• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA NIR-PARASIT DAN PARASIT TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA NIR-PARASIT DAN PARASIT TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA NIR-PARASIT DAN PARASIT

TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU

Sri Heni Oktavia Abstrak

Reduksi olah tanah dan pemulsaan merupakan cara alternatif untuk meningkatkan kualitas tanah yang turun akibat pengolahan tanah intensif. Reduksi oleh tanah dan pemulsaan diharapkan dapat meningkatkan kelimpahan, keragaman dan aktivitas biota tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan dan nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu. Percobaan dilaksanakan pada plot penelitian jangka panjang ”Soil Rehabilitation” pada pertanaman tebu umur 3 bulan di PT Gunung Madu Plantations (GMP), Lampung Tengah mulai bulan September 2010 – Juli 2011. Perlakuan disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (split plot) dengan lima ulangan (kelompok). Petak utama adalah sistem olah tanah yang terdiri dari tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah intensif (OTI), sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa yang terdiri dari diberi mulsa bagas 80 ton/hektar (M1) dan tanpa mulsa (M0). Sampel tanah diambil menggunakan bor sampai kedalaman 20 cm, dan nematoda diekstraksi

menggunakan metode penyaringan dan sentrifugasi menggunakan larutan gula. Ekstraksi dan identifikasi nematoda dilakukan di Laboratorium Hama-Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa reduksi olah tanah yang dipadukan dengan pemulsaan tidak mempengaruhi kelimpahan seluruh individu nematoda dan kelimpahan kelompok nematoda nir-parasit tumbuhan dan nematoda parasit tumbuhan. Meski demikian, perlakuan olah tanah intensif dengan pemulsaan dapat menurunkan kelimpahan nematoda parasit tumbuhan Xiphinema.

(2)

THE EFFECT OF REDUCED TILLAGE AND BAGASSE MULCHING SYSTEM ON ABUNDANCE OF FREE-LIVING AND PLANT PARASITIC

NEMATODES IN THE SUGARCANE FIELD

Sri Heni Oktavia Abstract

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nematoda parasit tumbuhan (A=Hemicriconimoides (Anonim. 2011h); B=Hoplolaimus (Anonim. 2011e), C=Pratyelenchus (Anonim. 2011f),

D= Xiphinema (Anonim. 2011g) ... 14

2. Nematoda nir-parasit tumbuhan (A=nematoda bakteriovora: Rhabditis (Anonim. 2011c); B=nematode fungivora: Aphelenchus (Anonim.2011d ; C=nematode predator: Iotonchus (Anonim. 2011i) (; D= nematode omnivore: Dorylaimus (Anonim. 2012a) ... 16

3. Perlakuan TOT tanpa mulsa ... 45

4. Perlakuan TOT dengan mulsa ... 45

5. Perlakuan OTI dengan mulsa ... 45

(4)

DAFTAR ISI

3. Ekstraksi dan Identifikasi Nematoda ... 24

D. Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Kelimpahan Seluruh Nematoda ... 28

B. Kelimpahan Relatif Kelompok Makan Nematoda ... 30

C. Kelimpahan Relatif Beberapa Genus Nematoda yang Dominan ... 32

(5)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.H. 2000. Ilmu Penyakit Tumbuhan – dialihbahasakan oleh M. Busnia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 731 hlm.

Andrassy, I. 1993. A Taxonomic Review of the Sub Order Rhabditina (Nematode : Secernentia). Orston. Paris. 241 hlm.

Anonim. 2009. Olah Tanah GMP. Tersedia dalam

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ojquGDkm0TgJ:gu nungmadu.co.id/index.php%3Fmodul%3Dartikel%26id%3Dutama%26kode brt%3Dolahtanah%26colvis%3Dfalse+olah+tanah+gunung+madu+plantatio

ns&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a&source=www.google.co.id. Tanggal akses 11 April 2011. Anonim. 2010 a. Profile PT. Gunung Madu Plantations.. Tersedia dalam

http://www.gunungmadu.co.id/index.php?modul=about&id=profileIndarto. Tanggal akses 19 Mei 2010.

Anonim. 2010 b. Gagasan Swasembada Gula di Indonesia. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Tersedia dalam

http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/wr26204j.pdf. Tanggal akses 17 Mei 2010.

Anonim. 2011a. Profile Gunung Madu. Tersedia dalam

http://www.gunungmadu.co.id/indekx.php?modul=about&id=profile. Diakses pada tanggal 11 Febuari 2011.

Anonim. 2011b. Nematoda Pelodera. Tersedia dalam

http://www.chestofbooks.com. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011. Anonim. 2011c. Nematoda Rhabditis. Tersedia dalam

http://www.plpnemweb.ucdavis.edu. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011.

Anonim. 2011d. Nematoda Aphelenchus. Tersedia dalam

http://www.plpnemweb.ucdavis.edu. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011.

Anonim. 2011e. Nematoda Hoplolaimus. Tersedia dalam

(7)

Anonim. 2011f. Nematoda Pratylenchus. Tersedia dalam

http://www.plantwise.org. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011.

Anonim. 2011g. Nematoda Xiphinema. Tersedia dalam http://www.plantwise.org. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011.

Anonim. 2011h. Nematoda Hemicriconemoides. Tersedia dalam : http//www. nematoda.unl.edu. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011.

Anonim. 2011i. Nematoda Iotonchus. Tersedia dalam : http//www. nematoda.unl.edu. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011.

Anonim. 2012a. Nematoda Dorylaiminae. Tersedia dalam http://www.nematoda. nemasoil.. Diakses pada tanggal 7 Febuari 2012.

Dropkin, V.H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Departement of plant Pathologi University of Missouri, Columbia. Edisi kedua. Hlm. 135-136.

Gafur, A. & I.G. Swibawa. 2004. Methodes in Nematodes and Soil Microbe Research for Belowground Biodiversity Assessment dalam F.X. Susilo, A. Gafur, M. Utomo, R. Evizal, S. Murwani, & I.G. Swibawa. Conservation and Sustainable Management of Below-Ground Biodiversity in Indonesia. Universitas Lampung.

Goodey, J.B. 1963. Soil and Fresh Water Nematodes. Butler and Tunner. London. 544 hlm.

Guntoro, D., Purwono, & Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase terhadap Serapan Hara dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Buletin Agronomi (31 (1) : 112 – 119.

Indriyani, Y.E & E. Sumiarsih. 1994. Pembudidayaan Tanaman Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar Swadaya Press. Jakarta. 122 hlm.

Indarto, Afandi, M. Utomo, Sugianto, & R Evizal. 1995. Pengaruh Beberapa Olah Tanah dan Pembuatan Rorak terhadap Pertumbuhan Awal Tebu Lahan Kering dalam Prosiding Seminar Nasional V Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Hal.

Luc, M., J. Bridge & R.A. Sikora. 1995. Morfologi, Anatomi, dan Biologi

(8)

Mai, W.F. & H.H. Lyon. 1975. Pictorial Key to Genera of Plant Parasitic Nematodes. Cornell University. London. 219 hlm.

McSorley, R. & J.J. Frederick. 1999. Nematode Population Fluctuations during Decompotition of Specific Organic Amendments. Journal of Nematology 31 (1): 37 – 44.

Mulyadi. 1999. Peran dan Prospek Perkembangan Nematologi di Bidang

Pertanian – Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 28 hlm. Murwani, S. & M. Utomo. 1993. Pengaruh Sistem Olah Tanah terhadap Dinamika

Populasi Nematoda Saprofit dari Ordo Rhabditida di Kebun Percobaan Politeknik Unila. Prosiding Seminar Nasional IV Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi : 164 – 168.

Okada, H. & H. Harada. 2007. Effects of Tillage and Fertilizer on Nematode Communities in a Japanese Soybean Field. Applied Soil Ecology 35 : 582 -598.

Rujter, J. & F. Agus. 2004. Mulsa. Tersedia dalam

http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/leaflet/LE00 23-04.pdf. Diakses pada tanggal 11 Mei 20011.

Rahayuningtias. 2010. Penggunaan Pupuk Organik dan Populasi Nematoda Parasit Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Tersedia dalam

http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/S9ucIQ ooCtgAAAFXQh81/PT3%20pupuk%20organik%20tebu.doc?nmid=333803 264. Diakses pada 27 Mei 2010.

Sarifuddin. 2004. Mikrobia sebagai Bioindikator Kesehatan Tanah. Tersedia dalam http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sarifuddin.pdf. Diakses pada 16 April 2010.

Semangun, H. 2000. Penyakit – Penyakit Tananaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Preass. Yogyakarta. 835 hlm.

Smart, G.C. & K.B. Ngayen. 1998. Illustrated Key for the Identification of Common Nematodes in Florida. University of Florida. Florida.

Spaull, V.W. & P. Cadet. 1995. Nematoda Parasitik pada Tanaman Tebu dalam M. Luc, R.A. Sikora, & J. Bridge. Nematoda Parasit Tumbuhan di

Pertanian Subtropik dan Tropik (diterjemahkan oleh Suprantoyo). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm. 621-664.

(9)

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm.

Swibawa, I.G. 2010. Komunitas Nematoda Tanah pada Lahan Jagung setelah 23 Tahun Penerapan Sistem Budidaya Tanpa Olah Tanah secara Terus-Menerus. Prosiding Seminar Nasional Keragaman Hayati Tanah I : 147 161.

Swibawa, I.G. & Purnomo. 1995. Pengaruh Penerapan Teknik Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi terhadap Komposisi Komunitas Serangga Tanah dalam Prosiding Seminar Nasional IV Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi, Bandar Lampung. Hlm 184 – 186.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Pembudidayaan Tebu di Lahan sawah dan Tegalan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hlm.

(10)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010 – Juli 2011 pada tebu umur 3

bulan. Pengambilan sampel nematoda tanah dilakukan di plot percobaan lahan

pertanaman tebu PT Gunung Madu Plantations (GMP), Lampung Tengah.

Identifikasi nematoda dilakukan di Laboratorium Hama-Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : sekop, nampan,

ember, karung berukuran 10 kg, kertas label, saringan 100 μm, 38 μm, 53 μm,

mikrokop bedah stereo dan compound, kaca preparat, cover gelas, cawan petri,

botol 250 ml, pengait nematoda, pipet tetes, beker gelas, hand counter, sentrifius,

dan stopwach. Sedangkan bahan yang digunakan adalah: ajir, bambu berukuran 30 cm sebanyak 9 buah, tali rafia berwarna, kantong plastik berukuran 1kg, sampel tanah, aquades, larutan Golden X (campuran aquades, formalin, gliserin

dengan perbandingan 40:3:1) larutan gula, dan air.

C.Pelaksanaan Penelitian

(11)

Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (split plot) dengan lima ulangan (kelompok). Pengelompokan dilakukan berdasarkan

jaraknya terhadap sumber air. Petak utama adalah sistem olah tanah, sedangkan anak petak adalah pemberian mulsa. Sistem olah tanah terdiri atas perlakuan tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah intensif menurut PT. GMP (OTI), sedangkan pemberian mulsa terdiri atas perlakuan pemberiaan mulsa bagas (80 ton/hektar) dan tanpa mulsa.

Lahan percobaan terdiri atas 5 petak besar yang masing-masingnya memiliki luasan 100 x 200 m. Tiap petak besar dibagi empat petak kecil (satuan

(12)

Gambar 3. Bagan Plot Percobaan ( Atas izin: Fajri 2012)

Keterangan : OTI = Olah Tanah Intensif (tidak ada reduksi olah tanah) TOT = Tanpa Olah tanah (reduksi olah tanah total ) K = Kelompok/ Ulangan

(13)

pada TOT penambahan dilakukan dengan menaburkan di permukaan tanah. Pupuk kimiawi berupa Urea, TSP dan MOP ditambahkan pada semua plot percobaan dengan dosis 300 : 200 : 300 (kg/ha). Perlakuan pemulsaan bagas dilakukan secara acak pada plot percobaan, sedangkan penyemprotan herbisida dilakukan hanya pada plot A dari tiap blok.

Perlakuan sistem olah tanah pada plot OTI dilakukan dalam empat tahap.

Pemupukan BBA (80 ton/ha) dilakukan setelah pembajakan pertama. Kemudian dilakukan pembajakan tahap kedua. Olah tanah tahap ketiga menggunakan garu dan olah tanah tahap keempat dilakukan pada semua plot yaitu membuat alur tanam sekaligus penambahan pupuk kimiawi. Selanjutnya tebu varietas RGM 00-838 ditanam pada semua plot percobaan dengan sistem double row berjarak 80 cm dan antar double row berjarak 130 cm. Perlakuan yang diberikan pada plot TOT yaitu pemotongan rumpun tunas tebu yang tumbuh yang dilakukan sebelum pembuatan alur tanam dan setelah penanaman. Penambahan BBA mix dan mulsa bagas diberikan pada plot TOT setelah tebu ditanam dan rumpun tebu

dibersihkan.

2. Pengambilan sampel

(14)

tanah diambil sampai kedalaman 20 cm dan kemudian disatukan sebagai sampel komposit. Masing– masing sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel tanah diambil secara melingkar dengan monolith sebagai pusatnya, empat titik berjarak 3 m dari pusat dan delapan titik berjarak 3 m dari titik pertama ( Susilo & Karyanto, 2005)

6

Gambar 4 . Posisi sub sampel tanah terhadap pusat petak percobaan

Keterangan:

= titik pengambilan sampel

= monolith (50 cm x 50 cm x 30 cm)

3. Ekstraksi dan Identifikasi Nematoda

Metode ekstraksi nematoda dari tanah yang digunakan adalah metode

penyaringan dan sentrifugasi dengan larutan gula (Gafur dan Swibawa, 2004). Larutan gula disiapkan dengan cara melarutkan 500 gr gula dalam air sehingga volume larutan menjadi 1000 ml.

(15)

Sebanyak 300 cc tanah dimasukkan kedalam ember, kemudian ditambahkan air sebanyak 2 liter, diremas-remas sambil diaduk dan didiamkan selama 3 menit. Suspensi didekantasi dengan menggunakan saringan berdiameter 1 mm dan ditampung dalam ember lain. Tanah dan kotoran dari ember pertama dibuang. Kemudian suspensi yang berada di ember ke dua didekantasi dengan saringan berdiameter 5,3 µm dan ditampung dalam ember ke tiga. Suspensi yang berada di ember ke tiga didekantasi dengan saringan berdiameter 3,8 µm.

Bagian yang ada pada saringan dikumpulkan kedalam tabung sentrifius dan disentrifius dengan kecepataan 3500 rpm selama 5 menit. Setelah itu, supernatan dibuang dan endapannya ditambahi larutan gula dan diaduk merata dengan larutan gula kemudian disentrifius dengan kecepatan 1000 rpm selama 2 menit. Setelah itu suspensi nematoda dicuci menggunakan saringan berdiameter 3,8 µm. Suspensi nematoda yang ada di dalam saringan dibilas dengan air untuk membersihkan larutan gula dan kemudian suspensi nematoda dimasukkan ke dalam botol suspsensi.

Fiksasi dilakukan untuk mengawetkan nematoda hasil ekstraksi. Sebelum difiksasi nematoda dimatikan dengan cara memanaskan botol suspensi pada suhu 50 – 70 º C. Kemudian, didiamkan sampai dingin, lalu ke dalam botol tersebut ditambahkan larutan Golden X (formalin 1,15 ml, glycerin 0,28 ml, aquades 8,6 ml) sehingga suspensi menjadi 15 ml.

(16)

bantuan hand counter. Kelimpahan nematoda dalam 300 cc tanah adalah rata-rata dari tiga kali penghitungan dikalikan 5.

Identifikasi nematoda sampai tingkat genus dilakukan terhadap 100 nematoda yang diambil secara acak. Satu persatu nematoda dalam suspensi diamati dibawah mikroskop stereo binokuler, sekitar 10-20 nematoda diletakkan pada kaca preparat, selanjutnya nematoda ditutup dengan coverglass. Nematoda

kemudian diamati morfologinya di bawah mikroskop majemuk dengan perbesaran 100 – 400 kali. Nematoda diidentifikasi sampai tingkat genus dengan

menggunakan buku Smart dan Ngayen (1998), Andrassy (1993), Goodey (1963) serta Mai dan Lyon (1975).

Nematoda kemudian dikelompokkan menurut kelompok makannya. Kelompok makan nematoda dapat diketahui dari genus nematoda atau struktur stomanya. Nematoda dikelompokkan menjadi: nematoda parasit tumbuhan, nematoda pemakan bakteri, nematoda pemakan jamur, nematoda omnivora, nematoda predator, dan nematoda pemakan alga. Kelimpahan kelompok makan nematoda adalah kelimpahan relatif dari 100 individu nematoda yang diidentifikasi dan diambil secara acak.

D. Analisis Data

(17)
(18)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

dalam kelompok rumput-rumputan (famili Poaceae). Tanaman ini banyak

dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman tebu mempunyai sifat

yang khas, sebab mulai dari pangkal sampai ujung batangnya mengandung air

gula dengan kadar mencapai 20%. Air gula ini dapat diproses untuk

menghasilkan kristal-kristal gula (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).

Kebutuhan gula di Indonesia semakin meningkat seiring dengan peningkatan

jumlah penduduk, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat dipenuhi oleh

produksi dalam negeri. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna

meningkatkan produksi gula nasional, walaupun upaya tersebut kadang terhambat

oleh berbagai kendala. Salah satu kendala tersebut adalah gangguan OPT, yaitu

hama, penyakit, dan gulma (Indriyani & Sumiarsih, 1994). Apabila kehilangan

hasil akibat serangan OPT dapat diselamatkan maka program peningkatan

produksi gula dapat dicapai tanpa perluasan lahan perkebunan tebu.

PT. Gunung Madu Plantations adalah salah satu perkebunan tebu terbesar di luar

(19)

25.000 hektar, dengan produksi gula dalam setahunnya dapat mencapai 190.000 ton. Dengan kata lain, produktivitas perkebunan tebu di PT GMP adalah sebanyak 7,6 ton gula per hektar.

PT GMP telah menerapkan sistem pengelolaan lahan secara intensif sejak dimulainya perkebunan tebu yaitu sekitar tahun 1975. Sebagai dampak pengelolaan lahan secara intensif, maka belakangan ini muncul berbagai masalah. Di antara masalah tersebut adalah penurunan aktivitas biota tanah termasuk berbagai kelompok makan nematoda penyokong kesehatan tanah serta munculnya gangguan OPT yaitu hama dan penyakit yang meliputi nematoda parasit tumbuhan (Anonim, 2011a).

Serangan nematoda dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil baik

secara kualitatif maupun kuatitatif. Nematoda menyerang akar sehingga

menyebabkan fungsi berbagai sistem yang berperan dalam pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal. Disamping itu, tanaman yang terserang nematoda menjadi lebih rentan terhadap patogen tanaman seperti bakteri dan cendawan. Pada

populasi tinggi nematoda menyebabkan kerusakan yang parah dan bahkan dapat

mematikan tanaman (Dropkin, 1992)

Aktivitas nematoda tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tekstur tanah,

komposisi kimiawi tanah, kebasahan dan suhu tanah, serta bahan organik tanah

mempengaruhi perkembangan nematoda.

Berdasarkan sumber makanannya nematoda dapat dikelompokkan menjadi

nematoda nir-parasit tumbuhan yang meliputi nematoda pemakan bakteri,

(20)

Variasi sistem pencernaan nematoda yaitu stoma dapat mencirikan sumber

makanannya Dalam komunitasnya, nematoda parasit tumbuhan bersifat merusak

tanaman sedangkan nematoda nir-parasit tumbuhan berperan penting dalam

proses ekologi di dalam tanah.

Pengolahan tanah adalah aktivitas memanipulasi kondisi fisika, kimia, dan biologi

tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk mencipatakan kondisi lingkungan

tumbuh tanaman yang lebih baik. Namun demikian, dalam jangka panjang, pengolahan tanah intensif cenderung mempercepat kerusakan tanah. Beberapa dampak negatif pengolahan tanah yaitu: mengurangi kandungan bahan organik tanah, mempercepat erosi tanah, memadatkan tanah, dan mengurangi kelimpahan dan aktivitas biota tanah.

Olah tanah tidak intensif merupakan alternatif pilihan dalam memperbaiki kerusakan tanah akibat olah tanah secara intensif. Teknik pengolahan tanah ini lebih menekankan pada minimisasi pengusikan tanah dengan alat olah jenis apapun. Keberadaan OPT termasuk nematoda parasit tumbuhan tidak terlepas dari proses olah tanah yang dilakukan. Akan tetapi, belum banyak penelitian tentang pengaruh olah tanah terhadap keberadaan OPT, khususnya nematoda.

Pemberian blotong ke areal tanam tebu mampu menekan populasi nematoda parasit. Pemberian blotong ini dapat meningkatkan aktivitas biota tanah. Dengan meningkatnya aktivitas dan keragaman biota tanah maka dominansi salah satu jenis terutama yang berperan sebagai hama tebu dapat ditekan.

(21)

mempertahankan ketersediaan bahan organik tanah yaitu dengan mengembalikan limbah pabrik berupa blotong, bagasse, dan abu (BBA) ke lahan dan perotasian tebu dengan tanaman benguk (Mucuna sp.) (Anonim, 2009). Namun studi mengenai penerapan teknik pengolahan tanah ini terhadap nematoda parasit tumbuhan belum banyak dilakukan.

Penerapan budidaya tersebut perlu dipelajari lebih jauh pengaruhnya terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan yang berasosiasi dengan tanaman tebu. Studi ini penting untuk mengetahui apakah sistem olah tanah dan pemulsaan dengan bagasse dapat meningkatkan aktivitas nematoda nir-parasit tumbuhan dan menurunkan kelimpahan nematoda parasit tumbuhan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan dan parasit tumbuhan nematoda pada pertanaman tebu.

C. Kerangka Pemikiran

Dalam budidaya tanaman tebu, salah satu kendala utama yang menjadi

penghambat produksi baik secara kualitas maupun kuantitas adalah adanya

serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Nematoda parasit tumbuhan

merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) penting pada

pertanaman tebu. Gangguan pada tanaman karena nematoda kurang disadari.

(22)

nematoda sangat lambat dan tidak spesifik, mirip dengan gejala kekurangan hara

dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang.

Peranan nematoda dalam penurunan produksi pertanian di Indonesia, masih belum

banyak disadari oleh petani. Padahal, serangan nematoda dapat menyebabkan

kehilangan hasil yang cukup berarti. Secara umum serangan nematoda

menyebabkan kerusakan pada akar, karena nematoda mengisap isi sel-sel akar,

sehingga pembuluh jaringan terganggu, akibatnya translokasi air dan hara

terhambat.

Beberapa genus nematoda dilaporkan menjadi OPT penting di pertanaman tebu, seperti Pratylenchus, Helycotylenchus, Tylenchorhynchus, Meloidogyne,

Trichodorus, Paratrichodorus, Xiphinema, dan Hoplolaimus. Di Indonesia telah

dilaporkan terdapat sekitar 11 genus nematoda parasit tumbuhan yang berasosiasi dengan tanaman tebu dengan tingkat populasi dan sebaran yang berbeda-beda (Spaull & Cadet, 1995).

Timbulnya suatu organisme sebagai hama, akibat populasinya dominan di suatu ekosistem. Apabila keragaman biota dalam suatu ekosistem meningkat, maka kehadiran setiap jenis akan saling mengendalikan satu dengan yang lainnya, sehingga dominansi suatu jenis organisme tidak muncul. Prinsip tersebut dapat diterapkan dalam mengendalikan nematoda parasit tumbuhan termasuk pada pertanaman tebu.

(23)

mengurangi populasi biota tanah, sehingga aktivitas dalam agregasi tanah berkurang. Pengurangan intensitas pengolahan tanah yang dipadukan dengan penambahan bahan organik dapat mengkompensasi aktivitas biota tanah dan agregasi tanah.

Penambahan bahan organik ke lahan pertanaman tebu diketahui dapat menekan OPT dan meningkatkan produksi tanaman. Pengembalian serasah tebu berupa ampas tebu (bagasse) ke lahan pertanaman tebu dapat menjadi sumber bahan organik tanah dan terbukti meningkatkan produktivitas tanaman (Guntoro et al, 2003). Selain itu, blotong juga dapat menekan populasi nematoda parasit pada tebu (Spaull & Cadet, 1995).

Penerapan tanpa olah tanah bertujuan untuk minimisasi pengusikan tanah. Penerapan teknik ini dalam jangka panjang mampu memelihara kandungan bahan organik tanah. Pemberian mulsa dan tanpa olah tanah akan meningkatkan

aktivitas nematoda nir-parasit tumbuhan. Mikroba yang meliputi bakteri dan jamur perombak akan melimpah karena keberadaan bahan organik. Peningkatan kelimpahan mikroba tersebut akan memacu perkembangan nematoda nir-parasit seperti, nematoda pemakan bakteri dan jamur. Nematoda predator dan nematoda omnivora juga dapat meningkat karena peningkatan aktivitas biota tanah mikro. Diperkirakan peningkatan kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan diikuti penurunan kelimpahan nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu.

D Hipotesis

(24)

1. Reduksi olah tanah dan pemulsaan mempengaruhi kelimpahan nematoda

nir-parasit tumbuhan dan nir-parasit tumbuhan.

2. Kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan dan parasit tumbuhan pada

perlakuan tanpa olah tanah (TOT) lebih tinggi daripada perlakuan olah tanah

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tebu

Tebu merupakan tumbuhan anggota Genus Saccharum, Famili Poaceae dan Tribe Andropogoneae. Beberapa spesies tebu diantaranya: Saccharum officinarum, S. spontaneum, S. barberi, S sinense, dan S. robustum. Namun, spesies tebu yang

paling banyak dibudidayakan yaitu S. officinarum. Saat ini telah banyak dikembangkan klona-klona baru dari varietas S. officinarum dengan keunggulannya.

Tebu (S. officinarum) berbatang tinggi, berumur panjang, dengan lapisan kulit batang yang tebal. Umumnya tanaman tebu tumbuh membentuk rumpun yang terdiri atas batang-batang tebu yang jumlahnya sangat bervariasi. Pada saat tanaman sudah tua, panjang batang tebu dapat mencapai 2-3 meter dengan diameter antara 20-30 mm. Batang tanaman tebu terdiri atas serangkaian buku-buku tempat terdapatnya mata kuncup dan daun.

Tanaman tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Namun, tanaman ini masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah subtropika pada berbagai jenis tanah di dataran rendah hingga ketinggian 1.400 di atas permukaan laut (Anonim, 2010 a).

(26)

Baru. Penyebaran kedua dimulai sekitar 6000 tahun sebelum masehi, yaitu ke Filipina, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Malaysia dan Thailand, serta India. Ketiga, yaitu antara tahun 500 hingga 1100 masehi, yaitu ke Fiji, Tonga, Tahiti, Marquesa, dan Hawaii.

Di Indonesia, tanaman tebu telah ditemukan tumbuh di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Sumatera sekitar tahun 400 Masehi. Namun baru pada abad ke-15 tanaman tersebut diusahakan secara komersil oleh sebagian imigran asal China. Industri pergulaan dalam skala yang besar baru berdiri seiring kedatangan Belanda yang selanjutnya mendirikan perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret 1602. Produksi gula tersebut

dipasarkan untuk memenuhi permintaan gula dari Eropa. Dibawah kendali VOC, industri gula Indonesia pernah mencapai puncak produksi pada tahun 1930-an dengan areal pertanaman seluas 200.000 hektar dengan 179 pabrik gula yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Total produksinya mencapai 14,8 ton gula per hektar (Anonim. 2010 a).

Luas areal pertanaman tebu di Indonesia pada musim tanam 2004/2005 mencapai 367.875 hektar yang menyebar di Pulau Jawa seluas 61% (324.422 hektar) dan di luar Pulau Jawa seluas 39% dari luasan total (143.453 hektar). Sekitar 60% pertanaman tebu di pulau Jawa diusahakan di lahan sawah dan 40%-nya

diusahakan di lahan tegalan atau lahan kering. Sedangkan pertanaman tebu di luar Pulau Jawa, seluruhnya diusahakan di lahan tegalan.

(27)

merupakan perusahaan gula swasta dan satu perusahaan gula BUMN. PT. Gunung Madu Plantations (PT. GMP) merupakan perusahaan gula yang

memelopori berdirinya perusahaan gula di luar pulau Jawa, terutama di Lampung. Kehadiran PT. GMP dengan perkembangannya yang baik menjadi pemicu

berdirinya perusahaan gula yang lain, seperti PT. Bunga Mayang, PT. Gula Putih Mataram, PT. Sweet Indo Lampung, PT. Indo Lampung Perkasa, dan PT. Pemuka Sakti Manis Indah. Kehadiran beberapa perusahaan gula di Lampung turut andil dalam mengembangkan budidaya tebu oleh rakyat (tebu rakyat) di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, dan Kabupaten Tulangbawang. Budidaya tebu rakyat dilakukan dengan pola kemitraan dengan sistem bagi hasil.

Dalam laporan dari sumber yang sama dalam Indarto et al. (1995), berdasarkan data Badan Statistik Provinsi Lampung tahun 1993, luas total perkebunan tebu di Lampung seluas 210.043 hektar. Luasan tersebut meliputi 50% luasan lahan perkebunan tebu nasional. Laporan dari sumber yang sama dalam Indarto juga disebutkan bahwa produksi tebu oleh perkebunan swasta di Lampung sekitar 6,18 ton gula perhektar, sedangkan di Jawa produksi gula berkisar 10,37 – 19,17 ton gula per hektar. Namun PT. GMP (Anonim, 2010a) yang memiliki luas 25.000 hektar, dalam setahunnya mampu memproduksi gula mencapai 190.000 ton gula, yang berarti dalam tiap hektarnya mampu memproduksi gula sebanyak 7,6 ton.

Faktor biofisik tanah dapat menjadi kendala dalam produksi tebu. Tanah yang cocok untuk budidaya tebu adalah tanah yang agak basah dengan curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun, tidak terlalu masam, pH di atas 6,4, ketinggian

(28)

B. Nematoda

Nematoda adalah hewan yang bergerak aktif, lentur, berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan lembab atau berair. Nematoda mempunyai sistem organ lengkap seperti hewan lain, tetapi tidak mempunyai sistem peredaran darah (Dropkin, 1992). Rerata panjang nematoda nir-parasit dan nematoda parasit tumbuhan sekitar 1 mm. Larva nematoda atau jenis yang kecil panjang tubuhnya kurang dari 200μm, sedangkan jenis nematoda yang panjang dapat mencapai lebih dari 1cm.

Tubuh nematoda berbentuk simetri bilateral dengan beberapa bagian tubuh yang simetri radial. Tubuh nematoda tidak bersegmen (beruas), tetapi kutikulanya menyerupai cincin-cincin. Bagian yang simetri radial dari tubuh nematoda

diantaranya mulutnya. Mulutnya dikelilingi oleh enam labium, dengan mulut yang mengarah ke kapsula. Di dalam kapsula terdapat stilet yang digunakan untuk melakukan penetrasi ke sel tanaman (Semangun, 2000). Namun, tipe mulut nematoda mengalami modifikasi dan bervariasi, tergantung dari jenis sumber makanannya.

Menurut Dropkin (1992), saluran pencernaan pada nematoda terdiri atas 4 bagian, yaitu stoma (mulut), farink (esofagus), usus, dan anus. Bentuk mulut nematoda disesuaikan dengan sumber makanannya. Esofagus terdiri dari 4 bagian, yaitu prokorpus, metakorpus, isthmus, dan basal bulbus. Usus berfungsi untuk

penimbunan cadangan makanan yang tersusun oleh sel-sel besar berbentuk seperti jari (mikrofili).

(29)

yang relatif lebih kecil. Larva yang menetas adalah instar dua. Tiap individu nematoda mengalami ganti kulit sebanyak empat kali. Hingga ganti kulit ketiga, jenis kelamin nematoda belum terbentuk dengan jelas. Pada ganti kulit

keempatlah akan terbentuk dengan jelas kelamin nematoda. Jangka waktu yang diperlukan untuk satu daur hidup nematoda bervariasi, tergantung jenis nematoda dan lingkungannya. Misalnya, untuk nematoda puru akar Meloidogyne, satu daur hidupnya memerlukan waktu 18-21 hari.

Nematoda tanah dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, nematoda hidup bebas (nir-parasit tumbuhan) dan nematoda parasit tumbuhan (fitofagus)

(Dropkin, 1992). Nematoda hidup bebas meliputi nematoda saprofagus (pengurai), fungifagus (pemakan jamur), bakterifagus (pemakan bakteri), dan predator. Nematoda predator mempunyai pengaruh penting terhadap dinamika populasi berbagai jenis nematoda tanah lainnya. Genus nematoda predator yang meliputi Mononchus, Mononchoides, Butlerus, Anantonchus, Diplogaster, Tripyla, Seinura, Dorylaimus, dan Discolaimus mempunyai peranan cukup besar

dalam pengendalian nematoda fitofagus (parasit tumbuhan).

Pembukaan suatu kawasan hutan memberikan pengaruh terhadap keseimbangan ekosistem yang telah ada sebelumnya terutama terhadap keanekaragaman hayati pada daerah tersebut. Menurut Dropkin (1992), kondisi lingkungan akan

(30)

Menurut Dropkin (1992), di dalam tanah terdapat 10 kelompok utama ordo nematoda, dua ordo diantaranya terdiri atas nematoda parasit tumbuhan yaitu Tylenchida dan Dorylaimida.

Menurut Luc et al. (1995), berdasarkan tipe nya nematoda parasit tumbuhan (Gambar 1) dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Nematoda ektoparasit yang hidup di luar jaringan tanaman; memperoleh makan dengan menusukkan stiletnya ke dalam sel tanaman; jenis nematoda yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: Criconemoides, Helicotylenchus, Rotylenchulus, Haplolaimus; (2)

Nematoda endoparasit, yaitu nematoda yang hidup dan berada di dalam jaringan tanaman; nematoda yang tergolong dalam kelompok ini antara lain: Pratylenchus, Radopholus, Ditylenchus, Meloidogyne dan (3) Nematoda ekto-endoparasitik,

yaitu nematoda yang pada fase larva bersifat endoparasit, namun setelah dewasa bersifat ektoparasit; nematoda yang tergolong dalam kelompok ini yaitu

Heterodera.

A

B

(31)

Gambar 1. Nematoda parasit tumbuhan (A=Hemicriconimoides (Anonim. 2011h); B=Hoplolaimus (Anonim. 2011e), C=Pratyelenchus (Anonim. 2011f), D= Xiphinema (Anonim. 2011g); Sumber : http//www.

nematode.unl.edu; http://www plantwise.org; http://www plantpath.caes.uga.edu;

Gejala serangan nematoda pada tanaman dapat diamati di atas maupun di bawah permukaan tanah. Serangan nematoda di atas permukaan tanah, umumnya muncul gejala seperti daun yang menguning, layu, daun berwarna coklat. Sedangkan gejala serangan di bawah permukaan tanah seperti puru akar, busuk akar, lesio, dan pelukaan akar.

Nematoda parasit tumbuhan biasanya melimpah pada kedalaman 0-15cm dari permukaan tanah. Kecenderungan itu muncul karena adanya perakaran tanaman dan kadar oksigen yang relatif tinggi, sehingga laju reproduksi nematoda lebih cepat (Agrios, 2000). Aktivitas nematoda sangat dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah, aerasi, dan kelembaban tanah. Nematoda hanya dapat bergerak aktif pada jarak pendek sekitar 20-30cm setahun. Angin, aliran air, hewan, dan juga manusia dapat membantu penyebaran nematoda dengan jarak yang relatif lebih jauh (Semangun, 2000).

Peran ekologi nematoda yaitu (1) siklus hara, nematoda berperan penting dalam mineralisasi atau pelepasan unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Contohnya ion ammonium (NH4+) ketika jamur dan bakteri dimakan oleh nematoda; (2) makan, kegiatan makan nematoda merangsang kecepatan tumbuh populasi makanannya. Artinya, nematoda pemakan bakteri merangsang

(32)

tanaman, dan seterusnya. Nematoda predator dapat mengatur populasi nematoda pemakan bakteri dan pemakan jamur, sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan antara bakteri dan jamur, dan komposisi spesies dari komunitas mikroba; (3) penyebar mikroba, nematoda membantu mendistribusikan bakteri dan jamur ke seluruh bagian tanah dan sepanjang akar dengan membawa mikroba hidup atau dorman pada

permukaannya dan dalam system pencernaannya; (4) sumber makanan, nematoda adalah sumber makanan untuk predator tingkat lebih tinggi, termasuk nematoda predator, mikroartopoda tanah, dan insekta tanah; (5) penekan penyakit, nematoda mengkonsumsi organisme penyebab penyakit, seperti nematoda pemakan akar, atau mencegah aksesnya ke akar. Hal ini sangat potensial untuk agen pengendali biologi.

A

(33)

Gambar 2. Nematoda nir-parasit tumbuhan (A=nematoda bakteriovora: Rhabditis (Anonim. 2011c); B=nematode fungivora: Aphelenchus (Anonim.2011d ; C=nematode predator: Iotonchus (Anonim. 2011i) (; D= nematode omnivore: Dorylaimus (Anonim. 2012a).

C. Sistem Olah Tanah Konservasi

Teknologi Olah Tanah Konservasi (OTK) mulai diperkenalkan di Indonesia oleh segelintir peneliti pada tahun 1980-an. Waktu itu baik para peneliti, dosen, birokat maupun petani sangat sedikit yang merespon secara positif terhadap budidaya OTK. Walaupun menentang arus dan banyak tantangan, saat ini sudah banyak petani yang menerapkan pengolahan tanah secara bijak. Sukses OTK dalam menapak perjalanan panjang ini tidak lepas dari keunggulan dalam menyelamatkan sumberdaya lahan dari degradasi (Utomo, 2000).

Sepuluh keuntungan Olah Tanah Konservasi didasarkan pada preferensi petani terhadap OTK yaitu: (1) mengurangi tenaga kerja dan menghemat waktu, (2) mengurangi kebutuhan energi dan peralatan pengolahan tanah, (3) meningkatkan pendapatan petani, (4) meningkatkan bahan organik tanah, (5) memperbaiki agregasi tanah, (6) meningkatkan konservasi air, (7) menekan aliran permukaan dan erosi, (8) meningkatkan biodiversitas tanah, (9) memperbaiki kualitas sumberdaya air, dan (10) memperbaiki kualitas udara.

(34)

Pada persiapan lahan teknik OTK, pembakaran residu tanaman tidak

diperbolehkan, tetapi justru harus digunakan sebagai mulsa untuk melindungi tanah dari degradasi. Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi

permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (Rujter & Agus, 2004).

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai yaitu sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung (Anonim, 2010b). Pemberian mulsa pada permukaan tanah mampu menahan penguapan air tanah sehingga kelembaban dan ketersediaan air meningkat yang akan berpengaruh terhadap menurunnya suhu tanah yang berdampak positif terhadap meningkatnya aktifitas biota tanah dan pertumbuhan tanaman. Mulsa juga mampu memperbaiki iklim mikro tanah dan memasok bahan makanan bagi biota tanah sehingga mampu berkembang dengan baik. Adanya mulsa pada permukaan tanah OTK di lahan kering mampu menahan penguapan air tanah sehingga kelembapan dan ketersediaan air meningkat.

(35)
(36)

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA NIR-PARASIT DAN PARASIT

TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU

OLEH

SRI HENI OKTAVIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(37)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA NIR-PARASIT DAN PARASIT TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU Nama Mahasiswa : SRI HENI OKTAVIA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614041042

Jurusan : Proteksi Tanaman

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. Ir. Solikhin, M.P

NIP 196010031986031003 NIP 196209071989031002

2. Ketua Jurusan Poteksi Tanaman

(38)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S ……….

Sekertaris : Ir. Solikhin. M.P. ……….

Penguji

Bukan pembimbing : Prof. Dr. Ir. F.X Susilo, M.Sc. ……….

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP 19610826 19870 2 001

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu, Lampung Tengah pada tanggal 11 Oktober 1987, sebagai anak pertama dari dua saudara, dari pasangan Bapak Suhartono dan Ibu Mimin Purwaningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) 02 Gunung Madu, Lampung-Tengah pada Tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun 2003 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 1 Terusan Nunyai pada Tahun 2006.

Pada Tahun 2006, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Gunung Madu Plantations Lampung Tengah. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen pratikum matakuliah

(40)

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

Ada Kepuasan dibalik perjuangan

Walau melewati jalan sempit yang tak bertuan

Tetaplah bertahan

Lakukan dari hati, beri yang terbaik

Pasti kan ku raih semua angan dan mimpiku

Sukses tidak ada yang gratis,

harus dibeli dengan perjuangan dan pengorbanan.

keberhasilan bukan ditentukan oleh besarnya otak seseorang,

(41)

Puji dan Syukur kuhaturkan kepadaMu, ALLAH

Kupersembahkan karya ilmiah ini dengan tulus dan penuh sukacita Kepada :

Bapak dan ibu tercinta Oki Hariyanto

(42)

SANWACANA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah

melimpahkan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrisip ini dengan baik seperti yang diharapkan.

Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. I. Gede Swibawa, M.S., Pembimbing Utama, yang telah

memperkenankan penulis untuk mengerjakan penelitian ini serta memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan ilmu selama penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Solikhin, M.S., Pembimbing kedua, atas bimbingannya dan saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo, M.Sc., Pembahas, yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., Pembimbing Akademik sekaligus Ketua Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas pertanian, yang telah memberikan nasehat, saran dan membimbing penulis selama ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama ini. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zaakaria, M.S., Dekan Fakultas Pertanian

(43)

7. Keluarga tersayang : Bapak, Ibu, dan Adikku Oki Hariyanto, atas kasih sayang, perhatian, kesabaran, semangat, dukungan, serta doa yang senantiasa mengiringi langkahku.

8. Rekan sepenelitianku : Ariyo Nugroho S.P., Kristina S.P., dan Bezi Astriana S.P. atas bantuan, kebersamaan, dan semangat yang telah diberikan.

9. Kawan-kawanku angkatan 2006 : Riska Febriani S.P., Welfa Ria Hammer S.P., Agis Palupi, Mirra Octavianty S.P., Candra Gotama S.P., Widiantoro

S.P., Agung Rizky Johansyah, arief Zainuri, Ni Wayan Ike PM S.P, Imas Vita Mulisa S.P., Novita Susanti S.P., Tria Agustina S.P., Ivayani S.P., Ketrin Kenese S.P., Elmy Gifta Valentine S.P., Novita Sari Darwin, Wahyu Susanto, Ratih Pratiwi S.P., Slamet Ruadi S.P., Zaza Pregina S.P.,Deni Oktadiana S.P., dan Nur Jumhar Ruanda S.P, terima kasih atas canda tawa dan

kebersamaannya selama ini.

10. Kanda dan yunda angkatan 2002,2003,2004(Kak Igo S.P., Mba Silva S.P., Kak Mahfud S.P., Kak Lulus S.P,. Mba Ewok S.P.), 2005 (Kak David S.P., Mba Etika S.P., Mba Novi S.P., Mba Ais S.P.), dan angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, atas bantuannya dan kebersamaan selama ini.

11. Muhammad Yusuf Sstp, M.M. atas perhatian, semangat, kesabaran, doa, dan

kasih sayangnya yang diberikan selama ini kepada penulis.

12. Mas Iwan, Mba Uum, dan Mas Rahmat, atas bantuannya selama ini.

(44)

Semoga ALLAH senantiasa memberkati kita dan melindungi kita dalam damai dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin…

Bandar Lampung, Maret 2012

(45)

V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

Gambar

Gambar 3.  Bagan Plot Percobaan ( Atas izin: Fajri 2012) Keterangan :  OTI   =  Olah Tanah Intensif (tidak ada reduksi olah tanah)      TOT  =  Tanpa Olah tanah (reduksi olah tanah total )       K      =  Kelompok/ Ulangan
Gambar 4 . Posisi sub sampel tanah terhadap pusat petak  percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Pola hubungan antara variabel respon (Persentase Penduduk Miskin) dengan variabel prediktor dalam penelitian ini, menunjukkan pola hubungan yang tidak jelas,

Data hasil pengamatan dan hasil belajar pada penelitian dari siklus pertama sampai dengan siklus ke-3 , yaitu pengamatan proses belajar, pengamatan kerja

Penelitian ini berjudul “Strategi pengembangan Kompetensi bagi mahasiswa dalam membangun social entrepreneur di Komunitas Sahabat Muda Yayasan Lagzis Peduli

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi dilingkungan sekitar tentang keberadaan komunitas punk karena sekarang sudah mulai banyak anak yang mengikuti

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai Pengaruh Kepemimpinan dan Etos

Penelitian ini berjudul Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Budaya Malam Satu Suro di Desa Margolembo Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur, Mengemukakan dua rumusan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 3 kertayasa pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan Sifat-sifatnya

Dari pendapat tokoh Muhammadiyah bahwa sepanjang bisa saling menguntungkan antara mitra dengan pihak Paytren maka bisnis tersebut boleh, karena pada dasarnyajual beli itu