• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LADA HITAM (Piper nigrum L) DAN SENG (Zn) TERHADAP MOTILITAS, JUMLAH DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN STRAIN WISTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LADA HITAM (Piper nigrum L) DAN SENG (Zn) TERHADAP MOTILITAS, JUMLAH DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN STRAIN WISTAR"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LADA HITAM (Piper nigrum L) DAN SENG (Zn) TERHADAP MOTILITAS, JUMLAH DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

JANTAN STRAIN WISTAR

(Skripsi)

Oleh

DYAH GABY KESUMA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)
(4)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LADA HITAM (Piper nigrum L) DAN SENG (Zn) TERHADAP MOTILITAS, JUMLAH DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

JANTAN STRAIN WISTAR

Oleh

DYAH GABY KESUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi :PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LADA HITAM (Piper nigrum L) DAN SENG (Zn) TERHADAP MOTILITAS, JUMLAH DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) JANTAN STRAIN WISTAR

Nama Mahasiswa : Dyah Gaby Kesuma

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011039

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sutyarso, M.Biomed dr. Syazili Mustofa

NIP.195704241987031001 NIP. 198307132008121003

2. Dekan Fakultas Kedokteran UNILA

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sutyarso, M.Biomed

Sekretaris : dr. Syazili Mustofa

Penguji : Drs. Hendri Busman, M. Biomed

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP. 195704241987031001

(7)
(8)
(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena Atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Lada Hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) Terhadap Motilitas, Jumlah dan Morfologi Spermatozoa Tikus

Putih (Rattus norvegicus) Jantan Strain Wistar” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(10)

3. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan;

4. dr. Efriyan Imantika, dr. Merry Indah Sari, dan Ibu Soraya Rahmanisa, S.SI, M.S, selaku Pembiimbing Akademik. Terima kasih untuk motivasi, pencerahan, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan;

5. Yang tercinta Mama (Ni Wayan Marwati) dan Papa (I.Kadek Sumarta) yang tidak henti-hentinya mendoakanku dan mendukungku, yang tidak pernah bosan mendengar keluh kesahku, terima kasih yang tidak terhingga untuk kalian;

6. Untuk kedua adikku tersayang, Ryan dan Haris, terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan;

7. Untuk sepupuku yang cerewet, Ni Luh Ayu Novi Ari, terima kasih atas semangat dan motivasi yang selalu diberikan;

8. Seluruh Keluarga Besarku, terima kasih atas bantuan, doa dan semangat yang telah diberikan;

9. Sahabatku, abangku Rian Adhitya yang selalu memberi aku semangat dan motivasi untuk tidak pernah menyerah dalam segala hal;

10.Untuk sahabatku Ria Nanda Enistiantina dan alm. Gema Esyanda Puja Pertiwi Yasin terima kasih atas doa, semangat dan dukungannya dan mengajarkan aku arti persahabatan;

(11)

motivasi dan dukungannya;

13.Teman-teman angkatan 2009 Lovensia, Laras Maranatha, Arnia, Arif Yudho Prabowo, Hema Anggika Pratami, Erin Imaniar dan teman-teman yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan memberi motivasi belajar; 14.Mas Bayu, terima kasih atas segala bantuannya;

15.Seluruh Staf Dosen FK Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

16.Seluruh staf Tata Usaha FK Universitas Lampung dan pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya;

17.Kakak-kakak dan adik-adik tingkatku (angkatan 2002–2012) khususnya Anggidian (2011) yang sudah memberikan semangat dan banyak membantuku.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiiiiin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan, istilah ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan menghasilkan keturunan sepertinya hal sterilitas (Dorlan, 2002). Angka infertilitas telah meningkat mencapai 15-20% dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tahun 2008, kejadian infertil mengalami peningkatan setiap tahun. Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian serius, karena kenyataannya infertilitas yang disebabkan oleh gangguan pada pihak pria (faktor pria) mencapai persentase yang cukup besar, yaitu sekitar 40-60% (Kurniawan, 2010).

(20)

2

golongan yakni gangguan pretestiskuler yang berhubungan dengan gangguan hormonal, gangguan testiskuler yang terjadi di dalam tubulus seminiferus dan gangguan postestiskuler yang terjadi di luar testis akibat adanya sumbatan pada organ reproduksi (Soeradi, 2000 dan Moeloek, 1994). Oleh karena itu, permasalahan ini merupakan masalah yang amat penting dalam kehidupan seseorang. Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah infertilitas tersebut, contohnya dengan menggunakan berbagai obat tradisional, seperti jamu, maupun obat modern.

(21)

Selain untuk menghambat penuaan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mbongue, et al (2005) didapatkan bahwa pemberian ekstrak Piper guineense pelarut dapat meningkatkan fungsi reproduksi pada tikus putih jantan yang diberikan selama 8 hari dan 55 hari.Penelitian yang dilakukan selama 8 hari dengan dosis 122,5 mg/kgBB/hari dapat meningkatkan kadar hormon testosteron di serum dan testis dan α-glucosidase di epididimis, sedangkan dosis 245 mg/kgBB dapat meningkatkan total protein di serum, testis dan epididmis, kolesterol di testis dan fruktosa di vesika seminalis. Pada penelitian yang dilakukan selama 55 hari menunjukan pengurangan kesuburan sekitar kurang lebih 20%.

Seng (Zn) merupakan mineral yang penting karena terlibat dalam hampir setiap aspek reproduksi laki-laki, termasuk metabolisme testosteron, pembentukan spermatozoa, dan motilitas spermatozoa (Ali, et al, 2007).

Kekurangan Zn ditandai dengan menurunnya kadar testosteron dan jumlah spermatozoa. Zn diperlukan untuk perkembangan fungsi reproduksi pria dan proses spermatogenesis, terutama perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron yang aktif, sedangkan Corah (1996) melaporkan peran Zn pada proses produksi, penyimpanan dan seksresi hormon testosteron.

(22)

4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Falana and Oyeyipo (2012) didapatkan bahwa pemberian suplemen Zn dan selenium dapat menghambat toksisitas dari logam berat timbal pada tikus putih jantan galur sprague-dawley. Walaa, et al (2008) menjelaskan efek paparan timbal pra dan pasca kelahiran pada perkembangan testis dari suatu keturunan tikus serta peranan suplementasi Zn sebagai pelindungnya. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa paparan timbal berpengaruh pada perkembangan testis dari suatu keturunan tikus di semua kelompok usia dan mempengaruhi sel-sel termasuk dalam proses spermatogenesis. Paparan timbal pada usia dini menyebabkan keterlambatan perkembangan epitel germinal dengan vakuolisasi sitoplasma sel pada folikel seminiferus. Paparan timbal pada usia yang lebih tua menyebabkan spermatid muda tidak berkembang dan banyak sel epitel germinal yang menunjukkan perubahan apoptosis. Sebaliknya, suplementasi Zn mempertahankan proses spermatogenesis secara normal dan hanya sedikit sel yang mengalami apotosis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) terhadap motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa pada tikus putih (Rattus norvergicus) jantan strain wistar.

B. Rumusan Masalah

(23)

sekitar 40-60% (Kurniawan, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi infertilitas adalah gangguan hormonal. Kuantitas dan kualitas spermatozoa sangat dipengaruhi oleh sistem hormon. Salah satu hormon yang berpengaruh adalah testosteron. Testosteron berperan penting pada proses spermatogenesis, menjaga kelangsungan hidup spermatozoa di dalam epididimis (Stanier dan Forsling, 1990) serta maturasi spermatozoa di epididimis (Robaire dan Hermo, 1988). Apabila level atau konsentrasi testosteron rendah maka akan menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis dan maturasi spermatozoa di epididimis, hal ini dapat dilihat dari menurunnya kualitas dan kuantitas spermatozoa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mbongue, et al (2005) diketahui bahwa piperin dalam ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dapat meningkatkan kadar hormon testosteron di serum dan testis, sedangkan di dalam beberapa penelitian Zn berperan pada proses produksi, penyimpanan dan sekresi hormon testosteron (Corah, 1996). Pemberian ekstrak lada hitam dan Zn diharapkan dapat memperlihatkan perbedaan bermakna dari motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

(24)

6

b. Adakah pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) terhadap jumlah spermatozoa tikus putih jantan strain wistar?

c. Adakah pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) terhadap morfologi spermatozoa tikus putih jantan strain wistar?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum L)

dan Seng (Zn) terhadap kuantitas dan kualitas spermatozoa tikus putih jantan strain wistar.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum

L) dan Seng (Zn) terhadap motilitas spermatozoa tikus putih jantan strain wistar.

b. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum

L) dan Seng (Zn) terhadap jumlah tikus putih jantan strain wistar. c. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum

(25)

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan di ilmu Biologi Medik serta dapat menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan.

b. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi institusi/masyarakat

1. Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas kedokteran Universitas Lampung.

2. Sebagai sumber informasi agar masyarakat tahu manfaat dari tanaman-tanaman di lingkungan sekitar.

E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori

(26)

8

Hermo, 1988). Apabila level atau konsentrasi testosteron rendah maka akan menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis dan maturasi spermatozoa di epididimis, hal ini dapat dilihat dari menurunnya kualitas dan kuantitas spermatozoa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mbongue, et al (2005) diketahui bahwa piperin dalam ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dapat meningkatkan kadar hormon testosteron di serum dan testis, sedangkan di dalam beberapa penelitian Zn berperan pada proses produksi, penyimpanan dan sekresi hormon testosteron (Corah, 1996). Pemberian ekstrak lada hitam dan Zn diharapkan dapat memperlihatkan perbedaan bermakna dari motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa.

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

Keterangan :

: mempengaruhi atau menyebabkan Piperin dalam

esktrak lada hitam

(27)

2. Kerangka konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Diberi aquades 1,2 ml

Ekstrak Lada Hitam 122,5 mg/kgBB/hari konsentrasi 28 mg/ml selama 8 hari per oral

Diberi ekstrak Lada Hitam 122,5 mg/kgBB/hari konsentrasi 28 mg/ml dan ZnSO4 1 mg/kgBB selama 8 hari per oral

Diberi ekstrak Lada Hitam 245 mg/kgBB/hari konsentrasi 49 mg/ml dan ZnSO4 1mg/kgBB selama 8 hari per oral

Mengamati motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa

(28)

10

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dibuat suatu hipotesis bahwa :

a. Pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan motilitas spermatozoa pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain wistar yang diberi perlakuan dibandingkan dengan kontrol.

b. Pemberian ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan jumlah spermatozoa pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain wistar yang diberi perlakuan dibandingkan dengan kontrol.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infertilitas Pada Pria

Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan diperkirakan tiap tahun akan bertambah dua juta pasangan infertil (Tjokronegoro, 2000).

Masalah infertilitas pada pria dapat disebabkan oleh gangguan kesuburan. Adapun gangguan kesuburan pada pria dapat digolongkan menjadi 3

golongan yakni (Soeradi, 2000 dan Moeloek, 1994) :

(30)

12

Hormon (LH). Gangguan ini ditemukan sekitar 2 % pada pria penderita infertilitas yang dapat disebabkan oleh hipopituitarisme, gangguan kelenjar adrenal, hipotiroidisme, diabetes mellitus.

2. Gangguan testikuler merupakan gangguan yang terjadi pada testis, sehingga proses spermatogenesis akan terganggu. Gangguan testikuler terjadi di dalam tubulus seminiferus akibat berbagai hal seperti arestasi sel spermatogenik, kriptorkhidisme, varikokel, radiasi, sindroma Klinefelter.

3. Gangguan postestikuler merupakan gangguan yang terjadi di luar testis setelah spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus. Gangguan ini terdapat pada epididimis, vas deferens, kelenjar vesikula seminalis dan prostat seperti gangguan viabilitas dan motilitas spermatozoa. Gangguan ini dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, trauma, hipospadia, penggunaan obat, alkohol, merokok.

B. Lada Hitam

(31)

hitam dapat tumbuh subur pada tanah yang memiliki pH 4,5-6,5 (Rajeev dan Devasahayam, 2005).

Tanaman ini mempunyai karakter kimia mengandung asam amida atau disebut juga piperin yang pada umumnya dimiliki oleh beberapa spesies dalam famili Piperaceae, dan mengandung minyak atsiri (Hienrich, 2003).

1. Kedudukan Tanaman Lada Hitam (Piper nigrum) Dalam Taksonomi

Taksonomi tanaman lada hitam adalah sebagai berikut (Tjitrosoeporno, 1998) :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Sub Kelas : Monochlamidae (Apetalae) Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum L

2. Morfologi Tanaman

(32)

14

pada umumnya dimiliki oleh beberapa spesies dalam famili

Piperaceae, dan mengandung minyak atsiri (Heinrich, 2003).

[image:32.595.258.512.149.348.2]

Gambar 3. Tanaman Lada (Darling, 2002)

Lada termasuk tanaman dikotil, bijinya akan tumbuh membentuk akar lembaga dan berkembang menjadi akar tunggang. Daun lada berbentuk bulat telur dengan pucuk dengan pucuk meruncing tunggal, bertangkai panjang 2-5 cm dan membentuk aluran di bagian atasnya. Daun ini berukuran 8-20 cm x 4-12 cm, berurat 5-7 helai, berwarna hijau tua, bagian atas berkilauan dan bagian bawah pucuk dengan titik-titik kelenjar. Pada biji lada berukuran rata-rata 3-4 mm. Berat 100 biji lada sekitar 3-8 gram dengan berat normal rata-rata 4,5 gram. Biji lada ditutupi selapis daging buah yang berlendir (Rismunandar, 2003).

Daun

Buah

(33)
[image:33.595.214.466.83.222.2]

Gambar 4. Buah Lada (Darling, 2002)

3. Kandungan Kimia Lada Hitam

Lada hitam memiliki rasa pedas dan aroma yang khas. Rasa pedas tersebut karena adanya zat piperin, piperanin, dan chavicin, sedangkan aroma dari biji lada akibat adanya minyak atsiri. Menurut Williamson (2002), kandungan kimia lada terdiri dari :

a. Minyak atsiri (Essential oil)

Lada hitam kering mengandung 1,2-2,6% minyak atsiri yang terdiri dari sabinine (15-25%), caryophyllene, α-pinene, β-pinene, β -ocimene, δ-guaine, farnesol, δ-canidol, guaiacol, 1-phellandrene, 1,8 cineole, pcymene, carvone, citronellol, α-thujene, α-terpinene,

bisabolene, dllimonene, dihydrocarveol, camphene dan piperonaL b. Alkaloid dan Amida

(34)

16

c. Asam amino

Lada hitam kering kaya akan kandungan β-alanine, arginin, serin,

threonin, histidin, lysin, cystin, asparagines dan glutamic acid, flavonoid.

d. Vitamin dan mineral

Lada hitam kering mempunyai kandungan ascorbic acid, carotenes, thiamine, riboflavin, nicotinic acid, potassium, sodium, calcium,magnesium, besi, phosphorus, tembaga dan seng.

4. Piperin

Piperin bermanfaat dalam menyembuhkan beberapa penyakit seperti sakit tenggorokan, sakit kepala, dan penyakit kulit. Konsentrasi piperin sekitar 6%-9% di dalam Piper nigrum L, 4% di dalam Piper longum

dan 4.5% di dalam Piper retrofractum (Anonim, 2002). Menurut Kar (2003), piperin mempunyai titik didih 130°C dan memberikan rasa yang pedas, sedangkan aroma dari biji lada akibat adanya minyak atsiri, yang terdiri dari beberapa jenis minyak terpene.

(35)

alkohol, benzena, eter, dan sedikit larut dalam air (Anwar, 1994). Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92% (Anwar, 1994). Bahan ini larut dalam air panas, alkohol, kloroform, benzena dan asam asetat (Pruthi, 1980 and Purseglove et al, 1981).

N

CO CH

HC CH

HC

O

[image:35.595.262.414.285.400.2]

O CH2

Gambar 5. Struktur Piperin (Anwar, 1994)

Piperin merupakan amida (R-CONH2). Reaksi hidrolisis amida dapat dilakukan baik dalam suasana asam maupun suasana basa. Dalam kedua kondisi ini, asam dan basa berfungsi sebagai pereaksi dan bukan sebagai katalis. Dalam suasana asam, terjadi penyelangan air terhadap amida sedangkan dalam suasana basa terjadi penyerangan ion hidroksil terhadap atom karbon karbonil amida (Anwar, 1994).

5. Manfaat Piperin Dalam Sistem Reproduksi Pria

(36)

18

(Mbongue, et al, 2005). Lada hitam, Piper nigrum L (Piperaceae)

secara tradisional telah digunakan sebagai obat-obatan. Lada hitam mengandung sejumlah kecil senyawa chemopreventive seperti β -karoten, piperine, asam tannic dan capsaicin. Lada hitam juga dilaporkan kaya akan glutation peroksidase, glukosa-6-fosfat dehidrogenase, dan vitamin E (Karthikeyan dan Rani, 2003). Lada hitam yang di ekstrak menggunakan air dan etanol, keduanya menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat (Gulcin, 2005).

Suplementasi dengan lada hitam atau piperin dapat mengurangi diet tinggi lemak yang diinduksi stres oksidatif pada sel. Piperin (suatu alkaloid aktif) yang diketahui memiliki aktivitas farmakologis antara lain antimetastatik, antimutagenik dan antioksidan (Vijayakumar, et al, 2004). Lada hitam atau piperin dapat menghambat aktivitas stimulasi melanogenesis dengan cara menghambat enzim 5α-reduktase

(Hiroko Nirata, et al, 2007). Piperin yang dikombinasikan dengan

chrysin yaitu suatu inhibitor aromatase alami yang dikenal sebagai suplemen bioperin dapat meningkatkan hormon testosteron dengan cara meminimalkan koversi testosteron menjadi esterogen (Srinivasan,

(37)

C. Seng (Zn) dalam Tubuh Manusia

Seng (Zn) merupakan mikro mineral (trace element) yang paling penting setelah besi. Mikro mineral adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah 100 mg atau kurang setiap harinya. Zn pada makanan banyak dijumpai pada daging, susu, dan beberapa makanan laut, yang berasal dari sumber hewani diserap lebih baik daripada sumber nabati yang sering diikat oleh fitat. Zn dalam makanan berkorelasi dengan besi dan tembaga. Makanan dengan kadar besi tinggi akan menurunkan penyerapan Zn, namun dapat menurunkan penyerapan tembaga.

1. Penyerapan dan Metabolisme Seng (Zn)

Penyerapan Seng (Zn) terjadi pada bagian atas usus halus. Dalam plasma sekitar 30% Zn berikatan dengan 2 alfa macroglobulin dan sekitar 2% membentuk senyawa kompleks dengan histidin dan sistein. Kompleks Zn-albumin disebut ligan makromolekul utama, sedangkan ligan mikromelokul adalah kompleks Zn-histidin dan Zn-sistin yang berfungsi untuk mentransport Zn ke seluruh jaringan termasuk ke hati, otak dan sel-sel darah merah (Hsu dan Hsich, 1981).

(38)

20

albumin dan transferin masuk ke aliran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan Zn akan disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein, sedangkan yang lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreas, Zn digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan akan disekresikan ke dalam saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna memiliki dua sumber Zn yaitu dari makanan dan cairan pencernaan pankreas (Hsu dan Hsich, 1981).

Absorbsi Zn diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding saluran pencernaan. Bila konsumsi Zn tinggi, di dalam sel cerna akan diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorbsi berkurang. Metalotionein di dalam hati mengikat Zn hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metalotionein diduga mempunyai peranan dalam mengatur kandungan Zn di dalam cairan interseluler (Hsu dan Hsich, 1981).

(39)

Zn sebagai neuromodulator. Setelah masuk kedalam eritrosit, Zn diikat oleh suatu protein intestinal yang kaya sistein (CRIP= Cystein-Rich intestinal Protein) yang kemudian memindahkan Zn ke metallothionin untuk berikatan dengan albumin serta dibawa ke darah portal (Almatsier, 2001).

(40)

22

jaringan tubuh lain seperti, kulit, sel dinding usus, cairan haid dan mani. Jumlah Zn yang dibuang melalui urin berkisar 0,3-0,7 mg, sedangkan melalui keringat antara 1-3 mg (Almatsier, 2001).

2. Fungsi Seng (Zn) dalam Sistem Reproduksi Pria

Seng (Zn) merupakan mineral penting dalam berbagai hal dan merupakan salah satu yang memiliki peranan penting dalam status andropause. Zn menghambat aromatase, yaitu enzim yang mengubah testosteron menjadi yang memiliki peranan penting dalam status andropause. Zn menghambat aromatase, yaitu enzim yang mengubah testosteron menjadi estradiol. Defisiensi Zn dihubungkan dengan peningkatan aktivitas dari aromatase dan menghasilkan level estradiol yang tinggi sedangkan level testoseron yang rendah. Pemberian Zn dengan dosis 50-100 mg secara oral perhari dapat menurunkan level estradiol dan meningkatkan level testosteron (Om dan Chung, 1996).

(41)

Pemberian suplemen Zn dan selenium dapat menghambat toksisitas dari logam berat timbal pada tikus putih jantan galur sprague-dawley dengan cara memberikan efek protektif terhadap toksisitas dari logam berat timbal melalui proses androgenik terhadap sistem reproduksi tikus jantan putih Sprague-dawley. Terjadi peningkatan jumlah spermatozoa, motilitas, hormon testosteron, Luteinizing Hormon (LH) dan terjadi penurunan morfologi spermatozoa yang abnormal dengan penelitian yang sebelumnya (El-Sisy, et al, 2008) yang diberikan selama 30 hari dengan dosis 2 mg/kgBB untuk sodium selenium dan 500 mg/kgBB/hari (Falana and Oyeyipo,2012).

3. Defisiensi Seng (Zn) Pada Sistem Reproduksi Pria

Menurut Hiroyuki Yanagisawa (2004) Seng (Zn) berperan penting dalam sintesis dan sekresi Follicel Stimulating Hormon (FSH) dan

Luteinizing Hormon (LH), diferensiasi gonad dan fertilisasi. Defisiensi Zn akan menyebabkan masalah fertilitas (termasuk hipogonad, kegagalan maturasi seksual, Benign Hiperplasia Prostat pada laki-laki dan kram saat menstruasi pada wanita) dan dapat pula menyebabkan kelenjar kelamin mengecil pada laki-laki.

(42)

24

Zn dapat berupa rendahnya volum semen akibat turunnya sekresi vesika seminalis, gangguan kualitas spermatozoa dan gangguan kuantitas spermatozoa karena menurunnya sekesi testosteron yang berperan dalam proses spermatogenesis dan maturasi spermatozoa di epididimis. Menurunnya kadar testosteron akibat gangguan fungsi sel Leydig akan menyebabkan turunnya frekuensi hubungan seksual. Selain itu akan mempengaruhi respon seksual karena turunnya libido menyebabkan fase respon seksual tidak optimal sehingga dapat timbul disfungsi seksual yang dapat berupa disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi dan disfungsi orgasmus (Ferial, 2012).

D. Hubungan Pemberian Ekstrak Lada Hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) Terhadap Sistem Reproduksi Pria

(43)

Seng (Zn) adalah unsur penting dalam sistem reproduksi laki-laki untuk metabolisme hormonal, pembentukan spermatozoa dan motilitas. Kekurangan Zn ditandai dengan menurunnya kadar testosteron dan jumlah spermatozoa. Zn diperlukan untuk perkembangan fungsi reproduksi pria dan proses spermatogenesis, terutama perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron yang aktif, sedangkan Corah (1996) melaporkan peran Zn pada pada proses produksi, penyimpanan dan seksresi hormon testosteron. Pada penelitian yang dilakukan oleh Netter, et al (1981) sebuah studi dari 37 pria infertil dengan kadar testosteron menurun dan jumlah spermatozoa rendah. Para pria diberi 60 mg seng setiap hari selama 45-50 hari. Ekstrak lada hitam dan Zn memiliki fungi yang sama dalam meningkatkan hormon testosteron baik di dalam serum maupun testis. Jadi diharapkan pada penelitian ini ekstrak lada hitam (Piper nigrum L) dan Seng (Zn) dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas spermatozoa tikus putih jantan.

E. Sistem Reproduksi Tikus Jantan

(44)

26

[image:44.595.171.489.309.539.2]

spermatozoa dan hormon testosteron. Epididimis (caput, corpus dan cauda) berperan sebagai tempat pematangan spermatozoa, kapasitasi, dan penyimpanan spermatozoa yang sudah matang. Duktus deferent berfungsi menyalurkan spermatozoa ke uretra. Kelenjar aksesoris menghasilkan semen yang berfungsi memberi makan spermatozoa dan menetralisir keasaman vagina. Penis berfungsi sebagai organ kopulasi, mengantar semen masuk ke organ reproduksi betina. Skrotum melapisi testis, dan preputium melapisi penis (Cunningham 1997).

Gambar 6. Sistem Reproduksi Tikus Jantan (Ventral) (Rugh, 1967)

(45)

Tubuli semeniferi adalah tempat spermatozoa dibentuk. Proses pembentukan spermatozoa ini dikenal dengan spermatogenesis. Dalam proses spermatogenesis terdapat dua tahapan, yaitu: spermatositogenesis (spermatogenium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid awal, spermatid akhir) dan spermoigenesis (perubahan struktural spermatid menjadi spermatozoa). Proses spermatositogenesis ini pada hewan jantan mulai terjadi beberapa saat sebelum masa pubertas dimana sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Setelah terjadinya penggandaan DNA, spermatosit primer mulai memasuki tahap profase pembelahan meiosis pertama. Spermatosit primer berkembang menjadi dua spermatosit sekunder, dan mulai memasuki tahap pembelahan meiosis kedua dan akan dihasilkan empat spermatid yang bersifat haploid (Ganong 1995). Pada tahapan spermiogenesis terjadi perubahan struktural spermatid menjadi spermatozoa.

[image:45.595.206.434.531.703.2]

(46)

28

Perubahan utama meliputi kondensasi kromatin inti, pembentukan ekor sperma dan perkembangan tudung akrosom. Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa memasuki rongga tubuli seminiferi dan selanjutnya masuk ke cauda epididimis. Pada tikus jantan, spermatozoa mulai ada di cauda epididimis pada usia 45-46 hari dan puncak produknya pada usia 75 hari (Fox 2002).

(47)

F. Spermatogenesis

[image:47.595.216.476.260.442.2]

Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus. Spermatogenesis tikus putih jantan memerlukan waktu 42 hari. Menurut Hardjopranoto (1995), secara umum spermatogenesis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap proliferasi, tahap pertumbuhan, tahap pematangan dan tahap transformasi atau spermiogenesis.

Gambar 8. Proses spermatogenesis Manusia (Junquiera dan Carneiro, 2007)

Pada tahap transformasi / spermiogenesis, spermatid akan mengalami serangkaian perubahan pada nukleus dan sitoplasma. Spermatid mengalami perubahan bentuk menjadi spermatozoa yang memiliki kepala, leher dan ekor. Handayani (2001) dan Gofur (2002) menjelaskan bahwa transformasi spermatid menjadi spermatozoa dibedakan menjadi empat fase, yaitu :

(48)

30

b. Fase tutup, dicirikan dengan granula akrosom tumbuh dan menutupi permukaan inti membentuk suatu tutup, pada saat itu membran inti kehilangan pori-pori, kedua sentriol menuju ketempat yang berlawanan pada membran inti dan flagellum tumbuh dari distal sentriol, dari proksimal sentriol dibentuk leher yang mengikatkan ekor ke inti; c. Fase akrosom, memperlihatkan inti mulai memanjang dan sitoplasma

berpindah tempat maju ke daerah flagellum yang sedang berkembang; d. Fase pematangan, ditunjukan dengan inti memanjang dan kromatin

berkondensasi dibawah tudung akrosom, membentuk inti yang spesies spesifik dan kehilangan membran inti dan nukleoplasma, apparatus golgi selsai membentuk tudung akrosom dan mulai berubah bentuk.

Selama tahap transformasi/ spermiogenesis testosteron sangat diperlukan terutama untuk menjaga supaya spermiogenesis berlangsung dengan sempurna (Zhang, 2003). Sekresi testoteron oleh sel-sel Leydig merupakan akibat dari aktivitas dari LH. Dalam hal ini LH menstimulasi aktifitas

adenil siklase sehingga meningkatkan cAMP intraseluler. Kenaikan cAMP menyebabkan terjadinya fosforilasi protein intraseluler oleh aktifasi protein kinase, yang akan mengubah pregnolon menjadi tetosteron (Handayani, 2001).

(49)

(rata-rata 0,1226 mm). Pada kepala terdapat akrosom yang mengandung enzim hyluronidase yang berfungsi pada saat fertilisasi. Didalam kepala terdapat inti. Ekor menyerupai bentukan flagellum dan digunakan untuk pergerakan terutama pada saat ada didalam alat kelamin betina.

Kemampuan bereproduksi dari hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volum semen yang tinggi dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula, sedangkan kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal dan motilitasnya (Hardjopranoto, 1995). Albert dan Roussel (1983) menyebutkan bahwa konsentrasi spermatozoa pada epididimis dari tikus putih jantan berumur 70 hari atau lebih sebanyak ≥ 2,7 juta/ml, dengan jumlah spermatozoa normal ≥ 5,74 ±

(50)

32

rendahnya kadar testosteron yang diproduksi oleh sel Leydig dapat menghambat spermatogenesis dan dapat mengganggu maturasi spermatozoa di dalam epididmis.

G. Struktur Spermatozoa

Spermatozoa yang normal terdiri dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Kepala ditutupi oleh tudung protoplasmic (galea kapitis). Galea kapitis biasanya larut bila spermatozoa diberi larut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan. Bila bergerak spermatozoa berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan dalam air. Bila mati spermatozoa akan terlihat datar dengan permukaan. Pada tikus putih jantan ujung kepala spermatozoa berbentuk kait. Leher dan ekor tersusun dari flagellum tunggal yang padat tetapi tersusun dari 9-18 fibril yang dibungkus oleh satu selubung. Pada ujung ekoir selubung menghilang, fibril menyembul dalam bentuk sikat yang telanjang (Nalbadove, 1990; Rugh R, 1967).

(51)
(52)

34

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

(54)

34

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan lima variabel yang terdiri dari : 1. Variabel Independent

a. Ekstrak lada hitam b. Seng (Zn)

2. Variabel Dependent a. Jumlah spermatozoa b. Morfologi spermatozoa c. Motilitas spermatozoa

D. Definisi Operasional

[image:54.595.154.515.512.752.2]

Definisi operasional pada penelitian ini dijelaskan dalam tabel sebagai berikut

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Hasil Ukur Skala Ukur

Kontrol Tikus putih jantan yang tidak diberi perlakuan.

Kontrol : aquades 1 ml/hari Numerik

Ekstrak lada hitam (Piper nigrum L)

Buah lada hitam

(Piper nigrum L)

yang dikeringkan lalu digiling sampai halus dan dilakukan proses maserasi dengan konsentrasi 28 mg/ml dan 49 mg/ml.

Perlakuan 1 dan 2 : 122,5 mg/kgBB/hari

Perlakuan 3 : 245 mg/kgBB/hari

(55)

Seng (Zn) Sumplemen mikro mineral berupa ZnSO 4 yang dilarutkan sehingga berbentuk cairan yang diberikan secara oral berupa ZnSO4.

Perlakuan 2 dan 3 diberikan dosis 1 mg/kgBB/hari

Numerik Jumlah spermatozoa Banyaknya spermatozoa yang diperoleh dari cauda epididimis dalam spermatozoa/ml suspensi.

Banyaknya spermatozoa pada 1 kotak besar dikali 200.000 (juta/ml) Numerik Morfologi spermatozoa Banyaknya bentuk spermatozoa normal dan abnormal yang diperoleh dari cauda epididimis berdasarkan 1 lapang pandang. Menghitung persentase a. Morfologi spermatozoa

normal yaitu memiliki bentuk kepala seperti kait pancing dan ekor panjang lurus.

a. Morfologi spermatozoa abnormal mempunyai bentuk kepala tidak beraturan, dapat berbentuk seperti pisang atau tidak beraturan (Amorphous) atau terlalu bengkok dan ekornya tidak lurus bahkan tidak berekor atau hanya terdapat ekornya saja tanpa kepala. Numerik Motilitas spermatozoa Banyaknya pergerakan spermatozoa normal dan abnormal yang diperoleh dari cauda epididimis berdasarkan 1 lapang pandang.

Menghitung persentase spermatozoa yang

pergerakannya progresif maju ke depan dibandingkan dengan seluruh yang teramati (bergerak dan tidak bergerak).

(56)

36

E. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan yaitu : botol yang tutupnya diberi pipa alumunium sebagai tempat minum mencit, mikroskop, pipet tetes, objek glass, cover glass, kaca arloji, cawan petri, kandang tikus yang terbuat dari bak plastik yang ditutupi dengan kawat pada bagian atasnya sebanyak 6 kandang, spuit oral, toples plastik yang mempunyai tutup, kapas, seperangkat alat bedah (dissecting set),

Improved Neubauer.

2. Bahan Penelitian

Bahan Biologis : tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar dewasa, usia 2-4 bulan dan dalam keadaan sehat.

(57)

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

dan sehat yang ditandai dengan gerak aktif yang diperoleh dari Sekolah Farmasi ITB (Institut Teknologi Bandung). Besar sampel berdasarkan rumus Frederrer (Dahlan, 2009):

(4-1)(n-1) ≥ 15 3(n-1) ≥ 15 3n-3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥ 6

t = kelompok perlakuan (4 kelompok)

n = jumlah pengulangan atau sampel tiap kelompok

G. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Sehat

b. Memiliki berat badan antara 200-250 gram c. Jenis kelamin jantan

d. Usia 2-4 bulan

(58)

38

H. Prosedur Penelitian

1. Pemeliharan Hewan Uji

Pada penelitian kali ini hewan uji yang digunakan adalah tikus putih

(Rattus norvegicus) jantan strain wistar dewasa usia 2-4 bulan dengan berat ± 200 gram dan sehat. Hewan uji di tempatkan pada kandang yang terbuat dari baskom/wadah plastik yang alasnya dilapisi dengan sekam padi dan diganti setiap 2 hari sekali untuk menjaga kandang tetap bersih dan mencegah timbulnya penyakit akibat infeksi akibat perkembangan mikroorganisme yang dapat mengganggu kelangsungan hidup hewan uji. Kandang diletakkan dalam suhu kamar dan menggunakan sinar matahari secara tidak langsung. Suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada dalam kisaran alamiah. Pada bagian atas kandang (baskom) ditutupi dengan kawat dan diletakkan botol tempat minum untuk hewan uji. Untuk makanan hewan uji diberikan berupa pelet/pakan ikan. Makanan dan minuman di tempatkan pada wadah terpisah dan diganti setiap 2 hari sekali.

2. Persiapan Hewan Uji

(59)

3. Penyediaan Ekstrak Lada Hitam Cara pembuatan ekstrak lada hitam :

Ekstrak dibuat di Bagian Kimia Organik FMIPA Unila. Proses pembuatan ekstrak etanol lada hitam (Piper nigrum L) dalam penelitian ini menggunakan etanol teknis 97% sebagai pelarut.

Menurut Sulistianto dkk (2004), ekstraksi dimulai dari penimbangan lada hitam. Selanjutnya seluruh bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol teknis dengan kadar 97% ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 40 º C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering. Menurut penelitian Mbongue, et al, (2005) konsentrasi yang dibutuhkan setelah disaring untuk dosis 122,5 mg/kgBB/hari adalah 28 mg/ml, sehingga penelitian ini mengubah konsentrasi pada dosis 245 mg/kgBB/hari menjadi 49 mg/ml Lalu kemudian dilarutkan dalam 1 ml air untuk mendapatkan larutan yang homogen.

(60)

40

a. Dosis untuk tiap tikus Perlakuan 1

122,5 mg/KgBB x 0,2 kg(berat tikus) = 24,5 mg

b. Dosis untuk tiap tikus Perlakuan 2

122,5 mg/KgBB x 0,2 kg(berat tikus) = 24,5 mg

c. Dosis untuk tiap tikus Perlakuan 3 245 mg/KgBB x 0,2 Kg = 49 mg

Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 gram. Untuk masing-masing dosis perhari pada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.

Dosis pemberian ekstrak lada hitam pada masing-masing tikus perlakuan 1,2 dan 3:

Tikus Perlakuan I

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

x = 0,875 ml = 0,9 ml = 1ml

(61)

Tikus Perlakuan 2

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

x = 0,875 ml= 0,9 ml=1ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok II akan diberikan ekstrak lada hitam sebanyak 0,875 ml= 0,9 ml=1ml Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama 8 hari perlakuan.

Tikus Perlakuan 3

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

x = 1 ml = 1 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak lada hitam sebanyak 1 ml Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama 8 hari perlakuan.

4. Penyediaan Seng (Zn)

Penentuan dosis Zn didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Walaa et al (2008) yaitu pemberian zinc sulphate (ZnSO4) sebesar 1 mg/kgBB/hari secara oral. Pemberian ZnSO4 untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat hewan uji yaitu sekitar 200 gr. Dengan demikian dosis yang dibutuhkan untuk setiap ekor tikus dalam penelitian ini adalah:

(62)

42

Total kebutuhan ZnSO4 selama 8 hari perlakuan untuk 6 ekor tikus adalah 9,6 mg.

5. Penentuan dosis campuran ekstrak lada hitam dan ZnSO4

a. Pengenceran ZnSO4 dalam aquadest

b. Ekstrak lada hitam + ZnSO4 yang telah di encerkan

Jumlah total larutan dari campuran ekstrak lada hitam dan ZnSO4 selama 8 hari perlakuan untuk 6 ekor tikus adalah :

48 ml ekstrak lada hitam + 9,6 ml ZnSO4 = 57,6 ml

Jadi dosis campuran larutan ekstrak lada hitam dan ZnSO4 untuk setiap ekor tikus pada kelompok perlakuan P3 dan P4 adalah sebanyak :

6. Pemberian Perlakuan

Setiap kelompok mempunyai perlakuan yang berbeda, yaitu :

a. Kelompok Kontrol (K) hanya diberi aquades 1,2 ml selama 8 hari. b. Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberikan ekstrak lada hitam 122,5

(63)

c. Kelompok Perlakuan 2 (P2) diberikan ekstrak lada hitam 122,5 mg/kgBB/hari yang dilarutkan dalam 1 ml aquadest secara oral dan 0,2 ml ZnSO4 1 mg/kgBB/hari setiap hari selama 8 hari.

d. Kelompok Perlakuan 3 (P3) diberikan ekstrak lada hitam 245 mg/kgBB/hari yang dilarutkan dalam 1ml aquadest secara oral dan 0,2 ml ZnSO4 1 mg/kgBB/hari setiap hari selama 8 hari.

7. Pengamatan

Setelah 8 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan cara narkosis menggunakan eter dan selanjutnya dibedah. Selanjutnya dilakukan pengamatan sebagai berikut :

a. Pengambilan Sekresi di Cauda Epididimis

Untuk mendapatkan spermatozoa di dalam sekresi cauda epididimis dilakukan menurut Soehadi dan Arsyad (1983) yaitu sebagai berikut : Setelah 8 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan cara narkosis menggunakan eter dan selanjutnya dibedah. Kemudian organ cauda epididimis diambil dan diletakan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl 0,9%.

(64)

44

telah diperoleh dapat digunakan untuk pengamatan yang meliputi: motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa.

b. Perhitungan Motilitas Spermatozoa

Perhitungan motilitas spermatozoa dilakukan dengan metode Partodihardjo (1992). Sperma tikus diambil dari bagian cauda epididimis dengan disayat dan di pencet perlahan. Satu tetes sperma ditempatkan pada gelas objek, ditambah satu tetes larutan fisiologis NaCl 0,9%, dicampur merata dan ditutup dengan gelas objek. Persentase spermatozoa motil dihitung dalam satu luasan bidang pandang menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 100 kali dengan menaksir spermatozoa yang bergerak progresif dari keseluruhan lapangan pandang dan daerah taksir, kemudian dikali 100%. Penilaian dilakukan dengan menghitung persentase spermatozoa yang pergerakannya progresif maju ke depan dibandingkan dengan seluruh yang teramati (bergerak dan tidak bergerak).

% motilitas = jumlah spermatozoa progresif x 100% total spermatozoa yang diamati

c. Perhitungan Jumlah Spermatozoa

(65)

dimasukkan ke dalam kotak-kotak hemositometer Improved Neubauer serta ditutup dengan kaca penutup. Di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali, hemositometer diletakan dan dihitung jumlah spermatozoa pada satu kotak bidang A, B, C atau D. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa kemudian dimasukan ke dalam rumus penentuan jumlah spermatozoa/ml suspense cauda epididimis sebagai berikut (Gandasoebrata, 1984):

Jumlah spermatozoa = n x 200.000 (juta/ml)

Dimana n = jumlah spermatozoa yang dihitung pada kotak A, B, C atau D

(66)

46

d. Perhitungan Morfologi Spermatozoa

Untuk menentukan morfologi spermatozoa diambil spermatozoa dari cauda epididimis seperti penjelasan di atas, kemudian diberi methanol absolute selama 15 menit dikeringkan kemudian diberi pewarna geimsa selama 15 menit. Setelah itu diberi aquades lalu dikeringkan. Kemudian dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali dihitung satu bidang lapang pandang spermatozoa, ditentukan persentase spermatozoa normal dan abnormal

Ciri spermatozoa normal yaitu memiliki bentuk kepala seperti kait pancing dan ekor lurus panjang, sedangkan spermatozoa abnormal mempunyai bentuk kepala tidak beraturan, dapat berbentuk seperti pisang atau tidak beraturan (Amorphous) atau terlalu bengkok dan ekornya tidak lurus bahkan tidak berekor atau hanya terdapat ekornya saja tanpa kepala.

[image:66.595.193.526.527.750.2]
(67)

I. Analisis Data

(68)

48

Gambar 12 . Diagram Alir Penelitian Tikus dinarkosis dengan eter

Pembedahan

Pengambilan spermatozoa dari cauda epididmis

Pengamatan motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa

Interpretasi hasil pengamatan dan penyusunan laporan

Selesai

Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Persiapan penelitian :

- Bahan percobaan - Hewan percobaan - Bahan kimia - Alat percobaan

Tikus diadaptasi selama 1 minggu

Diberi ekstrak Lada Hitam 122,5 mg/kgBB/hari konsentrasi 28 mg/ml

dan ZnSO4 1 mg/kgBB/hari selama

8 hari per oral Diberi ekstrak Lada

Hitam 122,5 mg/kgBB/hari konsentrasi 28 mg/ml selama 8 hari per oral

Diberi ekstrak Lada Hitam 245 mg/kgBB/hari konsentrasi 49 mg/ml

dan ZnSO4 1mg/kgBB/hari selama 8 hari per oral Diberi aquadest 1 ml

[image:68.595.58.545.56.735.2]
(69)
(70)

74

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A., S.A. Prabakaran, dan T.M. Said. 2005. Prevention of oxidative stress injury to sperm. J. Androl 26: 654-669.

Albert, M. dan Roussel, C. 1983. Change From Puberty to Adulthood in The Concentration, Motility and Morphology of Mouse Epididymal Spermatozoa. International Journal of Andrology,6: 446-460.

Ali, H., Ahemd M., Baig M and Ali M. 2007. Relationship of Zinc concentration in blood and seminal plasma with various semen parameters in infertile subjects.

Pakistan journal of Medical Science: 23: 111-114.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Anonim. 2002. Process for extraction of piperine from piper species. http://www.patentstorm.org/process_for_extraction_of_piperine_from_ piper_species.htm. Tanggal akses 6 oktober 2012.

Anonim. 2005. Lada Hitam. http://www.Melur.com-MyHerba.htm. Tanggal akses 6 Oktober 2012.

Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Asmarinah. 2005. Mutasi gen pada pria infertile dengan astenozoospermia. Di dalam Buku Kumpulan Makalah/Abstrak. Andrologi: Sesuatu yang Hilang dalam Kesehatan Reproduksi untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia. Kongres Pandi IX dan Kongres Persandi I. 19-23 April. Jakarta.

Bourgeron, T. 2000. Mitochondrial function and male fertility. Results Probl. Cell Differ. 28:187-210.

(71)

Chvapil, M. 1973. New aspects in biological role of zinc. A stabilizer of marcromolecules and biological membrane. Life Science.; 13, 1044-1049.

Corah, L. 1996. Trace Mineral Requirement of Grazing Cattle. Anim. Feed. Sci. Technol. 59: 61-70.

Cunningham, JG. 1997. Textboox of Veteriany Physiology 2nd. Phialdephia: WB Saunders.

Dahlan, M.S. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat. Edisi III. Jakarta: Salemba Medika.

Darling, Loiuse M. 2002. History and Special Collections Biomedical Library. University of California: UCLA.

Dorlan, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi XXIX. Jakarta: EGC.

El-Sisy, G.A., A.M.A. Abdel-Razek, A.A. Younis, A.M. Ghallab and M.S.S. Abdou. 2008. Effect of dietary or selenium supplementation on some reproductive hormone levels in male Baladi goats. Global Vet., 2: 46-50.

Falana, B.A. dan Oyeyipo, I.P. 2012. Selenium and Zinc Attenuate Lead-Induced Reproductive Toxicity in Male Sprague-Dawley Rats. Res.J.Med.Sci., 6 (2); 66-70.

Ferial, Eddyman W. Gizi, Infertilitas dan Penanganannya. Jurusan Biologi FMIPA UNHAS, Makassar, Indonesia.

Fox, JG. 2002. Laboratory Animal Medicine 2nd. New York: Academic pr. Gandasobrata, R. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Ganong, WF. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Andrianto P,penerjemah;

Oswari J, editor. Jakarta: ECG. Terjemahan dari: Review of Medical Physiology.

Gofur, Abdul. 2002. Spermatogenesis. Malang: Biologi_UM.

Gulcin, I. 2005. The Antioxidant and Radical Scavenging Activities of Black Pepper (Piper nigrum) Seeds. Int. J. Food Sci. Nutr. , 56 : 491-499.

Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.

Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger, Philadephia.

Handayani, N. 2001. Fisiologi Reproduksi: Fungsi Testis dan Fertilisasi. Malang: Biologi_Um.

(72)

76

Heffner, LJ, Schust, DJ. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Ed ke-2. Di dalam: Safitri A, editor. Jakarta: Erlangga.

Heidcamp, Dr.William H. 2002. Cell Biologi Laboratory Manual. Biology Department, Gustavus Adolphus College,Saint Peter, MN 56082.

Heinrich, M., J. Barnes, dan S. Gibbons. 2003. Fundamentals of Pharmacognosy and Phitotherapy. Churchill Livingstone. USA.

Hernawati. 2007. Perbaikan kinerja reproduksi akibat pemberian isoflavon dari Tanaman kedelai. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._

BIOLOGI/1970 03311997022-HERNAWATI/FILE_12.pdf [6 Oktober 2012]. Hidiroglou, M. dan J.E. Knipfel. 1984. Zinc in mammalian sperm: a review.

J. Dairy Sci. 67:11476-1156.

Hirata, Noriko, Masashi Tokunaga, Shunsuke Naruto, Munekazu Iinuma and Hideaki Matsuda. Testosterone 5α-reductase Inhibitory Active Constituens of

Piper nigrum L. Leaf. 2007. Biol. Pharm. Bull. 30 (12); 2402-2405.

Hsu, JM dan Hsieh, HS. Effects of ethionine feeding on urinary and tissue ascorbic acid concentrations in rats.J Nutr. 1981 Jan;111(1):141-5.

Http://www.biropusatstatistik.com, diakses tanggal 28 Oktober 2012.

Hunt, C.D., P.E. Johnson, J.L. Herbel & L.K. Mullen. 1992. Effects of dietary zinc depletion on seminal volume and zinc loss, serum testosterone concentrations, and sperm morphology in young men. Am. J. Clin. Nutr. 56:148-157.

Junqueira, L.C. dan Carneiro J . 2007. Histologi Dasar Teksa dan Atlas. Jakarta : EGC.

Kao, S. H., H.T. Chao& Y.H. Wei. 1998. Multiple deletions of mitochondrial DNA are associated with the decline of motility and fertility of human spermatozoa. Mol. Hum. Reprod. 4:657-666.

Kar,A, Panda S. 2003. Piperine lowers the serum concentrations of thyroid hormones, glucose and hepatic 5'D activity in adult male mice. Horm Metab Res. Sep; 35(9): 523-6.

Karthikeyan, J., Rani, P. 2003. Enzymatic and Non-Enzimatic Antioxidant in Selected Piper Species, “.Ind.J.Expt., Biol 41, pp. 135-140.

Kellis, JT and Vickery LE. 1984. Inhibition of Human Esterogen Synthetase (Aromatase) by flavones. Science (Wash DC) 225: 1032-1034.

(73)

Kurniawan, D. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Infertilitas Primer.

http://staff.ac.id diakses tanggal 29 Oktober 2012.

Kvist, U. 1980. Sperm nuclear chromatin decondensation ability. An in vitro study on ejaculated human spermatozoa. Acta physical Scand Suppl; 486,1-24.

Lawson, R. 2007. File:Anatomy and physiology of animals The testis and a magnified seminferous tubule; Otago Polytechnic.

Martono, LH dan Joewana S. 2006. 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.

Mboungue, F.G.Y., Kamtchouing, P., Essame, O.J.L., Yemah, P.M., Dimo, T., Lontsi D. 2005. Effect of The Aqueous of Dry Fruit of Piper Guineense on The Reproductive Function of Adult Male Rats.Indian J Pharmacol Vol 37; 30-32.

Moeloek, N. 1994. Reproduksi Dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. 3th.

Universitas Jakarta. Pp 41-53.

Netter, A., Hartoma R, Nahail K. 1981. Effects of zinc administration on plasma testosterone and dihydrotestosterone and sperm count. Arch Androl : 7, 69-73. O’Connell, M., N. McClure, S.E. Lewis. 2002. Mitochondrial DNA

deletions and nuclear DNA fragmentation in testicular and epididymal human sperm. Hum. Reprod. 17:1565-1570.

Om, AE and Chung, KW (1996). Dietary zinc deficiency alters 5α reduction and aromatization of testosterone and androgen and estrogen receptors in rat liver. J. Nutr.,126: 842-848.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Penerbit Mutiara.

Pruthi, J.S. 1980. Spices and Condiments: Chemistry Microbiology Technology. Advances in Food Research Suppl.4. Academic Press. Inc. New York.

Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green and S.R.T. Robbins. 1981. Spices.

Vol.1Tropical Agric.Series.Uk, Longman, London.

Rajeev, P. dan S. Devasahayam. 2005. Black Pepper (Extension Pamphelet).

Indian Institute of Spices Research. Kochi, Indian.

(74)

78

Rugh, R. 1967. The Mouse Its Reproduction and Development. Bbgess Publishing Company. Pp 1-23.

Robaire, B. dan L. hermo. 1988. Efferent Ducts, Epididymis and Vas Deferents: Structure, Functions and Their Regulation. In : The physiology of reproduction. Eds. E. Kuobil and J. Neil. Raven Press, Ltd. New York. p. 1058-1059.

Soehadi, K. dan K.M. Arsyad. 1983. Analisa Sperma. Airlangga University Press.

Surabaya.12-31.

Soeradi O. 2000. Gangguan Spermatogenesis Pada Pasangan Infertil. Simposium Sehari Kesehatan Reproduksi Pria. Aula FKUI Jakarta.

Stanier, M.W. dan M. Forsling. 1990. Physiological Processes: An Introduction to Mammalian Physiologi. Mc Graw-Hill Book Company. England.

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N. S. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ( Scheff ) Boerl ) terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih ( Rattus norvegicus L ) setelah perlakuan dengan Karbon Tetraklorida ( CCL4 ) secara oral. Skripsi . Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret: Surakarta Srinivasan, K., H. Manjunatha. 2007. Hypolipidemic and antioxidant effects of

dietary curcumin and capsaicin in iduced hypercholesterolemic rats. Lipid 42, 113-1142. 217.

Taneja, S.K., S. Chadha & P. Arya. 1995. Lipid-zinc interaction: its effect on the testes of mice. Br. J. Nutr. 73:723-731.

Tjitrosoeporno, G., 1998. Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Tjokronegoro, A. 2000. Problema Seks Pada Pria Pasangan Fertil Dan Infertil. Simposium Sehari Kesehatan Reproduksi Pria. Aula FKUI Jakarta.

Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa.

Vijayakumar, R.S., Surya D., Nalini N. Antioxidant efficacy of black pepper (Piper nigrum L.) and piperine in rats with high fat diet induced oxidative stress. Redox. Rep. 2004;9:105–110. [PubMed].

(75)

Walle, T, Y. Otake, J.A. Brubaker, U.K. Walle and P.V. Halushaka. 2001. Disposition and metabolism of the flavonoid chrysin in normal volunteers.

Departement of Cell and Molecular Pharmacology and Experimental Therapeutics, Division of Clinical Pharmacology, Medical University of South California, Charleston, SC 29425, USA.

Williamson. 2002. Mayor Herbs of Ayurveda. Churchill Livingstone. United Kingdom.

Wyrobek, A.J. and W.R. Bruce. 1975. Chemical Induction of Sperm Abnormalities in Mice. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 72: 4425-4429.

Yanagisawa, Hiroyuki. 2004. Zinc Deficiensy and Clinical Practice. Asscociate Professor, Departement of Hygiene and Preventive Medicine, Saitama Medical school. JMAJ 47 (8) : 359-364.

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.

Gambar

Gambar 3. Tanaman Lada (Darling, 2002)
Gambar 4. Buah Lada (Darling, 2002)
Gambar 5. Struktur Piperin (Anwar, 1994)
Gambar 6. Sistem Reproduksi Tikus Jantan (Ventral) (Rugh, 1967)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0.05) terhadap kuantitas dan kualitas spermatozoa tikus putih jantan dewasa (Rattus norvegicus) meliputi

Pada uji Split-plot memberikan hasil sebagai berikut : kelompok lada hitam dosis 5 % menunjukkan hasil yang bermakna dari menit ke-0 sampai menit ke-120, kelompok lada hitam

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber Officinale Roxb var Rubrum) terhadap Motilitas dan Morfologi Spermatozoa Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Pada tabel 1 tedapat peningkatan rerata konsentrasi spermatozoa dari tikus yang diberi jintan hitam ( Nigella sativa ) dibandingkan kontrol. Walaupun terdapat perbedaan

Pada penelitian ini didapatkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa rata-rata morfologi spermatozoa wistar jantan ( Rattus norvegicus ) setelah diberi perlakuan dengan

Kesimpulan: terdapat perbedaan efek antibakteri antara ekstrak etanol lada hitam dengan ekstrak etanol Lada putih terhadap zona hambat Streptococcus mutans secara in vitro..

Pada penelitian ini didapatkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa rata-rata morfologi spermatozoa wistar jantan ( Rattus norvegicus ) setelah diberi perlakuan dengan

Morfologi spermatozoa normal tikus wistar yang diberikan paparan obat nyamuk elektrik berbahan aktif transflutrin mengalami kecenderungan penurunan presentase morfologi