• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Dan Tepung Daun Kayu Manis Sebagai Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin Pangasianodon Hypophthalmus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Dan Tepung Daun Kayu Manis Sebagai Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin Pangasianodon Hypophthalmus"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAN TEPUNG DAUN KAYU

MANIS SEBAGAI PENCEGAH INFEKSI

Aeromonas hydrophila

PADA IKAN PATIN

Pangasianodon hypophthalmus

ERNI SUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas Ekstrak dan Tepung Daun Kayu Manis sebagai Pencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

ERNI SUSANTI. Efektivitas Ekstrak dan Tepung Daun Kayu Manis sebagai Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus. Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM, SRI NURYATI dan MIA SETIAWATI.

Ikan patin Pangasianodon hypophthalamus termasuk komoditas yang banyak dibudidayakan secara intensif. Budidaya ikan patin ini dihadapkan pada kendala penyakit MAS (motile aeromonad septicaemia) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila. Upaya pencegahan penyakit merupakan langkah yang tepat dalam penangggulangan terjadinya penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah dengan pemberian vaksin, namun vaksin kurang efektif jika digunakan untuk pencegahan infeksi A. hydrophila karena tingginya heterogenitas pada bakteri tersebut dan sifatnya yang spesifik pada agen patogen tertentu. Selain itu harga vaksin komersial relatif mahal. Pemberian suatu bahan alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu jika dikonsumsi merupakan salah satu alternatif untuk pencegahan penyakit akibat infeksi A. hydrophila. Daun kayu manis merupakan salah satu tanaman obat yang berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa aktif yang terkandung dalam daun kayu manis yaitu alkaloid, flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin dan tanin yang dapat menghambat aktivitas bakteri. Pengujian daun kayu manis dalam bentuk ekstrak dan tepung perlu di teliti untuk menguji keefektifan di antara kedua bentuk tersebut dalam meningkatkan sistem imun ikan patin dan menghambat virulensi patogen A. hydrophila terhadap ikan patin. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas ekstrak dan tepung daun kayu manis dalam pakan sebagai upaya pencegah infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus.

(5)

Kelangsungan hidup diukur setiap hari saat perlakuan uji. Kualitas air selama perlakuan berada pada kisaran optimum yaitu suhu 28-32oC, pH 7,50-8,00, oksigen terlarut 6,13-7,93 mg/L dan nilai amonia 0,03-0,94 mg/L.

Hasil uji in vitro menunjukkan dosis 0.5% ekstrak daun kayu manis merupakan hasil terbaik ditandai dengan luasnya zona bening dan semakin luas zona bening disekitar paper disk menunjukkan semakin besar daya antibakterinya. Sedangkan untuk tepung daun kayu manis dosis terbaik adalah 1% yaitu ditandai dengan jumlah koloni yang tumbuh dan semakin sedikit jumlah koloninya menunjukkan sifat antibakteri kuat. Dosis dari hasil uji in vitro digunakan sebagai dasar untuk dicampur ke dalam pakan yaitu ekstrak sebanyak 0,5% dan tepung sebanyak 1%. Perlakuan penambahan ekstrak daun kayu manis, tepung daun kayu manis dan kontrol yang dipelihara selama 14 hari sebelum uji tantang mengalami peningkatan bobot dari bobot awal ikan. Jumlah konsumsi pakan (JKP) pada ikan yang diberi penambahan ekstrak dan tepung daun kayu manis menurun dibanding dengan kontrol (p<0,05). Namun laju pertumbuhan harian (LPH) tidak berpengaruh antar perlakuan (p>0,05) sehingga pemanfaatan pakan pada ikan yang diberi ekstrak dan tepung daun kayu manis lebih efisien (p<0,05). Perlakuan pemberian daun kayu manis dalam bentuk 1% tepung yang ditambahkan dalam pakan memberikan hasil yang lebih baik dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 83,33% secara signifikan (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan K+ sebesar 26,67% dan efektif sebagai pencegahan dan mampu meningkatkan respons imun ikan patin pasca infeksi A. hydrophila. Peningkatan respons imun terjadi pada semua parameter gambaran darah yaitu kadar hemoglobin, hematokrit, total eritrosit dan total leukosit. Pada perlakuan penambahan daun kayu manis dalam bentuk 1% tepung mengalami peningkatan pascainfeksi namun pada perlakuan kontrol positif mengalami penurunan pada semua parameter gambaran darah. Berdasarkan data yang didapat nilai parameter gambaran darah tersebut secara signifikan (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian daun kayu manis dalam bentuk 1% tepung efektif mencegah aktivitas bakteri A. hydrophila pada ikan sehingga meningkatkan kelangsungan hidup ikan patin.

(6)

SUMMARY

ERNI SUSANTI. Effectiveness of Extract and Powder of Cinnamon Leaf as Prevention of Aeromonas hydrophila Infection in Pangasius Pangasianodon hypophthalmus. Supervised by DINAMELLA WAHJUNINGRUM, SRI NURYATI and MIA SETIAWATI

Pangasius (Pangasianodon hypophthalmus) is one of commodities intensively cultured. Cultivation of this fish is faced with the Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) disease caused by Aeromonas hydrophila. Thus, disease prevention is an appropriate step in tackling the disease, and one of prevention effort is the administration of vaccine. However, in this case, vaccine administration is not efficient to prevent MAS disease because it is only specific to one type of disease that high heterogeneity of the bacteria leads to ineffectiveness of vaccine administration. Also, commercial vaccine is relatively expensive. Administration of an environmentally friendly natural substance which will not produce residue when consumed is an alternative prevention of MAS disease caused by infection of A. hydrophila. Cinnamon is a medicinal plant that contains natural substancesin the leaves. The active compound contained in the leaf such as alkaloid, flavonoid, phenolic hidroquinone, saponin and tannin can inhibit A. hydrophila activity. Testing in the form of cinnamon leaf extract and flour needed examined to test the effectiveness of two forms in raising catfish immune system and inhibit pathogen virulence of A. hydrophila against catfish. This study was conducted to test the effectiveness of the extract and flour of cinnamon leaf in fish feed for prevention of A. hydrophila infection on pangasius fish Pangasianodon hypophthalmus.

(7)

treatment was in optimum condition of temperature (28-32oC), pH (7.50-8.00), dissolved oxygen (6.13-7.93 mg/L) and ammonia (0.03-0.94 mg/L).

In vitro test showed that a dose of 0.5% of cinnamon leaf extract resulted in the best antibacterial activity indicated by the wide transparent zone. Wider transparent zone around paper disk indicates higher antibacterial activity. On the other hand, the best anti bacterial activity obtained from cinnamon leaf flour was dose of 1% which was indicated by the less colony amount of bacteria, showed strong antibacterial activities. Dose of in vitro test results are used as a base to be mixed into the feed that extracts as much as 0.5% and as much as 1% starch. All treatments and control were success increased the fish weight. Total feed consumption in fish fed with the addition of flour and extract of cinnamon leaf was lower than that of controls (p<0.05) while the daily growth rates (DGR) were not significantly different between treatments (p> 0.05). Therefore, the application of flour and extract of cinnamon leaf was more efficient (p<0.05). The addition of 1% of cinnamon leaf flour significantly increased the survival rate up to 83.33% (p<0.05), higher than the positive control (26.67%). This result indicates that the treatment is an effective strategy in prevention as it is able to increase the immune response of pangasius fish after the infection of A. hydrophila. Increased of immune response was found in all blood profiles included levels of hemoglobin, hematocrit, total erythrocytes and total leukocytes. The addition of 1% of cinnamon leaf flour increased all blood profiles of all treatments after infection except the positive control. Based on the data obtained, parameter value of blood profile in this treatment was significantly (p<0.05) higher than that of other treatments. To conclude, the addition of 1% cinnamon leaf flour was able to prevent the activity of A.hydrophila in fish thus it increased the survival of pangasius fish.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAN TEPUNG DAUN KAYU

MANIS SEBAGAI PENCEGAH INFEKSI

Aeromonas hydrophila

PADA IKAN PATIN

Pangasianodon hypophthalmus

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)

Judul Tesis : Efektivitas Ekstrak dan Tepung Daun Kayu Manis sebagai Pencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus

Nama : Erni Susanti NIM : C151130251

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi Ketua

Dr Sri Nuryati, SPi MSi Anggota

Dr Ir Mia Setiawati, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

8 September 2016

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 sampai Agustus 2015 ini ialah Efektivitas Ekstrak dan Tepung Daun Kayu Manis sebagai Pencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang memberi dana hibah Penelitian Strategis Unggulan (PSU) An. Ibu Dr Ir Mia Setiawati, tahun anggaran 2015 No. 083/SP2H/PL/DIT. Litabmas/II/2015 melalui Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM-IPB). Terima kasih kepada Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, Ibu Dr Sri Nuryati dan Ibu Dr Ir Mia Setiawati selaku pembimbing yang telah memberikan kesabaran, arahan dan bimbingannya. Terima kasih kepada Ibu Dr Munti Yuhana sebagai dosen penguji dan Ibu perwakilan dari Ketua Program Studi Akuakultur dalam pelaksanaan ujian tesis. Selanjutnya kepada seluruh dosen dan segenap pegawai Departemen Budidaya Perairan khususnya Laboratorium Kesehatan Ikan atas bimbingan, dukungan dan bantuannya. Ungkapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada Suamiku Nabil Zurba SPi MSi, Ayahanda Azarman Arief, Ibunda Zuraida Z, Kakak, Abang, Adikku tersayang, keponakanku serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya. Teman-teman terbaik Suardi Laheng SPi MSi, Shavika Miranti SPi MSi, Ike Dewi Nur Fitrianingrum SPi MSi, Windu Sukendar SPi MSi, Tuti Puji Lestari SPi MSi, Hasrah SPi MSi yang telah membantu dalam penelitian ini serta teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Akuakultur Angkatan 2013. Terima kasih kepada KEMENRISTEK DIKTI yang telah memberikan beasiswa BPPDN kepada penulis sehingga dapat melanjutkan program studi pascasarjana ini. Semoga karya tesis ini bermanfaat.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

2 METODE 2

Materi Uji 2

Rancangan Penelitian 3

Prosedur Penelitian 3

Parameter Penelitian 6

Analisis Data 8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 14

4 SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi dan proksimat tepung dan ekstrak daun kayu manis 5

2 Fitokimia ekstrak dan tepung daun kayu manis 5

3 Diameter zona hambat (cm) hasil uji in vitro terhadap bakteri A. hydrophila dengan menggunakan ekstrak daun kayu manis dalam

beberapa dosis 8

4 Hasil uji in vitro bakteri A. hydrophila menggunakan tepung daun kayu

manis dalam beberapa dosis 8

5 Kinerja pertumbuhan ikan patin sebelum injeksi bakteri 9

DAFTAR GAMBAR

1 Skema perlakuan saat uji in vivo pada ikan (pakan tanpa perlakuan), pakan yang diberi perlakuan ekstrak dan tepung) dan pengamatan H-2 sebelum uji tantang dan H+2, H+6, H+13 setelah uji tantang 6 2 Kelangsungan hidup harian benih ikan patin selama pemeliharaan pada

perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis diinjeksi dengan bakteri serta kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-) 10 3 Kelangsungan hidup benih ikan patin akhir pemeliharaan pada

perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis diinjeksi dengan bakteri, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda

nyata (p<0,05) 10

4 Kadar hematokrit pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2 (H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05) 11 5 Kadar hemoglobin pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari

ke-2 (H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05) 11 6 Total leukosit pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2

(H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05) 12 7 Total eritrosit pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2

(H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05) 13 8 Respiratory burst activity pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta

(15)

(k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05) 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil karakterisasi sifat biokimia dan fisiologis bakteri A. hydrophila 21 2 Perhitungan lethal dosage 50 pada ikan patin yang diinfeksi A.

hydrophila 21

3 Uji fitokimia dan sinamaldehid daun kayu manis 21

4 Prosedur pengujian hematologi ikan 25

5 Prosedur pengujian respiratory burst 26

6 Analisis statistik zona hambat ekstrak daun kayu manis dosis 0.1%,

0.5%, 1%, 1.5% 26

7 Analisis statistik kelangsungan hidup ikan patin pada akhir perlakuan 26 8 Analisis statistik hematokrit darah ikan patin pada H-2, H+2, H+6 dan

H+13 27

9 Analisis statistik hemoglobin darah ikan patin pada H-2, H+2, H+6 dan

H+13 29

10 Analisis statistik total leukosit darah ikan patin pada H-2, H+2, H+6

dan H+13 30

11 Analisis statistik total eritrosit darah ikan patin pada H-2, H+2, H+6 dan

H+13 32

12 Analisis statistik respiratory burst darah ikan patin pada H-2, H+2, H+6

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang saat ini sistem pembudidayaannya telah berkembang menjadi budidaya intensif karena semakin tingginya permintaan konsumen. Hal ini sesuai dengan data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB 2013) bahwa pada tahun 2012 produksi ikan patin Indonesia adalah 347.000 ton dan meningkat mencapai 410.684 ton pada tahun 2013. Kondisi ini tentunya akan memperbesar peluang terjangkitnya wabah penyakit pada ikan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri menjadi salah satu kendala budidaya ikan patin karena dapat menyebabkan kematian pada ikan. Bakteri yang sering menyerang ikan patin di antaranya Aeromonas hydrophila (Crumlish et al. 2010).

Penanggulangan penyakit ini harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah berjangkitnya wabah penyakit yang menyebabkan kematian ikan dan kerugian yang besar. Upaya pencegahan penyakit merupakan langkah yang tepat dalam penangggulangan terjadinya penyakit karena lebih mudah dibandingkan dengan kegiatan pengobatan ketika ikan sudah mengalami sakit. Upaya pengendalian penyakit biasanya menggunakan antibiotik seperti oksitetrasiklin, namun pengendalian tersebut bersifat pengobatan. Penggunaan antibiotik mempunyai dampak negatif pada lingkungan akuatik dan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya (Cabello 2006). Upaya vaksinasi berpotensi sebagai pencegahan penyakit pada ikan, namun penggunaan vaksin kurang efektif jika digunakan untuk pencegahan infeksi A. hydrophila karena tingginya heterogenitas pada bakteri tersebut dan sifatnya yang spesifik pada agen patogen tertentu. Selain itu harga vaksin komersial relatif mahal (Christybapita et al. 2007).

Salah satu upaya yang berpeluang untuk diterapkan dalam pencegahan adalah penggunaan bahan fitofarmaka. Penggunaan fitofarmaka merupakan salah satu solusi yang cukup efektif baik untuk pencegahan maupun untuk pengobatan, dikarenakan fitofarmaka merupakan bahan alami yang ramah lingkungan, aman bagi konsumen dan tidak menimbulkan residu jika dikonsumsi oleh ikan. Salah satu bahan fitofarmaka yang dapat dimanfaatkan adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmannii). Menurut Chang et al. (2001), kayu manis merupakan tanaman herbal yang memiliki senyawa eugenol dan sinamaldehid yang berfungsi sebagai antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri. Chao et al. (2005), menyatakan minyak atsiri kayu manis mengandung senyawa bioaktif seperti sinamaldehid, eugenol dan senyawa lain di antaranya adalah flavonoid, tanin, alkaloid dan saponin (Azima et al. 2004). Daun kayu manis mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, hidrokuinon, saponin dan tanin (Sufriadi 2006).

(18)

2

manis 0.5% dalam pakan dapat meningkatkan respons imun non spesifik pascauji tantang. Ahmad et al. (2011) lebih lanjut menyatakan penambahan tepung kayu manis Cinnamomun zelanicum 1% dalam pakan memiliki sifat antibakteri terhadap infeksi A. hydrophila pada ikan nila. Pengujian daun kayu manis dalam bentuk ekstrak dan tepung perlu diteliti untuk menguji keefektifan di antara kedua bentuk tersebut dalam meningkatkan sistem imun ikan patin dan menghambat virulensi patogen A. hydrophila terhadap ikan patin. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi perlakuan ekstrak atau tepung daun kayu manis yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kesehatan ikan patin.

Perumusan Masalah

Salah satu masalah kegagalan dalam produksi ikan adalah terserangnya wabah penyakit. Serangan wabah penyakit terjadi sebagai akibat gangguan keseimbangan dan interaksi antara ikan, lingkungan yang tidak menguntungkan ikan dan berkembangnya patogen penyebab penyakit. Serangan wabah penyakit yang banyak menyerang ikan patin adalah penyakit bakterial yaitu A. hydrophila. Wabah bakteri ini bersifat akut dan menyebabkan kematian mencapai 100% pada ikan budidaya. Salah satu alternatif yang memiliki prospek yang baik untuk pencegahan infeksi bakteri adalah melalui aplikasi fitofarmaka. Jenis fitofarmaka yang memiliki potensi untuk pencegahan penyakit ini adalah daun kayu manis. Pengujian daun kayu manis dalam bentuk ekstrak dan tepung perlu diteliti untuk menguji keefektifan di antara kedua bentuk tersebut dalam meningkatkan sistem imun ikan patin dan menghambat virulensi patogen A. hydrophila terhadap ikan patin.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaaan daun kayu manis dalam bentuk ekstrak dan tepung melalui pakan sebagai pencegahan infeksi A. hydrophilapada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus.

2

METODE

Materi Uji

Materi uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan patin Pangasianodon hypophthalmus dengan bobot 5,8±0,21 g yang diperoleh dari

pembudidaya ikan di daerah Parung. Bakteri yang digunakan adalah A. hydrophila

(19)

3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi:

A. Pemberian pakan ekstrak daun kayu manis 0,5% diberikan selama 14 hari, selanjutnya diinjeksi dengan bakteri A. hydrophila dan setelah injeksi dilakukan dengan pemberian pakan tanpa ekstrak daun kayu manis.

B. Pemberian pakan tepung daun kayu manis 1% diberikan selama 14 hari, selanjutnya diinjeksi dengan bakteri A. hydrophila dan setelah injeksi dilakukan dengan pemberian pakan tanpa tepung daun kayu manis.

C. Kontrol positif yaitu pemberian pakan tanpa penambahan daun kayu manis diberikan selama 14 hari, selanjutnya diinjeksi dengan A. hydrophila dan setelah injeksi dilakukan dengan pemberian pakan kembali

D. Kontrol negatif yaitu pemberian pakan tanpa penambahan daun kayu manis diberikan selama 14 hari, selanjutnya diinjeksi dengan Phospat Buffer Saline (PBS) dan setelah injeksi PBS dilakukan dengan pemberian pakan kembali.

Prosedur Penelitian

Penyediaan Bakteri A. hydrophila

Jenis bakteri yang digunakan adalah A. hydrophila. Bakteri A. hydrophila yang digunakan dikarakterisasi dengan menggunakan kit API 20E. Bakteri tersebut ditumbuhkan dalam medium TSA (Trypticase Soy Agar). Satu ose koloni bakteri diambil dan ditumbuhkan dalam medium TSB (Trypticase Soy Broth) selanjutnya diinkubasi dalam waterbath shaker pada suhu 29oC dengan kecepatan 140 rpm selama 24 jam

Bakteri A. hydrophila ditingkatkan virulensinya melalui uji Postulat Koch. Bakteri disuntikkan secara intramuskular dosis 0,1 mL/ekor dengan kepadatan 10 ekor. Ikan yang telah disuntik dan menunjukkan gejala klinis, diisolasi bakterinya dengan cara menggoreskan jarum ose di ginjal dan dikultur pada media TSA cawan. Bakteri hasil isolasi tersebut diuji kembali sifat gram, biokimia dan fisiologisnya (Lampiran 1).

Penentuan Nilai LD50 (Lethal Dosis50)

(20)

4

Uji In Vitro

Uji in vitro ini dilakukan untuk melihat aktivitas antibakteri dari tanaman yang digunakan terhadap bakteri uji. Uji antibakteri untuk ekstrak daun kayu manis dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-Bauer (Satirapathkul dan Leela 2011). Pengujian ini dilakukan dengan menyediakan suspensi bakteri hasil dari uji LD50 disebar sebanyak 0,1 ml pada permukaan media TSA cawan dengan menggunakan batang penyebar, kemudian kertas cakram berdiameter 0,5 cm direndam kedalam ekstrak daun kayu manis dosis 0,1%, 0,5%, 1%, dan 1,5% selama 5 menit. Selanjutnya kertas diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan pada permukaan media yang telah disebar bakteri lalu diinkubasi pada suhu 28oC selama 24 jam. Masing-masing perlakuan dosis dibuat dalam 2 ulangan. Zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram diukur dengan menggunakan penggaris (ketelitian 1 mm). Dosis yang menghasilkan zona hambat paling besar yang digunakan pada pengujian in vivo.

Sedangkan untuk uji kultur bersama tepung daun kayu manis dilakukan dengan uji kultur bersama. Tabung mikro diisi dengan media TSB dan ditambahkan tepung daun kayu manis dosis 0,1%, 0,5%, 1%, dan 1,5%. Masing-masing tabung tersebut ditambahkan suspensi bakteri dari hasil uji LD50 sebanyak 0,1 ml kemudian dihomogenkan, selanjutnya disebar pada media TSA sebanyak 50 µl dan diinkubasi pada suhu 28oC selama 24 jam. Setelah 24 jam dihitung masing-masing jumlah koloni yang tumbuh pada media TSA tersebut. Koloni bakteri yang tumbuh sedikit yang menujukkan bahwa dosis tepung daun kayu manis tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat digunakan pada pengujian in vivo.

Persiapan Pakan

Bahan baku utama daun kayu manis spesies C. burmannii yang telah dipetik dan dibersihkan, selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 400C. Setelah kering daun kayu manis dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling, kemudian diayak hingga menghasilkan tepung daun kayu manis yang halus, selanjutnya dilakukan uji proksimat dan uji fitokimia.

Ekstrak daun kayu manis dibuat dengan cara tepung daun kayu manis C. burmannii diekstraksi menggunakan etanol 96%. Prosedur ekstraksi yang dilakukan mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Prasad et al. (2009) dengan sedikit modifikasi. Tepung daun kayu manis diekstraksi dengan perbandingan 1:10 antara sampel dan pelarut. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi selama 18 jam sambil diaduk menggunakan shaker orbital. Filtrat yang didapat difiltrasi kemudian diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 400C. Hasil yang diperoleh berupa ekstrak kental daun kayu manis.

(21)

5 Tabel 1 Formulasi dan proksimat tepung dan ekstrak daun kayu manis

Tabel 2 Fitokimia ekstrak dan tepung daun kayu manis

Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium yang berukuran 60×30×30 cm sebanyak 36 akuarium dengan ketinggian air 20 cm. kemudian untuk mendesinfeksi wadah digunakan bahan kimia berupa klorin. Klorin dilarutkan ke dalam air hingga konsentrasi 30 ppm, selanjutnya diaerasi yang kuat selama 24 jam di dalam wadah pemeliharaan, untuk menetralisir klorin digunakan thiosulfat dengan dosis 30 ppm. Di bagian luar dinding akuarium dilapisi plastik berwarna hitam untuk mengurangi tingkat stres pada ikan. Kondisi kualitas air dijaga dengan dilakukan penggantian air melalui teknik sipon sebanyak 50% setiap 2-3 hari sekali. Untuk mempertahankan nilai kisaran suhu optimum ikan di tambahkan heater suhu 280 C masing-masing akuarium pemeliharaan.

Bahan baku Perlakuan kkal(Watanabe, 1988), BETN = bahan ekstrak tanpa nirtogen.2) Rasioenergi/protein.PK = pakan tanpa daun kayu manis (kontrol), PT = pakan + 1% tepung daun kayu manis, PE = pakan + 0,5% ekstrak daun kayu manis.

(22)

6

Uji In Vivo

Penelitian ini berupa pencegahan serangan bakteri A. hydrophila dengan penambahan tepung dan ekstrak daun kayu manis kedalam pakan. Ikan patin di aklimatisasikan terlebih dahulu. Selama proses aklimatisasi ikan diberi pakan pelet komersil 3 kali sehari dan dilakukan pengontrolan kualitas air supaya kualitas air di media pemeliharaan berada pada kisaran toleransi ikan patin. Setelah proses aklimatisasi ikan patin diberikan pakan perlakuan selama 14 hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi (08.00 WIB), siang (12.00 WIB) dan malam (17.00 WIB). Setelah pemeliharaan 14 hari dilakukan uji tantang dengan bakteri A. hydrophila yang disuntikkan dengan kosentrasi 107 cfu/ml dengan dosis penyuntikan 0,1 mL/ekor secara intramuscular. Pengamatan dilakukan pada hari ke-2 sebelum injeksi bakteri dan hari ke-2, 6 dan 13 setelah injeksi bakteri. Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada awal penelitian, tengah, dan akhir penelitian. Kualitas air selama penelitian yaitu suhu 28-320C, pH 7.50-8.00, DO 6.13-7.93 mg/L dan TAN 0.03-0.94 mg/L. Gambar 1 berikut ini merupakan skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan patin

Gambar 1. Skema pelakuan uji In vivo pada ikan (pakan tanpa perlakuan ), (pakan yang diberi perlakuan ekstrak dan tepung ) dan (pengamatan H-2 sebelum uji tantang dan H+2, H+6, H+13 setelah uji tantang)

Parameter Penelitian

Uji Antibakteri

Uji antibakteri meliputi uji zona hambat dan uji kultur bersama. Pengukuran zona hambat ekstrak daun kayu manis dilakukan menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm. efektivitas ekstrak daun kayu manis dapat dilihat dari diameter zona bening yang dihasilkan disekitar kertas cakram. Uji kultur bersama tepung daun kayu manis dilakukan dengan menghitung jumlah

(23)

7 koloni yang tumbuh pada media TSA. Efektivitas tepung daun kayu manis dapat dilihat dari sedikitnya koloni bakteri yang tumbuh pada media TSA.

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Jumlah konsumsi pakan dihitung berdasarkan feeding rate3% dari bobot rata-rata biomassa (gr hari-1). Jumlah pakan yang diberikan menyesuaikan setiap dilakukan sampling selama pemeliharaan.

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian, bobot ikan ditimbang saat awal dan akhir perlakuan kemudian dihitung bobot rata-ratanya. Laju

pertumbuhan harian (α) ikan dapat dihitung menggunakan rumus (Guo et al., 2012):

α =100×[ln(Wt)−ln(W0)]/t Ket: α = laju pertumbuhan harian (% hari-1)

Wt = bobot rataan akhir (gr) W0 = bobot rataan awal (gr) t = lama pemeliharaan (gr) Efisiensi Pakan (EP)

Efisiensi pakan adalah persentase pertambahan bobot biomassa ikan per jumlah konsumsi pakan. Efisiensi pakan digunakan untuk membandingkan jumlah konsumsi pakan terhadap pertambahan bobot (Watanabe, 1988):

EP % = W +W −W F x 100 Ket: EP = Efesiensi pakan (%)

Wt = bobot ikan akhir (gr) Wo = Bobot ikan awal (gr) Wd = bobot ikan mati (gr)

F = Jumlah konsumsi pakan (gr) Kelangsungan Hidup

Pengamatan kelangsungan hidup ikan dilakukan pada akhir perlakuan dan diformulasikan sebagai berikut:

Kelangsungan hidup = � ℎ ℎ �

� ℎ ×

Gambaran Darah

(24)

8

Respiratory Burst (Metode NBT-Assay)

Aktivitas respiratory burst dihitung menggunakan prinsip reduksi dari nitroblue tetrazolium (NBT) yang menghasilkan formazan yang merupakan jumlah ukuran jumlah anion superoksida (Divyagnaneswari et al. 2007) (Lampiran 5).

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalisis menggunakan SPSS 16,0, jika hasil berbeda nyata dilakukan uji lanjut duncan dengan selang kepercayaan 95%. Parameter yang dianalisis statistik secara kuantitatif adalah jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, kelangsungan hidup, gambaran darah dan respiratory burst. Sedangkan untuk kualitas air merupakan parameter yang dianalisis secara deskriptif.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil in vitro ekstrak daun kayu manis menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan (p<0,05) (Lampiran 6). Zona hambat terbaik pada dosis 0,5% yaitu sebesar 0,35 cm (Tabel 3).

Tabel 3 Diameter zona hambat (cm) hasil uji in vitro terhadap bakteri A. hydrophila menggunakan ekstrak daun kayu manis dalam beberapa dosis Kode daun kayu manis Dosis ekstrak Ulangan Rata-rata

(cm)

huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

Hasil in vitro tepung daun kayu manis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila yaitu pada dosis 1%. Dosis ini yang digunakan karena dapat menghasilkan pertumbuhan bakteri paling sedikit (Tabel 4).

Tabel 4 Hasil uji in vitro bakteri A. hydrophila menggunakan tepung daun kayu manis dalam beberapa dosis

(25)

9 Hasil penelitian menunjukkan kinerja pertumbuhan perlakuan penambahan tepung daun kayu manis, ekstrak daun kayu manis dan kontrol yang dipelihara selama 14 hari sebelum uji tantang mengalami peningkatan bobot dari bobot awal ikan (Tabel 5). Jumlah konsumsi pakan (JKP) pada ikan yang diberi penambahan tepung dan ekstrak daun kayu manis menurun dibanding dengan kontrol (p<0,05). Namun laju pertumbuhan harian (LPH) tidak berpengaruh antar perlakuan (p>0,05) sehingga pemanfaatan pakan pada ikan yang diberi tepung dan ekstrak daun kayu manis lebih efisien (p<0,05).

Tabel 5 Kinerja pertumbuhan ikan patin sebelum injeksi bakteri Parameter uji Perlakuan daun kayu manis (%)

Ekstrak 0,5% Tepung 1% Kontrol

Wo (g ekor-1) 5,80±0,02ᵃ 5,81±0,02ᵃ 5,83±0,01ᵃ Wt (g ekor-1) 8,53±0,198,31±0,268,27±0,26ᵃ JKP (g ekor-1) 4,96±0,27ᵇ 4,65±0,44ᵇ 6,99±0,21ᵃ LPH (% hari-1) 2,75±0,15ᵃ 2,56±0,23ᵃ 2,49±0,22ᵃ EP (g ekor-1) 55,16±5,89 53,95±1,9734,75±2,77

huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

(26)

10

Gambar 2. Kelangsungan hidup harian benih ikan patin selama pemeliharaan pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis diinjeksi dengan bakteri serta kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-)

Gambar 3. Kelangsungan hidup benih ikan patin akhir pemeliharaan pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis diinjeksi dengan bakteri, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05)

Persentase hematokrit setelah ikan diinfeksi bakteri yaitu pada hari ke-2 (H+2) mengalami peningkatan terdapat pada perlakuan penambahan tepung daun kayu manis dibanding dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Pada hari ke-6 (H+6) setelah injeksi terjadi penurunan kadar hematokrit ikan pada perlakuan tepung daun kayu manis dan kontrol negatif, namun perlakuan ekstrak daun kayu manis dan kontrol positif mengalami peningkatan pada hari ke-6 (H+6). Kadar hematokrit pada hari ke-13 (H+13) setelah diinjeksi bakteri semua perlakuan mengalami peningkatan kecuali pada perlakuan ekstrak daun kayu manis (Gambar 4). Analisis statistik kadar hematokrit ikan dapat dilihat pada Lampiran 8.

(27)

11

Gambar 4. Kadar hematokrit pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2 (H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05)

Persentase hemoglobin mengalami peningkatan setelah diinfeksi bakteri yaitu pada hari ke-2 (H+2) terdapat pada perlakuan penambahan tepung daun kayu manis dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol negatif (p>0,05). Pada hari ke-6 (H+6) setelah diinjeksi semua perlakuan mengalami peningkatan dan pada perlakuan penambahan tepung daun kayu manis menunjukkan kadar hemoglobin tertinggi dbanding dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Sedangkan pada hari ke-13 (H+13) perlakuan penambahan tepung daun kayu manis terus meningkat dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol negatif (p>0,05), namun perlakuan ekstrak dan kontrol positif mengalami penurunan (Gambar 5). Analisis statistik kadar hemoglobin ikan dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gambar 5. Kadar hemoglobin pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2 (H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05)

(28)

12

Total leukosit ikan patin setelah diinfeksi pada pada hari ke-2 (H+2) secara signifikan (p<0,05) meningkat pada perlakuan kontrol negatif dan perlakuan penambahan tepung daun kayu manis dan tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan ekstrak daun kayu manis. Sedangkan perlakuan yang lainnya mengalami penurunan setelah diinfeksi bakteri. Pada hari ke-6 (H+6) persentase leukosit terus meningkat untuk semua perlakuan. Pada hari ke-13 (H+13) tidak menunjukkan perbedaan nyata antar semua perlakuan (p>0,05) (Gambar 6). Analisis statistik total leukosit ikan dapat dilihat pada Lampiran 10.

Gambar 6. Total leukosit pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2 (H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05)

(29)

13

Gambar 7. Total eritrosit pada hari ke-2 (H-2) sebelum uji tantang serta hari ke-2 (H+2), ke-6 (H+6) dan ke-13 (H+13) pascauji tantang pada perlakuan pemberian ekstrak, tepung daun kayu manis, kontrol positif (k+) dan kontrol negatif (k-). Keterangan: huruf kecil yang berbeda pada hari yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (p<0,05)

Respiratory burst activity merupakan salah satu metode untuk mengukur aktivitas fagositosis inang terhadap patogen. Tingkat fagositosis ikan setelah infeksi bakteri pada hari ke-2 (H+2) mengalami peningkatan pada perlakuan tepung dan ekstrak daun kayu manis (p>0.05). Pada hari ke-6 (H+6) perlakuan tepung daun kayu manis, kontrol negatif, dan kontrol positif terus meningkat. Peningkatan tertinggi terdapat pada perlakuan tepung daun kayu manis dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol negatif (p>0,05). Aktifitas fagositosis pada hari ke-13 (H+13) mulai menurun pada semua perlakuan, namun pada perlakuan kontrol positif masih meningkat (Gambar 8). Analisis statistik respiratory burst dapat dilihat pada Lampiran 12.

(30)

14

Pembahasan

Uji in vitro merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melihat aktifitas antibakteri dari tepung dan ekstrak daun kayu manis dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Berdasarkan hasil uji zona hambat ekstrak daun kayu manis terhadap bakteri A. hydrophila pada dosis 0,5% merupakan zona hambat terbaik yaitu sebesar 0,35 cm (Tabel 3). Sedangkan hasil dari uji in vitro tepung daun kayu manis menujukkan bahwa dosis 1% merupakan dosis yang terbaik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Tabel 4). Hal ini berhubungan dengan kandungan fitokimia daun kayu manis seperti flavonoid, tanin, saponin dan sinamaldehid (Tabel 2) yang berfungsi sebagai antibakteri. Flavonoid berfungsi sebagai zat antibakteri , antiviral, serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan menghambat produksi enterotoksin serta memacu sistem imun ( Vieira et al. 2001). Saponin memiliki sifat antibakteri dengan cara menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri (Hoffmann 2003).

Mekanisme penghambatan mikroba pada hidrolisis tanin yaitu inaktivasi enzim pada

bakteri (Makkar 2003). Rattanachaikunsopon dan Phumkhanchorn (2010)

menunjukkan bahwa 1,57% minyak atsiri kayu manis jenis Cinnamomum verum yang mengandung sinamaldehid 90,24% dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus iniae. Belguith et al. (2010) lebih lanjut menyatakan zona hambat yang terbentuk karena adanya kepekaan bakteri terhadap bahan yang digunakan.

Pengamatan kinerja pertumbuhan ikan patin sebelum uji tantang menunjukkan bobot akhir ikan patin pada setiap perlakuan mengalami peningkatan dari bobot awal (Tabel 5). Penambahan tepung dan ekstrak daun kayu manis pada ikan memberikan jumlah konsumsi pakan yang lebih rendah dibanding dengan pakan kontrol. Hal ini sejalan penelitian Setiawati et al. (2014) bahwa penambahan daun kayu manis pada pakan ikan patin memberikan hasil jumlah konsumsi pakan yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan kontrol. Hal ini berbeda dengan jumlah konsumsi pakan pada ikan mas cenderung meningkat sebanding dengan banyaknya penambahan daun kayu manis. Menurut Maharani (2009) kebiasaan makan ikan mas berbeda dengan kebiasaan makan ikan patin yang mempunyai sifat yang cenderung karnivor sedangkan ikan mas mempunyai sifat cenderung herbivor. Halver & Hardy (2002) menyatakan ikan patin termasuk golongan ikan karnivor berbeda dengan ikan mas yang omnivor dan setiap spesies ikan memiliki sensor berbeda dalam mendeteksi pakan. Menurunnya jumlah konsumsi pakan tidak berpengaruh terhadap nilai laju pertumbuhan harian (p>0,05) bahkan dapat meningkatkan efisiensi pakan dibanding pemberian pakan kontrol (p<0,05). Setiawati et al. (2014) menyatakan daun kayu manis mengandung minyak atsiri dan sinamaldehid sehingga dapat menyeimbangkan dan melengkapi kebutuhan nutrient dan energi pada ikan patin.

(31)

15 tepung daun kayu manis diduga efektif dalam meningkatkan sistem imun dan kesehatan ikan patin. Hal ini terlihat dari kandungan senyawa bioaktif perlakuan 1% tepung daun kayu manis menunjukkan nilai tertinggi dibanding ekstrak daun kayu manis. Berdasarkan analisis fitokimia tepung daun kayu manis 1% mengandung flavonoid sebesar 0,018%, tanin sebesar 0,0274%, saponin sebesar 0,0232% dan sinamaldehid sebesar 0,5946%. Sedangkan pada ekstrak daun kayu manis 0,5% mengandung flavonoid 0,02525%, tanin 0,0065%, saponin 0,01825% dan sinamaldehid 0,0081%. Menurut Ahmad et al. (2011) pemberian 1% tepung kayu manis dalam pakan ikan mampu meningkatkan sistem imun ikan nila. Lebih lanjut Sivagurunathan and Innocent (2014), menginformasikan pemberian 1% tepung kayu manis dapat meningkatkan pertumbuhan dan status kesehatan ikan nila.

Sejalan dengan peningkatan kelangsungan hidup, perlakuan tepung daun kayu manis juga dapat meningkatkan status kesehatan ikan meliputi kadar hematokrit, kadar hemoglobin, total eritrosit, total leukosit dan respiratory burst dibanding perlakuan lainnya (p<0,05). Peningkatan parameter tersebut diduga peran dari senyawa bioaktif tepung daun kayu manis efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmad et al. (2011) pemberian 1% tepung kayu manis dalam pakan ikan nila dapat meningkatkan kadar hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada ikan nila pasca infeksi bakteri A. hydrophila . Menurut Jayaprakasha dan Rao (2011) kandungan sinamaldehid kayu manis dapat berfungsi sebagai antioksidan. Sabitha et al. (2014) menambahkan antioksidan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari infeksi bakteri patogen dan menjaga fisiologi sel tetap normal dan mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas dan stres oksidatif. Sel darah merah berkaitan erat dengan kadar hemoglobin dan hematokrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (2004) bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah eritrosit, hematokrit dan hemoglobin. Pada perlakuan penambahan tepung daun kayu manis menunjukkan nilai yang berhubungan antara ketiga parameter ini. Peningkatan kadar hemoglobin pada perlakuan tepung daun kayu manis diikuti dengan peningkatan jumlah sel darah merah. Dengan adanya peningkatan kadar hemoglobin dalam darah menandakan darah dalam kondisi yang baik sehingga mampu mengikat oksigen dengan baik. Semakin tinggi jumlah sel darah merah maka kemampuan darah ikan maka semakin tinggi dalam mengikat oksigen yang merupakan fungsi utama dari eritrosit (Affandi dan Tang 2002). Peningkatan kembali pada parameter hemoglobin, hematokrit dan eritrosit pada hari ke-13 (H+13) mengindikasikan terjadinya proses recovery pasca infeksi bakteri.

Peningkatan total leukosit dan RB pada perlakuan kontrol negatif dan tepung daun kayu manis tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun kayu manis. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pencegahan dengan penambahan tepung dan

ekstrak daun kayu manis dapat meningkatkan total leukosit dan aktivitas RB ikan

patin. Leukosit berfungsi sebagai salah satu garis pertama pertahanan tubuh dan

jumlah leukosit meningkat tajam saat infeksi muncul (Talpur and Ikhwanuddin

2013). Yeh et al. (2009) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas RB

pada udang (Litopenaeus vannamei) yang diberi kayu manis, disebabkan karena

kayu manis mengandung senyawa bioaktif yang dapat mengaktifkan sistem imun

sehingga dapat meningkatkan aktivitas RB udang yang diinfeksi dengan bakteri V.

(32)

16

bioaktif meliputi flavanoid, tannin, saponin dan sinameldehid dalam tepung dan ekstrak daun kayu manis dapat mengaktifkan sistem imun pada ikan patin dalam

meningkatkan produksi leukosit dan aktivitas RB dalam melawan patogen yang

masuk dengan cara meningkatkan pagositosis dan mengeleminir patogen yang menyerang.

Namun berbeda pada sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit yang hanya mengalami peningkatan pada perlakuan tepung daun kayu manis dibanding

perlakuan ekstrak daun kayu manis dan kontrol positif (p<0,05). Peningkatan sel

darah merah terjadi pada hari ke-2, begitu juga pada hemoglobin dan hematokrit. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa bioaktif dalam tepung daun kayu manis efektif

dalam meningkatkan sistem imun ikan patin. Ahmad et al. (2011) menyatakan bahwa

pakan yang mengandung 1% tepung kayu manis dapat menngkatkan kadar

hemoglobin, sel darah merah dan kadar hematokrit pada ikan nila. Harikrishnan et al.

(2012) lebih lanjut menyatakan tanaman herbal dapat meningkatkan fungsi kekebalan

tubuh dibandingkan kontrol (tanpa penambahan). Rattanachaikunsopon et al. 2010

lebih lanjut menyatakan penggunaan kayu manis dapat meningkatkan budidaya ikan dengan meningkatkan sistem imun bawaan ikan dan respon yang lebih baik untuk kondisi stress lingkungan. Hal ini juga terlihat dari kelangsungan hidup ikan, dimana pada hari ke-2 kelangsungan hidup menujukkan pola stagnan hingga akhir pemeliharaan sementara pada perlakuan ekstrak daun kayu manis dan kontrol positif masih terjadi kematian.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian daun kayu manis dalam bentuk 1% tepung dalam pakan dapat mencegah infeksi A. hydrophila dengan tingkat kelangsungan hidup ikan patin sebesar 83,33%

Saran

(33)

17

DAFTAR PUSTAKA

Anderson DP, Siwicki AK. 1995. Basic hematology and serology for fish health programs. Asia Fisheries Society. 1:185-202.

Ahmad MH, El Mesallamy AMD, Samir F, Zahran F. 2011. Effect of cinnamon (Cinnamomum zeylanicum) on growth performance, feed utilization, whole-body composition, and resistance to Aeromonas hydrophila in Nile tilapia. . J Appl Aquac. 23:289–298.

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru :Unri Press.

Azima F, Muchtadi D, Zakaria FR, Priosoeryanto. 2004. Potensi anti-hiperkolesterolemia ekstrak cassia vera Cinnamomum burmannii nees ex Blume. J Teknol Indust Pangan. 15(2):145-152.

Belguith H, Kthiri F, Chati A, Sofah AA, Hamida JB, Ladoulsi A. 2010. Inhibitory

effect of aqueous garlic extract Allium sativum on some isolated Salmonella

serovars. Afr J Microbiol Res 4(5): 328-338.

Blaxhall PC, Deisley KW. 1973. Routine haematological methods for use with fish

blood. FisBiol. 5:771-781.

Cabello FC. 2006. Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problem for human and animal health and for the environment. Environ. Microbiol. 8:1137–1144.

Chang ST, Chen PF, Chang SC. 2001. Antibacterial activity of leaf essential oils and their constituents from Cinnamomum smophloeum. J Ethnopharmacol. 77 (1): 123–127.

Christybapita D, Divyagnaneswari M, Michael RD. 2007. Oral administration of

Elipta alba leaf for enhance the non spesific immune response and disease

resistence of Orechromis mossambicus. Fish Shellfish Immunol. 23:840-852.

Chao L, Hua KF, Hsu HY. 2005. Study on the anti-inflammatory activity of essential oil from leaves of Cinnamomum osmophloeum. J Agric Food Chem. 53:7274–7278.

Crumlish M, Thanh PC, Koesling J, Tung VT, Gravningen K. 2010. Experimental challenge studies in Vietnamese catfish, Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage), exposed to Edwardsiella ictaluri and Aeromonas hydrophila. J Fish Dis. 33:717–722.

Divyagnaneswari M, Christybapita D, Dinakaran MR. 2007. Enhancement of non specific immunity and disease resistance in Oreochromis mossambicus by Solanum trilobatum leaf fractions. Fish and Shellfish Immunology. 23:249–59.

[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2013. Statistik menakar target air tawar tahun 2013. http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=847[1 September 2014].

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish Nutrition. Third Edition. Academic Press Inc. California (US).

(34)

18

Hoffmann D. 2003. Medical Herbalism: The Science and Practice of Herbal

Medicine. Rochester (US): Healing Arts Pr.

Guo Z, Zhu X, Liu J, Han D, Yang Y, Lan Z, Xie S. 2012. Effects of dietary protein level on growth performance, nitrogen and energy budget of juvenile hybrid sturgeon, Acipenser baerii ♀×A. gueldenstaedtii ♂.Aquaculture. 89-95

Jayaprakasha GK dan Rao LJM. 2011. Chemistry, Biogenesis, and Biological Activities of Cinnamomum zeylanicum. Critical Rev in Food Sci and Nut. 51:547-562

Makkar HPS. 2003. Effect and fate of tannins in ruminant animals, adaptation to tannins and strategies to overcome detrimental effects of feeding tannin-rich feeds. Small Ruminant Res. 49:241-256.

Maharani DP. 2009. Pengaruh salinitas terhadap derajat penetasan telur dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham.Buch) dalam akuarium. [skripsi]. Studi Biologi. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta

Prasad KN, Yang B, Dong X, Jiang G, Zhang H, Xie H, Jiang Y. 2009. Flavonoid contents and antioxidant activities from Cinnamomum spesies. Innovat Food Scie. and Emerging Technol. 10: 627-632.

Rattanachaikunsopon P, Phumkhachorn P. 2010. Potential of cinnamon (Cinnamomum verum) oil to control Streptococcus iniae infection in tilapia (Oreochromis niloticus). Fish Sci. 76: 287-293

Reed LJ, Muench H. 1938. A simple method of estimating fifty percent end points. The American Journal of hygiene. 27: 493-497.

Safratilofa, Wahjuningrum D, Jusadi D, Setiawati M. 2015. Pengaruh ekstrak daun kayu manis Cinamomun burmanii terhadap respon imun non spesfik ikan patin Pangasianodon hypopthalamus yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. J Iktiol Indones. 15(3): 223-233..

Sabitha K, Venugopal B, Rafi MD, Ramana KV. 2014. Role of antioxidant enzymes in glucose and lipid metabolism in association with obesityand type 2 diabetes.American Journal of Medical Sciences and Medicine. 2(1): 21-24.

Satirapathkul C, Leela T. 2011. Growth inhibition of pathogenic bacteria by extract of

quercus infectoria galls. International Journal of Bioscience, Biochemistry

and Bioinformatics. 1:1-6.

Setiawati M, Jusadi D, Marlinda S, Syafruddin, D. 2014. Pemberian daun kayu manis Cinnamomun burmanni dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan komposisi nutrien tubuh ikan patin Pangasius hypophthalmus. JIPI. 19(2):80-84.

Sivagurunathan A, Innocent BX. 2014. Immunomodulatory effect of dietary cinnamon in growth and haematology of tilapia challenged with Pseudomonas aeruginosa. Intern J Pharma and Phytopharmacol Res. 3(4):277-280.

(35)

19 Talpur AD, Ikhwanuddin M. 2013. Azadirachta indica neem leaf dietary effects on the immunity response and disease resistance of Asian seabass, Lates calcarifer challenged with Vibrio harveyi. Fish Immunol. 34(1): 254–264.

Vieira RHSF, Rodriguez DP, Goncalves FA, Menezes FGR, Aragao JS. 2001.

Microbial effect of medicinal Plan extract (Psidium guajava Linn and Carica

papaya Linn) pon bacteria isolated krom fish muscule and known to induce

diarrhea in children. Rev. Journal of Tropical Medicine. 43: 145-148.

Watanabe T. 1988. Fish nutrition and mariculture, JICA textbook the general aquaculture course. Tokyo: Kanagawa international fish training center. Wedenmeyer GA, Yasutake WT. 1997. Clinical methods for the assessment of effect on enviromental stress on fish health. Fish and Wildlife Service .89:1-17.

Yeh RY, Shiu YL, Shei SC, Cheng SC, Huang SY, Lin JC, Liu CH. 2009. Evaluation of the antibacterial activity of leaf and twig extracts of stout camphor tree, Cinnamomum kanehirae, and the effects on immunity and disease resistance of white shrimp, Litopenaeus vannamei. J Fish and Shell Immunol. 27:26-32.

(36)

20

(37)

21 Lampiran 1 Hasil karakterisasi sifat biokimia dan fisiologis bakteri A.

hydrophila

Lampiran 2 Perhitungan lethal dosage 50 pada ikan patin yang diinfeksi A. hydrophila

Rumus LD50 berdasarkan Reed Muench (1938) : LD50= L�� d���� – B −5

Lampiran 3. Uji fitokimia dan sinamaldehid daun kayu manis

A. Kadar saponin secara kuantitatif

Cara kerja uji saponin secara kuantitatif yaitu: 1. Timbang sampel ±0,25 g kedalam labu ukur 25 ml

2. Tambahkan aquades sebanyak 1/3 volume labu ukur, di aduk selama 2 jam 3. Saring, ditotolkan kedalam lempeng TLC sebanyak

4. Standar saponin 100 ppm ditotolkan sebanyak 5 µl

(38)

22

B. Kadar flavonoid secara kuantitatif Prosedur kerja uji flavonoid yaitu:

1. Sampel dikeringkan dan dihaluskan untuk menentukan kadar airnya 2. Timbang 1 g sampel dalam labu didih 100 ml

3. Tambahkan 20 ml aceton p.a dan 2 ml HCL 25%

4. Direfluk dipenangas air suhu 700C selama 30 menit, selanjutnya dinginkan dan saring dengan kertas saring kasar. Hal tersebut diulang sebanyak 2 kali terhadap ampas

5. Filtrat disatukan ditambahkan aceton p.a hingga tanda batas 100 ml

6. Filtrat dipipet 20 ml kedalam corong pemisah, tambahkan 20 ml aquades dan 15 etil acetat p.a dan kocok selama 15 menit

7. Fase aseton-air (lapisan bawah) dipisahkan kedalam corong pisah, fase etil asetat (lapisan atas) dibiarkan dalam corong pisah sebelumnya.

8. Fase aseton-air (lapisan bawah) di ekstrak 2 kali dengan 100 ml etil asetat p.a didalam corong pisah

9. Fase etil asetat dikumpulkan didalam corong pisah yang sama (no.7) 10.Corong pisah yang berisi fase etil asetat ditambah 40 ml aquades dikocok

3 kali

11.Lapisan atas (fase etil asetat) ditampung kedalam labu ukuran 50 ml ditambah etil asetat p.a sampai tanda garis

12.Larutan diatas dipipet sebanyak 10 ml kedalam labu ukur 25 ml + 0,5 ml larutan natrium asetat 0,5% dalam air dan 2 ml larutan X

Larutan X :

2 g AlCl3 6 H2O ditambahkan 100 ml larutan asam asetat 5% dalam metanol p.a

13.Selanjutnya ditambahkan dengan larutan asam asetat 5% dalam metanol p.a

14.Larutan tersebut dibiarkan selama 25 menit di dalam labu ukur, kemudian diukur absorbansinya pada 425nm dengan menggunakan larutan blanko sebagai berikut:

0,5 ml larutan nat sitrat 0,5% dalam air didalam labu ukur 25 ml ditambah larutan asam asetat 5% dalam metanol p.a sampai tanda garis

15.Dihitung kadar flavonoid sebagai berikut : Kadar flavonoid = A x 0,735/g

Ket: kadar flavonoid dihitung sebagai kuersetin A = absorbansi sampel

g = berat kering sampel hyang ditimbang (g). g = (100-Ka)% x w

ka = susut pengeringan %b/b

(39)

23 C. Kadar Tanin secara kuantitatif

Uji saponin secara kuantitatif sebagai berikut : 1. Pereaksi folin denis

Ditambahkan 100 g Natrium tungstat (Na2WO4) 20 g asam phosfomolibdat dan 50 ml asam phospat 85% kedalam 750 ml air suling. Direfluk 3 jam, denginkan dan tepatkan sampai 1 L dengan air suling.

2. Larutan Na2CO3 jenuh anhidrat

Ditambahkan 35 g Na2CO3 anhidrat ke dalam 100 ml air suling pada suhu 70-800C aduk sampai larut, tepatkan lalu dinginkan semalam

3. Larutan standar asam tanat

Ditimbang 100 mg asam tanat kedalam 100 ml air suling, kocok dan encerkan sampai 1 L (1 ml + 0,1 mg asam tanat) dibuat larutan segar setiap analisa. a. Persiapan kurva standar

Ditambahkan 2 ml pereaksi folin denis ke dalam labu takar 100 ml yang telah di isi 50-70 ml air suling, kemudian dipipet 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan 1,5 ml larutan standar asam tanat lalu ditambahkan 5 ml larutan Na2CO3 jenuh kedalam masing-masing labu dan tepatkan hingga 100 ml dengan air suling setelah itu dikocok dan dibiarkan selama 40 menit kemudian dibaca

absorbansinya pada = 725 nm dengan dibuat kurva standar.

b. Persiapan contoh

Ditimbang 2 g contoh yang telah dihaluskan dan dimasukkan kedalam labu didih 500 ml, lalu ditambahkan 350 ml air suling dan direfluk selama 3 jam kemudian dinginkan, setelah itu dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 500 ml diimpitkan. Selanjutnya disaring dan dipipet 2 ml Na2CO3 jenuh setelah sitepatkan lalu dibiarkan selama 40 menit kemudian diukur kemudian diukur abs 725 nm.

Perhitungan :

Dengan menggunakan persamaan regresi linier dapat ditambahkan kadar tanin dalam mg yaitu: y = a + b X

Untuk memperoleh harga a, b, diplotkan y sebagai absorbansi standar dan X sebagai konsentrasi standar.

Kemudian dapat diperoleh kadar tanin sampel dengan rumus: Kadar tanin = abs

Sl � 6

(40)

24

D. Penyulingan minyak atsiri dan uji sinamaldehid secara kuantitatif 1. Penyulingan minyak atsiri

Proses penyulingan minyak atsiri sebagai berikut:

Untuk metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave prosedurnya adalah sebagai berikut, mula-mula menimbang daun / batang serai wangi sebanyak 200 gram. Memasukkan daun / batang yang telah ditimbang tersebut pada labu distilasi leher tiga dengan penambahan air sebagai pelarut. Kemudian memanaskan air pada labu leher dua untuk digunakan sebagai pembangkit steam, proses pemanasan menggunakan heating mantle. Menyalakan pemanas microwave dan mengatur daya microwave sesuai dengan variabel suhu dan bersamaan dengan itu diatur putaran timernya. Menghitung waktu distilasi mulai tetes pertama keluar dari condensor. Mengambil minyak tiap 20 menit dengan mengatur putaran timer microwave. Lalu menghentikan proses setelah 120 menit. Menampung distilat dalam corong pemisah dan memisahkan minyak dari air, kemudian menampung minyak tersebut pada tabung reaksi dan di simpan dalam freezer untuk mendapatkan minyak yang bebas dari air. Kemudian mengambil minyak yang bebas dari kandungan air tersebut lalu melakukan analisa terhadap minyak yang dihasilkan.

2. Uji sinamaldehid dengan Analisa Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC–MS)

Analisa yang dilakukan untuk mengetahui komponen minyak dalam penelitian ini adalah analisa GC-MS (Gas Chromatography - Mass Spectrometry). Kandungan masing-masing senyawa dalam sampel mempunyai retention time dan luas peak area yang berbeda-beda pada kromatogram sesuaidengan jenis senyawa yang dianalisa. Pengukuran dilakukan pada kondisi sebagai berikut :

 Jenis kolom HP-5MS (Crosslinked 5% Phenyl-methyl silicone)

 Suhu injektor : 2500C

 Suhu MS : 2900C

 Suhu Kolom Awal : 1000C

 Suhu Kolom Akhir : 2900C

 Waktu awal : 5 menit

 Waktu Akhir : 30 menit

 Laju kenaikan suhu : 100C / menit

Solvent delay : 0,5 menit

Carrier gas : Helium

(41)

25 Lampiran 4 Prosedur Pengujian Hematologi Ikan

4.1 Menghitung Kadar Hemoglobin

Pengukuran kadar Hb dilakukan dengan metode Sahli yang mengkonversi darah ke dalam bentuk asam hematin setelah darah ditambah dengan asam klorida. Pertama-tama darah dihisap dengan pipet sahli sampai skala 0,2 ml, bersihkan ujung pipet dengan kertas tisu. Lalu pindahkan darah dalam pipet ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (merah), homogenkan dan biarkan selama ± 3 menit. Kemudian aquades ditambahkan ke dalam tabung sampai warna darah dan HCl tersebut sewarna dengan larutan standar yang ada dalam Hb-meter tersebut. Skala dibaca dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan dengan skala tabung Sahli yang dilihat pada skala jalur g% (kuning) yang menunjukkan banyaknya Hb per 100 ml darah.

4.2 Menghitung Hematokrit

Darah dihisap dengan tabung kapiler (mikrohematokrit) hingga ¾ bagian tabung, lalu ujung tabung ditutup dengan crytoceal. Selanjutnya, tabung mikrohematokrit yang berisi darah disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Kadar hematokrit ini menunjukkan banyaknya sel darah (digambarkan dengan padatan/endapan) dalam cairan darah. Perhitungan hematokrit dilakukan dengan cara membandingkan, panjang endapan darah (a) terhadap panjang total seluruh darah (b). Berikut ini adalah rumus perhitungan kadar hematokrit:

Hematokrit (%) = ×

4.3 Perhitungan Total Eritrosit

Sampel darah dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah

sampai skala 0,5. Selanjutnya ditambah larutan Hayem’s sampai skala 101 Darah

dalam pipet dihomogenkan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas hemasitometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Berikut ini adalah rumus perhitungan total eritrosit :

∑ � = ∑ × � ×

4.4 Perhitungan Total Leukosit

Darah dihisap menggunakan pipet hemasitometer berbulir putih sampai

skala 0,5 lalu diencerkan dengan larutan Turk’s hingga skala 11. Larutan tersebut

kemudian dihomogenkan dengan membentuk pola angka delapan selama 3-5 menit. Selanjutnya, larutan pada bagian ujung pipet dibuang sebanyak dua tetes. Tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam hemasitometer yang telah diberi kaca penutup. Rumus untuk perhitungan total leukosit :

(42)

26

Lampiran 5 Prosedur Pengujian Respiratory Burst

Aktivitas respiratory burst dihitung menggunakan prinsip reduksi dari nitroblue tetrazolium (NBT) yang menghasilkan formazan yang merupakan

jumlah ukuran jumlah anion superoksida. Darah sebanyak 50 L dimasukkan ke

dalam lubang-lubang microplate titer kemudian diinkubasi selama satu jam pada suhu 37º C. Selanjutnya supernatan yang terbentuk dibuang dan dibilas dengan 50

L phosphate buffered saline (PBS) sebanyak tiga kali. Larutan NBT 0,2% kemudian ditambahkan sebanyak 50 L dan diinkubasi selama satu jam pada suhu 37º C. Setelah diinkubasi selama satu jam kemudian larutan NBT 0,2% tersebut

dibuang dan darah tersebut difiksasi dengan menggunakan 50 L metanol

konsentrasi 100% selama 2 menit. Setelah difiksasi, kemudian dibilas tiga kali

dengan menggunakan metanol konsentrasi 30% dan dikeringkan. Sebanyak 60 L 2 N KOH dan 70 L dimethyl sulphoxide (DMSO) ditambahkan pada masing-masing lubang microplate titer untuk melarutkan hasil endapan formazan blue yang terbentuk. Optical density (OD) hasil endapan formazan blue diukur pada panjang gelombang 630 nm menggunakan microplate reader.

Lampiran 6 Analisis statistik zona hambat ekstrak daun kayu manis dosis 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%

1. Uji lanjut Duncan

diameter_zonahambat

Duncana

perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

dimension1

0.1% 2 .2000

1.5% 2 .2000

1% 2 .2500 .2500

0.5% 2 .3500

Sig. .380 .116

Lampiran 7 Analisis statistik kelangsungan hidup ikan patin pada akhir perlakuan

(43)

27 2. Uji Lanjut Duncan

Kelangsungan_hidup

Duncana

Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

k+ 3 26.6667

ekstrak 3 53.3333

tepung 3 83.3333

k- 3 90.0000

Sig. 1.000 1.000 .282

Lampiran 8 Analisis statistik hematokrit ikan patin pada H-2, H+2, H+6, dan H+13

1. Uji Anova

2. Uji Lanjut Duncan

HEMATOKRITH_2

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

dimension1

K+ 3 19.2733

EKSTRAK 3 20.4633

TEPUNG 3 22.4233

K- 3 27.7467

(44)

28

HEMATOKRITH2

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

dimension1

K+ 3 18.3533

EKSTRAK 3 19.7867

K- 3 22.3667

TEPUNG 3 31.2267

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

HEMATOKRITH6

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

K- 3 20.6533

TEPUNG 3 23.1567 23.1567

K+ 3 24.3800

EKSTRAK 3 29.2067

Sig. .088 .370 1.000

HEMATOKRITH13

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

dimension1

K+ 3 26.1900

EKSTRAK 3 28.3900

K- 3 29.8633 29.8633

TEPUNG 3 33.1567

(45)

29 Lampiran 9 Analisis statistik hemoglobin ikan patin pada H-2, H+2, H+6,

dan H+13

1. Uji Anova

2. Uji Lanjut Duncan

HEMOGLOBINH_2

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

dimension1

EKSTRAK 3 5.9333

K+ 3 6.0000

TEPUNG 3 6.4667

K- 3 7.9333

Sig. .351 1.000

HEMOGLOBINH2

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

K+ 3 3.3333

EKSTRAK 3 4.4667

K- 3 5.8667

TEPUNG 3 6.5333

(46)

30

HEMOGLOBINH6

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

dimension1

EKSTRAK 3 5.3333

K+ 3 5.4000

K- 3 5.9167

TEPUNG 3 6.8667

Sig. .152 1.000

HEMOGLOBINH13

Duncana

PERLAKUAN

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

dimension1

K+ 3 3.6667

EKSTRAK 3 5.1333 5.1333

K- 3 5.9167 5.9167

TEPUNG 3 7.2667

Sig. .051 .257 .068

Lampiran 10 Analisis statistik total leukosit ikan patin pada H-2, H+2, H+6, dan H+13

Gambar

Tabel 1 Formulasi dan proksimat tepung dan ekstrak daun kayu manis
Gambar 1 berikut ini merupakan skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan
Tabel 3 Diameter zona hambat (cm) hasil uji in vitro terhadap bakteri A.
Gambar 2. Kelangsungan hidup harian benih ikan patin selama pemeliharaan pada perlakuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah treatment by subject yaitu beberapa variasi perlakuan secara berturut-turut kepada sepeda motor yang sudah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelayanan informasi publik di Badan Pertanahan Nasional Jawa Tengah merupakan suatu

Dari hasil pemodelan dan simulasi didapatkan bahwa masing-masing revolute joint dari robot tersebut membutuhkan torsi yang berbeda-beda dan ditemukan pada kecepatan 1.26 rad/s,

Dari data di atas dapat peneliti sampaikan bahwa jumlah sampel yang akan peneliti ambil (teliti) adalah sebanyak 61 orang wanita tani yang bekerja sebagai

Dari hasil ini, menunjukkan bahwa akupunktur pada titik Zusanli (ST36) terbukti bisa menurunkan hitung leukosit bila dibandingkan dengan kelompok yang

Kehidupan politik yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam

Tujuan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan dan mengetahui: (1) Sejarah berdirinya Komplek Makam Sunan Kudus, (2) Struktur Bangunan dan Fungsi Komplek Makam

Asfiksia neonaturum dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan jenis persalinan. apapun, khususnya pada persalinan pervaginam.Pada persalinan