Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandi dan
Berdandan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sumatera Utara Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Nanda Putri Utami
112500038
Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Lembar pengesahan
KARYA TULIS ILMIAH
Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandi dan
Berdandan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sumatera Utara Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya
yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Asuhan Keperawatan pada Ny.S
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandi dan Berdandan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan, Disusun sebagai
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III bagi mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin A.Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kep, M.Kep, selaku ketua prodi D-III Keperawatan , Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji yang dengan sabar telah
menguji dan membimbing penulis.
8. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan program pendidik D-III
Keperawatan.
9. Staf Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, yang telah
memberikan tempat, waktu dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
10. Kepada kedua Orang Tua, Ayahanda Adenan dan ibunda Salbiah, serta kedua Abang
dukungan moril serta kasih sayang kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam
menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan.
11.Kepada teman terdekat saya Rio Afdila yang telah memberikan semangat dan doa’a
bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
12. Teman-teman satu angkatan 2011 Program Studi D-III Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, terkhusus kepada Khairunnisa, Nurhalimah Harahap yang telah telah
bekerja sama dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan kepada Nina noviana,
Furkan faisal, Fitria sawitri, stela purnama sari, Siti hardian, Marina safitri yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun. Penulis berharap kiranya
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
Penulis
(Nanda Putri Utami)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Bab I Pendahuluan
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Tujuan ... 2
C.
Manfaat ... 3
Bab II Pengelolaan Kasus
A.
Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandi dan Berdandan
1.
Definisi ... 4
2.
Jenis-jenis Perawatan Diri ... 4
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 5
4.
Tanda dan Gejala ... 7
5.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian ... 8
2.
Analisa Data ... 8
3.
Rumusan Masalah ... 8
4.
Perencanaan... 8
B.
Asuhan Keperawatan Kasus
1.
Pengkajian ... 10
2.
Analisa Data ... 18
3.
Rumusan Masalah... 18
4.
Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 19
5.
Implementasi Keperawatan ... 21
6.
Evaluasi ... 23
Bab III Kesimpulan dan Saran
A.
Kesimpulan ... 24
B.
Saran ... 25
Daftar Pustaka ... 26
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial yang muncul
dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial budaya serta krisis
ekonomi yang tidak kunjung usai. Hal ini akan semakin memicu atau meningkatkan
berbagai gangguan kejiwaan di masyarakat, dari gangguan jiwa yang ringan hingga
gangguan jiwa yang tergolong berat (Balitbang Depkes, 2001).
Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu
jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di berbagai negara
menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar
menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service (1999),
memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa.
Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4
juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).
Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi
adalah skizofrenia, dimana hingga saat ini penanganannya belum memuaskan. Hal ini
terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang karena ketidaktahuan keluarga
maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini (Hawari, 2003).
American Psychiatric Association (1995), menyebutkan bahwa 1 % populasi
penduduk dunia menderita skizofrenia. Menurut hasil penelitian di Indonesia, terdapat
sekitar 1-2 % atau sebesar 2-4 juta jiwa menderita skizofrenia dan dari jumlah tersebut
diperkirakan penderita skizofrenia aktif 700.000-1,4 juta jiwa. Menurut pendapat Irmansyah
(2006), bahwa penderita yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia hampir 70 % karena
skizofrenia. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, klien yang dirawat jalan dengan penderita skizofrenia
adalah 9.532 orang, sedangkan klien yang dirawat inap dengan penderita skizofrenia adalah
1.581 orang.
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu
(Videbeck, 2008). Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri, mata
melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering
perawatan diri). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2009).
Berdasarkan hasil survey awal peneliti di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, Dari 48 klien yang dirawat inap di ruangan
Kamboja, 26 klien (54%) diantaranya mengalami defisit perawatan diri.
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat
dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya
tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB dan BAK bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko isolasi sosial (Fitria, 2009).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan yaitu terlaksananya asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Salah satu yang dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan menerapkan
strategi pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan
komunikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh
seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah dengan
judul “Asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Defisit Perawatan Diri: Mandi dan Berdandan di Rumah Sakit jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan gambaran nyata tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandidan Berdandan.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan Perawat mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Masalah
b. Diharapkan Perawat mampu menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandidan Berdandan.
c. Diharapkan perawat mampu membuat Intervensi Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandidan Berdandan.
d. Diharapkanperawat mampu melakukan Implementasi Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandidan Berdandan.
e. Diharapkan Perawat mampu membuat Evaluasi Keperawatan pada klien dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandidan Berdandan.
C. Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
Manfaat kepada :
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Membekali mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandidan Berdandan.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa
Menjadi masukan bagi perawat khususnya agar dapat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar Defisit Perawatan Diri:
Mandidan Berdandan.
c. Bagi Penulis
Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien khususnya
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar defisit perawatan diri: Mandi dan Berdandan 1. Defenisi defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan akitivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan,
berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri (Anna
&Akemat, 2010). Menurut Nanda (2006) defisit perawatan diri sering kali disebabkan oleh
intoleransi aktifitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, gangguan kognitif atau
persepsi.
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006). Menurut
Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan
dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan
personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang
sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi
tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu
maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2005).
2. Jenis-jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri: Mandi/kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri: Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
4. Kurang perawatan diri: toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Defisit Perawatan Diri: Mandi dan Berdandan
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan
personalhygienedipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra tubuh (Body Image) penampilan umum pasien dapat menggambarkanpentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh
merupakan konsepsubjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal
hygiene yang baik akanmempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu (Stuart & Sudeen, 1999dalam setiadi, 2005). Citra tubuh dapat
berubah, karena operasi, pembedahan ataupenyakit fisik maka perawat harus
membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkanhygiene dimana citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Bodyimage seseorang
berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanyaperubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien
berhubungandapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik
personal hygiene.Perawat harus menentukan apakah pasien dapat menyediakan
bahan-bahan yangpenting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik.
Perawat juga harusmenentukan jika penggunaan dari produk-produk ini
merupakan bagian darikebiasaan sosial yang dipraktekkan oleh kelompok sosial
pasien.
c. Status sosial ekonomi menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi
(2008),pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi
seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk
memadai, seperti kamar mandi, peralatanmandi, serta perlengkapan mandi yang
cukup (mis. sabun, sikat gigi, sampo, dll).
d. Pengetahuan pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting,
karenapengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan
tentangpentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi
praktik hygiene.Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup,
pasien juga harustermotivasi untuk memelihara personal higiene. Individu
dengan pengetahuan tentangpentingnya personal higene akan selalu menjaga
kebersihan dirinya untuk mencegahdari kondisi atau keadaan sakit
(Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008).
e. Kebudayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuanperawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek perawatan personal higiene yang
berbeda. Keyakinan yangdidasari kultur sering menentukan defenisi tentang
kesehatan dan perawatan diri.Dalam merawat pasien dengan praktik higiene
yang berbeda, perawat menghindarimenjadi pembuat keputusan atau mencoba
untuk menentukan standar kebersihannya(Potter & Perry, 2005).
f. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang setiap pasien memiliki
keinginanindividu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan
melakukan perawatanrambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang
menjalani operasseringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan personalhigiene. Seorang pasien yang menggunakan gips pada
tangannya atau menggunakantraksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang
lengkap. Kondisi jantung, neurologis,paru-paru, dan metabolik yang serius
dapat melemahkan atau menjadikan pasien tidakmampu dan memerlukan
4. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar
kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
5. Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan
1. Pengkajian
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri
makatanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
• Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
• Ketidakmampuan berdandan/berhias, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan (Purba, 2012).
2. Analisa Data 1. Data Subjektif
• Klien mengatakan dirinya malas mandi
• Klien mengatakan malas gosok gigi karena tidak ada odol
• Klien mengatakan sudah dua hari tidak ganti baju dan celana
• Klien mengatakan tidak mempunyai alat mandi
• Klien mengatakan dirinya malas berdandan
2. Data Objektif
Klien terlihat jorok, kulit kusam dan berdaki, kulit kepala berketombe terdapat
kutu dan beruban, gigi kuning terdapat karang dan karies gigi, bibir kering dan
pecah-pecah, Pakaian klien jorok dan tercium bau badan (Fitria, 2010).
3. Rumusan Masalah
Dari hasil pengkajian yang dilakukan maka dapat dirumuskan masalah sebagai
Defisit Perawatan Diri: Mandi dan Berdandan/berhias.
4. Perencanaan
Menurut (Purba, 2012) perencanaan meliputi:
1. Menyediakan alat mandi dan berdandan untuk pasien (mis: sabun, sikat gigi,
2. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri dapat dilakukan tahapan
tindakan yang meliputi:
• Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
• Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
• Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
• Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
3. Melatih pasien berdandan/berhias
perawat dapat melatih pasien berdandandanuntuk pasien wanita latihan meliputi:
• Berpakaian
• Menyisir rambut
• Berhias
Strategi Pertemuan pada pasien Defisit Perawatan diri: Mandidan berdandan
NO Kemampuan Pasien
1.
SP 1
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri (mandi, sikat gigi,
gunting kuku, dan keramas)
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2.
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan (menyisir rambut, berpakaian,
berbedak)
3. Membantu pasien memprakatekkan cara berdandan
1. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Jl. Sakti Lubis No.41
Tanggal Masuk RS : 01 Desember 2013
No. Register : 015.7.57
Ruangan/Kamar : Kamboja
Tanggal Pengkajian : 02 juni 2014
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
II. KELUHAN UTAMA :
Klien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul anaknya dan
suaminya. Klien suka marah-marah, mengamuk, berbicara dan tertawa sendiri.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
Klien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul anak dan
suaminya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
B. Quantitiy/quality
• Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat tetapi masih sering
mendengar suara-suara.
• Bagaimana dilihat
Klien tampak berinteraksi tapi sesekali klien sering terlihat menyendiri.
C. Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
D. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
± 3 tahun lalu klien pernah mengalami gangguan jiwa, tetapi kambuh lagi
karena tidak teratur minum obat.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan pengobatan hanya dengan berobat jalan.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien tidak pernah di rawat diklinik kejiwaan.
D. Lama dirawat
Klien sudah 6 bulan dirawat di rumah sakit jiwa.
E. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi.
F. Imunisasi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.
B. Saudara kandung
Klien adalah anak ke empat dari 5 bersaudara, dan saudara kandung klien yaitu
anak ketiga ada yang memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.
C. Penyakit keturunan yang ada
Keluarga klien memiliki Penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
kakak klien mengalami gangguan jiwa seperti klien.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga yang meninggal adalah ayah klien.
F. Penyebab meninggal
Ayah klien meninggal karena penyakit asma.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. persepsi pasien tentang penyakitnya
klien mengatakan ia sering menyendiri karena merasa tidak berguna dengan
keadaannya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri
Klien tidak merasa ada yang kurang dari tubuhnya.
- Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah berkumpul dengan
keluarganya.
- Harga diri
Klien mengatakan dirinya sudah tidak berguna dan berarti lagi karena telah
gagal menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya.
Klien sebagai seorang ibu yang memiliki anak satu orang.
- Identitas
Klien merupakan seorang wanita tamatan SMP.
C. Keadan emosional :
Keadaan emosional klien tampak labil namun klien kooperatif.
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti
Menurut klien orang yang berarti adalah ibu dan anaknya.
- Hubungan dengan keluarga
Menurut klien hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis.
- Hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan temannya diruangan baik.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Klien menganut agama islam.
- Kegiatan ibadah
Klien sering mengikuti kegiatan ibadah selama dirawat dirumah sakit jiwa.
VII. STATUS MENTAL
a. Tingkat kesadaran
Klien sadar penuh (composmentis).
b. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi, klien mengatakan malas mandi dan gosok gigi,
klien mengatakan sudah 2 hari tidak ganti baju dan celana, terlihat baju dan
celana klien belum pernah diganti selama pengkajian, klien mengatakan tidak
mempunyai peralatan mandi, gigi kotor, tercium bau badan, kulit kepala
c. Pembicaraan
Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara agak
lambat, menjawab pertanyaan dengan singkat.
d. Alam perasaan
Saat diajak berbincang–bincang klien tampak tidak bergairah dan lesu.
e. Afek
Afek klien tumpul dimana klien berespon jika diberi hal yang menyenangkan
atau menyedihkan.
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan kontak mata
mudah beralih kearah yang tak menentu.
g. Persepsi
Klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan teman seruangan karena malu
terhadap dirinya yang kotor dan bau.
h. Proses pikir
Pembicaraan klien sesuai stimulus/pertanyaan perawat. Masalah keperawatan
tidak ditemukan.
i. Isi pikir
Klien tidak mengalami gangguan daya pikir pada saat berinteraksi dengan
perawat. Masalah keperawatan tidak ditemukan.
j. Waham
Saat dilakukan wawancara klien tampak curiga dengan keadaan sekitar, terlihat
dari mata klien yang suka melihat kesegala arah.
k. Memori
Klien memiliki daya ingat yang masih bagus.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK A.Keadaan Umum
Composmentis (CM)
B.Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,50
c
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Pernafasan : 20 x/i
C.Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala berketombe,
banyak kutu, rambut pendek dan sedikit beruban.
2. Wajah
Struktur wajah klien bulat dan tidak ada kelainan, kulit wajah kusam dengan warna
kulit coklat.
3. Mata
Klien memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan dengan
konjungtiva dan sclera normal.
4. Hidung
Posisi hidung klien simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung normal, klien
tidak memakai alat bantu hidung.
5. Telinga
Bentuk telinga klien normal dan tidak ada kelainan, tetapi klien sering mendengar
suara-suara yang orang lain tidak mendengarnya.
6. Mulut dan Faring
Keadaan bibir kering dan pecah-pecah klien mampu membedakan rasa asin, manis,
asam, dan pahit.
7. Gigi
Adanya karang gigi, terdapat karies gigi, ada sebagian gigi yang sudah ompong.
8. Leher
Leher klien tampak berdaki dan jorok.
9. Integument
Kulit klien terlihat jorok dan kusam, terdapat kudis.
10. Genetalia
Klien mengatakan sekitar genitalia gatal dan kemerahan.
11. Kamar mandi
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : nafsu makan klien baik
- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada ulu hati
- Alergi : tidak memiliki riwayat alergi
- Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) :
Klien tampak makan memisahkan diri
- Waktu pemberian makan : pagi, siang, dan sore
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi jenis nasi + lauk pauk
- Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan
- Masalah makan dan minum ( kesulitan menelan, mengunyah):
Klien tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.
II. Defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan
- Kebersihan tubuh : terlihat kotor dan berdaki
- Kebersihan gigi dan mulut : terdapat karang gigi dan karies gigi
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tangan dan kaki panjang,
hitam-hitam
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total:
Klien melakukan aktivitas mandi, makan, ganti pakaian harus diarahkan
terlebih dahulu.
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:
Klen sering mengikiuti kegiatan ibadah selama dirawat di RSJ.
IV. Pola Eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : 2 x sehari
- Karater feses : kadang keras dan kadang lembek
- Riwayat perdarahan : tidak memiliki riawayat perdarahan
- Diare : tidak mengalami diare
- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
- Pola BAK :3-5 x sehari
- Kateter urin : tidak memakai kateter urin
- Nyeri/rasa terbakar : tidak adanyeri atau kesulitan BAK
- Penggunaan diauretik : tidak ada penggunaan diauretik
V. Mekanisme koping
- Adaptif
Saat ada masalah klien hanya memendam masalah nya sendiri tanpa
menceritakannya kepada siapa pun.
- Maladatif
Klien mengatakan kalau mempunyai masalah klien selalu menghindarinya
2.Analisa Data
No.
Data
Masalah Keperawatan
1.
DS:• Klien mengatakan dirinya malas mandi
• Klien mengatakan malas gosok gigi karena
tidak ada odol
• Klien mengatakan sudah dua hari tidak
ganti baju dan celana
• Klien mengatakan tidak mempunyai alat
mandi
• Klien mengatakan dirinya malas
berdandan.
DO:
• Klien terlihat jorok, kulit berdaki dan bau,
rambut berantakan, berkutu dan beruban,
gigi kotor terdapat karang dan karies pada
gigi, kuku panjang dan hitam-hitam,
pakaian kotor dan bau badan, pakaian
tidak sesuai, dan klien tidak berdandan.
Defisit perawatan diri: Mandi
dan berdandan.
3. Rumusan Masalah Keperawatan
Defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan.
Diagnosa Keperawatan
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Hari/ Tanggal Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Selasa, 03 juni
2014
Defisit perawatan
diri: Mandi dan
berdandan
Tujuan dan Kriteria Hasil: Tujuan :
• Klien mampun melakukan defisit
perawatan diri: Mandi secara mandiri.
• Klien mampu melakukan
berdandan/berhias dengan benar.
Kriteria hasil:
• Klien dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diridan berdandan.
Rencana Tindakan Rasional
1. Menyediakan alat mandi
seperti sabun, sikat gigi,
odol,sampo dan bedak
kepada klien.
2.Strategi Pertemuan 1
• Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri
• Menjelaskan cara
menjaga kebersihan diri
(mandi, sikat gigi,
gunting kuku, dan
keramas)
• Membantu pasien
Memotivasi klien untuk melakukan perawatan diri mandi dan berdandan. Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri:
Mandi dan dapat
menjaga
kebersihan
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
• Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
3.Strategi Pertemuan 2
• Evaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
• Menjelaskan cara
berdandan (berpakaian,
menyisir dan berdandan)
• Membantu pasien
memprakatekkan cara
berdandan
• Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Memantau
kemajuan serta
aktivitas yang
dipilih dan dilatih
bersama dengan
5.
Implementasi Keperawatan
Hari/tanggal No.
Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi
(SOAP)
Rabu 04
juni 2014
1. 1. Memfasilitasi perlengkapan
mandi seperti sabun, sikat gigi, odol,
sampo, dan bedandan.
S: Klien mengatakan ingin
mandi.
O: Klien tampak senang.
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
Kamis 05
juni 2014
2. Strategi Pertemuan 1
• Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri.
• Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri (mandi, sikat gigi,
gunting kuku, dan keramas).
• Membantu pasien
mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri.
• Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
S: Pasien mengatakan
kalau mandi badan jadi
segar.
O: Klien tampak bersih
dan segar.
A: Masalah teratasi
sebagian.
3. Strategi Pertemuan 2
• Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
• Menjelaskan cara berdandan
(menyisir rambut, berbedak, dan
berpakaian).
• Membantu pasien
mempraktekkan cara berdandan.
Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
S: klien mengatakan kalau
berdandan dirinya lebih
rapi dan cantik.
O: Klien tampak rapi dan
berdandan.
A: Masalah sebagian
Teratasi.
5.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan dari implementasi yang dilakukan pada pasien dengan
masalah defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan dapat teratasi, didapatkan data
subyektif: Klien mengatakan mau mandi, ganti pakaian, gosok gigi, dan keramas, klien
mengatakan setelah mandi badan lebih segar dan bersih. Data obyektif: Klien sudah
mengganti pakaiannya, gigi klien bersih, klien terlihat rapi. Analisa: Klien mengerti
pentingnya kebersihan diri, klien mengetahui cara melakukan perawatan diri, klien dapat
melaksanakan perawatan diri secara mandiri. Rencana tindak lanjut perawat: Pertahankan
klien untuk terus mandi dua kali sehari dan bantu memasukkan kegiatan kedalam jadwal
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian, maka perawat dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data, perumusan masalah klien, dan analisa
data subjektif yaitu klien mengatakan dirinya malas mandi,karena airnya dingin
dan di rs tidak disediakan alat mandi dan Klien mengatakan dirinya malas
berdandan, dan data objektif yang ditandai dengan Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, serta kuku panjang yang kotor dan Ketidakmampuan berhias/berpakaian:
ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berdandan.
b. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian. Diagnosa yang perawat angkat pada kasus Ny.S adalah defisit
perawatan diri: Mandi dan Berdandan. Tujuan umum dilakukan tindakan
keperawatan pada permasalahan yang dihadapi yaitu Klien mampu melakukan
perawatan diri: Mandi dan berdandan secara mandiri.
c. Intervensi adalah merencanakan kegiatan yang akan dilakukan, kegiatan yang
akan perawat lakukan adalah menjelaskan pentingnya melakukan personal
hygiene dan berdandan serta melatih klien melakukan melakukan personal
hygiene dan berdandan dengan strategi pertemuan 1 dan 4.
d. Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai perencanaan yaitu membina
hubungan saling percaya, menanyakan apakah klien sudah mandi, perawat
mengatakan akan mengajarkan klien melakukan kebersihan diri personal
hygiene dan berdandan, memberi kesempatan klien untuk mempraktikkan cara
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian dan menganjurkan klien untuk
sering melakukan perawatan diri : Mandi dan berdandan.
e. Evaluasi adalah menilai kebehasilan kegiatan yang telah terlaksana dan yang
perawat lakukan pada hari terakhir yaitu hari jumat, tanggal 06 juni 2014 pada
pukul 09.00 Wib adalah subjektif: klien mengatakan sudah mau mandi karena
dengan mandi klien menjadi segar dan rapi, dan objektif: klien terlihat bersih
dan rapi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan, sebagai berikut:
1. Pihak Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada Institusi Pendidikan untuk selalu memberikan motivasi dan
sarana yang memadai bagi mahasiswa berguna menyelesaikan tugas akhir
karya Tulis Ilmiah.
2. Untuk perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti kebutuhan
klien memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Dan perawat memberikan
asuhan keperawatan perawatan diri dengan baik.
3. Klien
Klien diharapkan dapat mengikuti program yang ditentukan perawat untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia2. Jakarta : Salemba Medika
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien Jakarta: Salemba Medika.
Depkes. (2001). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Fitria, Nita. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:Salemba
Medika.
Nanda. (2012). Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:Momedia
Perry, Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Purba,dkk. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikologi dan
Gangguan Jiwa. Medan:USU Press
Tarwoto dan Wartonah. (2010). KebutuhanDasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No.Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1. Defisit
perawatan
diri: Mandi
dan
berdandan.
Rabu/04
juni 2014
08.00-09.00
1.Strategi Pertemuan 1
• Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri
• Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri (mandi, sikat
gigi, gunting kuku, dan
keramas)
• Membantu pasien
mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri
• Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
S: Pasien mengatakan kalau mandi
badan jadi segar.
O:Klien terlihat segar dan bersih
A: Masalah teratasi sebagian.