PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
Oleh Ria Herpiana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
Oleh Ria Herpiana
IPA fisika merupakan salah satu pelajaran yang tidak bisa ditransfer begitu saja
dari pikiran guru ke siswa. Oleh karena itu, sampai saat ini IPA fisika masih
dianggap sulit, dari anggapan tersebut akan mempengaruhi keterampilan
metakognisi dan motivasi belajar dari dalam diri siswa dan akan berdampak pada
rendahnya hasil belajar IPA fisika siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
(1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
yang pembelajarannya menggunakan metode discovery. (2) Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya
menggunakan metode discovery. (3) Pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya
menggunakan metode discovery. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Ajaran
2012/2013, sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas VIIIB. Pengambilan
Ria Herpiana hasil belajar siswa diperoleh dari nilai angket, dan hasil posttest. Pengaruh
keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA fisika
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery dianalisis dengan menggunakan regresi berganda. Hasil analisis data dalam bentuk persamaan
regresinya: (1) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar
Y = 49,42 + 0,30 X1 dengan nilai sig sebesar 0,01; (2) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Y = 1,29 + 0,95 X2 dengan nilai sig sebesar 0,00; (3) pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
Y = 2,29 + 0,18X1 + 0,79X2 dengan nilai sig sebesar 0,00. Sehingga diperoleh kesimpulan: (1) Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil
belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery sebesar 15%. (2) Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery sebesar 27%. (3) Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode
discovery sebesar 32%.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis ... 7
1. Keterampilan Metakognisi ... 7
2. Motivasi Belajar ... 11
3. Hasil Belajar ... 13
4. Metode Discovery ... 16
B.Kerangka Pikir ... 19
C.Hipotesis ... 22
III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
xi
D.Variabel Penelitian ... 24
E. Data Penelitian ... 25
F. Instrumen Penelitian ... 25
G.Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Keterampilan Metakognisi ... 26
2. Motivasi Belajar ... 26
3. Hasil Belajar Siswa ... 27
H. Analisis Instrumen ... 27
1. Uji Validitas ... 27
2. Uji Reliabilitas ... 28
I. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29
1. Analisis Data ... 29
2. Pengujian Hipotesis ... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 36
1. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 36
2. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 39
3. Data Hasil Penelitian ... 42
4. Hasil Uji Analisis Data ... 45
a. Hasil Uji Normalitas ... 45
b. Hasil Uji Linearitas ... 47
c. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 49
d. Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 52
e. Hasil Uji Korelasi Ganda ... 53
f. Hasil Uji Determinasi ... 54
g. Hasil Uji Hipotesis ... 55
B.Pembahasan ... 56
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
xii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Pemetaan SK dan KD ... 73
2 Silabus ... 76
3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 82
4 Kisi-kisi Soal Keterampilan Metakognisi ... 96
5 Rubrikasi Penilaian Keterampilan Metakognisi ... 103
6 Soal Keterampilan Metakognisi ... 104
7 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 114
8 Angket Motivasi Belajar ... 115
9 Kisi-kisi Soal Hasil Belajar ... 117
10 Lembar Kerja Kelompok (LKK 1) ... 127
11 Kunci Lembar Kerja Kelompok (LKK 1) ... 134
12 Lembar Kerja Kelompok (LKK 2) ... 139
13 Kunci Lembar Kerja Kelompok (LKK 2) ... 149
14 Lembar Kerja Kelompok (LKK 3) ... 155
15 Kunci Lembar Kerja Kelompok (LKK 3) ... 165
16 Data Nilai Keterampilan Metakognisi Siswa ... 172
17 Data Nilai Motivasi Belajar Siswa ... 175
18 Data Nilai Hasil Belajar Siswa ... 179
19 Data Nilai Uji Validitas dan Reliabilitas Keterampilan Metakognisi 181 20 Data Nilai Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar ... 183
21 Data Nilai Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Belajar ... 185
22 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 187
23 Uji Normalitas Data ... 197
24 Uji Linearitas Data ... 198
25 Uji Regresi Linear Sederhana ... 204
26 Uji Regresi Linear Berganda ... 208
27 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 209
28 Surat Izin Penelitian ... 210
xiii
30 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 212
31 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 214
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA fisika memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu
untuk menghasilkan siswa yang berkualitas. Siswa yang berkualitas adalah siswa
yang mampu berpikir, kreatif, logis dan berinisiatif. Salah satu pelajaran yang
tidak bisa ditransfer begitu saja dari pikiran guru ke siswa adalah pelajaran IPA
fisika. Oleh karena itu, sampai saat ini IPA fisika masih dianggap sulit oleh siswa.
Dari anggapan tersebut membuat siswa memberi respon yang kurang positif
terhadap pembelajaran IPA fisika dan yang nantinya akan mempengaruhi
ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA terpadu SMP Negeri
8 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa metode yang sering digunakan
dalam pembelajaran adalah metode konvensional (ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas). Guru menyampaikan materi pelajaran berupa informasi yang
harus didengar, dicatat, disimpan dan diujikan. Penerapan metode pembelajaran
tersebut cenderung membuat siswa pasif, bosan, malas belajar dan malas
mengerjakan tugas. Hal tersebut memberi dampak terhadap hasil belajar yang
masih rendah jika dibandingkan dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal
2 Keberhasilan proses belajar mengajar selain ditentukan oleh metode
pembelajaran, juga ditentukan oleh motivasi belajar siswa. Guru IPA fisika
diharapkan dapat memberikan dorongan belajar pada siswa, sehingga siswa
merasa tertarik dan mudah memahami materi yang diberikan. Adanya motivasi
belajar yang kuat membuat siswa belajar dengan tekun yang pada akhirnya
terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut. Oleh karena itu motivasi belajar
hendaknya ditanamkan pada diri siswa agar dengan demikian siswa akan
semangat mengikuti materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah.
Ditinjau dari prinsip pembelajaran yang terletak pada keaktifan belajar siswa,
maka tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat membuatnya lebih aktif
belajar dan metode pembelajaran tertentu yang diterapkan dapat pula mendukung
keaktifan siswa yang diunggulkan oleh motivasinya.
Proses didalam pembelajaran sangat dibutuhkan suatu keterampilan untuk dapat
berhasil. Salah satu keterampilan yang dibutuhkan adalah keterampilan
metakognisi. Keterampilan metakognisi merupakan suatu keterampilan untuk
memahami dan mengendalikan aktivitas kognitif seseorang dalam proses
belajarnya. Keterampilan metakognisi siswa dapat mengetahui bagaimana cara
mereka belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki dan
mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif, keterampilan metakognisi
yang berkembang dengan baik membuat siswa mampu menyadari kekuatan dan
kelemahannya dalam belajar sehingga dalam pembelajaran IPA fisika
keterampilan metakognisi sangat berperan penting dalam meningkatkan hasil
3 Menyadari pentingnya suatu metode dan pendekatan pembelajaran dalam upaya
peningkatan hasil belajar, maka diperlukan adanya pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri.
Banyak metode pembelajaran yang merangsang siswa untuk belajar mandiri,
kreatif, dan lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Diantaranya
adalah dengan metode pembelajaran discovery (pembelajaran penemuan).
Proses pembelajaran dengan metode discovery siswa dilibatkansecara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa
serta guru hanya sebagai fasilitator. Metode ini menuntut siswa untuk menemukan
serta memecahkan masalah yang dihadapi secara aktif dengan metode discovery ini dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Keterampilan metakognisi siswa akan menentukan cara berpikir dalam memahami
konsep-konsep dan memecahkan masalah dalam proses belajar, dengan
mengetahui kesadaran siswa akan pengetahuannya sendiri dan kemampuannya
untuk memahami, mengontrol, serta mendorong untuk mempersiapkan diri dalam
belajar, motivasi belajar pun ikut mempengaruhi hasil belajar yang dicapai saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, sehingga diharapkan dapat membantu
siswa dalam aktivitas belajarnya, maka peningkatan hasil belajar akan lebih
mudah diupayakan oleh siswa dengan adanya keterampilan metakognisi dan
4 Berdasarkan uraian latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian yang
berjudul ” Pengaruh Keterampilan Metakognisi dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Discovery”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar
IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery? 2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA fisika
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery?
3. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan
metode discovery?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode discovery.
3. Pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode
5 D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis hasil penelitian ini bahwa metode pembelajaran discovery dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu cara untuk memperoleh hasil
belajar siswa yang lebih tinggi.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih metode
pembelajaran dalam mengajar fisika.
b. Dengan diterapkan metode yang sesuai dengan penyusunan materi, siswa
dapat mengerti materi secara jelas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi
kognitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintregrasikan
pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam
pembelajaran. Pada penelitian ini keterampilan metakognisi yang digunakan
adalah siswa mampu merencanakan, memantau, dan mengevaluasi
pembelajarannya sendiri.
2. Motivasi belajar adalah keadaan dalam diri siswa yang mendorong
keinginan siswa untuk melakukan kegiatan tertentu terkait keterampilan
6 adanya keinginan siswa untuk bertanya dan kemauan siswa untuk
menyelesaikan soal. Dalam penelitian ini motivasi siswa di teliti dengan
menggunakan angket motivasi.
3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka
waktu tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil
belajar aspek kognitif (pengetahuan).
4. Metode pembelajaran discovery adalah metode mengajar yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar, dalam proses
pembelajarannya guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk menemukan konsep. Langkah-langkah metode
pembelajaran discovery ini yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan data dan
merumuskan kesimpulan.
5. Materi pokok yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi cahaya
yang meliputi perambatan cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Keterampilan Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli
psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi mengapa ada
orang yang belajar dan mengingat lebih dari yang lainnya. Secara etimologis,
istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai, yaitu meta dan kognisi (cognition).
Keterampilan kognitif dan metakognisi, sekalipun berhubungan tetapi berbeda,
keterampilan kognitif dibutuhkan untuk melaksanakan tugas, sedangkan
keterampilan metakognisi diperlukan untuk memahami bagaimana tugas itu
dilaksanakan menurut Rivers dalam Corebima (2006:10).
Vacca (1989: 223) mengemukakan bahwa:
8 Metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya
belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan
aktivitas-aktivitas sebagai berikut menurut Project (2008:1):
(1) Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar; (2) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar; (3) Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar; (4) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok; (5) Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu; (6) Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
Pernyataan di atas dapat jelaskan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar
dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to learn sebagaimana disebutkan di atas maka hasil optimal akan mudah dicapai.
Pengetahuan metakognisi didapat dari pengetahuan tentang kognisi secara umum
dan kesadaran, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
Savage dan Amstrong dalam Yamin (2012: 71) mengemukakan bahwa “ ada dua
strategi belajar metakognitif yaitu (1) berpikir dengan keras (thinking aloud) (2) berpikir dengan membayangkan (visualizing thinking)”. Penjelaskan tersebut bahwa dalam pendekatan berpikir dengan keras menghendaki siswa untuk
menerangkan proses berpikir adalah untuk pendekatan suatu tugas atau suatu
kegiatan. Berpikir dengan membayangkan adalah teknik untuk membantu siswa
memonitor proses berpikirnya dengan memfokuskan siswa tersebut pada hal-hal
9 Menurut Blakey dalam Ibrahim (2005:12), strategi untuk mengembangkan
keterampilan metakognisi adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi “apa yang kamu ketahui” dan “apa yang tidak kamu ketahui”; (2) Membahas tentang
berpikir; (3) Membuat jurnal merencanakan dan pengaturan diri; (4) Menjelaskan
tentang proses berpikir dan evaluasi.
Anderson dan Krathwohl(2001:1) mengemukakan bahwa:
Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum, seperti kesadaran diri dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
Pengetahuan kognitif cenderung diterima sebagai pengetahuan tentang proses kognitif yang dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif.
Menurut pendapat tersebut bahwa pengetahuan tentang kognitif terdiri dari
informasi dan pemahaman yang dimiliki seseorang siswa tentang proses
berpikirnya itu dengan pengetahuan tentang strategi – strategi belajar yang
digunakan dalam situasi pembelajaran tertentu. Metakognisi yaitu pengetahuan
dan keterampilan dapat diajarkan, dilatihkan, atau dikembangkan, jadi
berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan beberapa pakar di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara sederhana metakognisi adalah
pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya sendiri, atau pengetahuan
seseorang tentang kognisinya serta kemampuan siswa dalam mengatur dan
mengontrol aktivitas kognisinya dalam belajar dan berpikir.
Anderson dan Krathwohl(2001:1) mengemukakan tiga aspek dari pengetahuan
metakognisi, yaitu: (a) Pengetahuan strategi (strategic knowledge), (b)
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan
10 Flavel (dalam Livingston:1997) membagi pengetahuan kognitif ke dalam tiga
kategori, yaitu (a) Variabel pengetahuan diri (individu), (b) Variabel tugas, dan (c)
Variabel strategi.
Pendekatan keterampilan metakognisi menurut Suzana (2003: 29) yaitu:
Pendekatan keterampilan metakognisi sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta
mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar.
Pendekatan keterampilan metakognisi menurut Wahyuni (2008: 14) adalah
sebagai berikut:
(1) Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang didesain untuk
mendorong siswa menterjemahkan konsep dengan kata-kata sendiri setelah membaca soal dan memahami; (2) Pertanyaan strategi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa mempertimbangkan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah besserta alasannya; (3)
Pertanyaan refleksi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa melakukan evaluasi mengenai hasil pekerjaan.
Menurut pendapat tersebut bahwa metakognisi memainkan peran yang sangat
penting dalam kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan pengetahuan
metakognisi penting sekali untuk mempelajari aktivitas dan belajar untuk
membantu siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam
memanfaatkan sumber daya kognitif mereka yaitu dengan cara meningkatkan
11 2. Motivasi Belajar
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi
yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan
lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri
bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Menurut Eysenck dalam Slameto (2003:170):
Motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep–konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.
Menurut Sukmadinata (2007 : 61) mengungkapkan:
Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.
Pengertian motivasi diatas, dijelaskan bahwa manusia memiliki tujuan dan
harapan dari semua kegiatan yang dilakukan dalam hidupnya. Begitu pula dengan
setiap siswa yang mengharapkan keberhasilan dalam proses belajarnya. Motivasi
12 mendukung keberhasilan belajar. Motivasi berasal dari kata “motive” atau
“motion” yang berasal dari bahasa inggris yang berarti penggerak.
Motivasi merupakan faktor penting dalam kehidupan terutama dalam dunia
pendidikan dan pengajaran. Hal ini dipertegas oleh Sukirman (2011: 29) beberapa
peranan penting motivasi dalam proses pembelajaran, antara lain dalam (a)
menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan
belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan
belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.
Lebih lanjut Hamalik (2004: 161), mengemukakan tentang fungsi motivasi yaitu:
(a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (b) motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan; (c) motivasi berfungsi sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa siswa akan aktif yaitu dengan
menumbuhkan motivasinya, diperkuat lagi dengan adanya cara untuk
menumbuhkan motivasi siswa, hal ini membantu dalam proses kegiatan
pembelajaran yaitu untuk mencapai hasil belajar yang baik. Proses didalam
pembelajaran pelaksanaannya sangat memerlukan motivasi, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Jadi motivasi dapat berfungsi sebagai dorongan, pengarah dan penggerak
13 Hamalik (2004: 162 – 163), membagi motivasi menjadi 2 jenis yaitu:
(1). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, seperti keinginan untuk mendapatkan keinginan tertentu; (2). Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor – faktor dari luar situasi belajar, seperti penghargaan, persaingan dan hukuman.
Bahwa keinginan, tujuan, dan kebutuhan dalam diri seseorang akan berbeda
dengan yang lain. Dorongan atau motivasi yang terdapat dalam diri seseorang
dapat dilihat dari karakteristik individu atau orang itu sendiri.
3. Hasil Belajar
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa besar hasil
belajar yang dicapai oleh siswa tersebut. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar
yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari
apa yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2004: 155), hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan
diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20), hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak
tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
14 Menurut Hamalik (2004: 30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Pendapat di atas mengartikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
pembelajaran dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil
belajar siswa, yaitu: (a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi
kesehatan intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar; (b) Faktor eksternal
(yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
dan lingkungan sekitar.
Pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa keberhasilan dari proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri siswa
(faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka
seorang siswa harus bisa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor
yang berasal dari dalam dirinya. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi
berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Keberhasilan
proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang
15 Kirkpatrick dalam Harun dan Mansur (2007: 3) menyarankan tiga komponen
yang harus dievaluasi dalam pembelajaran yaitu pengetahuan yang dipelajari,
keterampilan apa yang dikembangkan, dan sikap apa yang perlu diubah. Untuk
mengevaluasi komponen pengetahuan dan atau perubahan sikap, dapat digunakan
paper-and-pencil test (tes tertulis) sebagai alat ukurnya. Evaluasi hasil belajar untuk meningkatkan keterampilan siswa dapat digunakan tes kinerja sebagai alat
ukurnya.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut
Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26):
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu: (a) Ranah Kognitif yang terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi;(b) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup;(c) Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
Pendapat di atas, dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah
diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar yang
dimaksud mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Arikunto (2007: 95), hasil belajar untuk ranah psikomotor dibagi
menjadi beberapa aspek keterampilan pokok, yaitu melakukan percobaan,
menganalisis hasil percobaan, menghubungkan percobaan dengan teori,
mempresentasikan hasil, dan memecahkan prediksi pertanyaan. Berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
16 dari luar dirinya. Berdasarkan pendapat Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu
faktor intern dan faktor ekstern yaitu:
(1) Faktor intern: faktor jasmaniah,keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua, kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar dan faktor psikologis,ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologis. Faktor- faktor itu meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan; (2) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar antara lain: faktor lingkungan keluarga, faktor
lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat.
Memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab
terhambatnya pembelajaran.
4. Metode Discovery
Metode discovery atau pembelajaran penemuan merupakan metode mengajar yang mengatur pengajaran sehingga siswa tersebut memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery, pembelajarannya dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep,
siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan serta arahan kepada
17 suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan,
manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Menurut Gilstrap dalam Suryosubroto (2002: 197) langkah-langkah pelaksanaan
metode discovery adalah sebagai berikut:
(1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan; (2) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajari; (3) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan; (4) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan;(5) Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi discovery menurut Hamalik (2006: 220) adalah:
(1) Mengidentifikasi dan merumuskan topic; (2) Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta; (3) Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2; (4) Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul; (5) Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai preposisi tentang fakta.
Langkah-langkah pelaksanaan pada metode discovery ini dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar discovery tersebut. Didalam langkah-langkah pelaksanaanya dapat membimbing siswa aktif melakukan metode pembelajaran
discovery, guru berperan membimbing siswa-siswa nya dalam melaksanakan metode discovery tersebut.
18 dalam kelompok belajar yang lebih besar. Metode discovery dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah yaitu:
(1) Sistem satu arah (ceramah reflektif)struktur penyajian sistem satu arah dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan
masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery; (2) Sistem dua arah (Discovery terbimbing) sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut sebagai guidd discovery. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan.
Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa merode discovery dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah dan dua arah. Pada komunikasi satu arah, guru
memberikan masalah kepada siswa, selanjutnya guru memecahkan masalah itu
dengan menggunakan langkah-langkah discovery, sedangkan pada komunikasi dua arah guru memberikan masalah dan siswa dapat memecahkan masalah dengan
menggunakan langkah-langkah discovery, serta guru membimbing siswa tersebut.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Herdy (2010:
179) sebagai berikut:
(1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; (2) Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; (3) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; (4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; (5) Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Keunggulan metode discovery tersebut dapatdikatakan bahwa siswa yang aktif dalam belajar sehingga hasil belajar tersebut dapat bertahan lama dan mudah
19 lebih baik dari pada hasil lainnya dan dapat meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir. Metode discovery ini melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain karena metode ini melatih siswa lebih banyak belajar
secara sendiri. Tetapi metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya
membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar
menerima. Untuk mengurangi kelemahan metode ini maka diperlukan bantuan
guru. Bantuan guru dapat dengan dimulai dengan mengajukan beberapa
pertanyaan dan memberikan informasi secara singkat kepada siswa.
B. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran saat ini lebih menekankan pada kemampuan kognitif siswa,
sedangkan kemampuan afektif siswa diabaikan. Terlebih lagi dengan cara-cara
guru mengajar yang hanya mentransfer pengetahuan begitu saja tanpa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna terlebih dahulu
pengalaman belajarnya dan oleh karena itu diperlukan penerapan suatu metode
pembelajaran. Metode pembelajaran tersebut tentu saja harus ada interaksi timbal
balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa sehingga tercapai tujuan
dari pembelajaran tersebut. Salah satu alternatif metode yang digunakan yaitu
metode discovery (pembelajaran penemuan). Metode discovery dalam proses pembelajarannya guru berperan sebagai fasilitator, dan guru memberikan
20 Setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar secara aktif mempunyai
kesempatan untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Keberhasilan siswa dalam
belajar ditentukan banyak faktor, salah satunya adalah keterampilan metakognisi
siswa tersebut. Pembelajaran melalui keterampilan metakognisi dapat
mengembangkan siswa dalam kemampuan berpikir. Siswa yang menggunakan
keterampilan metakognisi dengan baik memiliki kepercayaan bahwa mereka bisa
menyelesaikan masalah didalam pelajaran dengan baik, dapat menentukan tujuan
belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan belajar tersebut, dan
memilih alternatif untuk mencapai tujuan belajar tersebut. Oleh karena itu,
keterampilan metakognisi sangat diperlukan disini untuk mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Faktor lain diduga ikut berpengaruh terhadap hasil belajar adalah motivasi belajar.
Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang mendorong siswa untuk giat belajar
yang timbul dari diri siswa. Motivasi yang tinggi akan mendorong siswa untuk
belajar secara aktif dan penuh rasa tanggung jawab, sehingga akan mendapatkan
hasil belajar yang baik. Dengan demikian, jika siswa memiliki keterampilan
metakognisi yang baik, maka siswa akan memiliki motivasi yang tinggi untuk
belajar dengan sungguh-sungguh sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efisien dan dapat menghasilkan hasil belajar
yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
21 mengetahui nilai motivasi dari masing-masing siswa. Dalam hal ini dimaksudkan
sebagai perbandingan dengan penilaian akhir motivasi pada akhir pembelajaran.
Kemudian memberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan metode discovery pada kelas VIIIB sebagai kelas ekperimen.
Pembelajaran ini menuntut siswa berinteraksi secara aktif terhadap konteks dan
konten pembelajaran. Setelah dijalankan penggunaan metode pembelajaran
tersebut, maka dilakukan kembali penilaian motivasi berupa angket yang
dibagikan kepada masing-masing siswa. Motivasi ini nantinya sebagai acuan
terhadap penilaian motivasi sebelumnya sehingga dapat terlihat seberapa besar
pengaruhnya terhadap hasil belajar. Selanjutnya kelas ekperimen diberi posttest untuk mengetahui keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa IPA fisika.
Dalam hal ini keterampilan metakognisi dan hasil belajar dimaksudkan sebagai
penilaian pada akhir pembelajaran.
Penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat,
dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Keterampilan
metakognisi (X1) dan Motivasi belajar (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah Hasil belajar fisika (Y1), dan variabel moderatornya adalah Metode discovery (Z). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hubungan variabel bebas dan
variabel terikatnya, maka dapat dijelaskan dalam paradigma pemikiran pada
22
Gambar 2.1 Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Keterangan :
X1 : Keterampilan metakognisi X2 : Motivasi belajar
Y : Hasi belajar
R1 : Keterampilan metakognisi (X1) terhadap hasil belajar (Y) R2 : Motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar (Y)
R12 : Keterampilan metakognisi (X1) dan Motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar (Y)
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh keterampilan
metakognisi dan motivasi siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode discovery. X1
X2
Y R1
R12
23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada semester
genap tahun pelajaran 2012/ 2013.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar
Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas
sembilan kelas berjumlah 339 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010: 124). Pertimbangan tertentu yang
dilakukan dalam pemilihan sampel adalah berdasarkan hasil nilai ujian
pertengahan semester tahun 2012/2013 yang kurang memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) secara keseluruhan dan keterangan dari hasil
wawancara dengan guru kelas sehingga dipilih sampel dalam penelitian ini adalah
24 C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan satu kelas
sebagai sampel. Penelitian dilakukan secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran pada siswa kelas VIIIB . Penelitian ini terdiri dari dua variabel
bebas yaitu keterampilan metakognisi dan motivasi belajar, satu variabel terikat
yaitu hasil belajar dan satu variabel moderator yaitu metode discovery. Desain penelitian ini menggunakan One-Shot Case Study. Secara prosedur rancangan desain penelitian disajikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Desain Eksperimen One-Shot Case Study Keterangan:
X = Metode discovery O = Observasi (keterampilan metakognisi, motivasi dan hasil belajar)
(Sugiyono, 2010: 110)
D. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan
veriabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan
metakognisi (X1) dan motivasi belajar (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y ), dan pembelajaran dengan metode discovery dalam penelitian ini bertindak sebagai variabel moderator (variabel antara).
25 E. Data Penelitian
Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari:
1. Data keterampilan metakognisi
2. Data motivasi belajar
3. Data hasil belajar siswa
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar kerja kelompok (LKK)
Lembar kerja kelompok digunakan untuk mengarahkan siswa dalam kerja
kelompok yang berupa kegiatan eksperimen.
2. Lembar angket motivasi belajar
Lembar angket motivasi belajar dapat berupa seluruh kegiatan dan
aktualisasi yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
3. Keterampilan metakognisi dan hasil belajar menggunakan instrumen
berbentuk soal uraian. untuk mendapatkan data keterampilan metakognisi
yang dimiliki siswa digunakan soal yang berisi pertanyaan yang sesuai
dengan indikator keterampilan metakognisi. Tes ini digunakan pada saat
26 G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Keterampilan Metakognisi Siswa
Untuk memperoleh data keterampilan metakognisi siswa, tes diberikan kepada
siswa dalam bentuk soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator
metakognisi untuk mendapatkan data mengenai keterampilan metakognisi yang
dimiliki siswa. Sebelum diberikan kepada siswa, soal terlebih dahulu diuji
cobakan kemudian dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Setelah diuji
validitas dan reliabilitasnya, kemudian soal diberikan kepada siswa yang diambil
sebagai sampel.
Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran 16.
2. Data Motivasi Belajar Siswa
Untuk memperoleh data motivasi siswa disediakan angket dalam bentuk skala
Likert yang didalamnya terdapat pilihan jjawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dalam angket terdapat kisi-kisi yang terdiri
dari empat indikator, yaitu :
1) Perhatian (Attention) 2) Relevansi (Relevance) 3) Percaya Diri (Confidence) 4) Kepuasan (Satisfaction)
Pernyataan digolongkan menjadi dua kriteria yaitu pernyataan negatif dan positif.
27 a) Untuk pernyataan dengan kriteria positif:
1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju
3 = ragu-ragu/netral 4 = setuju
5 = sangat setuju
b) Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = raguragu/netral 4 = tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
(Suhadi, 2008)
Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran 17.
3. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes akhir yang berupa soal
uraian siswa kelas VIIIB IPA fisika pada materi pembelajaran cahaya. Adapun
hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran 18.
H. Analisis Instrumen
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya
harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti
28 Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yaitu:
= � −
� 2 − 2 � 2− 2
(Arikunto, 2008: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3
maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir
dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi
yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi
pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat jika r = 0,3.
(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS
17.0 dengan kriterium uji bila correlated item–total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat
Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas
29
11 = −1 1− �12
�2
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total
(Arikunto, 2008: 109)
Menurut Sayuti dalam Saputri (2010:30), kuesioner dinyatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang
[image:39.595.114.397.360.480.2]dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Nilai Kisaran Alpha Chronbach‘s
Nilai Alpha Cronbach‘s Keterangan
0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
0,21 – 0,40 Agak Reliabel
0,41 – 0,60 Cukup Reliabel
0,61 – 0,80 Reliabel
0,81 – 1,00 Sangat Reliabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang
sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap
nomor soal.
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval. Untuk
menganalisis data, sebelumnya data motivasi belajar IPA fisika siswa
30 yaitu Uji Normalitas pada data motivasi IPA fisika siswa. Setelah uji prasyarat
dilakukan, maka tahap berikutnya adalah uji analisisRegresi Linier Berganda
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Keputusan hasil pengujian
dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kriteria uji dari
masing-masing jenis pengujian.
Menganalisis data keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa diambil
dengan menggunakan lembar pengumpulan berupa soal tes keterampilan
metakognisi dan kemampuan hasil belajar IPA fisika siswa yang berbentuk soal
uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor ujian akhir. Proses analisis
untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a) Skor yang diperoleh dari masing – masing siswa adalah jumlah skor dari
setiap soal.
b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
% Pencapaian hasil Belajar =Skor yang diperoleh
skor maksimum × 100%
c) Nilai hasil belajar siswa adalah:
Nilai hasil belajar siswa = % prestasi belajar siswa (dihilangkan % nya).
d) Nilai rata – rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus : Rata – rata
hasil belajar siswa = nilai hasil belajar setiap siswa Jumlah siswa
e) Ketuntasan tergantung tempat penelitian.
Untuk kategori nilai rata – rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008:
31 Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.
Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik.
Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat
dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data tidak terdistribusi secara normal.
H1 : data terdistribusi secara normal.
Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program
pada komputer yaitu menggunakan program SPSS 17,0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai �. �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
32 b. Uji Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0, 05.
c. Uji Korelasi
Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi
[image:42.595.113.371.498.591.2]Bivariate. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,19
0,20 – 0,39 0,40 – 0,59 0,60 – 0,79 0,80 – 1,00
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2010: 257)
Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi,
dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat pengaruh
33 d. Uji Regresi Linear Sederhana
Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan
menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel
terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.
′= +
Dengan:
=
2 − 2 − 2
= − 2 − 2
Priyatno (2010: 55)
Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.
e. Uji Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui efisiensi perhitungan analisis data Uji Regresi Linier Berganda
digunakan Aplikasi Program SPSS 17.0 For Windows. Kriteria uji yang digunakan adalah jika Fhitung > dari Ftabel maka terima H1. Selanjutnya dengan
adanya pertimbangan efesien perhitungan analisis data uji analisis regresi linear
sederhana digunakan aplikasi program SPSS 17.0.
Persamaan yang harus diselesaikan dalam regresi linear berganda, yaitu:
34 Keterangan :
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1, X2, Xn = Variabel independen
= Konstanta (nilai ′ apabila X1, X2,….,Xn = 0)
b1, b2, bn = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Adapun hipotesis yang telah diuji adalah:
1) Hipotesis pertama
Ho : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadaphasil belajar
IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
H₁ : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadaphasil belajar IPA
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
2) Hipotesis kedua
Ho : Tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadaphasil belajar IPA fisika
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
H₁ : Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadaphasil belajar IPA fisika siswa
yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
3) Hipotesis ketiga
Ho : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar
terhadaphasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan
35 H₁ : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode
discovery.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery sebesar 15%. 2. Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
yang pembelajarannya menggunakan metode discovery sebesar 27%. 3. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode
discovery sebesar 32%.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga
analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan metode
discovery dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa sehingga
68
2. Agar pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan metode
discovery dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai mempersiapkan perangkat
pembelajaran, alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan
pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam
kondisi yang kondusif, sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Krathwoh. 2001. Metakognisi dalam Pembelajaran. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2012 dari
http://lenterakecil.com/metakognisi-dalam-pembelajaran/Metacog.html.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_________ 2007. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Corebima, A. D. dan Idrus, A. A. 2006. Pemberdayaan dan Pengukuran
Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah. disajikan dalam International Conference on Measurement and Evaluation in Education, School of Educational Studies University Sains. Malaysia Penang: Malaysia.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Umar . 2006. Perancangan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
_________ 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harun, R dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.
Herdy. 2010. Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2012 dari http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan.
Limonu, Ramlan. 2012. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar di SMK Manado. Jurnal Pendidikan. Diunduh pada tanggal 11 Februari 2013 dari http:// unima.ac.id.jurnal43-pengaruh-motivasi-belajar-terhadap-hasil-belajar-di-smk-negeri-2-manado.html.
Livingstone, Jennifer A. 1997. Metacognition: An Overview. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2012 dari
http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html.
Miranda, Yula. 2010. Pembelajaran Metakognitif Strategi Kooperatif Think Pair Share danThink Pair Share Metakognitif terhadap Kemampuan
Metakognitif Siswa pada Biologi di SMA Negeri Palangkaraya. Jurnal Pendidikan. Diunduh pada tanggal 14 Februari 2013 dari
http://www.vilila.com/2010/09/pembelajaran-metakognitif.html.
Nuryana, Eka dan Bambang Sugiarto. 2012. Hubungan Keterampilan Metakognisi dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X1 SMA Negeri 3 Sidoarjo. UNESAJournal Of Chemical Education. Diunduh pada tanggal 14 Februari 2013. dari http://ejournal.unesa.ac.id.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Jakarta: PT. Buku Seru.
Project, Taccasu. 2008. Metacognition. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 September 2012dari
http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html.
Saputri, Lisa. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Bunyi terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Diunduh pada tanggal 18 Februari 2013 dari
http://repository.library.uksw.edu.
Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukirman. 2011. Peranan Bimbingan Guru dan Motivasi Belajar dalam Rangka Mengingkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan. Diunduh pada tanggal 04 November 2012 dari
http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/Sukirman.pdf .
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suzana, Y. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Menengah Umum Melalui Pembelajaran dengan
Pendekatan Metakognitif. Tesis. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Vacca, Richard T. dan Jo Anne L. 1989. Content Area Reading. London: Scott Foresman and Company.
Wahyuni, E. 2008 . Pengaruh Pembelajaran Metakognitif terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMA. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.