PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL
PEMBELAJARAN EKSPOSITORI MENGGUNAKAN MEDIA SOFTWARE- AUTOGRAPH
TESIS
Diajukan un tuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: ANIM Nim: 8146171004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
i ABSTRAK
ANIM. Perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa melalui model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran ekspositori menggunakan media Software-Autograph. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Pembelajaran Inkuiri berbantuan Autograph dan siswa yang memperoleh model pembelajaran Ekspositori berbantuan Autograph, (2) Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa, (3) Perbedaan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Model Pembelajaran Inkuiri berbantuan Autograph dan siswa yang memperoleh model pembelajaran Ekspositori berbantuan Autograph (4) Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemandirian belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Pematangsiantar, dengan analisis ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa antara siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri berbantuan autograph dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori berbantuan Autograph, (2) Terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komuniksi matematik siswa (3) Terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa antara siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri berbantuan Autograph dengan model pembelajaran ekspositori berbantuan Autograph, (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemandirian belajar siswa.
i ABSTRACT
ANIM. The difference in mathematical communication ability and independence of student learning through inquiry learning model and the model of expository using media Autograph Software . Thesis. Medan: Study Program of Mathematics Education Post Graduate State University of Medan, 2016.
This study aimed to determine: (1) The difference in mathematic communication skills between students who acquire learning through Inquiry Learning Model assisted by Autograph and students who obtain teaching Expository model assisted by Autograph, (2) the interaction between the learning model and the students’ early mathematics ability (high, medium and low) to the students’ mathematics communication skills, (3) the difference of learning independence of students who acquire learning through Inquiry Learning Model assisted by Autograph and students who obtain Expository teaching model assisted by Autograph (4) the interaction between the learning model and the early students’ mathematics ability (high, medium and low) to the independence of student learning.
This research was semi-experimental. The study population was class X of SMA Negeri 5 Pematangsiantar, with two lanes ANOVA analysis. The results showed that (1) There were differences in students’ mathematic communication skills among students who received inquiry learning model assisted by Autograph to students who obtained an expository model assisted by Autograph, (2) There was interaction between the learning model used and the students’ early mathematics ability to the students’ mathematic communication, (3) There was difference in the independence of student learning between students who received inquiry learning model assisted by Autograph with the model of expository assisted by Autograph, (4) There was interaction between the learning model used and the students’ early mathematics ability to the independence of student learning.
i telah memberikan curahan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga Tesis yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dan Model Pembelajaran
Ekspositori Menggunakan Media Software- Autograph” ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah mencurahkan berkahNya atas Tesis ini, baik bagi yang menulis maupun yang membaca. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini tidak akan mendapatkan suatu hasil yang baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, saran serta doa dari berbagai pihak. Dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih,
jazakumullah khairan katsiiran kapada semua pihak yang telah banyak membantu
selesainya penulisan Tesis ini,
1. Secara khusus dan istimewa penulis mengucapkan terima kasih dan hormat kepada orangtua saya Ayahanda Suroso dan Ibunda Suparti untuk semua kasih sayang, doa, motivasi, jerih payah serta dukungan penuh untuk setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini. Ucapan ku “ Anim
Sayang Emak Dan Bapak, semoga Allah selalu memberi kesehatan dan murah
rezki pada kedua ortu ku,aamiin”.
2. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan banyak ilmu, bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai selesai.
ii
memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.
5. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.
7. Seluruh staf pegawai di lingkungan Pascasarjana UNIMED
8. Kepada Bapak Drs. Helmi, M.Pd, selaku kepala sekolah dan Ibu Safrida S.Pd, selaku guru mata pelajaran kelas X SMA Negeri 5 Pematangsiantar serta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesepatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Kepada saudara kandungku kak Rani yang sedang mengandung dan abangku Iko Fiali ,abang Ipar Suprianto, mereka yang selalu menjadi teman sharing dan buat keponakanku yang sholeh “Lintang Azril dan Hadyan Hanif” yang selalu menjadi kekuatan dan Penghilang rasa lelahku
10. Adik tersayangku Alm. Tri Utami “Ya Allah,sampaikan salam rindu dan
sayangku untuknya, ampunkan dosanya, ringankan siksa kubur untuknya” dan
Sahabatku tercinta Dwita Febrina Pinem, Risma, Silmi Tasliyah, yang selalu ada saat suka maupun duka, semoga Allah balas semua dan mempermudah segala urusan kalian, Aamiin ya Allah ;’)
11. Teman seperjuanganku : Mega Multina (kak me), Nur Asyiah Nst (Cia), Fitri Ayunita (Kak Fitri),ayoo belum berhenti perjuangan kita sampai disini, masih harus terus berjuang dalam masa pencarian pekerjaan yang terbaik demi masa depan yang cerah semoga dipermudah langkah kita Aamiin
iii
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis semoga di permudah dalam urusan Tesisnya salam kompak selalu.
12. Teristimewa kepada rekan-rekan kos, Aira, Ciah, Dani, Diana, Flora, Lidya, Wulan, Kak Geby terima kasih untuk doa dan semangatnya, for all terima kasih untuk persaudaraan kita yang telah menjadi keluarga kecil di rumah kedua kita di Medan Pancing, Jalan Perjuangan, Gang Ibadat No 08 A semoga ridho Allah selalu tercurahkan dan selalu kompak.. aamiin, ”ma’a najah untuk
adik-adik ya..”
13. Untuk Ibu Sopia beserta suami dan muridku termanis Sopia serta kak Yanti dan nenek Sopia, yang gak kalah perannya dalam memberi sumbangsi dalam penulisan tesis ini terima kasih selalu membantuku dengan penuh ikhlas salam kekeluargaan semoga selalu terjaga silaturahmi kita
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.
Medan, April 2016
v
2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika ... 21
A. Pengertian Komunikasi... 21
B. Pengetian Komunikasi Matematik ... 22
C. Kemampuan Komunikasi Matematika ... 27
D. Indikator Kemampuan komunikasi ... 30
2.1.2 Kemandirian Belajar ... 31
2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri ... 34
A. Model Pembelajaran ... 34
B. Model Pembelajaran Inkuiri ... 35
C. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri... 42
2.1.4 Pembelajaran Ekspositori ... 45
2.1.5 Media Software Autograph dalam Pembelajaran ... 51
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 102
4.2 Rangkuman Hasil Pengujian hipotesis penelitian ... 121
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 122
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 135
5.2 Implikasi ... 136
5.3 Saran ... 137
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri ... 44
Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Inkuiri Dan Ekspositori Berbantuan Autograph ... 56
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian ... 74
Tabel 3.2 Keterkaitan Variabel Bebas Dan Terikat Serta Kam... 77
Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 80
Tabel 3.4 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Kam ... 81
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi ... 82
Tabel 3.6 Skor Kemampuan Komunikasi... 82
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Skala Kemandirian Belajar Matematis ... 84
Tabel 3.8 Skor Alternative Jawaban Skala Kemandirian Belajar ... 85
Tabel 3.9 Kategori Kemandirian Belajar Siswa ... 93
Tabel 3.10 Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis Penelitian, Hipotesis Statistik, Alat Uji, Dan Uji Statistik ... 99
Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Tes Kam Siswa Tiap Kelas Sampel ... 103
Tabel 4.2 Deskripsi Pengelompokkan Siswa Berdasrkan Kam ... 104
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes Kam Secara Manual ... 106
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians Tes Kam Secara Manual ... 107
Tabel 4.5 Data Hasil Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 108
Tabel 4.6 Hasil Normalitas Posttes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Seara Manual ... 111
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Posttes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara Manual ... 112
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Anava Manual Nilai Komunikasi Matematis Siswa ... 113
Tabel 4.9 Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa... 115
Tabel 4.10 Hasil Normalitas Angket Kemandirian Belajar Siswa Secara Manual ... 117
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Angket Kemandirian Beajar Siswa Secara Manual ... 118
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Anava Manual Nilai Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 119
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Dengan Taraf Sinifikan 5% ... 121
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Siswa ... 7
Gambar 2.1 Tidak Terdapat Interaksi ... 60
Gambar 2.2 Interaksi Ordinal ... 61
Gambar 2.3 Interaksi Disordinal ... 61
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 101
Gambar 4.1 Kegiatan Siswa Belajar Bersama Dalam Kelompok ... 125
Gambar 4.2 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 126
Gambar 4.3 Guru Menerangkan Pelajaran Siswa Mendengarkan ... 127
ix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Rata-Rata Skor KAM (Tinggi, Sedang Dan Rendah) ... 105 Diagram 4.2 Skor Rata-Rata Posttest Kemampuan Komunikasi ... 109 Diagram 4.3 Skor Rata-Rata Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis
Tiap Indikator ... 109 Diagram 4.4 Interaksi Antara Model Pembelajaran Dengan KAM
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 114 Diagram 4.5 Skor Rata-Rata Angket Kemandirian Belajar Siswa Tiap
Indikator ... 115 Diagram 4.6 Skor Rata-Rata Nilai Angket Kemandirian Belajar ... 116 Diagram 4.7 Interaksi Antara Model Pembelajaran Dengan KAM
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke-21, merupakan abad global dimana kehidupan
bermasyarakat berubah dengan cepat karena dunia semakin menyatu apalagi
ditopang oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga
batas-batas masyarakat dan negara menjadi kabur. Selain itu, kehidupan dalam era
global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar, maka
untuk melaksanakan perubahan dalam bidang pendidikan tersebut, sejak tahun
1998 UNESCO telah mengemukakan dua basis landasan: Pertama; Pendidikan
harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (Learning to know),
belajar melakukan (Learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (Learning
to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (Learning to be); kedua, belajar
seumur hidup (life long learning) (Mulyasa, 2013).
Untuk membenahi dunia pendidikan, faktor sumber daya manusia
merupakan salah satu fokus utama yang perlu didiskusikan, dalam pembangunan
di era globalisasi saat ini, menurut Mulyasa (2013)
“Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih, pemerataan layanan pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan yang transparan, berkeadilan dan demokrasi untuk menyiapkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global.”
Hal ini sejalan dengan penekanan karakter dalam pengembangan kurikulum
2013; diharapkan dapat menyiapkan SDM yang berkualitas, sehingga masyarakat
dan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai masalah dan tantangan yang
2
Selain itu, pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya
manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah.
Sumber daya manusia yang bermutu adalah sumber daya manusia yang mampu
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhannya dan
menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang
dinamis. Dalam hal ini perlu dicermati betul bagaimana kualitas pendidikan yang
sudah dicapai dan bagaimana mengejar ketertinggalan, agar bangsa kita sejajar
dengan bangsa lain. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global.
Namun pada kenyataannya kualitas pendidikan masih tergolong rendah,
kualitas pendidikan Indonesia yang rendah dapat dilihat dari beberapa
indikator. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum
siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.
Kedua, peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2014,
Indonesia yang masih rendah. Dari 187 negara di dunia, peringkat IPM
Indonesia berada dalam urutan ke-108 (dalam www.unic-jakarta.org). Ketiga,
laporan International Educational Achievement (IEA) pada tahun 2008 bahwa
kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39
negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui hasil
studi internasional oleh Programme for International Student Assessment (PISA)
tahun 2009 (http://www.pisa.oecd.org) yang menempatkan Indonesia dalam hal
3
Singapura yang berada diurutan ke-2 dan masih dibawah Thailand yang berada
diurutan ke-50.
Selain itu catatan berdasarkan hasil survei United Nations Development
Programme (UNDP) juga menunjukkan pada tahun 2013 HDI (Human
Development Index) Indonesia menempati peringkat 108, bandingkan dengan
Brunei 30, Singapura 9, Malaysia 62,Thailand 89 dan Srilangka
ke-73.
Dalam mencermati perubahan yang terjadi, perlu adanya percepatan
(acceleration) dalam proses pembelajaran, yang bermuara pada terciptanya
pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien, dan optimal. Ilmu pengetahuan dan
teknologi tentunya akan semakin terus berkembang, jika kita tidak ingin
ketinggalan dibanding negara lain, maka penguasaan matematika yang kuat sejak
dini merupakan suatu solusi, sebab matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan mampu mengembangkan daya pikir manusia.
Hal ini sejalan dengan peran penting pendidikan matematika menurut
pendapat NCTM (National Council of Teachers of mathematics) (2000)
menyatakan :
“Di dalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang produktif, lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut tertutup.”
Dengan demikian, jelaslah mengapa matematika menjadi pelajaran wajib
bagi setiap orang. Bahkan dapat pula dikatakan bahwa matematika merupakan
4
besarnya peranan matematika dalam kehidupan manusia, maka tidak
mengherankan bila matematika selalu menjadi perhatian dan mendapat sorotan
dari berbagai pihak, bahkan rendahnya prestasi matematika siswa telah menjadi
masalah nasional yang perlu mendapat pemecahan yang segera dan seoptimal
mungkin. Sehingga dapat dipastikan bahwa matematika merupakan bidang studi
yang wajib dipelajari oleh semua siswa SD, SMP, SMA, bahkan sampai semua
program studi di Perguruan Tinggi.
Pembelajaran matematika sendiri memiliki fungsi sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang
diperlukan bagi manusia sebagai mahluk sosial seperti yang tertera pada
salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2004 bahwa melalui
pembelajaran matematika siswa dapat mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-
coba. Ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang tertera dalam
National Council of Teacher of Mathematics (2000) yaitu: (1) komunikasi
matematika (mathematical communication); (2) penalaran matematika
(mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematika (mathematical
problem solving); (4) koneksi matematika (mathematical connections); (5)
representasi matematika (mathematics representation).
Dalam Kurikulum 2013 (dalam Kusumah, 2015) dirancang untuk
memenuhi harapan masa depan. Struktur kurikulum didalamnya dirancang untuk
5
Kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa melalui implementasi kurikulum ini
di antaranya adalah: (1) kemampuan komunikasi; (2) kemampuan berpikir kritis;
(3) memiliki tanggung jawab; (4) memiliki minat dalam kehidupan; (5) memiliki
kecerdasan sesuai dengan bakatnya; (6) mampu menghadapi arus globalisasi; dan
(7) memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda.
Namun pada kenyataannya dapat dilihat pendidikan matematika di
Indonesia belum mencapai tujuan yang diinginkan. Di samping itu, masih sering
terdengar kritikan dan sorotan tentang rendahnya mutu pendidikan oleh
masyarakat yang ditujukan lembaga pendidikan, baik secara langsung maupun
lewat media terutama pada mata pelajaran matematika.
Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa penguasaan terhadap matematika
adalah suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi, demi kelangsungan hidup manusia
di masa yang akan datang, khususnya bagi para siswa sebagai pelajar karena masa
depan bangsa ada di pundaknya. Salah satu solusinya dapat diupayakan dengan
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Sesuai dengan yang
terdapat dalam the National Council of Teachers of Mathematics (NCTM,2000)
dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian esensial dari matematika dan
pendidikan matematika. Menurut Viseu (2012) Dalam pelajaran komunikasi
interaksi yang terjadi di kelas membantu siswa untuk membangun dan
memodifikasi pengetahuan matematika mereka.
Menurut Baroody (Ansari, 2012) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan
penting mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di
kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak
6
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara
jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai
wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antar guru dan siswa.
(Fahradina, 2014) pendapat tersebut mengisyaratkan pentingnya komunikasi
dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi, siswa dapat menyampaikan
ide-idenya kepada guru dan kepada siswa lainnya. Hal ini berarti kemampuan
komunikasi matematis siswa harus lebih ditingkatkan.
Beberapa indikator kemampuan komunikasi pada penelitian ini yaitu: (1)
Kemampuan siswa menyatakan ide matematik melalui argumen sendiri (2)
Memahami dan menuliskan masalah dari benda nyata, gambar dan tabel kedalam
ide matematika (Menulis) (3) Mengekspresikan ide-ide matematika dalam bentuk
gambar (Menggambar).
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa selama ini guru jarang dan tidak mampu
menciptakan suasana belajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi timbal
balik dalam pembelajaran matematika.
Berikut adalah salah satu hasil penyelesaian soal komunikasi yang
dikerjakan oleh siswa SMA Negeri 5 Pematangsiantar :
Diketahui suatu fungsi f(x) = x -4x + 3, ditanya: a) Gambarlah fungsi tersebut
dalam bentuk grafik fungsi kuadrat, b) tuliskan hubungan nilai a terhadap gambar
7
Gambar 1.1 Jawaban Siswa
Dari jawaban yang diperoleh siswa, dapat terlihat bahwa siswa kesulitan
bagaimana memahami/ menafsirkan bentuk f(x) = x -4x + 3 kedalam bentuk
grafik fungsi, sehingga siswa tidak mampu menggambarkan grafik dari fungsi
tersebut. Akibatnya, hasil akhir yang diminta untuk menuliskan hubungan nilai a
terhadap gambar tidak diperoleh oleh siswa.
Selain itu, rendahnya kemampuan komunikasi matematis juga
diungkapkan Fachrurazi (2011):
“Prestasi Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.”
Kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu untuk
diperhatikan, apabila siswa mempunyai kemampuan komunikasi tentunya akan
membawa siswa kepada pemahaman konsep matematika yang dipelajari. Melalui
komunikasi, seseorang akan dapat mengungkapkan gagasan, temuan atau bahkan Siswa tidak mampu
menggambar grafik
8
perasaannya terhadap orang lain. Fachrurazi (2011) siswa perlu dibiasakan dalam
pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta
memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa
yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Hal ini berarti guru harus
berusaha untuk mendorong siswanya agar memiliki kemampuan komunikasi yang
baik. Komunikasi dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep abstrak
matematika. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
kemamspuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui
peristiwa dialog atau saling berinteraksi di lingkungan kelas dimana terjadi
pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang
dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu
masalah. Selama ini siswa jarang sekali mengkomunikasikan ide-ide matematika
sehingga sulit untuk memberikan penjelasan yang tepat, jelas, dan logis atas
jawabannya.
Selain kemampuan komunikasi sebagai aspek kognitif siswa, kemandirian
belajar siswa sebagai aspek afektif juga penting dalam pembelajaran matematika.
Menurut Pintrich (1990) Kemandirian belajar siswamengacu pada pengalaman
diri yang dihasilkan, perasaan, dan tindakan yang direncanakan dan disesuaikan
dengan pencapaian tujuan pribadi.
Kemandirian dalam belajar merupakan keharusan dan tuntutan dalam
pendidikan saat ini. Seperti yang diungkapkan Sumarmo dalam Fahradina (2014)
bahwa disamping pentingnya kemampuan komunikasi dalam matematika, juga
9
belajar, memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar, dan mengevaluasi proses
dan hasil belajar, yang merupakan indikator dari kemandirian belajar siswa.
Kemandirian belajar adalah suatu keterampilan belajar yang dalam
proses belajar individu didorong, dikendalikan, dan dinilai oleh diri individu itu
sendiri. Sehingga dengan demikian, peserta didik mengatur pembelajarannya
sendiri dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan psikomotor yang ada pada
dirinya sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.
Menurut Bandura dalam (Sumarmo, 2006) mendefinisikan kemandirian
belajar (Self Regulated Learning) sebagai kemampuan memantau perilaku sendiri,
dan merupakan kerja-keras personaliti manusia. Selanjutnya Bandura
menyarankan tiga langkah dalam melaksanakan Self Regulated Learning yaitu:
(1) Mengamati dan mengawasi diri sendiri, (2) Membandingkan posisi diri
dengan standar tertentu, dan (3) Memberikan respons sendiri (respons positif dan
respons negatif). Strategi (Self Regulated Learning) memuat kegiatan:
mengevaluasi diri, mengatur dan mentransformasi, menetapkan tujuan dan
rancangan, mencari informasi, mencatat dan memantau, menyusun lingkungan,
mencari konsekuensi sendiri, mengulang dan mengingat, mencari bantuan sosial,
dan me-review catatan.
Terkait dengan kemandirian belajar siswa terhadap matematika, sebagian
besar siswa belum menunjukkan aktivitas kemandirian belajar, hal ini terlihat dari
hasil wawancara dengan salah satu guru SMA Negeri 5 Pematangsiantar, dimana
salah seorang guru yang mengatakan kebanyakan siswa sekarang bersifat serba
pasif, semuanya harus diperintahkan baik itu hal yang sebenarnya kebutuhan
10
guru maka tetap tidak tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak dibaca. Siswa
lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dari pada mengulang
pembelajaran yang sudah diajarkan, dalam hal ini kemandirian belajar siswa
bagaimana siswa menganalisis soal, memonitor proses penyelesaian, dan
mengevaluasi hasilnya, kurang ditunjukkan pada diri siswa.
Oleh sebab itu, keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan
kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru saja, akan
tetapi terletak pada kemandirian belajar siswa itu sendiri. Untuk menyerap dan
menghayati pelajaran jelas sangat diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri,
sehingga kemandirian belajar menjadi salah satu penentu apakah siswa mampu
menghadapi tantangan atau tidak. Selain itu, kemandirian belajar atau
Self-Regulated Learning juga diperlukan agar siswa mempunyai tanggung jawab
dalam mengatur kedisiplinan diri untuk mengembangkan kemampuan belajarnya
juga atas kemauan sendiri. Tandilling, 2012 menyatakan bahwa :
“Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi, pemahaman, dan kemandirian belajar adalah dengan melatih siswa mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar guru matematika jarang memberikan soal-soal matematika kepada siswanya dalam bentuk non-rutin. Guru hanya terpaku pada soal-soal
rutin yang hanya melatih siswa secara mekanistik dan sifatnya teks
book.”
Menyikapi permasalahan dalam pendidikan matematika sekolah tersebut,
terutama menyangkut pentingnya kemampuan komunikasi matematika,
dihubungkan dengan aktivitas kemandirian belajar siswa dalam proses
pembelajarannya yang dilakukan dikelas atau lingkungan sekolah sehingga
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Dengan demikian, untuk
11
matematika, penyampaian materi matematika harus menyenangkan, mudah
dipahami, tidak menakutkan, dan tunjukkan bahwa matematika banyak
kegunaannya. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan
lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan tingkat kognitif
siswa.
Dari hasil pengamatan di atas, diduga penyebab utamanya yaitu,
pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ceramah
(ekspositori) dan guru masih mengajarkan matematika dengan materi pelajaran,
dimana guru menerangkan, siswa mencatat materi pelajaran, pada saat mengajar
matematika guru langsung menjelaskan materi yang akan dipelajari dilanjutkan
dengan contoh soal dan latihan. Kegiatan siswa hanya seputar mengerjakan soal
berdasarkan rumus dan contoh yang pernah diberikan oleh guru. Tentunya jika
diberikan soal, siswa hanya mampu menjawab soal yang sama seperti yang
dilatihkan oleh guru di dalam kelas. Namun, jika siswa dihadapkan pada soal yang
sedikit berbeda, maka siswa akan kesulitan. Kesulitan ini timbul karena pola
pengajaran yang tidak memungkinkan siswa mengeksplor pengetahuannya
sendiri, dan menuntut siswa mengerjakan soal sebagaimana yang telah
dicontohkan, sehingga siswa menjadi tergantung dengan guru. Oleh sebab itu, jika
siswa tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan, maka siswa menjadi turun
semangatnya untuk belajar matematika karena ia beranggapan matematika itu
sangat sulit untuk dipelajari. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru,
komunikasi matematika siswa tidak berkembang, keinginan untuk belajar
kembalipun tidak ada, dan mereka pun akan menggolongkan matematika sebagai
12
Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa
untuk menghapal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya lalu
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa
hanya sebatas menerima apa yang disampaikan oleh guru saja, akibatnya tingkat
komunikasi siswa dan kemandirian belajar siswa rendah sehingga siswa tidak
mampu menggunakan matematika itu dalam memecahkan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa bukan lagi sebagai subjek
pembelajaran melainkan objek pembelajaran. Siswa diajari dan bukan
dibelajarkan. Keadaan seperti ini sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas
tugas belajarnya.
Menanggapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika
di sekolah, perlu dicari suatu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan ide/gagasan matematik secara optimal sehingga siswa menjadi
lebih mandiri. Untuk mencapai kemampuan siswa dalam matematika supaya
mengalami perubahan kearah yang lebih baik, siswa dituntut berperan aktif
selama proses pembelajaran.
Selain itu, perlu dicari pula solusi pembelajaran yang dapat menyelesaikan
semua permasalahan yang dihadapi siswa. Guru haruslah dapat menciptakan
suasana belajar yang mampu mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki siswanya
dalam menyelesaikan soal yang dihadapi siswa, ini nantinya diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa serta kemandirian siswa sehingga
13
Uno (2008) sebenarnya begitu banyak karakteristik yang bisa diidentifikasi
dalam diri siswa yang dapat membawa pengaruh pada pelaksanaan dan hasil
pengajaran secara keseluruhan, salah satunya adalah kemampuan awal siswa yang
berguna sebagai pijakan dalam pemilihan model pengajaran yang optimal. Ini
sebabnya kemampuan awal amat penting perananya dalam meningkatkan
kebermaknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam
memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar.
Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya model pembelajaran
menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan model
pembelajaran harus dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa yang
heterogen. Sehingga perlu dilihat interaksi terkait pengaruh kemampuan awal
siswa dengan pemilihan model pembelajaran yang akan diberikan.
Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan
siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa mampu
mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun terhadap
materi matematika itu sendiri serta mampu menumbuhkan sikap kemandirian
dalam belajar dan dalam penyelesaian soal matematika. Berbagai cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan komunikasi siswa dan kemandirian belajar siswa
adalah dengan melaksanakan model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan
oleh guru.
Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, baik secara
mental, fisik maupun sosial. Pada pembelajaran matematika hendaknya
14
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa
berpikir aktif dan meningkatkan komunikasi matematik siswa akan pembelajaran
matematika adalah model pembelajaran inkuiri. Inkuiri merupakan salah satu
model mengajar yang erat kaitannya dengan menempatkan siswa sebagai subjek
belajar yang aktif, sesuai dengan pendapat Kuhlthau dkk (dalam Abidin, 2014)
bahwa;
“Model inkuiri adalah model pembelajaran yang tidak hanya diorientasikan bagi pencapai penguasaan materi pembelajaran melainkan lebih jauh ditunjukkan guna membina kompetensi mencari informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi melalui serangkaian proses penelitian. Dalam praktiknya siswa dilibatkan pada seluruh tahapan penelitian dari tahap penentuan masalah hingga mempresentasikan hasil penelitian sebagai produk akhir pembelajaran.”
Pada model ini siswa terlibat aktif bekerja sama mencari, menggali,
mengeksplorasi, mencoba-coba, menyelidiki dari berbagai keadaan, untuk
menemukan dan mengkonstruksi ide baru, pengetahuan baru, berdasarkan
berbagai sumber informasi dan pengetahuan awal atau konsep yang telah dikuasai
sebelumnya, dan selanjutnya menyimpulkan, menguji simpulannya dan memberi
laporan atas hasil kerjanya. Sehingga dengan model pembelajaran inkuiri
kemampuan komunikasi dan kemandirian siswa akan meningkat.
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi
matematik siswa dan kemandirian belajar siswa adalah dengan model
pembelajaran yang diterapkan guru selama ini kemudian dipadankan dengan
penggunaan media pembelajaran berbasis ICT yang akan memberikan banyak
kemudahan bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Penggunaan ICT termasuk salah satu dari enam prinsip sekolah
15
mathematics; it influences the mathematics that is taught and enhances students'
learning.” yang berarti bahwa teknologi adalah alat penting untuk mengajar dan
belajar matematika, itu mempengaruhi matematika yang diajarkan dan
meningkatkan belajar siswa. Sementara untuk penerapan di kelas, penggunaan
ICT dapat diintegrasikan dengan beberapa pendekatan belajar, salah satunya
pendekatan penemuan terbimbing, ini sejalan dengan pernyataan Karnasih
(2008),” There are four different approaches can be implemented in integrating
ICT teaching and learning mathematics: 1) Expository learning; 2) Inquiry based
learning; 3) Cooperative learning; and 4) Individual learning”. Pernyataan
Karnasih di atas menunjukkan penggunaan ICT sangat cocok jika diintegrasikan
dengan penemuan terbimbing (Saragih, 2012).
Beberapa penelitian (Kulik et al., 1985) dalam Kusumah (2015)
memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional,
pembelajaran interaktif dengan media komputer memiliki beberapa keuntungan.
Salah satu keuntungan tersebut diantaranya adalah penggunaan komputer yang
tepat akan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, kecepatan siswa
dalam penguasaan konsep yang dipelajarinya lebih tinggi, retensi siswa lebih
lama, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diikutinya menjadi semakin
positif.
Salah satu Software komputer yang dapat digunakan untuk membantu guru
dalam melaksanakan pembelajaran matematika khususnya pada materi fungsi
kuadrat dengan model pembelajaran Imkuiri yaitu SoftwareAutograph
Menurut Karnasih (2008) menyatakan bahwa :
“Software Autograph adalah salah satu media yang dapat digunakan
16
transformasi, geometri, persamaan, koordinat, differensial, grafik, aljabar dan lain-lain.”
Selain itu Autograph merupakan program komputer yang digunakan sebagai
salah satu media pembelajaran yang menitikberatkan peran aktif siswa dalam
belajar eksplorasi dan investigasi. Desain Autograph melibatkan tiga prinsip utama
dalam belajar, yaitu fleksibilitas, berulang-ulang, dan menarik simpulan. Prinsip
ini sangat selaras dengan ciri-ciri penemuan terbimbing yang mengarahkan siswa
pada pengalaman investigasi dalam belajar Matematika (Saragih, 2012).
Dengan Autograph siswa dapat menguji lebih banyak contoh-contoh
dalam waktu singkat dibandingkan secara manual, sehingga dari ekperimennya
siswa dapat menemukan, mengkonstruksi dan menyimpulkan prinsip-prinsip
matematika, dan akhirnya paham bagaimana menggambar dan membaca grafik
fungsi kuadrat dengan benar. Dengan menggunakan Autograph diharapkan terjadi
interaksi antara siswa dengan komputer sebagai media pembelajaran, interaksi
antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Pada akhirnya diharapkan
setelah terjadi interaksi maka dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa dan kemandirian belajar siswa.
Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad Buchori dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan memakai ketiga
software (Autograph, Cabri 3d Dan Maple) tersebut sebagai media pembelajaran
matematika lebih baik dibandingkan dengan memakai cara konvensional.
Selain itu, peneliti juga mengadakan wawancara disekolah SMA N 5
Pematangsiantar dengan salah satu guru bidang studi matematika yang
mengatakan bahwa belum pernah diterapkan penggunaan media pembelajaran
17
Berdasarkan paparan permasalahan diatas, peneliti tertarik mengadakan
penelitian untuk melihat “Perbedaan Kemampuan Komunikasi , dan Kemandirian
Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Media Software
Autograph dengan Model Pembelajaran Ekspositori Menggunakan Media
SoftwareAutograph”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh
beberapa identifikasi masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipelajari serta momok
yang menakutkan.
2. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.
3. Aktivitas kemandirian siswa masih rendah.
4. Menurunnya semangat belajar matematika siswa
5. Model pembelajaran yang masih terpusat pada guru sehingga siswa
cenderung pasif
6. Kemampuan awal siswa
7. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa
8. Siswa sulit untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang sedikit
berbeda dari contoh yang diberikan oleh guru
9. Belum diterapkan penggunaan media pembelajaran dengan
18
1.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih fokus. Peneliti hanya
meneliti tentang:
1. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
2. Kemandirian Belajar Siswa
3. Model pembelajaran Inkuiridan ekspositoriberbantu SoftwareAutograph
4. Interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan
awal siswa
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang
dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan melalui model pembelajaran Inkuiri berbantuan Autograph dengan
siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran ekspositori berbantuan
Autograph ?
2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa?
3. Apakah terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa yang diajarkan melalui
model pembelajaran inkuiri berbantuan Autograph dengan siswa yang
diajarkan melalui model pembelajaran ekspositori berbantuan Autograph?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal
19
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian:
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa yang
diajarkan melalui model pembelajaran Inkuiri berbantuan Autograph dengan
siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran ekspositori berbantuan
Autograph
2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi
matematik siswa
3. Untuk mengetahui perbedaan kemandirian belajar siswa yang diajarkan
melalui model pembelajaran Inkuiri berbantuan Autograph dengan siswa
yang diajarkan melalui model pembelajaran ekspositori berbantuan
Autograph
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemandirian belajar
siswa
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan
bermakna sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran di kelas dan
dapat meningkatkan komunikasi matematik siswa dan kemandirian belajar
20
2. Bagi Sekolah, khususnya sekolah yang telah mempunyai fasilitas ICT untuk
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dan dapat
menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang telah dibuat penulis
dalam pembelajaran.
3. Bagi seluruh guru matematika dapat menjadi masukan bahwa penggunaan
media pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan daya matematika
siswa dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas.
4. Bagi Peneliti, sebagai referensi untuk menambah pengalaman dalam mencari
pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam kehidupan
nyata
5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca maupun penulis
135 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan selama penelitian dengan
model pembelajaran (inkuiri dan ekspositori berbantuan Autograph) dengan
menekankan pada komunikasi matematik dan kemandirian belajar, maka
penelitian memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari respon siswa yang berbentuk wawancara serta hasil analisis data terlihat
bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing model pembelajaran yang
diberikan. Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi
matematik antara siswa yang diberi model pembelajaran inkuiri berbantuan
Autograph dengan siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori
berbantuan Autograph.
2. Untuk setiap model pembelajaran tidak mampu mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa pada semua kategori KAM, sehingga mengakibatkan
adanyai nteraksi antara faktor-faktor tersebut terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa. Sehingga dapat disimpulkan terdapat interaksi
antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
3. Dari respon siswa yang berbentuk wawancara serta hasil analisis data terlihat
bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing model pembelajaran yang
diberikan. Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kemandirian belajar
siswa yang diberi model pembelajaran inkuiri berbantuan Autograph dengan
136
4. Untuk setiap model pembelajaran tidak mampu mengembangkan kemandirian
belajar siswa pada semua kategori KAM, sehingga mengakibatkan adanya
interaksi antara faktor-faktor tersebut terhadap kemandirian belajar siswa.
Sehingga dapat dsimpulkan terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemandirian belajar
siswa.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dapat disampaikan
kemampuan komunikasi dan kemandirian belajar siswa dengan pembelajaran
Inkuiri berbantuan Autograph lebih tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran ekspositori berbantuan Autograph. Pembelajaran dengan Inkuiri
berbantuan Autograph sangat efektif meningkatkan kemampuan komunikasi dan
kemandiria belajar siswa. Dengan pembelajaran inkuiri berbantuan Autograph
juga membuat siswa berani mengemukakan pendapat dan menerima pendapat
orang lain, memiliki sikap demokratis serta menimbulkan rasa senang dalam
belajar matematika. Gurusebagai teman belajar, mediator, fasilitator membawa
konsekwensi bagi guru untuk lebih memahami kelemahan dan kekuatan dari
bahan ajar serta karakteristik kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan
secara berkesinambungan akan membawa dampak yang positif terhadap
137
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada
kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu
peneliti menyarankan beberapa hal berikut :
1. Disarankan kepada guru bidang studi matematika untuk dapat menerapkan
model pembelajaran inkuiri berbantuan autograph pada pembelajaran
matematika di sekolah, terutama pada materi fungsi kuadrat di SMA
karena materi tersebut menuntut adanya keterkaitan masalah matematika
dengan kehidupan nyata siswa serta dapat dikolaborasikan dengan
Autograph.
2. Meminimalisir faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dan
kesiapan belajar siswa terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
3. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kemampuan komunikasi
dan kemandirian belajar siswa, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan variabel yang lain seperti kemampuan berpikir kreatif,
kritis, penalaran dan lain-lain.
4. Dalam penelitian ini model pembelajaran inkuiri berbantuan autograph
yang dibandingkan adalah model pembelajaran ekspositori berbantuan
autograph Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar membandingkan
model pembelajaran yang lebih setara, yang dimodifikasi, seperti berbasis
ICT lain.
5. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur
kemampuan komunikasi matematis siswa agar dapat lebih memperhatikan
138
argumen sendiri dan pada indikator menuliskan ide matematik dalam
bentuk gambar”.
6. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur
kemandirian belajar siswa agar dapat lebih memperhatikan pada indikator
139
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.
Afriati, V.2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik
dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbatuan Software Autograph. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.5 No. 1 Edisi juni 2012, hal 1-117.
Alberta. 2004. Focus on Inquiry : A Teacher’s Guide to Implementing
Inquiry-Based Learning. Learning and Teaching Resources Branch, Canada.
Ansari, B. 2012. Komunikasi Matematika dan Politik suatu perbandingan konsep
dan aplikasi. Banda Aceh: PeNa
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara.
. 2013. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmin dan Abil. M. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Brenner, M. E. 1998. Development of Mathematical Communication in Problem
Solving Groups By Language Minority Students. Bilingual Research
Journal. Volume 22 Nomor 2, halmn 3-4.
Camenzuli,J dan Michael A. Buhagiar. 2014. Using Inquiry-Based Learning to
Support the Mathematical Learning of Students with Social, Emotional and Behavioural Difficulties (SEBD). The International Journal of Emotional Education. Vol. 6, No. 2 pp 69-85 ISSN:2073-7629
Colburn, A. 2000. An Inquiry Primer . California : Department of Science
Education at California State University Long Beach, in Long Beach.
Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011. ISSN
1412-565X. Tersedia : http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf [09 agustus
2015]
Fahradina, N. Ansari, B., dan Saiman. 2014. Peningkatan Kemampuan
140
Pendidikan Matematika Universitas Syiah Kuala. Jurnal Didaktik Matematika. Vol. 1, No. 1, September 2014 ISSN: 2355-4185
Ghonsooly, Behzad dan Afsaneh G. 2011. Self-efficacy and self-regulation and
their relationship: a study of Iranian EFL teachers. The Language
Learning Journal. ISSN 0957-1736 print/ISSN 1753-2167 online.halm. 1-17.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Hussain, Ashiq. 2011. Physics Teaching Methods, Scientifict Inquiry vs
Traditional Lecture. Pakistan : University of Education Pakistan.
IEA. 2008. Trend in Internasional mathematics and science study 2007. [online]
tersedia: http://www.iea.nl/timss2007.html. [18 november 2015]
Jailan, N.A., Evi, H., Perry, Z..2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok (Studi Eksperimen di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo). Penelitian: Universitas Negeri Gorontalo.
Kadir. 2015. Statistika Terapan.jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kitsantas, A., Adam, W., dan Faye, H.. 2008. Self-Regulation and Ability
Predictors of Academic Success During College: A Predictive Validity Study. Journal of Advanced Academica. Vol.20, No.1 pp. 42-68. George Mason University
Kompas. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Jakarta:
http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.da n.Matematika.Indonesia.Menurun. diakses [12 Agustus 2015]
Kusumah, Y, S. 2015. Inovasi Pembelajaran Matematika dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Makalah seminar nasional oleh Himpunan Profesi Pendidikan Matematika Indonesia FMIPA Universitas Negeri Medan
Latipah, E. 2010. Strategi Self- Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis. Jurnal Psikologi. Vol. 37. No.1 Juni 2010: 110-129. Universitas Negeri Sunan Kalijaga. Fakultas tarbiyah.
Mawadatur, I. 2014. Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Materi Dimensi Tiga Siswa Kelas X MA At-Thohiriyah Ngantru Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi pada Institut Agama Islam Negeri Tulungagung: tidak diterbitkan.
141
Nahariani, P., Nursalam, Mira, T.H., Ririn, P.. 2012. Model Development of Self
Regulated Learning (SRL) on Increasement the Achievement of Nursing Student. Paper Jawa Timur : STIKES Pemkab Jombang.
NCTM. 2000. Principles and standards for school mathematics. Virginia: United
States of America. ISBN 0-87353-480-8
Pintrich, Paul R., dan Elisabeth V.D.G. 1990. Motivational and Self-regulated
Learning Components of Classroom Academic Performance. Journal of
Educational Psychology. Copyright by the American Psychological Association, Inc.O022-O663/90/$00.75.
Qohar, A. dan Utari S. 2013. Improving Mathematical Communication Ability and
Self Regulation Learning Of Yunior High Students by Using Reciprocal Teaching. IndoMS. J.M.E. Vol. 4 No. 1 January 2013, pp. 59-74
Qohar,A. 2011. Mathematical Communication: What And How To Develop It In
Mathematics Learning?. Mathematic Department, State University of
Malang, Indonesia. Jurnal Proceeding.. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 7 – 0
Rachmayani, D. 2014.Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan UNSIKA. Vol.2 No. 1November 2014. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Risdianto, H., Ida, K., Hasratuddin, S.. 2012. The Diffrence Of Enhancement
Mathematical Problem Solving Ability And Self-Efficiency Sma With Ma Students IPS Program Through Guided Inquiry Learning Model Assisted Autograph Software In Langsa. Jurnal pendidikan matematika PARADIKMA, vol. 6No.1. hal. 90-108.
Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran Orientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Saragih, S. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Grafik Fungsi Trigonometri
Siswa SMK Melalui Penemuan Terbimbing (Guided Inquiry) Berbantuan Software Autograph. Medan
Sefalianti. B. 2014. Aplication of Supervised Enquiry Approach on Students Skill
in Mathematical Communication and Mathematical Disposition. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan. Vol 1 No. 2.
Sudjana. 1991. Desain Dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.
. 2003. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi Bagi Para Peneliti.
Bandung: PT Tarsito Bandung.
Sugandi, AI dan Utari S. 2010. Pengaruh Pembelajaran Berbasis masalah
142
Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”Peningkatan Kontribusi Penelitian dan Pembelajaran Matematika dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuabtitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung :
Alfabeta
Suyanti, R. D. 2010. Strategi pembelajaran kimia. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Edisi revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tandililing, E. 2011. The Enhancement of Mathematical Communication and Self
Regulated Learning of Senior High School Students Through PQ4R Strategy Accompanied by Refutation Text Reading. Yogyakarta:
Proceeding. [International Seminar and the Fourth National Conference
on Mathematics Education 2011 Department of Mathematics Education, Yogyakarta State University Yogyakarta, July 21-23 2011]. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 7 – 0
Tarmizi, R. A, Ahmad, F., Kamariah, A.B., Aida, S.. 2008. Instructional
Efficiency of Utilization of Autograph Technology Vs Handheld Graphing Calculator for Learning Algebra. International Journal of Education and Information Technologies Issue 3, volume 2.
Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep,
Landasandan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
UNDP (2013) .http://hdr.undp.org/en/content/table-3-inequality-adjusted-human-development-index, di akses 07 Juni 2015
Uno, H.B. 2008. Perencanaan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Viseu, F. dan Ines B.O. 2012. Open-ended Tasks in the Promotion of Classroom
Communication in Mathematics. International Electronic Journal of
Elementary Education(IEJEE) 2012, 4(2), 287-300.
Zimmerman, B.J. (1990). Self regulated learning and academic achievement: