LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
O L E H
NAMA : M. GALUH HANAFI NIM : 092600058
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya
hingga akhir jaman.
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya jualah yamg disertai
dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis, maka penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Wajib pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahasa yang digunakan dalam tugas akhir ini masih belum sempurna dan banyak
terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta
pengalaman penulis, maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak / Ibu
Dosen pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan maupun dari segala pihak
untuk dapat memberikan saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat
membangun demi lebih sempurnanya penulisan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
khususnya kepada ayahanda Firman Rudolf dan Ibunda Junarmi yang telah
memberikan dukungan moril dan materil maupun do’a kepada penulis untuk dapat
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang
telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir
ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
Strudi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Program Studi D-III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Oding Rifaldi, S.T., M.Ec selaku Dosen Pembimbing.
6. Ibu Martina Chairani, S.H. selaku Supervisor dan selaku Kepala Subbagian
Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta pegawai yang berada di Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
8. Kepada semua teman-teman saya Stambuk 2009 Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
9. Kepada teman-teman seperjuangan aku, Melyana Panggabean, Muhammad
Simarmata, Intan Riza, Harris Kristanta, dan Lince Sitanggang yang telah
memberikan motivasi, memberikan semangat, dan membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Makasih banyak semuanya.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.
Medan, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3
1. Tujuan PKLM ... 3
2. Manfaat PKLM ... 3
C. Uraian Teoritis ... 4
1. Pengertian Pajak …... 5
2. Fungsi Pajak ... 6
3. Pengertian Badan ... 6
D. Ruang Lingkup PKLM ... 7
E. Metode PKLM ... 7
1. Tahap Persiapan ... 7
2. Studi Literatur ... 8
3. Observasi Lapangan ... 8
4. Pengumpulan Data ... 8
5. Analisis Data dan Evaluasi ... 8
1. Metode Wawancara (Interview) ………... 9
2. Metode Dokumentasi ... 9
3. Metode Pengamatan (Observasi) ……….. 9
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM ... 11
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia ... 11
1. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia ... 11
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 13
B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Polonia ... 16
C. Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Medan Polonia ... 17
1. Subbagian Umum ... 18
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 18
3. Seksi Pelayanan ... 18
4. Seksi Penagihan ... 18
5. Seksi Pemeriksaan ... 18
6. Seksi Ekstensifikasi ... 19
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV ... 19
8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 19
D. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai ... 20
1. Jumlah Pegawai pada KPP Pratama Medan Polonia ... 20
2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan ... 20
A. Kajian Teoritis ... 22
1. Pengertian Pajak ... 22
2. Fungsi Pajak ... 23
3. Jenis-Jenis Pajak ... 23
4. Sistem Pemungutan Pajak ... 25
5. Wajib Pajak ... 25
6. Subjek Pajak ... 25
7. Objek Pajak ... 26
8. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 26
9. Pengertian Badan ... 27
10. Penyuluhan Perpajakan ... 28
B. Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Badan ... 29
1. Mekanisme Pembayaran Pajak Penghasilan ... 29
2. Mekanisme Penyampaian Pajak Penghasilan Badan ... 29
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 30
A. Rendahnya Pemahaman Wajib Pajak Badan ... 30
B. Kewajiban Aparat Perpajakan (Fiskus) ... 33
C. Pengawasan Pajak yang Efektif dan Efisien ... 34
D. Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang Tidak Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya ... 36
1. Wajib Pajak Badan yang Sering Melakukan Penundaan . . 36
3. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Evasion ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 39
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
BAGAN 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 15
TABEL 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Polonia ... 20
TABEL 2.2 Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai KPP Pratama
Medan Polonia ... 21
TABEL 4.1 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Badan yang Terdaftar dan yang Membayarkan dan Melaporkan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan
seoptimal mungkin khususnya melalui perluasan sumber penerimaan negara
non-migas, guna menjaga agar pendanaan negara tetap terkendali. Salah satu sumber
penerimaan dalam negeri yang dominan adalah dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan suatu sumber pendapatan negara yang nantinya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan negara. Tata cara pemungutan pajak juga telah diatur
oleh pemerintah dengan tidak memberatkan bagi rakyat yang nantinya disebut
sebagai subjek dan objek pajak. Namun demikian, tidak semua rakyat dijadikan
sebagai wajib pajak dalam arti hanya orang pribadi atau badan usaha yang
mempunyai penghasilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai wajib pajak.
Untuk penerimaan dalam negeri dibagi dalam dua golongan, yaitu :
penerimaan dari minyak dan gas bumi dan pungutan berupa pajak. Seperti kita
ketahui bersama, bahwa penerimaan dari minyak dan gas bumi tidak dapat
diharapkan lagi hasilnya karena persediaan minyak dan gas bumi negara kita dari hari
ke hari semakin menipis sehingga perlu dicari sumber-sumber lain untuk mengisi
keuangan negara. Pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor non migas yang kebanyakan diperoleh dari
Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh pemerintah, salah satunya
adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan ini pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat khususnya Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Penghasilan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah atas
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan merupakan sumber penerimaan negara yang
pemungutannya berasaskan keadilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan
pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi
syarat sebagai wajib pajak.
Sebagai konsekuensi adanya kewajiban masyarakat untuk membayar pajak
adalah banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi kewajibannya, karena masih ada
wajib pajak yang tidak membayar Pajak Penghasilan Badan sampai tanggal jatuh
tempo pembayaran. Adanya keterlambatan tersebut mengakibatkan timbulnya
sanksi-sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak oleh aparat perpajakan yaitu fiskus. Untuk
menghindari hal-hal yang demikian, wajib pajak harus mengetahui mekanisme
pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan sehingga dapat
dipastikan wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai
peraturan-peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan tertib dan terkendali.
Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri
masyarakat dalam pembayaran pajak tersebut, sehingga dalam Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis ingin mengetahui dan menyampaikan serta
melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan judul sebagai berikut
“Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
a. Memperdalam pengetahuan dibidang perpajakan khususnya mengenai
pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan, dan
b. Untuk mengetahui tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dan disini juga disebutkan manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mempelajari perilaku-perilaku dan keahlian baru,
b. Mempelajari pembentukan tim dan kerjasama,
c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan,
d. Meningkatkan kemampuan berhubungan satu dengan yang lainnya,
e. Mendorong untuk belajar mempertinggi prestasi, dan
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
a. Memberikan hubungan baik dengan Program Studi Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP
USU),
b. Memperoleh ide-ide baru,
c. Mempromosikan image yang baik kepada masyarakat khususnya sivitas
akademika,
d. Meningkatkan pemikiran-pemikiran baru,
e. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak nakal, dan
f. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya
mahasiswa yang sedang mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak nakal,
b. Mendapat masukan dari laporan praktik kerja yang dilakukan mahasiswa
tentang penerapan konsep-konsep komunikasi yang ada di perusahaan,
c. Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia, dan
d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.
C. Uraian Teoritis
Adapun uraian teoritis yang dapat disajikan penulis ialah sebagai berikut :
Menurut P.J.A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul
Afdi Ardian dalam bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Mardiasmo, 2003 : 92)
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya “Dasar-dasar hukum
pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam
bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum.(Sihaloho, 2001 : 51)
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul
“Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964
pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi”
menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan
hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
(Markus, 2005 : 80)
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
yang sebesar-besarnya.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak ada 2 (dua) yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi
budgetair ialah memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dan untuk
membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun
pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur
kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan,
dan perkembangan harga.
3. Pengertian Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah
dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
Perpajakan. Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
a. 1. Orang Pribadi dan
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
b. Badan.
c. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan. (Safri, 2003 : 76)
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :
1. Prosedur pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dan
2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung
pembuatan laporan ini adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pembuatan dan pencarian bahan proposal, perbaikan proposal, penentuan dosen
pembimbing sehingga ada konsultasi dengan pihak dosen, dan penentuan tempat
2. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku-buku, majalah,
undang-undang, maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor
Pelayanan Pajak yang bersangkutan mengenai objek studi yaitu mengenai
pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.
4. Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan
laporan akhir berkaitan dengan target melalui :
a. Data Primer : - Wawancara
- Pengamatan
b. Data Sekunder : - Studi Kepustakaan
: - Dokumentasi
5. Analisis Data dan Evaluasi
Penulis menganalisis data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka penulis menggunakan analisa yang bersifat kualitatif yakni teknik
analisa data yang bersifat pada pemikiran, pengetahuan, dan penjelasan dengan
kata-kata yang sistematis atau teori yang ada, sehingga permasalahan dapat terungkap
secara objektif dan analisa yang bersifat kuantitatif.
F. Metode Penelitian
Penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu metode interview dan
1. Metode Wawancara (Interview)
Yaitu melakukan interview langsung kepada kepala seksi dan karyawan
seksi pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan yang dianggap mampu
memberikan masukan.
2. Metode Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang berhubungan dengan pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Badan.
3. Metode Pengamatan (Observasi)
Yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja
Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi
penulisan laporan ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Setiap laporan yang baik harus memiliki sistematika yang teratur dan baik
sehingga mudah dimengerti dan setiap orang yang membaca dapat memahami isi
daripada laporan tersebut secara tahap demi tahap, mulai dari awal hingga akhir dari
laporan ini. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dibagi
atas beberapa bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Perincian mengenai isi
bab demi bab dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi
dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik
Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), analisis
data dan evaluasi, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan fenomena yang terjadi di masyarakat,
keadaan dan permasalahan, ruang lingkup kegiatan, dan struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang datanya diperoleh dari
Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang
kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang data-data yang sudah dikumpulkan
melalui proses analisis dan evaluasi selama masa penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan
uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak
Medan Selatan dan Kantor Medan Utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal
25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka
Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga
sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.
Untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada
masyarakat umum khususnya kepada wajib pajak, kemudian pada tanggal 29 Maret
1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1
April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :
(1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan
(2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan
(3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia sendiri berdiri pada awal tahun 2002
yang mana merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang
terletak di Jl. Sukamulia Medan.
Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan
dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak yang mengubah Kantor
Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari :
(1) KPP Pratama Binjai,
(2) KPP Pratama Medan Barat,
(3) KPP Pratama Medan Belawan,
(4) KPP Pratama Medan Kota,
(5) KPP Pratama Medan Petisah,
(6) KPP Pratama Medan Polonia,
(7) KPP Pratama Medan Timur, dan
(8) KPP Pratama Lubuk Pakam.
Dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja :
(1) Kecamatan Medan Maimun,
(2) Kecamatan Medan Polonia,
(3) Kecamatan Medan Baru,
(4) Kecamatan Medan Selayang,
(5) Kecamatan Medan Tuntungan, dan
2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi
menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana
masing-masing diberi tugas, wewenang, dan tanggungjawab sesuai jabatannya. Hubungan
kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan
gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan
organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang
pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab serta hubungan antar bagian
berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat
menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya
komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan
organisasi baik vertikal maupu n horizontal.
Setiap instansi atau perusahaan menggunakan struktur organisasi dalam
fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiri
adalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatu organisasi dan menerapkan
hubungan yang ditetapkan.
KPP Pratama Medan Polonia sendiri menerapkan Struktur Organisasi Lini
secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak Sumatera Utara I.
KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 9
(seembilan) seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana.
Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana,
seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.
Adapun struktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak
B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, tugas
KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia yaitu
melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama
Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu :
(1) Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,
penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta
penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan,
(2) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
(3) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
(4) Penyuluhan perpajakan,
(5) Pelaksanaan registrasi wajib pajak,
(6) Pelaksanaan ekstensifikasi,
(7) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak,
(8) Pelaksanaan pemeriksaan pajak,
(10) Pelaksanaan konsultasi perpajakan,
(11) Pelaksanaan intensifikasi,
(12) Pembetulan ketetapan pajak,
(13) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, dan
(14) Pelaksanaan administrasi kantor.
C. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, KPP
Pratama termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari :
(1) Sub Bagian Umum,
(2) Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI),
(3) Seksi Pelayanan,
(4) Seksi Penagihan,
(5) Seksi Pemeriksaan,
(6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan,
(7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,
(8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,
(9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III,
(10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, dan
(11) Kelompok Jabatan Fungsional.
1. Subbagian Umum
Subbagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan
Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan
e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan
kerjasama perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan memiliki tugas melakukan penyusunan rencana
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
Seksi Pengawasan Konsultasi I, II, III, dan IV mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan
kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak,
analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi
dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melakuka n
evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala
KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional
D. TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH PEGAWAI
1. Jumlah pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 97 orang yang terdiri dari :
TABEL 2.1
JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Kepala Kantor 1 orang
Kepala Seksi 10 orang
Supervisor 3 orang
Account Representative 20 orang
Pemeriksa Pajak 11 orang
Pelaksana 52 orang
Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang
Tabel 2.1 : data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan
Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama
TABEL 2.2
TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Tingkat Pendidikan S2 5 orang
Tingkat Pendidikan S1 31 orang
Tingkat Pendidikan D4 1 orang
Tingkat Pendidikan D3 25 orang
Tingkat Pendidikan D1 24 orang
Tingkat Pendidikan SMA 11 orang
Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Menurut P.J.A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Mardiasmo, 2003 : 92)
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya “Dasar-dasar hukum
pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam
bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum.(Sihaloho, 2001 : 51)
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul
“Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964
pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi”
menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan
diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam
hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
(Markus, 2005 : 80)
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
yang sebesar-besarnya.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak ada 2 (dua) yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi
budgetair ialah memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dan untuk
membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun
pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur
kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan,
dan perkembangan harga.
3. Jenis - Jenis Pajak
Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya ditinjau dari berbagai segi antara lain :
3.1 Menurut Sifatnya
(1) Pajak Subjektif ialah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi (status) wajib
pajak dalam hal menentukan besarnya pajak yang terutang. Contohnya : Pajak
Penghasilan (PPh).
(2) Pajak Objektif ialah pajak yang pungutannya berdasarkan objeknya, baik berupa
benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar pajak. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
3.2 Menurut Golongannya
Menurut golongannya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :
(1) Pajak Langsung ialah pajak yang dipungut secara periodik menurut daftar
piutang pajak yang pembebanannya langsung kepada wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain/pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
(2) Pajak Tidak Langsung ialah pajak yang pengenaanya/pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3.3 Menurut Lembaga Pemungutannya
Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :
(1) Pajak Negara atau Pajak Pusat ialah pajak yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya : PPh, PPN, PPnBM, dan Bea
(2) Pajak Daerah ialah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan hasil
pungutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya :
Pajak Kenderaan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan lain-lain.
4. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak dikenal beberapa pelaksanaan
pemungutan pajak yang masih berlaku sampai dengan sekarang ini yaitu :
(1) Official Assessment System, ialah sistem pemungutan pajak yang memberi
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Contohnya : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
(2) Self Assessment System, ialah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar. Contohnya PPh, PPN, dan PPnBM.
(3) With Holding System, ialah pihak ketiga yang menghitung, memungut, dan
menyetorkan pajak terutang. Contohnya : PPh Pasal 21.
5. Wajib Pajak
Pengertian Wajib Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu.
6. Subjek Pajak
Yang menjadi Subjek Pajak menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
(1) Orang Pribadi,
(2) Warisan yang belum terbagi,
(3) Badan, dan
(4) Bentuk Usaha Tetap.
7. Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
Pasal 4 adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun berasal
dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
8. Surat Pemberitahuan (SPT)
Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 adalah surat yang oleh digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dan fungsi SPT itu sendiri ialah :
(1) Sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang,
(2) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri atau melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain dalam satu tahun
(3) Untuk melaporkan pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang
pemotong dan pemungutan pajak orang pribadi atau badan dalam satu tahun
pajak.
Jenis – Jenis SPT :
(1) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan atau pembayaran pajak terutang dalam satu masa pajak, dan
(2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan melaporkan
perhitungan atau pembayaran pajak terutang dalam satu tahun pajak.
9. Pengertian Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah
dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan. Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
(1) Orang Pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
(3) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan. (Safri, 2003 : 76)
10.Penyuluhan Perpajakan
Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem penyampaian informasi,
konsultasi, dan bimbingan perpajakan secara berkesinambungan kepada masyarakat
guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan anggota masyarakat
tersebut untuk memperoleh hak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penyuluhan
dilakukan atau diberikan kepada :
(1) Masyarakat pada umumnya
Penyuluhan diberikan untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan yang
baik, sehingga diperoleh dukungan yang positif dari seluruh anggota masyarakat
didalam arti terbentuknya suatu opini masyarakat yang menerima kewajiban
perpajakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan.
(2) Masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar
Penyuluhan kepada golongan ini diberikan terutama untuk membantu
mereka dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal-hal pokok yang
dibicarakan adalah tatacara perpajakan, undang-undang perpajakan, dan ketentuan
pelaksanaannya.
(3) Aparatur Negara
Yang termasuk aparatur negara ialah pejabat negara, pejabat di daerah, dan
B. Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan 1. Mekanisme Pembayaran PPh
Di dalam mekanisme pembayaran PPh, wajib pajak dikenakan angsuran
setiap bulannya yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak tersebut untuk setiap
bulan dalam tahun berjalan. Angsuran ini ialah angsuran PPh Pasal 25. Angsuran PPh
Pasal 25 ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh.
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak tersebut ternyata lebih
besar daripada angsuran PPh Pasal 25, maka wajib pajak harus menyetorkan kembali
kekurangan pembayaran pajak tersebut (PPh Pasal 29).
2. Mekanisme Penyampaian Pajak Penghasilan (PPh) Badan
Setiap wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar,
lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak (Pasal 3 ayat (1) UU KUP).
Wajib pajak mengambil sendiri surat pemberitahuan di tempat yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang
tatacara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
(Pasal 3 ayat (2) UU KUP) seperti : Kantor Pelayanan Pajak, mobil keliling, dropbox,
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Rendahnya Pemahaman Wajib Pajak Badan
Dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, setiap Wajib Pajak Badan
terlebih dahulu harus melakukan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Badan dan
menyampaikannya yang didalamnya ada Pajak Penghasilan (PPh) Badan tersebut.
Didalam pengisian SPT tersebut, wajib pajak harus mengisi secara benar, lengkap,
dan jelas baik itu mengenai nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), jenis
usaha, penghasilan bruto, penghasilan neto, dan lain sebagainya. Karena apabila
terjadi kesalahan pengisian, akan dapat merugikan pihak wajib pajak yaitu besarnya
pajak yang harus dibayar disebabkan bunga atau denda yang karena kesalahan
ataupun keterlambatan dalam penyampaian SPT tersebut.
Jadi, setiap Wajib Pajak Badan dalam melakukan pengisian dan
penyampaian SPT dan melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan
(PPh) Badan tersebut harus sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan pemerintah
yaitu perundang-undangan perpajakan yang memang harus dipenuhi oleh Wajib
Pajak Badan agar didalam melakukan pembayaran tidak mengalami kesulitan karena
ketidaktahuan mengenai peraturan yang ada. Setidaknya menjadi wajib pajak yang
taat pada undang-undang yang berlaku. Berikut ini penulis akan menyajikan dalam
bentuk tabel perbandingan jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar (dari tahun 2007
s
/d tahun 2012) dan jumlah Wajib Pajak Badan yang melaksanakan pembayaran dan
TABEL 4.1
[image:39.612.115.530.144.407.2]Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Badan yang Terdaftar dan yang Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya
Tabel 4.1 : data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Pada tabel di atas, dapat kita lihat jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar dari
tahun 2007 s/d tahun 2012 semakin meningkat yaitu perinciannya ialah : s/d des. 2007
(7.276), s/d des. 2008 (7.954), s/d des. 2009 (8.700), s/d des. 2010 (9.648), s/d des. 2011
(10.595), dan s/d apr. 2012 (11.023). Sedangkan jumlah Wajib Pajak Badan yang
melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan bervariasi,
artinya tidak selalu meningkat dari tahun ke tahun malahan ada yang menurun
(dari tahun 2009 ke tahun 2010). Perinciannya ialah : s/d des. 2007 (1.855), s/d des.
2008 (2.020), s/d des. 2009 (2.378), s/d des. 2010 (2.221), s/d des. 2011 (2.459), dan s/d
apr. 2012 (2.636). Wajib Pajak Badan yang belum membayarkan dan melaporkan
Pajak Penghasilannya ditentukan oleh beberapa sebab/faktor yaitu :
(1) dari pihak wajib pajak
(1.1) Masyarakat yang termasuk awam dalam masalah perpajakan yaitu mereka
yang sama sekali belum mengetahui ketentuan perundang-undangan perpajakan
sehingga masyarakat seperti ini belum mengetahui hak dan kewajiban
perpajakan.
(1.2) Masyarakat pada umumnya sudah mengetahui kewajiban perpajakannya
namun, dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena kurang memahami
petunjuk teknis perpajakan.
(1.3) Wajib pajak sudah mengetahui tatacara pengisian SPT dan sudah
mengetahui pelaksanaan pembayaran dan pelaporan PPh Badan, tetapi dengan
sengaja tidak menyampaikannya. Ini karena tingkat kesadaran/kepatuhan wajib
pajak masih kurang tentang pembayaran pajak karena denda yang ditimbulkan
akibat tidak menyampaikan SPT tersebut bisa diatasi wajib pajak tersebut.
(2) dari pihak fiskus
(2.1) Fiskus beranggapan kalau semua Wajib Pajak Badan dapat mengetahui
pelaksanaan pembayaran dan pelaporan PPh Badan tersebut karena sudah ada
buku petunjuk yang memang diberikan kepada wajib pajak secara cuma-cuma.
(2.2) Kurangnya penyuluhan, diskusi, dan seminar tentang perpajakan khususnya
dibidang pelaksanaan pembayaran dan pelaporan PPh Badan.
(2.3) Kurangnya informasi dari pihak fiskus mengenai perkembangan perpajakan
kepada masyarakat atau para Wajib Pajak Badan.
Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan kesadaran
(1) Menerapkan denda dan sanksi atas ketidakpatuhan wajib pajak,
(2) Melakukan himbauan,
(3) Melaksanakan sosialisasi,
(4) Melakukan konselling, dan
(5) Melakukan kunjungan (visiting).
B. Kewajiban Aparat Perpajakan (Fiskus)
Agar pengawasan pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan
Badan berjalan dengan lancar, efisien, dan tepat sasaran, maka pihak fiskus harus
berkewajiban memberikan atau meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dengan
cara :
(1) Memberikan pendidikan kepada fiskus
Pendidikan kepada fiskus diberikan yang bertujuan untuk menciptakan
aparat perpajakan yang bemutu, terampil, berdedikasi, berintegrasi bersih, dan
mampu berkomunikasi dengan wajib pajak yang wajib dibina, dilayani, dan
dibimbing serta mempersiapkan dan menciptakan wajib pajak yang tahu, mau, dan
mampu melaksanakan hak dan kewajiban pajaknya dengan baik.
Pendidikan yang diberikan kepada fiskus baik melalui penataran, seminar.
diskusi, kampanye, dan penyuluhan perpajakan dalam berbagai tempat dan
kesempatan.
(2) Memberikan pelayanan langsung di Kantor Direktorat Jenderal Pajak
Untuk lebih mempermudah wajib pajak memperoleh penjelasan dan
informasi perpajakan serta perkembangan terbaru, maka di semua Kantor Pelayanan
disiapkan dengan alamat bagian penerangan dan informasi perpajakan. Wajib pajak
dapat memperoleh pelayanan dengan cepat dan tepat di tempat yang terdekat yang
diberikan secara cuma-cuma.
(3) Memberikan penyuluhan
Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem penyampaian informasi,
konsultasi, dan bimbingan perpajakan secara berkesinambungan kepada masyarakat
guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan anggota masyarakat
tersebut untuk memperoleh hak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penyuluhan
dilakukan atau diberikan kepada masyarakat pada umumnya, masyarakat wajib pajak
yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar, dan kepada aparatutr negara.
C. Pengawasan Pajak yang Efektif dan Efisien
Dalam pelaksanaan pengawasan pajak, tentunya jangan sampai
menimbulkan hambatan atau bantahan dari masyarakat (dengan catatan pengawasan
pajak tersebut harus berdasarkan dengan undang-undang), maka untuk
menghindarkan hambatan atau bantahan dari masyarakat tersebut, harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
(1) Bijaksana
Bijaksana maksudnya, pihak fiskus tidak langsung melakukan pengawasan
secara sepihak tanpa memberitahukan terlebih dahulu tetapi menugaskan verifikator
ke tempat dimana Wajib Pajak Badan berada. Para petugas yang ditugaskan ke
lapangan dalam melakukan pengawasan selalu diberi Surat Perintah Verifikasi
memberitahukan telebih dahulu, hendaknya pihak fiskus tidak semena-mena terhadap
Wajib Pajak Badan tersebut.
(2) Adil
Pengawasan pajak harus berdasarkan undang-undang. Dengan demikian,
undang-undang dalam pemungutan pajak harus adil. Ukuran adil ini sangat sulit.
Karena bagi pihak fiskus, suatu pengawasan pajak yang dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan telah adil tetapi bagi wajib pajak belum tentu adil.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah dalam pengawasan pajak harus secara umum
dan merata dan tidak kalah pentingnya adalah disesuaikan dengan kemampuan
masyarakat.
(3) Merata
Merata disini maksudnya, jangan membedakan antara perusahaan yang
bonafit dan perusahaan yang kecil.
(4) Sederhana tetapi tegas
Sistem pengawasan yang sederhana tetapi tegas akan memudahkan
masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kalau sistem pengawasan
yang sederhana saja tetapi tidak tegas, Wajib Pajak Badan enggan melaporkan Pajak
Penghasilannya karena tidak ada sanksi yang tegas dari pihak fiskus.
(5) Pengawasan Langsung
Dalam melakukan pengawasan langsung, Kantor Pelayanan Pajak diberikan
hak untuk meminta bukti-bukti Wajib Pajak Badan yang diperlukan dan Wajib Pajak
maupun tidak tertulis secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat
Wajib Pajak Badan tersebut terdaftar.
D. Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang tidak Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya
Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang dengan sengaja tidak
melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya terbagi menjadi
beberapa yaitu Wajib Pajak Badan yang sering melakukan penundaan dalam
membayar pajak, Wajib Pajak Badan yang melakukan Tax Avoidance, dan Wajib
Pajak Badan yang melakukan Tax Evasion dalam melakukan pengelakan Pajak
Penghasilannya.
1. Wajib Pajak Badan yang Sering Melakukan Penundaan
Pajak diartikan ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Walaupun pajak bersifat memaksa dan
berdasarkan undang-undang, tidak semua Wajib Pajak Badan rela dan ikhlas
membayar pajak. Apalagi dalam kondisi perekonomian masyarakat seperti sekarang
ini. Banyak Wajib Pajak Badan yang menunda pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilannya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak Badan untuk
melakukan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya, kurangnya pengawasan
dari pihak fiskus, dan sanksi atas keterlambatan atau penundaan yang dirasakan oleh
membayarkan dan melaporkan Pajak Penghasilannya serta dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar apabila Wajib Pajak Badan membetulkan SPT Tahunannya. Sehingga
wajib pajak merasa sepele dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Alasan
lain wajib pajak menunda dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilannya
yaitu agar uang yang seharusnya untuk membayar pajak dapat dimodalkan kembali
atau untuk usaha lainnya agar bisa mendapatkan keuntungan yang besar.
Oleh karena itu, dari pihak fiskus sendiri harus melakukan pengawasan
bijaksana, memberikan pengarahan, dan melakukan penyuluhan kepada Wajib Pajak
Badan Melakukan pengarahan yaitu membicarakan tentang tatacara perpajakan,
undang-undang perpajakan, dan ketentuan pelaksanaan termasuk sanksi administrasi
maupun bunga apabila melakukan penundaan pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Badan yang terutang.
2. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Avoidance
Tidak semua Wajib Pajak Badan mempunyai kejujuran dalam melaksanakan
pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya. Kenyataannya, masih ada Wajib
Pajak Badan yang melakukan penghindaran pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilannya dengan cara tax avoidance yaitu merupakan penghindaran pajak
dengan mengikuti aturan yang ada (mencari kelemahan-kelemahan dari peraturan
perpajakan yang ada). Ini berarti penghindaran pajak bisa dilakukan apabila kita
mengetahui kelemahan-kelemahan dari peraturan yang ada.
Pengawasan terdahap Wajib Pajak Badan yang melakukan tax avoidance
fiskus dengan cara pengawasan penelitian, maka wajib pajak tersebut akan
membayarkan Pajak Penghasilannya secara benar tanpa melihat kelemahan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Evasion
Wajib Pajak Badan yang melakukan pengelakan pajak dengan cara ini
merupakan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan karena
dengan jelas-jelas melakukan penghindaran pajak.
Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang melakukan tax evasion ini,
haruslah melakukan pemeriksaan cukup teliti sehingga setiap ada yang coba-coba
melakukan penghindaran pajak selalu mudah ditemukan oleh pihak fiskus.
Pengawasan ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian fiskus yang mau
terjun langsung ke lapangan apabila ada Wajib Pajak Badan yang dicurigai ada
indikasi yang ke arah untuk melakukan penggelapan pajak. Pihak fiskus juga harus
benar-benar teliti dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaannya yaitu dengan
memeriksa dan mengawasi segala dokumen yang ada, laporan keuangan, maupun
catatan-catatan yang berhubungan dengan usaha dari Wajib Pajak Badan tersebut.
Apabila pihak fiskus tidak dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan, wajib
pajak akan lolos dan negara akan dirugikan oleh wajib pajak yang tidak mempunyai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab terakhir ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan pada
bab sebelumnya yaitu :
(1) Masih banyak Wajib Pajak Badan yang belum mengetahui prosedur pelaksanaan
pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.
(2) Dari tahun 2007 s/d tahun 2012, Wajib Pajak Badan yang terdaftar meningkat
sesuai dengan data dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia,
namun tidak selalu diikuti dengan kenaikan yang sama pada pembayaran dan
pelaporannya.
(4) Kesadaran / kepatuhan Wajib Pajak Badan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Polonia masih rendah.
(5) Cara pengawasan yang benar ialah bijaksana, adil, merata, sederhana tapi tegas,
dan pengawasan langsung.
B. Saran
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin
memberikan saran-saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme
Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut antara lain
ialah :
(1) Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dalam lingkungan perpajakan
Polonia. Pembinaan sumber daya manusia tersebut dapat dilaksanakan dengan
memberikan suatu program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara
terencana, terpadu, dan berkesinambungan supaya mampu mengawasi secara
ketat terhadap Wajib Pajak Badan yang melakukan penghindaran terhadap Pajak
Penghasilannya.
(2) Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus melakukan pengawasan secara
menyeluruh terhadap Wajib Pajak Badan yang melanggar ketentuan perpajakan
dan memberikan sanksi yang tegas apabila Wajib Pajak Badan tersebut terbukti
melanggar ketetentuan perpajakan.
(3) Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus sering melakukan penyuluhan,
diskusi, dan seminar tentang perpajakan khususnya di bidang pelaksanaan
pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.
(4) Hendaknya Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik yang didalamnya terdapat Tax Centre lebih meningkatkan kerja sama
dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I untuk
meningkatkan pehamaman Wajib Pajak Badan dalam melakukan pembayaran
DAFTAR PUSTAKA
Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta
Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakata \
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta
Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta
Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang R.I Nomor 28 Tahun 2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak