• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN RASA AMAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN RASA AMAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wirausaha merupakan ujung tombak kemajuan perekonomian suatu

negara. Menurut pendapat David McClelland, (seperti yang disebut oleh

Nugroho, 2010), suatu Negara akan menjadi makmur apabila mempunyai

entrepreneur setidaknya sebanyak 2% dari jumlah penduduk keseluruhan.

Wirausaha menurut Hisrich dan Peters (seperti yang disebut oleh Alma, 2009)

adalah: the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and

social risk, and recieving the resulting rewards of monetary and personal

satisfication and independence.

Berkaca dari jumlah ideal wirausaha tersebut diatas, yakni 2% dari

jumlah penduduk, maka jika BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia adalah

237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2009), seharusnya terdapat setidaknya

4.752.827 wirausahawan di Indonesia. Namun, jumlah wirausaha di Indonesia

sampai tahun 2010 baru mencapai 0,24% (Djumena, 2011). Itu artinya, jumlah

wirausaha di Indonesia hanya sekitar 570.339 wirausaha. Berarti, Indonesia

masih memerlukan sekitar 4.182.488 wirausahawan. Jumlah wirausaha yang ada,

secara teoritis masih belum dapat meningkatkan kemajuan perekonomian

Indonesia. Besarnya kesenjangan jumlah wirausaha antara jumlah ideal dengan

jumlah wirausaha yang ada, membuat pemerintah dan swasta yang sadar akan

pentingnya wirausaha, gencar melakukan kegiatan yang bertujuan untuk

mendorong masyarakat Indenesia untuk berwirausaha.

Misalnya saja Bank mandiri yang mempunyai program “Wirausaha

Mandiri”. Program tersebut sudah dilakukan sejak 2008 lalu (Nisa, 2010). Perum

pegadaian juga mencanangkan program go entrepreneurship yang bertujuan

(2)

2

Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyiapkan dana sebesar

50 juta rupiah untuk mencetak 10.000 sarjana wirausaha setiap tahunnya (Latief,

2010). Trans tv, sebuah stasiun televisi swasta, memiliki program bernama

“Bosan Jadi Pegawai”, yang menyuguhkan kepada masyarakat mengenai

bagaimana teknis berwirausaha, mulai dari bagaimana mengawali usaha,

melakukan proses produksi, sampai pemasaran produk. Ir. Ciputra, salah seorang

wirausahawan di Indonesia, bahkan memiliki setidaknya 2 usaha yang

dilakukannya untuk mendorong masyarakat Indonesia agar berwirausaha, yaitu

dengan mendirikan Universitas Ciputra, yang berorientasi kepada pencetakan

wirausahawan baru, dan melalui salah satu program yang ditayangkan di Metro

tv yang bertajuk “Ciputra creating entrepreneurs”. Kuswara (2011) mencatat

setidaknya ada 6 usaha yang dilakukan untuk meningkatkan wirausaha pada

mahasiswa, antara lain; 1) pendirian pusat kewirausahaan kampus, yang telah

melakukan banyak kegiatan yang dilaksanakan seperti seminar, talkshow, short

course, loka karya, workshop, praktek usaha, kerjasama usaha, Entrepreneurship

Expo, Entrepreneurship Challange dll.; 2) entrepreneurship priority, yaitu

menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai salah satu mata kuliah yang

penting untuk diberikan kepada mahasiswa, dan telah dilakukan dengan serius

oleh beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta; 3) pengembangan

program mahasiswa wirausaha (PWM), yaitu pemberian modal kepada

mahasiswa yang mempunyai usaha atau rencana usaha yang dilombakan melalui

proposal yang dikirim kepada dikti; 4) program wirausaha mandiri untuk

mahasiswa yang diselenggarakan bank mandiri; 5) program peningkatan

kompetensi tenaga kerja dan produktivitas bagi mahasiswa, yang

diselenggarakan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, bertujuan agar

mahasiswa mempersiapkan diri untuk membuka lapangan pekerjaan baru; 6)

program pemberian modal usaha untuk mahasiswa, dilakukan oleh Kementrian

Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), dengan memberikan

(3)

3

Berbagai usaha yang dilakukan oleh banyak pihak tersebut, bertujuan

untuk mendorong masyarakat Indonesia agar berwirausaha. Namun upaya

tersebut masih belum menunjukkan peningkatan minat masyarakat untuk

berwirausaha. Hal ini terbukti dengan masih ramainya masyarakat Indonesia

yang menjadikan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), merupakan

pekerjaan yang paling diinginkan. Terlihat dari jumlah pelamar pada saat

perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), jumlah pelamar CPNS selalu

membludak dari periode ke periode. Selain momen perekrutan CPNS, hal lain

yang menunjukkan minimnya minat berwirausaha masyarakat Indonesia yaitu

pada kegiatan pameran bursa kerja (job market fair) yang diselenggarakan oleh

PLKT Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa

Timur yang diselenggarakan mulai tanggal 22-25 Maret 2010 lalu, jumlah

pencari kerja yang terdaftar mencapai 2.261 orang, sedangkan lowongan yang

tersedia hanya sebanyak 272 kursi. Hal tersebut dikemukakan oleh

Infokerja-jatim (2010, 23 Maret). Itu artinya, 1 kursi diperebutkan oleh 9 orang peserta job

market fair tersebut. Fakta lain yang menunjukkan lemahnya minat berwirausaha

mahasiswa ditunjukkan dengan data yang dihimpun oleh Pusat Pengembangan

Wirausaha Universitas Hasanuduin (Unhas), yang mencatat bahwa dari 8.000

wisudawan setiap tahun, hanya 1% yang menjadi wirausaha. Itu artinya, dari

8.000 wisudawan, hanya 80 wisudawan yang menjadi wirausaha. Padahal, di

Sulawesi Selatan banyak sekali sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk

kegiatan wirausaha (Universitas Hasanuddin, 2009).

Idealnya, jika dukungan dari pemerintah maupun swasta berupa

pemberian fasilitas baik berupa modal, pendidikan, pelatihan dan pengetahuan

mengenai kewirausahaan semakin gancar, hal tersebut diharapkan akan dapat

meningkatkan intensi masyarakat untuk berwirausaha. Namun faktanya, jumlah

wirausahawan di Indonesia masih berkisar 0,24 % dari jumlah masyarakat

Indonesia keseluruhan (Djumena, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada

(4)

4

mengindikasikan bahwa, rendahnya intensi berwirausaha seseorang, bukan

karena kurangnya sarana maupun dukungan dari pihak luar.

Intensi merupakan predisposisi dari suatu perilaku (Dayakisni dan

Hudaniah, 2009). Lebih lengkap lagi, Fishbein & Ajzen (seperti disebut oleh

Dayakisni dan Hudaniah, 2009) mengemukakan bahwa intensi merupakan suatu

komponen konatif dari sikap, sehingga dapat dikatakan bahwa komponen konatif

ini berhubungan erat dengan komponen afektif dari sikap. Dengan kata lain,

intensi merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu

perilaku. Jadi, intensi berwirausaha merupakan niatan seseorang untuk

melakukan kegiatan wirausaha.

Menyadari akan pentingnya wirausaha, berbagai penelitian mengenai

intensi berwirausaha banyak dilakukan, misalnya, Lie (2004) meneliti tentang

gambaran intensi dan sifat-sifat kewirausahaan mahasiswa Bali. Hasil dari

penelitian tersebut menyebutkan bahwa mahasiswa Bali, baik yang tinggal di

Jakarta maupun yang tinggal di Bali mempunyai intensi yang tinggi untuk

menjadi wirausahawan. Astriyana (2006) meneliti tentang perbedaan

kecenderungan pengambilan resiko dan intensi untuk menjadi wirausahawan

antara mahasiswa yang mendapatkan dan tidak mendapatkan pendidikan

kewirausahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa baik intensi

maupun risk-taking mahasiswa yang pernah mendapatkan pendidikan kewirausaan lebih tinggi daripada intensi dan risk-taking mahasiswa yang tidak

pernah mendapatkan pendidikan kewirausahaan. Hasil analisa tambahan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Astriyana (2006) ini mengatakan bahwa terdapat

hubungan antara kecenderungan mengambil resiko dan intensi berwirausaha

pada mahasiswa semester 6 ke atas. Songan (2006) meneliti tentang profil risk-taking behavior wirausaha wanita di Jakarta. Hasil penelitiannya menyebutkan

bahwa hampir semua wirausaha wanita di Jakarta, memiliki risk-taking yang

tinggi. Adhitya (2010) meneliti tentang perbedaan intensi berwirausaha pada

(5)

5

tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan intensi berwirausaha ditinjau dari

karakter kecerdasan adversity.

Dari beberapa penelitian tersebut, 3 penelitian menunjukkan bahwa dunia

wirausaha erat kaitannya dengan risk taking. Risk taking (pengambilan resiko)

menunjukkan suatu kegiatan yang berkaitan dengan menghadapi situasi yang

tidak pasti, Vaughan (seperti yang disebut oleh Darmawi, 1990) menyebutkan

bahwa definisi risiko dibagi menjadi tiga, yaitu: Risk is the chance of loss, Risk is the possibility of loss, dan Risk is uncertainty. Artinya, wirausaha erat kaitannya

dengan ketidakpastian. Penelitian-penelitian tersebut, setidaknya menjawab

fenomena masyarakat yang lebih memilih menjadi PNS atau pegawai, ketimbang

berwirausaha, meskipun berbagai fasilitas dan program-program pemerintah

maupun swasta telah dilakukan untuk meningkatkan intensi berwirausaha

masyarakat Indonesia. Yaitu, karena berwirausaha memiliki banyak

ketidakpastian.

Berwirausaha menjanjikan pemasukan yang tidak pasti setiap bulannya.

Terkadang mendapatkan keuntungan yang sangat besar, terkadang tidak

mendapatkan apa-apa, dan terkadang harus membayar atas kerugian. Selain

ketidakpastian pemasukan, dalam berwirausaha kita tidak akan mendapatkan

jaminan kesehatan, maupun jaminan lainnya dan dana pensiun di masa tua.

Sedangkan menjadi pegawai artinya akan mendapatkan gaji dalam jumlah yang

sama setiap bulannya, mendapatkan tunjangan kesehatan, jaminan kesehatan dan

keselamatan kerja, mendapatkan jaminan dana pensiun di hari tua, dan banyak

lagi kepastian yang ditawarkan oleh profesi sebagai pegawai.

Berbagai kepastian yang dijanjikan oleh profesi sebagai pegawai, dapat

memenuhi kebutuhan rasa aman seseorang. Kebutuhan rasa aman adalah

kebutuhan akan stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,

kebebasan dari rasa takut dan cemas (Alwisol, 2004). Sedangkan ketika

seseorang berwirausaha, maka tidak ada stabilitas pemasukan, maupun jaminan

(6)

6

keberlangsungan hidupnya. Penelitian sebelumnya mengenai kebutuhan rasa

aman telah dilakukan oleh Kurniasari (2011) yang meneliti tentang hubungan

antara entrepreneurship dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman karyawan yang

pensiun dini. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang pensiun

dini memenuhi kebutuhan rasa amannya dengan cara berwirausaha. Muharammi

(2005) meneliti tentang pengaruh pemenuhan kebutuhan rasa aman terhadap

intensi turnover karyawan bagian pelaksana PT Pilar Mandiri Nusa Tenggara

Barat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa semakin tinggi pemenuhan

kebutuhan rasa aman, maka semakin rendah intensi turn over. Dari berbagai

penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa seseorang cenderung melakukan sesuatu

untuk memenuhi kebutuhan rasa amannya dengan cara mencari keadaan yang

menjanjikan kepastian, perlindungan, dan jaminan.

Hal lain yang menunjukkan bahwa seseorang akan cenderung melakukan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan rasa amannya yaitu sebuah fenomena

asuransi yang terjadi di Indonesia. Eddy (seperti yang disebut oleh Ani, 2008)

menyebutkan bahwa saat terjadi krisis moneter tahun 1998, premi asuransi

tumbuh mencapai lebih dari 30 persen. Menurut analisanya, krisis membuat

orang mulai khawatir dan mencari perlindungan diri, salah satunya adalah

dengan asuransi. Evelina (seperti yang disebut oleh Aco, 2010) menyebutkan

bahwa, banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia, berdampak pada

meningkatnya pembelian produk asuransi oleh masyarakat.

Pentingnya jaminan baik jaminan jiwa, jaminan kesehatan, serta jaminan

hari tua, bagi masyarakat Indonesia, terlihat juga dari rencana demo yang akan

dilakukan oleh buruh untuk memperingati hari buruh tahun 2010 di Jakarta yang

tercatat oleh kompas.com. Para buruh tersebut berencana menuntut beberapa hal

menyangkut kesejahteraan mereka. Antara lain mengenai penerapan Jaminan

Sosial Nasional (jamsosnas) dan jaminan proteksi pemberlakuan perdagangan

(7)

7

Jaminan dan perlindungan adalah bagian dari rasa aman. Beberapa

fenomena mengenai asuransi dan demo buruh yang menuntut jaminan tersebut

adalah bukti nyata bahwa kebutuhan rasa aman merupakan sesuatu yang sangat

penting bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut disinyalir berhubungan dengan

intensi berwirausaha seseorang. Karena seauai dengan ulasan diatas, bahwa

ketika berwirausaha seseorang berwirausaha maka ia tidak akan mendapatkan

semua jaminan, perlindungan dan lain sebagainya yang dapat memenuhi

kebutuhan rasa amannya.

Dari uraian diatas, kebutuhan rasa aman disinyalir berhubungan dengan

intensi berwirausaha. Untuk itulah, peneliti ingin mengetahui bagaimana

hubungan antara kebutuhan rasa aman dengan intensi berwirausaha.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara kebutuhan rasa

aman dengan intensi berwirausaha?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kebutuhan rasa aman dengan intensi berwirausaha.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana bagi ilmu psikologi,

khususnya psikologi sosial, dalam bidang kewirausahaan. Serta sebagai

referensi teoritis maupun empiris untuk peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kontribusi kebutuhan rasa aman terhadap intensi berwirausaha. Sehingga

pihak-pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan jumlah wirausaha di

(8)

8

meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia, selain pemberian dukungan

berupa pemberian fasilitas seperti modal maupun pelatihan dan pengetahuan

mengenai kewirausahaan.

Jika penelitian ini terbukti (artinya ada hubungan antara kebutuhan rasa

aman dengan intensi berwirausaha), maka penelitian ini dapat dijadikan

referensi untuk merumuskan strategi dalam mendorong masyarakat untuk

berwirausaha, agar tepat sasaran. Artinya, pemberian fasilitas fisik seperti

modal, sarana dan lain sebagainya, serta pendidikan dan training kepada

masyarakat, dapat menjadi efisien dengan mempertimbangkan tingkat

(9)

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN RASA AMAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA

SKRIPSI

Oleh: Dilla Mindrasari

07810200

FAKULTAS PSIKOLOGI

(10)

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN RASA AMAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Dilla Mindrasari

07810200

FAKULTAS PSIKOLOGI

(11)
(12)
(13)
(14)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT penguasa alam

semesta yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya. Tuhan yang membentangkan

langit dan bumi dengan segala kenikmatan yang tak ternilai, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni

Agama Islam. Semoga kita dapat meneladani akhlaq mulia beliau.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psiklogi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, S.Psi, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si dosen pembimbing pertama yang telah

memberikan banyak pencerahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih untuk arahan, saran, dan bimbingan yang diberikan. Thank you so much for enlighten me Sir. That’s very kind of You.

3. Ibu Tri Muji Ingarianti, M.Psi dosen pembimbing kedua yang telah memberikan

arahan dan membangkitkan kembali semangat penulis hingga akhirnya penulis

memiliki kepercayaan diri kembali untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

untuk arahan, saran, dan bimbingan yang diberikan. Thank you so much for raise me

up Mam, that’s very thoughtful of you.

4. Bapak Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan

(15)

5. Ibu Hernawati (ibunda tercinta). Terima kasih untuk curahan kasih sayang tak

terhingga, untaian doa, senyuman, dukungan, dan semua yang telah Mama berikan

pada Dilla. Semua itulah yang bisa membuat Dilla masih bisa berdiri tegak sampai

detik ini. Karya ini adalah hadiah untuk Mama yang sudah terlalu lama menunggu

kelulusan Dilla. Semoga Allah selalu menyayangimu, seperti Engkau menyayangiku,

Ma. You’re my angel. I love you Ma, I always have.

6. Bapak Bambang Suhartono (ayahandaku). Terima kasih telah memberikan rasa

aman ketika rasa khawatir mencengkeram, terima kasih untuk setiap kata Dilla yang

Papa wujudkan, terima kasih telah mengajari pahit manis kehidupan yang

sebenarnya.

7. Semua keluarga, tetangga dan teman untuk dukungan yang diberikan kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan

saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Malang, 10 Mei 2012

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuha Rasa Aman 1. Pengertian Kebutuhan Rasa Aman ... 9

2. Bentuk Kebutuhan Rasa Aman ... 10

3. Aspek Kebutuhan Rasa Aman ... 10

4. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Rasa Aman ... 12

5. Perkembangan Kebutuhan Rasa Aman ... 12

B. Intensi Berwirausaha 1. Intensi a. Pengertian Intensi Berwirausaha ... 15

b. Kekhususan Intensi Berwirausaha ... 17

(17)

d. Proses Terbentuknya Intensi Berwirausaha ... 18

2. Wirausaha a. Profil Wirausahawan... 21

b. Kualifikasi Seorang Wirausahawan ... 22

C. Hubungan Kebutuhan Rasa Aman dengan Intensi Berwirausaha ... 23

D. Kerangka Pemikiran ... 26

E. Hipotesa ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian 1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

2. Definisi Operasional ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 30

E. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas ... 33

b. Reliabilitas ... 38

F. Prosedur Penelitian ... 39

G. Analisa Data ... 41

BAB IV HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42

B. Hasil Analisa Data ... 45

C. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA... 55

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Kebutuhan Rasa Aman... 32

Tabel 2 : Blue Print Skala Intensi Berwirausaha ... 33

Tabel 3 : Hasil Uji Validitas Skala Kebutuhan Rasa Aman ... 35

Tabel 4 : Blue Print Skala Kebutuhan Rasa Aman Setelah Uji Coba ... 36

Tabel 5 : Hasil Uji Coba Skala Intensi Berwirausaha ... 37

Tabel 6 : Blue Print Skala Intensi Berwirausaha Setelah Uji Coba ... 38

Tabel 7 : Hasil Uji Reliabilitas Skala ... 39

Tabel 8 : Rekapitulasi Data Subjek ... 42

Tabel 9 : Tabel Sebaran skor T untuk Variabel Kebutuhan Rasa Aman ... 43

Tabel 10 : Tabel Sebaran skor T untuk Variabel Intensi Berwirausaha ... 44

Tabel 11 : Tabulasi Silang Kebutuhan Rasa Aman dengan Intensi Berwirausaha .. 45

Tabel 12 : Hasil Analisa Regresi ... 45

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Sebelum TryOut ... 58

Lampiran 2 : Data Try Out ... 66

Lampiran 3 : Output Try Out Skala Kebutuhan Rasa Aman ... 69

Lampiran 4 : Output Try Out Intensi Berwirausaha ... 80

Lampiran 5 : Skala Setelah TryOut ... 89

Lampiran 6 : Data Penelitian... 97

Lampiran 7 : Nilai T-Score ... 102

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, D. (2010). Perbedaan intensi berwirausaha pada mahasiswa ditinjau dari karakter kecerdasan adversity [on-line]. Abstrak diakses 10 Maret 2011 dari http://ums.ac.id.

Alma, B. (2009). Kewirausahaan untuk mahasiswa dan umum: Menumbuhkan jiwa wirausaha bagi mahasiswa dan masyarakat Indonesia (Ed. Revisi). Bandung: Alfabeta.

Alwisol (2004). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Astriyana, C. M. (2006). Perbedaan kecenderungan pengambilan resiko dan intensi untuk menjadi wirausahawan antara mahasiswa yang mendapatkan dan tidak mendapatkan pendidikan kewirausahaan [on-line]. Abstrak diakses 10 Maret 2011 dari http://lib.atmajaya.ac.id.

Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan validitas (Cetakan Kesepuluh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________ (2010). Sikap Manusia (Cetakan Keempatbelas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. (2009). Penduduk Indonesia menurut provinsi 1971, 9180, 1990,

1995 dan 2010. Diperoleh dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&.

Darmawi, H. (1990). Manajemen risiko. Jakarta: Bumi Aksara

Das, T. K. & Teng, B. (1998, Winter). Time and entrepreneurial risk behavior.

Entrepreneurship theory and practice, 1024-2587-97-222$1.50.

Dayakisni, Tri & Hudaniah (2009). Psikologi sosial (Cetakan Keempat). Malang: UMM Press.

Dinas Ketenagakerjaan Jawa Timur. (2010). Pameran bursa kerja / job market fair dari tanggal 22 sampai dengan 25 maret 2010 di plkt disnakertransduk prov. Jatim.

Diperoleh dari http://www.infokerja-jatim.com/?m=detail_berita&id=130.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (2010). Pedoman penulisan

skripsi. Malang: Fakultas Psikologi UMM.

(22)

Kasmir (2010). Kewirausahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Koeswara, E. (1989). Teori-teori kepribadian. Bandung: Eresco.

Koperasi Online KSU-UNUARI. (2009). Usaha dengan modal kecil dan keengganan

mahasiswa. Diperoleh dari

http://koperasi-2009.blogspot.com/2009/12/usaha-dengan-modal-kecil-dan-keengganan.html.

Kurniasari (2011). Hubungan antara entrepreneurship dengan pemenuhan kebutuhan

rasa aman karyawan yang pensiun dini (abstrak skripsi, Universitas

Muhammadiyah Malang, 2011).

Kurniawan, D. (2008). Hubungan dukungan sosial dengan minat berwirausaha pada

mahasiswa. (abstrak skripsi, Universitas Muhammadiah Malang).

Kuswara, H. (2011). Strategi perguruan tinggi mewujudkan entrepreneurial kampus.

Diperoleh dari

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2213:

strategi-perguruan-tinggi-mewujudkan-entrepreneurial-campus&catid=159:article-kontributor.

Latipun (2002). Psikologi eksperimen. Malang: UMM Press.

Lie, J. (2004). Gambaran intensi dan sifat-sifat kewirausahaan mahasiswa Bali [on-line]. Abstrak diakses 17 Maret 2011 dari http://lib.atmajaya.ac.id.

Machfoedz, M. & Machfoedz, M. (2004). Kewirausahaan: suatu pendekatan

kontemporer. Jakarta: UPP AMP YKPN.

Maslow, A. H. (1993). Motivasi dan kepribadian 1: teori motivasi dengan pendekatan hierarki kebutuhan manusia (Ed. Revisi) (Terj. Nurul Imam). Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Mohyi, A. (1999). Teori dan perilaku organisasi (Cetakan Kedua). Malang: UMM Press.

Muharrami (2005). Pengaruh pemenuhan kebutuhan rasa aman terhadap intensi

turnover karyawan bagian pelaksana PT Pilar Mandiri Nusa Tenggara Barat.

(abstrak skripsi, Universitas Muhammadiah Malang).

Nugroho, R. (2010). Memahami latar belakang pemikiran entrepreneurship Ciputra:

Membangun keunggulan bangsa dengan membangun entrepreneur (Cetakan

(23)

Songan, M. A. (2006). Profil risk-taking behavior wirausaha wanita di Jakarta [on-line]. Abstrak diakses 04 April 1011 dari http://lib.atmajaya.ac.id.

Steward, W. H., Carland, J. C., Carland, J. W. (1998). Is risk taking an attribute of entrepreneurship? A comparative analysis of instrumentation. Diperoleh dari http:///www.sbaer.uca.edu/research/1998/ABSE/98asb051.txt.

Sugiono (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tarmudji, T. (2000). Manajemen risiko dunia wirausaha. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan (ed. Revisi). Malang: UMM Press.

1 Mei, 20.000 buruh serbu Jakarta. (2010, 27 April). Kompas.com, diakses tanggal 24 Januari 2012.

Inilah 12 jawara wirausahawan muda. (2010, 22 Januari). Kompas.com, diakses tanggal 5 April 2011.

Jumlah wirausaha Indonesia masih rendah. (2011, 27 Februari). Kompas.com, diakses tanggal 5 April 2011.

Krisis justru picu perumbuhan asuransi 2009. (2008, 17 Desember). Kompas.com, diakses tanggal 24 Januari 2012.

Pasca bencana, produk asuransi banyak dilirik. (2010, 3 Maret). Kompas.com, diakses tanggal 24 Januari 2012.

Urgensi pendidikan kewirausahaan. (2010, 9 April). Kompas.com, diakses tanggal 9 April 2010.

Referensi

Dokumen terkait

M asing-masing galangan memilih untuk melakukan order ke pada supplier tanpa memperhitungkan adanya kemungkinan penggabungan order guna membentuk jumlah memperhitungkan

Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa: 1) Pemanfaatan udang penaeid di perairan selatan Kabupaten Kebumen telah jenuh tangkap (fully

Berdasarkan Hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPT N), berikut disampaikan nama-nama yang dinyatakan lulus melalui jalur SBMPTN pada Institut

Total biaya persediaan bahan baku di UKM WIRA BAG’S PRODUCTION dihitung dengan mengetahui total kebutuhan bahan baku, pembelian rata-rata bahan baku, biaya pemesanan dalam

Hasil penelitian menunjang bahwa : jumlah mesin yang dipakai dalam proses yroduksi belum sesuai dengan standar sehingga perlu adanya penambahan mesin yaitu mesin

Pada tahun 2015 ini, komponen Sistem Informasi Manajemen Akuntabilitasi (SIMA) belum melakukan realisasi kegiatan karena masih dalam proses lelang untuk : (1)

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian di Universitas Swasta yang berada di Jakarta Barat yaitu Universitas Mercu Buana dan Universitas Esa unggul,

kadar feritin dan kadar prohepsidin yang merupakan prekursor bagi hormon hepsidin dikumpulkan dengan cara pengambilan contoh darah dari responden sebanyak 2,5 ml melalui