• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antioksidan In Vivo Ekstrak Bennalu Teh Campuran Pada Ginjal Tikus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antioksidan In Vivo Ekstrak Bennalu Teh Campuran Pada Ginjal Tikus"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

IN VIVO

EKSTRAK BENALU

TEH CAMPURAN PADA GINJAL TIKUS

BANDA GUNARSA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan

in vivo Ekstrak Benalu Teh Campuranpada Ginjal Tikus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari skripsi ini.

Dengan pernyataan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Banda Gunarsa

(4)

ABSTRAK

BANDA GUNARSA. Aktivitas Antioksidan in Vivo Ekstrak Bennalu Teh Campuran pada Ginjal Tikus. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.

Hingga saat ini belum banyak penelitian khasiatantioksidan ekstrak benalu teh secara in vivo. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengukur aktivitas antioksidan ekstrak benalu teh melalui konsentrasi lipid peroksida pada ginjal hewan model yang diberi perlakuan parasetamol dengan dosis berlebih. Ekstrak benalu teh campuran didapat dengan proses merebus selama 10 menit dengan pelarut etanol 30%. Aktivitas antioksidan secara in vivo diuji dengan mengukur aktivitas superoksida dismutase (SOD) dan konsentrasi MDA dari homogenat ginjal tikusdengan spektrofotometri.Tikus yang digunakan berjumlah 30 ekor, dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok: normal, parasetamol, ekstrak benalu teh (100, 250, 500 mg/kg BB), dan curliv-plus dosis 80 mg/kg BB dengan perlakuan selama 16 hari. Pengujian in vivo menunjukkan ekstrak benalu teh campuran dosis 500 mg/kg bb cenderung menurunkan konsentrasi MDA ginjal sebesar 13.30% jika dibandingkan dengan kelompok parasetamol ( > 0.05).Aktivitas inhibisi SOD kelompok ekstrak benalu teh campuran campuran 500 mg/kg BB terlihat lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan kelompok parasetamol juga kelompok curliv plus yaitu sebesar 8.05% ( > 0.05).

Kata kunci: antioksidan, benalu teh, in vivo, malondialdehida, superoksida dismutase

ABSTRACT

BANDA GUNARSA. In Vivo Antioxidant Activity of Mixed Tea Misletoes in Rat Renal. Supervised by SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH.

Until now there has not much research of antioxidant properties in tea misletoes extract. Therefore, this study was aimed to measure the antioxidant activity of tea misletoes extract by analysis of lipid peroxide concentration in kidneys of animals given model treatment with paracetamol overdose. Tea misletoes extract was obtained by the process of boiling the mixture for 10 minutes with ethanol 30%. Antioxidant activity in vivo was tested by measuring the activity of superoxide dismutase (SOD) and the concentration of MDA from rat kidney homogenates using spectrophotometry. Thirty rat were divided into six groups: normal, paracetamol, tea misletoes extract (100, 250, 500 mg/kg BW), and curliv-plus dose of 80 mg/kg BW with 16 days of treatment.In vivo testing showed that the tea misletoes extract group of dose 500 mg/kg BW kidney MDA concentration was decreased by 13.30% when compared with the paracetamol group ( > 0.05). Inhibition activity of SOD tea misletoes extract groupof dose 500 mg/kg BW was a little higher than the paracetamol group as well as curliv plus group which is equal an increase of 8.05% ( > 0.05).

(5)

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

IN VIVO

EKSTRAK BENALU

TEH CAMPURAN PADA GINJAL TIKUS

BANDA GUNARSA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah berkehendak atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta sehingga skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul; Aktivitas Antioksidan In Vivo Ekstrak Benalu Teh Campuran (Lorantaceae) Pada Ginjal Tikus. Kegiatan penelitian ini akan mulai Nopember 2013 di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing utama dan Dr.Syamsul Falah, S.Hut, M.Si sebagai pembimbing kedua. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dorongan dan doa pada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Andal Yakinudin, Desi Emalia, Dita Meisyaroh, dan Satriaji Hartamto yang telah memberikan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Penulis menyadari berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan akan banyak ditemukan dalam skripsi ini, sehingga saran dan kritik yang membangun diharapkan dapat berguna bagi pelaksanaan penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

(9)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 3

HASIL 4

PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 9

DAFTAR PUSTAKA 9

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil pengukuran konsentrasi MDA ginjal pada seluruh kelompok

perlakuan. 5

2 Perbandingan antara kurva standar, normal, dan parasetamol SOD 6 3 Hasil pengukuran aktivitas SOD ginjal pada seluruh kelompok

perlakuan. 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil perhitungan MDA ginjal 11

2 Kurva Standar MDA 12

3 Kurva autooksidasi standar sampel PMS ginjal hewan coba 13

4 Kurva standar autooksidasi pirogalol 15

5 Hasil perhitungan daya SOD Ginjal 16

(11)

1

PENDAHULUAN

Dewasa ini masyarakat dunia termasuk Indonesia lebih senang dengan segala macam makanan cepat saji karena praktis dan mudah didapat. Padahal makanan cepat saji banyak mengandung lemak jenuh yang tinggi juga rendah serat sehingga oksidasi asam lemak yang menghasilkan radikal bebas lebih mudah terjadi. Peningkatan radikal bebas dalam tubuh sangatlah berbahaya karena dapat merusak jaringan dan organ dalam tubuh manusia termasuk ginjal. Maka dari itu, diperlukan antioksidan untuk menangkal radikal bebas (Siburian 2011).

Banyaknya radikal bebas dalam jaringan dapat dikurangi dengansenyawa antioksidan. Tubuh manusia sendiri dapat menghasilkan antioksidan seperti katalase, SOD dan glutation oksidase. Namun sejalan dengan bertambahnya umur manusia, kinerja organel dalam tubuh manusia menurun hingga produksi antioksidan pun berkurang (Tapan 2005).Oleh karena itu, diperlukan asupan antioksidan dari luar tubuh manusia. Menurut (Trilaksani 2003) kebanyakan antioksidan diisolasi dari sumber alami seperti tumbuhan. Antioksidan tersebar dari beberapa bagian dalam tanaman seperti kayu, kulit kayu, daun, buah, bunga, dan serbuksari. Beberapa kelompok benalu pun telah banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh manusia, contohnya seperti benalu teh. (Rahmawati dan Hayasi 2012).

Benalu teh adalah tanaman gulma parasit yang terdiri atas beberapa spesies suku Lorantaceae. Penggunaan benalu teh sebagai antikanker secara tradisional umumnya menggunakan dua atau lebih spesies benalu pada tanaman teh. Penelitian ini menggunakan campuran spesies benalu pada tanaman teh. Penelitian ini menggunakan campuran spesies yang menyerang tanaman teh yaitu

Scurrula oortiana 39.68%), Scurrula parasitica (36.51%), Macrosolen cochinchinensis (17.46%), dan Lepeostegeres gemmiflorus (6.35%). Beberapa penelitian menunjukkan benalu teh memiliki aktivitas antikanker (Nugroho et al.

2000, Muwarni 2003).

Khasiat antioksidan telah banyak dikaitkan dengan kondisi stres oksidatif (Percival 1998). Keberadaan radikal bebas terutama radikal bebas oksigen dan derivatnya dalam tubuh sangat merugikan karena sifatnya yang tidak stabil dan cenderung bereaksi oksidasi dengan lipid. Radikal bebas juga dapat merusak struktur DNA, protein selular, serta protein fungsional yang ada di dalam sel. Dalam keadaan yang sangat banyak, radikal bebas akan menyebabkan kematian sel normal yang akibatnya dapat menjadi sel kanker. Adapun obat umum yang dapat mengakibatkan stres oksidatif jika digunakan dengan dosis berlebih adalah parasetamol (Bessems dan Vermeluen 2001).

(12)

Kerusakan pada hati (nekrosis hati) yang terus-menerus akibat radikal bebas yang salah satunya disebabkan oleh parasetamol, dapat memacu kerusakan pada ginjal akut atau lebih dikenal dengan acute tubular necrosis (ATN) (Blakley dan McDonald 1995). Menurut Fored et al. (2001), pemakaian parasetamol dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan kemungkinan gagal ginjal. Abraham (2004) menyebutkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas lipid peroksida pada ginjal tikus yang telah diinduksi dengan parasetamol, sekaligus terjadi penurunan tingkat SOD. Sebagai enzim antioksidan yang berperan penting dalam dektoksifikasi parasetamol, penurunan konsentrasi SODakan mengakibatkan proses detoksifikasi parasetamol menjadi semakin lambat (Mazer et al 2008). Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sebagian besar kerusakan ginjal akibat parasetamol diakibatkan telah rusaknya jaringan pada hati terlebih dahulu (Fored et al. 2001).

Didasari oleh kepercayaan terhadap khasiat racikan tradisional benalu teh sebagai obat antikanker, telah banyak penelitian terhadap kandungan senyawa aktif ekstrak dan khasiatnya secara in vitro. Namun demikian, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai aktivitas antioksidan in vivo dari benalu teh terhadap ginjal.

Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan in vivo ekstrak benalu teh dengan mengukur konsentrasi lipid peroksida pada ginjal hewan model yang diberikan perlakukan parasetamol dengan dosis berlebih. Aktivitas ekstrak benalu campuran secara in vivo diukur melalui dua parameter, konsentrasi lipid peroksida dan SOD ginjal.

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang khasiat ekstrak benalu teh secara in vivo terhadap usaha preventif kerusakan ginjal. Juga diharapkan dapat membantu pengembangan jamu dan obat-obatan herbal di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benalu teh campuran Scurrula oortiana (39.68%), Scurrula parasitica (36.51%), Moacrosolen cochinchinensis

(17.46%), dan Lepeostegeres gemmiflorus (6.35%) yang diambil di perkebunan teh milik PT Gunung Mas, Cipanas (2000 mdpl), Bogor, akuades, etanol 30%, kertas saring, rutin, metanol, tikus galur Sprague Dawley jantan yang didapat dari Departemen Anatomi dan Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pakan tikus standard, parasetamol, antioksidan komersial curliv-plus (kontrol positif), laruan NaCl 0.9%, dapar fosfat dingin (0.1 M, pH 7.4) yang mengandung 0.15 M KCl, natrium lauril sulfat, asam asetat, NaOH, asam tiobarbiturat, n-butanol, piridin, asam sulfosalisilat.

(13)

3

ProsedurPenelitian

Ekstraksi Benalu Teh

Penelitian ini menggunakan ekstrak yang berasal dari penelitian Yakinudin (2014). Metode ekstraksi benalu teh menggunakan suhu, waktu, dan pelarut yang dikembangkan oleh Rahmawati dan Hayashi (2012) untuk optimasi aktivitas antioksidan dari ekstrak yang dihasilkan. Serbuk kering benalu teh direbus dengan panci besi stainless tertutup pada suhu 100oC menggunakan pelarut etanol 30% selama 10 menit. Perbandingan massa serbuk kering benalu teh (dalam gram) dengan pelarut yang digunakan (dalam mL) adalah 1:10. Setelah perebusan, pelarut secepatnya didinginkan hingga suhu ruang menggunakan penangas air.

Setelah dingin, ekstrak disaring melalui dua tahap penyaringan, pertama menggunakan kertas saring 90 mm, lalu dilanjutkan dengan menggunakan syringe filter 0.2 m. Ekstrak selanjutnya dievaporasi dengan vaccum evaporator pada suhu 80oC untuk menghasilkan ekstrak pekat, selanjutnya dikering bekukan dalam desikator. Ekstraksi dengan cara yang sama diulangi 3 kali pada sampel.

Pemeliharaan Hewan dan Rancangan Percobaan

Pemeliharaan tikus dan rancangan percobaan ini telah dilakukan oleh Yakinudin (2014) dengan modifikasi dari Rasool et al. (2011). Sebanyak 30 ekor tikus Sprague Dawley jantan (150-200g) ditempatkan pada kandang individual ukuran kecil. Masa adaptasi untuk tikus pada lingkungan dilakukan selama 7 hari sebelum percobaan dimulai. Tikus diberi pakan pelet standar dan air ad libitum

secara teratur setiap pagi pukul 06:00-06:30. Tikus kemudian dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri atas lima ekor tikus yang dipilih secara acak. Kelompok I merupakan kelompok normal yang hanya diberikan pakan standar dan cekok akuades 2 mL. Kelompok 2 dan 3 diberi perlakuan cekok parasetamol dosis 640 mg/kg BB, namun curliv-plus 80 mg/kg BB hanya dicekokkan pada kelompok 3. Kelompok 4, 5, dan 6 adalah kelompok perlakuan yang diberi pakan standar dan dicekok larutan ekstrak kasar benalu teh campuran dosis 100, 250, 500 mg/kg BB dan parasetamol dosis 640 mg/kg BB.

Nekropsi Hewan Coba dan Pembuatan Homogenat Ginjal

Nekropsi hewan coba dan pembuatan homogenat hati menggunakan metode Rasool et al (2011) yang dimodifikasi. Perlakuan dilakukan selama 14 hari. Di hari terakhir (hari ke-14 perlakuan setelah adaptasi) hewan dibius dengan eter dan ditaruh dalam toples kaca tertutup hingga mati. Setelah itu, ginjalnya diangkat dan segera dibilas dengan larutan NaCl 0.9% (b/v) dingin kemudian disimpan di dalam pendingin. Homogenat ginjal dibuat dengan cara melumatkan ginjal hati dengan dapar fosfat dalam homogenizer manual dengan perbandingan 10% b/v, ginjal dihomogenasi hingga tidak tersisa jaringan yang terlihat, lalu dimasukkan ke dalam ependorf 2 mL. Homogenat ginjal (10% b/v) disiapkan dalam dapar fosfat dingin (0.1 M, pH 7.4) yang mengandung 0.15 M KCl. Homogenat lalu disentrifugasi pada 800xg selama 5 menit dengan suhu 4oC untuk memisahkan debris inti sel. Selanjutnya disentrifusa kembali pada 10500xg selama 20 menit pada 4oC untuk mendapatkan post mitchondrial supernatant

(14)

Pengukuran Konsentrasi Lipid Peroksida di Ginjal

Kandungan malonaldehida (MDA) dihitung dalam bentuk TBARS dengan metode Ohkawa et al (1979). Campuran reaksi terdiri atas 0.2 ml dari 8.1% (b/v) sodium lauril sulfat, 1.5 ml asam asetat 20% (v/v) yang dibuat hingga pH 3.5 dengan NaoH 5 N, 1.5 asam tiobarbiturat 0.8% dalam air, dan 1.5 mL PMS 10% b/v. Campuran reaksi tersebut dibuat volumenya menjadi 4 ml dengan menambahkan air suling kemudian dipanaskan pada 95oC selama 45 menit. Setelah didinginkan dengan air mengalir, ditambahkan 1 mL air suling dan 5 mL campuran n-butanol dengan piridin (15:1), lalu disentrifugasi pada 4000 rpm selama 10 menit.Lapisan organik kemudian dipisahkan dan absorbansinya diukur pada 533 nm (Ohkawa et al. 1979).

Uji Aktivitas SOD di Ginjal (modifikasi Siburian M. 2011)

Penentuan Waktu Inkubasi. Sebanyak 75 L pirogalol 10 mM dicampurkan dengan 2850 L dapar fosfat 50 mM (pH 8.5) kemudian ditambahkan 75 L dapar fosfat dingin (0.1 M, pH 7.4) yang mengandung 0.15 KCl (sebagai blanko SOD). Larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm (Marklund dan Marklund 1974) setiap 20 detik selama 5 menit. Waktu inkubasi ditentukan saat grafik hubungan antara waktu dan absorbansi masih memiliki nilai R2 sebesar 0.99.

Analisis Aktivitas SOD pada Ginjal. Sebanyak 75 L pirogalol 10 mM dicampurkan dengan 2850 L dapar fosfat 50 mM (pH 8.5), kemudian ditambahkan 75 L PMS. Tingkat autooksidasi saat ditambahkan dengan sampel dibandingkan dengan standar (blanko SOD) dengan pengukuran peningkatan absorbansi pada 420 nm yang diukur setiap 20 detik selama 5 menit. Aktvitas SOD ginjal tiap kelompok dihitung dengan perbedaan kemiringan kurva standar dan kurva sampel.

Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya 2002)

Rancangan acak lengkap digunakan pada rancangan penelitian ini. Analisis data yang dilakukan dengan metode ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05. Jika terdapat perbedaan dalam

perlakuan, maka dilakukan uji Duncan pada selang kepercayaan 90%, taraf α =

0.1. Model rancangan tersebut menurut Mattjik & Sumertajaya (2000) adalah: Yij = μ + τ +εi

Keterangan:

µ = Pengaruh rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i, i=1, 2, 3, 4, 5

εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke j, j= 1, 2, 3, 4 Yij = Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

HASIL

Konsentrasi Lipid Peroksida pada Ginjal Tikus

(15)

5

memberikan dampak yang signifikan dalam menginduksi stres oksidatif jika dilihat dari konsentrasi MDA. Walaupun konsentrasi MDA tidak berbeda nyata, terjadi peninkatan konsentrasi MDA ginjal pada kelompok parasetamol sebesar 17.38% jika dibandingkan dengan normal. Penelitian Emalia (2014) menunjukkandengan pemberian parasetamol 640 mg/kg BB selama 16 hari, terjadi peningkatan konsentrasi MDA dalam serum darah pada kelompok parasetamol yang lebih tinggi sebesar 27.6% dan berbeda nyata secara statistik. Pemberian parasetamol 640 mg/kg BB selama 16 hari berhasil menginduksi stres oksidatif pada serum, namun belum berhasil pada ginjal.

Pengukuran konsentrasi MDA dalam ginjal menunjukkan rata-rata konsentrasi MDA paling kecil terdapat pada kelompok normal (48.66 7.34 nmol/gr) sedangkan yang tertinggi terdapat pada kelompok parasetamol (58.90 4,74 nmol/gr). Konsentrasi MDA pada kelompok perlakuan ekstrak campuran benalu teh (100, 250, dan 500 mg/kg BB) secara berurutan adalah 54.17 6.98 nmol/gr, 53.31 7.90 nmol/gr, dan 51.02 7.12 nmol/gr (Gambar 1). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat konsentrasi MDA pada kelompok ekstrak campuran benalu teh 500 mg/kg BB memiliki konsentrasi MDA terendah sedangkan yang tertinggi dari ketiga kelompok tersebut berada pada kelompok ekstrak benalu teh campuran 100mg/kg BB. Berdasarkan data kelompok ekstrak perlakuan dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak benalu teh campuran, aktivitas antionkidannya semakin kuat.Perbandingan ketiga data kelompok perlakuan dengan kelompok curliv-plus (52,68 7,12 nmol/gr), hanya konsentrasi kelompok ekstrak benalu campuran 500 mg/kg BB yang lebih kecil dari kelompok curliv plus.

Gambar 1 Hasil pengukuran konsentrasi MDA ginjal pada seluruh kelompok perlakuan.

Aktivitas SOD pada Ginjal Tikus

Gagal ginjal kronis biasanya dikaitkan dengan stres oksidatif radikal bebas, walaupun mekanismenya masih belum jelas. Superoksida adalah radikal bebas oksigen utama yang diproduksi dalam tubuh dan SOD adalah enzim antioksidan alami yang bertugas untuk menangkal superoksida (Vaziri ND 2003).Untuk menentukan aktivitas SOD, digunakan perbandingan luas area di bawah kurva.

48.66 7.34

Normal Parasetamol Ekstrak 100 Ekstrak 250 Ekstrak 500 Curliv Plus

(16)

Namun kurva standar SOD berada di bawah kurva sampel (Gambar 2), sehingga jika dilakukan penghitungan akan menghasilkan data negatif. Hal ini dimungkinkan karena PMS telah lebih keruh dari awal sehingga membuat absorbansinya lebih besar daripada standar.Maka dari itu, perhitungan aktivitas SOD menggunakan perbandingan kemiringan kurva. Rata-rata aktivitas antioksidan SOD ginjal tikus untuk kelompok normal adalah 24.00 10.11 % sedangkan untuk kelompok parasetamol sebesar 14.67 8.26 %, tidak berbeda nyata secara statistik ( =0.05) (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa induksi parasetamol 640 mg/kg BB tidak mampu menginduksi stress oksidatif.

Aktivitas antioksidan yang terukur dari kelompok parasetamol, ektrak benalu teh campuran 100, 250, dan 500 mg/kg BB secara berturut-turut adalah 14.67 8.26 %, 14.67 9.51%, 5.19 5.13%, dan 16.89 10.13% (Gambar 3). Secara statistik ( =0.05) aktivitas antioksidan dari keempat kelompok tersebut tidak berbeda nyata. Dalam kata lain kelompok yang menerima asupan ekstrak benalu campuran tidak mengalami peningkatan jumlah SOD dalam tubuhnya. Walaupun demikian, aktivitas inhibisi SOD kelompok ekstrak benalu teh campuran 500 mg/kg BB terlihat sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok parasetamol juga kelompok curliv plus (16.00 8.66%).

Gambar 2 Perbandingan antara kurva standar, normal, dan parasetamol SOD

Gambar 3 Hasil pengukuran aktivitas SOD ginjal pada seluruh kelompok

Normal Parasetamol Ekstrak 100 Ekstrak 200 Ekstrak 500 Curliv Plus

(17)

7

PEMBAHASAN

Konsentrasi Lipid Peroksidapada Ginjal Tikus

Malonaldehida ditemukan di jaringan manusia dan hewan sebagai produk akhir peroksidasi lipid. Konsentrasi MDA dalam suatu jaringan dapat menjadi indikator tingkat serangan radikal bebas terhadap lipid di jaringan tersebut, dapat pula menjadi indikator seberapa besar tingkat penghambatan proses peroksidasi lipid. Dalam penelitian ini, kandungan MDA dianalisis pada organ ginjal menggunakan metode TBARS. Metode ini menggunakan prinsip pembentukan kompleks TBA-MDA yang merupakan senyawa berwarna (Yagi et al. 1994), kemudian diukur menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang (setelah penapisan) sebesar 533 nm (Yakinudin 2014). Hasil analisis menunjukkan rata-rata konsentrasi MDA kelompok normal lebih kecil dibandingkan kelompok parasetamol. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari pemberian parasetamol dalam menginduksi peroksidasi lipid ginjal walaupun tidak berbeda nyata menurut perhitungan data statistik. Data analisis menunjukkan kelompok benalu teh campuran 500 mg/kg BB lebih baik daripada curliv-plus, walaupun tidak berbeda nyata menurut perhitungan data statistik.

Dalam penelitian ini hewan coba akan memetabolisme sebagian parasetamol menjadi senyawa NAPKI yang radikal. Pemberian parasetamol menunjukkan terjadinya kenaikan konsentrasi MDA dalam ginjal yaitu 17.38% dari konsentrasi kelompok normal (Gambar 1). Dhibi et al. (2014) menunjukkan hasil kenaikan konsentrasi lipid peroksida dalam ginjal akibat induksi parasetamol yang sangat signifikan, yaitu 144% dari kelompok normal. Perbedaan yang mencolok ini dikarenakan konsentrasi parasetamol yang diberikan pada hewan coba berbeda, pada peneltian ini sebesar 640 mg/kg BB sedangkan pada Dhibi et al. (2014) sebesar 900 mg/kg BB.

Yakinudin (2014) mengutarakan bahwa ada kemungkinan senyawa NAPKI masih dapat ditahan oleh senyawa antioksidan alami dalam hati antara lain SOD. Namun, konsentrasi senyawa antioksidan alami dalam ginjal jumlahnya setengah lebih sedikit daripada hati (Nandi dan Chatterjee 1988), hal ini juga yang memungkinkan kenaikan MDA dalam ginjal tidak dapat ditahan dengan baik seperti dalam hati. Namun antioksidan alami dalam ginjal masih bekerja dengan baik karena perbedaan antara normal dan yang diinduksi parasetamol tidak berbeda nyata secara statistik. Berbeda dengan kenaikan konsentrasi MDA dalam serum darah (Emalia 2014) yang lebih besaryaitu 27.6%. Karena darah bukan organ metabolisme seperti hati dan ginjal, sehingga lebih menunjukkan efek pemberian parasetamol dalam menginduksi stres oksidatif dan berbeda nyata secara statistik (Emalia 2014).

(18)

glikosida monoterpen yang merupakan antioksidan alami dalam tanaman (Nugroho et al. 2000, Ohashi 2003).

Ketiga kelompok ekstrak benalu campuran menunjukkan rata-rata MDA yang lebih rendah (54.17 6.98 nmol/gr, 53.31 7.90 nmol/gr, dan 51.02 7.12 nmol/gr) dari pada kelompok parastamol (58.90 4.74 nmol/gr). Penurunan konsentrasi MDA sejalan dengan kenaikan konsentrasi ekstrak benalu teh yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak benalu campuran bersifat sebagai antioksidan, namun tidak berbeda nyata menurut pengukuran data statistik.Rata-rata MDA ketiga kelompok ekstrak benalu campuran tidak serendah kelompok normal, namun dapat dikatakan ekstrak benalu teh campuran kemungkinan memiliki kemampuan menghambat laju peroksidasi lipid oleh senyawa radikal NAPKI.

Aktivitas SOD pada Ginjal Tikus

Aktivitas SOD dalam penelitan ini hanya berbeda nyata secara statistik ( =0.5) pada kelompok ekstrak 250 mg/kg BB terhadap normal. Kelompok normal memiliki aktivitas inhibisi yang paling tinggi di antara seluruh kelompok. Jika dibandingkan dengan data konsentrasi MDA pada ginjal tikus, kelompok normal memiliki jumlah rata-rata konsentrasi MDA yang paling kecil diantara seluruh kelompok. Hal ini dimungkinkan karena kelompok normal hanya menerima cekok akuades sehingga, sedangkan kelompok yang lain mendapat bagian dengan dicekok oleh parasetamol yang mengakibatkan peningkatan stres oksidatif yang lebih banyak daripada kelompok normal. Chen et al. (1997) mengutarakan bahwa peningkatan peroksidasi lipid dapat menyebabkan penurunan aktivitas enzim SOD. Kelompok ekstrak benalu teh campuran 100, 250, dan 500 mg/kg BB menunjukkan aktivitas SOD yang lebih rendah daripada normal. Aktivitas SOD kelompok ekstrak benalu teh campuran 250 mg/kg BB amat rendah hingga menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik ( =0.05) jika dibandingkan dengan aktivitas SOD kelompok normal. Hal ini dimungkinkan karena besarnya variabilitas tiap individu pada jumlah SOD ginjal dan pengaruh pemberian parasetamol.

(19)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Aktivitas antioksidan ekstrak benalu campuran secara in vivo pada ginjal tikus menunjukkanadanya aktivitas, terutama kelompok ekstrak benalu campuran 500 mg/kg BB yang merupakan penurun konsentrasi MDA dalam ginjal terbaik dari tiga konsentrasi ekstrak benalu teh canpuran. Penambahan perlakuan ekstrak benalu teh campuran tidak menyebabkan perubahan pada aktivitas SOD ginjal setelah diberikan parasetamol.

Sebagai saran penelitian yang akan datang, perlu dilakukan pengujiian hewan coba yang dengan populasi yang lebih banyak dalam satu kelompok untuk mengurangi efek variabilitas individu. Selain itu perlu dicoba juga dengan menggunakan senyawa hepatotoksik lain seperti HCCl4 untuk melihat perbedaan hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham P. 2004. Oxidative stress in paracetamol-induced phatogenesis: (I) Renal damage. Indian Journal of Biochemistry & Biophysics 42: 59-62. Bessems JGM, Vermeulen NPE. 2001. Paracetamol (acetaminophen)-induced

toxicity: molecular and biochemical mechanism, analogues, and protective approach. Critical Riview in Toxicology. 31(1): 55-138.

Blakley P, McDonald BR. 1995. Acute renal failure due to acetaminophen ingestion: A case report and riview of literature. J. Am. Soc. Nephrol 6:48-53.

Chen Q, Galleano M,Cederbaum AI. (1997). Double-edged swords in cellular redox state. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. Pharmacol3(4): 228-237.

Dhibi S, Mbarki S, Elfeki A, Hfaiedh N. 2014. Eucalyptus globulus extract protects upon acetaminophen-induced kidney damages in male rat. Bosn J Basic Med Sci 14(2):100-104.

Emalia D. 2015. Aktivitas aminotransferase dan peroksida lipid pada tikus sprague dawley yang diberi campuran benalu teh lorantaceae. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Fored CM et al. 2001. Acetaminophen, aspirin, and chronic renal failure. N Engl J Med 345(25): 1801-1808.

Halliwell B, Gutteridge JMC, Cross CE. 1999. Free radicals, antioxidants, and human disease: Where are we now?. J Lab Clin Med. 119: 598–620.

Marklund S, Marklund G. 1974. Invovement of superoxide anion radical in the autooxidation of pyrogallol and a convenient assay for superoxide dismutase.

Eur J Biochem. 47: 469-474.

(20)

Mazer M, Pharm D, Perrone J. 2008. Acetaminophen-induced nephrotoxicity: Pathophysiology clinical manifestation, and management. Journal of Medical Toxicology 4(1): 2-6.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Harper’s Illustrated

Biochemistry Twenty Sixth Edition. New York: McGraw-Hill.

Muwarni R. 2003. Indonesian tea misletoe (Scurulla oortiana) stem extract increases tumour cell sensitivity to tumour necrosis factor alpha (TNF ).

Phytotherapy Research. 17: 407-409

Nandi A, Chatterjee IB. 1988. Assay of superoxide dismutase activity in animal tissue. J Biosci.13(3): 305-315.

Nugroho YA, Nuratmi B, Suhardi. 2000. Daya hambat benalu teh (Scurrula atropurpure Bl. Danser) terhadap proliferasi sel tumor kelenjar susu mencit (Mus musculus L) C3 H. Cermin Dunia Kedokteran. 35:127.

Ohashi K, Winarno H, Mukai M, Inoue M, Prana MS, Simanjuntak P, Shibuya H. 2003.Indonesian Medicinal Plants. XXV. Cancer cell invasion inhibitory effects of chemical constituents in the parasitic plant Scurulla atropurpurea (Loranthaceae). Chem Pharm Bull. 51:342-345.

Ohkawa H, Onishi N, Yagi K. 1979. Assay for lipid peroxides in animal tissues by thiobarbituric acid reaction. Anal Biochem. 95:351-358

Percival M. 1998. Antioxidant. Clinical Nutritional Insight. Advance Nutrition Insight.

Rahmawati SI, Hayashi N. 2012. The effect of batch reactor extraction on antioxidant activity from Scurulla atropurpurea. Am J App Sci. 9 (3): 337-342.

Rasool SN, Jahererunnisa S, Jayaveera KN, Suresh KC. 2011. In vitro callus induction and in vivo antioxidant activity of Passiflora foetida L. Leaves.

Intl J App Res Nat Prod. 4 (1): 1-10.

Siburian M. 2011. Aktivitas antioksidan superoksida dismutase pada hati tikus hiperkolesterolemia yang diberi ekstrak kulit kayu mahohi [skripsi]. Biogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Tapan E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Trilaksani W. 2003. Antioksidan: jenis, sumber, mekanisme kerja, dan peran terhadap kesehatan [makalah]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Vaziri ND. 2003. Molecular mechanisms of lipid disorders in nephritic syndrome.

Kidney International. 63: 1964-1976.

Yagi K. 1994. Free Radical in Diagnostic Medicine. Armstrong D, editor. New York: Plenum Pr.

(21)

11

Lampiran 1 Hasil perhitungan MDA ginjal Kelompok Parasetamol 5.4882 54.882 5.9606 59.606 Contoh perhitungan konsentrasi MDA:

Perhitungan konsentrasi MDA menggunakan substitusi absorban sampel pada gugus y persamaan linear kurva standar MDA.

Persamaan linear kurva standar: y = 0.0254x - 0.0114

Perhitungan untuk sampel nomor 1 (Kelompok Normal, A = 0.123) 0.123 = 0.0254x -0.0114

(22)

Lampiran 2 Kurva standar MDA

y = 0.0254x - 0.0114 R² = 0.9981

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 5 10 15 20

Abs

o

rba

n

(23)

13

Lampiran 3 Kurva autooksidasi standar sampel PMS ginjal hewan coba

(24)
(25)
(26)

Lampiran 5 Hasil daya inhibisi SOD ginjal

Sampel normor 1 (Kelompok Normal)

(27)

17

Lampiran 6 Hasil Analisis Statistik MDA Menggunakan perangkat lunak SPSS Test of Homogeneity of Variances

Kadar_MD A

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.187 5 23 .346

ANOVA Kadar_MDA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 375.766 5 75.153

1.44

8 .245 Within

Groups 1193.688 23 51.899

Total 1569.453 28

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Kadar_MDA Duncan

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1

Normal 5 48.661200

Ekstrak 500 mg/kg

BB 5 51.023600

Curliv Plus 5 52.677000 Ekstrak 100mg/kg

BB 5 54.172800

Ekstrak 250 mg/kg

BB 4 57.932750

Paracetamol 5 58.897600

Sig. .062

(28)

Lampiran 7 Hasil AnalisisStatistik Inhibisi SOD Menggunakan Software SPSS Test of Homogeneity of Variances

Persen_Inhibisi

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.322 5 23 .894

ANOVA

Persen_Inhibis i

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 362.873 5 72.575 .676 .646

Within Groups 2468.433 23 107.323

Total 2831.305 28

Homogeneous Subsets

Persen_Inhibisi

Duncan

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1

Ekstrak 250 mg/kg

BB 4 -11.288900

Ekstrak 100mg/kg

BB 5 -3.409100

Normal 5 -3.002400

Curliv-Plus 5 -2.212872

Paracetamol 5 -1.531112

Ekstrak 500 mg/kg

BB 5 .849256

Sig. .121

(29)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tayan, Sanggau, Kalimantan Barat pada tanggal 23

Nopember 1990, merupakan putra pertama dari Bapak Mas’Adi Ramli dan Ibu

Juhaeni. Pendidikan formal penulis dimulai di SDN 3 Tayan (1996-2001) kemudian pindah ke SDN Ciandur 2 (2001-2003), Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Saketi (2002-2003), kemudian pindah ke SMP Negeri 2 Pandeglang (2003-2005). Lalu penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Pandeglang (2005-2008). Penulis melanjutkan pendidikan tertinggi di Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur masuk USMI.

Gambar

Gambar 1 Hasil pengukuran konsentrasi MDA ginjal pada seluruh kelompok
Gambar 2 Perbandingan antara kurva standar, normal, dan parasetamol SOD

Referensi

Dokumen terkait

prestasi belajar matematika yaitu dengan melihat hasil dari nilai R=0,874 artinya ada pengaruh antara kemandirian dan kebiasaan belajar secara bersama- sama dengan

[r]

Imicungire ya pulasitike n'ibindi bikoresho byavuyemwo imiti mvaruganda. Kujugunya aho ubonye hose pulasitike n'ibyavuyemwo

Berdasarkan peningkatan rata-rata motivasi belajar yang telah mencapai indikator keberhasilan yaitu meningkat minimal 75% dengan peningkatan minimal 5% tiap siklus

These unique features (axial load tests of piles with different lengths and load- settlement curves indicating failures) provided insights into the behavior of pile foundation in

Penambahan Tepung Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia) Pada Pakan Terhadap Moralitas dan Gambaran Darah Benih Ikan Nilem ( Osteochilus Hasselti) Yang Diuji Tantang

Hasil uji parsial diperoleh nilai korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar dimana fasilitas belajar dan perhatian orang tua dikendalikan adalah sebesar

judgement dipengaruhi oleh gender, pengalaman auditor, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, pengetahuan auditor, dan kemampuan kerja Koefisien regresi variabel