• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh

SARTIKA G. SITORUS NIM. 121021115

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Sebuah rumah sakit akan memberikan pelayanan optimal manakala didukung oleh sumber daya yang berkualitas. Posisi keperawatan merupakan posisi yang paling berpengaruh terhadap kualitas mutu pelayanan. Penurunan kinerja perawat disebabkan tidak terbentuknya iklim organisasi yang kondusif.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan yang berjumlah 114 orang dan sampel yang diambil sebanyak 53 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara standar, tanggung jawab, pengakuan dan komitmen terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara dan komitmen merupakan variabel yang paling berpengaruh.

Pihak manajemen RSU Sari Mutiara sebaiknya meningkatkan sosialisasi tentang standar prosedur operasional, membuat deskripsi tugas secara tertulis dan lengkap, meningkatkan evaluasi dan pengawasan penerapan tugas sesuai tugas dan fungsi perawat, lebih memerhatikan aspek penghargaan jasa bagi perawat, dan menciptakan komunikasi yang baik antara bawahan dan atasan.

(3)

ABSTRACT

Hospital is organization which is moving in the side of healthy service to fulfill the need of society in one area. The hospital will provide the optimum service when supported by qualified human resources. The nurse position which is mostly influencing the quality of health service. The decrease of performance of the nurse which is caused by the past climate organization in uncondusivively.

The type of research which is using using explanatory research that intended to describe the influencies of organization climate upon the nurse performance in treatment room of RSU Sari Mutiara Medan in the year of 2014. The population of this which is implicating the whole persons of nurse conductor in the treatment room of RSU Sari Mutiara Medan that 114 person and the samplesbeen taken from 53 person. The data were collected by using questionaries and proceeding to analyze by using multi linear regression test.

Result of the research indicating that there is a significant influence between standard, responsibility, recognition and commitment to the performance of nurse conductor in treatment room of RSU Sari Mutiara, a commitment as most dominant variable.

The side of RSU Sari Mutiara management must be in developing high socialization in the standard of operational procedure, creating by providing task description clearly and completely, increasing of the evaluation, supervising the implementation of the task based on the task procedure and function of the nurses. The management side must be more attention to the aspect of recognition of the nurse and creating by building of a good communication among the superior and inferior.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sartika G. Sitorus

Tempat/Tanggal lahir : Paranginan/17 September 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke : 1(satu)

Jumlah Saudara : 3 (tiga) orang

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jln Pakkat Barus Kec. Pakkat Kab. Humbang

Hasundutan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri No. 173481 Ambobi Kec. Pakkat

2. Tahun 2001-2004 : SMP Swasta RK St. MARIA 1 Pakkat

3. Tahun 2004-2007 : SMA Swasta Dharma Bakti Medan

4. Tahun 2007-2010 : DIII Kebidanan STIKes Mutiara Indonesia Medan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas

berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014”.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus

Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada

penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Siti Khadijah, SKM., M. Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua

Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada

penulis dalam perbaikan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku dosen pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang

telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan

(6)

5. dr. Rusmalawaty, M. Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan serta saran kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

6. Arfah Mardiana Lubis, S. Psi., M. Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memerhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

7. Seluruh Dosen Departemen Administrasi dan Kebijkan Kesehatan yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti

pendidikan.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

9. Direktur RSU Sari Mutiara Medan dan seluruh Staf yang telah memberikan

dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.

10. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, Ayahanda L. Sitorus dan Ibunda R.

Tambunan, adik-adikku serta seluruh keluarga yang menjadi motivasi dan

semangat bagi penulis.

11. Sahabat seperjuangan Desy Ramayanti, Fitriawaty, Nonita, Rini, Dahlia, Mega,

Yunita, Putri Devianti, Fitri Aisyah, Indri, Irvany dan seluruh teman-teman

Pemintan AKK yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk dukungan

dan kenangan terindah selama menempuh pendidikan di FKM USU.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

(7)

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015

(8)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Iklim Organisasi ... 8

2.1.1 Definisi Iklim Organisasi ... 8

2.1.2 Dimensi Iklim Organisasi ... 11

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Iklim Organisasi ... 19

2.2 Pengertian Kinerja ... 20

2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 22

2.2.2 Penilaian Kinerja ... 24

2.2.3 Model dan Metode Penilaian Kinerja ... 26

2.3 Perawat Pelaksana ... 29

2.3.1 Pengertian Perawat ... 29

2.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Perawat ... 31

2.4 Rumah Sakit ... 32

2.4.1 Definisi Rumah Sakit ... 32

2.4.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 33

2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit ... 33

2.5 Kerangka Konsep ... 35

2.6 Hipotesa Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

(9)

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Data Primer ... 38

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 39

3.6 Aspek Pengukuran ... 40

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 41

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 42

3.7 Tehnik Pengolahan Data ... 42

3.8 Metode Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Gambaran Umum RSU Sari Mutiara Medan ... 44

4.1.1 Sejarah Singkat RSU Sari Mutiara Medan ... 44

4.1.2 Falsafah, Visi, Misi, Tujuan, Motto RSU Sari Mutiara Medan ... 45

4.2 Karakteristik Responden ... 46

4.3 Analisis Univariat ... 47

4.3.1 Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi ... 47

4.3.2 Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Pelaksana ... 55

4.4 Analisis Bivariat ... 58

4.5 Hasil Uji Statistik Multivariat ... 60

BAB V PEMBAHASAN ... 63

5.1 Pengaruh Struktur dalam Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan ... 63

5.2 Pengaruh Standar dalam Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan ... 64

5.3 Pengaruh Tanggung Jawab dalam Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan ... 65

5.4 Pengaruh Pengakuan dalam Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan ... 66

(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 69

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Statistik

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Besar sampel tiap ruang rawat inap RSU Sari Mutiara

Medan dengan N= 114 dan n = 53 ... 38

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 41

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 42

Tabel 4.1 Karakteristik Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU

Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 46

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden tentang Struktur pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2014 ... 48

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Struktur pada Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 48

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang Standar pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Standar pada Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang Tanggung Jawab pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara

Medan Tahun 2014... 50

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab pada Perawat Pelaksana

Di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 50

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengakuan pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2014 ... 51

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengakuan pada Perawat Pelaksana di

(12)

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden tentang Dukungan pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2014 ... 52

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan pada Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 53

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden tentang Komitmen pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2014 ... 53

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Komitmen pada Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 54

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi pada Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 54

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Pengkajian pada Kinerja Perawat

Pelaksana RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 55

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Diagnosis pada Kinerja Perawat Pelaksana

RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 55

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Rencana Tindakan pada Kinerja Perawat

Pelaksana RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 56

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada

Kinerja Perawat Pelaksana RSU Sari Mutiara MedanTahun 2014 .... 57

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Evaluasi Tindakan pada Kinerja Perawat

Pelaksana RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 57

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Pelakasana di ruang

Rawat Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ... 58

Tabel 4.21 Hasil Hubungan antara Iklim Organisasi (Struktur, Standar, Tanggung Jawab, Pengakuan, Dukungan, Komitmen) dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Sari

Mutiara Medan Tahun 2014 ... 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

(14)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Sebuah rumah sakit akan memberikan pelayanan optimal manakala didukung oleh sumber daya yang berkualitas. Posisi keperawatan merupakan posisi yang paling berpengaruh terhadap kualitas mutu pelayanan. Penurunan kinerja perawat disebabkan tidak terbentuknya iklim organisasi yang kondusif.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan yang berjumlah 114 orang dan sampel yang diambil sebanyak 53 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara standar, tanggung jawab, pengakuan dan komitmen terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara dan komitmen merupakan variabel yang paling berpengaruh.

Pihak manajemen RSU Sari Mutiara sebaiknya meningkatkan sosialisasi tentang standar prosedur operasional, membuat deskripsi tugas secara tertulis dan lengkap, meningkatkan evaluasi dan pengawasan penerapan tugas sesuai tugas dan fungsi perawat, lebih memerhatikan aspek penghargaan jasa bagi perawat, dan menciptakan komunikasi yang baik antara bawahan dan atasan.

(15)

ABSTRACT

Hospital is organization which is moving in the side of healthy service to fulfill the need of society in one area. The hospital will provide the optimum service when supported by qualified human resources. The nurse position which is mostly influencing the quality of health service. The decrease of performance of the nurse which is caused by the past climate organization in uncondusivively.

The type of research which is using using explanatory research that intended to describe the influencies of organization climate upon the nurse performance in treatment room of RSU Sari Mutiara Medan in the year of 2014. The population of this which is implicating the whole persons of nurse conductor in the treatment room of RSU Sari Mutiara Medan that 114 person and the samplesbeen taken from 53 person. The data were collected by using questionaries and proceeding to analyze by using multi linear regression test.

Result of the research indicating that there is a significant influence between standard, responsibility, recognition and commitment to the performance of nurse conductor in treatment room of RSU Sari Mutiara, a commitment as most dominant variable.

The side of RSU Sari Mutiara management must be in developing high socialization in the standard of operational procedure, creating by providing task description clearly and completely, increasing of the evaluation, supervising the implementation of the task based on the task procedure and function of the nurses. The management side must be more attention to the aspect of recognition of the nurse and creating by building of a good communication among the superior and inferior.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat

mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan

bisnis di bidang manufaktur/industri tetapi juga di bidang usaha pelayanan jasa. Salah

satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit.

Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah

maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini,

menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas

produk dan kepercayaan pelanggan.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat

pengguna jasa pelayanan lebih memilih pelayanan yang praktis, pelayanan yang

bermutu, sarana dan prasarana yang lengkap dan tenaga kerja yang berkualitas dan

profesional, pelayanan dengan kualitas baik, sehingga dibutuhkan berbagai sumber

daya yang harus diatur dengan proses manajemen secara baik. Peran tenaga atau

sumber daya manusia (SDM) sangatlah penting karena tanpa adanya tenaga manusia

maka sumber daya yang lain tidak mempunyai arti apa-apa. Keterlibatan SDM adalah

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang

(17)

wilayah. Sebuah rumah sakit akan memberikan pelayanan optimal manakala

didukung oleh sumber daya yang berkualitas. Sumber daya manusia merupakan unsur

penting karena bersifat jasa dan tidak dapat disimpan sebagai persediaan, tetapi hanya

diproduksi pada saat dikonsumsi karena sumber daya manusia merupakan aset utama

dalam memberikan tenaga, potensi, kreativitas, dan usaha terhadap kemajuan rumah

sakit tersebut.

Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit, pelayanan rawat

inap merupakan bagian pelayanan kesehatan yang cukup dominan. Karena pelayanan

instalasi rawat inap merupakan pelayanan yang sangat kompleks dan memberikan

kontribusi yang paling besar bagi kesembuhan pasien rawat inap. Peranan seorang

perawat saat melayani pasien di rawat inap (opname) sangatlah berpengaruh terhadap

kesembuhan pasien tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa perawat merupakan

ujung tombak pelayanan rumah sakit karena selalu berinteraksi secara langsung

dengan pasien, keluarga pasien, dokter dan tenaga kerja lainnya. Perawat mempunyai

tanggung jawab yang cukup besar dan dituntut bekerja secara profesional dalam

memberikan pelayanan terhadap pasien (Hariyono dkk, 2009).

Posisi keperawatan merupakan posisi yang paling besar dalam suatu

organisasi rumah sakit. Jumlah SDM pada posisi keperawatan hampir melebihi 50%

dari seluruh karyawan rumah sakit, disamping itu beban kerja dan tugasnya lebih

banyak dibanding tenaga lain, dan sifat dan fungsi tenaga ini adalah mendukung

pelayanan medik berupa pelayanan keperawatan, pelayanan rontgen, dan pelayanan

(18)

manusia setiap aspek saling memengaruhi dalam perubahan atau peningkatan kualitas

sumber daya manusia (Fathoni, 2006).

Tingginya tuntutan dari pasien, perubahan teknologi yang pesat, adanya

berbagai kebijakan, pengaturan internal rumah sakit dan kadang tekanan dari pihak

manajemen untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dapat berdampak terhadap

lingkungan kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja perawat

(Rosnaniar dkk, 2013). Kompleksnya tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab perawat

menyebabkan profesi perawat rentan mengalami burnout (Lailani, 2012). Adanya

burnout perawat akan sangat berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dan keluarga, membuat hubungan antar rekan kerja menjadi

renggang serta timbul perasaan negatif terhadap pasien, pekerjaan dan iklim

organisasi (Tawale dkk, 2011). Hal ini berdampak pada menurunnya kinerja perawat

yang akhirnya berpengaruh pada kualitas mutu pelayanan.

Iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologis organisasi. Iklim

organisasi akan mempengaruhi praktik dan kebijakan sumber daya manusia yang

diterima oleh anggotanya. Penelitian Asi (2011) yang mengutip pendapat Triguni

mendefinisikan iklim organisasi sebagai pandangan/persepsi terhadap kondisi kerja

yang tercermin dari sikap, perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan

yang mendorong sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi untuk bekerja.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh antara iklim organisasi

terhadap kinerja. Iklim organisasi yang baik dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan

(19)

menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam pencapaian

kinerja organisasi (Runtu dan Widyarini, 2009). Penelitian Asi (2011) juga

menyimpulkan bahwa iklim organisasi dan burnout masing-masing memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

RSU Sari Mutiara Medan merupakan rumah sakit Kelas B yang memiliki

fasilitas pelayanan kesehatan yaitu; instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi

gawat darurat dan fasilitas penunjang medis lainnya. Rumah sakit ini mempekerjakan

sebanyak 114 orang perawat pelaksana dengan jumlah tempat tidur 293 unit,

sedangkan BOR (Bed Occupation Ratio) yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur dimana dari tahun 2011 sampai dengan 2013

menunjukkan kecenderungan fluktuatif. Tahun 2011 sebesar 52,56%, tahun 2012

sebesar 51,40%, tahun 2013 sebesar 53,68%. Pelayanan pasien di ruang rawat inap

dilakukan selama 24 jam terus menerus dengan pembagian 3 shift kerja, yaitu pagi : 08.00-14.00 WIB, siang : 14.00-20.00 WIB dan malam : 20.00-08.00 WIB. Oleh

karena itu, perawat di ruang rawat inap harus memberikan pelayanan yang cepat,

tepat, cermat dan terjangkau sesuai kebutuhan masyarakat dengan sumber daya

manusia yang terampil dan bermutu dalam melakukan pelayanan keperawatan

tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti laksanakan pada survei

pendahuluan dengan sekitar 10 orang perawat di RSU Sari Mutiara Medan, peneliti

mendapatkan penjelasan bahwa perawat yang baru bekerja di ruangan kurang diberi

(20)

mengetahui tentang visi dan misi tersebut tenaga keperawatan di rumah sakit mencari

tahu sendiri dan menginformasikannya kepada rekan kerja lainnya. Jika ditinjau dari

komitmen, perawat mengatakan bahwa sebagian rekan kerjanya tidak serius

melaksanakan tugasnya. RSU Sari Mutiara Medan mempunyai prosedur tetap

(protap) kerja, sehingga perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus

dilaksanakan. Akan tetapi perawat terlihat tidak berusaha untuk bekerja lebih baik

atau tidak meningkatkan kualitas dalam bekerja, hanya melakukan pekerjaan yang

rutin-rutin saja, dan kerjasama di beberapa unit kerja dirasakan kurang berjalan

dengan baik hal ini terlihat dengan kosongnya status asuhan keperawatan pasien

dimana perawat telah selesai bekerja namun asuhan keperawatan dan

pendokumentasian tidaklah lengkap. Komunikasi juga jarang dilakukan karena

pimpinan pada semua tingkatan kurang bisa bekerjasama dan cenderung tebang pilih.

Agar semua tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh perawat dapat tercapai

dibutuhkan iklim organisasi yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan

semangat kerja perawat (Meylandani, 2013).

Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien. Asuhan keperawatan yang berkualitas perlu berorientasi

pada outcome pasien yang lebih baik. Kondisi tersebut dapat ditunjang oleh sumber daya manusia yang memadai secara kualitas dan kuantitas. Hasil wawancara pada

saat survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada 15 orang pasien dan

keluarganya ditemukan keluhan-keluhan yang menyatakan ketidakpuasan terhadap

(21)

Mutiara Medan antara lain kurang cepatnya perawat dalam membantu pasien dimana

perawat terkesan membiarkan pasien tanpa ada perhatian, dan akan datang ke

ruangan perawatan pasien apabila si pasien atau keluarga pasien sudah datang

berulangkali memanggil ke ruang kerja perawat, perawat kurang ramah terhadap

keluarga pasien, dan perawat kurang memberikan penjelasan tentang tindakan

keperawatan yang dilakukan kepada pasien. Berdasarkan permasalahan tersebut,

maka peneliti perlu mengkaji tentang pengaruh iklim organisasi dengan kinerja

perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini adalah apakah ada pengaruh iklim organisasi terhadap

kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja perawat

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk pengembangan ilmu

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu

mengenai pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap.

2. Bagi pihak rumah sakit

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen RSU Sari

Mutiara Medan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

kegiatan pengelolaan SDM khususnya yang menyangkut dampak iklim

organisasi terhadap kinerja perawat

b. Sebagai masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit

khususnya di bagian ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan serta sebagai

dasar untuk menyusun kebijakan yang berkaitan meningkatkan kinerja tenaga

perawat.

3. Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat mengenai gambaran pengaruh

iklim organisasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iklim Organisasi

2.1.1 Definisi Iklim Organisasi

Higgins (dalam Meylandani, 2013) mendefinisikan iklim organisasi sebagai

jumlah persepsi yang dimiliki oleh setiap karyawan terhadap organisasi kerja dan

lingkungan sosial. Indikasi dari iklim organisasi dapat dicontohkan seperti sistem

komunikasi, tehnik motivasi, tingkat partisipasi bawahan dalam mengambil

keputusan, hal ini dapat dijadikan untuk mendeskripsikan iklim organisasi.

Swansburg (dalam Yani, 2012) menyatakan iklim organisasi adalah tingkat

emosi, perasaan memahami dan berbagi diantara anggota organisasi. Iklim organisasi

bisa dibentuk secara formal, relaks, berkesinambungan, berhati-hati, dapat diterima,

jujur, dan sebagainya. Iklim organisasi juga merupakan kesan subjektif dari karyawan

atau pandangan terhadap organisasi mereka.

Dessler (2005) menyatakan bahwa iklim organisasi dengan istilah kehidupan

kerja, dijelaskan bahwa kualitas kehidupan kerja organisasi tidak sama bagi orang

yang berbeda. Kualitas kehidupan kerja atau iklim organisasi yang memadai, berarti

keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka, yang penting

melalui organisasi terdapat perlakuan yang fair, adil dan suportif terhadap pegawai, kesempatan untuk mewujudkan diri, yaitu menjadi orang yang mereka mampu

mewujudkan. Komunikasi terbuka dan saling memercayai diantara sesama pegawai.

(24)

keputusan penting yang melibatkan pekerjaaan mereka. Kompetensi yang fair dan lingkungan yang sehat dan aman.

Iklim organisasi merupakan sebuah konsep yang merujuk pada sejumlah sifat

yang dapat diukur dalam suatu lingkungan kerja atau suasana internal di dalam suatu

organisasi yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh individu

yang bekerja di dalamnya. Suasana internal organisasi tersebut yang diasumsikan

akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai. Iklim organisasi menjadi

sangat penting karena dengan iklim organisasi yang kondusif, setiap individu, tim

kerja dan pimpinan, akan mengetahui, memahami dan melaksanakan tata kerja sesuai

tugas, fungsi, pekerjaan, kedudukan, hak dan kewajiban, komunikasi, serta wewenang

dan tanggung jawabnya. Perilaku sumber daya manusia dalam aspek iklim organisasi

publik menjadi tulang punggung bagi aktivitas pemerintahan dan merupakan faktor

esensial untuk mengukur tingkat kemampuan unit organisasi dalam melaksanakan

otonominya. Semakin kondusif iklim organisasi pada suatu organisasi publik,

semakin meningkat produktivitas kerjanya. Secara umum dipahami, iklim organisasi

adalah suasana kerja yang diciptakan oleh hubungan antar pribadi yang berlaku dalam

organisasi. Aktivitas dalam organisasi dapat dilakukan secara maksimal jika iklim

organisasi kondusif (Karyana, 2012).

Wirawan (2008) dalam bukunya berjudul Budaya dan Iklim Organisasi

mendefinisikan iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual

dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi

(25)

yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja organisasi yang

kemudian menentukan kinerja organisasi. Iklim organisasi adalah suatu kondisi,

keadaan maupun situasi yang dipersepsikan oleh individu secara sadar atau tidak

sadar mengenai kondisi lingkungan internal organisasi.

Rumah sakit sebagai organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan

memiliki karakteristik yang tidak sama dengan organisasi lainnya. Adanya

karakteristik tersebut menyebabkan iklim kerja yang ada dirumah sakit berbeda

dengan organisasi lainnya, terutama terhadap para perawat yang merupakan

mayoritas tenaga kerja di sebuah rumah sakit (Utami, 2005).

Menurut Swansburg (dalam Utami, 2005) iklim kerja keperawatan disusun

oleh manajer perawat yang pada gilirannya menentukan perilaku dari perawat klinis

yang berpraktik dalam menyesuaikan dengan iklim kerja keperawatan tersebut. Iklim

kerja keperawatan rumah sakit yang dirasa baik akan dapat meningkatkan kepuasan

kerja dan kualitas kerja perawat pelaksana. Perawat klinis yang berpraktik

menginginkan iklim yang akan memberi mereka kepuasan kerja. Mereka mencapai

kepuasan kerja bila mereka tertantang dan pencapaian mereka diketahui serta dihargai

oleh manajer dan pasien. Selain itu perawat klinik yang berpraktik juga

menginginkan iklim yang memberikan kondisi kerja yang baik, gaji tinggi, dan

kesempatan untuk profesional bertumbuh melalui konseling dan pengalaman

pengembangan karier yang akan memampukan mereka untuk menetapkan dan

(26)

Menurut Nazili (2012) iklim organisasi merupakan persepsi tentang

kebijakan, praktik-praktik dan prosedur-prosedur yang dirasakan dan diterima oleh

individu-individu dalam organisasi. Yuliana (2007) mendefinisikan iklim organisasi

adalah persepsi individu terhadap praktek dan prosedur yang berasal dari

pengalamannya berinteraksi di lingkungan organisasinya, dalam hubungannya

dengan kesejahteraan mereka dan dapat mempengaruhi perilakunya di organisasi.

2.1.2 Dimensi Iklim Organisasi

Menurut Stringer dalam Wirawan (2008) dengan bukunya yang berjudul

“budaya dan iklim organisasi” berpendapat bahwa karakteristik atau dimensi iklim

organisasi memengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Oleh

karena itu, iklim organisasi dapat dilukiskan dan diukur dalam pengertian dimensi

tersebut. Ke enam dimensi tersebut yaitu :

1. Struktur

Struktur organisasi merefleksikan perasaan diorganisasi secara baik dan

mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan organisasi.

Struktur tinggi jika anggota organisasi merasa pekerjaan mereka didefinisikan secara

baik. Struktur rendah jika mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang

(27)

2. Standar kerja

Standar menerangkan dan mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan

kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam

melakukan pekerjaan dengan baik. Standar tinggi artinya anggota organisasi selalu

berupaya mencari jalan untuk meningkatkan kinerja. Standar rendah merefleksikan

harapan yang lebih rendah untuk kinerja.

3. Tanggung jawab

Tanggung jawab menerangkan dan merefleksikan perasaan karyawan bahwa

mereka menjadi “bos diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusannya dilegitimasi

oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi tanggung jawab tinggi menunjukkan bahwa

anggota organisasi merasa didorong untuk memecahkan masalahnya sendiri.

Tanggung jawab rendah menunjukkan bahwa pengambilan risiko dan percobaan

terhadap pendekatan baru tidak diharapkan.

4. Pengakuan

Pengakuan mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika

mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik. Penghargaan merupakan ukuran

penghargaan dihadapkan dengan kritik dan hukuman atas penyelesaian pekerjaan.

Iklim organisasi yang menghargai kinerja berkarakteristik keseimbangan antara

imbalan dan kritik. Penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik

(28)

5. Dukungan

Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung yang terus

berlangsung di antara anggota kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota

organisasi merasa bahwa mereka bagian tim yang berfungsi dengan baik dan merasa

memperoleh bantuan dari atasannya jika mengalami kesulitan dalam menjalankan

tugas. Jika dukungan rendah, anggota organisasi merasa terisolasi atau tersisih

sendiri. Dimensi iklim organisasi ini menjadi sangat penting untuk model bisnis yang

ada saat ini dimana sumber-sumber sangat terbatas.

6. Komitmen

Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap organisasinya

dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen kuat

berasosiasi dengan loyalitas. Level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis

terhadap organisasi dan tujuannya. Komitmen terhadap organisasi adalah loyalitas

atau ketaatan keanggotaan biasa dan pasif, karena meliputi sikap menyukai organisasi

dan kesediaan untuk mengusahakan pada tingkat daya upaya yang tinggi bagi

kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Komitmen organisasi akan tercipta

apabila karyawan merasa tercukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup dari hasil

pekerjaannya, sehingga mereka betah untuk bekerja dalam suatu perusahaan.

Komitmen organisasional juga menyiratkan hubungan karyawan dengan

organisasi yang secara aktif, karena karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi

(29)

untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberhasilan organisasi di mana tempatnya

bekerja.

Iklim organisasi juga berhubungan dengan kepribadian organisasi dan dapat

diubah. Swansburg (2002) menyatakan bahwa terdapat enam iklim organisasi, yaitu :

a. Kejelasan tujuan organisasi

Menurut Kusnan (2006) bahwa ada suatu organisasi terkait dengan perasaan

pegawai diharapkan pegawai memahami pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.

Kejelasan dan pemahaman tentang tujuan organisasi dan kebijakan. Hal ini juga akan

difasilitasi dengan arus informasi dan dukungan dari karyawan.

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa pada suatu permasalahan, penerapan

manajemen diperlukan kejelasan perumusan tujuan organisasi. Tujuan ini harus

diupayakan oleh pimpinan agar dapat dihayati oleh semua pihak, baik oleh unsur

pimpinan maupun unsur staf, sehingga semua aktifitas organisasi selalu diarahkan

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati dan dihayati bersama.

Aditama (2003) menyatakan bahwa tujuan organisasi menerangkan mengapa

pekerjaan itu ada, mengapa pekerjaan itu sesuai dengan sasaran organisasi, siapa saja

yang bergantung pada pekerjaan itu, hasil utama dan fungsi-fungsi tugas pekerjaan

dan persetujuan atas prioritas-prioritas.

b. Komitmen

Kusnan (2006) menyatakan bahwa hal yang berkaitan dengan perasaan

kayawan mengenai perasaan bangga mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk

(30)

kesepakatan (commitment) antara pimpinan dan tentang tujuan organisasi yang ingin dicapai dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kesepakatan

(commitment) antara pimpinan dan staf tentang tujuan organisasi yang ingin dicapai dan hal-hal yang lain diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kesepakatan

(commitment) dalam manajemen sangat penting dikembangkan oleh manajer untuk menghindari sifat negatif sifat yang merasa dimanfaatkan oleh pimpinannya untuk

mencapai tujuan individu pimpinannya. Disinilah pentingnya menumbuhkan

kesepakatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi

Menurut Siagian (2002) para anggota organisasi akan bersedia membuat

komitmen sedemikian rupa, sehingga pegawai akan ikhlas bekerja demi keberhasilan

organisasi sebagai konsekuensi logis dari rasa memiliki organisasi. Kesediaan

tersebut hanya akan tumbuh dan berkembang apabila anggota organisasi yakin bahwa

keberhasilan organisasi akan melicinkan jalan bagi mereka untuk mencapai cita-cita,

harapan, keinginan, dan kepentingan pribadinya.

c. Standar kerja

Kusnan (2006) menyatakan suatu standar kerja dapat didefinisikan sebagai

suatu kriteria atau model yang baku yang akan dibandingkan dengan hasil yang nyata.

Standar kerja juga menyangkut perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana

manajemen memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas yang baik, tujuan yang

telah ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai

(31)

Menurut Gillies dalam Yani (2012), standar kerja adalah suatu praktek yang

menikmati pemahaman umum dan kesesuaian antara para profesional atau suatu

pernyataan yang berwenang dimana kualitas praktek, pelayanan atau pendidikan bisa

dinilai. Suatu standar tindakan keperawatan adalah suatu pernyataan deskriptif

tentang kualitas yang diharapkan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan.

Mathis (2001) menyatakan bahwa standar kerja harus mengikuti langsung

suatu uraian pekerjaan, menjelaskan apa yang dicapai pekerjaan tersebut dan

bagaimana kinerja diukur dalam area kunci dari uraian pekerjaan. Jika pegawai tahu

apa yang diharapkan dan bagaimana kinerja diukur, mereka lebih punya kesempatan

lebih besar untuk berprestasi memuaskan.

Menurut Filipo dalam Yani (2012) standar fungsi, standar metode yang sering

disebut sebagai prosedur operasi standar, dapat direncanakan dan dilaksanakan.

Kiranya jika prosedur ini diikuti, hasil yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

tugas merupakan standar personalia. Standar atas keadaan fisik juga penting, karena

hal itu akan memengaruhi kerja manusia. Jika mesin, peralatan dan kondisi kerja

umum kurang baik, orang terbaik yang mempergunakan metode yang terbaik

mungkin menghasilkan hasil yang tidak memadai dalam arti kualitas, kuantitas,

waktu, dan biaya.

Standar struktur berhubungan dengan lingkungan fisik, organisasi dan

manajemen organisasi. Standar proses berhubungan dengan tindakan keperawatan,

(32)

Sullivan (2005) menyatakan bahwa pada keperawatan digunakan standar

umum dan standar khusus. Setiap organisasi keperawatan harus menerapkan standar

khusus untuk pelayanan pasien. Standar tersebut merupakan dasar bagi pengukuran

kualitas pelayanan.

d. Tanggung jawab

Menurut Kusnan (2006) hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan

mengenai pelaksanaan tugas organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab

atas hasil yang dicapai. Karena mereka terlibat dalam proses yang sedang berjalan.

Gillies (2006) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah sikap seseorang yang

merupakan kewajiban untuk mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan.

Sehingga seorang pegawai diharapkan untuk menyelesaikan sebagian besar

tugas-tugas sesuai dengan posisinya yang digambarkan menurut kriteria pekerjaan yang

terdapat dalam peraturan. Selain dari pada itu, seorang pegawai diharapkan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lebih baik dari tugas-tugas yang harus

dikerjakan.

e. Penghargaan

Robbins (2002) menyatakan bahwa penghargaan berkaitan dengan perasaan

karyawan tentang penghargaan dan pengakuan atas pekerjaan yang baik. Pengetahuan

kita mengenai motivasi mengungkapkan bahwa orang yang mengerjakan apa yang

mereka kerjakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebelum mereka melakukan

sesuatu, mereka lebih dulu melihat imbalan atau penghargaan. Karena banyak

(33)

diinginkan yang dikontrol oleh organisasi. Kita harus mempertimbangkan

penghargaan sebagi kekuatan penting yang memengaruhi perilaku setiap pekerja.

Menurut Robbins (2002) promosi, kenaikan gaji dan bentuk-bentuk

penghargaan lainnya harus diberikan kepada individu berdasarkan seberapa efektif

mereka bekerja sebagai anggota tim. Hal ini tidak berarti bahwa konstribusi individu

diabaikan, namun diseimbangkan oleh konstribusi individu terhadap tim tersebut.

Contoh-contoh perilaku yang harus diberi penghargaan termasuk memberi pelatihan

terhadap karyawan-karyawan baru, membagi informasi sesama anggota tim,

membantu menyelesaikan konflik dalam tim, dan menguasai

keterampilan-keterampilan baru yang dibutuhkan oleh tim jika memang diperlukan.

f. Rasa saling memercayai

Robbins (2002) menyatakan bahwa tim yang berkinerja tinggi diartikan

dengan adanya kepercayaan yang tinggi antara sesama anggotanya, yakni para

anggota percaya akan integritas, karakter dan kemampuan satu sama lain. Namun

sebagaimana diketahui dalam hubungan personal, kepercayaan itu rapuh. Butuh

waktu yang lama untuk membangunnya, namun dapat hancur dengan mudah dan

sukar untuk diperoleh kembali. Juga karena kepercayaan berbuah kepercayaan dan

ketidakpercayaan berbuah ketidakpercayaan, mempertahankan kepercayaan

(34)

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Iklim Organisasi

Menurut Higgins yang dikutip oleh Yani (2012) ada empat prinsip

faktor-faktor yang memengaruhi iklim, yaitu :

1. Manajer/pimpinan

Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer

memengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan,

dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan

dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang

digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan, interaksi

antara manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok, perhatian pada

permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan

kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

2. Tingkah laku karyawan

Tingkah laku karyawan memengaruhi iklim melalui kepribadian mereka,

terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk

memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting

dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses

atau gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam

hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau

(35)

3. Tingkah laku kelompok kerja

Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan

persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam

organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara,

yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai kelompok

persahabatan atau kesamaan minat.

4. Faktor eksternal organisasi

Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi

tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim.

Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam

tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama

dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan tentang

pemberian upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan

mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada

perusahaan lain. Di lain pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan

memungkinkan setiap orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan

yang besar, sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif.

2.2 Pengertian Kinerja

Menurut Yaslis Ilyas (2012) kinerja adalah penampilan hasil karya personel

baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan

(36)

terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural,

tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi.

Kinerja adalah kuantitas dan atau kualitas hasil kerja individu atau

sekelompok orang dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang

telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi (Torang, 2012). Menurut

Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2013) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen

dan memberikan konstribusi kepada ekonomi.

Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau

kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk

mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu, 2006).

Sedangkan menurut Mangkunegara (2009) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut

Prawirosentono, kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam

rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman, 2011).

Menurut Moeheriono (2009), kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

(37)

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan

strategis suatu organisasi.

Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan, maka pengertian kinerja

dapat disimpulkan sebagi hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

kelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif,

sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing-masing, dalam upaya

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral maupun etika.

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Pabundu (2006) terdapat dua faktor yang memengaruhi kinerja karyawan,

yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan, keterampilan,

kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi sikap, sifat–sifat kepribadian, sifat

fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja,

latar belakang budaya dan variabel-variabel personal lainnya.

b. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yang

berasal dari lingkungan, meliputi peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan,

pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan–tindakan

rekan kerja, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja perawat adalah

(38)

tunjangan, insentif dan bonus. Hasil penelitian Daryanto (2008) menunjukkan bahwa

sistem penghargaan yang paling dominan berhubungan dengan kinerja adalah gaji

dan pengakuan. Isesreni (2009) tingkat pendidikan perawat mempengaruhi kinerja

perawat, dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin,

status perkawinan, serta lama bekerja perawat dengan kinerja perawat. Baik buruknya

kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh faktor, seperti kepuasaan kerja,

motivasi, lingkungan kerja dan budaya organisasional (Edy, 2008). Dalam sebuah

organisasi elemen yang paling penting adalah kepemimpinan. Kepemimpinan

merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama

sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan umum (Suarli, 2009). Di

tambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat

mempengaruhi kinerja karyawan. Supervisi merupakan segala bantuan dari

pimpinan/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan

para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Selain itu,

perawat pelaksana akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan

meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dengan kemauan belajar, secara tidak

langsung akan meningkatkan kinerja perawat. Sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah

frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu

tertentu (Suyanto, 2009).

Peningkatan pelayanan keperawatan dapat diupayakan dengan meningkatkan

kinerja perawat yaitu dengan peningkatan pengetahuan melalui pendidikan

(39)

diperlukan. Penataan lingkungan kerja yang kondusif perlu diciptakan agar perawat

dapat bekerja secara efektif dan efisien. Menciptakan suasana kerja yang dapat

mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik, diperlukan seorang pemimpin.

Pemimpin tersebut harus mempunyai kemampuan untuk memahami bahwa seseorang

memiliki motivasi yang berbeda–beda (Sugijati dkk, 2008).

2.2.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal, performance evaluation, development review, performance review and development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus

berpedoman pada ukuran–ukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja

(Usman, 2011).

Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat sesuai

dengan standar praktik profesional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja

perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek

keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh

manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses

penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku

pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume

yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk

(40)

memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2011). Proses

penilaian kinerja dengan langkah–langkah sebagai berikut: mereview standar kerja,

melakukan analisis jabatan, mengembangkan instrument penilaian, memilih penilai,

melatih penilai, mengukur kinerja, membandingkan kinerja aktual dengan standar,

mengkaji hasil penilaian, memberikan hasil penilaian, mengaitkan imbalan dengan

kinerja, membuat rencana–rencana pengembangan dengan menyepakati sasaran–

sasaran dan standar–standar kinerja masa depan (Usman, 2011).

Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dan

efisiensi atau tingkat keberhasilan atau kegagalan seorang pekerja/karyawan atau tim

kerja dalam melaksanakan tugas/jabatan yang menjadi tanggung jawabnya (Nawawi,

2008). Sedangkan menurut Nursalam (2011) manfaat dari penilaian kerja yaitu:

a. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan

memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri

dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan

mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya.

c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan

hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka

tentang prestasinya.

d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan

(41)

yang cakap dan terampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa

depan.

e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan

meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur

komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan

bawahan.

2.2.3 Model dan Metode Penilaian Kinerja

Menurut Yaslis Ilyas (2012) penilaian kinerja adalah proses menilai hasil

karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada

hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja

personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Kegiatan

penilaian kinerja ini membantu pengambilan keputusan bagian personalia dan

memberikan umpan balik kepada para personel tentang pelaksanaan kerja mereka.

Mangkunegara (2009) model penilaian kinerja yaitu:

a. Penilaian sendiri

Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk

mengukur dan memahami perbedaan individu. Akurasi didefinisikan sebagai sikap

(42)

sendiri. Penilaian sendiri biasanya digunakan pada bidang sumber daya manusia

seperti: penilaian kinerja, penilaian kebutuhan pelatihan, analisa peringkat jabatan,

perilaku kepemimpinan dan lainnya. Penilaian sendiri dilakukan bila personal

mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil karya yang mereka

laksanakan sebagai bagian dari tugas organisasi. Penilaian sendiri atau dipengaruhi

oleh sejumlah faktor kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan sosio demografi

seperti suku dan kependidikan. Dengan demikian tingkat kematangan personal

dalam menilai hasil karya menjadi hal yang patut diperhatikan.

b. Penilaian atasan

Pada organisasai pada kematangan tingkat majemuk, personal biasanya dinilai

oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk dilakukan

oleh supervisor atau atasan langsung.

c. Penilaian mitra

Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang mempunyai

otonomi yang cukup tinggi. Dimana wewenang pengambilan keputusan pada

tingkat tertentu telah didelegasikan oleh manajemen kepada anggota kinerja

kelompok kerja. Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota kerja kelompok

dan umpan balik untuk personal yang dinilai yang dilakukan oleh komite kerja dan

bukan oleh supervisor. Penilaian mitra biasanya lebih ditujukan untuk

(43)

d. Penilaian bawahan

Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan dengan tujuan

untuk pengembangan dan umpan balik personal. Bila penilaian ini digunakan

untuk administratif dan evaluasi, menetapkan gaji dan promosi maka penggunaan

penilaian ini kurang mendapat dukungan, program penilaian bawahan terhadap

manajer dalam rangka perencanaan dan penilaian kinerja manajer. Program ini

meminta kepada manajer untuk dapat menerima penilaian bawahan sebagai umpan

balik atas kemampuan manajemen mereka.

Menurut Lumbanraja dan Nizma (2010), metode penilaian prestasi dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Metode yang berorientasi pada masa lalu

1. Rating Scale: Pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi (kuantitatif dan kualitatif) yang sudah baku.

2. Checklist: Metode ini memerlukan penilaian untuk menyeleksi pernyataan yang menjelaskan karakteristik karyawan.

3. Critical Incident Method: pengukuran dilakukan berdasarkan catatan aktivitas seorang karyawan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam perilaku

positif dan negatif.

4. Field Review Method: Pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau lapangan. 5. Performance Test and Observation: Penilaian prestasi kerja dapat dilaksanakan

(44)

6. Comparative Evaluation Approach: Pengukuran dilakukan dengan membandingkan prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain.

b. Metode yang berorientasi pada masa depan

1. Self appraisal: Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi diri adalah untuk melanjutkan pengembangan diri.

2. Psycological appraisal: penilaian ini biasanya dilakukan oleh seorang psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan.

3. Management By Objectives: Pengukuran berdasarkan pada tujuan-tujuan pekerjaan yang terukur dan disepakati bersama antara karyawan dan atasannya.

4. Assesment Center: bentuk penilaian yang di standarisasi, tergantung pada tipe berbagai penilai.

2.3 Perawat Pelaksana 2.3.1 Pengertian Perawat

Nursalam (2011), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk

pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit

maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan

keperawatan disini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional

(45)

Tenaga keperawatan adalah salah satu sumber daya manusia di rumah sakit

yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan, hal ini wajar

mengingat perawat adalah bagian dari tenaga paramedik yang memberikan perawatan

kepada pasien secara langsung. Pelayanan keperawatan prima secara psikologis

merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan dikuasai oleh perawat (Kusnanto, 2004).

Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia khusus tenaga

kesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan pada unit pelayanan

kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian

dari sistem pelayanan kesehatan. Perawat selalu mengadakan interaksi dengan pasien,

keluarga, tim kesehatan dan lingkungannya dimana pelayanan tersebut dilaksanakan

(Potter dan Perry, 2005).

Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional, perawat harus

berbekalkan pengetahuan teoritis (ilmu dan kiat keperawatan) yang baik, sehingga

mampu menunjukkan kemampuan keterampilan dan pengetahuan yang semakin

maju. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah:

1. Melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dan memahami

tugas Kepala Ruangan (KaRu), Primary Nurse (PN) dan Associate Nurse (AN). 2. Memahami dan mampu melaksanakan tugas yang sifatnya manajerial di ruang

rawat inap.

3. Mampu melaksanakan metode praktik bimbingan mahasiswa selama di rawat

inap.

(46)

5. Menetapkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan dokumentasi keperawatan.

6. Membuat draft SAK untuk beberapa penyakit.

7. Mampu berkolaborasi dengan tim di ruang rawat inap.

8. Melaksanakan peningkatan mutu di ruang rawat inap.

9. Mengikuti audit keperawatan dalam rangka menilai pendokumentasian (Irnalita,

2008).

2.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Perawat

Menurut Depkes RI (1999) tugas dan fungsi perawat adalah:

a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan

diagnosis keperawatan.

b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan.

c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan

termasuk pelayanan pasien dan keadaan terminal.

d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.

e. Mendokumentasi proses keperawatan.

f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan

studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan

(47)

g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pasien,

keluarga, kelompok serta masyarakat.

h. Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.

i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam

melaksanakan kegiatan keperawatan.

2.4 Rumah Sakit

2.4.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan. Organisasi

rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit,

unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis,

satuan pemeriksaan internal serta administrasi umum dan keuangan (UU No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Menurut Supriyanto dan Ernawaty (2010) organisasi rumah sakit merupakan

organisasi yang unik dan kompleks, unik karena di rumah sakit terdapat suatu proses

yang menghasilkan jasa medis dan perawatan dalam bentuk pelayanan pada pasien

(48)

2.4.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Rumah sakit mempunyai fungsi: (UU No. 44 Tahun 2009)

a. Penyelengaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan

yang paripurna sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam memberi pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi bidang kesehatan dalam

rangka peningkatan pelayanan kesehatan.

2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit dibagi menjadi tiga macam yaitu:

a. Rumah sakit pemerintah (rumah sakit pusat, rumah sakit provinsi, rumah sakit

kabupaten).

b. Rumah sakit BUMN atau ABRI.

c. Rumah sakit swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam negeri

dan sumber dana luar negeri.

Berdasarkan jenis pelayanannya dibedakan menjadi tiga jenis pelayanan yaitu:

a. Rumah sakit umum

(49)

c. Rumah sakit khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dan

sebagainya). (Herlambang, 2012).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit pada Pasal 4 disebutkan

bahwa berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum

diklasifikasikan menjadi:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5

(lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik

Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4

(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik

Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4

(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan produk jasa yang diberikan

pihak rumah sakit kepada kliennya. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit

(50)

berhasil memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sehingga dapat memberikan

kepuasan kepada kliennya, itu berarti rumah sakit tersebut telah memiliki kualitas

yang baik. Dengan demikian, lambat laun pada rumah sakit tersebut akan tercipta

suatu citra positif dari masyarakat (Panjaitan, 2013).

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

[image:50.612.108.525.314.463.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian tersebut maka hipotesa penelitian

yaitu ada hubungan iklim organisasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang

rawat inap RSU Sari Mutiara Medan.

Iklim Organisasi:

-Struktur -Standar

-Ta

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Besar sampel tiap ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan dengan
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Karakteristik meliputi Umur, Jenis kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja Perawat Pelaksana dengan Kinerja Perawat di ruang rawat inap RSUD Dr..

Ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

Aplikasi Protokol Caring pada Penerimaan Pasien Baru terhadap Prilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Medan” dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk ikut

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kualitas pelayanan perawat dengan kunjungan pasien rawat inap di RSU Sari Mutiara Medan.. Untuk itu disarankan kepada

Hasil analisa hubungan antara mekanisme koping terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Eka Hospital Pekanbaru menunjukkan bahwa responden yang memiliki

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSU

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak di Ruang Rawat

Hubungan antara tingkat pemenuhan tanggung jawab perawat terhadap profesi dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas III RSU PKU Muhammadiyah