i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT DITINJAU
DARI FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL AUDITOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Nama : Hanifah Silfianie
NIM : 1111082000051
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Hanifah Silfianie
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1993
3. Alamat : Jl. Dewi Sartika, Gang H. Raba No.23 Rt.003 Rw.01 Ciputat, Tangerang Selatan 15411.
4. Telepon : 0896 0129 5756
5. Email : hanifahsilfianie29@gmail.com
II.PENDIDIKAN
1. SDN Ciputat II Tahun 1999-2005
2. MTsN Tangerang II Pamulang Tahun 2005-2008
3. SMA Negeri I Kota Tangerang Selatan Tahun 2008-2011 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015
III. DATA KELUARGA
1. Ayah : Drs. Cecep Suryadi
2. Pekerjaan Ayah : PNS
3. Ibu : Apong Resmi
4. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
vii
THE FACTORS ANALYSIS OF INFLUENCE TO PREMATURE SIGN-OFF OF AUDIT PROCEDURE BASED ON EXTERNAL AND INTERNAL
FACTORS OF AUDITOR
ABSTRACT
This research was aimed to examine the influence of audit risk, supervisory action, self esteem and equity sensitivity on premature sign-off of audit procedure. This research used primary data which collected by distributing questionnaires to respondents. Questionnaires were distributed to auditors junior, auditors senior, supervisors, and manager that working at Public Accountant Firms in Jakarta. From 85 questionnaires that have been distributed, only 73 questionnaires have been received, and only 72 questionnaires that full filled and could be processed. The research uses multiple regression analysis method.
The result of this research show that: (1) audit risk and supervisory action have no significant influence on premature sign-off of audit procedure. (2) self esteem and equity sensitivity have significantly influence to premature sign-off of audit procedure. (3) audit risk, supervisory action, self esteem, and equity sensitivity have significant influence on premature sign-off of audit procedure.
viii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT DITINJAU DARI FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL AUDITOR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko audit, tindakan supervisi, self esteem, dan equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner ke responden. Kuesioner dibagikan kepada auditor junior, auditor senior, supervisor dan manajer yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Dari 85 kuesioner yang dibagikan, hanya 73 kuesioner yang diterima kembali, dan hanya 72 kuesioner yang diisi lengkap dan dapat diproses. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) risiko audit dan tindakan supervisi tidak berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. (2) self esteem dan equity sensitivity berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. (3) risiko audit, tindakan supervisi, self esteem dan equity sensitivity berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematur atas
Prosedur Audit Ditinjau dari Faktor Eksternal dan Faktor Internal Auditor.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan semangat, dukungan baik moril maupun materil serta curahan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis (aku berjanji suatu saat nanti akan membuat kalian bangga, kalian adalah orang tua terbaik dalam hidupku).
2. Kakanda-kakanda dan adinda tersayang teh Riny, teh Amel, teh Ica, dan Rosy terimakasih untuk dukungan, canda tawa, suka duka yang telah kita lalui selama ini, kalian adalah saudari-saudari ku yang luar biasa.
x
4. Bapak Afif Sulfa, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan semangat nya. 5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Atiqah, S.E., M.S., Ak. selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 10.Sahabat-sahabatku tersayang s’Thanny Amitie (Lita, Nisa, Nuni) yang
telah mewarnai hari-hariku sedih senang bareng, ngebolang bareng, dan semoga persahabatan kita akan terus terjalin yaa dan semoga tetap kompak nyemangatin satu sama lain dalam hal kebaikan. Sayang kalian ...!!
xi
12.Kawan-kawanku seperjuangan Akuntansi B yang sangat luar biasa, kompak, dan kalian banyak memotivasi selama ini, mengenal kalian adalah anugerah terindah. Dan ngga akan pernah terlupakan kebersamaan yang pernah kita lewati selama masa kuliah.
13.Rekan-rekan Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga Allah SWT memberikan semua kebaikan, kepada pihak yang telah disebutkan atas semua bantuannya kepada penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dan rekan-rekan mahasiswa atau mahasiswi lainnya.
Jakarta, 19 Agustus 2015
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... vii
Abstrak ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xvi
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran ... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ... 14
2.1.1 Definisi Auditing ... 15
2.1.2 Prosedur Audit ... 16
2.1.3 Perilaku Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 19
2.1.4 Risiko Audit ... 20
2.1.5 Tindakan Supervisi ... 21
2.1.6 Self Esteem ... 25
2.1.7 Equity Sensitivity ... 27
2.2 Penelitian Terdahulu ... 29
2.3 Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis ... 45
2.3.1 Risiko Audit dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 45
2.3.2 Tindakan Supervisi dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 47
2.3.3 Self Esteem dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 49
2.3.4 Equity Sensitivity dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 51
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 54
3.2 Metode Penetuan Sampel ... 54
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 55
3.4 Metode Analisis Data ... 56
3.4.1 Statistik Deskriptif ... 56
3.4.2 Uji Kualitas Data ... 56
3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 57
3.4.4 Uji Hipotesis ... 59
3.5 Operasional Variabel Penelitian ... 62
3.5.1 Risiko Audit ... 62
3.5.2 Tindakan Supervisi ... 63
3.5.3 Self Esteem ... 64
3.5.4 Equity Sensitivity ... 64
3.5.5 Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 71
4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 71
4.1.2 Karakteristik Profil Responden ... 73
4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 75
xv
4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 76
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 84
4.3.1 Hasil Uji Multikolineritas ... 85
4.3.2 Hasil Uji Normalitas ... 85
4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 86
4.3.4 Hasil Uji Hipotesis ... 87
4.4 Pembahasan ... 92
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
xvi
Daftar Tabel
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 30
3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 67
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 71
4.2 Data Sampel Penelitian ... 72
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 74
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 74
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja ... 75
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 76
4.8 Hasil Uji Validitas Risiko Audit (AR) ... 77
4.9 Hasil Uji Validitas Tindakan Supervisi (SA) ... 78
4.10 Hasil Uji Validitas Self Esteem (SE) ... 78
4.11 Hasil Uji Validitas Equity Sensitivity (ES) ... 79
4.12 Hasil Uji Validitas Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (PSO) ... 79
4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Risiko Audit ... 80
xvii
4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Self Esteem ... 82
4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Equity Sensitivity ... 82
4.17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 83
4.18 Hasil Uji Reliabilitas ... 83
4.19 Hasil Uji Multikolineritas ... 85
4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 88
4.21 Hasil Uji Statistik t ... 89
4.22 Hasil Uji Statistik F ... 92
xviii
Daftar Gambar
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 53
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 86
xix
Daftar Lampiran
No. Keterangan Halaman
1. ... Surat
Penelitian Skripsi ... 102 2. ... Kuesioner
Penelitian ... 108 3. ... Jawaban Responden ... 117 4. ... Hasil Uji
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perusahaan di suatu negara sejalan dengan berkembangnya profesi akuntan publik di negara tersebut. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 4).
Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain kenyakinan (Mulyadi, 2002). Arens, dkk. (2001) mendefinisikan pelayanan assurance sebagai pelayanan atau jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan.
2 keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang melakukan audit, sehingga kesalahan yang terjadi dalam proses pengauditan akan berakibat pada berkurangnya kualitas informasi yang diterima oleh pengambil keputusan (Suryanita et al, 2007). Sehingga profesi akuntan publik hadir untuk memberikan penilaian atas keandalan (reliability) informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan. Untuk itulah maka pengujian oleh akuntan publik melalui proses audit diperlukan guna menetralisir bias yang melekat pada informasi tersebut, sehingga laporan yang telah dinyatakan wajar oleh akuntan publik akan berisi informasi yang reliable.
Pengurangan kualitas dalam audit (Reduced Audit Quality) merupakan pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor (Coram, Juliana, dan Woodliff, 2004). Pengurangan mutu ini dapat berupa tindakan seperti mengurangi jumlah sampel audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur yang disyaratkan belum dilaksanakan secara lengkap.
Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit (reduced audit quality-RAQ behaviors) adalah penghentian prematur atas prosedur audit
3 auditor tidak melakukan prosedur tersebut secara tuntas, tetapi auditor memberikan suatu opini audit sebelum auditor melakukan pekerjaannya secara tuntas. Penghentian prematur atas prosedur audit tersebut menyebabkan pengurangan kualitas dalam audit yang diartikan sebagai pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor (Coram et al., 2008). Malone, dkk. (1996) mendeskripsikan penghentian prematur atas prosedur audit sebagai tindakan yang dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit.
Praktik penghentian prematur atas prosedur audit yang terjadi tentu saja sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor karena apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah akan semakin tinggi. Kesalahan pembuatan opini atau judgment yang disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat menyebabkan auditor dituntut secara hukum (Heriningsih, 2001).
Graham (dalam Shapero et al., 2003) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting serta prosedur audit tidak dilakukan secara memadai.
5 kecurangan tersebut. (TEMPO Interaktif, Jakarta: 2002); Oleh Yura Syahrul. Kasus ini terjadi karena kelalaian akuntan publik dalam pelaksanaan audit yang tidak memadai, sehingga disinyalir bahwa auditor gagal mendeteksi kecurangan maupun kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, serta pelanggaran prinsip independensi profesi akuntan publik karena telah gagal mematuhi standar profesi di dalam kinerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit: (a) terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, (b) anggapan bahwa prosedur audit yang dilakukan tidak penting, (c) prosedur audit tidak material, (d) prosedur audit yang kurang dimengerti, (e) terbatasnya waktu penyampaian laporan audit, dan (f) faktor kebosanan auditor (Alderman & Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991). Berdasarkan alasan-alasan tersebut dapat disimpulkan penghentian prematur atas prosedur audit disebabkan oleh faktor karakteristik personal auditor, di mana faktor karakteristik tersebut merupakan faktor internal dan faktor situasional saat melakukan audit yang merupakan faktor eksternal (Weningtyas dkk., 2006).
6 prosedur audit dan penerapannya oleh auditor (Kurniawan, 2008). Ketika risiko deteksi rendah, maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Weningtyas, dkk., 2006). Penelitian terhadap variabel risiko audit yang dilakukan oleh Weningtyas dkk (2006), Puji (2010), Indarto (2011) dan Kusuma (2013) mendukung penelitian Heriningsih (2002) yang menunjukan hasil berpengaruh positif dan signifikan, penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wahyudi dkk (2006) dan Yuliana dkk (2009) yang menunjukan hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Penghentian prematur atas prosedur audit juga dimungkinkan terjadi karena pengaruh tindakan supervisi yang disinyalir sebagai faktor eksternal. Pengendalian atas penghentian pekerjaan lebih dini merupakan hal yang sangat penting pada setiap Kantor Akuntan Publik. Penghentian pekerjaan lebih dini akan menyebabkan perubahan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam perencanaan audit, karena akan menghasilkan suatu tingkat risiko audit aktual yang tidak terkontrol dan tidak diketahui. Untuk mengontrol hal ini maka Kantor Akuntan Publik harus menyediakan tindakan supervisi. Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang
7 sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Tindakan supervisi harus mempertimbangkan kondisi yang memungkinkan terjadinya penghentian pekerjaan lebih dini (Maulina, dkk. 2010).
Comstock, (1994) dalam Martamin (2006) mengatakan supervisi merupakan proses yang berkelanjutan untuk mengawasi atau mengarahkan pekerjaan yang dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan atas jalannya tugas. Seiring dengan perjalanan waktu, supervisi dikatakan sebagai proses yang dinamis. Pada awalnya, supervisi bersifat kaku atau otoriter. Jika seorang karyawan tidak bekerja seperti yang diperintahkan maka ia akan dihukum. Pada masa sekarang ini, supervisi diwarnai dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Trempe et al, (1985) dalam Martamin (2006) mengatakan ketika pekerja merasakan bahwa supervisor berlaku adil dan kompeten serta yakin bahwa supervisor mempunyai niat baik dan sepenuh hati maka kepuasan akan cenderung meningkat atau naik. Sebaliknya, ketika pekerja memandang bahwa supervisor berlaku tidak adil, tidak kompeten atau mendorong motivasi pribadi maka kepuasan akan cenderung menurun. Penelitian Maulina, dkk (2010) tentang pengaruh tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setya (2008). Berdasarkan hasil analisis data bahwa terdapat hubungan negatif antara pelatihan dan tindakan supervisi pada penghentian prematur atas prosedur audit.
Self esteem berhubungan dengan depresi, tekanan kerja kecemasan
8
self esteem rendah berkemungkinan akan mengalami tekanan dalam
lingkungan kerjanya. Seseorang dengan self esteem tinggi merasa yakin akan
kemampuan dan keahlian yang dimilikinya dan diharapkan memiliki tekanan
kerja yang rendah. Seorang auditor yang memiliki self esteem rendah
cenderung tidak berkomitmen lebih baik dalam melakukan pekerjaan
auditnya. Auditor tersebut merasa mengalami tekanan kerja yang tinggi,
sehingga ada kecenderungan bagi auditor yang memiliki self esteem rendah
untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit (Budiman, 2013).
Equity sensitivity merupakan suatu persepsi seseorang terhadap keadilan dengan membandingkan antara inputs dan outcomes yang diperoleh dari orang lain [(Ustadi & Utami, 2005)], dalam Lucyanda dan Gunardi (2010). Equity sensitivity menjelaskan perbedaan perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan oleh karakter individual (Fauzi, 2001). Mowday (1991) dalam Mueller dan Clarke (1998) menjelaskan bahwa equity theory sebagai teori universal dari human motivation dan behavior harus dapat mengukur perbedaan perilaku seseorang di tempat kerja.
Konsep equity sensitivity theory yang dikembangkan Huseman et al. (1987) dari equity theory Adams (1965) dalam Lee (2007) menyatakan bahwa orang memiliki persepsi tersendiri terhadap equity (adil) dan inequity (tidak adil). Selanjutnya Huseman et al. (1987) membagi persepsi individu terhadap equity dan inequity dalam tiga kategori, yaitu 1) benevolents adalah individu
9 daripada apa yang diterima dari organisasi; 2) equity sensitives adalah
individu yang merasa adil ketika apa yang diberikan kepada organisasi sama
dengan apa yang diterima dari organisasi; dan 3) entitleds adalah individu
yang merasa adil ketika apa yang diterima dari organisasi lebih besar daripada
apa yang diberikan kepada organisasi. Individu yang berada di tengah-tengah
benevolents dan entitleds adalah equity sensitives yang sama-sama
menitikberatkan pada pekerjaan yang maksimal dan mencapai penghargaan
yang diinginkannya. Individu yang termasuk kategori benevolents akan
merasa puas ketika dapat memberikan sumbangan kepada organisasi lebih
besar dibandingkan dengan apa yang didapatkan dari organisasi. Dengan
demikian, individu benevolents tidak terlalu mengejar penghargaan seperti
kecenderungan yang dilakukan oleh individu entitleds yang lebih
mementingkan apa yang didapat dari organisasi daripada apa yang diberikan
kepada organisasi. Seorang auditor dengan tipe entitleds cenderung
melakukan hal-hal yang kurang etis untuk mencapai apa yang diinginkannya
dibandingkan auditor dengan tipe benevolents. Auditor yang termasuk tipe
entitleds cenderung mengabaikan salah satu prosedur audit atau
menghentikan prosedur audit yang sudah ditetapkan hanya untuk mencapai
apa yang diinginkannya tersebut (Budiman, 2013).
10 atas prosedur audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada beberapa hal. Pertama, penelitian ini juga menginvestigasi apakah variabel tindakan supervisi yang dilakukan oleh Maulina, dkk (2010) pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Kedua, perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terletak dalam sampel penelitian. Sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta. Dipilihnya sampel pada wilayah ini, berdasarkan direktori daftar Kantor Akuntan Publik tahun 2013 bahwa mayoritas Kantor Akuntan Publik tersebar di wilayah DKI Jakarta, dari 492 jumlah KAP di Indonesia, sebanyak 236 Kantor Akuntan Publik tersebar luas di wilayah DKI Jakarta. Sementara penelitian sebelumnya mengambil sampel penelitian pada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta yang masih aktif.
Ketiga, metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression analysis) untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara penelitian sebelumnya menggunakan metode analisis SEM (Structural Equation Modeling).
11 baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi auditor dalam melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Selain itu, yang juga ingin diketahui dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, terkait dengan membahas pengaruh risiko audit, tindakan supervisi, self esteem dan equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Maka penulis memilih judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematur
atas Prosedur Audit Ditinjau dari Faktor Eksternal dan Faktor Internal
Auditor”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah risiko audit, tindakan supervisi, self esteem,dan equity sensitivity berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?
2. Apakah risiko audit berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?
3. Apakah tindakan supervisi berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?
12 5. Apakah equity sensitivity berpengaruh secara signifikan terhadap
penghentian prematur atas prosedur audit?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel risiko audit, tindakan supervisi, self esteem serta equity sensitivity auditor terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.
2. Untuk menguji pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
3. Untuk menguji pengaruh tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
4. Untuk menguji pengaruh self esteem terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
5. Untuk menguji pengaruh equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai:
13 dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
2. Bagi praktisi, hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat dalam penentuan perilaku auditor dan memberikan implikasi terhadap Kantor Akuntan Publik khususnya dalam melaksanakan training, alat bantu keputusan, penugasan personel pada penugasan audit, dan proses penugasan audit.
3. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya acuan prosedur audit yang dapat digunakan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan yang ditunjukkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Teori keagenan (Agency theory) yang dijadikan landasan teori dalam penelitian mengenai penghentian prematur atas prosedur audit. Jansen (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Sehingga para pemilik perusahaan atau pemegang saham menunjuk auditor yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan atau audit pada kegiatan perusahaan yang telah dilakukan atau sedang dilakukan.
15 organisasi. Teori ini berkaitan dengan variabel self esteem yang berhubungan dengan depresi, kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu.
2.1.1 Definisi Auditing
Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4) adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
16 Sedangkan menurut Halim (2008:1) definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.”
2.1.2 Prosedur Audit
Menurut Arens, et al (2009:172), prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya prosedur audit.
Agoes (2004:125) mendefinisikan prosedur audit sebagai langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.
17 cukup, maka auditor harus menyusun program audit sebelum melaksanakan penugasan audit yang merupakan kumpulan dari serangkaian prosedur audit yang akan dijalankan serta dibuat secara tertulis. Kualitas kerja auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor melaksanakan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program audit (Malone dan Robert, 1996 dalam Ulum, 2005).
Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit. Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standart tersebut meliputi (Mulyadi, 2002) :
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.
2. Pengamatan
18 3. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Di samping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif (Malone dan Roberts, 1996) dalam Suryanita (2007).
Dalam penelitian ini, prosedur audit yang digunakan adalah yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang menurut Heriningsih (2002) mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Prosedur tersebut adalah :
19 3. Review kinerja internal auditor klien (PSA No.33 2001) 4. Informasi asersi manajemen (PSA No. 07 2001)
5. Prosedur analitik (PSA No.22 2001) 6. Proses konfirmasi (PSA No.07 2001) 7. Representasi manajemen (PSA No.17 2001)
8. Pengujian pengendalian tekhnik audit berbantu komputer (PSA No. 59 2001)
9. Sampling audit (PSA No.26 2001)
10. Perhitungan fisik persediaan dan kas (PSA No.07 2001) 2.1.3 Perilaku Penghentian Prematur atas Prosedur Audit
SAS (Statement on Auditing Standards) No 82 dalam Donelly et al (2003) menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional merupakan indikator dari perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional Audit Behavior merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donelly et al, 2003). Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu: Underreporting of time, premature sign off, dan altering replacement of audit procedure.
20 bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai. Samsul Ulum (2005) menyatakan bahwa perilaku Prematur Sign-Off Audit Procedures timbul karena rendahnya orientasi etis para
auditor (sifat relativisme yang tinggi). Chan dan Leung (2006); Leung dan Cooper (2005) menyatakan bahwa perilaku etis yang rendah disebabkan oleh orientasi etis individu yang rendah sehingga para auditor tidak berperilaku etis dalam menjalankan profesinya.
2.1.4 Risiko Audit
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi 312). Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak
disengaja (unintentional mistakes) sedangkan fraud merupakan kecurangan yang disengaja, bisa dilakukan oleh pegawai perusahaan (misalnya penyalahgunaan harta perusahaan untuk kepentingan pribadi) atau oleh manajemen dalam bentuk rekayasa laporan keuangan.
21 audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi dan sebagian lagi karena ketidakpastian seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor di mana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material.
2.1.5 Tindakan Supervisi
Menurut Agus (2001) dalam Rapina dan Fransiska (2011) supervisi merupakan kegiatan yang mengkoordinasikan pelaksanaan tugas melalui pengarahan dan umpan balik (feedback) yang efektif dan efisien.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SA Seksi 311, PSA No. 05 mendefinisikan :
“Supervisi mencakup pengarahan usaha asisiten dalam
mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut
tercapai.”
22 statement No. 4 ini merupakan upaya AECC dalam mengatasi
kesenjangan antara harapan yang dibawa mahasiswa akuntansi dengan pengalama kerja akuntan pemula yang dikhawatirkan akan menurunkan kepuasan kerja akuntan pemula dan rendahnya kepuasan kerja tersebut akan menurunkan daya tarik profesi akuntan sebagai profesi pilihan. Rincian saran-saran pelaksanaan tindakan supervisi tersebut adalah:
1. Supervisor hendaknya menunjukkan sikap kepemimpinan dan mentoring yang kuat. Rincian aktifitas yang disarankan oleh AECC adalah:
a. Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan interaktif kepada akuntan pemula di bawah supervisinya. b. Supervisor memperhatikan pesan-pesan tak langsung dari
akuntan pemula dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara langsung supervisor menanyakan keadaan dan penyebabnya.
c. Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya dengan memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan akuntan pemula sebagai profesional, membantu akuntan pemula untuk mengenali peluang kerja masa datang dan mempedulikan minat serta rencana akuntan pemula.
23 akan profesi dan mampu menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran penting profesi yang digeluti tersebut. 2. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong
tercapainya kesuksesan. Rincian aktivitas yang disarankan AECC adalah:
a. Menumbuhkan sikap mental pada akuntan pemula untuk bekerja dengan benar sejak awal dan menciptakan kondisi yang memungkinkan hal itu terjadi. Ini dapat dilaksanakan dengan menjelaskan suatu penugasan kepada akuntan pemula secara gamblang, mengalokasikan waktu yang cukup dalam penugasan yang rumit sehingga bisa terselesaikan dengan baik, menampung semua keluhan dan hambatan yang dihadapi termasuk di antaranya hambatan anggaran (budgetary constraints), dan menjelaskan bagaimana suatu bagian
penugasan sesuai dengan penugasan keseluruhan serta senantiasa mengawasi akuntan pemula sampai penugasan selesai.
b. Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan tingkat kemampuan akuntan pemula.
c. Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
24 a. Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai dengan
kemampuan dan kesiapan akuntan pemula.
b. Memaksimalkan kesempatan akuntan pemula untuk menggunakan kemampuan, baik lisan (verbal) maupun tulisan, berpikir kritis dan menggunakan teknik analitis serta membantu akuntan pemula untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Berdasarkan beberapa pernyataan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang mempunyai fungsi sebagai alat untuk memotivasi serta mengarahkan karyawan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan.
25 maka kepuasan akan cenderung meningkat atau naik. Sebaliknya, ketika pekerja memandang bahwa supervisor berlaku tidak adil, tidak kompeten atau mendorong motivasi pribadi maka kepuasan akan cenderung menurun.
Penghentian prematur atas prosedur audit juga dimungkinkan terjadi karena adanya tindakan supervisi. Pengendalian atas penghentian pekerjaan lebih dini merupakan hal yang sangat penting pada setiap kantor akuntan publik. Penghentian pekerjaan lebih dini akan menyebabkan perubahan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam perencanaan audit, karena akan menghasilkan suatu tingkat risiko audit aktual yang tidak terkontrol dan tidak diketahui. Untuk mengontrol hal ini maka Kantor Akuntan Publik harus menyediakan tindakan supervisi. Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan dukungan sosial dan material serta memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, juga membantu mengurangi kebingungan peran dan ketidakpastian yang dialami bawahan sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Tindakan supervisi harus mempertimbangkan kondisi yang memungkinkan terjadinya penghentian pekerjaan lebih dini (Maulina, dkk. 2010).
2.1.6 Self Esteem
26 esteem sering digunakan para ahli untuk menandakan bagaimana
seseorang mengevaluasi dirinya. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana penilaian individu tentang penghargaan terhadap dirinya, percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan atau tidak, adanya pengakuan (penerimaan) atau tidak. Definisi self esteem menurut Coopersmith (1967: 4-5) :
“ Self esteem we refer to the evaluation which the individual makes and
customarily maintains with regard to himself : it expresses an attitude
of approval or disapproval, and indicates the extent to which the
individual believes himself to be capable, significant, successful and
worthy. In short, self esteem is a personal judgment of worthiness that
is expressed in the attitudes the individual holds toward himself ”.
Artinya Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.
Self esteem berhubungan dengan depresi, tekanan kerja,
kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu. Seseorang
27 tekanan dalam lingkungan kerjanya. Seseorang dengan self esteem
tinggi merasa yakin akan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya
dan diharapkan memiliki tekanan kerja yang rendah. Seorang auditor
yang memiliki self esteem rendah cenderung tidak berkomitmen lebih
baik dalam melakukan pekerjaan auditnya. Auditor tersebut merasa
mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga ada kecenderungan bagi
auditor yang memiliki self esteem rendah untuk melakukan penghentian
prematur atas prosedur audit (Budiman, 2013).
2.1.7 Equity Sensitivity
Equity merupakan fairness (keadilan) yang dirasakan oleh seseorang dibanding orang lain (Sashkin dan Williams dalam Fauzi, 2001).Equity Theory menurut Adams dan Homans (dalam Ustadi, 2005) mengemukakan bahwa terdapat tiga tipe individu tentang teori keadilan yaitu : equity sensitives, benevolents dan entitleds. Seseorang membandingkan rasio outcomes dan inputs yang dimilikinya dengan rasio outcomes dan inputs orang lain. Bila rasio tersebut dipandang tidak sama, maka timbul inequity.
Equity sensitivity yang juga diindikasi sebagai faktor internal
28 dapat memberikan sumbangan kepada organisasi lebih besar
dibandingkan dengan apa yang didapatkan dari organisasi. sehingga
individu tipe ini lebih cenderung untuk menerima keadaan inequity, dengan demikian akan lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan tindakan tidak etis (King et. al., 1993; Miles et. al., 1994 dalam Ustadi, 2005). Adapun entitleds (takers) menggambarkan individual yang memiliki persepsi bahwa mereka lebih suka untuk memperoleh lebih banyak daripada yang dapat mereka berikan kepada organisasi (outcomes>inputs). Entitleds akan lebih banyak menuntut haknya daripada memikirkan tindakan yang akan dapat diberikan. Individual. Dengan karakter entitleds, individu akan cenderung untuk melakukan tindakan tidak etis bila hasil yang diperoleh lebih kecil dari input yang diberikan (Mudrack, 1999 dalam Ustadi, 2005). Individu yang berada di tengah-tengah benevolents dan entitleds adalah equity sensitives yang
sama-sama menitikberatkan pada pekerjaan yang maksimal dan
mencapai penghargaan yang diinginkannya.
Dengan demikian, individu benevolents tidak terlalu mengejar
penghargaan seperti kecenderungan yang dilakukan oleh individu
entitleds yang lebih mementingkan apa yang didapat dari organisasi
daripada apa yang diberikan kepada organisasi. Seorang auditor dengan
tipe entitleds cenderung melakukan hal-hal yang kurang etis untuk
mencapai apa yang diinginkannya dibandingkan auditor dengan tipe
29 mengabaikan salah satu prosedur audit atau menghentikan prosedur
audit yang sudah ditetapkan hanya untuk mencapai apa yang
diinginkannya tersebut (Budiman, 2013).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang penghentian prematur atas prosedur audit serta
faktor-faktor baik eksternal maupun internal auditor seperti risiko audit,
tindakan supervisi, self esteem, serta equity sensitivity telah banyak
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Beberapa penelitian tersebut telah
banyak berkontribusi dalam memberikan masukan bagi auditor dalam
mendeteksi dan mengatasi terjadinya perilaku penghentian prematur atas
prosedur audit. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu
30 Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Sumber data: kuesioner
Sampel: auditor junior dan senior yang bekerja di KAP wilayah Jakarta Selatan. Dari 70
kuisioner yang disebar ada 57 kuisioner yang kembali dan digunakan sebagai data penelitian.
Tahun data: -
Metode analisis: metode analisis regresi
linier berganda, uji f, uji
v v 1.Ada pengaruh yang signifikan
antara tekanan waktu terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
2.Tindakan supervisi tidak berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
31
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
t dan uji koefisien determinasi
Variable lainnya: time budget pressure (variabel
Sumber data: kuesioner
Sampel: auditor (partner, senior dan junior) yang bekerja di KAP wilayah Jakarta yaitu sebanyak 100 KAP. 110 jumlah kuisioner, 78 yang kembali dan 75 kuisioner yang dapat diolah
datanya karena 5 kuisioner datanya tidak
v v 1) Prosedur audit yang paling
sering ditinggalkan saat time pressure adalah uji kepatuhan terhadap sistem komputer online klien, sedangkan prosedur audit yang paling jarang ditinggalkan oleh auditor adalah konfirmasi kepada pihak ketiga.
2) Dari lima variabel bebas yang digunakan dalam memprediksi praktik penghentian prematur, hanya variabel materialitas yang memiliki pengaruh,
32
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
lengkap.
Tahun data: 2011
Metode analisis : Urutan prosedur yang dihentikan : Uji Friedman
Uji hubungan variabel : regresi logistik.
Uji validitas : pearson correlation
sedangkan variabel time pressure, risiko adit, prosedur review dan kontrol kualitas serta komitmen profesional tidak mempunyai pengaruh
terhadap penghentian
33
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan Decision Of Sign Off
Premature Based On Audit Risk and Time Budget Pressure By
Sumber data: kuesioner
Sampel: auditor
independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada yang berada di Kalimantan Timur
Tahun data: -
Metode analisis: metode analisis regresi linier berganda
Variable lainnya: time budget pressure (variabel independen).
v v Risiko audit dan time budget
34
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
4. Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi
Empiris pada KAP di Palembang)
Sumber data: kuesioner Sampel: auditor
independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada yang berada di Palembang.
Tahun data: -
Metode analisis: metode regresi logistik
Variable lainnya: time pressure, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, locus of control, dan komitmen profesional (variabel
v v 1.Hasil penelitian menunjukan
sebesar 31,1 % probabilitas penghentian prematur proses audit secara simultan dapat dipengaruhi oleh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, locus of control dan
komitmen profesional,
sedangkan 68,9 % perubahan yang menyebabkan penghentian prematur prosedur audit tidak diamati oleh peneliti.
35
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
ISSN 2303 – 1522 independen) Materialitas, Locus of Control
dan Komitmen Profesional tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap praktik penghentian prematur prosedur
sumber data: kuesioner
sampel: auditor yang bekerja di 13 kap di daerah istimewa
yogyakarta dan surakarta yang masih aktif, hanya 12 kap yang dapat dijadikan sebagai obyek penelitian.
v v v v 1) Lokus kendali berpengaruh
terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara lokus kendali dan penghentian prematur atas prosedur audit bersifat positif. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Donnelly et al. (2003).
2) Self esteem tidakberpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
36
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
metode analisis: SEM (Structural Equation Modeling)
variable lainnya : lokus kendali, tekanan waktu,
3) Equity sensitivity tidak
berpengaruh terhadap
penghentian prematur atas prosedur audit.
4) Tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Coram et al. (2000),
Heriningsih (2001),
Soobaroyen dan Chengabroyan (2005), serta Weningtyas et al. (2006).
5) Risiko deteksi berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
37
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Sumber Data: Kuesioner
Sampel: 41 Orang Auditor Di BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali. Namun Hanya 34 Yang Menjadi Sampel Karena 7 Responden Tidak Berada Di Tempat, Mengingat Kesibukan Sebagai Auditor.
Tahun Data: 2013
Metode Analisis: Regresi Berganda
Variable Lainnya: time pressure, audit risk, professional commitment dan locus of control (variabel independen).
positif signifikan pada penghentian prematur prosedur audit. Dimana semakin tinggi time pressure dan audit risk maka semakin tinggi peluang auditor untuk melakukan penghentian prematur prosedur audit.
2. Variabel professional commitment serta locus of control mempunyai pengaruh negatif signifikan pada penghentian prematur prosedur audit. Dimana semakin tinggi professional commitment dan locus of control maka semakin rendah peluang auditor untuk
melakukan penghentian
38
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Sumber data: kuesioner dengan
SurveyMonkey.com yang memungkinkan responden untuk menyelesaikan survei online dan juga dijamin anonimitas nya.
Sampel: Anggota dari the Institute of Internal Auditors (IIA) di Midwest. Data yang diterima 123 tanggapan secara total dari populasi 3.571 anggota bab yakni tiga bab Wisconsin ( Fox Valley, Madison , dan Milwaukee ) dan tiga bab
v 1.Premature sign off terjadi terutama pada audit kepatuhan , diikuti oleh audit operasional dan audit keuangan.
2.Responden dalam penelitian ini percaya bahwa keterlambatan waktu pelaporan adalah perilaku tidak etis dan harus diantisipasi oleh mereka dengan melakukan pelaporan sepanjang masa bekerja, bahkan jika waktu yang dibutuhkan tersebut melebihi waktu yang di anggarkan. 3. Temuan ini juga menunjukkan
bahwa responden merasa premature sign-off adalah salah satu perilaku yang tidak etis.
39
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Metode analisis : (tidak disebutkan di dalam jurnal)
Variabel lainnya : Underreporting of time
4. Premature sign off merupakan akibat terutama dari kurangnya skeptisme profesional dan pelatihan yang tidak memadai.
8. Halil Paino,
Sumber data: riset survey
Sampel:244 auditors yang bekerja di KAP berukuran kecil, sedang hingga besar di negara
v 1. Premature sign off kerap terjadi, dengan 57 persen responden mengakui pernah
melakukan penghentian
prematur (PMSO) dalam melakukan prosedur audit. 2. Kejadian PMSO paling sering
terjadi pada review / pengujian Tabel 2.1 (Lanjutan)
40
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan di Malaysian Institute of Accountants (MIA).
Tahun data: 2007
Metode analisis : ANOVA
Variabel lainnya : dysfunctional behavior, audit quality (variabel dependen)
Sistem Pengendalian Intern (ICS), diikuti oleh PMSO pada saat vouching biaya. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Alderman dan Deitrick (1982) dan Otley dan Pierce (1996).yang menyoroti pada objek yang sama.
3. Daerah paling mungkin dari kejadian PMSO adalah kas , piutang dan hutang . Ketiga rekening yang saling terkait secara tunai , uang tunai terlibat dalam kas penjualan , penjualan kredit ( piutang ) dan pembayaran tunai ( hutang ) . Ini adalah daerah kritis audit di
mana auditor harus
41
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
signifikan untuk transaksi dan saldo yang berlaku .
4. Bahwa 72 persen dari semua responden mengaku terlibat dalam satu atau lebih dari perilaku tertentu yang menurukan kualitas audit, setidaknya 'kadang-kadang'. 5. Auditor lebih cenderung
terlibat dalam perilaku disfungsional yang melibatkan 'pengurangan mutu pekerjaan
audit untuk memenuhi
anggaran waktu.
9. David O Bryan,
Jeffrey J. Quirin, dan
David P. Donnelly Locus Of Control and
Jenis penelitian: kuantitatif
Sumber data: riset survei
Sampel:205 auditor yang
v 1.Mengubah / mengganti
prosedur audit dipersepsikan memiliki tingkat tertinggi terjadinya diikuti oleh
underreporting waktu.
Berlanjut ke halaman berikutnya Tabel 2.1 (Lanjutan)
42
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
bekerja di 10 KAP yang beragam yakni terdiri dari KAP Big 5, large international, large national, multi-state regional, dan single state. Hanya 125 data yang dapat diolah hasilnya (65 persen).
Tahun data: 2007
Metode analisis : analisa statistik deskriptif
Variabel lainnya : underreporting of time, replacing audit
procedures(variabel dependen)
Premature sign-off dianggap memiliki tingkat terendah terjadinya. Urutan ranking ini adalah sama untuk auditor internal dan eksternal.
2.Bahwa eksternal auditor lebih mungkin untuk terlibat dalam tiga perilaku disfungsional . 3.Mengubah / mengganti
prosedur audit dianggap
memiliki kemungkinan
tertinggi terdeteksi diikuti dengan premature sign-off. Underreporting time dianggap paling tidak mungkin untuk dideteksi.
10. Shapeero, Type of research : v 1. Para akuntan memandang
Tabel 2.1 (Lanjutan)
43
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
dikirimkan melalui surat
Sampling : dari 82 kuisioner yang disebarkan kepada akuntan yang bekerja di KAP, ada 81 data yang (variable dependent),
aktifitas premature sign off/ penghentian prematur berbeda dengan underreporting time/ keterlambatan dan segala hal yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan dapat disebabkan oleh nilai etika dari keputusan tersebut.
44
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
evaluation experience, locus of control (variabel independent).
3. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa
supervisor dan manajer lebih jarang untuk melakukan keterlambatan dalam pelaporan dan penghentian prematur dibandingkan dengan senior auditor.
4. Individu yang memiliki locus of control internal, lebih mungkin (dari eksternal) bergantung pada tekad mereka sendiri benar dan salah dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka. Hasil
penelitian ini juga
45
No. Peneliti/ Judul/
Sumber Metodologi Penelitian
Persamaan & Perbedaan
Hasil
X1 X2 X3 X4 Y
etis.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
46
2.3 Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis
2.3.1 Risiko Audit dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit
Dalam literatur penilaian risiko audit, auditor mengevaluasi tingkat risiko audit tinggi, sedang atau rendah untuk mengidentifikasi salah saji material yang potensial dan untuk merencanakan pengumpulan bukti audit yang diharapkan dari cukup dan tepat untuk menghasilkan laporan audit yang relevan, dapat diandalkan, dan tepat waktu (Shin dan Han, 2004). Oleh karena itu, audit penilaian risiko akan diasumsikan mempengaruhi peencanaan audit berikutnya, pengambilan keputusan profesional, laporan audit, dan kinerja auditor.
47 auditor telah melakukan penghentian prematur prosedur audit. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Raghunatan (1991), Heriningsih (2002), Weningtyas dkk. (2006), Yuliana dkk. (2009), Wibowo (2010) dan Lestari (2010).
Penelitian Wardani (2013:307) menunjukkan hasil bahwa risiko audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan premature sign off, karena auditor mengindikasikan terjadinya salah saji
informasi untuk risiko audit sehingga kondisi ini mempercepat keputusan premature sign off.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Budiman (2013:139) memperoleh hasil bahwa risiko deteksi berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sementara self esteem dan
equity sensitivity tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit. Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor menginginkan semua bahan bukti yang terkumpul dapat
mendeteksi adanya salah saji yang material. Agar bahan bukti tersebut
dapat mendeteksi adanya salah saji yang material, maka diperlukan
jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang benar
dan lengkap. Dengan demikian, ketika risiko deteksi rendah, auditor
harus lebih banyak melakukan prosedur audit, sehingga kemungkinan
melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin
rendah. Sebaliknya, jika auditor menetapkan risiko deteksi yang besar,
48 penghentian prematur. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Weningtyas et al. (2006).
Penelitian selanjutnya dari Andani dan Mertha (2014:194)
Atas dasar hasil analisis data serta pembahasan yang sudah diuraikan, bahwa faktor eksternal (situasional) auditor yakni audit risk mempunyai pengaruh positif signifikan pada penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali. Di mana semakin tinggi audit risk maka semakin tinggi peluang auditor untuk melakukan penghentian prematur prosedur audit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qurrahman, dkk. (2012), Wardani (2013), Budiman (2013), serta Andani dan Mertha (2014) dapat disimpulkan bahwa risiko audit memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Dengan demikian keterkaitan antara risiko audit dengan penghentian
prematur atas prosedur audit dapat dirumuskan dengan hipotesis
sebagai berikut:
Ha1 : Risiko audit berpengaruh secara signifikan terhadap
penghentian prematur atas prosedur audit.
2.3.2 Tindakan Supervisi dengan Penghentian Prematur atas Prosedur
Audit
Supervisi merupakan proses yang berkelanjutan untuk
49 perencanaa dan diakhiri dengan penyimpulan atas jalannya tugas.
Seiring dengan perjalanan waktu, supervisi dikatakan sebagai proses
yang dinamis. Pada awalnya, supervisi bersifat kaku atau otoriter. Jika
seorang karyawan tidak bekerja seperti yang diperintahkan maka ia
akan dihukum. Pada masa sekarang ini supervisi diwarnai dengan gaya
kepemimpinan partisipatif (Comstock, 1994).
Murtanto dan Djasmin (2005) dalam Amilin dan
Supriatiningsih (2009), menyebutkan bahwa aspek utama yang harus
diperhatikan bagi supervisor akuntan pemula yaitu: (1) menunjukkan
sikap kepemimpinan dan mentoring yang kuat, (2) menciptakan kondisi
kerja yang mendorong tercapainya kesuksesan, dan (3) memberikan
penugasan yang menantang dan menstimulasi terselesaikannya tugas.
Penelitian yang dilakukan oleh Maulina, dkk. (2010:13) memperoleh hasil bahwa tidak terdapat pengaruh antara tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setya (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara pelatihan dan tindakan supervisi pada penghentian prematur atas prosedur audit. Namun, tindakan supervisi tetap diikutsertakan dalam model penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh tindakan
supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit karena
50 pekerjaan lebih dini merupakan hal yang sangat penting pada setiap kantor akuntan publik. Penghentian pekerjaan lebih dini akan menyebabkan perubahan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam perencanaan audit, karena akan menghasilkan suatu tingkat risiko audit aktual yang tidak terkontrol dan tidak diketahui. Untuk mengontrol hal ini maka Kantor Akuntan Publik harus menyediakan tindakan supervisi. Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan dukungan sosial dan material serta memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, akan membantu mengurangi kebingungan peran dan ketidakpastian yang dialami bawahan sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Tindakan supervisi harus mempertimbangkan kondisi yang memungkinkan terjadinya penghentian pekerjaan lebih dini (Maulina, dkk. 2010).
Dengan demikian, keterkaitan antara tindakan supervisi dengan penghentian prematur atas prosedur audit dapat dirumuskan
melalui hipotesis sebagai berikut:
Ha2 : Tindakan supervisi berpengaruh secara signifikan terhadap
penghentian prematur atas prosedur audit.
2.3.3 Self Esteem dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit
Penelitian yang dilakukan oleh (Budiman, 2013:138)
menunjukkan hasil bahwa self esteem tidak berpengaruh terhadap
51 tinggi kemungkinan dapat mengatasi kegagalan dengan baik daripada
auditor dengan self esteem rendah. Auditor dengan self esteem rendah
dalam penelitian ini ternyata tidak begitu mempengaruhi kinerja dan
tidak mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit.
Walaupun seorang auditor memiliki self esteem rendah, akan tetapi
tetap saja auditor tersebut melakukan prosedur audit sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan tanpa mengabaikan salah satu prosedur
audit. Namun, self esteem tetap diikutsertakan dalam model penelitian
ini untuk menguji kembali pengaruh self esteem terhadap penghentian
prematur atas prosedur audit karena self esteem berhubungan dengan
depresi, kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu. Self
esteem juga berhubungan dengan tekanan kerja. Seseorang yang
mempunyai self esteem rendah berkemungkinan akan mengalami
tekanan dalam lingkungan kerjanya. Seseorang dengan self esteem
tinggi merasa yakin akan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya
dan diharapkan memiliki tekanan kerja yang rendah. Seorang auditor
yang memiliki self esteem rendah cenderung tidak berkomitmen lebih
baik dalam melakukan pekerjaan auditnya. Auditor tersebut merasa
mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga ada kecenderungan bagi
auditor yang memiliki self esteem rendah untuk melakukan penghentian