• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN

PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

NAJAH SYAMIYAH NIM: 1110101000060

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2014

(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI

Srkipsi, Agustus 2014

Najah Syamiyah, NIM: 1110101000060

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014

xviii + 103 halaman, 3 bagan, 9 tabel, 3 lampiran

ABSTRAK

Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat dari tahun 2007 yakni sebesar 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi Diabetes di Indonesia tahun 2013 lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-laki. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 tertinggi di Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah kasus baru Diabetes Mellitus tipe 2 setiap tahunnya di wilayah Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan disain case control study. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Purposive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 237 wanita terdiri dari 112 kelompok kasus dan 125 kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan adalah riwayat keluarga menderita DM dengan OR 4,784 (95% CI 2,693-8,500). Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan riwayat hipertensi bukan merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Disarankan kepada petugas kesehatan dan puskemas untuk meningkatkan program skrining faktor risiko dan promosi kesehatan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 kepada masyarakat.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, wanita, riwayat keluarga, makrosomia, hipertensi

(4)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY

Epidemiology

Undergraduate Thesis, August 2014 Najah Syamiyah, NIM: 1110101000060

Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus Among Women in Pesanggrahan Public Health Center, South Jakarta in 2014.

xviii + 103 pages, 3 charts, 9 tables, 3 attachments

ABSTRACT

The prevalence of Diabetes Mellitus in Indonesia has increased from 1,1% in 2007 to 2,1% in 2013 Prevalence of Diabetes in Indonesia in 2013 was found more in women than men. Jakarta was one of the provinces with high prevalence of type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia. Each year, there was an increasing number of new cases of Type 2 Diabetes Mellitus in Pesanggrahan Sub-district, South Jakarta. Therefore, the study was conducted to determine the risk factors of Type 2 Diabetes Meliitus among women in Pesanggrahan Public Health Center, South Jakarta in 2014.

This research was analytic study which used case control study design. Purposive sampling technique was performed to recruit samples and the sample size of this study was 237 women consisted of 112 cases and 125 controls.

Based on the results, the risk factors on the incident of type 2 Diabetes related to risk factor to the community.

Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, woman, family history, macrosomia, hypertension

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN

JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh: NAJAH SYAMIYAH

1110101000060

Jakarta, Agustus 2014

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM

(6)

v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Agustus 2014

Mengetahui,

Penguji I,

Narila Mutia Nasir, Ph.D 19800604 200312 2 017

Penguji II,

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Najah Syamiyah

Tempat, Tanggal Lahir :Damascus, 26 Juni 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mampang Prapatan VII Rt 002/06 No.2 Jakarta Selatan

No. telp : 0857 1515 2925

Email : najahsyamiyah21@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. 1998 - 2004 : SD Islam Pelita Pasar Minggu 2. 2004 - 2007 : MTsN Tambakberas Jombang

3. 2007 - 2010 : SMA Alma’hadul Islami Beji, Pasuruan

4. 2010 - sekarang : S1-Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

1. 2006 - 2007 : Sekretaris OSIS MTsN Tambakberas Jombang.

(8)

vii

3. 2010 - 2011 : Anggota Muda Korps Sukarela (KSR) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. 2011 - 2012 : Staf Departemen Pengembangan dan Pemberdayaan

Masyarakat PAMI (Pergerakan Anggota Muda IAKMI)

Jakarta Raya.

5. 2012 - 2013 : Biro Kesekretariatan PAMI (Pergerakan Anggota Muda

IAKMI) Jakarta Raya.

6. 2012 - 2013 : Staf Departemen PSDM BEM Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. 2012- sekarang : Guru Ekstrakurikuler Sempoa RA/ TK Islam Al Hasanah

Pengalaman Penelitian

1. Hubungan Pola Konsumsi Serat Terhadap Frekuensi Defekasi pada Mahasiswa PSKM Angkatan 2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Skrining Faktor Risiko PJPD di wilayah kerja Kota Bogor Juni tahun 2012. 3. Gambaran Distribusi Kasus Diare dan Faktor Risiko Diare di Wilayah 2

Rempoa Berdasarkan Pendekatan Spasial Periode Januari-Oktober 2012. 4. Survei Cepat Gambaran Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi

Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat 2012.

5. Gambaran Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe II Pada Guru Tk Bani Saleh 2 Kota Bekasi.

(9)

viii Pengalaman Kerja

1. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) di Puskesmas Pondok Jagung Januari s/d Februari 2013.

2. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II) di Puskesmas Pondok Jagung Maret s/d Juni 2013.

3. Mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al Quran) An Nur Cipete Utara tahun 2007 – 2010.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat ilmu kepada manusia agar mengenali dunia dengan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat. Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi karena telah memberikan kami nikmat sehat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014” ini tepat waktu.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka meraih gelar sarjana strata 1 (S1) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Atas selesainya skripsi ini, tidak lupa ucapan terimakasih disampaikan kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

2. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati Tahangnaca, SKM, M.Kes selaku dosen penanggung jawab Peminatan Epidemiologi sekaligus pembimbing ke-1 skripsi.

4. Ibu Riastuti K.W., SKM, MKM selaku dosen pembimbing ke-2 skripsi.

5. Ibu Narila Mutia, Ph.D dan Ibu Hoirun Nisa, Ph.D selaku dosen penguji Sidang Skripsi.

6. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku dosen penasihat akademik.

(11)

x

8. Seluruh tim dosen pengajar Peminatan Epidemiologi khususnya Bapak Sholah Imari dan Ibu Meilani Anwar.

9. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 yang setia memberikan dukungan dan motivasi khususnya teman-teman Peminatan Epidemiologi.

10.Seluruh jajaran staf di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

11.Seluruh warga Kecamatan Pesanggrahan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

12.Kelima saudara kandung yang menjadi penyemangat dan membantu meringankan beban penulis.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan berharap ada kritik atau saran yang membangun untuk skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2014

(12)

xi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah Sang Pencipta

kupersembahkan tulisan sederhana ini

Untuk setiap tetes keringat dan letih Abi yang tiada

pernah terhitung untukku,,,

 Untuk setiap hembusan nafas dan kelembutan Umi

yang takkan pernah terbalaskan olehku,,,

Untuk Almarhumah Nenekku tercinta Hj. Romlah

(13)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... ix

LEMBAR PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR ISTILAH ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Umum ... 8

1.4.2 Tujuan Khusus ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Definisi Diabetes Mellitus ... 11

2.2 Klasifikasi Diabetes ... 12

(14)

xiii

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi ... 18

2.5 Diabetes Mellitus Pada Wanita ... 20

2.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus ... 22

2.6.1 Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi ... 23

2.6.2 Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi ... 27

2.7 Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus ... 40

2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular ... 43

2.9 Kerangka Teori ... 48

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 49

3.1 Kerangka Konsep ... 49

3.2 Definisi Operasional ... 52

3.3 Hipotesis ... 54

BAB IV METODE PENELITIAN ... 55

4.1 Desain Penelitian ... 55

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

4.3.1 Populasi... 56

4.3.2 Sampel ... 57

4.4 Instrumen Penelitian ... 59

4.4.1 Data Primer ... 60

4.4.2 Data Sekunder ... 60

4.5 Pengolahan Data ... 60

4.5.1 Pemeriksaan Data (Editing) ... 61

4.5.2 Pemberian Kode (Coding) ... 61

(15)

xiv

4.5.4 Pemasukan Data (Data Entry) ... 61

4.5.5 Pembersihan Data (Data Cleaning)... 62

4.6 Analisis Data ... 62

4.6.1 Analisis Univariat ... 62

4.6.2 Analisis Bivariat ... 63

BAB V HASIL ... 65

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 65

5.2 Analisis Univariat ... 67

5.2.1 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Usia ... 67

5.2.2 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Wilayah ... 68

5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol ... 69

5.2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok Usia ... 71

5.3 Analisis Bivariat... 72

BAB VI PEMBAHASAN ... 74

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 74

6.2 Gambaran Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ... 74

6.3 Gambaran dan Risiko Riwayat Melahirkan Bayi Lebih dari 4.000 gram terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ... 79

(16)

xv

6.5 Gambaran dan Risiko Riwayat Hipertensi terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun 2014 ... 85

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 90

7.1 Simpulan ... 90

7.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.9.1 Kerangka Teori ………... 48

Bagan 3.1.1 Kerangka Konsep Penelitian ……… 51

Bagan 4.1.1 Rancangan Penelitian Case Control ... 56

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6.1 Hipertensi Menurut Kelompok Usia ... 33 Tabel 2.6.2 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi pe Hari untuk

Kelompok Wanita Dewasa Usia 29 - >65 tahun... 38 Tabel 4.3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan P2 dari Penelitian Sebelumnya ……. 59 Tabel 5.2.1 Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita

Berdasarkan Usia saat Diagnosa di Puskesmas Kecamatan

Pesanggrahan Tahun 2014 ……….. 67 Tabel 5.2.2 Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita

Berdasarkan Wilayah di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Tahun 2014 ………. 68

Tabel 5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ………. 69 Tabel 5.2.4 Gambaran Status Keluarga Menderita DM pada Wanita di

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ………... 70 Tabel 5.2.5 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2

berdasarkan Kelompok Usia pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ……….. 71 Tabel 5.3.1 Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di

(19)

xviii

DAFTAR ISTILAH

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

DM : Diabetes Mellitus

DMG : Diabetes Mellitus Gestasional HDL : High Density Lipoprotein

IDF : Internasional Diabetes Federation

IMT : Indeks Massa Tubuh

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KIE : Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

LDL : Low Density Lipoprotein

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu

PTM : Penyakit Tidak Menular

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), diikuti hipertensi, Diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM tidak hanya terjadi di perkotaan melainkan juga perdesaan (Kemenkes RI, 2011). Penyakit Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga menjadi masalah kesehatan yang cukup besar bagi masyarakat dan negara. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai The Great Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Baradero dkk, 2005).

(21)

2

risiko kematian sebesar 50% dan 80% pada penderita Diabetes. Diabetes juga merupakan penyebab utama kebutaan, amputasi dan gagal ginjal (WHO dan IDF, 2004).

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin yang di hasilkan oleh pankreas sehingga dapat menurunkan kadar gula darah (Adiningsih, 2011). Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang Diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang Diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang (PDPERSI, 2011).

Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan pada hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Sedangkan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes RI, 2009). Menurut data survey NCD tahun 2008 di Indonesia, dari seluruh penyebab kematian pada semua usia 3% disebabkan oleh Diabetes (WHO, 2011).

(22)

3

Diabetes Mellitus berdasarkan jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2013 juga menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes pada wanita lebih banyak (1,7%) dibandingkan pada laki-laki (1,4%). Sedangkan berdasarkan wilayahnya, prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2013 lebih besar di perkotaan (2%) dibandingkan dengan di pedesaan (1%).

Hasil penelitian epidemiologi di Jakarta (daerah urban) membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7 % pada tahun 1982 menjadi 5,7 % pada tahun 1993 (Pranoto, 2006). Sementara berdasarkan data Riskesdas2007, prevalensi penyakit Diabetes tertinggi ada pada DKI Jakarta sebesar 2,6% di atas angka nasional sebesar 1,1%. Angka tersebut masih bertahan menurut hasil Riskesdastahun 2013, dimana DKI Jakarta merupakan provinsi kedua terbanyak dengan prevalensi Diabetes Mellitus yakni sebesar 2,5% setelah Yogyakarta (2,6%). Prevalensi Diabetes di Jakarta Selatan adalah 1,9% terbanyak kedua setelah Jakarta Pusat (4,8%) (Nuryati, 2009). Namun, informasi terkait prevalensi Diabetes Mellitus di setiap wilayah Kota di DKI Jakarta tahun 2013 belum bisa diketahui.

(23)

4

pedesaan sebesar 42,4% sementara didaerah urban lebih banyak yakni mencapai 57,6% (Kemenkes RI, 2011).

Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup diduga telah menyebabkan peningkatan besaran kasus-kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini Diabetes Mellitus pada wanita. Perilaku makan yang tidak sehat seperti tinggi lemak, kurang sayur dan buah, makanan asin, makanan manis, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan (Nuryati dkk, 2009).

Penyakit Diabetes Mellitus seringkali dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus (Gusti & Erna, 2014).

(24)

5

hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Mellitus tipe2 (Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013).

Hubungan gaya hidup dan status gizi dengan kejadian Diabetes Mellitus pada wanita dewasa di DKI Jakarta diteliti oleh Siti dan teman-temannya pada tahun 2009. Dari sekian variabel yang diteliti berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling berkaitan dengan kejdian DM

pada wanita di DKI Jakarta adalah usia ≥45 tahun dan konsumsi makanan atau minuman manis. Sama halnya dengan hasil Riskesdastahun 2013 yang menggambarkan prevalensi Diabetes Mellitus paling banyak di derita oleh penduduk berusia di atas 45 tahun.

(25)

6

Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus tipe 2, namun faktor risiko yang ditemukan pada wilayah yang berbeda belum tentu sama. Sehingga masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 pada salah satu wilayah tertentu yang belum diketahui. Menurut data dari Sudinkes Jakarta Selatan, kasus baru Diabetes Mellitus di Kecamatan Pesanggrahan meningkat dari 178 kasus pada tahun 2011 menjadi 357 kasus baru pada tahun 2012 (Erviana dkk, 2013). Kemudian pada tahun 2013 berdasarkan laporan puskesmas pesanggrahan, kasus baru Diabetes yang tercatat meningkat menjadi 421 kasus. Jumlah kasus baru Diabetes Mellitus di puskesmas Pesanggrahan semakin meningkat, meskipun Program Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2 juga sudah dijalankan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sejak tahun 2008. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

(26)

7

wilayah perkotaan dari pada di pedesaan. Selain itu, prevalensi Diabetes Mellitus menurut hasil Riskesdastahun 2013 lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki.

Sebagaimana tercatat dalam data Riskesdastahun 2013, bahwa DKI Jakarta memiliki prevalensi penyakit Diabetes tertinggi kedua diantara provinsi lainnya yakni sebesar 2,5% diatas angka nasional. Sedangkan diantara wilayah Kotamadya di DKI Jakarta, Jakarta Selatan merupakan wilayah kotamadya dengan prevalensi kasus Diabetes Mellitus sebesar 1,9%. Jumlah kasus baru dari tahun 2011 dan 2012 di Puskesmas Pesanggrahan berturut-berturut meningkat mulai dari 178 menjadi 357 kasus. Jumlah tersebut tetap meningkat menjadi 421 kasus baru pada tahun 2013. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

(27)

8

2. Bagaimana gambaran faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita (riwayat melahirkan bayi ≥4.000 gr, riwayat keluarga menderita DM, dan riwayat hipertensi) di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu?

3. Apakah riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram, riwayat keluarga menderita DM, dan riwayat hipertensi merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu.

(28)

9

Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu.

3. Mengetahui risiko riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

4. Mengetahui risiko riwayat keluarga menderita DM terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

5. Mengetahui risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh peneliti tentang metodologi penelitian, epidemiologi penyakit tidak menular khususnya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.

b.Bagi Institusi Pendidikan

(29)

10

c. Bagi Puskesmas dan Masyarakat

1. Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko apa saja yang mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus khususnya pada penderita Diabetes di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

2. Menambah pengetahuan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus.

3. Membantu dalam perencanaan dan pengembangan program pengendalian penyakit Diabetes .

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(30)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa Diabetes Mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebih nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

(31)

12

dikaitkan dengan gangguan sistem mikrovaskular dan makrovaskular, gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik (Baradero dkk, 2005).

Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati, gangren, dan lainnya (Mihardja, 2009).

Seseorang dinyatakan menderita Diabetes Mellitus apabila pada pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari ≥126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan ≥200 mg/dL atau bila sewaktu/sesaat diperiksa >200mg/dL. Diabetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energy (Soegondo, 2008).

2.2 Klasifikasi Diabetes

(32)

13

1) `Diabetes Mellitus Tipe 1

DM tipe 1 sering dikatakan sebagai Diabetes “Juvenile onset” atau “Insulin dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “Juvenile Onset” sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun. Sedangkan istilah “Insulin dependent” diberikan karena penderita Diabetes Mellitus sangat bergantung dengan tambahan insulin dari luar. Ketergantungan insulin tersebut terjadi karena terjadi kelainan pada sel beta pankreas sehingga penderita mengalami defisiensi insulin. Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin (Omar dalam Poretsky, 2010).

(33)

14

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Tipe 2 disebabkan oleh gabungan resistensi perifer terhadap kerja insulin dengan respons kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat oleh sel-sel beta pankreas. Tipe ini disebut juga Diabetes Mellitus Tidak Bergantung Insulin (DMTTI) atau non insulin dependent (Robins and Cotran, 2006). Peningkatan prevalensi DM Tipe 2 dipengaruhi oleh faktor resiko Diabetes Mellitus. Faktor yang tidak dapat di modifikasi diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, sedangkan faktor yang dapat di modifikasi adalah obesitas, pola makan yang sehat, aktifitas fisik, dan merokok (Adiningsih, 2011).

Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, produksi insulin masih dapat dilakukan, tetapi tidak cukup untuk mengontrol kadar gula darah. Ketidakmampuan insulin dalam bekerja dengan baik tersebut disebut dengan resistensi insulin. Diabetes Mellitus Tipe 2 biasanya terjadi pada orang yang lanjut usia dan mereka hanya mengalami gejala yang ringan. Diabetes Mellitus Tipe 2 juga pada umumnya disebabkan oleh obesitas (Charles & Anne, 2010).

(34)

15

dalam otot dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah meningkat. Hiperglikemia ini dapat meningkatkan perlawanan terhadap insulin dan memperberat hiperglikemia. Begitu juga dengan resistensi insulin yang meningkat dengan adanya obesitas (Baradero dkk, 2005).

Apabila otot dan sel lemak menjadi resisten terhadap insulin, maka akan menimbulkan lingkaran setan. Kompensasi terhadap perlawanan ini akan timbul. Pulau Langerhans dari pankreas akan menghasilkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan gula darah dalam kadar yang normal. Akan tetapi akhirnya, pankreas tidak dapat lagi meneruskan kompensasi dan berhenti menghasilkan insulin. Selain itu, masih ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan resistensi insulin seperti lansia karena berkurangnya massa otot dan meningkatnya sel lemak (Baradero dkk, 2005).

3) Diabetes Gestasional

(35)

16

data berkembang menjadi Diabetes Mellitus tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun (Davey, 2005).

Kehamilan berhubungan erat dengan Diabetes. Kontrol gula darah yang buruk dapat menyebabkan komplikasi terhadap ibu dan anak yang dilahirkan. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian kesehatan ibu dan anak CEMACH, bahwa meskipun peningkatan kontrol Diabetes sudah dilakukan oleh sang ibu, bayi yang dilahirkan masih berisiko terkena komplikasi. Bayi yang dilahirkan oleh ibu enderita Diabetes bersiko (Charles & Anne, 2010):

a. Meninggal 5 kali lebih besar b. Cacat 2 kali lebih besar

c. Dilahirkan dengan bobot >4 kg atau 2 kali lebih besar

2.3 Gejala Klinis

Berikut ini merupakan gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita Diabetes Mellitus (Tobing dkk, 2008):

1) Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap terganggu karena ingin buang air kecil.

(36)

17

3) Fatigue/ lelah , muncul karena energy menurun akibat berkurangnya glukosa dalam jaringan dan sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin sehingga orang yang menderita Diabetes kekurangan energi. 4) Pusing dan berkeringat serta tidak dapat berkonsentrasi. Hal tersebut

disebabkan oleh menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengkonsumsi gula, reaksi pankreas meningkat menimbulkan hipoglikemik.

5) Meningkatnya berat badan disebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat karena hormone lainnya juga terganggu.

6) Gatal disebabkan oleh mengeringnya kulit akibat gangguan regulasi cairan tubuh.

7) Gangguan imunitas. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah menyebabkan penderita Diabetes rentan terhadap infeksi. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih.

8) Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang karena kelumpuhan pada otot mata.

9) Polyneuropathy atau gangguan sensorik pada saraf peripheral di kaki dan tangan.

(37)

18

macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika seseorang pergi ke pelayanan kesehatan dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang gambaran klinik dari Diabetes Mellitus tidak jelas dan baru ditemukan pada saat pemeriksaan skrining atau pemeriksaan untuk penyakit lain (Misnadiarly, 2006).

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Apabila jumlah atau dalam fungsi insulin mengalami defisiensi, hiperglikemia akan timbul sehingga menyebabkan Diabetes. Kekurangan insulin bisa absolut apabila pancreas tidak menghasilkan sama sekali insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya yang terjadi pada DM tipe 1. Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak bekerja secara efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM tipe 2, dimana telah terjadi resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolism bahan bakar, untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan (Baradero dkk, 2005).

(38)

19

di jaringan adipose, serta penyerapan asam amino dan sintesis protein di otot rangka. Hormon ini juga meningkatkan sintesis albumin dan protein darah lainnya oleh hati. Insulin meningkatkn penggunaan glukosa sebagai bahan bakar dengan merangsang transport glukosa ke dalam otot dan jaringan adipose. Pada saat yang sama, insulin bekerja menghambat mobilisasi bahan bakar . Hormon insulin merupakan hormon polipeptida yang disintesis oleh sel beta pankreas endokrin yang terdiri dari kelompok mikroskopis kelenjar kecil atau pulau Langerhans, tersebar di seluruh pankreas eksokrin (Marks dkk, 2000).

Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat disimpan serta tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam-asam amino tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut tetap berada di dalam plasma. Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa, kolesterol, serta lemak (Jordan, 2002).

(39)

20 2.5 Diabetes Mellitus Pada Wanita

Wanita lebih rentan menderita penyakit kronis, seperti Diabetes, dan menderita cacat dibandingkan dengan laki-laki. Diperkirakan tahun 2015-2050 bahwa mayoritas kasus Diabetes Mellitus terjadi pada wanita. Menurut Dinas Kesehatan Task Force Amerika Serikat, masalah Diabetes pada wanita merupakan masalah yang sangat penting, karena terdapat kaitan antara kehamilan dengan kejadian Diabetes Mellitus (CDC, 2011).

Diabetes kemungkinan menjadi sangat berat bagi perempuan. Beban Diabetes pada wanita adalah unik karena penyakit ini dapat mempengaruhi baik ibu dan anak-anak mereka yang belum lahir. Diabetes dapat menyebabkan kesulitan selama kehamilan seperti keguguran atau bayi lahir dengan cacat lahir. Wanita dengan Diabetes juga lebih mungkin untuk memiliki serangan jantung, dan pada usia yang lebih muda, daripada wanita tanpa Diabetes (American Diabetes Association).

(40)

21

Riskesdastahun 2007 menyatakan bahwa 48.2 persen penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik, dimana kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik (54.5 persen) lebih tinggi dari pada kelompok laki-laki (41,4 persen). Selain itu kurang melakukan aktivitas fisik didaerah rural sebesar 42,4 persen sementara didaerah urban kurang melakukan aktivitas fisik telah mencapai 57,6 persen (Kemenkes RI, 2011).

Selain Diabetes Mellitus tipe 2, wanita bisa mengalami jenis Diabetes Mellitus gestasional yakni Diabetes yang terjadi saat hamil. Sebuah penelitian dilakukan oleh Ifan dan dua orang temannya pada tahun 2012 untuk mengetahui faktor risiko kejadian preDiabetes/ Diabetes Mellitus gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa usia ibu hamil dan riwayat overweight merupakan faktor risiko kejadian preDiabetes/ Diabetes melitus gestasional.

(41)

22

Menjaga kesehatan wanita sangatlah penting. Dengan mengetahui risiko kejadian penyakit pada wanita, berguna untuk menentukan upaya-upaya pencegahan penyakit pada wanita termasuk Diabetes Mellitus. Jika perkembangan Diabetes Mellitus pada wanita tidak segera dikendalikan dan dicegah, tentu akan mepengaruhi status kesehatan masyarakat, dimana wanita memilki tugas penting dalam status reproduksi seperti melahirkan keturunan. Menjaga kesehatan wanita bukan hanya berharga bagi keluarga, tetapi juga untuk masyarakat dan negara.

2.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Risiko adalah probabilitas atau kemungkinan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan. Sedangkan Faktor risiko atau Risk Factor merupakan salah satu istilah dari risiko berupa penjabaran dari faktor-faktor determinan epidemiologi suatu penyakit yang menentukan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa berupa karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden sebuah penyakit (Bustan, 2008).

(42)

23

tidak dapat diubah. Faktor risiko Diabetes Mellitus antara laian adalah kadar glukosa darah yang tinggi, riwayat keluarga menderita DM, obesitas, kurang aktivitas fisik, usia, hipertensi, riwayat DM saat hamil, dan Sindrom Polikistik pada wanita (Michael dkk, 2005).

Pengukuran faktor risiko DM dilakukan terhadap masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko yang disebutkan pada consensus PERKENI 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang Lingkup Faktor Risiko DM dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

2.6.1 Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifiable risk factor), Faktor risiko yang sudah melekat pada seseorang sepanjang hidupnya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko DM yang tidak dapat di modifikasi antara lain:

1) Ras dan Etnik

(43)

24 2) Usia

Usia merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada host atau penderita penyakit. Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu. Usia juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga karakteristik tempat dan waktu. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut usia sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan proses patogenesis (Masriadi, 2012).

Hasil analisis multivariat pada penelitian ” Gaya Hidup dan Status Gizi Serta Hubungannya Dengan Diabetes Mellitus Pada Wanita Dewasa di DKI Jakarta ” menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko Diabetes Mellitus pada perempuan dewasa antara lain usia > 45 tahun baik pada wanita obes maupun tidak obes. Dalam

penelitian Radio Putro tentang “Studi Kasus di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi” bahwa salah satu

faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DM

tipe 2 adalah usia≥ 45 tahun.

(44)

25

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna, 2014)

3) Riwayat Keluarga Menderita DM

Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua dengan DM (Ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan). Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah seorang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75% bilamana kedua-duanya menderita DM. Pada umumnya apabila seseorang menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko DM sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2008).

Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu (Trisnawati & Soedijono, 2013).

(45)

26

gram/ 9 pounds) biasanya dianggap sebagai praDiabetes (Lanywati, 2001).

5) Riwayat lahir dengan berat badan <2500 gram.

Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ialah apabila seseorang ketika lahir dengan berat badan <2500 gram. Seseorang yang lahir dengan BBLR dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar mengapa riwayat BBLR seseorang dapat berisiko terhadap kejadian BBLR (Kemenks, 2008).

(46)

27

2.6.2 Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor) artinya faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau di siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu menjadi tidak ada lagi. Faktor risiko yang bisa di modifikasi :

1) Obesitas (IMT lebih dari 25kg/m2)

Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati). Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan (Gusti & Erna, 2014). Indeks masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2

. JIka lebih dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami obesitas.

(47)

28

hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh.

Pada pasien Diabetes tipe 2, pankreas yang memproduksi insulin sebagian rusak. Sehingga insulin tidak dapat dihasilkan dalam jumlah yang cukup. Kegemukan melambangkan seperti seakan-akan lubang kunci pada sel-sel berubah bentuk sehingga diperlukan lebih banyak insulin. Namun peningkatan kebutuhan insulin tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebagai akibatnya, konsentrasi glukosa darah menjadi tinggi (Soegondo, 2008).

Ambilan (uptake) glukosa oleh sel yang meliputi sel otak, sel darah merah, sel mukosa usus, tubulus renalis, dan plasenta. Di bawah pengaruh insulin, sel-sel tersebut menggunakan glukosa sebagai bahan bakar dan bukan lemak atau protein. Efek samping utama yang ditimbulkan oleh insulin adalh hipoglikemia. Pada saat melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik, akan terjadi mekanisme lain yang digunakan oleh otot yang sedang melakukan exercise (latihan fisik) untuk mengambil glukosa tanpa bergantung pada insulin (Jordan, 2002).

2) Obesitas abdominal

(48)

29

satu cara untuk mengukur lemak perut (Balkau, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dkk pada tahun 2013 di Puskesmas Kecamatan Denpasar Selatan menunjukkan bahwa orang yang mengalami obesitas abdominal (Lingkar perut pria >90 cm dan wanita >80 cm) berisiko 5,19 kali menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (95% CI 2,31-11,68).Hal ini dapat dijelaskan bahwa obesitas sentral khususnya di perut yang digambarkan oleh lingkar pinggang lebih sensitif dalam memprediksi gangguanm akibat resistensi insulin pada DM tipe 2 (Trisnawati dkk, 2013).

Pada orang yang obes, terjadi peningkatan pelepasan asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) dari lemak visceral (lemak pada rongga perut) yang lebih resisten terhadap efek metabolik insulin dan lebih sensitif terhadap hormon lipolitik. Peningkatan FFA menyebabkan hambatan kerja insulin sehingga terjadi kegagalan uptake glukosa ke dalam sel yang memicu peningkatan produksi glukosa hepatik melalui proses glukoneosis (Kemenkes RI, 2008).

(49)

30

Diabetes Mellitus. Untuk megukur obesitas abdominal ialah dengan cara mengukur lingkar perutnya. Obesitas abdominal ialah jika lingkar perut pada laki-laki >90 cm, sedangkan pada wanita >80 cm.

3) Kurangnya aktifitas Fisik

(50)

31

pekerjaan kantor seperti mengetik. Dengan kata lain, aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu (Kemenkes RI, 2011).

Latihan olah raga secara teratur dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10 tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu melalui latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan Diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar pada pria yang lebih gemuk. Penggolongan aktivitas fisik menurut WHO yang sesuai dengan pengendalian faktor risiko DM adalah dengan melakukan latihan fisik sedang sampai berat selama 30 menit atau lebih secara terus menerus dan dilakukan seminggu tiga kali merupakan aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani (Kemenkes RI, 2008).

(51)

32

lebih banyak glukosa daripada pada waktu tidak bergerak. Dengan demikian kosentrasi glukosa darah akan turun. Melalui olahraga/kegiatan jasmani, insulin akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel otot untuk dibakar (Soegondo, 2008).

Hasil penelitian Fitriyani di Kota Cilegon padatahun 2012 menunjukkan bahwa orang yang aktivitas sehari-harinya ringan memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-harinya sedang dan berat.

4) Hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg)

(52)

33

Tabel 2.6.1

Hipertensi Menurut Kelompok Usia

Keompok Usia Normal (mm Hg) Hipertensi (mm Hg)

Bayi 80/40 90/60

Anak 7-11 tahun 100/60 120/80

Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80 Dewasa 20-45 tahun

(53)

34

Selain menjadi faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi juga merupakan kondisi umum yang biasanya berdampingan dengan DM dan memperburuk komplikasi DM dan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular (Mangesha, 2007). Berdasarkan penelitian kohort yang dilakukan oleh David Conen dkk (2007) pada wanita yang sehat menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi (selama 10 tahun masa pengamatan) bisa berkembang menjadi Diabetes Mellitus tipe 2. Disimpulkan bahwa wanita yang memiliki tekanan darah tinggi memiliki risiko yang tinggi terkena Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan wanita yang tekanan darahnya normal.

Disfungsi endotel bisa menjadi salah satu patofisiologi umum yang menjelaskan hubungan kuat antara tekanan darah dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penanda disfungsi endotel berhubungan dengan omset Diabetes dan disfungsi endotel berkaitan erat dengan tekanan darah dan hipertensi (Conen dkk, 2007).

(54)

35

darah menjadi terganggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiardani dkk tahun 2010, membuktikan bahwa orang yang hipertensi berisiko 2,3 kali untuk terkena Diabetes Mellitus tipe 2.

5) Dislipidemia(HDL < 35mg/dl dan atau trigliserida >250mg/dl)

Dislipidemia adalah suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah, dapat meningkat (misalnya kolesterol, trigliserid, LDL dan lainnya) atau menurun (misalnya HDL) (Tapan, 2005).

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dislipidemia adalah salah satu komponen dalam trias sindrom metabolik selain Diabetes dan hipertensi (Pramono, 2009).

6) Pola Konsumsi tidak sehat (unhealthy diet)

(55)

36

manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh (Kemenkes RI, 2002).

Peningkatan asupan buah-buahan dan sayuran telah disahkan sebagai kebijakan kesehatan masyarakat untuk indikator pola hidup sehat. Pengurangan asupan lemak dan peningkatan serat telah dilihat sebagai alasan umumuntuk peningkatan konsumsi buah dan sayuran. Peningkatan asupan serat dapat memperbaiki kontrol glikemik pada Diabetes (Jenkins, 2003).

Diet sehat yang berkaitan dengan penyakit Diabetes adalah konsumsi sayur dan buah sebagai asupan serat untuk membantu metabolisme. Sedangkan konsumsi gula atau makanan yang terlalu manis dengan jumlah yang sangat berlebihan dapat menimbulkan risiko Diabetes Mellitus. Penelitian yang dilakukan oleh Sufiati dan Erma pada tahun 2012, membuktikan bahwa asupan serat berhubungan erat dengan kadar gula darah, kolesterol total dan status gizi pada penderita Diabetes Mellitus.

(56)

37

serat makanan yang relatif rendah secara signifikan meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 (Steyn, 2004).

Hanya karbohidrat yang akan mengakibatkan glukosa darah meningkat. Karbohidrat sendiri terdiri dari karbohidrat kompleks dan sederhana. Karbohidrat kompleks misalnya terdapat dalam nasi, kentang, mie, ubi. Sedangkan contoh karbohidrat sederhana seperti gula pasir, glukosa, maltose, dan laktosa. Karbohidrat kompleks diubah dalam usus melalui proses pencernaan menjadi bagian lebih kecil seperti glukosa. Kedua macam karbohidrat ini mempunyai dampak yang sama terhadap konsentrasi glukosa dalam darah (Soegondo, 2008).

Penyakit kronik seperti Diabetes Mellitus tipe 2 muncul sebagai akibat dari perubahan gaya hidup. Kebiasaan dan rutinitas yang merugikan memiliki kekuatan untuk merusak kesehatan. Gaya hidup sedentarial (banyak duduk), kebiasaan merokok, minum alkohol, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress serta mengkonsumsi narkoba dan bahan kimia pengawet bisa menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit kronik termasuk Diabetes Mellitus (Suharjo & Cahyono, 2008).

(57)

38

Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan (Kemenkes RI, 2002).

Tabel 2.6.2

Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi pe Hari untuk Kelompok Wanita Dewasa Usia 29 - >65 tahun

Bahan Makanan Ukuran Porsi

Nasi 4 porsi

Sayuran dan Buah

3-5 porsi

(1 p buah = 1 buah /50 gr pisang) (1 p sayur = 100 gram sayur) Tempe (Protein Nabati) 3 porsi

(1 p = 2 potong sedang) Daging (Protein Hewani) 3 porsi

(1 p = 1 potong sedang/ 50 gr)

(58)

39

faktor risiko yang memungkinkan untuk terjadinya resistensi insulin. Merokok juga telah terbukti menurunkan metabolisme glukosa yang dapat menyebabkan timbulnya Diabetes Mellitus tipe 2. Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko Diabetes melalui mekanisme indeks massa tubuh. Merokok juga telah dikaitkan dengan risiko pankreatitis kronis dan kanker pankreas, menunjukkan bahwa asap rokok dapat menjadi racun bagi pancreas (ASH, 2012).

Merokok meningkatkan kejadian Diabetes dan memperburuk homeostasis glukosa dan komplikasi Diabetes kronis. Dalam komplikasi mikrovaskuler, onset dan perkembangan nefropati Diabetes sangat berhubungan dengan merokok. Merokok dikaitkan dengan resistensi insulin, peradangan dan dyslipidemia. Dalam komplikasi makrovaskuler, merokok dikaitkan dengan kejadian 2 sampai 3 kali lebih tinggi PJK dan kematian. Namun, pencegahan merokok dan berhenti merokok mungkin tidak cukup ditekankan dalam Diabetes klinik (Chang, 2012).

(59)

40

Ditemukan pula bahwa ada 5 kali peningkatan risiko Diabetes pada perokok lebih dari 20 tahun (Venkatachalam, 2012).

Sebuah tinjauan sistematis dilakukan terhadap 25 studi menemukan bahwa ada hubungan antara merokok aktif dan peningkatan risiko Diabetes. Risiko yang berhubungan dengan merokok Diabetes meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap. The Cancer Prevention Study 1, sebuah studi kohort menemukan bahwa wanita yang merokok lebih dari 40 batang sehari memiliki 74% peningkatan risiko Diabetes, sedangkan risiko pada laki-laki meningkat 45% . Ada juga beberapa bukti, termasuk sebuah studi kohort tahun 2011 lebih dari 10.000 orang, yang menunjukkan bahwa paparan asap rokok dapat menjadi faktor risiko untuk pengembangan Diabetes Mellitus tipe 2 (ASH, 2012).

2.7 Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus

(60)

41

penyandang DM rujuk balik dari Rumah Sakit yang merupakan peserta askes dapat diberikan obat oral maupun suntikan selama 30 hari atau sesuai rekomendasi dokter RS (Kemenkes RI, 2013).

Upaya pencegahan Diabetes Mellitus di Indonesia terdiri dari upaya pencegahan prmer, sekunder dan tersier. Upaya tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a.Pencegahan Primer

Sasaran dari program pencegahan primer penyakit Diabetes Mellitus adalah kelompok masyarakat sehat. Kegiatan pokoknya berupa penggerakan peran serta masyarakat dalam PHBS (mencakup perilaku tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, serta menerapkan pola konsumsi yang sehat). Selain itu dilakukan deteksi dini faktor risiko DM tipe 2 secara rutin melalui UKBM seperti Posbindu, serta peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi faktor risiko DM (Kemenkes RI, 2008).

b. Pencegahan Sekunder

(61)

42

pencegahan sekunder bagi pasien DM bertujuan untuk melindungi pasien dari komplikasi (Kemenkes RI, 2008).

Penderita Diabetes Mellitus tidak bisa sembuh secara total, sehingga diperlukan upaya perubahan gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik, serta mengkonsumsi obat secara rutin. Pengaturan pola makan dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah (David dan Linda, 2010).

c.Pencegahan Tersier

(62)

43

2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular

Setelah teori kejadian penyakit menular mulai berkembang sehingga masalah kesehatan dapat teratsi, timbul pula masalah berbagai penyakit menahun/tidak menular yang unsur dan faktor penyebabnya sangat berkaitan erat dengan faal/fungsi tubuh, mutasi dan sifat resistensi tubuh, dan pada umumnya terdiri dari berbagai faktor yang saling kait mengait. Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan berbagai pengamatan epidemiologi terhadap gangguan kesehatan. Dan pada saat ini, teori tentang faktor penyebab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan berbagai faktor yang berperan dalam proses kejadian penyakit (Timmreck, 2001).

Terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa dalam setiap proses terjadinya penyakit terdapat penyebab majemuk (multiple causation) (Timmreck, 2001).

(63)

44

kausalitas penyakit kronis (Timmreck, 2001). Adapun postulat kausalitas penyakit kronis adalah sebagai berikut:

1) Karakteristik penyakit kronis yang dicurigai harus lebih sering ditemukan pada orang yang menderita penyakit yang tengah diteliti dibandingkan pada orang yang tanpa penyakit tersebut.

2) Individu yang memperlihatkan karakteristik penyakit kronis harus lebih sering mengalami penyakit ini daripada orang yang tidak memperlihatkan karakteristik tersebut.

3) Setiap asosiasi yang teramati antara suatu karakteristik faktor risiko dan penyakit kronis harus memiliki hubungan antara karakteristik faktor risiko dan penyakit yang diteliti, demikian pula dengan setiap karakteristik faktor risiko terkait serupa yang dapat menyebabkan penyakit selama penelitian.

4) Insidensi penyakit kronis harus meningkat dalam hal durasi dan intensitas faktor risiko.

5) Distribusi suatu faktor risiko harus sebanding dengan faktor risiko penyakit kronis dalam semua faktor.

6) Semua aspek pada kesakitan akibat penyakit kronis harus dihubungkan dengan tingkat pemajanan terhadap faktor risiko.

(64)

45

8) Populasi penduduk yang terpajan faktor risiko dalam penelitian yang dikontrol harus lebih sering terkena penyakit kronis daripada mereka yang tidak terpajan.

Delapan elemen yang menghubungkan asosiasi antara penyebab yang diduga dengan terjadinya suatu penyakit kronis juga telah dikembangkan dari teori kausalitas oleh Hill (Bustan, 2008):

a. Kekuatan dari asosiasi sebab akibat.

Analisis hubungan didasarkan dari besarnya nilai-nilai statistik yang bermakna dari hasil uji statistik.

b. Bersifat temporal

Hubungan antara penyakit dengan paparan bersifat temporal, dimana kejadian penyakit muncul didahului dengan paparan.

c. Dosis Respon

Respon dosis menunjukkan adanya peningkatan dosis keterpaparan dengan peningkatan kejadian penyakit.

d. Biological Plausibility

Hubungan kejadian penyakit dengan paparan bisa dijelaskan secara biologis.

e. Bersifat konsisten

(65)

46

Eliminasi paparan dapat menghilangkan atau menurunkan kejadian penyakit.

g. Bersifat Khusus (Spesifik)

Spesifisitas ditujukan dengan suatu faktor risiko menyebabkan suatu akibat tersendiri dan tidak terjadi pada faktor lain.

h. Analogi

Jika suatu faktor lain yang serupa dengan faktor yang diamati mempunyai dampak yang serupa.

(66)

47

(67)

48 2.9 Kerangka Teori

Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya tentang faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, maka kerangka konsep tentang faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Melltius tipe 2 adalah sebagai berikut berikut:

Bagan 2.9.1

KerangkaTeori

(Sumber : Steyn dkk, 2004)

(68)

49 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Sedangkan variabel independennya merupakan faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabates Mellitus. Berdasarkan kerangka teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka ada beberapa faktor risiko yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Variabel tersebut antara lain riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram, riwayat keluarga dengan DM, dan hipertensi.

(69)

50

a. Riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram

Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Namun belum banyak penelitian-penelitian terdahulu yang menjelaskan tetang faktor tersebut. Maka pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menyertakan riwayat melahirkan bayi dengan berat

≥4.000 gram sebagai salah satu variabel indpenden yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus pada wanita.

b. Riwayat keluarga dengan DM

Penyakit Diabetes Mellitus erat sekali kaitannya dengan riwayat keluarga dengan Diabetes. Baik dari ibu, ayah, maupun saudara kandung.

c. Hipertensi

(70)

51 Bagan 3.1.1

(71)

52

Usia Diagnosa Usia saat pertama kali didiagnosa menderita

(72)

53

(73)

54 3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

2. Riwayat keluarga menderita DM merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.

(74)

55 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan disain studi case control. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian dengan disain studi case control merupakan penelitian yang bersifat observasional mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang (retrospektif) untuk menguji hipotesis spesifik tentang adanya hubungan pemaparan terhadap faktor risiko di masa lalu dengan timbulnya penyakit (Masriadi, 2012). Sehingga dalam hal ini, faktor-faktor di masa lampau yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus diteliti pada masa sekarang (saat penelitian berlangsung).

(75)

56

Bagan 4.1.1 Rancangan Penelitian Case Control

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tepatnya pada bulan April-Juni tahun 2014.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah target dimana peneliti menghasilkan hasil penelitian (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien wanita rawat jalan di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2014. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok kasus dan kontrol dimana kelompok kasus merupakan kelompok wanita yang menderita Diabetes Mellitus sedangkan kelompok kontrol adalah wanita yang tidak menderita penyakit Diabetes Mellitus.

+ Diabetes Mellitus tipe 2 (Kasus)

- Diabetes Mellitus tipe 2 (Kontrol) + Faktor Risiko

(76)

57 4.3.2 Sampel

Pada pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi baik untuk kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian yang dipakai sehingga mereka yang memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan bisa dimasukkan sebagai sampel penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria yang digunakan sehingga mereka yang sudah memenuhi syarat inklusi terpaksa dikeluarkan karena tidak tepat untuk diteliti lebih lanjut (Bustan, 2008). Dengan demikian, karena peneliti sudah menetapkan kriteria tersebut, maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik tersebut merupakan teknik pengambilan sampel dimana sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria tertentu oleh peneliti (Swarjana, 2012).

a) Kriteria inklusi untuk kasus:

1. Pasien wanita dengan Diabetes Mellitus tipe 2 yang berobat di Puskesmas Pesanggrahan tahun 2014.

2. Berdomisili di wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

b) Kriteria eksklusi untuk kasus

(77)

58

a. Kriteria inklusi untuk kontrol:

1. Pasien wanita yang berobat di Puskesmas Pesanggrahan tahun 2014 dan tidak menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Berdomisili di wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

b. Kriteria eksklusi untuk kontrol

1. Pernah menderita Diabetes Mellitus tipe lain.

Untuk menghitung besar sampel dalam penelitian ini, rumus besar sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Z1-α/2 : Deviat baku alpha Z1-β : Deviat baku beta

P2 : Proporsi terpapar pada kelompok kontrol P1 :

Kesalahan tipe I dan tipe II dalam penelitian ini diwakili oleh nilai

(78)

1-59

α/2= 1,96 dan Z1-β = 0,84. Untuk mengetahui nilai P2 didapatkan dari penelitian sebelumnnya dengan mengetahui proporsi terpapar pada kelompok kontrol (Sopiyudin, 2010). Maka berdasarkan proporsi beberapa variabel yang ada pada penelitian sebelumnya, didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

Tabel 4.3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan P2 dari Penelitian Sebelumnya

Variabel P1 P2 OR n

Riwayat Keluarga menderita

DM (Zahtamal, 2007) 39,3 % 14,7 % 3,75 37 Riwayat Keluarga menderita

DM (Valliyot, ) 55 % 37,5 % 2,04 120

Berdasarkan tabel di atas, jumlah sampel minimal yang seharusnya diambil adalah 120 masing-masing untuk kelompok kasus dan kontrol. Namun karena jumlah kelompok kasus yang memenuhi kriteria hanya 112, maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 112 kelompok kasus dan 125 kelompok kontrol (ditambah 10% untuk dropp out). Total keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 237.

4.4 Instrumen Penelitian

(79)

60

4.5Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

4.4.1 Data Primer

Semua variabel independen seperti riwayat pernah melahirkan bayi dengan berat ≥4.000 gram, dan riwayat hipertensi di ketahui dengan melakukan pengukuran serta melakukan wawancara menggunakan kuisioner.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam peneitian ini adalah data pendukung seperti data jumlah kasus Diabetes Mellitus, serta hasil pemeriksaan laboratorium pasien.

4.5 Pengolahan Data

Gambar

Tabel 2.6.1  Hipertensi Menurut Kelompok Usia ................................................
gambaran klinik dari Diabetes Mellitus tidak jelas dan baru ditemukan
Tabel 2.6.1
Tabel 2.6.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya Sjahrir berpendapat bahwa mentalitas itu sesuatu yang melekat ( inhern ) akibat peninggalan sistem feodal. Adanya perbedaan pendapat ini menyebabkan mereka

Dimana website ini merupakan program yang menolong pelanggan dalam memperoleh informasi berbagai macam pelayanan yang disediakan oleh CMS Fashion Collection dengan cepat

Studi Kelayakan Pengembangan Angkutan Sungai di Jawa Tengah. PEMERINTAH PROVINSI

Pelaksanaan surat Keputusan Badan Arbitrase Syariah Nasional dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah setelah lahirnya putusan Mahkamah Konstitusi

6 Keluarga saya banyak yang berbagi informasi mengenai pengalaman mereka menggunakan sepeda motor Honda sehingga saya terdorong untuk menggunakannya. Keputusan

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa produk yang berasal dari bekatul mempunyai potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan sebagai produk pangan atau bahan pangan fungsional

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini yang dimaksud dengan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan yang selanjutnya disebut DAK Bidang Pendidikan adalah

Menurut Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi Mahasiswa Program Kependidikan