• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa indonesia kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa indonesia kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MI

AL-HUSNA JURANG MANGU TANGGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Pendidikan

oleh:

SAIFUDDIN

NIM 208018300013

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Saifuddin,NIM: 208018300013. Skripsi. Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Media Gambar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Al-husna Jurang Mangu Tangsel. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar agar siswa kelas V di MI Al-Husna mencapai KKM. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, tahap observasi, refeksi, dan keputusan. Siklus pertama dilakukan 3x pertemuan, sedangkan pada siklus kedua dilakukan 2x pertemuan.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Al-husna Jurang Mangu Tangsel tahun pelajaran2013/2014.

Hasil penelitian adalah. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar sebesar 75%. Siswa yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal 70. Dari hasil penelitian pada siklus I siswa yang sudah mencapai KKM sebesar58%, dengan skor rata-rata 6,96 dan pada siklus II hasil belajar meningkat sebesar 88,5% dengan skor rata-rata 10,62 jadi peningkatanya yakni 30%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep keterampilan diskusi siswa dapat meningkat melalui penerapan media gambar.

(6)

Saifuddin, NIM: 208018300013. Thesis. Speaking Skills Improvement by Using Media in Learning Indonesian Image Class V MI Al-Husna Canyons Mangu Tangsel. Government Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2015.

This research aims to improve speaking skills using media images to fifth grade students at MI Al-Husna reached KKM. The method used in this research is using classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation phase, refeksi, and decisions. The first cycle is done 3x meeting, while the second cycle is done 2x pertemuan.Subjek in this study were students of class V MI Al-Husna Canyons Mangu Tangsel years pelajaran2013 / 2014.

Results of the study are. Indicators of success in the study of completeness study visits by 75%. Students who achieve the minimum completeness criteria 70. From the results of the study in the first cycle of students who have reached KKM sebesar58%, with an average score of 6.96 and the second cycle learning outcomes increased by 88.5% with an average score of 10, 62 so peningkatanya namely 30%. Based on these results it can be concluded that student learning outcomes in the concept of student discussion skills can be improved through the application of image media.

(7)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT dan shalawat serta salam semoga tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulilah skripsi yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Berbicara menggunakan Media Gambar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Al-husna” ini selesai ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan trimakasih kepada semua pihak yang sangat tulus telah memberikan dukungan dan motivasi dalam segi apapun , terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fauzan, MA., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

3. Dra. Hindun, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, dorongan dan ilmu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah begitu banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

(8)

dalam suka dan duka mengerjakan skripsi ini, akhirnya skripsi ini bisa diselesaikan.

7. Sahabat-sahabat tersayangku Mustofa Lutfi, Purwa Hendra, Abu Musal, Hilda Amalia Putri, Khoironi, Sri Mulyani, Rina Faradita, Desi Rosmayanti, Lailatul Musyarofah, Fatihatul Mahasin, Mukhlis, Ahmad Yani, Zulfia Zahra, Aryadini, Umi Atiyah, Fitriani Rifah yang telah banyak membantu dan memberikan inspirasi, kebersamaan dan hari-hari indah bersama kalian yang tak pernah terlupakan.

8. Teman-teman tercinta Mahasiwa/i UIN khususnya teman-teman satu angkatan Jurusan Pendidkan Guru Ibtidaiyah angkatan 2008 yang slalu

membantu untuk ikut mendo’akan penulis serta memberikan motivasi agar

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu dan memberikan dorongan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik, doa dan harapan yang dihaturkan dari semua pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasanpahala yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun dari berbagai pihak tetap penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb

(9)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. KAJIAN TEORI A. Hakekat Keterampilan Berbicara ... 4

1. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 4

2. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara ... 6

3. Karakteristik Keterampilan Berbicara ... 18

4. Guna Keterampilan Berbicara ... 20

B. Media ... 20

1. Pengertian Media ... 20

2. Media Gambar ... 23

a. Pengertian Media Gambar ... 23

(10)

e. Pemeliharaan Media Gambar ... 25

f. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar ... 26

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 26

1. Perbedaan Pengajaran dan Pembelajaran ... 28

2. Teori Pembelajaran ... 28

3. Jenis-Jenis Pembelajaran ... 29

D. Penelitian yang Relevan ... 31

E. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan SiklusPenelitian ... 33

1. Metode Penelitian ... 33

2. Intervensi Tindakan atau Perencanaan Siklus Penelitian ... 34

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 34

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 35

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Data dan Sumber Data ... 37

H. Instrument-instrumen Pengumpulan Data ... 38

1. Instrument Tes ... 38

2. Instrumen Nontes ... 38

a. Catatan Lapangan ... 38

b. Wawancara ... 38

c. Lembar Observasi ... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ... 39

J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis... 40

(11)

c. Hasil Belajar ... 41

2. Interpretasi Data ... 41

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 43

1. Perencanaan ... .. 43

2. Pelaksanaan... ... 43

3. Pengamatan ... 43

4. Refleksi ... 43

5. Penilaian ... 44

BAB IV.DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRESTASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah... 45

1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Al-Husna Jurang Mangu ... 44

2. Visi dan Misi ... 45

3. Sarana dan Prasarana ... 46

a. Fasilitas Sekolah ... 46

b. Waktu Pembelajran ... 47

c. Keadaan Guru ... 47

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Intervensi Tindakan ... 48

1. Siklus 1 ... 49

a. Tahap Perencanaan ... 49

b. Tahap Pelaksanaan ... 50

c. Tahap Observasi ... 51

d. Tahap Refleksi ... 54

e. Keputusan ... 58

2. Siklus 2 ... 60

a. Tahap Perencanaan ... 60

b. Tahap Pelaksanaan ... 60

(12)

D. Pembahasan ... 71

1. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran ... 71

2. Deskripsi Tingkah Laku Guru dalam Pembelajaran ... 73

3. Deskripsi Hasil Pembelajaran ... 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 76

B. Saran ... 76

(13)

Tabel 1.2 : Teknik Pengumpulan Data ... 40

Tabel 1.3 : Klasifikasi Aktifitas Guru ... 41

Tabel 1.4 : Tabel Pembobotan Penilaian ... 42

Tabel 1.5 : Tabel Diskusi Kelompok ... 44

Tabel 2.1 : Sarana dan Prasarana ... 46

Tabel 2.2 : Keadaan Guru/ Tenaga Pengajar MI Al-Husna Jurang Mangu Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 48

Tabel 2.3 : Hasil Pretest di Kelas V MI Al-husna Jurang Mangu ... 51

Tabel 2.4 : Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Saat Pre-test ... 52

Tabel 2.5 : Hasil Pre-Test ... 56

Tabel 2.6 : Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Saat Post-Test ... 59

Tabel 2.7 : Hasil Post-Test ... 62

Tabel 3.1 : Aktivitas Guru Selama Porses Pembelajaran Saat Post Test ... 72

Tabel 3.2 : Hasil Post-Test Diskusi Kelompok I ... 65

Tabel 3.3 : Hasil Post-Test di Kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu . 68 Tabel 3.4 : Hasil Pretest di Kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu ... 69

(14)
(15)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam setiap proses pembelajaran selalu melibatkan pendidik dan peserta didik, maka diperlukan hubungan timbal balik yang baik antara guru dan keduanya sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran melibatkan kemampuan fisik, kemampuan mental, dan kemampuan sosial.

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD(Sekolah Dasar) dan MI (Madrasah Ibtidaiyah) pada salah satu SK(Standar Kompetensi) untuk siswa kelas V Semester satu khususnya aspek berbicara adalah sebagai berikut; mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara. Dalam hal ini dijabarkan ke dalam “KD (Kompetensi Dasar) yaitu menceritakan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar"

Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Masalah yang dihadapi adalah rata-rata hasil belajar siswa masih dibawah KKM (65), pembelajaran keterampilan berbicara di MI Al-Husna kurang maksimal,guru cenderung lebih dominan pada pembelajaran teori kebahasaan, maka keterampilan berbicara belum tercapai secara optimal, terbukti siswa masih takut untuk mengemukakan pendapat, malu bertanya , kurang percayadiri dalam berkomunikasi, sulit untuk mengungkapakan kembali isi cerita dan sebagainya.

(16)

pembelajaran tidak terkesan monoton. Dengan media ini diharapkan anak terangsang untuk menggunakan daya indera pendengarannya secara maksimal untuk menyimak cerita guru. Setelah anak menyimak cerita guru, daya imajinasi anak akan muncul selaras dengan alur dan tokoh cerita guru, dan akhirnya anak mempunyai kemampuan menceritakan kembali sesuatu yang telah diceritakan oleh gurunya dan juga dapat mengadopsi perilaku positif dari tokoh cerita. Kemampuan anak untuk menceritakan kembali isi cerita merupakan modal dasar anak dalam melatih aspek keterampilan berbicara.

Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara, karena tidak dipergunakannya alat peraga atau gambar yang membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya. Siswa juga kurang menguasai keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Karena itu, penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara melalui media gambar perlu dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan media gambar, peneliti mengangkat judul ini yaitu:

“Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Media

Gambar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Al-husna”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan-permasalahan yang timbul berkaitan dengan rendahnya kemampuan berbicara yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Rata-rata hasil belajar siswa dibawah KKM (65)

2. Pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah dasar MI-Al-husna kurang maksimal.

(17)

Agar pembahasan tidak terlalu meluas dan lebih terfokus pada pokok masalah perlu dilakukan pembatasan masalah. Skripsi ini hanya dibatasi pada pembahasan upaya untuk meningkatkan kemampuan bercerita atau berbicara melalui penggunaan media gamabar cerita. Gambar cerita yang dimaksudkan di sini adalah terdiri dari beberapa gambar seri yang apabila dirangkai akan mempunyai sebuah makna cerita. Upaya tersebut dilakukan oleh peneliti dikelas V smester ganjil di MI Al-husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasakan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V MI Al-HusnaTanggerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui melalui media gambar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia bagi siswa V MI Al-HusnaTanggerang Selatan .

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

Dengan hasil penelitian ini diharapkan siswa-siswi dapat lebih meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia agar prestasi belajar siswa lebih baik, khususnya keterampilan berbicara meningkat.

2. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan cara mengajar dan media yang disebutkan dalam mengaplikasikan konsep/materi sesuai dengan keterampilan sehingga mutu pembelajaran dikelasnya meningkat.

3. Kepala Sekolah

(18)

A. Hakikat Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Tarigan mengungkapkan bahasa“berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”1 Sebagai peluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audiblej) dan kelihatan (visible)yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. selanjutnya Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan berbahasa kedua setelah menyimak bunyi-bunyi bahasa tersebut. Selain pendapat tersebut, Brown menyatakan bahwa berbicara sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Lee yang menyatakan bahwa berbicara adalah suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, isi, hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dipahamai oleh orang lain. Hal ini berarti berbicara dapat diartikan sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat menyampaikan sesuatu pada orang lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya.2

Berbicara selalu ada hubungannya dengan aspek mendengar, karena siswa dapat berbicara setelah mendengar lebih dahulu. Penerapan aspek berbicara dalam pendekatan linguistik kontrastif dimulai dari pengajaran cakapan (diskusi,dialog)struktur kalimat tanya yang digunakan oleh guru selalu dibandingkan dengan B1, juga berbentuk struktur kalimat tannya.

1

Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar (Depok : Nufa Citra Mandiri, 2013) h. 193

(19)

Penerapan latihan berbicara dengan cara menafsiri atau menceritakan gambar atau benda, juga dapat memperlancar pengajaran berbicara. Gambar seri dapat memudahkan para siswa berbicara daripada gambar tunggal. Benda tiruan atau benda sebenarnya dapat dijadikan bahan pengajaran berbicara. Apalagi benda-benda sebenarnya itu siswa dapat memegang atau memiliki satu persatu.3

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Peserta didik harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan materi saja, tetapi peserta didik mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat berkomunikasi.

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya suatu kemampuan yang dimiliki sesorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada didalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antar penutur dan mitra tutur.

Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi arikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasa, serta perasaan4. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tandayang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik.5

3

Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif,(Jakarta: Bulan Bintang,1980) h.209-210

4

Tarigan, 1983:14

5

(20)

2. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara

Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain diskusi, pidato (menjelaskan, menghibur), ceramah dan sebagainya. Jenis-jenis keterampilan berbicara tersebut adalah:

a. Diskusi

Diskusi berasal dari kata latin “discutere” , yang berarti bertukar pikiran. Akan tetapi belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang tereatur dan terarah, baik kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai masalah.6 Diskusi juga diartikan suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok.7

Diskusi ialah proses pelibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka,mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar-menukar informasi untuk memcahkan masalah. Pada hakekatnya diskusi ialah percakapan dalam bentuk lanjut.8

Metode diskusi ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai aternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Diskusi yang baik adalah bukan semata timbul dari peran guru. Akan tetapi lebih dapat apabila timbul darimurid setelah memahami masalah dan situasi yang dihadapinya. Tetapi dalam hal ini guru/dosen dapat pula membrikan arahan kepada peserta didik dalam memperoleh tema/ masalah yang tepat untuk didiskusikan, yang sebelumnya peserta didik diberikan tugas untuk mempelajari, memahami dan menganalisis masalah yang akan dijadikan topik diskusi.9

6

Midar G. Arsad Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1988), h.37

7

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Bebahasa, (Bandung: Angkasa,1993), h. 36

8

Djago Tarigan. H.G. Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa), h.128

9

(21)

Ada beberapa kelebihan metode diskusi (kelas maupun kelompok antara lain (1) memungkinkan adanya interaksi antara siswa dan guru, juga antara siswa dan siswa, (2) guru dapat membaca pikiran siswa tentang konsep yang baru dipelajarinya, seperti menilai pemahaman meraka apakah mereka salah mengerti atau bisa terhadap konsep baru tersebut.Persoalan yang tepat untuk didiskusikan (1) menarik perhatian siswa, (2) sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, (3) memiliki lebih dari satu kemungkinan pemecahan atau jawaban, (4) pada umumnya tidak mencari jawaban mana yang benar, melainkan mengutamakan pertimbangan dan perbandingan.

Metode diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila siswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar tentang masalah yang akan didiskusikan. Maka metode ceramah dapat dimanfaatkan untuk menerangkan teori atau konsep sebelum diskusi dilaksanakan.

1. Prasyarat diskusi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

a) Konsep dasar untuk pemecahan masalah dalam diskusi telah dipahami oleh siswa

b) Pokok-pokok masalah/kasus yang kan dibahas harus jelas.

c) Peran guru adalah membingbing diskusi, bukan memberi ceramah. 2. Sikap peserta diskusi

Ada beberapa hal yang hrus dipatuhi oleh para peserta diskusi agar diskusi berhasil, yakni:

a) Perhatian terfokus pada diskusi, artinya seluruh peserta perhatiannya harus terpusat pada masalah yang didiskusikan.

b) Tidak ada yang bicara sendiri atau diskusi kecil, kecuali mereka yang diberi kesempatan untuk berbicara, dan semua harus memperhatikan dengan sepenuh hati kepada yang sedang diberi kesempatan untuk berbicara.

c) Menghargai pendapat orang lain walaupun mungkin pendapatnya berbeda atau bahkan bertolak belakangdengan pendapatnya.

d) Mau mendengar orang lain, tidak hanya mau didengar orang lain.

(22)

sangat terpaksa, karena pembicaraan sudah keluar dari fokus pembicaraan.10

3. Pimpinan Diskusi

Pemimpin diskusi dalah seorang yang bertugas memimpin diskusi agar diskusi berjalan dengan baik dan lancar. Peran pemimpin diskusi adalah sebagai pengatur jalannya diskusiagar lancar, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota kelompok tertentu, menjaga agar berbicara menurut giliran tidak serempak, menjaga pembicaraantidak dikuasai oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara, membuka kesempatan bagi orangorang tertentu (pemalu, penakut) untuk mengemukakan pendapatnya, mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggota. Sebagai dingding penangkis artinya pemimpin diskusi menerima pertanyan, pernyataanatau komentar dari anggota, kemudain melemparkan kembali kepada anggota.

4. Mengelola Kelompok Diskusi

Agar diskusi berjalan dengan baik dan hasilnya optimal serta efektif dan efisien, diperlukan pengelolan sebaik-bainya, yang paling tidak berupa langkah-langkah meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

a) Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk memilih teman mereka dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan slah satu nil;ai kewarganegaraan yaitu kebebasan berkelompok. Di samping itu apabila mereka memilih sendri dimungkinkan mereka sedang saling mengenal dengan baik dan akan berkerja sama dengan sebaik-bainya.

Banyakanya anggota dalam satu kelompok memaang tidak ada aturan yang pasti. Tetapi perlu diingat apabila anggota kelompok terlalu banyak kurang efektif, bahkan dimungkinkan ada beberapa anggota anggota kelompok yang hanya sekedar menumpang nama saja.

10

(23)

b) Pengaturan Tempat

Idealnya ada ruang-ruang kecil yang cukup ahnya menampung sejumlah anggota kelompok 5-7 orang, sehingga masing-masing kelompok dengan leluasa bekerja sama/ diskusi bersama tanpa gangguan dari kelompok lain. Mereka supaya memilih sendri ketua kelompok mereka secara musyawarah.

Jika ruangan-ruangan kecil tidak ada adpat disiasati agar mereka mencari tempat yang dirasa kondusif untuk berdiskusi. Diberikan kesempatan secara bebas untuk menentukan tempat agar mereka dapat melaksanakan berdiskusi kelompok dengan sebaik-baiknya.

c) Pelaksanaan Diskusi Kelompok

Sebelum mereka menuju tempat-tempat untuk diskusi kelompok, guru menjelakan dahulu permsalahan yang perlu didiskusikan. Paling tidak guru harus menjelaskan terlebih dahulu tema yang mereka akan diskusikan, sehingga mereka telah memahami permasalahan yang harus mereka diskusikan.

Siswa juga harus diberi tahu, agar mereka memilih ketua kelompok dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk diskusi kelompok, dan setelah diskusi kelompok, masing-masing segera kembali ke kelas, untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka secara bergantian.sedangkan kelompok yang belum/sudah menyajikan hasil diskusi kelompok mereka berperan sebagai audien yang bertugas memberikan sanggahan pertanyaan, atau mungkin saran atau masukan kepada kelompok penyaji. Kelompok penyaji diberikan waktu secukupnya untuk menyajikan hasil diskusi kelompok mereka, misalnya paling lama 7 menit. Dalam hal ini guru bisa bertinak sebagai moderator.

Adapun hamabatan dalam diskusi antaralain.

1) Hambatan dari peserta didik. Mengingat bahwa peserta didik berlatar belakang yang bermacam-macam ada yang rajin dan ada yang malas, ada yang pendiam dan ada yang banyak bicara dan sebagainya.

(24)

3) Hambatan dari media, sarana prasarana. Penataan ruangan diupayakan sedemikian rupa agar semua siswa dapat melihat siswa lain, juga tempat duduk pemimpin diskusi, biasa melihat semua peserta diskusi, sehingga lebih komunikatif.

Beberapa upaya guru agar diskusi berhasil

Ada beberapa yang harus dilakukan dan diupayakan gutu, agar diskusi berhasil dengan baik, yaitu:

1) Masalahnya harus kontroversial, artinya mengandung pertanyaan dari peserta didik.

2) Guru harus menetapkan dirinya sebagai pemimpin diskusi.

3) Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya.11

5. Manfaat diskusi

1) Diberikan bila siswa telah memliki konsep atau pengalaman terhadap bahan yang akan didiskusikan, oleh karean itu sebelum diskusi guru hendaknya telah memberikan penjelasan tentang bahan yang akan didiskusikan.

2) Memperdalam pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. 3) Melatih siswa mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

4) Melatih siswa mengahadapi masalah secara berkelompok, berpikir bersama memecahkan masalah yang mereka hadapi.

6. Kelemahan metode diskusi

1) Tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung pada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya. 2) Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang bhelum poernah

dipelajari sebelumnya.

3) Jalanya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.

4) Tidak semua topik dapat dijadikan poko diskusi, tetapi hanya beberapa hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

11

(25)

5) Diskusi yang mendalam perlu waktu yang banyak.

6) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, biasanya sulit untuk membatasi pokokmasalahnya. 7) Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan

pendapatnya.

8) Jumlah siswa didalam kelas yang teralalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

7. Usaha mengatasi kelemahan metode diskusi

1) Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok.

2) Agar tidak menimbulkan “kelompok-isme”, ada baiknya bila untuk setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompokbaru dengan cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok.

3) Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah.

4) Mengusahakan penyesuaian dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi.

5) Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.12

Panel adalah suatu bentuk diskusi yang dihadapkan sejumlah partisipan atau pendengar. Suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandanganya dari berbagai segi mengenai suatu masalah. Diskusi ini melibatkan sekelompok kecil peserta yang melakukan pembicaraan informal tentang suatu topik tertentu yang sebelumya telah dislidiki dengan teliti oleh para peserta diskusi.

1) Menentukan topik dan tujuan

Sebelum seminar dialaksanakan, perlu ditentukan terlebih dahulu topik atau masalah yang akan diseminarkan.

12

(26)

2) Penentuan waktu dan tempat

Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau nasional, umpamanya : Bulan bahasa, Hari Ibu, Hari Pendidikan Nasiaonal. Jika seminar itu bersekala kecil penentuan waktu perlu diperhatikan, sehingga dapat dihadiri oleh beberapa peserta.

3) Persiapan fasilitas

Segala kebutuhan dan kelancran seminar sebaiknya dipersiapkan sebaik-baiknya.

b. Pidato

Pidato adalah berbicara didepan umum, jika bersifat ilmiah disebut ceramah. Teks pidato adalah bahan tertulis yang digunakan untuk berpidato, bila dibuat sendiri oleh pemidato disebut naskah pidato. Manfaat teks pidato antara lain:

a) Dapat menyampaikan gagasan dengan tertib, teratur dan lancar. b) Dapat menyampaikan gagasan dengan bahasa yang baik dan benar. c) Dapat menghindari kealpaan.

d) Memiliki bukti autentik bila sewaktu-waktu diperlukan Cara menyusun teks pidato yaitu:

a) Bagian awal

Berisi ucapan salam, ucapan penghormatan kepada hadirin, ucapan puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penegasan bahwa persoalan yang disampaikan memang penting, penyampaian latar belakang masalah. Dan tanpa menonjolkan subjektivitas.

b) Bagian isi atau tubuh teks, berisi suatu ulasan yang ingin disampaikan si pemidato.

c) Simpulan, berisi ringkasan mengenai sesuatu yang telah disampaikan.

(27)

menyampaikan ide berkenaan dengan suatu isu kepada hadirin, dalam masa yang sama meyakinkan para hadirin tersebut melalui cara pembawaan pidato. Pemidato mestilah memahami tujuan pidato ini terlebih dahulu.

Pidato adalah berbicara dimuka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir atau bertindak seperti dinasehatkan oleh orang yang berpidato.

Maksud dan tujuan pidato dibagi menjadi dua yaitu: a) Maksud umum

1) Mendorong

Tujuan sebuah komposisi dikatakan mendorong bila pembicara berusaha untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan atau menekan perasaan yang kurang baik, serta menunjukan rasa hormat dan pengabdian. Reaksi-reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan ilham atau membangkitkan emosi para pendengar.

2) Meyakinkan

Bila pembeicara berusaha untuk mempengaruhi keyakinan atau sikap mental atau intelektual para pendengar, maka komposisi itu bertujuan untuk meyakinkan. Komposisi ini biasanya disertai dengan bukti-bukti, faktor-faktor dan contoh-contohyang kongkrit.

3) Berbuat atau Bertindak

Berbuat atau bertindak dilakukan apabila pembicara menghendaki berbagi macam tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar.

4) Memberitahukan

Memberitahukan adalah bila pembicara ingin menyampaikan sesuatu pada pendengar agar mereka mengerti tentang suatu hal.

5) Menyenangkan

Humor merupakan alat yang penting dalam penyajian pidato atau ceramah. b) Maksud khusus

(28)

diharapkan dari para pendengar setelah pembicara menyelesaikan uraiannya. Tujuan khusus itu merupaka suatu hal yang diharapkan untuk dikerjakan atau dirasakan, diyakini, dimengerti atau disenangi oleh para pendengar.

c. Ceramah

Ceramah adalah suatu cara keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan atau masalah secara lisan. Seperti halnya dalam pidato, dalam ceramah pun alat utama dalam keterampilan berbicara.13

Ceramah juga dapat diartikan bahwa pidato dihadapan para pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya. Pidato dan ceramah merupakan suatu sarana komunikasi yang berfungsi menyampaikan suatu informasi secara langsung, tetapi antara pidato dan ceramah memiliki beberapa perbedan, yaitu pidato disampaikan untuk suatu tujuan yang penting sedangkan pada ceramah disampaikan pada pengajaran. Dalam ceramah memiliki ciri khas, yaitu:

a) Ada sesuatu yang dijelaskan atau diinformasikan untuk memperluas pengetahuan para pendengar, biasanya disampaikan pada orang yang memiliki keahlian atau dianggap ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu.

b) Terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dan pendengar, yaitu berupa dialog, tanya jawab, diskusi dan sebagainya.

c) Dapat digunakan alat bantu untuk memperjelas uraian, seperti over head projector (OHP), lembar peragaan, gambar, dan sebagainya14. Ada respons dari pendengar mengenai materi yang disampaikan dalam ceramah. Selain memiliki ciri khas dalam ceramah, ceramah atau metode ceramah juga memiliki keunggulan

a) Kelemahan Metode Ceramah

Materi yang disampaikan tidak terlalu banyak, hanya poin-poin khusus saja. Dapat memberi semangat para pendengar untuk belajar karena hanya menyediakan alat pendengaran dan pemahaman saja.

13

Midar G. Arsad Mukti, Loc.Cit., h.67

14

(29)

b) Kelemahan Metode Ceramah

Karena jumlah pendengar relatif banyak, penceramah cenderung mengalami kesulitan untuk mengetahui sejauh mana si pendengar dapat memahami materi yang disampaikan. Dalam metode ceramah ini siswa cenderung hanya menjelaskan penjelasaan penceramah, tanpa ada timbal balik.

c) Perbedaan antara Pidato dan Ceramah

Pada ceramah terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dan pendengar, sedangkan pidato bersifat satu arah. Pidato bertujuan mempengaruhi pendengar, meyakinkan para pendengar, sedangkan ceramah bertujuan untuk menjelaskan atau memperluas pengetahuan para pendengar.

Pidato disampaikan secara resmi, sedangkan ceramah disampaikan tidak secara resmi. Pidato bertujuan untuk menyampaikan gagasan atau informasi, sedangkan cermah bertujuan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.

3. KarakteristikKeterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan keterampilan lainya karakteristik tersebut adalah:

a. Penyajian Lisan a) Peranan Pidato

Peranan pidato, ceramah, penyajian penjelasan lisan kepada suatu kelompok massa merupakan suatu hal yang sangat penting, baik pada waktu sekarang maupun pada waktu-waktu yang akan datang. Mereka yang mahir berbicara dengan mudah dapat menguasai massa dan berhasil memasarkan gagasan mereka sehingga dapat diterima oleh orang lain. Dalam sejarah umat manusia dapat dicatat betapa keampuhan penyajian lisan ini, yang dapat mengubah sejarahyang dapat mengubah sejarah umat manusia atau sejarah suatu bangsa.15

Hitler dalam keahliannya berbicara atau berpidato menyeret bangsanya ke kedalam api peperangan dengan menimbulkan kesengsaraan yang sekian besarnya

15

(30)

kepada umat manusia. Tetapi disamping itu dapat pula dicatat pengaruh tokoh-tokoh penting, yang sanggup membawa kedamaian manusia berkat kemahiran bicaranya. Penyajian lisan dapat berguna bagi masyarakat, untuk mengembangkan suatu tingkat kebudayaan lebih tinggi dan lebih luhur. Tetapi sebaliknya keahlian berbicara menenggelamkan umat manusia beserta nilai-nilai dan hasil-hasil kebudayaannya yang sudah diperolehnya beratus-ratus tahun lamanya.

b) Metode Penyajian Oral

Persiapan-persiapan yang diadakan pada waktu menyusun sebuah komposisi untuk disampaikan secara lisan pada umumnya sama dengan persiapan sebuah komposisi tertulis. Perbedaannya terletak dua hal: pertama, dalam penyajian lisan perlu diperhatikan gerak-gerik, sikap, hubungan langsung dengan hadirin, sedangkan komposisi tertulis tidak diperhatikan. Kedua, dalam penyajian lisan tidak ada kebebasan bagi pendengar untuk memilih mana yang harus didahulukan mana yang harus diabaikan, ia harus mendengar seluruh uraian itu. Dalam komposisi menulis pembaca bebas memilih mana yang dianggapnya paling menarik, sedangkan bagian lain dapat ditunda.

Berhubungan dengan penyajian lisan ini, dikenal empat macam metode penyajian lisan, yaitu:

1) Metode Impromptu (serta-merta): metode impromptu adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat.

2) Metode Menghafal: metode ini merupakan lawan dari metode tadi di atas 3) Metode Naskah: metode ini jarang dipakai, kecuali dalam pidato resmi atau

pidato-pidato.

4) Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah): metode ini sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah.

Dalam kenyataan metode-metode di atas dapat digabungkan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Paling sering adalah menggabungkan antara metode naskah dengan metode ekstemporan.

c) Menentukan Maksud dan Topik

(31)

pendengar reaksi itu akan lebih jelas kalau diketahui pula bahwa ada maksud tertentu yang akan dicapai oleh pembicara atau pengarang. Suatu uraian yang disajikan secara lisan harus pula menetapkan suatu topik yang jelas melalui topik tadi.

Oleh karena itu topik pembicaraan dan tujuannya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainya. Topik dan tujuan pertama-tama merupakan persoalan dasar dari tema uraian dan wujud dari tema itu sediri, dan kedua, topik dan tujuan bertalian sangat erat dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar dengan mengemukakan tema tadi.

d) Menganalisis Situasi dan Pendengar

Sering kali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan sebegitu pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar belakang kehidupan mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu presentasi oralnya berlangsung.

Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar yangakan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahui pendengar mana yang akan hadir dalam pertemuan tersebut. Sebab itu sebelum iya menganalisis pendengar berdasarkan beberapa topik khusus, ia harus mulai dengan data-data umum.

e) Penyesuaian Diri

Bagaimana setiap pembicara akan merasa kekhawatiran sebelum menyampaikan uraiannya. Pembicara yang berpengalaman akan menghadapi situasi dengan melakukan dua hal: pertama, ia akan menyiapkan dan mempelajari topik pembicaraan dengan sebaik-baiknya, dan kedua, mengadakan kosentrasi kepada kebutuhan pendengar, sehingga nilai informasinya tidak diragukan. Atau dengan kata lain pembicara menyesuaikan dirinya sebaik-baiknya dengan kebutuhan dan situasi yang ada pada pendengar sendiri.

f) Penyusunan Bahan

(32)

secara mendetail. Dalam hubungan ini tidak akan diadakan uraian lebih lanjut mengenai ketiga tahap itu, karena prosedur tekniknya sama dengan komposisi tertulis.

g) Penyajian Lisan

Penyajian lisan merupakan puncak dari seluruh persiapan yang dilakukan melalui langkah di atas, khususnya latihan oral. Latihan oral ini dianggap begitu penting sehingga pada zaman klasik yunani latin, para orator biasanya mengadakan latihan intensif sebelum menyampaikan pidatonya di depan suatu massa. Namun latihan-latihan pendahuluan (langkah ketujuh) tetap diperlukan untuk membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.

b. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.16

Gaya bahasa merupakan gaya bahasa yang retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam bicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa yunani rhetor yang berarti orator atau ahli pidato.

Ada sekitar 60 buah gaya bahasa yang termasuk kedalam empat kelompok masing-masing akan dibahas dalam bab-bab berikut:

a) Metafora

Suatau gaya bahasa seringkali menambahkan kekuatan pada suatu kalimat. Metafora misalnya, dapat menolong seoarang pembicara melukiskan suatu gambaran yang jelas melalui komparasi atau kontras. Metafora ialah pemakain kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan (Poerwadarminta, 1976 : 648). Metafora ialah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi.

16

(33)

b) Depersonifikasi

Biasanya gaya bahasa depersonifikasi ini terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit memanfaatkan kata kalaudan sejenisnya sebagai penjelas gagasan atau harapan.

c) Alegori

Alegori bersal dari bahasa yunani allegorein yang berarti „berbicara secara

kias’ diturunkan dari allos „yang lain + agoreuen „berbicara’.

Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan yang diperlambangkan.

Febal dan parabel merupakan alegori-alegori singkat febal adalah alegori, yang di dalamnya binatang-binatang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Parabel (cerita yang berkaiatan dengan kitab suci) juga merupakan alegori singkat yang mengandung pengajaran moral dan kebenaran.17

d) Hiperbola

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandungpernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukuranya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu atau situasi untuk memeperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.

e) Epizeukis

Epizeukis adalah gaya bahasa berulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.

f) Sinekdoke

Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai nama pengganti nama keseluruhanya, atau sebaliknya (Moeliono, 1984 : 3)Kata

sinekdoke berasal dari bahasa yunani synekdechesthai (syn „dengan’+ex „keluar’

+ dechesthai „mengambil,menerima’) yang secara kalamiah berarti „menyediakan

atau memberikan sesuatu kepada apa yang baru disebutkan’.

17

(34)

g) Epanalepsis

Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa yang berupa perulangan kata pertama dari baris, klausa atau kalimat menjadi terakhir.

4. Guna Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbicara yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai guru, wartawan, jaksa, dan penceramah.18

Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya.Berbicara bersifat produktif,sedangkan mendengarkan bersifat reseftif.Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa, keterampilan berbahasa jenis reseftif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif.Dalam suatu peristiwa komunikasi sering kali beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.

Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang,misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara, guru dan wartawan.19

B. Media

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

„tengah’, „perantara’ atau „pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Mc. Luhan, media adalah sarana yang disebut pula channel, karena hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,

18

Linda, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan, (Lindaaja.wordpress.com)

19

(35)

mendengar dan melihatdalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad.Kemudian telah banyak pakar dan organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi20.

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri antara lain buku tape recorder, kaset, vidio kamera, vidio recorder, filem, slide (gambar bingkai) foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Asosiasi Pendidikan Nasional (Natioanal Education Association/NEA)

memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.21 Jadi media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedimikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Gagne menyatakan bahwa media adalah sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.

Menurut Heinich, media merupakan alat saluran komunikasi. Media

berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang

secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan

20

Arief S. Sadiman, dkk,Media Pendidikan,(jakarta: cv RajawaliPers, 2010) h.6 21

(36)

penerima pesan (a receiver) Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Pada awalnya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap dan resistensi belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi, dan evaluasi.

Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20 alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA). Bermacam peralatan digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme.22

Penglihatan merupakan indera manusia yang mempunyai kemampuan paling besar untuk menghayati dunia di sekitar manusia. Berbagai penelitian telah mendukung pernyataan tersebut, walaupun tidak ada kesepakatan umum tentang berapa besar distribusi indera penglihatan bila dibandingkan dengan indera lain mengingat banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi.

Kita menggunakan mata untuk memperoleh informasi, isyarat, tanda, atau hal yang menarik perhatian. Kenyataan ini mempunyai arti penting untuk keperluan belajar mengajar. Kemampuan penglihatan ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan strategi latihan dalam mengembangkan bahan pembelajaran.

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong

22

(37)

terjadinya proses belajar pada dirinya dan media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan oleh guru dengan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak-anak dapat lebih mudah dalam mencerna bahan daripada tanpa menggunakan media.Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Media Gambar

a. Pengertian Media Gambar

Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, gambar dalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya). Gambar merupakan media visual dua dimensi diatas bidang yang tidak transparan.23Gambar secara garis besar dapat dibagi pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan,dan foto. Gambar merupakan media fisual yang pentingdan mudah didapat. Dikatakan penting sebab ia dapat mengganti kata verbal, mengkonkretkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia.Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan jelas, lebih jelas daripadayang diungkapkan oleh kata-kata.24Guru dapat menggunakan gambar untuk memberi gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasanya lebih konkret daripada bila diuraikan mengunakan kata-kata. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistik.25

23

M. Subana, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2000) h.322

24

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada,2008) hal.85-89

25

(38)

b. Manfaat Media Gambar

Manfaat gambar sebagai media pembelajaran adalah: a) Menimbulkan daya tarik pada diri siswa,

b) Mempermudah pengertian/pemahaman siswa,

c) Memudahkan penjelasan yang sifatnya abstrak sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksud,

d) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, kita dapat memperbesar bagian-bagian yang penting atau bagian yang kecil sehingga dapat diamati,

e) Menyingkat suatu uraian.26

c. Syarat-syarat Media Gambar

Agar tujuan pengunaan media gambar dapat tercapai, gambar harus memenuhi syarat-syarat:

a) Bagus, jelas, menarik, dan mudah dipahami, b) Cocok dengan materi pembelajaran,

c) Benar dan otentik,

d) Sesuai dengan tingkat umur/kemampuan siswa,

e) Walaupun tidak mutlak sebaiknya gambar menggunakan warna yang menarik sehingga tampak lebih realitas dan merangsang minat siswa untuk mengamatinya,

f) Perbandingan ukuran gambar harus sesuai dengan ukuran objek yang sebenarnya,

g) Agar siswa lebih tertarik dan memahami gambar, hendaknya menunjukan hal yang sedang melakukan perbuatan,

h) Gambar yang dipilih hendaknya mengandung nilai-nilai murni dalam kehidupan sosial.

d. Teknik Penggunaan Media Gambar

a) Sebelum menggunakan gambar, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Pengetahuan apa yang hendak diperlihatkan pada siswa melalui

gambar?

26

(39)

2) Persoalan apa yang hendak dijawab melalui gambar? 3) Kegiatan kreatif apa yang hendak dibina oleh gambar?

4) Reaksi emosional apa yang hendak ditimbulkan oleh gambar?

5) Apakah gambar itu membawa siswa menuju penyelidikan lebih lanjut? 6) Adakah media lain yang lebih tepat untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan?27

b) Dalam mengguanakan gambar, tunjukkanlah hal yang perlu diperhatikan siswa. Hal yang harus dikemukakan:

1) Apa yang harus dicapai siswa dalam gambar itu?

2) Siswa harus mengerti bagaimana mempelajari gambar itu? 3) Bagaimana siswa menilai gambar?

4) Bagaimana siswa memberikan kritik terhadap gambar? 5) Bagaimana hubungan gambar dengan materi pembelajaran?

c) Bila gambar terlalu luas isinya, berikan seri-seri gambar yang mempunyai urutan logis.

d) Ketika memperhatikan gambar, mungkin timbul persoalan apakah siswa dapat melihat gambar atau tidak.

e. Pemeliharaan Media Gambar

Pemeliharaan gambar sangat penting. Hal ini bertujuan agar kualitas gambar tetap baik, tidak sobek atau kotor, dan dapat dipakai untuk beberapa kali kegiatan pembelajaran sehingga meringankan pekerjaan guru.

Gambar pada lembaran kertas (HVS) dapat dijilid menjadi sebuah kumpulan gambar dan disusun berdasarkan urutan penyajian materi pembelajaran. Agar mudah mencari gambar yang diperlukan, buku kumpulan itu harus dilengkapi dengan daftar isi (indeks). Sebaiknya buku kumpulan itu disimpan di tempat yang aman.28

27

Ibid., h. 323

28

(40)

f. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar a) Kelebihan

1) Gambar mudah diproleh pada buku, majalah, koran, album, foto, dan sebagainya.

2) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih nyata. 3) Gambar mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan.

4) Gambar relatif murah.

5) Gambar dapat digunakan dalam banyak hal dan berbagai disiplin ilmu.

b) Kelemahan

1) Karena berdimensi dua, gambar sukar untik melukiskan bentuk sebenarnya (yang berdimensi tiga).

2) Gambar tidak dapat melihatkan gerak seperti halnya gambar hidup. 3) Siswa tidak selalu dapat menginterpretasikan isi gambar. 29

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Belajar adalah perubahan yang secara relatif dan berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan.

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang (potential behavior). Oleh karena itu perubahan-berubahan terjadi karena pengalaman.30

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,

(41)

bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.

Skiner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Chaplin dalam Dictionari of Psychology membatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya: belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.31

Bertolak dari berbagai dari definisi yang telah diutrakan tadi secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil penglaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengrtian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.

Bahasa Indonesia adalah hasil pertumbuhan dan perkembangan bahasa melayu.32 Bahasa adalah pendukung kebudayaan bangsa pemilik bahasa itu. Makin bertambah tinggi kebudayaan bangsa itu, makin maju bahasanya. Bahasa Indonesia ialah satu-satunya bahasa baru, yang dalam waktu empat puluh tahun, dari cita-cita bahasa persatuan, sesungguhnya menjadi bahasa kebangsaan dan bahasa resmi yang bukan saja dipakai dalam administrasi pemerintahan, dalam perdagangan, dalam masa media tetapi juga dalam sekolah dari sekolah rendah hingga kepada perguruan tinggi.33

31

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(bandung: PT Remaja rosdakarya, 2003) hal.89-90

32

Broto, Loc.Cit., h.17 33

(42)

1. Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran a. Pembelajaran

Pembelajaran adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi. Seorang psikologi pendidikan mendefinisikan pembelajaran lebih padat lagi

sebagai “sebuah perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman”. 34

b. Pengajaran

Pengajaran adalah menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu, menyimpan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham. Memandu dan memfasilitasi pembelajaran, memungkinkan pembelajar untuk belajar, menetapkan kondisi-kondisi pembelajaran.

Perbedaan pembelajaran dan pengajaran adalah fokus pada guru adalah pengajaran berfokus mengajar atau transfer kompetensi. Pembelajaran adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa sebagai bawahan atau dianggap tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).

2. Teori Belajar

Banyak Psikolog beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu (stimulus atau S). Dengan reaksi tertentu ( respon atau R). Sementara itu, ada yang menyatakan bahwa belajar secara sederhana memang dapat terjadi secara asosiatif S/R seperti itu, tetapi dalam proses belajar yang rumit, kompleks, persepsi serta pengertian akan situasi secara keseluruhan (Gestalt) lebih memegang peranan.

Selain itu, belajar tidak semata-mata merupakan suatu akibat dari kondisi dalam lingkungan seperti pada model-model Classical dan

34

(43)

InstrumentalConditioning, tetapi bisa juga terjadi karena mencontoh perilaku yang terjadi disekitarnya. Model yang terakhir ini telah banyak dibahas dan disebut sebagai observational learning (dikembangkan oleh Albert Bandura) atau modelling.35

Bedasarkan uraian diatas,ternyata pemanfaatan media pembelajaran harus mempunyai landasan teori tentang belajar. Karena teori-teori ini dapat memberi penjelasan tentang proses belajar dalam berbagai situasi. Dengan mengetahui proses belajar, media yang dimanfaatkan dapat memberi kemungkinan kepada siswa belajar secara efektif dan efisien. Karena belajar merupakan proses yang rumit dan kompleks serta banyak variabel yang mempengaruhi, maka perlu kiranya kita mengetahui juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi baik terhadap proses maupun hasil belajar.36

3. Jenis-jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Berikut ini adalah bentuk dari jenis-jenis belajar:

1. Belajar Abstrak

Belajar Abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

2. Belajar Keterampilan

Belajar Keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otak-otak/neuromuscular.

35

Zikrni Neni, Loc.Cit., h.82

36

(44)

3. Belajar Sosial

Belajar Sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.

4. Belajar Pemecahan Masalah

Belajar Pemecahan Masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.

5. Belajar Rasional

Belajar Rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat).Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

6. Belajar Kebiasaan

Belajar Kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.Tujuannya adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.

7. Belajar Apresiasi

Belajar Apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judegment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa(affechtive skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu.

8. Belajar Pengetahuan

(45)

memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.37

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini adalah penelitan yang dilakukan oleh:

a. Penulis Masri, 809018300686, jurusan PGMI, yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Metode Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas V MI Al-Karmaniyah. Isi dari skripsi ini adalahuntuk mengetahui keterampilan berbicara bahasa indonesia dengan metode diskusi kelompok pada siswa kelas V. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa keterampilan berbicara siswa melalui diskusi kelompok mengalami penigkatan, peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus yang telah dilakukan. Pada siklus I dengan nilai rata-rata 64,5% dan siklus II dengan nilai rata-rata 69,73. Peningkatan selisih dari siklus I dan siklus II 5,26. Hasil keterampilan berbicara melalui diskusi kelompok dikategorikan baik.

b. Penulis Siti Komariah, 1811018300062, jurusan PGMI yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai pada Siswa Kelas 3 MI Miftahul Khair Tanggerang. Penelitian ini menunjukan bahwa keterampilan berbicara siswa dengan teknik cerita berantai dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terlihat pada siklus I rata-rata keterampilan berbicara siswa sebesar 13,36 dengan presentase 60,25% sedangkan pada siklus II rata-rata keterampilan berbicara siswa sebesar 15,30 dengan presentase 75% mengalami peningkatan sebesar 14,75% sehingga dapat memenuhi KKM yaitu 70. Berdasarkan penelitian tersebut dibuktikan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara siswa melalui teknik cerita berantai layak dan dapat digunakan untuk diterapkan di sekolah karena memberikan hasil yang baik khususnya dalam keterampilan berbicara.

37

(46)

c. Penulis Dina Sakinah, 1110013000005, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII MTS Nur

Asy-syafi’iyah Ciputat. Penelitian ini berisi tentang mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media gambar, metode yang digunakan adalah PTK. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata pemahaman siswa terahadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui media gambar, pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 72,98%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 84,96% (nilai KKM 75) peningkatan juga terjadi pada antusiasme dan motivasi siswa terahadap dalam mengikuti pembelajaran, tangguang jawab, dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikit :

1. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan

2. Penggunaan media gambar hasil belajar siswa sesuai dengan nilai KKM dan siswa berani berbicara di depan kelas.

(47)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Adapun tempat yang dijadikan penelitian adalah MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus

Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih propesioanal.1

Senada dengan pendapat penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya dengan cara (1) Merencanakan, (2) Melaksanakan, dan (3) Merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.2

PTK atau Classroom Action Research (CAR) Adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan

pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan ...”, yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif oleh guru bidang studidi sekolah oleh pembelajaran bersamapeneliti dan guru bidang studi secara bergantian. Demikian pulaobservasi dilakukan oleh peneliti dan guru secara bergantian tersebut.

1

Ruswandi Hermawan, Dkk, Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, Cet.ke1, 2007)

2

Gambar

                                                           gambar? 26
gambar tetap baik, tidak sobek atau kotor, dan dapat dipakai untuk beberapa kali
Gambar 1.1 Model Penelitian Tindakan Kelas3
Tabel 1.1Tahapan Intervensi Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengembangan aplikasi ini menggunakan model pengembangan perangkat lunak waterfall yang terdiri dari tahap analisis kebutuhan meliputi analisis kebutuhan pengguna

bahwa di pasar ASEAN Indonesia tidak mengalami dampak negatif dari perdagangan bebas tersebut yang ditunjukkan oleh peningkatan pangsa pasar untuk produk tertentu. Namun

Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status sosial ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan.Pemilikan barang-barang yang

Membantu teman pada saat kesulitan dalam bekerja 38. Mengerjakan pekerjaan

Dari hasil kedua proses tersebut, dilakukan analisis pada social network antar aktor yang didapat dari event log yang direkam oleh Sistem Informasi Rumah

Produktivitas daun murbei yang masih rendah tersebut disebabkan selain karena penanaman jenis tanaman murbei bukan dari jenis yang unggul, kultur teknis

1. Perpanjangan pengamatan, peneliti sering kelapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara dengan sumber-sumber informasi yang pernah diambil datanya. Hal