• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) (Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) (Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

APRILIA WIDYASTUTI

STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA

PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

ii

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN

INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2015

Oleh:

Aprilia Widyastuti

201110410311143

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN

INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal 27 Agustus 2015

Oleh

Aprilia Widyastuti 201110410311143

Tim Penguji:

Penguji I Penguji II

Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc NIP 1195809111986011001 NIDN 0727118602

Penguji III Penguji IV

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah dan terimakasih penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul ―STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN

INFARK MIOKARD AKUT (IMA) (Penelitian dilakukan di RSUD

Sidoarjo)‖ untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam

menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini berbagai pihak telah memberikan

bimbingan, bantuan serta doa kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp. Kom. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak dr. Atok Irawan, Sp. P selaku Direktur RSUD Sidoarjo, Kepala

Bidang Rekam Medik beserta staf pegawai RSUD Sidoarjo yang turut

membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis dalam

pengambilan data skripsi di RSUD Sidoarjo.

3. Bapak Drs. Susanto, M.Si selaku Kepala Bidang Budaya Politik beserta

staf Bankesbangpol Provinsi Jawa timur dan Kepala beserta staf

Bankesbangpol Kabupaten Sidoarjo yang mempermudah dan membantu

memberikan izin penelitian di RSUD Sidoarjo.

4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm,. Apt,. M.Sc. selaku Ketua Program Studi

Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang beserta dosen dan seluruh

staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada saya

(5)

v

5. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan

waktu maupun dorongan moral, memberikan arahan terbaiknya kepada

saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Ibu Hidajah Rachmawati,S.Si.,Apt.,Sp.FRS dan Ibu Dra. Lilik Yusetyani,

Apt.,Sp.FRS sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan

kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.

7. Ibu Dian Ermawati, M.Farm.,Apt sebagai Dosen Wali yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan nasehat selama mengikuti pendidikan

di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

8. Ibu Sendi Lia Yunita, S.Farm., Apt., selaku dosen penanggung jawab

skripsi yang telah membantu jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat

melaksanakan ujian skripsi dengan baik.

9. Orang tua, adik, dan keluarga penulis yang telah memberikan motivasi,

doa, kasih sayang, nasihat, kesabaran, serta dukungan moral maupun

materi. Saya akan terus berusaha keras untuk membuat kalian bangga.

10. Teman-teman skripsi klinis yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerja

samanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Teman-teman Program Studi Farmasi UMM 2011 khususnya keluarga

Farmasi C 2011 yang tidak disebutkan namanya satu per satu, terimakasih

sudah menjadi keluarga terdekat selama saya menuntut ilmu, melewati

suka dan duka bersama di bangku kuliah.

12. Untuk orang-orang terdekat dan sahabat-sahabat saya, serta para penghuni

kos J21: Yasmin, Depret, Ria, Mbak Ipeh, Mbak Arik, Mbak, Cyn, Mar,

Cebolt, Iva, dll. terimakasih atas semangat, dukungan, dan bantuannya.

Serta semua pihak yang tidak disebutkan namanya, yang telah membantu

dalam proses pengerjaan skripsi ini, terimakasih banyak atas bantuan dan

doanya.

Semoga amal baik semua pihak yang membantu dalam proses penyelesaian

(6)

vi

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini

dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 27 Agustus 2015

(7)

vii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN AMLODIPIN PADA PASIEN INFARK

MIOKARD AKUT (IMA)

(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)

Infark miokard akut (IMA) merupakan gejala klinis karena adanya kematian sel dan jaringan miokard jantung yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan oksigen. Berdasarkan pemeriksaan EKG, IMA dibagi menjadi dua yaitu, IMA dengan elevasi gelombang ST (STEMI), dan IMA tanpa elevasi gelombang ST (NSTEMI). Setelah terjadi infark, sel miokard akan rusak secara permanen yang menyebabkan jantung menjadi nonkontraktil, daerah infark inelastis, dan fungsi jantung menurun. Komplikasi gagal jantung dapat terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sejak terjadinya infark yang disebabkan karena terganggunya kontraktilitas sel miokard jantung dan menyebabkan cedera lebih lanjut ke jantung. Diagnosis IMA ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang berupa gejala karakteristik, pemeriksaan EKG, dan adanya penurunan atau peningkatan serum jantung. Gejala karakteristik IMA yang dapat digunakan untuk diagnosis adalah nyeri dada yang berlangsung lama,nyeri dada dapat tembus sampai ke punggung dan menjalar ke rahang dan lengan. Pasien juga dapat mengalami mual, berkeringat, hipertensi/hipotensi. Serum jantung yang dapat digunakan untuk diagnosis yaitu troponin, CK, dan CK-MB. Troponin, CK, dan CK-MB merupakan serum jantung dengan jumlah yang sedikit atau bahkan tidak ada pada orang normal, namun jumlah troponin, CK, dan CK-MB dapat meningkat pada orang yang mengalami cedera jantung.

Pemberian terapi pada pasien IMA bertujuan untuk reperfusi jaringan yang iskemik untuk mengurangi ukuran infark, mengobati gejala akut, mencegah terjadinya komplikasi, dan mencegah infark berulang. Terapi yang diberikan pada pasien IMA meliputi oksigen, vasodilator nitrat, antiplatelet, antikoagulan, morfin, fibrinolitik, beta bloker, ACE Inhibitor, penghambat kanal kalsium,

angiotensin receptor blocker, dan statin.

Penghambat kanal kalsium diberikan jika pasien intoleransi dengan beta bloker. Penghambat kanal kalsium juga dapat digunakan tunggal atau pun kombinasi dengan antihipertensi lain. Penggunaan penghambat kanal kalsium bertujuan untuk vasodilatasi pembuluh darah, mengurangi luas infark, mengurangi kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan suplai darah ke pembuluh darah. Salah satu obat penghambat kanal kalsium adalah amlodipin. Amlodipin merupakan long-acting dihidropiridin yang bekerja menghambat kanal kalsium tipe L dengan menembus membran plasma pada sel otot polos sistemik dan koroner. Pada penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa amlodipin dapat menurunkan resiko terjadinya infark dan manfaat pada cardiovascular.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan amlodipin pada pasien infark miokard akut di RSUD Sidoarjo. Pola penggunaan amlodipin baik tunggal maupun kombinasi meliputi dosis, rute, frekuensi, dan aturan penggunaan.

(8)

viii

Maret 2015 di RSUD Sidoarjo. Diperoleh data sesuai kriteria inklusi sebanyak 20 pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMA banyak terjadi pada laki-laki (75%) dibandingkan pada perempuan (25%). Pasien IMA lebih banyak yang berusia ≥ 55 tahun (55%) daripada yang berusia < 55 tahun (45%). Faktor resiko pada pasien IMA lebih banyak pada penyakit hipertensi (26%) kemudian pasien diabetes melitus (19%), panyakit jantung (7%), dan dislipidemia (4%). Lama penggunaan amlodipin dalam rentang 1-5 hari sebesar 70%, 6-10 hari 25%, dan 11-15 hari 5%. Lama perawatan pasien di rumah sakit selama 3-7 hari sebesar 75% dan selama 8-16 hari 25%. Keadaan KRS pasien IMA lebih banyak dengan keadaan perbaikan (75%).

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Definisi Infark Miokard Akut ...6

2.2 Epidemiologi Infark Miokard Akut ... 7

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Infark Miokard Akut ... 8

2.4 Patogenesis Infark Miokard Akut ... 11

2.5 Patofisiologi Infark Miokard Akut ... 12

2.6 Presentasi Klinis Infark Miokard Akut ... 15

(10)

x

2.7.1 Riwayat Klinis ... 17

2.7.2 Data Pemeriksaan Fisik ... 18

2.7.3 Data Laboratorium ... 18

2.7.4 Elektrokardiogram ... 19

2.7.5 Biomarker Serum Jantung ... 20

2.7.5.1 Troponin ... 20

2.7.5.2 Serum Creatine Kinase (CK) ... 21

2.7.5.3 Serum Creatine Kinase Isoenzim... 21

2.7.6 Cardiac Imaging ... 22

2.8 Klasifikasi Klinis Infark Miokard Akut ... 23

2.8.1 Infark Miokard Spontan (MI tipe 1) ... 23

2.8.2 Infark Miokard Sekunder Sebagai Ketidakseimbangan Iskemik (MI tipe 2) ... 23

2.8.3 Kematian Jantung Karena Infark Miokard (MI Tipe 3) ... 24

2.8.4 Infark Miokard Yang Berhubungan Dengan Prosedur Revaskula- risasi (MI Tipe 4 dan 5) ... 24

2.9 Komplikasi Infark Miokard Akut ... 25

2.9.1 Cardiac Arrest (Henti Jantung) ... 25

2.9.2 Gagal Jantung ... 25

2.9.3 Syok Kardiogenik ... 26

2.9.4 Perikarditis ... 26

2.10 Penatalaksanaan Terapi Infark Miokard Akut ... 26

2.10.1 Oksigen ... 28

2.10.2 Nitrat ... 29

2.10.2.1 Nitrogliserin ... 29

2.10.2.2 Isosorbid Dinitrat ... 29

(11)

xi

2.10.3.1 Aspirin ... 30

2.10.3.2 Klopidogrel ... 30

2.10.4 Obat-Obat Antikoagulan ... 30

2.10.4.1 Heparin dan Warfarin ... 30

2.10.4.2 Fondaparinux ... 31

2.10.5 Obat Trombolitik ... 31

2.10.5.1 Streptokinase ... 31

2.10.6 Beta-Blocker ... 31

2.10.6.1 Bisoprolol ... 32

2.10.6.2 Propanolol ... 32

2.10.7 ACE Inhibitor ... 32

2.10.7.1 Captopril ... 33

2.10.7.2 Ramipril... 33

2.10.8 Penghambat Kanal Kalsium ... 33

2.10.8.1 Verapamil ... 34

2.10.8.2 Amlodipin ... 34

2.10.8.2.1 Mekanisme Kerja Amlodipin ... 35

2.10.8.2.2 Dosis Amlodipin ... 37

2.10.8.2.3 Efek Samping Amlodipin ... 37

2.10.8.2.4 Amlodipin Untuk Terapi Pada Pasien IMA ... 37

2.10.8.2.5 Sediaan Amlodipin di Indonesia ... 38

2.10.9 Angiotensin Receptor Blockers ... 39

2.10.9.1 Candesartan ... 39

2.10.9.2 Valsartan ... 39

2.10.10 Obat Golongan Statin ... 40

(12)

xii

2.10.10.2 Atorvastatin ... 40

2.10.11 Analgesik ... 40

2.10.11.1 Morfin ... 41

2.10.12 Antiaritmia ... 41

2.10.12.1 Lidokain ... 41

2.10.12.2 Amiodaron ... 42

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ...43

3.1 Uraian Kerangka Konseptual ... 43

3.2 Kerangka Konseptual ... 44

3.3 Kerangka Operasional Terapi pada Pasien IMA ... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ...46

4.1 Rancangan Penelitian ... 46

4.2 Populasi dan Sampel ... 46

4.2.1 Populasi ... 46

4.2.2 Sampel ... 46

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 46

4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ... 46

4.3 Bahan Penelitian... 46

4.4 Instrumen Penelitian... 47

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

4.6 Definisi Operasional... 47

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 48

4.8 Analisis Data ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ...49

5.1 Demografi Pasien ...49

(13)

xiii

5.1.2 Umur ... 50

5.1.3 Status Pasien ... 50

5.2 Faktor Resiko ... 51

5.3 Penggunaan Obat pada Pasien Infark Miokard Akut ... 51

5.4 Penggunaan Amlodipin pada Pasien Infark Miokard Akut ... 53

5.4.1 Pola Penggunaan Amlodipin Tunggal dan Kombinasi pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUD Sidoarjo ... 54

5.5 Lama Penggunaan Amlodipin pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUD Sidoarjo ... 56

5.6 Lama Perawatan Pasien Infark Miokard Akut di RSUD Sidoarjo ... 57

5.7 Keadaan Keluar Rumah Sakit (KRS) ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ...58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...70

7.1 Kesimpulan ... 70

7.2 Saran... ... ...70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel II.1 Kadar Serum Jantung ... 20

Tabel II.2 Klasifikasi IMA ... 25

Tabel II.3 Sediaan Amlodipin Di Indonesia ... 38

Tabel V.1 Faktor Resiko terkait IMA di RSUD Sidoarjo ... 51

Tabel V.2 Pola penggunaan terapi pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 52

Tabel V.3 Pola penggunaan terapi penyerta pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 53

Tabel V.4 Pola penggunaan amlodipin pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 53

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Jantung ... 6

Gambar 2.2 Proses Perkembangan Plak dan Terjadinya IMA ... 10

Gambar 2.3 Patofisiologi IMA ... 14

Gambar 2.4 Penatalaksanaan Terapi Pasien IMA ... 28

Gambar 2.5 Struktur Amlodipin ... 34

Gambar 2.6 Mekanisme Kerja Amlodipin ... 36

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 44

Gambar 3.2 Kerangka Operasional ... 45

Gambar 5.1 Skema Inklusi dan Eksklusi Penelitian Pada Pasien Infark Miokard Akut ... 49

Gambar 5.2 Diagram presentase distribusi jenis kelamin pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 50

Gambar 5.3 Diagram persentase distribusi umur pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 50

Gambar 5.4 Diagram persentase distribusi status asuransi pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 51

Gambar 5.5 Diagram distribusi lama penggunaan amlopidin pada pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 56

Gambar 5.6 Diagram distribusi lama perawatan pasien IMA di RSUD Sidoarjo ... 57

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ...75

2. Surat Pernyataan ...76

3. Keterangan Kelayakan Etik ...77

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

ACCF ACE ADP AHA ARB CABG CAD CAST CCB CHF CK COX cTnI cTnT DAPT EKG ESC GTN HMG-CoA IMA LBBB LDL LV MI NSTEMI PAI PCI PGI2 PJK RV STEMI = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

american college of cardiology foundation

angiotensin converting enzym

adenosin difosfat

american heart association

angiotensin receptor blockers

coronary arteri bypass grafting

coronary artery disease

cardiac arrhythmia suppression trial

calcium channel blocker

congestive heart failure

creatine kinase

cyclooxygenase

cardiac troponin I

cardiac troponin T

dual antiplatelet therapy

Elektrokardiogram

european society of cardiology

glyceryl trinitrate

HMG coenzyme A

infark miokard akut

left bundle branch block

low-density lipoprotein

left ventricle

myocardial infarction

non ST-elevation myocardial infarction

plasminogen activator inhibitor

precutaneous coronary intervention

prostaglandin I2

penyakit jantung koroner

right ventricle

(18)

xviii

t-PA

TXA2

UA

WHF

WHO

=

=

=

=

=

tissue plasminogen activator

Thromboxane A2

unstable angina

world health federation

(19)

xix

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P. I. & Ward, J. P., 2008. At a Glance: The Cardiovascular System, Jakarta: Erlangga.

Aberg, Judith A., Jr., William A., Armstrong, L., et al., 2007. Drug Information Handbook, Ed. 17th, Amerika: Lexi-Comp Inc.

Anderson, Philip O., Knoben, James E., and Troutman, William G., 2002. Handbook of Clinical Drug Data, Ed. 10th, United States of America: McGraw-Hill.

Antman, E.M., Loscalzo, J., 2012. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. In: Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Loscalzo, J. (Ed.). Harrison’s Principles of Internal Medicine, Ed. 18th, United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Benowitz, Neal L., 2012. Antihypertensive Agents. In: Bertram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 12th, United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Besser, Pam, Harvey, Joyce B. Dr., Allbright, M., Bellak, M., Kerber, Sharon A., Lord, Cynthia B., Bevern, Pamela V., Shannon, K., Bryant, Juanita R., Winland-Brown, Jill E., Jentzen, Sandra A., Vaughans, Bennita W., 2003. Circulation: The Cardiovascular and Lymphatic System. In: Cohen, B.J. (Ed.). Medical Terminology: An Illustrated Guide, Ed. 4th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Bonow, Robert O., Douglas L. Mann, Douglas P. Zipes, and Peter Libby, 2012. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, Ed. 9th, Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc., pp. 1087-1135.

Daubert, M.A., Jeremias, A., and Brown, D.L., 2010. Diagnosis of Acute Myocardial Infarction. In: Jeremias, A., and Brown, D.L. (Eds.). Cardiac Intensive Care, Ed. 2nd, Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc., Chapter 10.

Depkes, 2011. Menkes : Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Jantung Meningkat. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI. Rabu, 30 Maret 2011. www.depkes.go.id/pdf.php?id=1452. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.

(20)

xx

Fauci, Anthony S., Dennis L. Kasper, Dan L. Longo, Eugene Braunwald, Stephen L. Hauser, J. Larry Jameson, and Joseph Loscalzo, 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine, Ed. 17th, United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Greene, Russell J., Harris, N. D., 2008. Pathology and Therapeutics for Pharmacists: A basis for clinical pharmacy practice, Ed. 3rd, Great Britain: Cambridge University Press, 258-266.

Gunawan, Sulistia Gan, 2009. Farmakologi Dan Terapi. Edisi ke-5, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal 358.

Hume, Joseph R., and Grant, Augustus O., 2012. Agents Used in Cardiac Arrhythmias. In: Bertram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 12th, United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Kalra, S., Agrawal, N., Hussain, F., Mitra, A., 2009. Mangement Of Hypertension With Concomitant Coronary Artery Disease: Result From The Imperial Study-4. The Internet Journal of Family Practice. 2009 Volume 8 Number 2.

Khan, Nadia A., Grubisic, Maja, Hemmelgarn, Brenda, Humphries, Karen, King, Kathryn M., and Quan, Hude, 2010. Outcomes After Acute Myocardial Infarction in South Asian, Chinese, and White Patients. American Heart Association.

Koda-Kimble, Mary Anne, Young, Lloyd Yee, Alldredge, Brian K., Corelli, Robin L., Guglielmo, B. Joseph, Kradjan, Wayne A., and Williams, Bradley R., 2009. Applied Therapeutics: The Clinical Use Of Drugs, Ed. 9th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, Chapter 17.

Kones, Richard, 2011. Oxygen Therapy for Acute Myocardial Infarction—Then and Now. A Century of Uncertainty. J. Am. J. Med.

Martin, John, 2011. BNF, ed. 61th, London: BMJ Group.

Mason, R. P., Marche, P., Hintze, T. H., 2003. Novel Vascular Biology of Third-Generation L-Type Calcium Channel Antagonists: Ancillary Actions of Amlodipine. Arterioscler Thromb Vasc Biol.

Mendis, Shanthi, Thygesen, Kristian, Kuulasmaa, Kari, Giampaoli, Simona, Mahonen, Markku, Blackett, Kathleen Ngu, and Lisheng, Liu, 2010. World Health Organization definition of myocardial infarction: 2008–09 revision. Int. J. Epidemiol.

Murthy, M. B., and Murthy B., 2011. Amlodipine-induced petechial rash. J. Postgraduate. Med. October 2011 Vol 57 Issue 4.

(21)

xxi

O’Gara, P.T., et al. 2012. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of ST-Elevation Myocardial Infarction: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart AssociationTask Force on Practice Guidelines. Circulation, Vol. 127

Olafiranye, O., Zizi, F., Brimah, P., Jean-louis, G., Makaryus, A. N., McFarlane, S., and Ogedegbe, G., 2011. Research Article: Management of Hypertension among Patients with Coronary Heart Disease. Int. J. Hypertens.

Pramudianto, A., Evaria, 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi ke-10, Jakarta: UBM Medica Asia Pte Ltd.

Perk, Joep, Backer, G. D., Gohlke, H., Graham, I., Reiner, Z., Verschuren, W.M. M., Albus, C., Benlian, P., Boysen, G., Cifkova, R., Deaton, C., Ebrahim, S., Fisher, M., Germano G., Hobbs, R., Hoes, A., Karadeniz, S., Mezzani, A., Prescott, E., Ryden, L., Scherer, M., Syvanne, M., Reimer, W.J.M.S.O., Vrints, C., Wood, D., Zamorano, J. L., and Zannad, F., 2012. European Guidelines on cardiovascular disease prevention in clinical practice (version 2012). Eur. Heart J. Vol. 33

Rimawi, Ramzy H., 2013. Bedside Critical Care Guide. OMICS Group eBooks.

Rosendorff, Clive, 2000. Calcium antagonists and secondary prevention of myocardial infarction. The Lancet, pg. 1738.

Shetty, S., 2010. Acute Coronary Syndromes. In: J.J. Marini and A.P. Wheeler (Eds.). Critical Care Medicine, Ed. 4th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, p. 397.

Staessen, Jan A., Yan Li, Lutgarde THIJS, and Ji-Guang Wang, 2005. Blood Pressure Reduction and Cardiovascular Prevention: An Update Including the 2003–2004 Secondary Prevention Trials. Hypertens Res Vol. 28, No. 5.

Steg, Ph. Gabriel, James, Stefan K., Atar, Dan, Badano, Luigi P., Blomstrom-Lundqvist, Carina, Borger, Michael A., Mario, Carlo Di, Dickstein, Kenneth, Ducrocq, Gregory, Fernandez-Aviles, Francisco, Gershlick, Anthony H., Giannuzzi, Pantaleo, Halvorsen, Sigrun, Huber, Kurt, Juni, Peter, Kastrati, Adnan, Knuuti, Juhani, Lenzen, Mattie J., Mahaffey, Kenneth W., Valgimigli, Marco, Hof, Arnoud van ’t, Widimsky, Petr, and Zahger, Doron, 2012. ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation. Eur. Heart J. (2012) 33, 2569–2619.

Sweetman, Sean C., 2009. Martindale The Complete Drug Reference, Ed. 36th, China: Everbest Printing Co. Ltd.

(22)

xxii

Tatro, David S., 2003. A to Z Drug Facts. U.S: Facts and Comparisons.

Thygesen, K., Alpert, Joseph S., White, Harvey D., 2007. Universal Definition of Myocardial Infarction. Eur. Heart J. (2007) 28, 2525–2538.

Thygesen, Kristian, Joseph S. Alpert, Allan S. Jaffe, Maarten L. Simoons, Bernard R. Chaitman and Harvey D. White, 2012. Third Universal Definition of Myocardial Infarction. J. Am. Coll. Cardiol. Vol. 60, No. X, pp. 6-8.

Wang, Ji-Guang, Li, Yan, Franklin, S. S., Safar, Michel, 2007. Prevention of Stroke and Myocardial Infarction by Amlodipine and Angiotensin Receptor Blockers: A Quantitative Overview. American Heart Association.

Wang, T.Y., Ohman, E.M., 2009. Myocardial Infarction. In: Runge, M.S., Greganti, M.A. (Eds.). Netter’s Internal Medicine, Ed. 2nd, Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc., pp. 194-200.

Weber, Michael A., Schiffrin, Ernesto L., White, William B., Mann, S., Lindholm, Lars H., Kenerson, John G., Flack, John M., Carter, Barry L., Materson, Barry J., C. Ram, Venkata S., Cohen, Debbie L., Cadet, Jean-Claude, Jean-Charles, Roger R., et al, 2014. Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community: A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension. J. of Clin. Hypertens.

WHO, 2013. Cardiovascular diseases (CVDs). World Health Organization.

Yeh, Robert W., Stephen Sidney, Malini Chandra, Michael Sorel, Joseph V. Selby, and Alan S. Go, 2010. Population Trends in the Incidence and Outcomes of Acute Myocardial Infarction. N Engl J Med vol. 362 no. 23.

Zhender, James L., 2012. Drugs Used in Disorders of Coagulation. In: Bertram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 12th, United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di

seluruh dunia. Semakin banyak orang yang meninggal setiap tahun karena

penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular terdiri dari penyakit jantung

koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, penyakit jantung

rematik dan penyakit jantung bawaan, trombosis vena dan emboli paru. Penyakit

jantung koroner sendiri merupakan penyakit kardiovaskular yang berkaitan

dengan pembuluh darah yang mengangkut suplai oksigen ke jantung (WHO,

2013).

Infark miokard terjadi sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara

ketersediaan dan kebutuhan oksigen pada sel miokard. Kebanyakan infark

miokard timbul dari keadaan patologis aterosklerosis pada arteri koroner. Cedera

endotel pembuluh darah dan inflamasi lokal, penyerapan dan oksidasi low-density

lipoprotein (LDL), dan proliferasi sel otot halus ikut berkontribusi pada

pembentukan plak aterosklerosis yang akan pecah dan tersebar pada sirkulasi

darah. Gangguan jaringan fibrosa menyebabkan inflamasi, aktivasi platelet,

pembentukan trombin, dan pembentukan trombus. Hal ini dapat menyebabkan

penurunan aliran darah epikard pada iskemi miokard dan lebih rentan untuk

mengalami nekrosis (Wang dan Ohman, 2009).

Infark miokard akut terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara

drastis setelah adanya oklusi trombosis pada suatu arteri koroner yang menyempit

karena aterosklerosis dan menghasilkan cedera. Cedera ini dipercepat oleh

faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Syamsudin, 2011). Infark

miokard terjadi karena sel miokard mati yang disebabkan oleh iskemia yang

berkepanjangan. Terbentuknya nekrosis miokard membutuhkan beberapa waktu

setelah onset dari infark miokard muncul. Sel miokard akan mengalami nekrosis

sepenuhnya setidaknya selama 2-4 jam atau lebih tergantung pada aliran darah di

zona infark, oklusi sebagian atau penuh di arteri koroner, dan kebutuhan oksigen

(24)

2

Infark miokard sendiri terbagi menjadi dua klasifikasi berdasarkan hasil dari

pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yaitu, pasien yang mengalami elevasi

gelombang ST (STEMI) dan yang tidak mengalami elevasi gelombang ST

(NSTEMI) (Fauci, 2008). Pasien infark miokard biasanya datang dengan gejala

nyeri dada di tengah seperti ditekan, yang dapat menjalar ke lengan, rahang, atau

leher dan berlangsung selama lebih dari 30 menit dan tidak mereda dengan

nitrogliserin. Pasien seringkali berkeringat dan tampak dingin, mual atau muntah

dan timbul perasaan sangat cemas (Aaronson dan Ward, 2008).

Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan global yang

berkontribusi hingga 30% dari kematian dunia dan 10% dari beban penyakit

global. Pada tahun 2005, dari total 58 juta kematian di dunia, 17 juta dikarenakan

penyakit kardiovaskuler dan, di antara mereka, 7,6 juta adalah karena penyakit

jantung koroner. Infark miokard adalah salah satu dari lima manifestasi utama

penyakit jantung koroner, yaitu angina pektoris stabil, angina pektoris tidak stabil,

MI (myocardial infarction), gagal jantung, dan kematian mendadak (Mendis et al,

2010). Pasien IMA Asia Selatan pada umumnya berumur lebih muda

dibandingkan pasien IMA kulit putih (Khan et al, 2010).

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.

Berdasarkan data WHO (World Health Organization), sekitar 23,6 juta orang

akan meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2030. Sedangkan

berdasrkan Riskesdas, 2007 menunjukan bahwa prevalensi penyakit jantung

secara nasional adalah 7,2%. Penyakit jantung iskemik mempunyai proporsi

sebesar 5,1% dari seluruh penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan penyakit

jantung mempunyai angka proporsi sebesar 4,6% dari seluruh kematian. Selain

itu, hasil penelitian kohort di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan 5 rumah

sakit di Indonesia di tahun 2006 menunjukan bahwa angka kematian karena

penyakit kardiovaskular di rumah sakit adalah sekitar 6-12% dan angka

re-hospitalisasi yaitu 29% (Depkes, 2011).

Penatalaksanaan dan pemilihan terapi pada pasien IMA diberikan

berdasarkan keadaan pasien. Pasien yang diberikan PCI (Precutaneus Coronary

Intervention) primer seharusnya menerima kombinasi DAPT (dual antiplatelet

(25)

3

mungkin sebelum angiografi, dan antikoagulan secara parenteral. Fibrinolisis

merupakan strategi reperfusi penting, terutama dalam keadaan di mana PCI primer

tidak dapat diberikan kepada pasien STEMI dalam batas waktu yang dianjurkan.

Pengobatan jangka panjang pasien dengan beta-blocker setelah STEMI juga

memiliki keuntungan yang baik. Namun, penggunaan beta-blocker merupakan

kontraindikasi pada pasien dengan tanda-tanda klinis hipotensi atau gagal jantung

kongestif. Penghambat kanal kalsium disarankan untuk diberikan pada pasien

yang kontraindikasi dengan beta-blocker. Statin harus diberikan kepada semua

pasien dengan infark miokard akut. Pemberian statin tidak berhubungan pada

kadar kolesterol pasien. Nitrat yang diberikan pada pasien berfungsi untuk

mengontrol gejala angina pasien. ACE inhibitors diberikan pada pasien yang

mengalami gagal jantung di fase awal dan jika pasien kontraindikasi dengan ACE

inhibitors dapat diberikan ARB (Steg et al, 2012).

Penggunaan antagonis kalsium untuk pengobatan infark miokard akut telah

diteliti dalam setidaknya 25 studi Randomized Controlled. Sebagian besar

penelitian ini dilakukan di era sebelum agen trombolitik atau angioplasti banyak

digunakan untuk pengobatan infark miokard akut. Efikasi kalsium antagonis dapat

secara substansial dimodifikasi oleh trombolisis atau angioplasti, karena

perawatan ini memodulasi setidaknya beberapa mekanisme kerja dari kalsium

antagonis seperti; kontraktilitas miokard dan kebutuhan oksigen sehingga

mempengaruhi reaktivitas dan kemampuan vaskular koroner, dan memodifikasi

fungsi endotel. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa antagonis kalsium dapat

digunakan sebagai pencegahan sekunder pada kejadian iskemi miokard, serta

menunjukkan bahwa sebagian besar dari studi CCB digunakan untuk pencegahan

sekunder infark miokard (Rosendorff, 2000).

Amlodipin, penghambat saluran kalsium golongan dihidropiridin, secara

luas digunakan dalam pengobatan berbagai gangguan kardiovaskular. Terdapat

kasus yang menunjukkan adanya ruam petekie bilateral pada tungkai bawah yang

merupakan efek samping amlodipin. Efek samping lain dari amlodipin yaitu

menyebabkan edema pergelangan kaki namun lebih ringan dibandingkan dengan

obat golongan dihidropiridin lainnya. Ruam petekie yang terjadi merupakan efek

(26)

4

disebabkan oleh amlodipin merupakan hasil dari peningkatan tekanan hidrostatik

dalam kapiler (Murthy, 2011).

Di sisi lain tentang adanya efek samping amlodipin, terdapat penelitian yang

menyatakan bahwa penghambat kanal kalsium (yang digunakan amlodipin)

banyak mengurangi resiko dari stroke dan infark miokard. Jika dibandingkan

dengan long acting penghambat kanal kalsium, amlodipin, ARB kurang efektif

untuk menurunkan tekanan darah dan juga menunjukkan inferioritas pencegahan

stroke dan infark miokard. Penelitian tentang amlodipin dibandingkan dengan

diuretik, β-blockers, atau penghambat ACE seperti hasil meta-analisis sebelumnya

menunjukkan penghambat kanal kalsium pada umumnya memberikan

perlindungan lebih baik terhadap stroke dan khususnya amlodipin memberikan

perlindungan yang sama terhadap infark miokard (Wang et al, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

apakah amlodipin banyak digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien IMA.

Dilakukan di RSUD Sidoarjo untuk mengetahui amlodipin sering digunakan atau

tidak di rumah sakit ini pada pasien IMA karena kebutuhan setiap rumah sakit

berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan amlodipin pada pasien infark miokard akut?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pola penggunaan obat-obat pada pasien infark miokard akut

meliputi dosis, rute, frekuensi, dan aturan penggunaan.

2. Mengetahui pola terapi obat amlodipin pada pasien infark miokard akut

meliputi dosis, rute, frekuensi, dan aturan penggunaan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui outcome terapi pada pasien infark miokard akut sehingga

farmasis dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik

(27)

5

2. Mengetahui pola penggunaan amlodipin untuk terapi obat pada pasien

Gambar

Tabel V.4 Pola penggunaan amlodipin pada  pasien IMA di RSUD Sidoarjo ..... 53

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini ditunjukan respon dari frekuensi tegangan terbangkit generator set terhadap perubahan beban, arus beban untuk menunjukkan perubahan beban dan

Pemilihan Kepala daerah secara langsung akan menjadi medan pembuktian bagi partai politik untuk menunjukkan performa yang bagus untuk mendorong sifat rasionalitas

Karakteristik kemampuan berpikir intuitif yang digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi penggunaan obat tradisional, faktor yang mempengaruhi penggunaan obat pada pasien hipertensi, dan

(EPILEPSY TREGERED OF FEVER) DI IRNA CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA adalah hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan hasil karya

Hasil penelitian Nurjanah (2011), tentang “ Efektivitas Kompres Normal Salin Dan Air Hangat Terhadap Derajat Flebitis Pada Anak Yang Dilakukan Pemasangan Infus

karena semakin baik motivasi yang di berikan pada siswa maka dapat mem- berikan semangat bagi siswa untuk terus belajar, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Berdasarkan observasi yang telah dilakuakn di SDN 104231 Sugiharjo di peroleh informasi bahwa proses pelajaran IPS di kelas masih berpusatkan pada guru (teacher