SKRIPSI
OLEH :
RIZKY ADRIAN RAMADHAN LUBIS 100308061
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SKRIPSI
OLEH :
RIZKY ADRIAN RAMADHAN LUBIS 100308061/KETEKNIKAN PEERTANIAN
Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Achwil Putra Munir, STP,M.Si Ketua
i ABSTRAK
RIZKY ADRIAN RAMADHAN LUBIS: Modifikasi Alat Pengupas Kulit dan Pemotong Buah Nanas Tipe Manual, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.
Selama ini pengupasan buah nanas diketahui hanya melalui alat manual berupa pisau dapur. Namun, belakangan ini telah mulai dikembangkan berupa alat pengupas nanas secara manual dengan menggunakan operator manusia. Oleh karena itu melalui rancangan penelitian ini , penulis berusaha untuk mempermudah pekerjaan dalam pengupasan kulit nanas dengan cara merancang mesin pengupas buah nanas yang memiliki kapasitas lebih besar agar efektif dan efisien dalam pengupasan kulit nanas tersebut. Alat pengupas kulit dan pemotong buah nanas tipe manual ini bekerja dengan prinsip menggerakkan tuas penekan mata pisau pada nanas yang terlebih dahulu dipotong kedua ujungnya, kemudian bahan baku berupa nanas diletakkan diatas alas alat sejajar dengan arah mata pisau pada tuas penekan yang digerakkan dengan cara ditekan secara manual menuju bahan. Kapasitas alat pengupas kulit dan buah nanas ini sebesar 139,86 kg/jam, 147,71 kg/jam dan 152,67 kg/jam.
Kata kunci : modifikasi, pengupas kulit dan buah nanas, mata pisau
ABSTRACT
RIZKY ADRIAN RAMADHAN LUBIS: Modification of manual Pineapple Peeler and cutter, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN ROHANAH
Until this time, peeling of pineapple fruit is known only through manual tools by kitchen knife. However, later on pineapple peeler has begun to be developed in the form of pineapple peeler manually press by using human operator. Therefore through this research design, the author tried to ease the peeling of pineapple peel by designing a pineapple peeler equipment which had a larger capacity which to be more effective and efficient in pineapple peeling. This principle of the manual pineapple peeler and cutting was worked by moving the blades to the pineapple after cutted both of its end, then the cutted pineapple was place parallel on the pedestal tools with the bladesdirection move by manuallypressed. The capacity of the pineapple peeler was 139,86 kg/hour, 147,71 kg/hour and 152,67 kg/hour.
ii
RIWAYAT HIDUP
Rizky Adrian Ramadhan Lubis, dilahirkan di Medan pada tanggal 06 Maret 1992 dari Ayahanda Syamsir Lubis dan Asliany Khasita Siregar. Anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 13 Medan pada tahun 2010 dan diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Mandiri pada tahun 2010.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota SAHIVA USUS Badan dan Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit dan Pemotong Buah Nanas Tipe Manual” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian
di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Achwil Putra Munir,STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, September 2015
iv
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP. ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN. ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 4
Batasan Masalah... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Sejarah Nanas ... 5
Botani nanas ... 5
Jenis-jenis nanas ... 7
Pengupasan ... 8
Mekanisme pembuatan alat ... 13
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 14
Analisis Ekonomi ... 15
Biaya pemakaian alat ... 15
Biaya tetap ... 16
Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
Alat dan Bahan Penelitian ... 21
Metodologi Penelitian ... 21
Komponen Alat ... 21
Persiapan Penelitian ... 22
Prosedur Penelitian... 23
Parameter yang Diamati ... 24
Kapasitas alat ... 24
Analisis ekonomi ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
Alat Pengupas Kulit Dan Pemotong Buah Nanas Sistem Press Manual ... 27
Prinsip Kerja Alat Pengupas Kulit Dan Pemotong Buah Nanas Sistem Press Manual... 28
Proses Pengupasan ... 29
Kapasitas Alat ... 31
Analisis Ekonomi ... 32
Biaya pemakaian alat ... 32
Break event point ... 32
Net Present Value ... 33
Internal rate of return ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
Kesimpulan ... 34
Saran ... 34
vi
DAFTAR TABEL
Hal. No 1 Kandungan gizi buah nanas segar setiap 100 gram bahan ... .10
No2. Data pengupas kulit nanas mata pisau ... 30
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
No 1. flowchart penelitian... 37
No 2. Spesifikasi alat... 39
No 3. Analisis ekonomi... 40
No 4. Break even point... 44
No 5. Net present value... 45
No 6. Internal rate of return... 48
No 7. Hasil Pengukuran diameter nanas di lapangan... 49
No8. Gambar buah nanas ... 51
No9. Gambar alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press manual... 53
No 10. Gambar teknik tampak depan... 55
No 11. Gambar teknik tampak samping... 56
No 12. Gambar teknik tampak atas ... 57
No 13. Gambar teknik mata pisau I ... 58
No 14. Gambar teknik mata pisau II ... 59
i ABSTRAK
RIZKY ADRIAN RAMADHAN LUBIS: Modifikasi Alat Pengupas Kulit dan Pemotong Buah Nanas Tipe Manual, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.
Selama ini pengupasan buah nanas diketahui hanya melalui alat manual berupa pisau dapur. Namun, belakangan ini telah mulai dikembangkan berupa alat pengupas nanas secara manual dengan menggunakan operator manusia. Oleh karena itu melalui rancangan penelitian ini , penulis berusaha untuk mempermudah pekerjaan dalam pengupasan kulit nanas dengan cara merancang mesin pengupas buah nanas yang memiliki kapasitas lebih besar agar efektif dan efisien dalam pengupasan kulit nanas tersebut. Alat pengupas kulit dan pemotong buah nanas tipe manual ini bekerja dengan prinsip menggerakkan tuas penekan mata pisau pada nanas yang terlebih dahulu dipotong kedua ujungnya, kemudian bahan baku berupa nanas diletakkan diatas alas alat sejajar dengan arah mata pisau pada tuas penekan yang digerakkan dengan cara ditekan secara manual menuju bahan. Kapasitas alat pengupas kulit dan buah nanas ini sebesar 139,86 kg/jam, 147,71 kg/jam dan 152,67 kg/jam.
Kata kunci : modifikasi, pengupas kulit dan buah nanas, mata pisau
ABSTRACT
RIZKY ADRIAN RAMADHAN LUBIS: Modification of manual Pineapple Peeler and cutter, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN ROHANAH
Until this time, peeling of pineapple fruit is known only through manual tools by kitchen knife. However, later on pineapple peeler has begun to be developed in the form of pineapple peeler manually press by using human operator. Therefore through this research design, the author tried to ease the peeling of pineapple peel by designing a pineapple peeler equipment which had a larger capacity which to be more effective and efficient in pineapple peeling. This principle of the manual pineapple peeler and cutting was worked by moving the blades to the pineapple after cutted both of its end, then the cutted pineapple was place parallel on the pedestal tools with the bladesdirection move by manuallypressed. The capacity of the pineapple peeler was 139,86 kg/hour, 147,71 kg/hour and 152,67 kg/hour.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan industri dan juga bahan energi.
Pertanian merupakan sektor yang paling memiliki peranan strategis dalam
pembangunan ekonomi suatu daerah. Sebagian besar penduduk menggantungkan
hidupnya melalui sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian maka produksi
pertanian harus ditingkatkan.
Di negara maju, pemanenan dan penanganan pasca panen dengan alat
mekanis sudah banyak diterapkan. Penanganan pasca panen dengan alat mekanis
ini dilakukan untuk memanfaatkan waktu yang seefisien dan seefektif mungkin
serta untuk meningkatkan pendapatan sektor pertanian. Hasil-hasil pertanian guna
memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pascapanen yang baik.
Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu.
Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk,
harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen
hasil pertanian tersebut.
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya
alat dan mesin pertanian masih tradisional dan terbuat dari kayu kemudian
kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks(Sukirno,
1999).
Dalam meningkatkan mutu produk ada hal yang perlu diperhatikan yaitu
mengenai penanganan pasca panen, dimana kehilangan hasil atau mutu saat ini
dirasakan cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut sangat
diperlukanusaha-usaha perbaikan, diantaranya melalui penanganan atau penerapan teknologi pasca
panen yang bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan mutu komoditi dan
menekan tingkat kehilangan secara kuantitatif dan kualitatif. Salah satu komponen
yang menentukan penanganan teknologi pasca panen yaitu penggunanan alat-alat
pasca panen,misalnya alat pengupas kulit nanas.
Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat. Tanaman ini cukup mudah untuk dibudidayakan dan iklim indonesia
pun ternyata sangat cocok untuknya.
Prospek agribisnis buah nanas sangat cerah baik di pasar dalam negeri
maupun sasaran pasar luar negeri (ekspor). Permintaan pasar dalam negeri
terhadap buah nanas cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan
jumlah penduduk, makin baiknya pendapatan masyarakat, makin tingginya
kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah-buahan, dan makin bertambahnya
permintaan bahan baku industri pengolahan buah-buahan. Buah nanas selain
dikonsumsi segar juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan
minuman, seperti dibuat selai, sari buah, konsentrat. Salah satu contoh proses
lanjutan dari pengolahan nanas kupas adalah pengalengan dimana target utama
Pengupasan kulit buah merupakan salah satu proses pasca panen yang
bertujuan untuk melepaskan kulit buah dari daging buah agar dapat diolah lebih
lanjut. Pengupasan secara manual umumnya membutuhkan waktu yang relatif
lama dan membutuhkan tenaga yang juga relatif besar jika diolah dalam jumlah
besar.
Proses pengupasan sangat diperlukan untuk pengolahan komoditi nanas
yakni untuk membuang kulit nanas yang tidak dapat dimakan, untuk
meningkatkan penampilan produk akhir, mengurangi energi, dan mengurangi
tenaga kerja. Pengupasan kulit nanas bertujuan memperoleh nanas tanpa kulit agar
lebih mudah dalam pengolahan lebih lanjut.
Penanganan pasca panen nanas dalam hal pengupasan kulit di tingkat
petani umumnya masih dilakukan secara manual yakni menggunakan pisau. Maka
untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari pengupasan kulit nanas secara
manual maka dibuatlah alat pengupas kulit nanas yang mampu mengupas kulit
nanas dengan waktu pengupasan yang relatif lebih cepat sehingga meningkatkan
kapasitas kerja, hasil kupasan yang lebih rapi, mengurangi tenaga kerja serta dapat
digunakan oleh siapa pun. Diharapkan dengan adanya alat pengupas kulit nanas
ini dapat membantu pelaku-pelaku usaha tani nanas dalam hal meningkatkan
efisiensi produksi pengolahan nanas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai alat pengupas kulit nanas.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
terutama petani nanas.
Batasan Masalah
5
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Nanas
Tanaman nanas berasal dari Amerika Tropis, yakni Brazil, Argentina, dan
Peru.Pada saat ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia, terutama di sekitar
katulistiwa antara 30o LU dan 30o LS. Di Indonesia, tanaman nanas sangat
popular dan banyak ditanam di tegalan dari dataran rendah sampai dataran tinggi.
Daerah penghasil nanas yang terkenal ialah Subang, Bogor, Riau, Palembang,
Blitar, dan lain sebagainya (Sunarjono, 2000).
Salah satu daerah yang memiliki jumlah produksi nanas terbesar di
Indonesia adalah provinsi Sumatera utara. Provinsi Sumatera Utara menempati
urutan ketiga sebagai sentra produksi nanas terbesar di Indonesia. Jumlah
produksi nanas Sumatera utara pada tahun 2005 adalah sebanyak 144.000 ton
dengan sharenya terhadap produksi nanas nasional sebesar 15,57 persen
(Purmono, 2008).
Botani nanas
Tanaman nanas merupakan rumput yang batangnya pendek sekali.
Daunnya berurat sejajar pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas
(kearah ujung daun).Nanas tergolong dalam familiBromeliaceae yang bersifat
terestial (tumbuh di tanah dengan menggunakan akarnya). Nanas merupakan
tanaman herbal yang dapat hidup dalam berbagai musim. Tingginya 50-150 cm,
terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul pada roset akar
dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun bentuk
pedang tebal, liat, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm ujung lancip menyerupai duri,
hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat
rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya bulat panjang berdaging
berwarna hijau jika masak warnanya menjadi kuning. Buah nanas rasanya enak,
asam sampai manis.
Nanas dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Buah nanas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100
sampai 200 bunga, bentuk silinder, dengan panjang buah sekitar 20,5 cm dengan
diameter 14,5 cm dan beratnya sekitar 2,2 kg. Kulit buah keras dan kasar, saat
menjelang panen warna hijau buah mulai memudar. Menyatakan bahwa diameter
dan berat buah nanas semakin bertambah sejalan pertambahan umurnya,
sebaliknya untuk tekstur buah nanas, semakin tua umur buah maka teksturnya
akan semakin lunak (Rosmina, 2007).
Buah nanas pada kondisi kriteria 2 – 4 biasanya dipanen untuk tujuan
pengalengan dan sebagai bahan buah segar untuk pasar yang jauh. Buah
yang ranum ditunjukkan oleh kriteria 6 – 7 sudah ada bau aromatik baik
Untuk kepentingan pemenuhan pasar yang sangat jauh, buah biasanya
dipanen pada kondisi kriteria 1 bahkan kadang-kadang kriteria 0. Buah pada
kondisi ini akan mencapai tingkat pemasakan optimal setelah 2 – 3 minggu
pemanenan pada kondisi ruang simpan biasa (Santoso, 2014).
Jenis-jenis nanas
Tanaman nanas memiliki banyak jenis, namun jenis yang paling banyak
dibudidayakan ada empat, yaitu :
1. Cayenne
Jenis yang paling banyak ditanam di dataran tinggi ditunjukkan untuk
pengalengan. Jenis ini heterozigot. Pada mulanya hanya terdiri dari satu tipe,
namun sekarang sudah bertambah macamnya karena mutasi.jenis smoothceyenne
daunnya tidak berduri, batangnya cukup panjang 20 – 50 cm, jumlah daunnya
antara 60 – 80, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, sedangkan
bagian bawah daun berwarna hijau abu-abu keperakan, tangkai buah 7,5 – 15 cm,
rata-rata berat buah 2,5 kg. Bagian pangkal buah membesar, biasanya tidak
berbiji. Warna buah matang hijau sampai hijau kekuningan, rasanya agak masam.
2. Queen
Merupakan jenis lama, pada umumnya ditanam di dataran rendah. Jenis ini
banyank ditanam di Australia dan di Afrika Selatan. Buahnya lebih kecil daripada
cayenne. Ukuran buahnya 0,9 – 1,3 kg. Daunnya berduri tajam. Warna buah tua
kuning sampai kemerahan, pada umumnya rasanya manis.
3. Singapore Spanish
Jenis ini banyak ditanam di Semenanjung Malaya untuk dikalengkan.
4. Cabezona
Merupakan jenis triploid, banyak ditanam di Puerto Rico untuk konsumsi
ekspor (Ashari, 1995).
Berdasarkan bentuk daun dan buah, tanaman nanas dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi. Namun di Indonesia
pada umumnya hanya dikembangkan dua golongan nanas sebagai berikut.
a. Golongan Cayenne
Ciri-cirinya : daun halus, berduri sampai tidak berduri, ukuran besar,
silindris, mata buah agak datar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan
rasa agak masam.
b. Golongan Queen
Ciri-cirinya : daun pendek dan daun berduri tajam, buah berbentuk lonjong
mirip kerucut sampai silindris, mata buah menonjol, berwarna kuning
kemerah-merahan, rasanya manis.
(Murniati, 2010).
Pengupasan
Pada umumnya nanasdiminati untuk dikonsumsi segar, akan tetapi
diperlukanwaktu yang lama dalam pengupasan kulit luar nanastersebut.
Penggunaan buah-buahanhasil pengolahan minimal menjadi trenpenelitian pada
saat ini, walaupun pengolahan minimal akan mempercepat umur simpan
produk(Nasution, dkk, 2010).
Manfaat nanas
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah
macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa
buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas.
Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah
nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa
protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan
daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga
Berencana. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat
penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir
dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati
dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau
diekstrasi cairannya untuk pakan ternak (Prihatman, 2000).
Buah nanas berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi dua golongan yakni:
buah nanas konsumsi segar dan olahan atau buah kalengan. standar buah olahan
kandungan airnya 78.6 -86.4%, abu 0.28 -0.48%, Padatan Terlarut Total (PTT)
8.20 -18.30%, kandungan asamnya 0.64 -1.18%. Buah konsumsi segar Padatan
Terlarut Total diatas 12% dan kandungan asam 0.5 -0.6%.
Menurut (Rukmana, 1996) Kandungan gizi buah nanas segar setiap 100
Tabel 1.Kandungan gizi buah nanas segar setiap 100 gram bahan
Kandungan Gizi Komposisi Satuan
Kalori
Bagian dapat dimakan (Bdd)
52.00
Tipe ideal buah nanas olahan bentuk buah silindris panjang dengan ukuran
yang sesuai dengan kaleng, mata dangkal, pematangan dari ujung sampai pangkal
serempak, warna daging buah kuning seragam, hati buah yang kecil, serat sedikit,
aroma yang kuat, bobot buah tanpa mahkota 1.2 kg, nisbah bobot buah tanpa
mahkota 1.2 kg, nisbah bobot buah atau bobot tanaman 0.75 dan nisbah gula dan
asam sesuai (Irfandi, 2005).
Pemilihan bahan sangat mempengaruhi kinerja alat dan biaya produksi
alat. Pada alat ini bahan-bahan yang digunakan dalam perancangan alat adalah
besi, baja stainless steel, dan Politetrafluoroetilen (teflon). Diusahakan bahan
yang dipilih adalah bahan yang kokoh agar dapat mendukung kinerja alat dan juga
diusahakan perolehan bahan yang mudah untuk menjaga kesinambungan bahan
baku. Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi
biaya produksi apabila ada usaha untuk memproduksi dalam jumlah besar
Logam
Baja tahan karat
Baja tahan karat atau stainless steel sendiri adalah paduan besi dengan
minimal 12% kromium. Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan
pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom
yang terjadi secara spontan. Tentunya harus dibedakan mekanisme protective
layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal seng dan
cadmium) ataupun cat. Pada dasarnya untuk membuat baja yang tahan terhadap
karat, krom merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk
mendapatkan baja yang lebih baik lagi, diantaranya dilakukan penambahan
beberapa zat-zat berikut :
- Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan
korosi pitting dan korosi celah.
- Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium
atau niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang
mengalami proses sensitasi.
- Penambahan kromium bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan
membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi
temperatur tinggi.
- Penambahan nikel bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi
dalam media pengkorosi netral dan juga meningkatkan keuletan dan
mampu bentuk logam.
Besi
Bijih besi merupakan bahan baku dalam pembuatan besi yang dapat
berupa senyawa oksida, karbonat dan sulfida serta tercampur dengan unsur lain
misalnya silikon. Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi yang jumlah persentase
besinya haruslah sebesar mungkin. Besinya merupakan besi oksida atau besi
karbonat yang dinamakan batu besi spat. Biji besi terdiri atas
Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bent3O4
(Fe2O3
dan beragam dalam hal
merah karat. Saat ini, cadangan biji besi nampak banyak, namun seiring dengan
bertambahnya penggunaan besi secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini
mulai berkurang, karena jumlahnya tetap (Amanto dan Daryanto, 1999).
Politetrafluoroetilen
Sifat mekaniknya hampir sma seperti polietien bermassa jenis tinggi.
Temperatur deformasi termal pada 4,6 kgfataucm2 adalah 120ºC dapat digunakan
untuk waktu lebih lam pada 90 sampai 260ºC. Ketahanan panasnya sekitar 288ºC.
Kristalinitasnya hilang bila melewati 300ºC, dan kekuatan tariknya berkurang
sangat cepat. Perubahan volume karena suhu dapat diamati. Mengenai sifat
kimianya, zat ini hanya diserang secara bertahap oleh logam alkali dan oleh gas
fluor yang tinggi konsentrasinya, tetapi tidak pernah diserang oleh asam sulfat
panas dan soda kaostik panas berkonsentrasi tinggi karena merupakan resin
Ketahanan melar dan ketahanan abrasi tak selalu menguntungkan
(Surdia dan Saito, 2005).
Mekanisme pembuatan alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha
tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan
untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan
konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan
mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan
dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau
kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk
pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani
dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Ring mata pisau terbuat dari baja tahan karat (Stainless steel), proses
pembentukannya menggunakan sistem pengerolan. Pengerolan merupakan proses
pembentukan yang dilakukan dengan menjepit pelat diantara dua rol. Rol tekan
dan rol utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakan pelat. Pelat
bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk berada di bawah
garis gerakkan pelat, sehingga pelat tertekan dan mengalami pembengkokan.
terjadilah proses pengerolan. Pada saat pelat bergerak melewati rol pembentuk
dengan kondisi pembengkokan yang sama maka akan menghasilkan radius
pengerolan yang merata.
Ketajaman pisau berkurang jika sering digunakan. Frekuensi penggunaan
pisau bergantung pada berapa kali telah digunakan dan pada ketebalan benda yang
dipotong.Untuk memotong benda tebal pisau akan tumpul setelah digunakan
misalny100 kali. Untuk memotong benda yang tipis pisau akan tumpul setelah
digunakan misalnya 1000 kali. Pisau yang tumpul jika dipaksa untuk memotong
akan menghasilkan pemotongan yang tidak memuaskan seperti : irisan yang tidak
lurus, ukuran yang tidak presisi, dan efisiensi bahan yang rendah. Jika benda yang
dipotong memiliki ketebalan yang sama maka mudah dalam menentukan kapan
waktunya pisau harus diganti karena telah tumpul (Sugijono, 2013).
Penyatuan komponen dilakukan dengan menggunakan baut sebagai
pengikat. Baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap,
sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat
dibongkarataudilepas kembali. Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan
pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut
pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk
baut-baut penggerak atau pemindah tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat
permesinan yang lain (Sularso dan Suga, 2002).
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Menurut Daywin, dkk., 2008, kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alatataumesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
HA.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas alat = produk yang dihasilkan (buah)
waktu (jam) ...(1)
Analisis Ekonomi
Menurut Soeharno (2007) analisis ekonomi digunakan untuk menentukan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.
Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga
keuntungan alat dapat diperhitungkan.Sedangkan menurut Nastiti,et al.(2008)
untuk menilai kelayakan finansial, diperlukan semua data yang menyangkut aspek
biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran
kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi,
harga, upah, dan suku bunga.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin
banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar.
Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak
sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Darun, 2002).
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya
yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
BP = Biaya pokok (Rp/kg)
BT = Biaya total (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
k = Kapasitas kerja alat (Kg/jam)
Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
1. Biaya penyusutan (metode garis lurus)
Dn= (P-S) (A/F, i, N) (F/P, i, n-1) ...(3)
dimana:
Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun)
P = Harga awal (Rp)
S = Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp)
N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
n = Tahun ke-n
i = Tingkat bunga modal (%/tahun)
Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya :
I = i(P)(n+1)
2n ………...(4)
dimana :
i = total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)
2. Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk
mesin-mesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa
biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai
3. Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 - 1%, rata-rata
diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.
Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan alat sebagai sumber
tenagapenggerak.Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi = 1,2% (P-S)
1000 jam ………...…………...……. (5)
Biaya operator = BO = Wt x Uop ...(6)
Dimana :
Uop = Upah operator per jam (Rp/jam) BO = Biaya operator per tahun (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
Biaya karyawan atau operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji
pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).
Break even point
Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan
proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang
dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas
maka usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas
akan memperoleh keuntungan.
Menurut Waldiyono (2008), manfaat perhitungan titik impas (break even
dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada
kondisiini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional
tanpa adanya keuntungan.Analisis titik impas juga digunakan untuk :
1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.
2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi.
3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi(kesamaan)
dari dua alternatif usulan investasi.
Rumus break even yaitu :
break even (unit) = biaya tetap
harga jual/unit – biaya variabel/unit………... (7)
atau
break even (rupiah) = biaya tetap
1- biaya variabelpenjualan ………...…..…….. (8)
(Halim, 2009).
Net present value
Net present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi
nilai sekarang dari penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Identifikasi
masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis
finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.
Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan
discount faktor. Secara singkat dapat dirumuskan:
CIF – COF ≥ 0 ... ... (8)
CIF = cash inflow
COF = cash outflow
Sementera itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)
Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).
Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan
(Darun, 2002).
Internal rate of return
Menurut Kastaman (2006), Internal rate of return (IRR) adalah suatu
tingkatan discount rate, pada discount rate diperoleh dimana B/C ratio = 1 atau
NPV = 0. Sedangkan menurut Giatman (2006), dengan menggunakan metode IRR
kita akan mendapatkan informasi yang berkairan dengan tingkat kemampuan cash
flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode
waktu logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam
mengembalikkan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus
dipenuhi. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = i1 –
NPV 1
i1 = Suku bunga bang paling antraktif
i2 = Suku bunga coba-coba
NPV1 = NPV awal i1
21
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilakukan padaJanuari 2015 di Laboratorium Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalahnanas,
baja siku, plat besi,baut danmur,mata pisau dari bahanstainless steel.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, mesin las,
mesin bor, gunting plat, mesin gerinda, gergaji besi,palu, tang, mesin tekuk las,
kunci pas, ring dan kamera.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat
pengupas kulit nanasini.Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan
pembuatanatauperangkaian komponen-komponen alat. Setelah itu, dilakukan
pengujian alat dan pengamatan parameter.
Komponen Alat
Alat pengupas kulit nanas ini mempunyai beberapa komponen
pentingyaitu:
1. Rangka alat
Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat
lainnya, yang terbuat dari besi. Alat ini memiliki dimensi dengan panjang
2. Mata Pisau
Mata pisau dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter 7,5 cm, 10 cm dan
11 cmyang berfungsi untuk mengupas kulit dan buah nanas. Mata pisau
terbuat dari stainless steel.
3. Tuas Penekan Mata Pisau
Tuas Penekan mata pisau ini berfungsi untuk menggerakkan mata pisau
menuju nanas yang akan dikupas kulitnya.
4. Holding (gagang penahan)
Berfungsi sebagai penahan mata pisau.
5. Pegas
Berguna untuk mengembalikan posisi tuas penekan dan ring mata pisau ke
posisi semula.
6. Alas alat
Alas alat terbuat dari polimer yaitu Politetrafluoroetilen (PTFE) atau
dalam bahas sehari-hari disebut dengan Teflon. Berguna sebagai alas dari
alat.
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan
bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Pembuatan alat
Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pengupas dan pemotong
nanasini yaitu :
2. Digambar serta menentukan ukuran alat pengupas kulit nanas.
3. Dipiilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengupas kulit
nanas.
4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik alat
5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
6. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat.
7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.
8. Dirangkai komponen-komponen alat pengupas kulit nanas.
9. Diroll plat stainless steel berbentuk lingkaran dengan diameter yang
bervariasi sebagai mata pisau yang akan digunakan pada alat
10. Dipasang mata pisau pada tuas penekan mata pisau.
b. Persiapan bahan
1. Disiapkan nanas yang akan diuji sebanyak 30 buah.
2. Bahan siap untuk dikupas.
Prosedur Penelitian
Untuk mata pisau sebelum diasah
1. Menyiapkan bahan yang akan dikupas sebanyak 10 buah.
2. Menimbang berat bahan sebelum dikupas
3. Memotong kedua ujung bahan untuk mempermudah pengupasan
4. Meletakkan bahan pada alas alat
5. Mengatur posisi mata pisau diameter 7,5 cm agar sejajar dengan bahan
6. Melakukan pengupasan dan pemotongdengan menekan tuas penekan mata
7. Menghitung waktu pengupasan
8. Menimbang berat bahan setelah dikupas
9. Melakukan pengamatan parameter.
10.Perlakuan yang sama dilakukan untuk mata pisau diameter 10 cm dan
diameter 11 cm .
Untuk mata pisau setelah diasah, prosedur diatas dilakukan sama untuk ketiga
mata pisau.
Parameter yang Diamati Kapasitas alat
Kapasitas alat dilakukan dengan menghitung banyaknya nanas yang telah
terkupas (buah) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan
berlangsung (jam). Kapasitas alat dapat dihitung dengan persmaan
KA= Produk yang dihasilkan
waktu kg/jam
Analisis ekonomi
1. Biaya pengupas kulit nanas
Perhitungan biaya pengupas kulit nanas dilakukan dengan cara
menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (2).
a. Biaya tetap
Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :
1. Biaya penyusutan (metoda Sinking Fund). Hal ini dapat dihitung
2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (4).
3. Biaya pajak
Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai
awalnya
4. Biaya gudang atau gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %,
rata-rata diperhitungkan 1 % dari nilai awal (P) pertahun.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari:
1. Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan
persamaan (5).
2. Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari
gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.
2. Break even point
Manfaat perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan
agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini
income yangdiperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional
tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan produksi titik impas (BEP)
3. Net present value
Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode
analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah
kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk
diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (8), dengan
kriteria :
- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta
dikembangkan.
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
4. Internal rate of return
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali
investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pengupas Kulit Dan Pemotong Buah Nanas Sistem Press Manual
Alat pengupas kulit dan pemotong buah nanas sistem press manual
adalah alat yang dirancang untuk mengupas kulit dan buah nanas dengan metode
pengupasan semi mekanis dimana pengoperasian alat ini menggunakan tenaga
manusia. Alat ini mempunyai dimensi panjang 30cm,lebar 30 cm dan tinggi 54
cm.
Pemilihan bahan sangat mempengaruhi kinerja alat dan biaya produksi
alat. Pada alat ini bahan-bahan yang digunakan dalam perancangan alat adalah
besi, baja stainless steel, dan politetrafluoroetilen (teflon). Diusahakan bahan
yang dipilih adalah bahan yang kokoh agar dapat mendukung kinerja alat dan juga
diusahakan perolehan bahan yang mudah untuk menjaga kesinambungan bahan
baku serta mendapatkan waktu yang efisien dalam proses waktu mengerjakannya.
Pemilihan bahan yang murah dan berkualitas juga sangat mempengaruhi biaya
produksi apabila ada usaha untuk memproduksi dalam jumlah besar.
Alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press manual ini memiliki
tiga komponen utama yaitu rangka alat, ring mata pisau, dan tuas penekan mata
pisau. Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan pegas dengan diameter 1,4 cm
dengan panjang 10 cm berfungsi untuk mengembalikan ring mata pisau dan tuas
penekan kembali ke posisi semula. Holding (gagang penahan) berfungsi untuk
penahan mata pisau.
Mata pisau pada alat ini terbuat dari bahan stainless steel berbentuk
terdapat 4 buah sisi didalam tiap mata pisau dimana diameter tiap-tiap mata pisau
yakni 7,5 cm, 10 cm, dan 11 cm. Ketebalan tiap-tiap mata pisau yakni 1 mm, 2
mm dan 3 mm. Tinggi tiap-tiap mata pisau yakni 10,4 cm, 6 cm dan 6 cm.
Pemasangan mata pisau dilakukan dengan sistem bongkar pasang pada holding
(gagang penahan) dengan menggunakan baut sebanyak empat buah yang
berhubungan langsung dengan tuas penekan. Penggunaan baut sebanyak empat
buah bertujuan agar mata pisau terkunci dengan kuat agar tidak ada gaya yang
terjadi di kedua sisi penahan mata pisau pada saat pengoperasian sehingga mata
pisau diharapkan bekerja dengan sempurna. Pemasangan dengan sisitem bongkar
pasang ini bertujuan agar mudah dalam pergantian mata pisau yang satu dengan
yang lain. Mata pisau terhubung dengan tuas penekan yang terbuat dari besi plat
dengan tebal plat 5 mm dan panjang diagonal 44 cm dan panjang vertikal 33 cm.
Tuas penekan ini yang nantinya akan menggerakkan mata pisau menuju bahan.
Prinsip Kerja Alat Pengupas Kulit Nanas Sistem Press Manual
Alat pengupas kulit dan pemotong buah nanas ini bekerja dengan prinsip
menggerakkan tuas penekan mata pisau pada nanas yang terlebih dahulu dipotong
kedua ujungnya. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, bahan baku
berupa nanas diletakkan diatas alas alat sejajar dengan arah mata pisau. Tuas
penekan mata pisau digerakkan dengan cara ditekan secara manual menuju bahan.
Pemilihan Buah
Tidak semua jenis buah nanas dapat dikupas menggunakan alat ini karena
beberapa faktor yaitu ukuran nanas dimana tidak semua nanas memiliki ukuran
yang sama, bentuk nanas dimana bentuk nanas dipengaruhi oleh varietas nanas itu
dikembangkan dua golongan nanas yakni golongan Cayenne dengan ciri-ciri :
daun halus, berduri sampai tidak berduri, ukuran besar, silindris, mata buah agak
datar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan rasa agak masa dan golongan
Queen dengan ciri-ciri : daun pendek dan daun berduri tajam, buah berbentuk
lonjong mirip kerucut sampai silindris, mata buah menonjol, berwarna kuning
kemerah-merahan, rasanya manis. Buah nanas yang dikupas pada alat ini adalah
buah nanas varietas cayenne yang sudah matang. Menurut Santoso (2014) kriteria
buah untuk pengalengan yang sesuai untuk dikupas adalah buah dengan tingkat
kematangan antara 20 % - 90 % mata nanas telah berwarna kuning.
Pengukuran diameter buah dilakukan langsung di lapangan. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada lampiran 1. Pengukuran diameter buah ini
bertujuan untuk menentukan diameter mata pisau yang sesuai untuk dibuat. Pada
penelitian ini nanas yang diukur adalah nanas yang berasal dari Kota Sipahutar,
Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
Proses Pengupasan
Proses pengupasan yang dilakukan dengan menggunakan alat ini adalah
dengan terlebih dahulu memotong kedua ujung kulit nanas. Bahan yang telah siap
selanjutnya diletakkan sejajar dengan arah mata pisau, kemudian tuas penekan
digerakkan dengan cara ditekan menuju nanas hingga kulit nanas terkupas. Buah
nanas yang terkupas langsung terbagi empat sedangkan kulitnya terbelah dua.
Seluruh pengoperasian alat ini dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia. Data hasil pengupasan dengan jumlah nanas 10 buah
Tabel 2. Data Pengupasan dan Pemotongan Buah Nanas dengan 3 Variasi
Dari penelitian yang telah dilakukan pada sepuluh buah nanas untuk mata
pisau diameter 11 cm dengan berat awal 16,26 kg diperoleh berat hasil setelah
dikupas sebesar 8,30 kg (51,05 % dari berat awal), berat ampas (berat kulit dan
bonggol) 7,04 kg (43,30 % dari berat awal) dan berat yang hilang sebesar 0,92 kg
(5,65 % dari berat awal). Untuk mata pisau diameter 10 cm dengan berat awal
13,85 kg diperoleh hasil setelah dikupas sebesar 7,09 kg (51,20% dari berat
awal), berat ampas sebesar 6,14 kg (44,33 % dari berat awal) dan berat yang
hilang sebesar 0,62 kg (4,47 % dari berat awal). Untuk mata pisau diameter 7,5
cm dengan berat awal bahan 7,86 kg diperoleh hasil kupasan 3,70 kg (47,07 %
dari berat awal), berat ampas 3,66 kg (46,56 % dari berat awal) dan berat yang
hilang sebesar 0,5 kg (6,3 % dari berat awal).
Pada mata pisau tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar diameter pisau
maka akan semakin besar juga berat hasil nanas setelah dikupas yang diperoleh.
Hal ini dipengaruhi oleh besarnya diameter nanas yang akan dikupas. Rata-rata
diameter nanas yang dikupas menggunakan mata pisau dengan diameter 11 cm
adalah sebesar 12 cm, sedangkan rata-rata diameter nanas yang dikupas
menggunakan mata pisau dengan diameter 10 cm adalah sebesar 11 cm dan
rata-rata diameter nanas yang dikupas menggunakan mata pisau dengan diameter 7,5
cm adalah sebesar 9 cm. Semakin besar selisih diameter nanas yang akan dikupas
maka akan semakin besar berat ampas yang mengakibatkan berat hasil setelah
Berat bahan yang hilang sebagian besar diakibatkan oleh kehilangan
kandungan air dalam nanas pada saat proses pengupasan nanas tersebut akibat
tekanan dari alat, kemudian pada saat proses pengeluaran bahan dari dalam mata
pisau dan saat proses penimbangan dimana terdapatnya selang waktu yang
mengakibatkan juga kandungan air nanas keluar. Selain itu tingkat kematangan
nanas juga akan mempengaruhi banyaknya berat bahan yang hilang, karena jika
semakin matang nanas akan semakin tinggi kandungan airnya dan teksturnya juga
semakin lunak, oleh sebab itu tekanan alat pada nanas akan menyebabkan banyak
air yang keluar dari dalam nanas dan akibatnya semakin besar juga berat bahan
yang hilang dan demikian juga sebaliknya.
Kapasitas Alat
Kapasitas alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam
menghasilkan suatu produk (Kg, buah) persatuan waktu (jam). Dalam penelitian
ini kapasitas alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya buah nanas yang
dikupas dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan. Kapasitas
alatdapat dilihat dari Tabel di bawah ini.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,
misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Biaya pemakaian alat
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 3), diperoleh biaya untuk
mengupas kulit nanas berbeda tiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan nilai
biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahun
berbeda juga. Diperoleh biaya pengupasan kulit nanas sebesar Rp. 2,32/kg pada
tahun pertama, Rp. 2,49/kg pada tahun ke-2, Rp. 2,67/kg pada tahun ke-3,Rp.
2,87/kg pada tahun ke-4, dan Rp. 3,08/kg tahun ke-5.
Break even point
Menurut Waldiyono (2008), analisis titik impas umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap
nol. Manfaat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
(Lampiran 4)diperoleh break event point sebesar Rp. 203,7628/kg pada tahun
pertama, Rp. 215,4105/kg pada tahun ke-2, Rp. 227,9307/kg pada tahun ke-3,Rp.
241,3942/kg pada tahun ke-4, dan Rp. 255,8548/kg tahun ke-5.
Net present value
Net present value (NPV)adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal
dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh
(Lampiran 5) pada penelitian dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga
7,5% adalah Rp. 13.283.854.558,72. Hal ini berarti usaha ini layak untuk
dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Internal rate of return
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 48,73% (Lampiran
6). Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi
48,73%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini
tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat pada alat pengupas kulit dan buah nanas mata pisau dengan
diameter 11 cm, 10 cm dan 7,5 cm berturut-turut adalah 139,86 kg/jam,
147,71 kg/jam dan 152,67 kg/jam.
2. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam mengupas kulitdan memotong
buah nanas dengan alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press
manual ini tiap tahunnya adalah Rp. 2,32/kg pada tahun pertama, Rp.
2,49/kg pada tahun ke-2,Rp. 2,67/kg pada tahun ke-3,Rp. 2,87/kg pada
tahun ke-4 danRp. 3,08/kg tahun ke-5.
3. Produksi mengalami titik impas (break even point) saat mesin
menghasilkan santan sebanyak:Tahun 1 = 203 Kg/tahun, Tahun 2=215
Kg/tahun, Tahun 3= 228 Kg/tahun ,Tahun 4= 241 Kg/tahun, Tahun 5=
256 Kg/tahun
4. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah Rp.
13.283.854.558,72yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.
5. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 48,73%.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi dan bentuk mata
pisau karena ukuran diameter nanas yang berbeda.
2. Perlu dilakuakn modifikasi alat agar alat lebih mudah dan praktis untuk
35
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H. dan Daryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, jakarta Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-PRESS, Jakarta.
Darun., 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.
Daryanto., 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Jakarta.
Febrianti, D. 1996. Analisis Sistem Produksi Nenas di Kebun dan Pabrik pada Industri Pengalengan Nenas (Studi Kasus pada PT. X, Lampung Tengah, Propinsi Lampung). Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB.
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis : Kajian Dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Irfandi, 2005. Karakteristik Morfologi Lima Populasi Nanas (Ananas comosus L.)
Me
2013]
Kastaman, R. 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Murniati, E. 2010. Sang Nanas Bersisik Manis di Lidah. Penerbit SIC, Surabaya. Nastiti, D., Sriwulan P., Farid R. A. 2008. Analisis Finansial Agribisnis Pertanian.
Kalimantan Timur : BPTP.
Nasution, I.S., Munawar, A.A. dan Nalirah, 2010. Efisiensi penggunaan alat pengupas nenas (Ananas comosus L) tipe rumah tangga berdasarkan cultivar lokal di provinsiAceh. Jurnal Rona Teknik Pertanian. Vol. 2 No.1 hal: 105-113. Universitas Syiah Kuala , Banda Aceh.
Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Nanas (Ananas comosus). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta
Purmono,I., 2008. Analisis kelayakan finansial dan ekonomi agribisnis nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Jurnal Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Redaksi Agromedia. 2009. Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Penyunting: M.Topan Nixon, Agromedia Pustaka, Jakarta. Rosmina, 2007.Optimasi BAatauTDZ dan NAA untuk perbanyakan masal nenas
(Ananas comosus L. (Merr) Smooth Cayenne melalui teknik In-Vitro.
Rukmana, R. 1996. Nenas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, B. B., 2014. Kematangan Produk dan indeks panen. httpwww.e-bookspdf.orgview. [diakses tanggal 19 April 2014].
Satuhu, S. 1996. Penanganan dan Pengelolaan Buah. Jakarta : Penebar Swadaya. Sinulingga, N., 2015. Alat Pengupas Kulit Nanas Tipe Manual.
Smith, H. P. Dan L. H. Wilkes., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. GajahMada University Press, Yoyakarta.
Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Sugijono, 2013. Penetapan frekuensi penggunaan pisau potong menggunakan PLC Schneider Twido TWD20DTK. Jurnal Teknik Elektro Vol.9 No. 1 hal: 1-9. Politeknik Negeri Semarang, Semarang.
Sularso dan K. Suga. 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta.
Sunarjono, H. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surdia, T., dan Saito, S. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita, Jakarta
37 Lampiran 1. flowchart penelitian
Tidak
Ya
Pengujian Mata Pisau Mulai
Merancang bentuk Mata Pisau
Menggambar dan menentukan dimensi Mata Pisau
Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan
dimensi pada gambar
Merangkai Alat Mengukur bahan yang akan
digunakan Persiapan bahan dan alat
Layak
Pengukuran parameter
Data: 1. Kapasitas alat 2. Analisis
ekonomi
Analisis Data/Perhitungan a
39 Lampiran 2. Spesifikasi alat
1. Dimensi
Panjang = 30 cm
Lebar = 30 cm
Tinggi = 107 cm
2. Bahan
Mata pisau = Stainless steel
Batang penopang = besi
Rangka = Besi siku
Alas = politetrafluoroetilen (PTFE)
3. Diameter mata pisau
Mata pisau 1 = 7,5 cm
Mata pisau 2 = 10 cm
Mata pisau 3 = 11 cm
40 Lampiran 3. Analisis ekonomi
1. Unsur produksi
2. Perhitungan biaya produksi
a. Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
Dn= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
dimana:
Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun)
P = Harga awal (Rp)
S = Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp)
N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
n = Tahun ke-n
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
2. Bunga modal dan asuransi (I)
Bunga modal pada bulan Februari7,5% dan Asuransi 2%
I = i(P)(n+1) 2n
dimana:
i = Tingkat bunga modal dan asuransi (7,5% pertahun)
P = Harga awal (Rp)
N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi = 1,2%(P−S)
Diperkirakan upah operator untuk mengupas nanas per 50 buah adalah
sebesar Rp. 4.000. Sehingga diperoleh biaya operator:
Jumlah produksi per hari = 722,85buah
Biaya operator per hari = 722,85 buah
50 buah x Rp. 4.000
= Rp. 57.828/hari
= Rp. 11.565,6/jam
Maka, untuk menghitung biaya total yaitu:
Biaya Total = Biaya Tetap (Rp/tahun) + Biaya tidak tetap (Rp/tahun)
Tabel perhitungan biaya total tiap tahun
Tahun Biaya tetap (Rp)/tahun
c. Biaya pengupasan nanas
Biaya pokok = [ BT
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
44 Lampiran 4. Break even point
S = FC + P
SP - VC
dimana:
S = Sales variabel (produksi) (Kg)
FC = Fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)
P = Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
VC = Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
SP = Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
Biaya tidak tetap = Rp. 11.781,5/jam
Kapasitas produksi = 146,74 kg/jam
Maka, VC =Rp. 11.781,5/jam: 146,74 kg/jam
= 80,288/kg
SP = Rp.15.000/kg(asumsi buah nenas tanpa kulit di lapangan)
Tabel Perhitungan BEP
Produksi mengalami titik impas (break even point) saat mesin menghasilkan
45 Lampiran 5. Net present value
NPV = PWB - PWC
dimana:
PWB = Present worth of benefit
PWC = Present worth of cost
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkanatau layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Maka,
Investasi = Rp. 3.000.000
Nilai akhir = Rp. 300.000
Keuntungan dari suku bunga bank = 7,5%
Keuntungan dari suku bunga coba-coba = 9,5%
Umur alat = 5 tahun
Penerimaan dari tiap Kg = Rp. 15.000/kg
Kapasitas alat = 146,74 kg/jam
Penerimaan = 146,74 kg/jam x Rp. 15.000/Kg
= Rp. 2.201.100/jam
Pendapatan = Penerimaan×jam kerja
= Rp.2.201.100/jam x 1500 jam/tahun
= Rp. 3.301.650.000/tahun
Pembiayaan = BTT x Jam kerja per tahun
= Rp. 11.781,5/jam x 1500 jam/tahun
PWB (present worth of benefit) 7,5%
Pendapatan = Rp. 3.301.650.000/tahun (P/A, 7,5%, 5)
=Rp. 3.301.650.000/tahun (4,0459)
Pembiayaan = Rp. 17.672.250/tahun (P/A, 7,5%, 5)
=Rp. 17.672.250/tahun (4,0459)
= Rp. 71.500.156,28
PWC = Rp. 3.000.000+ Rp. 71.500.156,28
= Rp. 74.500.156,28
NPV 7,5% = PWB - PWC
= Rp. 13.358.354.715 – Rp. 74.500.156,28
= Rp. 13.283.854.558,72
PWB (present worth of benefit) 9,5%
Pendapatan = Rp. 3.301.650.000/tahun (P/A, 9,5%, 5)
=Rp. 3.301.650.000/tahun (3,8397)
=Rp. 12.677.345.505/tahun
Nilai akhir = Rp. 300.000 (P/F, 9,5%, 5)
=Rp. 190.560/tahun
PWB = Rp. 12.677.345.505/tahun + Rp. 190.560/tahun
= Rp. 12.677.536.065/tahun
PWC (present worth of cost) 9,5%
Investasi = Rp. 3.000.000
Pembiayaan = Rp. 17.672.250/tahun (P/A, 9,5%, 5)
=Rp. 17.672.250/tahun(3,8397)
=Rp. 67.856.138,33/tahun
PWC = Rp. 3.000.000 + Rp. 67.856.138,33
= Rp. 70.856.138,33
NPV 9,5% = PWB - PWC
= Rp. 12.677.536.065- Rp. 70.856.138,33
= Rp. 12.606.679.927
Jadi, besarnya NPV 7,5% adalah Rp. 13.283.854.558,72 dan NPV 9,5% adalah
Rp. 12.606.679.927 Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk
48 Lampiran 6. Internal rate of return
Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV
= X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan
menggunakan rumus berikut :
IRR = p% + X
Karena keduanya positif, maka digunakan persamaan
49
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Diameter Nenas di Lapangan
- Mata Pisau Diameter 7,5 cm
Ulanga n
Berat Awal Berat Akhir Diameter Keliling
(gr) (gr) (cm) (cm)
- Mata Pisau Diameter 10 cm
Ulangan Berat Awal Berat Akhir Diameter Keliling
- Mata Pisau Diameter 11 cm
Ulangan Berat Awal Berat Akhir Diameter Keliling
(gr) (gr) (cm) (cm)
1 1800 950 12,2 41,5
2 1550 800 12,3 40,8
3 1850 960 12 42,5
4 1580 810 12 40,5
5 1400 750 12,6 40,5
6 1550 760 12,4 40,5
7 1700 840 12,2 40,5
8 1700 800 12,1 40
9 1550 800 12,2 41
51 Lampiaran 8. Gambar buah nanas
Buah nanas sebelum dikupas
Buah nanas setelah kedua ujung dipotong sebelum dikupas
Buah nanas setelah dikupas
Kulit nanas hasil pengupasan
53
Lampiran 9. Gambar alat pengupas kulit dan buah nanas sistem press manual
Tampak depan
Tampak samping kanan
Tampak belakang
Tampak atas