SKRIPSI
APRILIA WIDYASTUTI
STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA
PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2015
Oleh:
Aprilia Widyastuti
201110410311143
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
iii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal 27 Agustus 2015
Oleh
Aprilia Widyastuti 201110410311143
Tim Penguji:
Penguji I Penguji II
Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc NIP 1195809111986011001 NIDN 0727118602
Penguji III Penguji IV
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah dan terimakasih penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ―STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA) (Penelitian dilakukan di RSUD
Sidoarjo)‖ untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam
menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini berbagai pihak telah memberikan
bimbingan, bantuan serta doa kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp. Kom. selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak dr. Atok Irawan, Sp. P selaku Direktur RSUD Sidoarjo, Kepala
Bidang Rekam Medik beserta staf pegawai RSUD Sidoarjo yang turut
membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis dalam
pengambilan data skripsi di RSUD Sidoarjo.
3. Bapak Drs. Susanto, M.Si selaku Kepala Bidang Budaya Politik beserta
staf Bankesbangpol Provinsi Jawa timur dan Kepala beserta staf
Bankesbangpol Kabupaten Sidoarjo yang mempermudah dan membantu
memberikan izin penelitian di RSUD Sidoarjo.
4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm,. Apt,. M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang beserta dosen dan seluruh
staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada saya
v
5. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan
waktu maupun dorongan moral, memberikan arahan terbaiknya kepada
saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Ibu Hidajah Rachmawati,S.Si.,Apt.,Sp.FRS dan Ibu Dra. Lilik Yusetyani,
Apt.,Sp.FRS sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan
kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.
7. Ibu Dian Ermawati, M.Farm.,Apt sebagai Dosen Wali yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan nasehat selama mengikuti pendidikan
di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
8. Ibu Sendi Lia Yunita, S.Farm., Apt., selaku dosen penanggung jawab
skripsi yang telah membantu jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat
melaksanakan ujian skripsi dengan baik.
9. Orang tua, adik, dan keluarga penulis yang telah memberikan motivasi,
doa, kasih sayang, nasihat, kesabaran, serta dukungan moral maupun
materi. Saya akan terus berusaha keras untuk membuat kalian bangga.
10. Teman-teman skripsi klinis yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerja
samanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Teman-teman Program Studi Farmasi UMM 2011 khususnya keluarga
Farmasi C 2011 yang tidak disebutkan namanya satu per satu, terimakasih
sudah menjadi keluarga terdekat selama saya menuntut ilmu, melewati
suka dan duka bersama di bangku kuliah.
12. Untuk orang-orang terdekat dan sahabat-sahabat saya, serta para penghuni
kos J21: Yasmin, Depret, Ria, Mbak Ipeh, Mbak Arik, Mbak, Cyn, Mar,
Cebolt, Iva, dll. terimakasih atas semangat, dukungan, dan bantuannya.
Serta semua pihak yang tidak disebutkan namanya, yang telah membantu
dalam proses pengerjaan skripsi ini, terimakasih banyak atas bantuan dan
doanya.
Semoga amal baik semua pihak yang membantu dalam proses penyelesaian
vi
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini
dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Malang, 27 Agustus 2015
vii
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN INFARK
MIOKARD AKUT (IMA)
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
Infark miokard akut (IMA) merupakan gejala klinis karena adanya kematian sel dan jaringan miokard jantung yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan oksigen. Berdasarkan pemeriksaan EKG, IMA dibagi menjadi dua yaitu, IMA dengan elevasi gelombang ST (STEMI), dan IMA tanpa elevasi gelombang ST (NSTEMI). Setelah terjadi infark, sel miokard akan rusak secara permanen yang menyebabkan jantung menjadi nonkontraktil, daerah infark inelastis, dan fungsi jantung menurun. Komplikasi gagal jantung dapat terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sejak terjadinya infark yang disebabkan karena terganggunya kontraktilitas sel miokard jantung dan menyebabkan cedera lebih lanjut ke jantung. Diagnosis IMA ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang berupa gejala karakteristik, pemeriksaan EKG, dan adanya penurunan atau peningkatan serum jantung. Gejala karakteristik IMA yang dapat digunakan untuk diagnosis adalah nyeri dada yang berlangsung lama,nyeri dada dapat tembus sampai ke punggung dan menjalar ke rahang dan lengan. Pasien juga dapat mengalami mual, berkeringat, hipertensi/hipotensi. Serum jantung yang dapat digunakan untuk diagnosis yaitu troponin, CK, dan CK-MB. Troponin, CK, dan CK-MB merupakan serum jantung dengan jumlah yang sedikit atau bahkan tidak ada pada orang normal, namun jumlah troponin, CK, dan CK-MB dapat meningkat pada orang yang mengalami cedera jantung.
Pemberian terapi pada pasien IMA bertujuan untuk reperfusi jaringan yang iskemik untuk mengurangi ukuran infark, mengobati gejala akut, mencegah terjadinya komplikasi, dan mencegah infark berulang. Terapi yang diberikan pada pasien IMA meliputi oksigen, vasodilator nitrat, antiplatelet, antikoagulan, morfin, fibrinolitik, beta bloker, ACE Inhibitor, penghambat kanal kalsium,
angiotensin receptor blocker, dan statin.
Penghambat kanal kalsium diberikan jika pasien intoleransi dengan beta bloker. Penghambat kanal kalsium juga dapat digunakan tunggal atau pun kombinasi dengan antihipertensi lain. Penggunaan penghambat kanal kalsium bertujuan untuk vasodilatasi pembuluh darah, mengurangi luas infark, mengurangi kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan suplai darah ke pembuluh darah. Salah satu obat penghambat kanal kalsium adalah amlodipin. Amlodipin merupakan long-acting dihidropiridin yang bekerja menghambat kanal kalsium tipe L dengan menembus membran plasma pada sel otot polos sistemik dan koroner. Pada penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa amlodipin dapat menurunkan resiko terjadinya infark dan manfaat pada cardiovascular.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan amlodipin pada pasien infark miokard akut di RSUD Sidoarjo. Pola penggunaan amlodipin baik tunggal maupun kombinasi meliputi dosis, rute, frekuensi, dan aturan penggunaan.
viii
Maret 2015 di RSUD Sidoarjo. Diperoleh data sesuai kriteria inklusi sebanyak 20 pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMA banyak terjadi pada laki-laki (75%) dibandingkan pada perempuan (25%). Pasien IMA lebih banyak yang berusia ≥ 55 tahun (55%) daripada yang berusia < 55 tahun (45%). Faktor resiko pada pasien IMA lebih banyak pada penyakit hipertensi (26%) kemudian pasien diabetes melitus (19%), panyakit jantung (7%), dan dislipidemia (4%). Lama penggunaan amlodipin dalam rentang 1-5 hari sebesar 70%, 6-10 hari 25%, dan 11-15 hari 5%. Lama perawatan pasien di rumah sakit selama 3-7 hari sebesar 75% dan selama 8-16 hari 25%. Keadaan KRS pasien IMA lebih banyak dengan keadaan perbaikan (75%).
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
DAFTAR SINGKATAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
2.1 Definisi Infark Miokard Akut ...6
2.2 Epidemiologi Infark Miokard Akut ... 7
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Infark Miokard Akut ... 8
2.4 Patogenesis Infark Miokard Akut ... 11
2.5 Patofisiologi Infark Miokard Akut ... 12
2.6 Presentasi Klinis Infark Miokard Akut ... 15
x
2.7.1 Riwayat Klinis ... 17
2.7.2 Data Pemeriksaan Fisik ... 18
2.7.3 Data Laboratorium ... 18
2.7.4 Elektrokardiogram ... 19
2.7.5 Biomarker Serum Jantung ... 20
2.7.5.1 Troponin ... 20
2.7.5.2 Serum Creatine Kinase (CK) ... 21
2.7.5.3 Serum Creatine Kinase Isoenzim... 21
2.7.6 Cardiac Imaging ... 22
2.8 Klasifikasi Klinis Infark Miokard Akut ... 23
2.8.1 Infark Miokard Spontan (MI tipe 1) ... 23
2.8.2 Infark Miokard Sekunder Sebagai Ketidakseimbangan Iskemik (MI tipe 2) ... 23
2.8.3 Kematian Jantung Karena Infark Miokard (MI Tipe 3) ... 24
2.8.4 Infark Miokard Yang Berhubungan Dengan Prosedur Revaskula- risasi (MI Tipe 4 dan 5) ... 24
2.9 Komplikasi Infark Miokard Akut ... 25
2.9.1 Cardiac Arrest (Henti Jantung) ... 25
2.9.2 Gagal Jantung ... 25
2.9.3 Syok Kardiogenik ... 26
2.9.4 Perikarditis ... 26
2.10 Penatalaksanaan Terapi Infark Miokard Akut ... 26
2.10.1 Oksigen ... 28
2.10.2 Nitrat ... 29
2.10.2.1 Nitrogliserin ... 29
2.10.2.2 Isosorbid Dinitrat ... 29
xi
2.10.3.1 Aspirin ... 30
2.10.3.2 Klopidogrel ... 30
2.10.4 Obat-Obat Antikoagulan ... 30
2.10.4.1 Heparin dan Warfarin ... 30
2.10.4.2 Fondaparinux ... 31
2.10.5 Obat Trombolitik ... 31
2.10.5.1 Streptokinase ... 31
2.10.6 Beta-Blocker ... 31
2.10.6.1 Bisoprolol ... 32
2.10.6.2 Propanolol ... 32
2.10.7 ACE Inhibitor ... 32
2.10.7.1 Captopril ... 33
2.10.7.2 Ramipril... 33
2.10.8 Penghambat Kanal Kalsium ... 33
2.10.8.1 Verapamil ... 34
2.10.8.2 Amlodipin ... 34
2.10.8.2.1 Mekanisme Kerja Amlodipin ... 35
2.10.8.2.2 Dosis Amlodipin ... 37
2.10.8.2.3 Efek Samping Amlodipin ... 37
2.10.8.2.4 Amlodipin Untuk Terapi Pada Pasien IMA ... 37
2.10.8.2.5 Sediaan Amlodipin di Indonesia ... 38
2.10.9 Angiotensin Receptor Blockers ... 39
2.10.9.1 Candesartan ... 39
2.10.9.2 Valsartan ... 39
2.10.10 Obat Golongan Statin ... 40
xii
2.10.10.2 Atorvastatin ... 40
2.10.11 Analgesik ... 40
2.10.11.1 Morfin ... 41
2.10.12 Antiaritmia ... 41
2.10.12.1 Lidokain ... 41
2.10.12.2 Amiodaron ... 42
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ...43
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ... 43
3.2 Kerangka Konseptual ... 44
3.3 Kerangka Operasional Terapi pada Pasien IMA ... 45
BAB IV METODE PENELITIAN ...46
4.1 Rancangan Penelitian ... 46
4.2 Populasi dan Sampel ... 46
4.2.1 Populasi ... 46
4.2.2 Sampel ... 46
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 46
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ... 46
4.3 Bahan Penelitian... 46
4.4 Instrumen Penelitian... 47
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
4.6 Definisi Operasional... 47
4.7 Metode Pengumpulan Data ... 48
4.8 Analisis Data ... 48
BAB V HASIL PENELITIAN ...49
5.1 Demografi Pasien ...49
xiii
5.1.2 Umur ... 50
5.1.3 Status Pasien ... 50
5.2 Faktor Resiko ... 51
5.3 Penggunaan Obat pada Pasien Infark Miokard Akut ... 51
5.4 Penggunaan Amlodipin pada Pasien Infark Miokard Akut ... 53
5.4.1 Pola Penggunaan Amlodipin Tunggal dan Kombinasi pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUD Sidoarjo ... 54
5.5 Lama Penggunaan Amlodipin pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUD Sidoarjo ... 56
5.6 Lama Perawatan Pasien Infark Miokard Akut di RSUD Sidoarjo ... 57
5.7 Keadaan Keluar Rumah Sakit (KRS) ... 57
BAB VI PEMBAHASAN ...58
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...70
7.1 Kesimpulan ... 70
7.2 Saran... ... ...70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel II.1 Kadar Serum Jantung ... 20
Tabel II.2 Klasifikasi IMA ... 25
Tabel II.3 Sediaan Amlodipin Di Indonesia ... 38
Tabel V.1 Faktor Resiko terkait IMA di RSUD Sidoarjo ... 51
Tabel V.2 Pola penggunaan terapi pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 52
Tabel V.3 Pola penggunaan terapi penyerta pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 53
Tabel V.4 Pola penggunaan amlodipin pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 53
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Jantung ... 6
Gambar 2.2 Proses Perkembangan Plak dan Terjadinya IMA ... 10
Gambar 2.3 Patofisiologi IMA ... 14
Gambar 2.4 Penatalaksanaan Terapi Pasien IMA ... 28
Gambar 2.5 Struktur Amlodipin ... 34
Gambar 2.6 Mekanisme Kerja Amlodipin ... 36
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 44
Gambar 3.2 Kerangka Operasional ... 45
Gambar 5.1 Skema Inklusi dan Eksklusi Penelitian Pada Pasien Infark Miokard Akut ... 49
Gambar 5.2 Diagram presentase distribusi jenis kelamin pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 50
Gambar 5.3 Diagram persentase distribusi umur pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 50
Gambar 5.4 Diagram persentase distribusi status asuransi pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 51
Gambar 5.5 Diagram distribusi lama penggunaan amlopidin pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 56
Gambar 5.6 Diagram distribusi lama perawatan pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ...75
2. Surat Pernyataan ...76
3. Keterangan Kelayakan Etik ...77
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ACCF ACE ADP AHA ARB CABG CAD CAST CCB CHF CK COX cTnI cTnT DAPT EKG ESC GTN HMG-CoA IMA LBBB LDL LV MI NSTEMI PAI PCI PGI2 PJK RV STEMI = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =american college of cardiology foundation
angiotensin converting enzym
adenosin difosfat
american heart association
angiotensin receptor blockers
coronary arteri bypass grafting
coronary artery disease
cardiac arrhythmia suppression trial
calcium channel blocker
congestive heart failure
creatine kinase
cyclooxygenase
cardiac troponin I
cardiac troponin T
dual antiplatelet therapy
Elektrokardiogram
european society of cardiology
glyceryl trinitrate
HMG coenzyme A
infark miokard akut
left bundle branch block
low-density lipoprotein
left ventricle
myocardial infarction
non ST-elevation myocardial infarction
plasminogen activator inhibitor
precutaneous coronary intervention
prostaglandin I2
penyakit jantung koroner
right ventricle
xviii
t-PA
TXA2
UA
WHF
WHO
=
=
=
=
=
tissue plasminogen activator
Thromboxane A2
unstable angina
world health federation
xix
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P. I. & Ward, J. P., 2008. At a Glance: The Cardiovascular System, Jakarta: Erlangga.
Aberg, Judith A., Jr., William A., Armstrong, L., et al., 2007. Drug Information Handbook, Ed. 17th, Amerika: Lexi-Comp Inc.
Anderson, Philip O., Knoben, James E., and Troutman, William G., 2002. Handbook of Clinical Drug Data, Ed. 10th, United States of America: McGraw-Hill.
Antman, E.M., Loscalzo, J., 2012. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. In: Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Loscalzo, J. (Ed.). Harrison’s Principles of Internal Medicine, Ed. 18th, United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Benowitz, Neal L., 2012. Antihypertensive Agents. In: Bertram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 12th, United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Besser, Pam, Harvey, Joyce B. Dr., Allbright, M., Bellak, M., Kerber, Sharon A., Lord, Cynthia B., Bevern, Pamela V., Shannon, K., Bryant, Juanita R., Winland-Brown, Jill E., Jentzen, Sandra A., Vaughans, Bennita W., 2003. Circulation: The Cardiovascular and Lymphatic System. In: Cohen, B.J. (Ed.). Medical Terminology: An Illustrated Guide, Ed. 4th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bonow, Robert O., Douglas L. Mann, Douglas P. Zipes, and Peter Libby, 2012. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, Ed. 9th, Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc., pp. 1087-1135.
Daubert, M.A., Jeremias, A., and Brown, D.L., 2010. Diagnosis of Acute Myocardial Infarction. In: Jeremias, A., and Brown, D.L. (Eds.). Cardiac Intensive Care, Ed. 2nd, Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc., Chapter 10.
Depkes, 2011. Menkes : Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Jantung Meningkat. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI. Rabu, 30 Maret 2011. www.depkes.go.id/pdf.php?id=1452. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
xx
Fauci, Anthony S., Dennis L. Kasper, Dan L. Longo, Eugene Braunwald, Stephen L. Hauser, J. Larry Jameson, and Joseph Loscalzo, 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine, Ed. 17th, United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Greene, Russell J., Harris, N. D., 2008. Pathology and Therapeutics for Pharmacists: A basis for clinical pharmacy practice, Ed. 3rd, Great Britain: Cambridge University Press, 258-266.
Gunawan, Sulistia Gan, 2009. Farmakologi Dan Terapi. Edisi ke-5, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal 358.
Hume, Joseph R., and Grant, Augustus O., 2012. Agents Used in Cardiac Arrhythmias. In: Bertram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 12th, United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kalra, S., Agrawal, N., Hussain, F., Mitra, A., 2009. Mangement Of Hypertension With Concomitant Coronary Artery Disease: Result From The Imperial Study-4. The Internet Journal of Family Practice. 2009 Volume 8 Number 2.
Khan, Nadia A., Grubisic, Maja, Hemmelgarn, Brenda, Humphries, Karen, King, Kathryn M., and Quan, Hude, 2010. Outcomes After Acute Myocardial Infarction in South Asian, Chinese, and White Patients. American Heart Association.
Koda-Kimble, Mary Anne, Young, Lloyd Yee, Alldredge, Brian K., Corelli, Robin L., Guglielmo, B. Joseph, Kradjan, Wayne A., and Williams, Bradley R., 2009. Applied Therapeutics: The Clinical Use Of Drugs, Ed. 9th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, Chapter 17.
Kones, Richard, 2011. Oxygen Therapy for Acute Myocardial Infarction—Then and Now. A Century of Uncertainty. J. Am. J. Med.
Martin, John, 2011. BNF, ed. 61th, London: BMJ Group.
Mason, R. P., Marche, P., Hintze, T. H., 2003. Novel Vascular Biology of Third-Generation L-Type Calcium Channel Antagonists: Ancillary Actions of Amlodipine. Arterioscler Thromb Vasc Biol.
Mendis, Shanthi, Thygesen, Kristian, Kuulasmaa, Kari, Giampaoli, Simona, Mahonen, Markku, Blackett, Kathleen Ngu, and Lisheng, Liu, 2010. World Health Organization definition of myocardial infarction: 2008–09 revision. Int. J. Epidemiol.
Murthy, M. B., and Murthy B., 2011. Amlodipine-induced petechial rash. J. Postgraduate. Med. October 2011 Vol 57 Issue 4.
xxi
O’Gara, P.T., et al. 2012. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of ST-Elevation Myocardial Infarction: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart AssociationTask Force on Practice Guidelines. Circulation, Vol. 127
Olafiranye, O., Zizi, F., Brimah, P., Jean-louis, G., Makaryus, A. N., McFarlane, S., and Ogedegbe, G., 2011. Research Article: Management of Hypertension among Patients with Coronary Heart Disease. Int. J. Hypertens.
Pramudianto, A., Evaria, 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi ke-10, Jakarta: UBM Medica Asia Pte Ltd.
Perk, Joep, Backer, G. D., Gohlke, H., Graham, I., Reiner, Z., Verschuren, W.M. M., Albus, C., Benlian, P., Boysen, G., Cifkova, R., Deaton, C., Ebrahim, S., Fisher, M., Germano G., Hobbs, R., Hoes, A., Karadeniz, S., Mezzani, A., Prescott, E., Ryden, L., Scherer, M., Syvanne, M., Reimer, W.J.M.S.O., Vrints, C., Wood, D., Zamorano, J. L., and Zannad, F., 2012. European Guidelines on cardiovascular disease prevention in clinical practice (version 2012). Eur. Heart J. Vol. 33
Rimawi, Ramzy H., 2013. Bedside Critical Care Guide. OMICS Group eBooks.
Rosendorff, Clive, 2000. Calcium antagonists and secondary prevention of myocardial infarction. The Lancet, pg. 1738.
Shetty, S., 2010. Acute Coronary Syndromes. In: J.J. Marini and A.P. Wheeler (Eds.). Critical Care Medicine, Ed. 4th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, p. 397.
Staessen, Jan A., Yan Li, Lutgarde THIJS, and Ji-Guang Wang, 2005. Blood Pressure Reduction and Cardiovascular Prevention: An Update Including the 2003–2004 Secondary Prevention Trials. Hypertens Res Vol. 28, No. 5.
Steg, Ph. Gabriel, James, Stefan K., Atar, Dan, Badano, Luigi P., Blomstrom-Lundqvist, Carina, Borger, Michael A., Mario, Carlo Di, Dickstein, Kenneth, Ducrocq, Gregory, Fernandez-Aviles, Francisco, Gershlick, Anthony H., Giannuzzi, Pantaleo, Halvorsen, Sigrun, Huber, Kurt, Juni, Peter, Kastrati, Adnan, Knuuti, Juhani, Lenzen, Mattie J., Mahaffey, Kenneth W., Valgimigli, Marco, Hof, Arnoud van ’t, Widimsky, Petr, and Zahger, Doron, 2012. ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation. Eur. Heart J. (2012) 33, 2569–2619.
Sweetman, Sean C., 2009. Martindale The Complete Drug Reference, Ed. 36th, China: Everbest Printing Co. Ltd.
xxii
Tatro, David S., 2003. A to Z Drug Facts. U.S: Facts and Comparisons.
Thygesen, K., Alpert, Joseph S., White, Harvey D., 2007. Universal Definition of Myocardial Infarction. Eur. Heart J. (2007) 28, 2525–2538.
Thygesen, Kristian, Joseph S. Alpert, Allan S. Jaffe, Maarten L. Simoons, Bernard R. Chaitman and Harvey D. White, 2012. Third Universal Definition of Myocardial Infarction. J. Am. Coll. Cardiol. Vol. 60, No. X, pp. 6-8.
Wang, Ji-Guang, Li, Yan, Franklin, S. S., Safar, Michel, 2007. Prevention of Stroke and Myocardial Infarction by Amlodipine and Angiotensin Receptor Blockers: A Quantitative Overview. American Heart Association.
Wang, T.Y., Ohman, E.M., 2009. Myocardial Infarction. In: Runge, M.S., Greganti, M.A. (Eds.). Netter’s Internal Medicine, Ed. 2nd, Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc., pp. 194-200.
Weber, Michael A., Schiffrin, Ernesto L., White, William B., Mann, S., Lindholm, Lars H., Kenerson, John G., Flack, John M., Carter, Barry L., Materson, Barry J., C. Ram, Venkata S., Cohen, Debbie L., Cadet, Jean-Claude, Jean-Charles, Roger R., et al, 2014. Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community: A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension. J. of Clin. Hypertens.
WHO, 2013. Cardiovascular diseases (CVDs). World Health Organization.
Yeh, Robert W., Stephen Sidney, Malini Chandra, Michael Sorel, Joseph V. Selby, and Alan S. Go, 2010. Population Trends in the Incidence and Outcomes of Acute Myocardial Infarction. N Engl J Med vol. 362 no. 23.
Zhender, James L., 2012. Drugs Used in Disorders of Coagulation. In: Bertram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 12th, United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di
seluruh dunia. Semakin banyak orang yang meninggal setiap tahun karena
penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular terdiri dari penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, penyakit jantung
rematik dan penyakit jantung bawaan, trombosis vena dan emboli paru. Penyakit
jantung koroner sendiri merupakan penyakit kardiovaskular yang berkaitan
dengan pembuluh darah yang mengangkut suplai oksigen ke jantung (WHO,
2013).
Infark miokard terjadi sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara
ketersediaan dan kebutuhan oksigen pada sel miokard. Kebanyakan infark
miokard timbul dari keadaan patologis aterosklerosis pada arteri koroner. Cedera
endotel pembuluh darah dan inflamasi lokal, penyerapan dan oksidasi low-density
lipoprotein (LDL), dan proliferasi sel otot halus ikut berkontribusi pada
pembentukan plak aterosklerosis yang akan pecah dan tersebar pada sirkulasi
darah. Gangguan jaringan fibrosa menyebabkan inflamasi, aktivasi platelet,
pembentukan trombin, dan pembentukan trombus. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan aliran darah epikard pada iskemi miokard dan lebih rentan untuk
mengalami nekrosis (Wang dan Ohman, 2009).
Infark miokard akut terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara
drastis setelah adanya oklusi trombosis pada suatu arteri koroner yang menyempit
karena aterosklerosis dan menghasilkan cedera. Cedera ini dipercepat oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Syamsudin, 2011). Infark
miokard terjadi karena sel miokard mati yang disebabkan oleh iskemia yang
berkepanjangan. Terbentuknya nekrosis miokard membutuhkan beberapa waktu
setelah onset dari infark miokard muncul. Sel miokard akan mengalami nekrosis
sepenuhnya setidaknya selama 2-4 jam atau lebih tergantung pada aliran darah di
zona infark, oklusi sebagian atau penuh di arteri koroner, dan kebutuhan oksigen
2
Infark miokard sendiri terbagi menjadi dua klasifikasi berdasarkan hasil dari
pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yaitu, pasien yang mengalami elevasi
gelombang ST (STEMI) dan yang tidak mengalami elevasi gelombang ST
(NSTEMI) (Fauci, 2008). Pasien infark miokard biasanya datang dengan gejala
nyeri dada di tengah seperti ditekan, yang dapat menjalar ke lengan, rahang, atau
leher dan berlangsung selama lebih dari 30 menit dan tidak mereda dengan
nitrogliserin. Pasien seringkali berkeringat dan tampak dingin, mual atau muntah
dan timbul perasaan sangat cemas (Aaronson dan Ward, 2008).
Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan global yang
berkontribusi hingga 30% dari kematian dunia dan 10% dari beban penyakit
global. Pada tahun 2005, dari total 58 juta kematian di dunia, 17 juta dikarenakan
penyakit kardiovaskuler dan, di antara mereka, 7,6 juta adalah karena penyakit
jantung koroner. Infark miokard adalah salah satu dari lima manifestasi utama
penyakit jantung koroner, yaitu angina pektoris stabil, angina pektoris tidak stabil,
MI (myocardial infarction), gagal jantung, dan kematian mendadak (Mendis et al,
2010). Pasien IMA Asia Selatan pada umumnya berumur lebih muda
dibandingkan pasien IMA kulit putih (Khan et al, 2010).
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization), sekitar 23,6 juta orang
akan meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2030. Sedangkan
berdasrkan Riskesdas, 2007 menunjukan bahwa prevalensi penyakit jantung
secara nasional adalah 7,2%. Penyakit jantung iskemik mempunyai proporsi
sebesar 5,1% dari seluruh penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan penyakit
jantung mempunyai angka proporsi sebesar 4,6% dari seluruh kematian. Selain
itu, hasil penelitian kohort di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan 5 rumah
sakit di Indonesia di tahun 2006 menunjukan bahwa angka kematian karena
penyakit kardiovaskular di rumah sakit adalah sekitar 6-12% dan angka
re-hospitalisasi yaitu 29% (Depkes, 2011).
Penatalaksanaan dan pemilihan terapi pada pasien IMA diberikan
berdasarkan keadaan pasien. Pasien yang diberikan PCI (Precutaneus Coronary
Intervention) primer seharusnya menerima kombinasi DAPT (dual antiplatelet
3
mungkin sebelum angiografi, dan antikoagulan secara parenteral. Fibrinolisis
merupakan strategi reperfusi penting, terutama dalam keadaan di mana PCI primer
tidak dapat diberikan kepada pasien STEMI dalam batas waktu yang dianjurkan.
Pengobatan jangka panjang pasien dengan beta-blocker setelah STEMI juga
memiliki keuntungan yang baik. Namun, penggunaan beta-blocker merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan tanda-tanda klinis hipotensi atau gagal jantung
kongestif. Penghambat kanal kalsium disarankan untuk diberikan pada pasien
yang kontraindikasi dengan beta-blocker. Statin harus diberikan kepada semua
pasien dengan infark miokard akut. Pemberian statin tidak berhubungan pada
kadar kolesterol pasien. Nitrat yang diberikan pada pasien berfungsi untuk
mengontrol gejala angina pasien. ACE inhibitors diberikan pada pasien yang
mengalami gagal jantung di fase awal dan jika pasien kontraindikasi dengan ACE
inhibitors dapat diberikan ARB (Steg et al, 2012).
Penggunaan antagonis kalsium untuk pengobatan infark miokard akut telah
diteliti dalam setidaknya 25 studi Randomized Controlled. Sebagian besar
penelitian ini dilakukan di era sebelum agen trombolitik atau angioplasti banyak
digunakan untuk pengobatan infark miokard akut. Efikasi kalsium antagonis dapat
secara substansial dimodifikasi oleh trombolisis atau angioplasti, karena
perawatan ini memodulasi setidaknya beberapa mekanisme kerja dari kalsium
antagonis seperti; kontraktilitas miokard dan kebutuhan oksigen sehingga
mempengaruhi reaktivitas dan kemampuan vaskular koroner, dan memodifikasi
fungsi endotel. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa antagonis kalsium dapat
digunakan sebagai pencegahan sekunder pada kejadian iskemi miokard, serta
menunjukkan bahwa sebagian besar dari studi CCB digunakan untuk pencegahan
sekunder infark miokard (Rosendorff, 2000).
Amlodipin, penghambat saluran kalsium golongan dihidropiridin, secara
luas digunakan dalam pengobatan berbagai gangguan kardiovaskular. Terdapat
kasus yang menunjukkan adanya ruam petekie bilateral pada tungkai bawah yang
merupakan efek samping amlodipin. Efek samping lain dari amlodipin yaitu
menyebabkan edema pergelangan kaki namun lebih ringan dibandingkan dengan
obat golongan dihidropiridin lainnya. Ruam petekie yang terjadi merupakan efek
4
disebabkan oleh amlodipin merupakan hasil dari peningkatan tekanan hidrostatik
dalam kapiler (Murthy, 2011).
Di sisi lain tentang adanya efek samping amlodipin, terdapat penelitian yang
menyatakan bahwa penghambat kanal kalsium (yang digunakan amlodipin)
banyak mengurangi resiko dari stroke dan infark miokard. Jika dibandingkan
dengan long acting penghambat kanal kalsium, amlodipin, ARB kurang efektif
untuk menurunkan tekanan darah dan juga menunjukkan inferioritas pencegahan
stroke dan infark miokard. Penelitian tentang amlodipin dibandingkan dengan
diuretik, β-blockers, atau penghambat ACE seperti hasil meta-analisis sebelumnya
menunjukkan penghambat kanal kalsium pada umumnya memberikan
perlindungan lebih baik terhadap stroke dan khususnya amlodipin memberikan
perlindungan yang sama terhadap infark miokard (Wang et al, 2007).
Berdasarkan penjelasan di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
apakah amlodipin banyak digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien IMA.
Dilakukan di RSUD Sidoarjo untuk mengetahui amlodipin sering digunakan atau
tidak di rumah sakit ini pada pasien IMA karena kebutuhan setiap rumah sakit
berbeda-beda.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan amlodipin pada pasien infark miokard akut?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pola penggunaan obat-obat pada pasien infark miokard akut
meliputi dosis, rute, frekuensi, dan aturan penggunaan.
2. Mengetahui pola terapi obat amlodipin pada pasien infark miokard akut
meliputi dosis, rute, frekuensi, dan aturan penggunaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui outcome terapi pada pasien infark miokard akut sehingga
farmasis dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik
5
2. Mengetahui pola penggunaan amlodipin untuk terapi obat pada pasien