
tahun, melahirkan anak pertama, agama islam suku jawa, pendidikan terakhir
SLTA, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga , Partisipan C berumur 28 tahun,
melahirkan anak kedua, agama Kristen suku batak karo, pendidilan terkhir SLTA,
pakerjaan ibu rumah tangga.
Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan
Umur
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketiga partisipan yang
telah memiiliki pengalaman langsung dalam melahirkan maka peneliti
menemukan tiga tanda-tanda persalinan.dan telah diidentifikasi oleh partisipan
tersebut adalah:(a). Darah/ Lendir Campur Darah; (b). Ketuban; (c). Mulas/Sakit
Pinggang.
(a). Darah/Lendir Campur Darah
Keluarnya lendir ini bisa muncul setiap saat di minggu minggu terakhir
Partisipan mengatakan bahwa tanda-tanda pertama persalinan yang keluar
adalah darah, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:
“Tanda yang pertama itu darah. Warnanya merah kehitaman”
(Partisipan 1)
(b) Ketuban
Sebagian besar ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap. Dan pada
beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan
(Manuaba,1998).
Partisipan mengatakan bahwa tanda-tanda pertama yang keluar adalah
Ketuban. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:
“Tanda-tanda pertama yamg keluar air, kembar air. Airnya banyak keluar, kata orang kembar air. Airnya keluar pada saat saya masih dirumah”
(Partisipan 2)
(c) Mulas/Sakit Pinggang
Mulas pada saat mau melahirkan disebut juga dengan His. His Persalinan
mempunyai sifat sebagai berikut:
1.Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
2.Makin beraktivitas janin kekuatan makin bertambah (Manuaba,1998).
Partisipan mengatakan bahwa tanda-tanda pertama persalinan adalah rasa
mulas/sakit pinggang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut
ini:
“Tanda yang pertama kali gak ada. Cuma rasa sakit sekitar perut dan pinggang”
4.1.3. Hal-Hal yang Dialami di Kamar Bersalin
Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan partisipan.
Maka peneliti mengetahui hal-hal apa saja yang ibu alamai dikamar bersalin.
Peneliti menemukan ada kesamaan dalam pengalaman ibu melahirkan dikamar
bersalin.
(a). Diperiksa, (b). Mengeran, (c). Kelahiran Bayi, (d). Pemotongan tali pusat,
(e). Penghangatan bayi
(a). Diperiksa
Dalam melakukan pimpinan persalinan perlu ditetapkan apakah seorang ibu
sudah memasuki tahap persalinan dengan pemeriksaan: anamnesa, pemeriksaan
fisik dan melakukan pemeriksaan dalam
Partisipan mengatakan bahwa pengalaman pertama dikamar bersalin adalah
diperiksa, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini.
“Pertama kali sesampainya diruangan saya diperiksa oleh ibu bidan”
(Partisipan 1)
“Saya diperiksa dan diukur darah saya”
(Partisipan 2)
(b) Meneran
Mulai merasa ingin mengeran dengan anus mulai terbuka, bagianterendah
mulai menonjol di perineum maka ibu dipimpin mengeran (Manuaba,1998).
Semua partisipan mengatakan melakukan proses mengeran dikamar bersalin
saat melahirkan. Ini dapat dilihat dari pernyataan-penyataan partisipan sebagai
berikut:
“ Saat mau melahirkan saya disuruh berbaring dan diajari mengedan lama”
“Waktu sudah dekat saya dusuruh mengedan oleh ibu bidan”
(Partisipan 3)
“Saya dinasehati ibu bidan bagaimana biar sabar, tenang. Mengedan ada juga diajari”
(Partisipan 2)
(c) Kelahiran bayi
Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, menganjurkan
ibu mengeran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
Semua partisipan mengatakan bahwa setelah lama mengedan maka bayi lahir.
Hal ini dapat dilihat dari penyataan sebagai berikut
“ Setelah lama mengedan bayi saya lahir”
(Partisipan 1)
“Gak lama saya mengedan bayi saya lahir”
(Partisipan 3)
“Agak lama mengedan bayi saya lahir”
(Partisipan 2)
(d) Pemotongan tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan bayi kecuali bagian tali
pusat. Kemudian dilakukan pemotongan tali pusat dengan mengklem tali pusat
dan melakukan pengurutan pada tali pusat dan kemudian memasang klem kedua.
Kemudian memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Semua partisipan mengatakan bahwa segera bayi lahir dilakukan pemotongan
tali pusat. Hal ini dapat dilihat dari penyataan sebagai berikut:
“Setelah bayi saya lahir, mulut bayi saya dibersihkan setelah itu tali pusat dipotong oleh ibu bidan”
(Partisipan 3)
“Tali pusatnya dipotong dan mulutnya dibersihkan”
(Partisipan 2)
“Anak saya lahir, lalu tali pusat dipotong”
(e) Penghangatan bayi
Segera mengeringkan bayi pada saat bayi keluar.
Dua dari tiga partisipan mengatakan bahwa segera setelah pemotongan tali
pusat bayi didekapkan pada ibu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan sebagai
berikut
“Setelah bayi dibersihkan bayi diletakkan didada saya. Perasaan saya bahagia sekali. Rasa sakitnya hilang”
(Partisipan 3)
“Setelah bayi lahir, bayi diletakkan didada saya. Bayinya langsung mencari- cari buah dada saya”
(Partisipan 2)
4.1.4. Konsep Manajemen Nyeri Persalinan
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketiga partisipan
yang yang telah memiliki pengalaman melahirkan lansung dalam mengatasi nyeri
selama persalinan maka peneliti menemukan dua cara mengatasi nyeri persalinan
yaitu posisi Melahirkan dan Pendamping persalinan.
(a) Posisi yang nyaman
Posisi melahirkan yang banyak digunakan adalah berbaring telentang
sepanjang persalinan pertama dan jika waktunya untuk mengedan, ibu
dipindahkan ke posisi berbaring kedua kaki dibuka lebar dan disangga. Padahal
posisi melahirkan sebenarnya tidak hanya terbatas pada itu saja, ibu dapat
mencoba berbagai posisi melahirkan yang berbeda untuk setiap tahapan
persalinan, yang tujuannya menemukan pereda sakit melahirkan atau membuat
proses melahirkan lebih mudah (Danuatmaja & Meiliasari,2004).
Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti kepada partisipan berikut:
“Karena sakitnya luar biasa maka saya nungging untuk mengurangi rasa
sakit.Tetapi pada saat mau melahirkan saya tidur terlentang”.
(Partisipan 1)
“Perut saya semakin sakit dan saya disuruh tidur miring oleh ibu bidan”.
(Partisipan 2)
“Yang saya lakukan untuk mengurangi rasa sakit menjerit-jerit dan ibu bidan
menyuruh saya untu tidur miring kekiri dan kekanan”.
(Partisipan 3)
(b) Pendamping Persalinan
Pendamping persalinan merupakan salah satu manajemen nyeri persalinan non
farmakologis yang memberikan pengaruh yang signifikan untuk menurunkan
nyeri persalinan (Mander,2003).
Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara peneliti kepada partisipan
sebagai berikut:
“Dikamar bersalin saya ditemani oleh suami dan ibu. Saya merasa tenang kalau
orang yang saya sayangi berada dekat saya”.
(Partisipan 2)
“Saya hanya ditemani ibu tapi saya juga merasa tenang ibu ada disamping
saya”
(Partisipan 3)
4.1.5. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan yang diberikan bidan kepada pasien dengan maksud
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
berkualitas, bahagia dan sejahtera (IBI,50 tahun, 2005).
Dari hasil penelitian responden kepada Partisipan terdapat
bermacam-macam pendapat tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan sebagai berikut:
“Pelayanan yang saya harapkan yang baik tentunya. Pertolongan yang bisa
merawat selama melahirkan. Bisa bikin cepat sehat, baik, ramah dan perhatian,
terampil dan cekatan”
(Partisipan 1
“Ibu bidannya baik, ramahlah, pandai, ligat, tangan dingin, bidannya sehat”
(Partisipan 2)
“Sabar ngadapi pasien, tidak cerewet, ibu bidannya tau apa yang diperlukan pasien, memberi semangat, ramah, terampil”
(Partisipan 3)
4.2. Pembahasan
Kelahiran merupakan proses yang normal terjadi pada manusia sebagai upaya
secara alamiah untuk memperoleh keturunan. Dalam proses kahamilan yang
cukup panjang yaitu sekitar sembilan bulan dapat terjadi berbagai gangguan
demikian dengan proses persalinan (Danuatmaja & Meiliasar, 2004).
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang
kompleks. Faktor-faktor hormonal, faktor prostaglandin, Struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai factor-faktor yang
mengakibatkan partus mulai (Sarwono,1999).
4.2.1. Tanda Persalinan
a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin kebawah.
Perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam korpus
uteri tempat terdapat banyak serabut saraf. Peristiwa ini meneruskan parasaan
sakit mulai dari melalui saraf sensorik di pleksus hipogastrikus ke sisitem saraf
pusat. Sakit dipinggang sering terasa pada kala pembukaan dan bila bagian bawah
uterus terus berkontraksi. Hal ini disebabkan oleh serabut sensorik turut
terangsang. Maka dari itu jika his sempurna dan efisien dengan adanya dominasi
di fundus uteri serta relaksasi bagian bawah uterus dan serviks, perasaan sakit
pinggang dan sakit bagian bawah akan berkurang.
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan bahwa tanda yang pertama kali persalinan itu rasa
sakit sekitar perut dan pinggang. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan
mendukung bahwa his/kontraksi pada kala pembukaan dapat mengakibatkan sakit
dipinggang dan bagian bawah uterus.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu: pengeluaran lender
dan lender bercampur darah.
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita
mengeluarkan lender yang bersama darah (bloody show). Lendir yang bersama
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena servikalis mulai membuka
berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika
serviks membuka (Sarwono,1999).
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan bahwa tanda yang pertama kali persalinan itu adalah
darah dan warnanya kehitaman. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan
mendukung bahwa darah dan pengeluaran lender merupakan salah satu tanda
persalinan.
c. Dapat Disertai Pecah Ketuban.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hamper atau telah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hamper
lengkap atau lengkap (Sarwono,1999). Bila ketuban pecah sebelum mencapai
pembukaan 5 cm, disebut Ketuban Pecah Dini.
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan bahwa tanda yang pertama kali persalinan itu adalah
air atau disebut dengan ketuban. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan
mendukung bahwa air ketuban yang sudah pecah merupakan salah satu tanda
persalinan.
4.2.2. Hal-hal yang Dialami Dikamar Bersalin
Pada saat akan melahirkan ibu akan mengalami banyak hal dikamar bersalin
diantaranya:
a. Diperiksa
Pemeriksaan obstetric dilakukan seperti melakukan pemeriksaan
kedokteran lainnya, dimulai dengan wawancara (anamnesa), mengenai identitas,
Membimbing ibu untuk membuka pakaian dalam, tidaklah bijaksana
bilapemeriksa melakukannya sendiri. Ibu harus dilayani sopan santun. Dilakukan
pemeriksaan umum dan obstetric tanpa menimbulkan ketidaknyaman penderita.
Sebelum melakukan melakukan pemeriksaan pada vagina dan pemeriksaan dalam,
terangkan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan dengan cara yang baik.
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan dikamar bersalin ibu diperiksa oleh bidan. Dengan
demikian peneliti dapat mengetahui dan mendukung bahwa hal pertama yang
dilakukan dikamar bersalin adalah pemeriksaan.
b. Meneran
Pada Kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali, karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,yang
secara refleks menimbulkan rasa mengeran. Wanita merasa pula tekanan pada
rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Bantulah ibu agar dapat menggunakan
tenaga dankemampuannya sehingga Kala II dapat terjadi secara spontan
(Sarwono,1999).
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan partisipan dikamar bersalin bahwa pada saat kepala janin
sudah masuk diruang panggul, secara refleks menimbulkan rasa mengeran maka
peneliti dapat mengetahui dan mendukung bahwa proses mengeran hanya boleh
dilakuka apabila kepala bayi sudah di vulva.
c. Kelahiran bayi
Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi
diluar his, dan dengan his dankekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dan disusul dengan mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi
lainnya.
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan partisipan dikamar bersalin bahwa beberapa lama setelah
mengeran maka kelahiran bayi. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan
mendukung bahwa proses mengeran tidak lama terjadi apabila kepala janin
tampak dalam vulva.
d. Penghangatan Bayi
Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi datas perut ibu
dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya. Memberikan bayi pada
ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian
ASI jika ibu menghendakinya (Acuan Persalinan Normal, Revisi 2007).
Dari pernyataan diatas terdapat ketidaksesuaian antara teori dengan hasil
penelitian.Hal ini dapat dilihat dari pernyataan ibu bahwa setelah bayi dibersihkan
bayi diletakkan didada si ibu dan ada juga partisipan yang mengatakan setelah
bayi lahir bayi diletakkan didada si ibu dan langsungmencari buah dada. Dari
pernyataan partisipan tersebut terdapat perbedaan yaitu bahwa melatakkan bayi
pertama kali tidak diperut melainkan didada danhal ini dilakukan setelah
pernyataan teoritis bahwa meletakkan bayi pertama kali diatas perut si ibu setelah
menilai dengan cepat dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya. Dan
bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan
(Asuhan Persalinan Normal, Revisi 2007).
e. Pemotongan Tali Pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat bayi. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem I. Memegang tali pusat dengan satu tangan,
melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut
(Acuan Persalinan Normal, Revisi 2007).
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan dikamar bersalin bahwa setelah bayi lahir, mulut
bayi dibersihkan dan setelah itu tali pusat dipotong oleh ibu bidan. Dengan
demikian hasil penelitian dapat mendukung bahwa setelah bayi lahir dilakukan
pemotongan tali pusat.
4.2.3. Konsep Manajemen Nyeri Persalinan
Manajemen nyeri persalinan biasanya digunakan secara farmakologis dan
non farmakologis (Bobak, Lawdermil,Jensen,2001). Dari hasil penelitian ini
manajemen Nyeri Persalinan adalah secara non farmakologis, yaitu:
a. Posisi
Posisi persalinan merupakan posisi yang ibu gunakan selama melahirkan,
dimana masing-masing posisi memilki kelebihan maupun kekurangan sendiri
(Jaman,1998).
Ada beberapa posisi persalinan menurut Jaman (1998), yaitu: berbaring,
miring, setengah duduk, dalam air, dan jongkok.
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan bahwa karena sakit yang luar biasa ibu nungging
dengan alas an untuk mengurangi rasa sakit, dan ada yang mengatakan disuruh
miring oleh ibu bidan. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung bahwa
untuk mengurangi rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan mengatur posisi
persalinan.
b. Pendamping Persalinan
Pendamping Persalinan merupakan salah satu metode non farmakologis
yang digunakan untuk memberikan efek relaksasi selama proses persalinan
(Shrock, 1998 dikutip Manders 2003). Peranan suami dan keluarga dalam
persalinan tidak dapat diabaikan dengan demikian akan memberikan rasa aman
pada pasien (Sarwono,1999).
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan partisipan bahwa ibu merasa tenang apabila ada yang
mendampinginya dikamar bersalin khususnya suami dan orang tua. Dengan
demikian hasil penelitian ini mendukung bahwa pendamping dalam persalinan
merupakan salah satu metode non farmakologis yang dapat dapat mengurangi rasa
4.2.4. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan diberikan secara holistic, yaitu memperhatikan aspek
bio, psiko social dan kultural sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut
diberikan dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Pasien
memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik semangat,
simpati, empati, tulus ikhlas, memberikan kepuasan. Setelah itu, bidan sebagai
pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal berikut: aman, nyaman, privacy,
alami, dan tepat
Pernyataan diatas sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan partisipan bahwa ibu merasa senang dengan pelayanan
yang diberikan ibu bidan yaitu baik, cekatan, ramah, pandai, sabar, terampil.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung bahwa pelayanan kebidanan
yang diterima pasien dilapangan sesuai dengan yang diharapkan pasien.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dar ketiga partisipan mengenai
pengalaman ibu melahirkan yang ditolong oleh bidan meliputi beberapa hal
sebagai berikut: Tanda-tanda persalinan (darah lendir campur darah, His dan
ketuban), Hal-hal yang ibu alami dikamar bersalin (diperiksa, mengeran, kelahiran
bayi, pemotongan tali pusat dan penghangatan bayi), Manajemen nyeri persalinan
yang dilkaukan oleh ibu (posisi yang nyaman, pendamping persalinan), dan
Pendapat ibu tentang pelayanan kebidanan.
Dari hasil pembahasan berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti
terhadap tiga partisipan terdapat banyak persamaan antara teoritis dengan
kenyataan yang dijumpai dilapangan berdasarkan dari pengalaman ibu melahirkan
yang ditolong oleh bidan. Misalnya, tanda –tanda persalinan menurut Manuaba
(1998) adalah: Terjadinya his persalinan, pengeluaran lendir dan darah, dan
disertai dengan ketuban pecah. Dan berdasarkan dari hasil pembahasan juga
dijumpai adanya tanda-tanda persalinan yang sama halnya dengan teoritis
tersebut.
Selain itu juga ada terdapat perbedaan yang diterima peneliti antara hasil
pembahasan dengan teoritis. Misalnya, Pelaksanaan penghangatan bayi yang
pertama kali dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan ibu (pengalaman ibu)
yang mengatakan setelah bayi lahir diletakkan didada si ibu dan langsung mencari
buah dada siibu. Dari pernyataan partisipan tersebut terdapat perbedaan antara
pengalaman dengan teoritis. Berdasarkan pengalaman meletakkan bayi pertama
kali bukan diperut melainkan didada dan hal ini dilakukan setelah pemotongan tali
pusat dan setelah bayi dibersihkan. Menurut teori bahwa meletakkan bayi pertama
kali diatas perut siibu setelah menilai dengan cepat dan denan posisi kepala bayi
lebih rendah dari tubuhnya. Dan bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi
ditempat yang memungkinkan (Asuhan Persalinan Normal, Revisi 2007).
Hasil penelitian ini menambah wawasan kita dan pandangan kita tentang
pengalaman ibu melahirkan yang ditolong leh bidan. Dan membuka pikiran kita
bahwa tidak selamanya ada persamaan antara teoritis dengan yang dilakukan di
praktek lapangan. Untuk diharapkan adanya satu persepsi tentang penatalaksanaan
asuhan persalinan normal.
5.2. Saran
Sebagai sumbangan pemikiran dari rangkaian penulis akhir dari karya tulis
ilmiah ini, saran-saran yang perlu dikemukakan adalah sebagai berikut:
(1). Praktek Pelayanan Kebidanan
a. Selaku pelayanan kesehatan yang professional seorang bidan harus
senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan secara
berkala.
b. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan
(2). Instansi Pendidikan
a. Menyamakan persepsi tentang penatalaksanaan asuhan persalinan normal
b. Melakukan praktek persalinan sesuai dengan standard asuhan persalinan
normal
(3). Penelitian Kebidanan
Dalam melakukan penelitian hendaknya seorang peneliti harus dapat
mengkaji atau menggali lebih dalam tentang sesuatu hal yang ditemukan
dimasyarakat. Sehingga ditemukan adanya persamaan maupun perbedaan
anatar teoritis dengan kenyataan. Dengan adanya perbedaan tersebut akan
menjadi masukan bagi dunia pendidikan untuk menyamakan persepsi