• Tidak ada hasil yang ditemukan

Museum Perjuangan Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Museum Perjuangan Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah di Kota Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

MUSEUM PERJUANGAN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK

WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH

RIZKY RAHMADHANI SEMBIRING

092204018

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS SASTRA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

MUSEUM PERJUANGAN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN

OLEH

RIZKY RAHMADHANI SEMBIRING 092204018

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

SOLAHUDDIN NASUTION, S.E., M.Sp.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: MUSEUM PERJUANGAN SEBAGAI

SALAH SATU OBJEK WISATA

SEJARAH DI LOTA MEDAN

Oleh

: Rizky Rahmadhani Sembiring

NIM

: 092204018

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001

Dr. Syahron Lubis, M.A.

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

(4)

ABSTRAK

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nampak (secara kasat mata) hanya dapat dirasakan, terlebih lagi pariwisata ini sebebnarnya suatu konsep yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pariwisata juga berperan dalam peluasan lapangan kerja serta mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang memperkenalkan keindahan alam dan budaya yang tidak terlepas dari rasa untuk meningkatkan rasa persaudaraan dalam lingkup nasional dan internasional. Selain itu pariwisata juga berperan dalam pendapatan asli daerah yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi. Kota medan merupakn kota yang memilki beragam budaya dan tradisi. Keanekaragaman tersebut dapat memberikan warna dalam dunia kepariwisataan khususnya kota Medan. Kota Medan juga memilki bangunan sejarah yang memiliki peran sangat penting untuk meningkatkan pariwisata, karena tersimpan nilai historis yang menarik utuk diketahui salah satunya Museum Perjuangan TNI dan itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang memiliki minat untuk mengetahui bangunan bersejarah yang terdapat di Sumatera Utara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan

hidayahNya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Salawat

beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliaulah

yang membawa perdaban umat manusia menjadi baik.

Sudah merupakan kewajiban merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa

Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

menyusun dan memyelesaikan kertas karya. Kertas karya ini untuk melengkapi

persyaratan mencapai gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini

adalah : “Museum Perjuangan Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah Di Kota

Medan”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna hal ini disebabkan

oleh keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan sumber bacaan yang diperoleh,

untuk itu dengan hati yang terbuka penulis bersedia menerima saran dan kritikannya

yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis banyak mendapat bantuan,

dorongan, semangat, dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini dengan rasa haru dan bangga penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

(6)

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., M.SP., selaku Ketua Praktek Bidang

Keahlian Usaha Wisata, Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., M.SP., selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

petunjuk dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Bapak Mukhtar, S. Sos., S. Par. M.A., selaku Dosen Pembaca yang telah

memberikan saran dan petunjuk atas penyempurnaan kertas karya ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Pariwisata yang telah mendidik

dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

7. Tersayang dan tercinta Ayahanda Eka Chandra Sembiring dan Ibunda

Mujiati yang telah banyak memberikan dorongan moral maupun material

dan kasih sayang tiada tara terhadap penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan kerta karya ini tepat waktu.

8. Sahabat-sahabatku ( Rizka, Citra, Opiy ) yang selalu memberi dukungan,

dan Deni Anggrian yang banyak membantu dan memberikan perhatian,

serta motivasi yang berguna kepada penulis untuk menyelesaikan kertas

karya ini.

9. Buat teman-teman Usaha Wisata 2009, khususnya teman seperjuangan

Ayu, Fitri, Nabillah, Tiwi, Vivi, Lehet dan semuanya terimah kasih atas

(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Dan kepada Engkau ya Allah segala kesempurnaan dan kami memohon atas segala

keridhoan-Mu ya Allah.

Medan, Oktober 2012

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Pembatasan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan ... 3

1.4. Metode Penulisan ... 3

1.5. Sietematika Penulisan ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG MUSEUM 2.1 Pengerian Museum ... 6

2.1.1 Jenis-jenis Museum ………... 7

2.1.2 Sejarah Museum di Indonesia………. 8

2.1.3 Museum Sebagai Daya Tarik Wisata………... 10

2.2 Pengertian Sejarah ... 11

2.3 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata ... 14

2.4 Motif Perjalanan Wisata ... 15

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 3.1 Sejarah Kota Medan ... 17

(9)

3.3 Fisiografi ... 22

3.4 Kependudukan ... 23

3.5 Prasarana dan Sarana Kota Medan ... 26

3.6 Tempat-tempat Wisata Kota Medan... 26

BAB IV MUSEUM PERJUANGAN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN 4.1 Museum Perjuangan Sebagai Objek Wisata ... 30

4. 2 Museum Perjuangan Sebagai Objek Wisata Sejarah ... 32

4.3 Sejauh Mana Museum Perjuangan Menjadi Objek Wisata Sejarah Di Kota Medan ... 34

4.4 Peranan Bangunan Bersejarah Sebagai Pusaka Budaya Dalam Kepariwisataan ... 35

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nampak (secara kasat mata) hanya dapat dirasakan, terlebih lagi pariwisata ini sebebnarnya suatu konsep yang ingin diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pariwisata juga berperan dalam peluasan lapangan kerja serta mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang memperkenalkan keindahan alam dan budaya yang tidak terlepas dari rasa untuk meningkatkan rasa persaudaraan dalam lingkup nasional dan internasional. Selain itu pariwisata juga berperan dalam pendapatan asli daerah yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi. Kota medan merupakn kota yang memilki beragam budaya dan tradisi. Keanekaragaman tersebut dapat memberikan warna dalam dunia kepariwisataan khususnya kota Medan. Kota Medan juga memilki bangunan sejarah yang memiliki peran sangat penting untuk meningkatkan pariwisata, karena tersimpan nilai historis yang menarik utuk diketahui salah satunya Museum Perjuangan TNI dan itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang memiliki minat untuk mengetahui bangunan bersejarah yang terdapat di Sumatera Utara.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting. Pada tahun

2009 pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah

minyak dan gas bumi. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya

penerimaan pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial serta berimplikasai

pada keseejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi. Kota Medan

memiliki potensi pariwisata yang baik dan memiliki banyak daerah tujuan wisata .

Keberadaan objek wisata tersebut memiliki peran penting dalam meningkatkan

perekonomian.

Dengan di tetapkan nya Visit Medan Year 2012 diperkirakan akan sukses

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Mancanegara yang datang

berkunjung ke kota Medan. Peningkatan jumlah wisatawan Mancanegara tersebut

diharapkan turut memberikan kontribusi nyata bagi kinerja perekonomian kota

Medan.

Museum merupakan bangunan bersejarah yang dapat menambah devisa

melalui kunjungan wisata lokal maupun mancanegara. Bangunan bersejarah

memiliki pengertian sebagai kelompok bangunan yang memiliki nilai historis

(12)

yang dimusnahkan tanpa mempertimbangkan nilai historis dari bangunan

tersebut.

Banyak terdapat objek wisata khususnya di kota Medan, Museum

Perjuangan merupakan salah satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

banyak menyimpan benda-benda bersejarah ABRI dan rakyat di Sumatera Utara.

Tidak hanya itu saja museum berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dari

museum kita dapat memahami nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme para

pejuang dahulu yang patut dicontoh dan dikembangkan dengan pemikiran yg

Global.

Berdasarkan pemikiran tersebut penulis mengangkat judul “ Museum

Perjuangan Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah di Kota Medan”

dalam penulisan kertas karya ini. Karena sangat disayangkan kalau generasi

muda tidak mengetahui pengorbanan para pejuang, untuk itu harus ditumbuh

kembangkan nilai nasionalisme dan patriotisme dengan mengunjungi Museum.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah yang akan dibahas, meliputi :

1) Sejauh manakah Museum Perjuangan menjadi objek wisata di Kota

Medan

2) Bagaimana Museum Perjuangan dijadikan objek wisata sejarah

3) Sejauh mana Museum Perjuangan menjadi objek wisata sejarah di Kota

(13)

1.3 Tujuan Penulisan

Kertas karya ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Program DIII

Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2) Memperkenalkan Museum Perjuangan sebagai salah satu wisata sejarah di

Kota Medan.

3) Untuk menambah wawasan penulis serta menerapkan ilmu pengetahuan

yang diperoleh selama kuliah.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang diterapkan oleh penulis untuk memperoleh data dan informasi

dalam menyusun kertas karya, yaitu :

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data secara teroritis, yang diperoleh dari pustaka berupa

buku-buku ilmiah, dan bahan yang ada hubungannya dengan masalah

yang ada.

2) Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara penelitian

langsung ke lapangan dengan cara mewawancarai orang-orang di instatnsi

yang terkait yang penulis anggap dapat membantu dalam melengkapi isi

(14)

1.5 Sistematika Penulisan

Penyusunan kertas karya ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian tentang alasan pemilihan judul, pembatsan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Uraian Teoritas Museum

Berisikan uraian teoritis tentang pengertian sejarah, klasifikasi sejarah,

pengertian museum, dan pengertian objek dan daya tarik wisata, daya tarik wisata

sejarah.

BAB III Gambaran Umum Kota Medan

Bab ini menguraikan tentang sejarah kota medan, letak geografis,

sarana dan prasarana Kota Medan, kependudukan, tempat-tempat wisata di Kota

Medan.

BAB IV Museum Perjuangan Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah di

Kota Medan

Bab ini menguraikan tentang museum perjuangan, sejarah berdirinya

museum, pentingnya museum perjuangan TNI sebagai nilai nasionalis kepada

generasi muda, pemerintah lebih memperhatiakan asset bangsa lewat museum,

peranan bangunan bersejarah dalam Kepariwisataan, bangunan bersejarah sebagai

(15)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

BAB II

URAIAN TEORITAS TENTANG MUSEUM

2.1 Pengertian Museum

Secara Etimologi, museum berasal dari kata Yunani yaitu Mouseion.

Mouseion merupakan sebuah tempat suci untuk pemujaan terhadap Muses, dewa

yang berhubungan dengan kegiatan seni. Museion merupakan sebuah bangunan

tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi seni dan ilmu pengetahuan. Salah satu dari

Sembilan Dewi tersebut ialah MOUSE yang lahir dari maha Dewa Zous dengan

isterinya Mnemosyne.

Dewa dan Dewi tersebut bersemayam dipegunungan Olympus. Museion

selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendikiawan yang

mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat

pemujaan Dewa Dewi.

Berdasarkan defenisi yang diberikan International Council of Museums

adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan public, dengan sifat terbuka

dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset,

mengkomunikasikan dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk

kebutuhan studi, pendidikan dan kesenangan. Secara institusi museum adalah

lembaga yang bertugas untuk mengumpilkan, merawat, menyimpan, meneliti, dan

mengkomunikasikan koleksinya kepada masyarakat.

Menurut peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah

(17)

benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna

menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Tugas museum yakni sebuah lembaga yang memamerkan dan menerbitkan

hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi kebudayaan

dan ilmu pengetahuan.

Ada 9 fungsi museum yaitu :

1. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah

2. Pusat penyaluran ilmu untuk umum

3. Pusat penikmat karya seni

4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa

5. Objek wisata

6. Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan

7. Suaka alam dan suaka budaya

8. Cermin sejarah manusia, alam, dan kebudayaan

9. Sarana untuk bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

2.1.1 Jenis-jenis Museum

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa

klasifikasi, yakni sebagai berikut :

(18)

• Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari dari kumpulan bukti

material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai

cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

• Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti

material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang

seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

b. Jenis museum berdasarkan kedudukannya terdapat tiga jenis :

• Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan baenda

yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti dari seluruh wilayah

Indonesia yang bernilai nasional.

• Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda

yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau

lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada. • Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda

yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material, manusia dan

atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana

museum tersebut berada.

2.1.2 Sejarah Museum di Indonesia

Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April pada saat

pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. J.C.M

(19)

di jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti

menjadi dasar untuk pendirian museum. Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi

museum pemerintah Hindia-Belanda mendirikan gedung yang hingga kini masih

ditempati. Gedung Museum dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang

mengelola menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik Indonesia,

tepatnya pada tanggal 17 september 1962. Sejak itu pengelolaan museum dilakukan

oleh Direktorat Jendral Kebudayaan dibawah Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. Pada tahun 2005 Museum Nasional berada dibawah pengelolaan

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Museum Nasional juga dikenal sebagai

museum gajah karena dihadiahkan patung gajah berbahan perunggu oleh Raja

Chulalongkorn dari Thailand pada tahun 1871 yang kembudian dipajang dihalaman

depan museum. Dengan demikian sejak 28 Mei 1979 nama resmi lembaga ini adalah

Museum Nasional Republik Indonesia.

Museum-museum sejarah perjuangan dan kebudayaan kurang terdengar

namanya pada masa oerde baru. Negara menjadi kurang berkepentingan mengangkat

narasi tentang museum. Gejala ini menunjukkan bahwa museum tidak lagi dipandang

sebagai jalanuntuk mendefenisikan nasionalisme.

Singkat kata, sejarah permuseuman di Indonesia sebetulnya relatif panjang

dan tidak linier. Dengan sejumlah persoalan yang menyelimuti permuseuman

Indonesia bahwa beragamnya museum yang ada sebetulnya menyimpan sejumlah

(20)

tersebut masih relevan atau tidak, karena sekarng kebutuhan akan pengetahuan

tertentu telah tercukupi oleh media informasi teknologi canggih.

2.1.3 Museum Sebagai Daya Tarik Wisata

Museum adalah salah satu daya tarik wisata budaya. Artefak atau benda

warisan budaya yang menjadi koleksi dan bahan pameran dari suatu Museum sering

menjadi daya tarik wisata. Aneka ragam benda budaya biasanya merupakan milik

berbagai etnik dan berasal dari beberapa daerah.

Eksibisi dan pengelolaan benda warisan budaya seharusnya diatur sedemikian

rupa sehingga menarik minat wisatawan. Informasi lengkap dan menarik, serta

penataan yang baik tentang warisan budaya akan dapat menjadi daya tarik wisatawan.

Dalam hubungan ini kerjasama antar museum dan komponen pariwisata budaya perlu

dikembangkan. Pengelolaan Museum sedapat mungkin agar dilakukan secara kluster,

baik abntar museum maupun dengan komponen industry pariwisata. Meningkatnya

jumlah kunjungan wisatawan ke suatu museum yang dikelola secara kluster itu juga

berarti keuntungan bagi industri pariwisata.

Museum tidak dapat dipisahkan dari koleksinya. Koleksi merupakan

jantungnya museum. Koleksi museum harus disajikan sebagai salah satu bentuk

komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat wisatwan. Dalam penyajian

koleksi museum harus disajikan sebagai salah satu bentuk komunikasi yang penting

dalam upaya menarik minat wisatawan dalam berkunjung ke museum. Penyajian

koleksi useum harus memperhatikan nilai estitika artistik., edukatif, dan informatif.

(21)

kebebasan bergerak bagi pengunjung. Sirkulasi pengunjung museum, kenyamanan

pengunjung museum, dan keamanan koleksi museum.

Koleksi yang dimilki oleh sebuah museum agar tetap terjaga kelestariannya

perlu dilakukan perawatan (konservasi) yang sesuai dengan karakteristik dan material

koleksi, dalam hal ini peneliti koleksi (kurator) bekerja sama dengan konservator.

Selain konservator, perlu tindakan pencegahan terhadap kerusakan koleksi atau

pengawetan sehingga koleksi tetap terjaga kelestariannya.

Pengamanan museum sangat penting, menyangkut keamanan koleksi,

banguan dan manusia (petugas dan pengunjung) museum. Pengamanan museum tidak

hanya menjadi tanggung jawab petugas museum. Pengamanan museum meliputi

proteksi museum beserta koleksinya dari tindakan pencurian dan vandalisme, dan

penanggulangan terhadap bencana.

2.2 Pengertian Sejarah

Sejarah adalah kisah atau cerita yang mengupas peristiwa kehidupan manusia

pada masa lampau dapat diketahui karena adanya bukti-bukti tertulis. Sumber sejarah

yang dapat dijadikan sebagai bukti tertulis, yaitu prasasti, piagam, kitan-kitab,

dokumen, daun lontar, foo, pita kaset, dan sebagainya

Secara etimologi kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab

(sajarotun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh

yang dalam bahasa Indonesia artinya waktu atau penangglan. Kata sejarah lebih dekat

(22)

Definisi sejarah menurut para ahli :

1. J.V. Bryce

Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan

diperbuat oleh manusia.

2. Moh. Yamin

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan

beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan

3. Ibnu Khaldun ( 1332-1406 )

Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau

peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.

4. Abramowitz (Burher, 1970:42)

"history as a chronology of events" yang berarti bahwa sejarah merupakan

sebuah kronologi atas suatu kejadian.

5. Sunnal dan Haas (1993: 278)

"history is a chronological study that interprets and gives meaning to events

and applies systematic methods to discover the truth" yang berarti: sejarah

merupakan studi kronologis yang menafsirkan dan memberikan arti peristiwa

dan berlaku metode sistematis untuk menemukan kebenaran.

6. Costa (Burger, 1970: 44)

Sejarah dapat didefinisikan sebagai "record of the whole human experience".

Dimana pada hakikatnya sejarah merupakan catatan seluruh pengalaman, baik

secara individu maupun kolektif bangsa/nationdimasa lalu tentang kehidupan

(23)

Ada banayak cara untuk memilih informasi dalam sejarah, antara lain : • Berdasarkan kurun waktu (kronologis)

• Berdasarkan wilayah (geografis)

• Berdasarkan negara (nasionalis)

• Berdasarkan kelompok atau suku bangsa (etnis)

• Berdasarkan topic atau pokok bahasan (topical)

Sejarah terwujud oleh unsure manusia, tempat, dan waktu. Manusia adalah

pelaku sejarah. Dunia merupakan ruang lingkup tempat terjadinya

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh perbuatan pelaku sejarah. Waktu adalah seluruh

rangkaian ketika proses perbuatan telah, sedang, dan akan berlangsung.

Para sejarawan mengungkapkan kegunaan mempelajari sejarah adalah sebagai

berikut :

 Kita akan lebih bijaksana dan arif menentukan langkah-langkah hidup pada

masa kini dan mendatang.

 Sejarah memberikan sejumlah pengetahuan mengenai berbagai kisah yang

terjadi pada masa lalu.

 Sejarah dapat memberikan ilham kepada kita untuk mencetuskan ide,

perilaku, dan karya yang baik dari pada masa sebelumnya.

 Sejarah dapat memberi kesenangan kepada kita untuk melawat dan berwisata

(24)

2.3 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek wisata atau tourist attractions, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya

tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Membicarakan objek dan

atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dengan pengertian “product” dari industri

pariwisata itu sendiri.

Produk wisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan dan

dinikmati oleh wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia

tinggal, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilhnya dan kembali lagi

kerumah dimana ia berangkat semula.

Jadi objek dan atraksi wisata itu sebenarnya sudah termasuk dlm produk

industry pariwisata, karena jika tidak motivasi unutuk berkunjung ke daerah tujuan

wisata itu dapat dikatakan tidak ada. Padahal kita sangat meyakini bahwa pada suatu

daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata (Yoeti, 1984 : 172).

Suatu objek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek diminati

pengunjung yaitu :

a. Something to see yaitu objek wisata trsebut harus mempunyai sesuatu yang

menarik yang bisa dilihat dan dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata.

b. Something to do yaitu wisatawan dapat melakukan sesuatu yang berguna

untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi

baik itu arena bermain ataupun tempat makan.

c. Something to buy yaitu fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah cirri khas atau icon dari derah tersebut, sehingga bisa

(25)

2.4 Motif Perjalanan Wisata

Pada hakikatnya motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu tidak

terbatas dan dibatasai, suatu perjalanan dapat diangap sebagai suatu perjalanan wisata

apabila memenuhi persyaratan, yaitu:

• Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam

• Bersifat sementara waktu

• Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran.

Menurut Robert W.Mc.Intosch yang menjadi dasar motivasi manusia

melakukan perjalanan wisata terbagi dalam 4 kategori, yaitu:

1. Motif Fisik (Physical Motivation) yaitu motif-motif yang berhubungan

dengan kebutuhan badaniah, misalnya untuk beristirahat, olahraga, kesehatan,

dan sebagainya.

2. Motif Budaya (Cultural Motivation) yaitu yang didasarkan atas faktor budaya.

Wistawan dengan motif budaya selaludatang ke tempat tujuan wisata untuk

mempelajari atau memahami tata cara, kebudayaan bangsa atau daerah lain :

kebiasaannya, kehidupan sehari-hari, kebudayaan yang berupa music, tari-tari,

tata bangunan dan sebagainya.

3. Motif Interpersonal (Interpersonal Motivation) yaitu motif yang timbul dari

dalam diri manusia itu sendiri karena adanya hasrat atau keinginan untuk

bertemu dengan orang lain, keluarga, teman, sahabat, atau berkenalan dengan

orang-orang tertentu atau hanya sekedar ingin berjumpa dengan tokoh-tokoh

(26)

4. Motif Status atau Prestise (Statuse and Prestis Motivation) yaitu motif yang

timbul karena adanya kebutuhan ego dan keinginan untuk mengembangkan

(27)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

3.1 Sejarah Kota Medan

Dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan

Tanahnya berawa-rawa seluas 4000Ha. Dan beberapa sungai melintasi Kota Medan

semuanya bermuara ke Selat Melaka. Sungai-sungai itu adalah Sei deli, Sei Babura,

Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan, dan Sei Sulang Saling/

Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus

lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu

merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Dahulu orang menamakan Tanah

Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke sungai Wampu (Langakat)

sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya

tidak mencakup daerah diantara dua sungai tersebut.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba

terutama di muara-muara sungai di selingi pemukiman-pemukiman penduduk yang

berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda

mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah

Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat

Pemerintahan dan Perekonomian di Sumatera Utara.

(28)

Kampung Medan Putri ini didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru

Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Palawi dan beristrikan

seorang Putri Datuk brayan. Dalam bahasa Karo, kata “Guru” berarti “Tabib” ataupun

“Orang Pintar” kemudian kata “Pa” merupakan sebutan untuk seorang Bapak

berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bunderan,

bungkus atau bulat. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai

seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang

diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya.

Dari catatan penulis-penulis Portugis yang berasal dari awal abad ke-16,

disebutkan Kota Medan berasal dari nama “Medina”, sedangkan sumber lainnya

menyatakan Medan berasal dari bahasa India “Meiden”. Yang lebih kacau lagi ada

sebagian masyarakat menyatakan Medan merupakan tempat atau area bertemunya

berbagai suku sehingga disebut sebagai medan pertemuan. Adapula yang mengatakan

ketika para saudagar Arabyang kebetulan melihat tanah Medan sekarang, mengatakan

Median yang berarti datar atau rata dan memang pada kenyataannya Medan memiliki

kontur tanah yang rata mulai dari pantai Belawan hingga daerah Pancur Batu.

Dalam salah satu kamus Karo-Indonesia yang ditulis Darwin Prints SH: 2002,

Kata “Medan” berarti “menjadi sehat” ataupun ‘lebih baik”. Hal ini memang

berdasarkan pada kenyataan Guru Patimpus benar adanya adlah seorang tabib yang

dalam hal ini memilki keahlian dalam pengobatan tradisonal Karo pada masanya.

Medan pertama kali ditempati suku Karo. Hanya setelah penguasa Aceh, Sultan

Iskandar Muda, mengirimkan panglimanya, Gocah Pahlawan bergelar Laksamana

(29)

Deli mulai berkembang. Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi

penduduk maupun kebudayaan Medan. Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua,

Tuanku Panglima Parunggit (1669-1698), terjadi perang kavaaleri dan sejak itu

Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan deli.

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari

1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun

setelah penyerahan kedaulatan, Kota Medan telah bertambah luas hamper delapan

belas kali lipat.

3.2 Letak Geografis

Secara geografis Kota Medan terletak pada 3⁰30’-3⁰43’ Lintang Utara dan

98⁰35’-98⁰44’ Bujur Timur. Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan

berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Batas wilayah Kota

Medan adalah sebagai berikut :

- Utara : Selat Malaka

- Selatan : Kabupaten Deli Serdang

- Barat : Kabupaten Deli Serdang

(30)

KOTA MEDAN

Motto : Bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk

kemajuan Kota Medan Metropolitan

Provinsi : Sumatera Utara

Negara : Indonesia

Minangkabau, Melayu, Karo, Aceh, Tamil

- Agama : Islam (68,83%), Kristen Protestan

(20,27%), Kristen Katolik (2,79%), Budha

(8,79%), Hindu (0,44%)

- Bahasa : Indonesia, Batak, Jawa, Hokien,

Minangkabau, Mandailing, Tamil.

Pembagian Administratif

(31)

- Kelurahan : 115 (Seratus Lima Belas)

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera

Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². kota ini merupakan Pusat Pemerintahan

daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan

dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai

Babura dan Sungai Deli..

Kota Medan mempunyai iklim tropis dan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0⁰C-24,1⁰C dan suhu maksimum berkisar

antara 30,6⁰C-33,1⁰C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar

antara 23,6⁰C-24,4⁰C dan suhu maksimumnya berkisar antara 30,2⁰C-32,5⁰C.

Selanjutnya mengenai kelembapan udara di wilayah Kota Medan rata-rata

78-82%, dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju

penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2006

rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata-rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per

(32)

Table 3.1

LETAK GEOGRAFI BEBERAPA DAERAH DI KOTA MEDAN

Nama Daerah Garis Lintang

(L.U)

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar atau 3,6% dari keseluruhan Wilayah

Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya,

Medan memilki luas wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relatif

besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30’-3⁰43’ Lintang Utara dan

98⁰35’-98⁰44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke

utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, Kota Medan disebelah barat, timur, dan selatan

berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Utara berbatasan lngsung

dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu lintas laut paling sibuk

(33)

Secara relatif Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang

kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan

kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya

sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lain. Kondisi ini

menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai

kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling mengutungkan, saling memperkuat

dengan daerah-daerah sekitarnya.

Disamping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan

memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang

dan jasa, baik perdagangan domestic maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi

geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub

pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

3.4 Kependudukan

Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa penduduk yang besar

dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional.

Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan

dan kesejahteraan secara layak dan merat. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar

dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Program

kependudukannya di Kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia meliputi :

(34)

usia dan harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan

potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang harus ditingkatkan.

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan doperkirakan

telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria,

(1.010.174jiwa > 995. 968). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan

penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperikrakan mencapaikan lebih dari

500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian di Medan

merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan sensus

penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk

Medan 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.

Table 3.2

JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN

Tahun Penduduk

2001 1.926.052

2002 1.963.086

2003 1.993.060

2004 2.006.014

2005 2.036.018

2007 2.083.156

2008 2.102.105

(35)

2010 2.109.339

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan

dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari

kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total

penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk Kota Medan dihuni lebih kurang

1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat

pendidika, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan

demikian Kota Medan secara relatif tersedia yenaga kerja yang cukup, yang dapat

bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industry

manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk periode 200-2004 cenderung mengalami

peningkatan pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi

0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami

peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling

banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Kecamatan Helvetia dan Medan

Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru,

Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di

Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur.

Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang adalah Suku Jawa, Suku Batak

(36)

Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja, dan vihara

Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah disekitar jalan Zainul Arifin

bahkan dikenal sebagai Kampung Madras (Kampung India).

Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun

sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun. Secara historis pada tahun 1918 tercatat

Medan dihuni 43.826 jiwa. Jumlah tersebut 409 orang keturunan Eropa, 35.009

berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 keturunan dari ras

Timur.

3.5 Prasarana dan Sarana Kota Medan

Kota Medan memiliki prasarana dan sarana perhubungan darat jalan raya,

jembatan dan terminal bus, rel kereta api dan stasiun, pelabuhan udara (air-port) dan

pelabuhan laut (sea port/harbour), listrik, telekomunikasi. Dan tersedia juga

perusahaan perjalanan sepeti travel, agent perjalan, dan biro perjalanan. Prasarana

Kota Medan sudah ada pembenahan dan jalan-jalan raya hampir rata-rata sudah bagus

kembali sehingga tidak ada lagi jalan yang rusak hanya saja masih sering tergenang

air dmna-mana jika hujan. Stasiun kereta api juga mulai dibenahi agar akses untuk

ketempat tujuan semakin mudah dan cepat. Bandar udara juga letaknya dipindahkan

ketempat yang lebih strategis jauh dari pemukiman penduduk dan dengan fasilitas

yang memuaskan. Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong perekonomian.

Terminal juga sebaiknya perlu diperbaiki agar dapat mendorong pertumbuhan

(37)

3.6 Tempat-tempat Wisata di Kota Medan

Sebagai salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia, kota Medan juga

memiliki berbagai tempat dan kawasan wisata, baik itu tempat wisata peninggalan

jaman dahulu, maupun tempat wisata yang dibuat pada masa sekarang. Ada banyak

bangunan tua di Medan yang menyisakan arsitektur Belanda. Contohnya : Gedung

Balai Kota Lama, Kantor Pos Medan, Menara Tirtanadi, Titi Gantung (jembatan di

atas rel kereta api), dan juga Gedung London Sumatera, dan ruko yua seperti yang

bisa dijumpai di Penang, Malaysia dan Singapura.

Dengan banyaknya wisatawan di kota Medan, membuat wisatawan baik asing

maupun lokal, juga penduduk kota Medan dan sekitarnya menjadi tertarik untuk

datang ke Kota Medan, selain Medan merupakan Ibu Kota dari Sumatera Utara yang

menjadi pusat kegiatan di Sumatera Utara.

Tabel 3.3

JUMLAH WISATAWAN YANG DATANG KE SUMATERA UTARA

Tahun Jumlah

2003 98.336

2004 112.319

2005 121.052

2006 121.846

2007 134.130

(38)

2009 148.193

2010 162.410

2011 141.342

Total 1.169.839

Tempat atau objek wisata menurut urutan minat

 Wisata Religi

1. Mesjid Al-Osmani

2. Mesjid Raya Al-Mashun

3. Kuil Shri Mariaman

4. Vihara Gunung Timur

5. Gereja Immanuel

6. Graha Bunda Maria Annai Velangkani

 Wisata Sejarah

1. Gedung Balai Kota lam

2. Rumah Tjong A Fie ( daerah Kesawan)

3. Menara Air Tritanadi

4. Museum Perjuangan

5. Istana Maimun

6. Gedung London Sumatera

(39)

 Wisata Minat Khusus

1. Universitas Sumatera Utara

2. Bandara Polonia

3. Pecan Raya Sumatera

4. Taman Buaya (Asam Kumbang)

5. Rahmat Galeri

 Wisata Kuliner

1. Merdeka Walk

2. Ramadhan Fair

3. Amaliun Food Court

4. Pagaruyung

5. Restoran Tip Top

6. Ocean Pasifik

 Wisata Belanja

1. Pajak Ikan Lama

2. Sun Plaza

3. Plaza Medan Fair

(40)

BAB IV

MUSEUM PERJUANGAN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

SEJARAH DI KOTA MEDAN

4.1 Museum Perjuangan Sebagai Objek Wisata

Museum Perjuangan TNI ini dibuka pada tahun 1971, yang terletak di Jl.

Zainul Arifin Medan. Museum ini merupakan salah satu tempat sejarah di kota

Medan karena banyak menyimpan benda-benda bersejarh peninggalan ABRI dan

rakyat Sumatera Utara pada masa melawan penjajah.

Barang-barang peninggalan sejarah di Museum sperti : alat-alat kesehatan

tradisional, senjata yang di gunakan para pejuang untuk mempertahan kan NKRI dari

Belanda dan Jepang, seragam, alat komunikasi (wireless sets), dan lainnya. Museum

ini semata-mata tidak hanya milik TNI saja, tetapi milik rakyat Sumatera Utara dan

warga Indonesia secara umumnya. Siapa saja boleh masuk ke Museum ini dan tidak

di pungut biaya untuk melihat-lihat benda peninggalan sejarah.mengunjungi museum

ini kita dapat membayangkan kehebatan para perjuangan pahlawan di masa lalu.

Museum ini dibuka mulai dari jam 8.00-15.30 dari hari senin smpai jumat. Jumlah

pengunjung setiap hari tidak tentu.

Dalam menjaga, memelihara, dan menlindungi salah satu objek wisata Kota

Medan ini, kepada Pemprov. Pemko Medan dan Dinas Pariwisata Kota Medan

sebaiknya memberikan perhatian, sumbangan dana didalam merawat dan menjaga

(41)

Pada tahun 1928 sebelum menjadi museum, ini merupakan bangunan

Asuransi NV Levensyerzekering Mattschappij Arhnehen. Pada tahun 1942, dijadikan

markas Kempetai Jepang, kemudian pada tahun 1946 direbut oleh para pejuang dari

tangan Jepang dan Belanda. Tahun 1950 dijadikan Markas Komando Teritorium I.

Pada tanggal 21 Juni 1971 museum ini resmi dibuka sebagai tempat peninggalan

benda-benda bersejarah, dan barulah pada 5 Oktober 1996 diresmikan renovasi

museum ini dan menetapkan namanya menjadi Museum Perjuangan TNI.

Museum ini memilki 2 lantai, lantai satu memasuki ruangan koleksi sseperti

senjata-senjata tradisional, alat-alat kesehatan pada waktu itu, alat komunikasi,

arsip-arsip-arsip mengenai pada waktu perang dahulu, senjata-senjata yang direbut dari

penjajahan, seragam sejumlah pahlawan kemerdekaan yang namanya diabadikan

sebagai nama jalan di Kota Medan. Terdapat pula mesin ketik royal, yang digunakan

pada saat menghancurkan pemberontakan di Tapanuli. Mesin ketik Datio digunakan

untuk menulis berita, yang merupakan rampasan Laskar Rakyat pada saat merebut

tansi Militer Jepang di Mariendal. Suasan tempo dulu dan heroik semakin terasa saat

memperhatikan sekeliling karena dinding terpajang beberapa foto dan lukisan Kota

Medan tempo dulu serta para pejuang

Ada foto Tjong Afie tahun 1920, Kesawan (1900), Kantor Pos Medan (1960),

jalan Sutomo (1960), Lukisan Lapangan Merdeka yang dulunya bernama Lapangan

Fukuraido saat pengibaran bendera tanggal 17 Agustus 1945. Ada juga foto Kolonel

A Manaf Lubis, Kononel Djamin Ginting, Panglima Divisi IV TKR Sumatera Timur

(42)

pimpinan tentara saat itu. Dan ada juga beragamjenis uang tempo dulu baik dari

Indonesia maupun dari negara luar sperti uang dari Ceko, Belanda dan negara

lainnya. Diruang ke dua berada di lantai dua, juga terlihat sejumlah foto-foto

Pangdam II/BB dari yang pertama hingga yang terakhir.

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ketika itu membuata senapan ala kadarnya,

namun dimasanya senjata ini merupakan suatu prestasi tersendiri. “Senjata Tunggu

Dulu” ini dibuat di Bandung dan digunakan TKR/ Laskar Rakyat di Sumatera utara

untuk menghadapi serangan agresi Militer Belanda I dan II di font Medan Area dan

Perang Gerilya pada tahun 1945 hingga 1949.

4.2 Museum Perjuangan Sebagai Objek Wisata Sejarah

Sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak lepas dari peran para pahlawan

yang begitu gigih meraih dan mempertahankan kemerdekaan pada masa lampau. Ribuan

nyawa yang gugur merupakan bukti semangat dan daya juang yang tinggi yang ditunjukan

oleh para pahlawan dan pejuang tanah air. Di beberapa tempat, gerakan perjuangan tersebut

diabadikan dalam MUSEUM.

Sebagai genarasi muda harus meneladani semangat dan perjuangan para

pahlawan kemerdekaan. Hal itu penting sebagai bekal dalam mebangun kesejateraan

bangsa. Dan kita dapat melihat pula sisa-sisa peninggalan perjuangan para pahlawan

yang dapat membuat kita sebagai generasi muda semangat dan termotivasi untuk

membina negara.

Jika setiap elemen bangsa memilki kesadaran unutuk mengimplikasikan

(43)

bangsa dan masalah-masalah sosial lainnya akan dapat dihadapi dan diatasi bersama.

Rasa saling menolong dan peduli satu sama lain menunjukkan bahwa generasi muda

memiliki sifat patriolisme dan nasionalisme.

Ada dua kondisi aktual yang berkembang dalam bangsa ini menyikapi dua

tantangan yaitu ; pertama, menjaga kemurnian esensi dan hakikat Nasionalisme yang

berarti juga menjaga kemurnian nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, berupa secara aktif

mengantisipasikan perkembangan bangsa dan bernegara.

Museum memilki potensi untuk membekali generasi muda bangsa dengan

mentalis yang baik, melalui penggalian (value explore), dan pentransformasian serta

internalisasi nilai-nilai luhur/kearifan lokal (lokal wisdom) yang terdeposit dalam

tinggalan budaya generasi pendahulu, berasal dari hasil karya seni, arkeolog, dan

artefak sejarah serta ilmu pengetahuan. Suatu nilai yang intangible (tidak tersentuh),

abstrak, namun sangat bermanfaat untuk membentengi bangsa ini dari dampak negatif

era globalisasi dan kemajuan teknologi datang dari barat. Dengan demikian,

masyarakat akan dapaat memilih serta memilah mana budaya yang dapat diadaptasi

dan mana yang tidak.

Dalam konteks Indonesia, Nasionalisme yang mendasarkan diri pada

nilai-nilai Kemanusiaan (Perikemanusiaan) yang hakiki dan bersifat asasi. Dengan

berjalannya waktu, semangat heroik dan janji yang terkenal dengan Sumpah Pemuda

itu mengalami pergeseran arti maupun pemahamannya. Arti Sumpah Pemuda tentu

berbeda dari perjuangan dulu. Bila dulu dijadikan sebagai alat pemersatu, maka

(44)

4.3 Sejauh Mana Museum Perjuangan Menjadi Objek Wisata Sejarah di

Kota Medan

Museum adalah wadah yang mencakup bukti dan data sejarah Indonesia,

khususnya Sumatera Utara. Banyak sekali museum yang terdapat di Kota Medan,

tetapi kurangnya minat pengunjung untuk datang ke museum itu sangat sedikit.

Dengan demikian untuk memelihara, merawat, dan melindungi salah satu objek

wisata di Kota Medan Pemko Medan dan Dinas Pariwisata harus sama-sama menjaga

dan melestarikan salah satu objek wisata ini.

Pemerintah lebih memperhatikan lagi museum yang ada karena di museum

semuanya terdapat berbagai benda-benda bersejarah dari para pahlawan yang telah

berjuang mempertahankan Tanah air dari para penjajah. Untuk itu pemerintah

meningkatkan kualitas masyarakat melalui pembelajaran, meningkatkan penghargaan

masyarakat terhadap warisan Budaya dalam rangka meningkatkan identitas dan

kebanggaan Nasional.

Disisi lain juga menjaga dan merawat Museum sebagai aset Bangsa dari

pariwisata. Karena museum juga telah menjadi jendela dalam memperkenalkan

kebudayaan sebuah negara dan sebagai tempat untuk memamerkan koleksi yang

menarik dan bernilai tinggi. Museum juga sebagai Landmark dari sebuah daerah dan

menjadi destinasi wisata. Tugas dan fungsi museum dinyatakan untuk melayani

penyajian informasi kepada masyarakat dalam rangka pembelajaran dan peningkatan

apresiasinya.

Jika berpikir tentang kontrol pemerintah terhadap museum, maka logikanya

(45)

kepada pemerintah sepenuhnya. Namun museum juga merupakan institusi publik

yang memiliki akuntabilitas publik, museum memilki tanggung jawab kepada

masyarakat yang dilayaninya, maka dari itu museum memilki tugas yang tidak mudah

untuk terus berkembang bersama masyarakat namun juga tetap berada dalam jalur

kebijakan perintah. Museum juga merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan

dan dirawat agar tetap terjaga bangunannya menjadi daya tarik wisata yang mampu

menghasilkan devisa. Untuk itu betapa pentingnya kehadiran museum, jangan

sampek museum dianggap gudang rongsokan, tetapi museum adalah gudang ilmu

pengetahuan.

4.4 Peranan Bangunan Bersejarah Sebagai Pusaka Budaya Dalam

Kepariwisataan

Kebudayaan, di definisikan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem

gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (1983:182).

Kebudayaan merupakan suatu cara adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Ciri

suatu tekanan lingkungan yang spesifik berperan sebagai pemicu timbulnya

perubahan kebudayaan (Clide,1951:35). Makmur (2011), mendefinisikan budaya

sebagai keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung sistem

pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan lain-lain

kemampuan serta kebiasaan yang diterima oleh masyarakat. Artinya, nilai budaya

(46)

konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal

yang mereka anggap bernilai, berharga, dan paling penting dalam hidup, sehingga

dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada

kehidupan warga masyarakat

Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia berpenduduk sangat

heterogen dengan kehidupan multicultural yang sudah dikenal sejak ibukota Provinsi

Sumatera Utara ini pada abad ke-16. Pola kehidupan plural sejak pra-Indonesia

seperti itu tercermin juga dalam kebudayaan fisik kotanya melalui ratusan bangunan

bersejarah tinggalan colonial yang sangat menarik, yang saat ini dapat disaksikan

terutama dalam berbagai fungsi baru seperti rumah tinggal, kantor, hotel, rumah took,

tempat peribadatan, rumah sakit dan sekolah. Secara estetika, bangunan tersebut pada

umumnya merupakan paduan gaya, desain dan arsitektur Melayu, Belanda, India,

Inggris,dan Cina, sebagai akomodasi dan karaktaristik sejarah Kota Medan sendiri,

yang dapat ditelusuri sejak era penanaman tembakau Deli di Sumatera Timur pada

tahun 1863 (Dalam Surbakti, 2010).

Upaya perlindungan terhadap bangunan bersejarah di kota Medan sudah

dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dengan menerbitkan pada nomor 6 tahun

1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Yang Bernilai Sejarah,

Arsitektur, Kepurbakalaan, serta Penghijauaan dalam Daerah kota Medan. Namun,

Perda hanya mencantumkan 42 bangunan yang dilindungi. Ironisnya, tiga diantaranya

sudah dihancurkan. Misalnya eks Mega Ektra (2002), eks Bank Modern(2004), dan

(47)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang

Cagar Budaya :

1. Bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud

pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman

dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola

secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam

rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

2. Bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam

pengaturan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya.

3. Bahwa cagar budaya berupa benda. Bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu

dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta

untuk melindungi, mengembangkan, dan memamnfaatkan cagar budaya.

4. Bahwa dengan adanya perubahan paradigm pelestarian cagar budaya, diperlukan

keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis,dan ekonomis guna

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5. Bahwa undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tetang Benda Cagar Budaya sudah

tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hokum dalam

masyarakat sehingga perlu diganti.

6. Bahwa berdasrkan sebagaimana dimaksud dalam makna pelestarian pusaka

(48)

manfaatnya bagi kehidupan dan kesajteraan masyarakat. Pusaka buday merupakan

sumber daya budaya yang memilki berbagai estetika, dan asosiasi/simbolik

(49)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada tahun 1928 sebelum menjadi museum gedung ini merupakan bangunan

Asuransi NV Levensyerzekering Mattschappj Arhnehen. Kemudian pada tahun 1942

dijadikan markas Kampetai Jepang, pada tahun 1946 direbut oleh para pahlawan dan

pejuang dari tangan Jepang dan Belanda dan dijadikan markas Komando teritorium I

tahun 1950. Museum ini dibuka dan diresmikan sebagai tempat peninggalan

benda-benda bersejarah pada tahun 1971. Dan barulah pada tanggal 5 Oktober 1996

diresmikanrenovasi museum ini dan menetapkan namanya menjadi Museum

Perjuangan TNI. Terdiri dari 2 lantai, lantai satu ruang koleksi benda atau alat-alat

kesehatan pada waktu itu, ada juga koleksi senjata, foto-foto pada saat peperangan

dan lukisan-lukisan yang mengambarkan keadaa kota Medan pada waktu itu. Lantai

keddua ruang diman tempat baju-baju para pejuang dan terdapat juga foto-foto

Pangdan II / BB dari yang pertama sampai yang terakhir.

Sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak terlepas dari peran para

pahlawan yang sangat gigih mempertahnkan kemerdekaan dari masa lampau

khususnya Sumatera Utara. Para pejuang begitu sangat cinta Tanah Air rela

berkorban demi membela negara dan merebutnya dari tangan Jepang dan Belanda.

Jika setiap elemen bangsa memiliki kesadaran untuk mengimplikasikan nilai-nilai

luhur para pahlawan dan para pejuang bangsa, maka permasalahan bangsa dan

(50)

melalui internalisasi nilai-nilai luhur/ kearifan lokal. Suatu nilai yang intangible

(tidak tersentuh), abstrak, namun sangat bermanfaat untuk membentengi bangsa dari

dampak negative era globalisasi dan kemajuan teknologi yang datang dari barat.

Nilai-nilai nasionalisme yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan yang

hakiki dan bersifat asasi.

5.2 Saran

Pemerintah harus lebih lagi memperhatikan museum karena museum telah

menjadi jendela dalam memperkenalkan kebudayaan sebuah negara dan sebagai

tempat untuk memamerkan koleksi yang menarik dan bernilai tinggi. Khususnya di

kota Medan pemerintah nya lebih peduli lagi terhadap museum karena museum

merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai histori yang tinggi

dan sebagai aset bangsa yang harus di jaga karena sebagai salah satu objek wisata

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ismaun, H. 1990. Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: FPIPS IKIP Bandung

Surbakti, Asmyta 2010. Penghancuran Estetika Kota Bangunan Bersejarah Di Kota Medan. http://isi.dps.ac.id. 30 September 2012

Surbakti, Asmyta 2009. Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan. http://unud.ac.id. 30 September 2012

Pitana, I. Gede. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta: Andi

Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: Pradaya Paramita

Wikipedia. 2011. Kota Medan. http://google.com. 25 Oktober 2012

Wahyuliani, Sri. 2011. Menumbuhkan Kembali Semangat Nasionalisme Pemuda Indonesia. http://museumindonesia.net. 25 Oktober 2012

http://id.m.wikipedia.org/wiki/sejarah. 25 Oktober 2012

(52)

LAMPIRAN

1.

Data Informan

1. Nama : Ali Huddin Pardosi, Sos

Alamat : Asrama Kodam Tuntungan Jl. Lap. Golf Block Mawar No.42 Tuntungan

Pejerjaan : Pelajar (sebagai pereka sejarah di museum) Umur : 16 thn

(53)

2. Dokumentasi

Courtasy of, Rizky, 2012

(54)

Courtasy of, Rizky, 2012

Gambar

Table 3.1 LETAK GEOGRAFI BEBERAPA DAERAH DI KOTA MEDAN
Table 3.2 JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain objek wisata tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tersebut.. Something To Do

Bila kita lihat lebih dalam, selain sebagai sarana hiburan pariwisata juga merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara yang memiliki daerah objek wisata yang menarik,

BAB IV RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN 4.1 Keunikan dari Rumah Tjong A Fie

menjadi salah satu daya tarik di kota Medan, Sumatera Utara, dengan beragam koleksi mengagumkan berbagai binatang liar diawetkan yang berasal dari tempat berburu di berbagai

Pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa negara setelah sektor migas dan non migas. Selain itu pariwisata merupakan lahan yang menjanjikan bagi pertumbuhan perekonomian

Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi daya tarik Museum Negeri Sumatera Utara sebagai tempat wisata masyarakat di Kota Medan, 3.. Untuk mengetahui peran museum

Selain itu, sektor pariwisata saat ini juga menjadi salah satu sektor unggulan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam mendapatkan pendapatan negara “

Dalam pengembangan potensi pariwisata tidak diragukan lagi mempunyai dampak terhadap perekonomian daerah tujuan wisata, sektor pariwisata merupakan sistem kegiatan