• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya baik sandang, pangan, maupun papannya. Ada orang yang bekerja untuk mengisi waktu luang, ada pula yang bekerja untuk mencari identitas, dan berbagai alasan lainnya, apapun alasan manusia bekerja semua untuk memenuhi kebutuhannya. Pekerjaan memiliki siklus tersendiri, siklus tersebut memiliki empat fase utama yaitu seleksi dan masuk kerja, penyesuaian diri, pemeliharaan, dan pensiun (Santrock,2002). Pensiun yang merupakan fase terakhir, dapat terjadi karena beberapa alasan diantaranya sudah tiba waktunya usia pensiun, masa jabatan sudah berakhir, di pecat atau diberhentikan dengan tidak hormat karena telah berbuat kesalahan dalam institusi, karena pemutusan hubungan pekerjaan, pensiun dini, berhenti karena sakit-sakitan, serta ada pula yang mengundurkan diri.

Menurut Tarigan (2009) Pensiun dapat diartikan sebagai berhentinya seseorang dari pekerjaannya yang selama ini dia tekuni dan menjadi sumber hidup bagi keluarganya, serta tidak lagi bekerja di tempat itu selama-lamanya.

(2)

2

pegawai swasta adalah 55 tahun, sedangkan usia pensiun maksimum adalah 60 tahun.

Di dalam menghadapi masa pensiunnya seseorang akan menanggapinya dengan berbagai reaksi yaitu menerima, terpaksa menolak, atau menolak. Semua bentuk reaksi tersebut tergantung dari kesiapan dari individu tersebut. Bagi mereka yang lebih suka bekerja tapi terpaksa pensiun sering menunjukkan kebencian dan akibatnya motivasi untuk melakukan penyesuaian diri terhadap pensiun sangat rendah (Hurlock,1999).

Penolakan tersebut juga menimbulkan sebuah rasa kecemasan tersendiri pada individu yang menghadapi masa pensiun, karena apabila dalam sebuah keluarga, dimana masih terdapat anak yang dibiayai, maka hal ini akan menghambat proses penyesuaian diri seseorang (Saragih, 2006).

Selain menimbulkan kecemasan, penolakan terhadap masa pensiun seringkali mendatangkan masalah- masalah baru, sehingga pada masa pensiun itu banyak yang mengalami gangguan baik secara mental maupun fisiknya. Seperti yang dikatakan oleh Hemes dan Rahe (dalam Saragih, 2006), yang mengungkapkan bahwa pensiun menempati ranking 10 besar untuk posisi stres. Maka, tak jarang dari mereka yang dirawat di rumah sakit.

Setelah memasuki masa pensiun, individu tersebut juga merasa kehilangan peran sosialnya di masyarakat, misalkan saja merasa sudah tidak punya kekuasaan lagi dan merasa tidak dihormati lagi oleh lingkungan sekitar. Ketika masih bekerja dahulu, seseorang tersebut merasa dihormati, di puja-puja, disanjung, merasa bangga, serta bahagia. Selain itu ketika masih menjabat, individu tersebut juga mendapatkan tambahan berbagai fasilitas dan limpahan materi. Namun, keadaan berubah ketika memasuki masa pensiun, semua itu akan hilang, fasilitas- fasilitas yang diberikan oleh instansinya akan dikembalikan, dan yang paling terlihat adalah dalam hal materi, karena setelah pensiun, maka otomatis pendapatan yang diterima hanyalah dari uang pensiun tiap bulan yang jumlahnya tentu jauh lebih sedikit dibandingkan ketika masih menjabat dahulu.

(3)

3

aktif dan juga para pensiunan yang jumlahnya berkisar kira-kira 18.202 orang. Hasil survey tersebut menunjukkan 60% pekerja Indonesia hanya mengandalkan Jamsostek untuk bekal hidup di hari tuanya dan 21% hanya mengandalkan saham, obligasi, dan reksadana. Tidak hanya itu, dari survey tersebut juga diperoleh informasi 65% responden yang pensiunan mengatakan bahwa gaji pensiun tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan layak dan wajar (Tarigan,2009).

Hal inilah yang menyebabkan perubahan gaya hidup pada masa pensiun seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1999) menyatakan bahwa masa pensiun merupakan akhir dari pola hidup seseorang dalam bekerja atau dapat pula disebut sebagai transisi ke pola hidup yang baru.

Setelah berhenti dari pekerjaannya, para pensiunan akan kehilangan aktivitas keseharian. Status dan peranan dalam lingkungan pekerjaan ditinggalkan kesempatan untuk berkreasi produktif dan menerima penghormatan dari pekerjaan hilang, teman akan berubah, pada waktu bekerja didasarkan atas hubungan kerja, setelah pensiunpun jika ada didasarkan atas persahabatan. Ini berarti awal dari pengembangan jalinan hubungan sosial dengan sekitarnya, dimana lingkungan sekitar akan berlainan dengan kebiasaan, norma,dan pemikiran kelompok pekerja di perusahaan.

Keadaan di masa aktif bekerja mempengaruhi di saat pensiun. Di saat aktif bekerja karyawan mempunyai jadwal pekerjaan yang terencana dan ketat. Hubungan kerja banyak dilakukan dengan teman sekerja, dengan pekerjaan menempatkannya pada suatu peran dan fungsi dalam masyarakat. Keadaan ini di masa pensiun berkurang bahkan putus sama sekali, pada sebagian individu yang memasuki masa pensiunnya akan merasakan kekosongan dan jenuh sehingga yang dilakukan hanya berdiam diri di rumah, membayangkan tentang pekerjaannya dulu, dan tidak tahu harus berbuat apa.

(4)

4

konflik antara suami dan isteri, suami akan berubah menjadi sangat sensitif, karena merasa tidak berguna dan tidak bisa lagi memenuhi keinginan anak dan isterinya.

Pengambilan keputusan dan kekuasaan dalam rumah tangga juga akan terpengaruh dengan pensiunnya si suami, terutama apabila suami adalah satu-satunya sumber nafkah keluarga.

Mengingat begitu besarnya konflik yang timbul, maka diperlukan sebuah penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Penyesuaian diri menurut Hurlock (1999), menunjuk pada keberhasilan individu memainkan peranannya untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau keluarga dan memperlihatkan sikap, serta tingkah laku yang menyenangkan. Penyesuaian diri yang berhasil akan menunjuk pada kondisi mental yang stabil dalam arti mampu menyelesaikan masalahnya secara realistis.

Individu yang dikatakan berhasil didalam menyesuaikan dirinya terhadap pensiun adalah yang sehat, memiliki pendapatan yang layak aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman-teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore dkk, dalam Santrock 2002).

Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun tidak hanya merencanakan masalah tentang finansialnya saja, tetapi juga masalah-masalah lain yang berhubungan dengan segala aspek di dalam kehidupannya, misalnya saja apa yang akan dilakukan untuk mengisi waktu luang untuk tetap aktif dan untuk bersosialisasi (Choi, dalam Santrock 2002).

Oleh karena itu, salah satu kewajiban perusahaan adalah perlu ikut memikirkan masa depan karyawan yang akan memasuki masa pensiun dan terus membina hubungan dengan karyawan yang telah memasuki masa pensiun. Salah satu kebijakannya adalah diberikannya masa persiapan pensiun (MPP), yang diberikan 1 sampai 2 tahun sebelum pensiun. Menurut Moore dalam Sulanty (2008) mendefinisikan program persiapan pensiun adalah membantu karyawan untuk pensiun baik secara finansial dan psikologisnya.

(5)

5

dibekali dengan pelatihan skill & knowledge entrepreneurship atau kewirausahaan. Pembekalan untuk persiapan mental karyawan melalui pemberian pengetahuan dan keterampilan praktis dalam menghadapi masa pensiun dirasakan sangat perlu, sehingga karyawan memiliki acuan, langkah-langkah apa yang harus dilakukan setelah masa pensiun tiba dan rasa khawatir dalam menghadapi situasi yang tidak menentu tersebut dapat diminimalisasi. Selain dengan pembekalan kewirausahaan, mereka juga mendapatkan pelatihan yang mengarah kepada kebutuhan psikologisnya, seperti menejemen stress, konseling, outbond, sampai diajarkan tentang penyaluran hobby dan hubungan sosialnya setelah pensiun.

Pelatihan tersebut pada dasarnya disiapkan oleh instansi atau perusahaan agar para pegawainya memiliki penyesuaian diri yang baik di dalam menghadapi pensiun. Penyesuaian diri ini sangat penting sebab penyesuaian diri merupakan dasar dari pertahanan terhadap stress dan kecemasan menghadapi pensiun, karena seseorang yang pensiun biasanya akan mengalami banyak perubahan, baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Menurut Hurlock (1999) semakin banyak kuantitas perubahan yang dialami seseorang maka semakin buruk penyesuaian diri yang dilakukan.

Pentingnya pelatihan sebagai bekal untuk membentuk penyesuaian diri yang baik juga di buktikan melalui penelitian Ruth Sulanty pada karyawan PT PLN (Persero) distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (2008) yang berjumlah

sebanyak 28 orang. Penelitian ini berjudul “Persepsi Pegawai Tentang

Pelaksanaan Program Pelatihan Agrobisnis Pertanian dalam Rangka Pembekalan Pegawai yang Akan Menjalani Masa Persiapan Pensiun Pada PT PLN (Persero)

(6)

6

Penelitian lainnya yaitu penelitian oleh Hamidah dan Endang Retno

(2004) dengan judul “Pengembangan Model Persiapan Pensiun untuk

Meningkatkan Kesehatan Lansia dan Menurunkan Stres Menghadapi Pensiun” penelitian eksperimen ini menggunakan 30 orang karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Adapun hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan antara stres dan skor kesejahteraan psikologis pada karyawan yang ikut pelatihan antara sebelum dan sesudah pelatihan.

Dennis (1986) juga melakukan penelitian tentang pelatihan Masa Persiapan Pensiun, penelitian ini menghimpun berbagai teori Masa Persiapan Pensiun dan pada akhirnya Dennis memodifikasi bentuk pelatihan Masa Persiapan Pensiun serta memberikan saran kepada setiap perusahaan untuk mengadakan pelatihan Masa Persiapan Pensiun karena hal ini sangat penting.

Pegawai yang mengikuti pelatihan persiapan pensiun sebelum memasuki masa pensiun diharapkan memiliki penyesuaian diri yang baik karena mereka di berikan bekal pengetahuan dalam hal fisik dan psikologis, serta persiapan secara finansial. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Santrock (2002) program ini biasanya membantu orang-orang dewasa memutuskan kapan dan bagaimana mereka seharusnya pensiun dengan mengakrabkan mereka dengan keuntungan-keuntungan dan dana pensiun yang diharapkan dapat mereka terima, atau melibatkan mereka dalam diskusi mengenai isu-isu yang lebih komprehensif, seperti kesehatan fisik dan mental. Melalui program ini mereka diharapkan lebih siap dalam menghadapi pensiunnya karena sejak awal sudah mengerti sedikit tentang makna pensiun, sehingga tidak merasa cemas.

(7)

7

mental, fisik, serta materinya, hal inilah yang akan menimbulkan penyesuaian diri yang buruk, hal ini terjadi karena menurut Hurlock (1998), penyesuaian seseorang terhadap sembarang masalah akan lebih mudah dan lebih cepat apabila sebelumnya, ia sudah siap untuk menghadapi masalah tersebut daripada harus menghadapi dan menanggulangi masalah yang belum diketahui dan tanpa diharapkan sebelumnya.

Berdasarkan informasi tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi sebuah permasalahan dalam penelitian ini. Penulis

ingin mengetahui “Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Pensiun pada Pegawai

yang Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun”.

B. Rumusan Masalah

Mencermati uraian yang tersaji dalam latar belakang masalah, maka dapat

di rumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada perbedaan penyesuaian diri terhadap pensiun pada pegawai yang mendapatkan pelatihan persiapan pensiun dan tidak mendapatkan pelatihan persiapan pensiun

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian yang diharapkan akan tercapai adalah untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri terhadap pensiun pada pegawai yang mendapatkan pelatihan persiapan pensiun dan tidak mendapatkan pelatihan persiapan pensiun.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang akan dilakukan maka diharapkan adanya manfaat yang akan diambil yaitu:

1. Manfaat penelitian secara teoritis adalah:

(8)

8

2. Manfaat secara praktis adalah:

Sebagai bahan masukan yang dapat memberikan wacana mengenai permasalahan dan fenomena pada masa pensiun sehingga responden dapat memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bentuk penyesuaian diri yang baik pada masa pensiun, dengan harapan responden selanjutnya dapat menyesuaikan diri dalam mengadapi masa pensiunnya, baik secara fisik, mental maupun finansialnya.

(9)

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI

YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN

DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN

PENSIUN

SKRIPSI

Oleh :

Shinta Dewi Pristiana

06810023

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI

YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN

DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN

PENSIUN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Shinta Dewi Pristiana

06810023

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(11)
(12)
(13)
(14)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu hingga selesainya skripsi ini, diantaranya :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Yudi Suharsono M.Si selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, sekaligus selaku dosen wali kelas A yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

3. Diana Savitri M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah menyumbangkan waktu dan pikiran guna kesempurnaan skripsi ini, serta dengan sabar dan semangat membimbing penulis untuk segera merampungkan skripsi ini. 4. M. Salis Yuniardi M.Psi selaku Ketua Program Studi Psikologi yang telah

memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UMM yang telah membagikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf Tata Usaha yang selalu membantu melayani keperluan akademis penulis.

6. Bapak, Ibu, kakakku Whempy, Wiwik, Dio keponakanku,dan sepupuku Anissa, serta suamiku Ardijana Susadyo yang selalu memberikan doa, kasih-sayang, semangat selalu membantu disepanjang hidup penulis.

(15)

9. Keluarga besar BCT blok 4 no 53.Terima kasih telah menjadi keluarga penulis di Malang.

10. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

Semoga Allah SWT senantiasa membalasnya dengan limpahan berkah dan nikmat atas seluruh kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sepenuhnya sadar, bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Karenanya, penulis menerima kritik serta saran yang membangun. Penulis berharap karya ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis serta pembaca. Amien.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Malang, 5 Maret 2012

Penulis

(16)

DAFTAR ISI A.Pelatihan Persiapan Pensiun ... 9

1. Pengertian Pelatihan Persiapan Pensiun ... 9

2. Konsep Dasar Pelatihan Persiapan Pensiun ... 10

3. Tujuan Pelatihan Persiapan Pensiun ... 10

4. Proses Pelatihan Persiapan Pensiun ... 12

B.Penyesuaian Diri ... 15

1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 15

2. Karakteristik Penyesuaian Diri ... 17

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri .. 18

4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri ... 19

C.Pensiun ... 20

1. Pengertian Pensiun ... 20

2. Jenis-jenis Pensiun ... 20

3. Fase-fase Pensiun ... 21

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Terhadap Masa Pensiun ... 22

5. Penyesuaian Diri Menghadapi Pensiun ... 24

D.Perbedaan Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ... 26

E. Kerangka Pemikiran ... 29

(17)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian ... 31

B.Variabel Penelitian ... 31

C.Definisi Operasional ... 32

D.Populasi dan Sampel ... 33

E. Instrument Penelitian ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 37

1. Persiapan Penelitian ... 37

2. Pelaksanaan Penelitian ... 37

G.Validitas dan Reliabilitas ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 39

H.Analisa Data ... 40

I. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 41

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 45

B.Analisa Data ... 48

C.Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 52

B.Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman Nomor Tabel

Tabel 1 Blue Print Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai ... 37 Tabel 2 Rancangan Analisa Data ... 41 Tabel 3 Analisa Kesahihan Butir Skala Penyesuaian Diri Pensiunan

Pegawai Pada Saat Uji Coba ... 42 Tabel 4 Distribusi Item-item Skala Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai

Setelah Uji Coba... 43 Tabel 5 Analisa Hasil Try Out Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri

Pensiunan Pegawai ... 43 Tabel 6 Analisa Hasil Try Out Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri

Pensiunan Pegawai Keseluruhan ... 44 Tabel 7.1. Deskripsi Data Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang

Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak

Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ... 45 Tabel 7.2. Klasifikasi Data Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai yang

Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ... 47 Tabel 7.3. Klasifikasi Data Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai yang Tidak

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Skala Penyesuaian Diri Pada Saat Try Out ... 56 Skala Penyesuaian Diri Pada Saat Penelitian ... 63 Hasil Uji Validitas Skala penyesuaian Diri Pensiunan Yang

Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan

Pelatihan Persiapan Pensiun ... 69 Hasil Uji Reliabilitas Skala penyesuaian Diri Pensiunan Yang

Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan

Pelatihan Persiapan Pensiun ... 73 Data Skor Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang

Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ... 79 Data Skor Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang Tidak

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Becker,M.J.,Trail,T.F,Lamberts,M.B,Jimmerson,R.M.(1983). Is preretirement planning important. Journal pf extension,10-14. Diperoleh dari http://www.joe.org/joe/1983may/83-3-a2.pdf.

Berita Daerah.com.(2008). Batas usia pensiun pegawai negeri sipil. http:

http://www.bkn.go.id/in/berita/1133.html. Diakses pada April 2010.

Dennis,H.(1986). Retirement preparation programs:Issues in planning and selection. Journal of carner development,vol/3(2)30-37. Diperoleh dari http: ://jcd.sagepub.com/content/13/2/30.extract.

Fatimah,E.(2006). Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: Pustaka Pelajar.

Fuller,G.(1986). Pre-retirement training:ending on a high. diperoleh dari http://membersmd.managers.org.uk/Results.aspx?type=subject&briefingfil ter=all&term=Retirement.

Gerungan.(2004). Psikologi sosial. Bandung:Refika Aditama.

Haber&Runyon.(1984). Psychology of adjusment. Illinois:The Dorsey Press. Hamidah & Retno,E.S.(2004). Pengembangan model persiapan pensiun untuk

meningkatkan kesehatan lansia dan menurunkan stres menghadapi pensiun. Abstrak diakses 10 Juni 2010 dari http : // jurnal. Dikti. go. id/jurnal/detil/id/24:45795/q/pengarang:%20Endang%20Retno%20/offset/ 0/limit/15.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pensiun,diakses tanggal 15 Desember 2010.

Hurlock,E.B.(1998). Psikologi perkembangan:psikologi suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:Erlangga.

Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM Press.

(21)

Santrock,J.W.(1995). Life-span “perkembangan masa hidup”jilid 2 edisi kelima. Jakarta:Erlangga.

Saragih,J.(2006). Pola penyesuaian diri pada pensiunan. Diakses 12 Mei 2010 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1908/1/06009833.pdf.

Sugiyono.(2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono.(2010). Statistika untuk penelitian. Bandung:Alfabeta.

Tarigan,N.(2009). Happy and healthy retiree:cara pensiun sehat dan bahagia. Yogyakarta:Andi.

Referensi

Dokumen terkait

2) Dalam proses pemanenan stem cell embrio terjadi kerusakan pada embrio yang menyebabkan embrio tersebut akan mati. Pandangan bahwa embrio mempunyai status moral

1) Kebutuhan dasar yang seperti makan, minum, pakain dan tempat tinggal. 2) Kebutuhan sosial seperti komunikasi, kebersamaan, dan perhatian. 3) Kebutuhan individu

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAGI SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peningkatan tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Mulyasa (2006: 101) yang menyatakan bahwa suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan berkualitas

• Schema matching result in label matching terminology by using on-line dictionary and WordNet v2.1 (English language) have value is higher than minimum value of reference [1]. The

Kebutuhan Waktu Menurut Anda, seberapa besar tekanan yang Anda rasakan berkaitan dengan waktu seperti :2. Mengejakan pekejaan dengan perlahan tapi

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat orang-orang yang