• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kelekatan Serta Komunikasi Dengan Orangtua Dan Teman Sebaya Terhadap Karakter Remaja Perdesaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kelekatan Serta Komunikasi Dengan Orangtua Dan Teman Sebaya Terhadap Karakter Remaja Perdesaan."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KELEKATAN SERTA KOMUNIKASI DENGAN

ORANGTUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP

KARAKTER REMAJA PERDESAAN

ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kelekatan serta Komunikasi dengan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Karakter Remaja Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Mei 2016

(4)
(5)

RINGKASAN

ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG. Pengaruh Kelekatan serta Komunikasi dengan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Karakter Remaja Perdesaan. Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan TIN HERAWATI

Permasalahan kenakalan remaja di Indonesia telah sampai pada kondisi yang memprihatinkan. Kondisi yang demikian membuat permasalahan karakter bangsa ini perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan baik lingkungan keluarga sampai dengan pemerintah Indonesia. Salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah karakter para remaja Indonesia. Karakter atau identitas moral remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Perkembangan karakter pada fase ini unik karena berkurangnya supervisi dari orangtua dan meningkatnya intensitas interaksi dengan teman sebaya. Karakter yang baik didapatkan dari hasil pengasuhan yang optimal. Contoh dari pengasuhan yang baik adalah komunikasi efektif serta kelekatan yang aman. Akan tetapi, karena pengaruh teman sebaya pada fase ini cukup kuat maka komunikasi dan kelekatan dengan teman sebaya juga turut mempengaruhi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari komunikasi dan kelekatan remaja pada orangtua dan teman sebaya terhadap karakter remaja perdesaan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Kompetensi tahun 2015 dengan judul “Model Pendidikan Karakter Anak pada Keluarga Perdesaan Berbasis Family and School Partnership” oleh tim penelitian yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive di Kabupaten Bogor. Penarikan contoh pada penelitian ini dilakukan secara proportional random sampling yang melibatkan 109 responden. Pengambilan data dilakukan melalui teknik self report dengan bantuan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis deskriptif, uji korelasi, dan uji regresi.

(6)

SUMMARY

ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG. The Effect of Adolescent Attachment and Communication to Parents and Peers on Adolescent Characters in Rural Areas. Supervised by Dwi Hastuti and TIN HERAWATI.

Juvenile delinquency in Indonesia is a growing problem and clearly in an appalling conditions. Such condition create degradation of our nation characters and need to get the attention from family environment and Indonesian government. One that needs attention is the character of the youth. Moral character or identity of adolescents is influenced by various factors both internal and external. Problems arising from this development phase are mainly due to lack of parental supervision and the increasing of interaction intensity with peers. Good character can often be obtained through optimal parenting. Examples of good parenting are effective communication and secure attachment. However, due to the strong influence of peers in this phase then the communication and attachment with peers also affected.

The purposes of the present study were to analyzed the effect of adolescent communication and attachment to parents and peers on adolescent character in rural areas. The research was part of the Competency Grant Research in 2015 under the title of "Model of Children Education Character Based on Family and School Partnership in Rural Areas" and conducted by the research team led by Dr. Ir. Dual Hastuti, M.Sc. Reasearch location was selected purposively in Bogor. Sampling was performed by proportional random which involved 109 respondents. Data were collected through self-report techniques with the help of a questionnaire. Data were analyzed with descriptive analysis, correlation, and regression.

The average score of adolescent communication with parents and peers was low. A similar trend was found in a low score of adolescent attachment to parents and peers. The highest score in characters of rural adolescent was found in the dimension of moral knowledge (moral feeling). Furthermore, the dimensions of feeling and moral action were still in the low category. The total character of rural adolescents was found in low category. Correlation test results showed that the attachment to a parent related to moral knowledge. Communication with parents were associated with moral feelings, actions to the overall character. In contrast to the above, communication and attachment with peers associated with each dimension of the character. The result of regression analysis showed that communication with parents affect all dimensions of adolescent characters. Otherwise, adolescent characters was affected by adolescent attachment with peers.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

PENGARUH KELEKATAN SERTA KOMUNIKASI DENGAN

ORANGTUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP

KARAKTER REMAJA PERDESAAN

ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Penelitian : Pengaruh Kelekatan serta Komunikasi dengan

Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Karakter Remaja Perdesaan

Nama : Zervina Rubyn Devi Situmorang

NIM : I251140136

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Ujian : 15 Februari 2016 Tanggal Lulus: Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc

Ketua

Dr. Tin Herawati, SP, M.Si Anggota

Ketua Program Studi

Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis yang berjudul Pengaruh Komunikasi serta Kelekatan dengan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Karakter Remaja Perdesaan berhasil diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis pada saat menyelesaikan studi pascasarjana, yaitu kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Tin Herawati, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini.

2. Tim Penelitian Hibah Kompetensi tahun 2015 dengan judul “Model Pendidikan Karakter Anak pada Keluarga Perdesaan Berbasis Family and School Partnership” yakni, kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc., dan Alfiasari SP,M.Si. yang telah mengikutsertakan penulis dalam penelitian tersebut, sehingga mampu mengumpulkan data penelitian tesis.

3. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis, Bapak Robert Situmorang dan Ibu Druvadhy A. D. Noor, atas dukungan moril dan materil yang tidak terhingga. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik penulis Kelvin Deviro dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

4. Kepada teman-teman satu bimbingan Leni Novita, S.Si dan Rety Puspitasari, S.Pd atas segala dukungan dan semangat selama proses penulisan tesis ini berlangsung. Serta kepada teman-teman Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak 2013 terima kasih atas dukungan semangat selama masa perkuliahan. 5. Pemerintah Desa, Sekolah Menengah Kejuruan, serta masyarakat di Desa

Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. 6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada M. Mardi Dewantara, Tri

Susandari, Hayuningtyas Triwahyuni, Anggie Pangestika, Yunita Tri Lestari, dan Bella A. atas dukungan semangat selama penulis menjadi mahasiswa pascasarjana hingga dapat menyelesaikan studi.

7. Kepada teman-teman enumerator penelitian Hibah Kompetensi 2015 atas kerjasama dan dukungannya selama persiapan penelitian sampai dengan pengambilan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 6

Teori Ekologi Bronfenbrenner 6

Kelekatan dengan Orangtua dan Teman Sebaya 7

Komunikasi dengan Orangtua dan Teman Sebaya 8

Faktor yang Mempengaruhi Karakter 10

3. KERANGKA PEMIKIRAN 11

4. METODE PENELITIAN 14

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 14

Teknik Penarikan Contoh 14

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 15

Pengolahan dan Analisis Data 16

Definisi Operasional 18

5. Artikel 1 20

PENGARUH KELEKATAN DAN KOMUNIKASI DENGAN ORANGTUA

TERHADAP KARAKTER REMAJA PERDESAAN 20

Abstrak 20

Abstract 20

Pendahuluan 21

Metode Penelitian 22

Hasil 23

Karakteristik Remaja dan Keluarga 23

Kelekatan dengan Orangtua 23

Komunikasi dengan Orangtua 24

Karakter Remaja 25

Faktor yang berhubungan dengan Karakter Remaja 26

Faktor yang mempengaruhi Karakter Remaja 26

Pembahasan 27

Simpulan dan Saran 30

Daftar Pustaka 31

6. Artikel 2 32

PENGARUH KOMUNIKASI DAN KELEKATAN DENGAN TEMAN

SEBAYA TERHADAP KARAKTER REMAJA PERDESAAN 32

Abstrak 32

Abstract 33

Pendahuluan 33

(16)

Hasil 35

Karakteristik Remaja dan Keluarga 35

Komunikasi dengan Teman Sebaya 36

Kelekatan dengan Teman Sebaya 37

Karakter Remaja 38

Faktor yang berhubungan dengan Karakter Remaja 38

Faktor yang mempengaruhi Karakter Remaja 39

Pembahasan 40

Simpulan dan Saran 41

Daftar Pustaka 42

Pembahasan Umum 44

Simpulan 47

Saran 47

7. DAFTAR PUSTAKA 48

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel penelitian, skala data dan instrumen 15

Tabel 2 Variabel dan pengkategorian data 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh komunikasi serta kelekatan

remaja dengan orangtua dan teman sebaya terhadap karakter remaja 13

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja merupakan komponen bangsa yang diharapkan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia. Sebagai penerus bangsa, seorang remaja haruslah memiliki kualitas diri yang prima agar dapat memberikan pengaruh yang baik bagi bangsa Indonesia kelak. Menurut Profil Kriminalitas Remaja (BPS 2010), tindakan kenakalan yang dilakukan remaja Indonesia berada pada kondisi yang memprihatinkan. Sebanyak 60 persen remaja Indonesia diketahui pernah melakukan tindak pencurian. Selain itu, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2014) menunjukkan bahwa dari tahun 2011 ke tahun 2012 jumlah pengguna narkoba usia di bawah 19 tahun naik dari 1891 orang menjadi 2238 orang. Laporan pihak kepolisian memperlihatkan bahwa tren tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja meningkat sebesar 4.3 persen setiap tahunnya.

Selain semakin meningkatnya laporan kenakalan yang dilakukan para remaja, kualitas kenakalan remaja pun mulai meningkat kearah tindakan kriminalitas. Pada awalnya kenakalan remaja hanyalah sebatas perkelahian di sekolah, namun dewasa ini tindakan seperti pencurian, penyalahgunaan narkoba, free sex, sampai dengan pembunuhan kerap kali dilakukan oleh para remaja di Indonesia. Hal diatas menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi moral di Indonesia terlebih para remaja Indonesia (Puspitawati 2009). Degradasi moral yang dialami remaja dipengaruhi oleh faktor yang kompleks baik dari lingkungan internal dan eksternal remaja. Kondisi yang demikian membuat permasalahan karakter bangsa ini perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan baik lingkungan keluarga sampai dengan pemerintah Indonesia.

Karakter adalah hal yang universal dan dapat dijelaskan oleh berbagai macam aspek yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menilai karakter seorang remaja diperlukan konsep yang dapat menjelaskan setiap aspek dalam diri seseorang. Karakter dapat dikatakan baik apabila yang tergambar dari diri seseorang adalah nilai-nilai atau sifat kebaikan. Kebaikan ini diterima oleh masyarakat dan diterapkan pada setiap aspek kehidupan (Lickona 2004). Seseorang mengembangkan karakter yang baik dengan cara mengetahui mana yang baik dan tidak dalam berperilaku. Menurut Lickona (1994), seseorang yang berkarakter adalah orang yang mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, serta melakukan kebaikan. Karakter yang baik merupakan sesuatu yang bisa dikembangkan dan pengembangan itu sangat mungkin dilakukan. Hal utama yang perlu dipersiapkan dalam membangun karakter seseorang adalah lingkungan yang penuh kasih sayang.

(20)

dalam hal ini orangtua ditemukan memiliki peran dalam munculnya perilaku bermasalah pada remaja. Dengan kata lain, orangtua memiliki faktor resiko dalam pembentukan karakter anak. Pengasuhan yang efektif dan cinta yang diberikan orangtua akan membantu pembentukan karakter seseorang pada setiap tahap perkembangan individu (Lickona 1994).

Kelekatan menjadi hal dasar yang dimiliki anak sejak lahir dan menjadi hal yang menjaga anak dari perilaku menyimpang dikemudian hari. Kelekatan merupakan proses panjang yang terbentuk semenjak didalam kandungan. Semakin baik kelekatan yang dibentuk semenjak anak lahir maka kelekatan dimasa remaja juga akan baik. Kelekatan dengan orangtua juga memediatori kelekatan remaja dengan teman bermainnya. Anak yang memiliki kelekatan dengan orangtua dan teman lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas (Ma dan Huebner 2008). Kelekatan tersebut menjadi dasar perkembangan karakter remaja. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang terikat secara emosi akan mudah mempengaruhi perkembangan seseorang. Selain itu, cinta dan kelekatan yang terjalin antara orangtua dan anak akan menciptakan kondisi yang stabil dalam mentransmisikan nilai-nilai kebaikan (Lickona 1998).

Selain kelekatan dengan orangtua, pengaruh kelekatan dengan teman sebaya juga telah banyak diteliti. Kelekatan dengan teman sebaya ditemukan berpengaruh terhadap kompetensi sosial dan kemampuan menyesuaikan diri pada diri remaja (Fass dan Tubman 2002). Penelitian pada remaja memperlihatkan bahwa kelekataan dengan teman sebaya sama pentingnya dengan kelekatan dengan orangtua dalam hal pembentukan identitas diri yang baik (Selby 2000). Pada fase remaja, ditemukan bahwa besarnya pengaruh kelekatan dengan teman sebaya lebih besar dibandingkan kelekatan dengan orangtua (Schneider, Atkinson, dan Tardif 2001). Akan tetapi, penelitian tentang pengaruh kelekatan dengan sebaya hanya berfokus pada pembentukan identitasi diri. Maka dari itu, penelitian tentang pengaruh kelekatan dengan teman sebaya terhadap karakter remaja perlu dilakukan.

Selain kelekatan, komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam hubungan antara orangtua dan anak untuk mencegah perilaku-perilaku menyimpang (Blake et al. 2001). Penelitian tentang kasus bunuh diri remaja usia 11 sampai dengan 18 tahun di Hong Kong memperlihatkan bahwa komunikasi yang buruk antara orangtua dan remaja dapat memicu rasa putus asa pada remaja yang berujung tindakan bunuh diri (Lai Kwok dan Shek 2010). Hal diatas memperlihatkan pentingnya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Komunikasi yang baik dan terbuka merupakan hasil dari proses panjang selama masa perkembangan anak dari kecil sampai dewasa. Orangtua yang responsive dan juga mendengarkan anak secara efektif akan membuat anak terbuka untuk mengkomunikasikan segala macam hal dengan orangtuanya. Apabila komunikasi yang berjalan baik dan memuaskan bagi anak maka anak akan merasa aman dan nyaman dengan orangtua (Greenberg 2009). Selain itu, hasil penelitian tentang kelekatan remaja dengan orangtua menunjukkan bahwa komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelekatan seorang anak dengan orangtuanya (Katorski 2003).

(21)

untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada diri seorang remaja. Selain itu, komunikasi dengan orangtua juga dapat dijadikan pengalaman sosial yang dapat digunakan anak untuk mengkonstruksi pengetahuan moral mereka (Oladipo 2009; Speicher 1994; Berkowitz dan Grych 1998). Komunikasi yang terjalin baik antara anak dengan orangtua maupun teman sebayanya terbukti mempengaruhi karakter seseorang.

Hal diatas juga berlaku pada hubungan anak dengan teman sebaya. Remaja merupakan fase yang penuh dengan tekanan dari lingkungan terutama teman sebaya. Teman sebaya bisa memberikan dampak positif ataupun negatif bagi seorang remaja. Tekanan teman sebaya dapat mempengaruhi remaja dalam hal konsumsi alkohol, seks pranikah, sampai dengan sikap terhadap orangtuanya. Komunikasi merupakan faktor yang menentukan keterikatan remaja dengan teman sebayanya. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang komunikasi dengan orangtuanya tidak efektif lebih rentan terkena pengaruh teman sebaya (Soetjiningsih 2007). Selanjutnya hasil penelitian Karina, Hastuti dan Alfiasari (2013), menunjukkan bahwa pada saat remaja keterikatan dengan peer group berkaitan dengan perilaku bullying. Pada tahap ini pengaruh keluarga yang positif dapat menjadi faktor yang melindungi dampak negatif pengaruh teman sebaya. Maka dari itu, komunikasi yang baik antara remaja dan orangtua menjadi penting agar pengaruh negatif dari teman sebaya tidak memberikan dampak buruk bagi remaja.

Penelitian tentang pengaruh kelekatan dan komunikasi dengan orangtua terhadap perkembangan karakter pernah dilakukan pada berbagai fase perkembangan (Dewanggi 2014). Akan tetapi, pada fase ini remaja tidak hanya lekat pada orangtua tetapi juga pada teman sebaya. Pada saat ini belum ditemukan penelitian yang menggabungkan komunikasi dan kelekatan anak dengan orangtua serta teman sebaya terhadap perkembangan karakter remaja. Maka dari itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dominasi orangtua atau teman sebaya terhadap perkembangan karakter remaja.

Perumusan Masalah

Remaja dikenal sebagai masa yang dipenuhi oleh proses perubahan serta penyesuaian. Beberapa aspek dalam diri remaja perlu dikembangkan sebagai bekal untuk menghadapi masa dewasa. Seringkali remaja dianggap sebagai miniatur orang dewasa. Akan tetapi, remaja merupakan sebuah fase yang memiliki banyak keunikkan sehingga studi tentang perkembangan remaja semakin meluas. Salah satu area perkembangan yang dianggap memiliki dampak positif dan perlu untuk dikembangkan pada diri remaja adalah karakter (Peterson dan Seligman 2004). Semakin meningkatnya laporan perilaku bermasalah yang dialami remaja, memperlihatkan bahwa meningkatkan kekuatan karakter menjadi hal yang perlu dilakukan bangsa Indonesia pada saat ini (Kemenpora 2009).

(22)

maupun lingkungan pertemanan. Penguatan dari lingkungan di luar sekolah misalnya kelekatan dengan orangtua serta teman terbukti menurunkan perilaku bermasalah (Bhatt et al. 2012; Kocayoruk 2010).

Orangtua dan teman sebaya memiliki peran penting dalam perkembangan karakter remaja. Kelekatan dengan orangtua ditemukan mempengaruhi perkembangan karakter anak pada usia dini di pedesaan (Dewanggi 2014), akan tetapi penelitian tetang pengaruh kelekatan terhadap perkembangan karakter remaja masih jarang dilakukan. Selain itu, tidak bisa dipungkiri pada penelitian kelekatan di usia remaja seseorang memiliki kecenderungan untuk lebih dekat dengan teman dibandingkan dengan keluarganya (Kolucki dan Lemish 2011).

Masa remaja ditandai dengan semakin meningkatnya kemandirian serta munculnya permasalahan dengan lingkungan sekitar salah satunya orangtua. Fase remaja merupakan fase di saat pengawasan dari orangtua menurun dan interaksi dengan teman sebaya semakin meningkat. Remaja menginginkan kebebasan serta penerimaan dari teman sebayanya. Hal tersebut dibarengi dengan kesulitan orangtua untuk melakukan kontrol pada remaja (Meichenbaum, Fabiano, dan Fincham 2004). Fakta diatas menimbulkan pertanyaan manakah yang lebih dominan antara pengaruh kelekatan dengan orangtua ataupun teman sebaya terhadap perkembangan karakter remaja. Maka dari itu sangat menarik untuk melihat pengaruh kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya pada penelitian tentang karakter remaja.

Orangtua dalam hal ini ibu memiliki peran penting dalam proses komunikasi selama masa perkembangan anak. Data BPS (2014) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah perempuan bekerja dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi perempuan atau ibu yang bekerja membuat proses komunikasi yang terjalin dengan anak menjadi cenderung bermasalah. Apabila komunikasi antara orangtua dan anak tidak berjalan lancar maka akan muncul permasalahan-permasalahan lainnya. Terbukti dari permasalahan agresivitas remaja yang ternyata dipengaruhi oleh komunikasi yang buruk antara orangtua dan uremaja (Diana dan Retnowati 2009). Remaja yang tidak bisa berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua akan lebih rentan mengalami permasalahan perilaku karena pada saat ini tekanan dari teman sebaya lebih kuat sehingga mudah memberikan pengaruh negatif pada remaja.

(23)

Berdasarkan pemaparan diatas maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan, yaitu:

1) Apakah terdapat hubungan antara kelekatan remaja dengan orangtua dan komunikasi remaja dengan orangtua terhadap karakter remaja?

2) Apakah terdapat hubungan antara komunikasi remaja dengan teman sebaya dan kelekatan remaja dengan teman sebaya terhadap karakter remaja?

3) Adakah pengaruh kelekatan remaja dengan orangtua dan komunikasi remaja dengan orangtua terhadap karakter remaja?

4) Adakah pengaruh komunikasi remaja dengan orangtua dan kelekatan remaja dengan orangtua terhadap karakter remaja?

Tujuan Penelitian Tujuan umum:

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi serta kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya terhadap karakter remaja. Tujuan khusus:

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penilitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, kelekatan remaja dan orangtua, komunikasi dengan orangtua, komunikasi remaja dan teman sebaya, kelekatan dengan teman sebaya, dan karakter remaja.

2. Menganalisis pengaruh komunikasi dan kelekatan dengan orangtua terhadap karakter remaja

3. Menganalisis pengaruh komunikasi dan kelekatan dengan teman sebaya terhadap karakter remaja

Manfaat Penelitian

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Ekologi Bronfenbrenner

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Menurut pendekatan Teori Ekologi Bronfenbrenner, untuk memahami perkembangan seorang individu maka perlu untuk mengetahui kondisi lingkungan disekitar individu itu berkembang (Bronfenbrenner 1994). Bronfenbrenner menyatakan bahwa lingkungan atau sistem disekeliling manusia merupakan aspek penting dalam mendorong dan menuntun proses perkembangan manusia. Perkembangan teori ini diawali oleh hasil-hasil penelitian tentang interaksi proksimal antara orangtua-anak ataupun anak-anak. Adanya hasil penelitian yang memperlihatkan tentang pengaruh interaksi ibu dan anak terhadap perkembangan berat badan anak di usia empat tahun menunjukkan bahwa interaksi dengan lingkungan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan manusia (Bronfenbrenner 1994). Penilaian tentang kualitas interaksi dan kelekatan antara orangtua dan anak terhadap perkembangan anak membuat proses proksimal tersebut menjadi suatu konsep yang dapat diukur. Pada akhirnya. teori dan hasil penelitian tentang kelekatan anak dengan orangtua memberikan implikasi penting pada perkembangan teori ekologi Bronfenbrenner (Bronfenbrenner dan Morris 2006)

Sejalan dengan perkembangan teori ini, Bronfenbrenner menjabarkan empat sistem yang dianggap berpengaruh pada proses perkembangan manusia. Sistem tersebut terdiri dari:

1. Sistem Mikro atay Microsystem

Sistem mikro adalah lingkungan yang berhubungan langsung dengan pola aktivitas, interaksi, dan peran sosial yang dialami seorang individu. Pada sistem ini disebutkan adanya sebuah proses proksimal yang menghasilkan pola perkembangan dan perilaku yang cenderung tetap dan berkelanjutan. Adanya interaksi langsung dengan sistem ini dikatakan akan membuahkan sebuah pola perkembangan yang khas pada diri individu. Contoh dari sistem mikro ini adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Lingkungan ini ditandai dengan interaksi yang terjadi secara langsung dengan individu berkembang. Menurut Bronfenbrenner dan Morris (2006) terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan pada sistem ini dalam proses pembentukan kepribadian individu. Pertama adalah kondisi fisik dari lingkungan tempat individu berkembang dan yang kedua adalah proses proksimal yang terjadi didalamnya.

2. Sistem Meso atau Mesosystem

(25)

mempengaruhi seseorang dalam memilih lingkungan teman sebayanya. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi kepribadian seseorang.

3. Sistem Ekso atau Exosystem

Sistem ekso adalah hubungan dan proses suatu kondisi atau situasi yang tidak melibatkan individu berkembang akan tetapi secara tidak langsung hal kondisi tersebut dapat mempengaruhi lingkungan tempat berkembangnya seseorang. Salah satu contohnya adalah situasi di lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi cara orangtua berinteraksi dengan anaknya. Lingkungan tempat tinggal yang baik ataupun lingkungan pekerjaan yang baik akan mendorong orangtua untuk berinteraksi secara positif dengan anaknya.

4. Sistem Makro atau Macrosystem

Sistem ini adalah tempat dimana sistem mikro, meso, dan ekso saling berinteraksi. Sistem Makro diisi dengan sistem kebudayaan yang mempengaruhi nilai serta kepercayaan orang-orang didalamnya. Secara spesifik sistem makro memberikan dampak pada gaya hidup, sistem kepercayaan, dan cara hidup masyarakat.

Kelekatan dengan Orangtua dan Teman Sebaya

Kelekatan merupakan hal yang tidak mudah untuk didefinisikan, namun sering dikaitkan dengan aspek emosi. Kelekatan adalah proses kompleks yang mengkombinasikan emosi dan pikiran tentang suatu hubungan emosional. Kelekatan dapat berpengaruh kuat terhadap perasaan dan perilaku seseorang. Perilaku dan perasaan tentang kelekatan akan berbeda-beda apabila seseorang semakin bertambah dewasa. Pada masa awal setelah kelahiran, seorang anak akan beradaptasi dengan lingkungan sosial dengan pengasuh utama. Fase tersebut merupakan pengalaman kelekatan anak yang pertama dan berpengaruh sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian pada fase selanjutnya. Teori kelekatan berfokus pada hubungan antara orangtua dan anak serta didasari oleh respon terhadap kebutuhan dasar remaja (Mercer 2006).

Teori kelekatan menggunakan pendekatan banyak teori salah satunya yaitu teori psikoanalisis. Menurut teori psikoanalisis, kelekatan antara ibu dan anak dapat dijelaskan oleh drive theory dan object-relations theory. Menurut drive theory, seperti halnya Freud menyatakan bahwa kelekatan antara ibu dan anak didorong oleh energy fisik atau libido anak. Pada fase awal kelahiran, libido anak berpusat pada oral sehingga kebutuhan untuk menyusui menjadi dasar munculnya perasaan cinta anak kepada ibunya. Selanjutnya, menurut object-relations theory kehadiran ibu sangat penting karena seorang anak terikat secara psikologis semenjak dari awal kelahiran. Ketidakhadiran ibu menjadi hal yang berbahaya bagi proses kelekatan seorang anak dengan ibunya.

(26)

dengan seseorang yang dia cintai. Dengan kata lain, pada saat seseorang merasa lekat maka kedekatan dengan orang lain akan membuat dirinya merasa aman dan nyaman (Holmes 1993). Pengukuran kelekatan pada remaja diarahkan pada persepsi remaja terhadap dimensi kognitif dan afektif kelekatan mereka dengan orangtua. Pengukuran kelekatan menggunakan pendekatan teori attachment yang diukur ke dalam tiga dimensi yaitu tingkat kepercayaan antara orangtua dan remaja, kualitas komunikasi, serta pengungkapan kemarahan (Greenberg 2009). Selain itu, kelekatan remaja dengan orangtuanya dapat diukur dari kehadiran dan responsivitas pengasuh yang dirasakan oleh seorang remaja (McConnel 2008)

Kelekatan dengan teman sebaya merupakan persepsi, perasaan dan pikiran seseorang tentang hubungan remaja dengan teman sebayanya. Masa remaja dikenal sebagai masa pencarian identitas sehingga mereka secara aktif bereksplorasi dan membina hubungan dengan teman sebayanya. Kelekatan merupakan modal bagi remaja untuk dapat mencari identitas diri tanpa terpengaruh oleh tekanan buruk dari teman sebaya. Kelekatan biasa dikaitkan dengan hubungan remaja-orangtua serta remaja-teman sebaya. Pada penelitian tentang kelekatan dengan teman sebaya, ditemukan hubungan yang unik antara kelekatan serta identitas relasional remaja. Tidak hanya itu, kelekatan dengan teman ditemukan berhubungan positif signifikan dengan self-esteem, optimis, kemampuan intelektual, serta berhubungan negatif dengan stress akademik. Selain itu, ditemukan bahwa perempuan memiliki kelekatan dengan teman sebaya dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kelekatan merupakan komponen penting dalam hal pola peyesuaian. Pada saat remaja, rasa aman yang dimiliki seseorang terhadap lingkungan teman sebaya dapat melindungi dari perilaku-perilaku menyimpang (Fass dan Tubman 2002)

Komunikasi dengan Orangtua dan Teman Sebaya

Keberlangsungan sebuah keluarga tidak terlepas dari apa yang terjadi dalam keluarga itu sendiri. Komunikasi merupakan salah satu aspek yang dianggap penting untuk menjaga keberlangsungan sebuah keluarga. Komunikasi adalah sebuah proses untuk saling berbagi pikiran, pendapat, dan perasaan yang sangat penting untuk dilakukan di dalam keluarga. Dengan adanya komunikasi yang baik di dalam keluarga maka akan memunculkan rasa diperhatikan dan juga didengarkan. Komunikasi dalam keluarga merupakan hal yang penting sehingga antar anggota keluarga saling menghargai pikiran dan keinginan masing-masing. Selain itu komunikasi merupakan sebuah proses yang terus berjalan dan memerlukan kerjasama untuk membuat keterbukaan antar generasi dalam sebuah keluarga. Komunikasi menjadi kunci hubungan yang harmonis antara orangtua dan remaja.

(27)

mekanisme di dalam sebuah keluarga untuk saling berbagi perasaan, kebutuhan, dan perubahan. Maka dari itu dalam model circumplex, komunikasi dikatakan sebagai fasilitator bagi keluarga untuk menghadapi perubahan-perubahan. Komunikasi yang positif dan efektif akan memudahkan keluarga untuk beradaptasi dan menjaga kelekatan antar anggota keluarga. Keluarga yang tingkat adaptasi dan kohesivitasnya seimbang dikatakan memiliki komunikasi yang baik antara orangtua dengan anaknya.

Perkembangan seorang remaja tidak lepas dari proses interaksi yang terjadi antara dirinya dan lingkungan disekelilingnya. Menurut Davidson dan Cardemil (2009), hubungan antara remaja dan orangtua dibangun berdasarkan dua aspek penting yaitu komunikasi antara remaja dan orangtua serta keterlibatan orangtua. Komunikasi yang baik juga terbukti berhubungan dengan kesejahteraan serta perkembangan diri remaja. Pada remaja, proses komunikasi di dalam keluarga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Perubahan yang terjadi pada diri seorang remaja membuat fase ini menjadi fase yang sulit. Proses komunikasi yang hangat dan penuh cinta sangat diperlukan untuk mengawal perkembangan seorang remaja. Selain itu, perkembangan moral reasoning seorang remaja sangat terkait dengan diskusi yang dilakukan orangtua dan remaja. Tidak hanya komunikasi dengan orangtua, perkembangan moral seorang remaja juga dikaitkan dengan interaksinya dengan teman sebaya (Louis dan Emerson 2011; Barnes dan Olson 1985).

Keluarga yang memfasilitasi remaja untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang baik terbukti berhubungan positif dengan perkembangan moralnya. Selain itu, komunikasi juga dijadikan dasar terbentuknya kelekatan antara remaja dengan orangtua maupun dengan teman sebaya. Interaksi yang konsisten antara orangtua dan remaja terbukti membantu untuk membangun kelekatan dengan remaja (Bowlby 2008). Begitu pula dengan proses komunikasi remaja dengan teman sebayanya. Proses komunikasi yang terjadi pada masa remaja sangat penting untuk membangun kelekatan yang baik sehingga perkembangan individu pada fase ini juga baik. Teori kelekatan juga menjelaskan bahwa dasar utama terbentuknya kelekatan adalah komunikasi yang dilakukan antara orangtua dan remaja. Orangtua yang responsive dan dapat memenuhi kebutuhan remaja sejak kecil akan menghasilkan kelekatan yang baik serta rasa aman. Rasa aman untuk dapat berkomunikasi dengan baik akan berdampak pada interaksinya dengan lingkungan di luar keluarganya (Bowlby 1988).

(28)

Faktor yang Mempengaruhi Karakter

Karakter merupakan konsep multidimensional yang berkaitan dengan berbagai ciri psikologis seorang individu. Menurut teori pembelajaran sosial, karakter merupakan hasil dari kostruksi sosial. Akan tetapi, menurut pandangan psikologi kepribadian setiap individu memiliki perbedaan yang relatif stabil dan juga umum. Karakter juga terbentuk dari kemampuan seseorang untuk berubah dan beradaptasi. Maka dari itu, karakter dikatakan sebagai sesuatu yang plural sehingga seringkali dijelaskan oleh dua aspek yaitu kekuatan dan virtues. Apabila seseorang dihadapkan pada situasi tertentu maka akan mendorong mereka untuk mengembangkan atau menunjukkan kekuatan yang ia miliki (Peterson dan Seligman 2004). Karakter sendiri merupakan fokus utama dalam proses perkembangan positif remaja karena dianggap memberikan dampak positif dalam setiap aspek kehidupan (Park 2009).

Menurut pendekatan teori karakter, setiap tahapan perkembangan seseorang maka moral dan karakternya pun juga ikut berkembang. Menurut Santrock (2008), perkembangan moral seseorang berfokus kepada aturan dan cara seseorang berinteraksi yang dapat dilihat dari tiga domain yatu kognitif, perilaku, dan emosi. Perkembangan moral seseorang sangat bergantung kepada kemampuan berpikirnya. Maka dari itu, setiap fase perkembangan individu berbeda pula perkembangan karakternya. Pada saat remaja, menurut teori Piaget seorang remaja sudah berada pada tahap autonomous morality. Pada fase ini seorang remaja sudah dapat memahami bahwa aturan dibuat oleh seseorang untuk menilai perilaku orang lain. Seseorang yang berada pada fase ini mengetahui bahwa setiap tindakan yang ia lakukan pasti ada konsekuensinya dan semua tindakan dilakukan atas dasar kesadaran akan konsekuensi tersebut.

Berbeda lagi dengan tahapan perkembangan moral Kohlberg yang mengelompokan perkembangan karakter berdasarkan jawaban seseorang mengenai dilemma moral yang diberikan. Seorang remaja seharusnya sudah sampai kepada tahap conventional ethics. Pada tahapan ini seseorang melakukan keputusan moral berdasarkan aturan yang berlaku dengan tujuan agar dapat menjaga dan diterima oleh lingkungan sosialnya. Tahapan ini tercapai karena seorang remaja sudah tidak lagi egosentris dan mulai memandang isu moral dari perspektif orang lain. Untuk mencapai tahapan ini perlu kesadaran yang tinggi akan nilai moral. Kesadaran yang tinggi tersebut perlu dikembangkan oleh lingkungan dalam hal ini keluarga.

(29)

dijelaskan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa remaja yang memiliki kekuatan karakter yang baik berhubungan dengan tingginya kepuasan hidup remaja serta rendahnya permasalahan perilaku yang dialami remaja (Shoshani dan Slone 2012).

Kekuatan Karakter didefinisikan sebagai ciri positif seseorang yang dapat diukur dan terlihat dari pengetahuan, perasaan, dan perilakunya (Park, Peterson, dan Seligman 2004). Kekuatan karakter diklasifikasikan kedalam beberapa dimensi spesifik tentang proses psikologis yang mengandung nilai moral yang baik (Soshani dan Slone 2012). Kekuatan karakter tercermin dari kepribadian serta perilaku yang terlihat pada kegiatan sehari-hari. Kekuatan karakter terdiri dari enam klasifikasi yaitu wisdom and knowledge, courage, humanity, justice, temperance, dan transcendence. Setiap klasifikasi dalam kekuatan karakter memiliki indikator berupa dimensi perilaku-perilaku yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Jumlah dimensi yang ada pada kekuatan karakter sebanyak 24 yang terbagi kedalam enam klasifikasi di atas (Peterson dan Seligman 2004).

Menurut Lickona, untuk membangun karakter yang baik pada remaja diperlukan tiga hal yaitu mengetahui yang benar, memperhatikan mana yang benar, kemudian melakukan yang benar. Seperti yang diketahui tiga hal tersebut menjadi dasar pendidikan karakter yaitu knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Ketiga hal itu menjadi dasar perkembangan karakter yang baik bagi seorang individu. Lickona (1998) menyatakan ada syarat yang harus dipenuhi orangtua dalam mengembangkan karakter seorang remaja. Pengasuhan yang efektif adalah kata kuncinya. Pengasuhan yang efektif dapat terjadi apabila orangtua menyiapkan lingkungan yang penuh cinta dan rasa aman. Pengasuhan yang penuh kehangatan, rasa aman, serta reponsif terbukti berhubungan positif dengan perkembangan moral seseorang. Modal rasa aman dan lingkungan yang penuh cinta tersebutlah yang dapat membentuk karakter remaja menjadi baik, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada pengaruh dari lingkungan luar terhadap perkembangan karakter seorang remaja. Hasil penelitian Dewanggi (2014), menemukan bahwa kelekatan ibu dan kualitas pengasuhan memiliki pengaruh positif terhadap karakter anak usia dini baik di desa maupun di kota. Selain itu, penelitian Hastuti (2009) menemukan bahwa pada anak usia pra sekolah, pengasuhan dan proses pembelajaran di sekolah mempengaruhi perkembangan moral dan karakter anak.

KERANGKA PEMIKIRAN

(30)

keluarga. Jenis kelamin remaja juga akan menentukan bagaimana proses komunikasi dan kelekatan mereka dengan teman sebayanya. Remaja perempuan memiliki kelekatan yang lebih dalam dengan teman sebaya dibandingan remaja laki-laki.

Komunikasi remaja dengan orangtua tidak terlepas dengan bagaimana kelekatan yang dimiliki keduanya. Komunikasi yang baik akan terjadi bila antara remaja dan orangtua memiliki hubungan yang aman dan lekat. Pada kelekatan yang baik antara orangtua dan remaja pastinya ada proses komunikasi yang berjalan baik. Hubungan antara orangtua dan remaja dalam hal ini komunikasi akan memfasilitasi hubungan yang sehat didalam keluarga dan perkembangan individu remaja yang sehat. Akan tetapi, apabila komunikasi antara remaja dan orangtua bermasalah maka komunikasi remaja akan lebih banyak dilakukan dengan teman sebaya. Komunikasi yang berjalan baik antara remaja dengan teman sebayanya akan mempengaruhi kelekatan serta perilaku dan karakter seorang anak.

(31)

Karakteristik Keluarga:

Usia orangtua

Pendidikan orangtua

Pendapatan per

Kapita/bulan

Karakteristik Remaja:

 Usia

 Jenis Kelamin

Komunikasi dengan Orangtua:

 Kebebasan Komunikasi

 Permasalahan

Komunikasi

Komunikasi dengan Teman Sebaya:

 Kebebasan Komunikasi

 Permasalahan

Komunikasi

Kelekatan dengan Orangtua

Kelekatan dengan Teman Sebaya

Karakter Remaja:

Moral knowing

Moral feeling

Moral action

Lingkungan Sekolah

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

(32)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hibah kompetensi yang berjudul “Model Pendidikan Karakter Anak pada Keluarga Perdesaan Berbasis Family and School Partnership”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari SP, M.Si. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang dipilih secara purposive sebagai salah satu dari lima terbesar daerah yang merepresentasikan usaha pertanian terbesar di Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2015-Mei 2015

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah siswa yang memiliki orangtua lengkap dari sekolah yang terpilih di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Jumlah SMK yang ada di lokasi penelitian masing-masing sebanyak satu sekolah. Jumlah populasi dari penelitian ini sebanyak 287 siswa. Contoh dari penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMK dari sekolah yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Penarikan contoh dilakukan dengan cara proportional random sampling. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 135 siswa untuk memperkecil terjadinya kesalahan saat penarikan responden. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan jumlah minimal responden berdasarkan rumus Slovin, yaitu:

= + �2 = + . 2 =

Keterangan:

n = jumlah siswa yang diambil

N = jumlah populasi siswa SMK Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara e = batas kesalahan pengambilan responden

Selanjutnya, jumlah sampel yang diambil dari masing-masing desa ditentukan dengan cara proporsional.

� =��� ×

Keterangan:

ni = jumlah responden tiap sub populasi Ni = total sub populasi

N = total populasi

(33)

Penentuan proporsi responden dari setiap desa didasarkan dari jumlah siswa dari sekolah terpilih. Sebaran pengambilan sampel pada tiap sekolah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Teknik penarikan contoh

Pada akhirnya, responden yang digunakan datanya untuk penelitian ini sebanyak 109 responden. Setelah dilakukan pengambilan data terdapat 26 responden yang dikeluarkan dari daftar responden. Hal ini dikarenakan 10 responden tidak hadir pada saat pengambilan data, 9 responden orangtuanya tidak lengkap, serta sisanya telah keluar dari sekolah.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh remaja setelah mendapat penjelasan dan panduan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik remaja (jenis kelamin dan usia), karakteristik keluarga (usia orangtua, lama pendidikan orangtua, pendapatan orangtua), komunikasi dengan orangtua, komunikasi dengan teman sebaya, kelekatan dengan orangtua, kelekatan dengan teman sebaya, dan karakter remaja. Secara rinci, jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel penelitian, skala data dan instrumen

Variabel Skala Data

Karakteristik contoh

Usia Rasio

Jenis Kelamin Nominal

Karakteristik keluarga

Lama Pendidikan orangtua Rasio

Pendapatan orangtua Rasio

Siswa kelas X dan XI SMK Desa

Ciasihan dan Desa Ciasmara

(287 siswa)

Desa Ciasihan (27 Siswa)

Desa Ciasmara (260 Siswa)

L = 17 P = 10

L =165 P = 95

n L = 8 P = 5

(34)

Usia orang tua Rasio

Jumlah anggota keluarga Rasio

Komunikasi Orangtua-Remaja  Kebebasan berkomunikasi  Permasalahan dalam komunikasi

Ordinal:

1= Sangat Tidak Sesuai 2=Tidak Sesuai

3=Sesuai

4=Sangat Sesuai Komunikasi Remaja-Teman Sebaya

Kebebasan berkomunikasi Permasalahan dalam komunikasi

Kelekatan dengan Orangtua Ordinal:

1= Sangat Tidak Sesuai 2=Tidak Sesuai

3=Sesuai

4=Sangat Sesuai Kelekatan dengan Teman Sebaya

Karkter:

 Moral Knowing  Moral Feeling  Moral Action

Ordinal

1=Sangat Tidak Sesuai 2=Tidak Sesuai

3=Sesuai

4=Sangat Sesuai Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, scoring, dan cleaning data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows. Pengontrolan kualitas data dilakukan melalui uji reliabilitas instrumen komunikasi serta kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya dan karakter remaja dengan metode Cronbach’s Alpha.

Data karakteristik remaja yang dikumpulkan terdiri atas usia dan jenis kelamin. Data karakteristik keluarga terdiri atas usia orangtua, lama pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Pendapatan orangtua akan dikonversikan menjadi pendapatan per kapita yang kemudian akan dikategorikan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS Kabupaten Bogor (BPS 2013). Sistem skoring yang akan dilakukan untuk komunikasi dengan orangtua, komunikasi dengan teman sebaya, kelekatan dengan orangtua, kelekatan dengan teman sebaya, dan karakter menggunakan rumus:

� % = � � � − � � − � � � � � � �

Keterangan:

Indeks = skor remaja yang sudah di indeks

Skor aktual = skor yang diperoleh remaja berdasarkan pengukuran Skor minimal = skor minimal pada kuesioner

Skor maksimal = skor maksimal pada kuesioner

(35)

Pengategorian variabel kelekatan dengan orangtua, komunikasi dengan orangtua, komunikasi dengan teman sebaya, kelekatan dengan teman sebaya, dan karakter remaja dibagi menjadi tinggi dan rendah. Pengategorian menggunakan indeks masing-masing variabel dengan menggunakan cut off point baik/tinggi (≥80%) dan kurang/rendah (<80%). Penetapan standar menggunakan ukuran normatif pada variabel kelekatan, komunikasi, serta karakter remaja diharapkan dapat menggambarkan kualitas variabel dengan lebih baik. Berikut disajikan tabel pengategorian data pada Tabel 2.

Tabel 2 Variabel dan pengkategorian data

Jenis Data Kategori Pengukuran

Karakteristik contoh

Jenis kelamin Perempuan

Laki-laki Karakteristik orangtua

Pendapatan per kapita Miskin (di bawah Rp 235 682)

Tidak miskin (di atas Rp 235 682)

Kelekatan dengan orangtua Kurang (<80%) Baik (≥80%) Komunikasi Orangtua-Remaja Kurang (<80%)

Baik (≥80%)

Komunikasi Remaja-Teman Sebaya Kurang (<80%)

Baik (≥80%)

Kelekatan dengan teman sebaya Kurang (<80%)

Baik (≥80%)

Karakter Remaja

Moral Knowing

Moral Feeling

Moral Action

Kurang (<80%)

Baik (≥80%)

Sebelum dilakukan analisis deskriptif dan inferensia, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen terlebih dahulu. Pengukuran komunikasi dengan orangtua dan teman sebaya menggunakan pengembangan dari kuesioner Parent-Adolescent Communication Scale (Barnes dan Olson 1982). Untuk kuesioner komunikasi dengan orangtua terdiri dari 19 butir pertanyaan dengan reliabilitas 0.803. Selanjutnya kuesioner komunikasi dengan teman sebaya terdiri dari 18 butir pertanyaan dengan reliabilitas 0.714. Pengukuran kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya dikembangkan dari kuesioner Adolescent Attachment Questionnaire (West, Rose, Spreng, Sheldon-Keller & Adam 1998). Total butir pertanyaan untuk variabel kelekatan dengan orangtua adalah 17 butir dengan reliabilitas 0.692, sedangkan untuk kelekatan dengan teman sebaya terdiri atas 15 butir pertanyaan dengan reliabilitas 0.637.

(36)

berjumlah 22 butir pertanyaan dengan reliabilitas 0.775. Terakhir adalah dimensi tindakan (action) yang jumlah pertanyaannya sebanyak 21 butir dengan reliabilitas 0.705.

Analisis deskriptif yang dilakukan adalah nilai minimal, nilai maksimal, rata-rata, standar deviasi, serta frekuensi. Analisis inferensia yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah:

1) Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik remaja dan keluarga terhadap kelekatan serta komunikasi dengan orangtua dan teman sebaya, hubungan kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya pada komunikasi remaja dengan orangtua dan teman sebaya, hubungan kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya pada karakter remaja, serta hubungan komunikasi orangtua dan teman sebaya dengan karakter remaja.

2) Uji regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh karakteristik remaja dan keluarga terhadap kelekatan serta komunikasi dengan orangtua dan teman sebaya, kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya terhadap komunikasi dengan orangtua dan teman sebaya, pengaruh kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya terhadap karakter remaja, serta pengaruh komunikasi dengan orangtua dan teman sebaya terhadap karakter remaja. Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ……….+ b10X10

Keterangan:

Y = Karakter remaja a = konstanta

X1 = jenis kelamin remaja (0=perempuan, 1= laki-laki)

X2 = usia remaja (tahun)

X3 = usia ibu (tahun)

X4 = lama pendidikan ayah (tahun)

X5 = lama pendidikan ibu (tahun)

X6 = pendapatan per kapita per bulan (rupiah)

X7 = kelekatan dengan orangtua (skor)

X8 = komunikasi dengan orangtua (skor)

X9= komunikasi dengan teman sebaya (skor)

X10= kelekatan dengan teman sebaya (skor)

Definisi Operasional

Karakteristik Remaja adalah ciri khas remaja yang terdiri dari jenis kelamin dan usia.

Karakteristik Keluarga adalah ciri khas keluarga yang terdiri atas usia orangtua, pendidikan orangtua, pendapatan per kapita, serta jumlah anggota keluarga.

(37)

Komunikasi Orangtua-Remaja adalah komunikasi verbal antara orangtua dan remaja yang didalamnya berisi kebebasan remaja dan masalah yang dihadapi dalam proses pengiriman informasi dari remaja kepada orangtua maupun sebaliknya.

Komunikasi Teman Sebaya-Remaja adalah komunikasi verbal antara remaja dan teman sebaya yang didalamnya berisi kebebasan remaja dan masalah yang dihadapi dalam proses pengiriman informasi dari remaja kepada teman sebaya maupun sebaliknya.

Kelekatan dengan Teman Sebaya adalah kualitas hubungan antara remaja dan teman sebayanya yang digambarkan dengan derajat kepercayaan remaja terhadap teman serta rasa aman yang dirasakan remaja terhadap teman sebayanya.

Karakter adalah ciri positif yang dimiliki remaja yang digambarkan oleh tiga komponen yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), merasakan kebaikan (feeling the good), melakukan kebaikan (acting the good).

Knowing The Good adalah pengetahuan serta kesadaran remaja akan dimensi moral dalam kehidupan.

Feeling The Good adalah perasaan remaja akan dimensi moral dalam kehidupan.

(38)

5. Artikel 1

PENGARUH KELEKATAN DAN KOMUNIKASI DENGAN ORANGTUA TERHADAP KARAKTER REMAJA PERDESAAN1

The influence of attachment and communication with parents on adolescence character in rural area

Zervina Rubyn Devi Situmorang2, Dwi Hastuti3, Tin Herawati4 Abstrak

Peran orangtua dalam membentuk lingkungan pengasuhan yang positif akan berdampak pada perkembangan karakter remaja. Kelekatan dan komunikasi yang baik antara remaja dan orangtua dapat menghindari remaja dari tindakan asosial seperti kenakalan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi serta kelekatan remaja dengan orangtua terhadap karakter remaja di perdesaan. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive di Kabupaten Bogor. Sebanyak 109 remaja yang terdiri dari 43 remaja perempuan dan 66 remaja laki-laki terpilih menjadi responden menggunakan teknik proportional random sampling. Responden dalam penelitian diminta untuk mengisi kuesioner pengembangan dari Parent-Adolescent Communication Scale, Adolescent Attachment Questionnaire, serta VIA-Youth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kelekatan, komunikasi, serta karakter remaja perdesaan masih rendah. Keterbukaan remaja dengan orangtua ditemukan masih rendah serta tingginya permasalahan dalam berkomunikasi antara remaja dan orangtua. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kelekatan remaja dengan orangtua terhadap seluruh dimensi karakter remaja. Sebaliknya, ditemukan pengaruh komunikasi antara orangtua dengan remaja yang positif pada dimensi perasaan moral, tindakan moral, dan karakter secara keseluruhan.

Kata kunci : Karakter, Kelekatan, Komunikasi, Moral, Remaja Abstract

Parent role in parenting will affect adolescent’s character development.

Positive attachment and communication between parent and adolescent can avoid adolescent from negative behavior such as teenage delinquency. This study aimed to analyze the effect of attachment and communication with parents towards adolescent character in rural area. A total of 109 adolescent respondents consists of 43 girls and 66 boys were selected using proportional random sampling technique. Respondents were asked to fill out developed questionnaires of the Parent-Adolescent Communication Scale, Adolescent Attachment Questionnaire and VIA-Youth. to measure adolescent character, attachment and communication with parents. The results showed that the scores of the attachment, communication and adolescent characters in rural areas were significantly low. Disclosure

1 Makalah merupakan bagian dari tesis

(39)

between adolescents and parents was found low and problems in communication between adolescent and parent were high. Regression analysis showed that there was no significant relationship between adolescent attachment to parents of all dimensions of adolescent characters. Instead, it was discovered that communication between parent and teenager are positively affected on the dimensions of moral feeling, moral action, and overall characters.

Key word : Adolescent, Attachment, Character, Communication, Moral

Pendahuluan

Karakter merupakan salah satu aspek perkembangan yang banyak mendapat perhatian peneliti belakangan ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakter yang baik memberikan dampak yang baik pula bagi perkembangan serta perilaku seseorang. Seseorang yang memiliki kekuatan karakter secara empiris terbukti memiliki kepuasan hidup yang tinggi dan juga kebahagiaan dalam hidup (Shoshani dan Slone 2012; Toner et al. 2012). Secara teoritis dapat dikatakan karakter yang baik akan menghindarkan seseorang dari perilaku yang tidak baik. Akan tetapi, untuk membentuk karakter yang baik banyak hal yang perlu dilakukan oleh orangtua. Orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan pengasuhan yang kondusif (Berns 2011). Menurut Lickona (1994), apabila orangtua dapat menciptakan lingkungan pengasuhan yang penuh cinta dan rasa aman maka dapat membantu perkembangan karakter anak secara maksimal.

Diperlukan lingkungan perkembangan yang kondusif, bagi individu untuk dapat membentuk karakter yang baik. Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa kelekatan merupakan salah satu aspek yang ditemukan mempengaruhi karakter seseorang individu. Penelitian mengenai pengaruh kelekatan terhadap karakter sudah pernah dilakukan mulai dari anak usia dini sampai dengan remaja. Hasil menunjukkan bahwa pengalaman tentang kelekatan yang dimiliki seseorang pada setiap fase kehidupannya akan mempengaruhi identitas moral seseorang (Dewanggi 2014; Van Ijzendoorn dan Zwart-Woudstra 1995). Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam penelitian kelekatan, komunikasi menjadi salah satu aspek yang juga memiliki pengaruh besar (Meeus, Oosterwegel, dan Vollebergh 2002). Komunikasi yang efektif ditemukan memiliki pengaruh positif terhadap kelekatan, selain itu komunikasi yang baik dapat membantu seorang remaja mengkontruksi pengetahuan moral mereka (Oladipo 2009).

(40)

karakter remaja di perdesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik remaja dan keluarga, kelekatan dengan orangtua, komunikasi dengan orangtua, dan kekuatan karakter; (2) mengidentifikasi hubungan kelekatan dan komunikasi remaja dengan orangtua dengan kekuatan karakter; dan (3) menganalisis pengaruh karakteristik anak dan keluarga, kelekatan dan komunikasi remaja dengan orangtua terhadap kekuatan karakter.

Metode Penelitian

Penelitian ini melibatkan 109 responden yang berasal dari SMK terpilih di Desa Ciasihan dan Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penarikan contoh dilakukan dengan cara proportional random sampling berdasarkan lokasi dan jenis kelamin. Data diperoleh dari 44 remaja perempuan dan 65 remaja laki-laki dengan rata-rata usia 16 tahun. Pengumpulan data menggunakan teknik self-report dengan bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, komunikasi dengan orangtua, kelekatan dengan orangtua, serta karakter remaja.

Pengukuran komunikasi dengan orangtua menggunakan instrumen yang dikembangkan dari Parent-Adolescent Communication Scale (Barnes dan Olson 1982). Untuk kuesioner komunikasi dengan orangtua terdiri dari 19 butir pertanyaan dengan reliabilitas 0.803. Selanjutnya, pengukuran kelekatan dengan orangtua menggunakan pengembangan kuesioner Adolescent Attachment Questionnaire (West, Rose, Spreng, Sheldon-Keller & Adam 1998). Total butir pertanyaan untuk variabel kelekatan dengan orangtua adalah 17 butir dengan reliabilitas 0.692.

Pengukuran variabel karakter remaja menggunakan pengembangan kuesioner VIA-Youth dari Peterson dan Seligman (2004) yang dikembangkan menggunakan tiga dimensi dari Lickona (1994) yaitu moral knowing, feeling dan action. Total butir pertanyaan untuk dimensi pengetahuan (knowing) berjumlah 21 dengan reliabilitas sebesar 0.848. Selanjutnya, dimensi perasaan (feeling) berjumlah 22 butir pertanyaan dengan reliabilitas 0.775. Terakhir adalah dimensi tindakan (action) yang jumlah pertanyaannya sebanyak 21 butir dengan reliabilitas 0.705.

Setelah data terkumpul, data pendapatan orangtua dikonversikan menjadi pendapatan per kapita yang kemudi andikategorikan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS Kabupaten Bogor (BPS 2013). Sistem skoring yang dilakukan untuk komunikasi dengan orangtua, kelekatan dengan orangtua, dan karakter menggunakan rumus indeks. Pengategorian variabel komunikasi dengan orangtua, kelekatan dengan orangtua, dan karakter remaja dibagi menjadi tinggi dan rendah. Pengategorian menggunakan indeks masing-masing variabel dengan menggunakan cut off point baik/tinggi (≥80%) dan kurang/rendah (<80%).

Analisis dalam penelitian dengan analisis deskriptif dan inferensia yang terdir atas uji korelasi pearson dan uji regresi linear berganda yang diformulasikan sebagai berikut : Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ ……….+ b8X8

Keterangan:

Y = Karakter remaja a = konstanta

(41)

X2 = usia remaja (tahun)

X3 = usia ibu (tahun)

X4 = lama pendidikan ayah (tahun)

X5 = lama pendidikan ibu (tahun)

X6 = pendapatan per kapita per bulan (rupiah)

X7 = kelekatan dengan orangtua (skor)

X8 = komunikasi dengan orangtua (skor)

Hasil Karakteristik Remaja dan Keluarga

Usia remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara 15 sampai dengan 19 tahun. Menurut Santrock (2007), usia tersebut berada pada tahapan remaja akhir. Rata-rata usia ayah dan usia ibu berada pada kategori dewasa madya yaitu 47 tahun, dengan rentang usia mulai dari 30 sampai dengan 75 tahun. Selanjutnya, lama pendidikan ayah dan pendidikan ibu tergolong rendah dengan rata-rata keduanya selama lima tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata orangtua tidak lulus Sekolah Dasar (SD).

Tahun 2013 standar garis kemiskinan Kabupaten Bogor sebesar Rp 271 970. Meskipun tingkat pendidikan orangtua tergolong rendah, rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga responden masih diatas garis kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2013 yaitu sebesar Rp 420 718 (BPS 2013). Akan tetapi, setengah dari total keseluruhan responden (52.3%) masih tergolong keluarga miskin (Tabel 1).

Tabel 1 Kategori kemiskinan keluarga responden

Kategori kemiskinan n %

Miskin (< Rp 271 970) 57 52.3

Tidak Miskin (≥ Rp 271 970) 52 47.7

Min – Maks 27 778 – 2 000 000

Rata-rata ± SD 420 718 ± 413 191

Kelekatan dengan Orangtua

(42)

membuat remaja merasa kecewa. Masih ada remaja yang merasa takut akan kehilangan cinta dari orangtuanya. Selain itu, sebanyak 80 persen dari total responden sering merasa marah kepada orangtua mereka tanpa sebab. Hal-hal seperti diatas membuat remaja tidak memiliki kepercayaan dan rasa aman akan hubungan mereka dengan orangtuanya (Lampiran 1).

Tabel 2 Sebaran remaja berdasarkan kategori kelekatan dengan orangtua

Kelekatan dengan Orangtua n %

Rendah (<80%) 102 93.6

Tinggi (≥80%) 7 6.4

Min – maks 29.41 – 86.27

Rata-rata ± sd 63.75 ± 10.30

Komunikasi dengan Orangtua

Komunikasi remaja dan orangtua dalam penelitian ini diukur berdasarkan dua dimensi yaitu keterbukaan serta permasalahan komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (95.4%) masih berada pada kategori rendah untuk variabel komunikasi dengan orangtua. Rata-rata skor komunikasi remaja dan orangtua didapatkan sebesar 62.02 persen dengan rentang skor 15.79 sampai dengan 89.47. Tabel dibawah menunjukkan bahwa skor komunikasi yang rendah antara remaja dan orangtua dikarenakan hanya sedikit remaja yang terbuka saat berkomunikasi dengan orangtua. Sebanyak 86.2 persen responden masih memiliki kategori keterbukaan dalam berkomunikasi yang rendah. Keterbukaan yang rendah tergambar dari rasa takut untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada orangtua. Remaja sering merasa malu untuk membicarakan permasalahan yang sedang mereka alami. Keterbukaan yang rendah juga membuat remaja takut mengatakan hal yang mereka inginkan kepada orangtua mereka. Selain keterbukaan dalam berkomunikasi yang rendah, hampir seluruh responden (94.5 %) memiliki tingkat permasalahan dalam berkomunikasi yang tinggi dengan orangtua. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada penelitian ini masih sering terjadi permasalahan antara remaja dengan orangtua dalam berkomunikasi. Terbukti sebanyak 85.3 persen remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka pernah dihina oleh orangtua apabila orangtuanya sedang marah. Orangtua juga masih sering mengatakan hal-hal yang sebaiknya dikatakan pada anak mereka. Saat remaja memiliki masalah dengan orangtuanya, mereka memilih untuk mendiamkan daripada menyelesaikannya. Selain itu, para remaja juga merasa terganggu oleh orangtuanya (Lampiran 2).

Tabel 3 Sebaran remaja berdasarkan kategori komunikasi dengan orangtua

Keterbukaan Komunikasi n %

Rendah 94 86.2

Tinggi 15 13.8

Permasalahan Komunikasi

(43)

Tinggi 103 94.5

Total Komunikasi

Rendah 104 95.4

Tinggi 5 4.6

Min – maks 15.79 – 89.47

Rata-rata ± sd 62.02 ± 11.43

Karakter Remaja

Penelitian ini melihat empat dimensi karakter remaja yang terdiri atas pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), tindakan moral (moral action), serta karakter secara keseluruhan. Berdasarkan tabel dibawah terlihat bahwa diantara ketiga dimensi moral rata-rata responden berada pada kategori tinggi dalam dimensi pengetahuan dengan rata-rata skor sebesar 84.48. Sebaliknya, skor rata-rata pada dimensi tindakan moral yang dilakukan remaja hanya sebesar 64.74 atau hampir seluruh responden berada pada kategori rendah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa remaja mengetahui mana tindakan yang baik atau buruk, namun belum tentu mereka tidak melakukan tindakan yang buruk. Pada hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hampir seluruh remaja (91.7%) menyatakan bahwa kebersihan sekolah merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah (Lampiran 5). Pada kenyataannya 61.5 persen dari total responden menyatakan tidak mengikuti apabila diadakan kerja bakti di sekolah (Lampiran 7). Rata-rata skor karakter secara keseluruhan hanya 73.93 atau belum dapat dikatakan baik karena hanya 16.5 persen dari total keseluruhan responden yang berada pada kategori karakter baik.

Tabel 4 Sebaran remaja berdasarkan kategori karakter

Pengetahuan Moral n % Rata-rata ± sd

Rendah 36 33.0

84.48 ± 8.43

Tinggi 73 67.0

Perasaan Moral

Rendah 84 77.1

72.57 ± 8.94

Tinggi 25 22.9

Tindakan Moral

Rendah 104 95.4

64.74 ± 9.62

Tinggi 5 4.6

Total Karakter

Rendah 91 83.5

73.93 ± 7.64

Tinggi 18 16.5

(44)

Faktor yang Berhubungan dengan Karakter Remaja

Usia remaja berhubungan negatif dengan pengetahuan moral seseorang. Remaja yang berusia lebih muda pada penelitian ini memiliki skor pengetahuan moral yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang lebih tua. Selain karaktersitik remaja, usia ibu juga ditemukan berhubungan positif dengan perasaan moral remaja. Remaja yang memiliki ibu dengan usia yang lebih tua memiliki skor perasaan moral yang lebih baik dibandingkan remaja dengan ibu yang lebih muda.

Selain dari karakteristik remaja dan keluarga, kelekatan remaja dengan orangtua juga ditemukaan berhubungan positif dengan pengetahuan moral remaja. Berbeda dengan kelekatan yang hanya berhubungan dengan pengetahuan moral, komunikasi remaja dengan orangtua ditemukan berhubungan dengan perasaan moral, tindakan moral, serta total karakter remaja secara keseluruhan. Artinya, apabila komunikasi yang terjalin antara remaja dan orangtua saling terbuka serta terhindar dari masalah maka skor perasaan dan tindakan moral remaja semakin baik.

Tabel 5 Koefisien korelasi antara karakteristik remaja, keluarga, kelekatan serta komunikasi remaja dan orangtua dengan karakter remaja

Variabel

Ket: *Signifikan pada p<0.05; **Signifikan pada p<0.01

Faktor yang Mempengaruhi Karakter Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin remaja berpengaruh terhadap seluruh dimensi karakternya. Remaja perempuan ditemukan memiliki skor karakter yang lebih baik dibandingkan remaja laki-laki. Usia ibu juga ditemukan mempengaruhi perasaan moral remaja secara positif. Sebaliknya, karakteristik remaja dan orangtua yang lainnya seperti usia anak serta pendapatan per kapita tidak ditemukan mempengaruhi karakter secara signifikan.

(45)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap karakter remaja. Sebaliknya, komunikasi remaja dengan orangtua ditemukan berpengaruh positif terhadap perasaan moral, tindakan moral, serta karakter remaja secara keseluruhan. Model yang dibangun dalam penelitian ini dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap karakter remaja sebesar 13.4 persen. Sisanya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain misalnya hubungan remaja dengan teman sebayanya.

Tabel 6 Hasil analisis regresi linier berganda variabel-variabel yang mempengaruhi karakter remaja

Variabel

Pengetahuan Moral

Perasaan Moral Tindakan Moral Total Karakter

β Sig. β Sig. β Sig. β Sig.

Ket: *Signifikan pada p<0.05; **Signifikan pada p<0.01

Pembahasan

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran pengaruh komunikasi serta kelekatan remaja dengan orangtua dan teman sebaya terhadap karakter remaja
Tabel 1  Variabel penelitian, skala data dan instrumen
Tabel 2  Variabel dan pengkategorian data
Tabel 1  Kategori kemiskinan keluarga responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERSAHABAT DAN KARAKTER CINTA DAMAI BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII A

Dalam penelitian ini Analisis Semiotik digunakan untuk meneliti makna dari tanda-tanda yang tedapat dalam Film English Vinglish , dan semua tanda yang terdapat

Bar and Rod of Stainless Steel Dengan penampang silang lingkaran, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau

pada siswa tunagrahita dapat menambah inovasi dalam dunia pendidikan serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik ataupun peneliti lain, khususnya dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pelayanan, kebutuhan modal dan margin keuntungan terhadap proses keputusan pengambilan pembiayaan

berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “…pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, keliling dan wisata yang berarti perjalanan atau bepergian”. 2) E.Guyer

dimensi gording  gording  gording  gording  - --- dari dari dari dari tabel tabel tabel tabel profil profil profil profil didapat didapat didapat didapat berat berat berat berat.. per

Peningkatan tersebut diperoleh karena pada tindakan siklus II seluruh siswa dapat mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran menulis pantun dengan teknik Think Pair Share melalui kartu