• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PAHLAWAN NASIONAL MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PAHLAWAN NASIONAL MEDAN."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPS PAHLAWAN NASIONAL MEDAN

Oleh:

Rita Malona br. Butar Butar NIM.4123311047

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PAHLAWAN NASIONAL MEDAN

RITA MALONA BUTAR BUTAR (4123311047) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based-Learning dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi pokok persamaan linier dua variabel siswa SMP Pahlawan Nasional Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based-Learning untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok persamaan linier dua variabel. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-7 SMP Pahlawan Nasional Medan.

Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal dan kesulitan awal siswa. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas VIII-7 diperoleh 30 orang siswa (71,42%) yang mencapai nilai persentase dan 12 orang siswa (28,68%) yang mencapai nilai persentase (syarat ketuntasan belajar TKPM) dengan rata – rata nilai pada tes awal 37,14.

Setelah pemberian tindakan pengajaran melalui model pembelajaran Problem

Based-Learning, nilai TKPM I di kelas VIII-7 dari 42 orang siswa, jumlah siswa yang masuk dalam

kategori aktif dan sangat aktif ada 14 orang dan untuk kemampuan pemecahan masalah terdapat 32 orang siswa (76,19%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (yang mendapat nilai persentase ) sedangkan 10 orang siswa (23,80%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar TKPM dan nilai rata – rata kelasnya mencapai 73,09.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Pahlawan Nasional Medan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr.Mulyono, M.Si dan Bapak Dr. Togi, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

(6)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama (A. Br. Hutabarat dan Bapak (J.Butar butar) tersayang yang selalu membimbing, mendoakan, memberi kasih sayang dan semangat serta dukungan dalam segala hal kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, panjang umur dan berkat yang melimpah-limpah buat kedua orang tua saya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Abang tersayang Togar Leonardo Butar-butar, Gunawan Butar-butar, Romario Butar butar dan Adik tersayang Riris Butar butar dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan Kelas Eks A 2012, kelas yang luar biasa dan memberi banyak kenangan dan selalu memotivasi kepada penulis dan juga teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya stambuk 2012. Penulis juga mengucapkan terima kasih buat sahabat SMA (Hana, Rensti, Mega, Nurlina, dan Alm. Etha) dan anak kos Jl. Sering 96A (Juni, ester, erna, iyen, nora dan yoko) dan seluruh anak kos 96A yang selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis . Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Super team Oriflame khususnya kak Eki manurung, Afrida Tobing dan Lidia Siregar serta para downline-downline tersayang di jaringan Rita butar butar yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, januari 2017 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Hakikat Belajar 10

2.1.2 Aktivitas Belajar 13

2.1.3 Kemampuan pemecahan masalah matematika 17 2.1.4 Model pembelajaran Problem Based Learning 21 2.1.5 Materi menggunakan persmaan linier dua variabel 28 2.1.6 Penyajian Materi Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base

Learning 30

2.1.7 Teori Belajar yang Relevan dengan Model Pembelajaran Problem Based

Learning 33

2.2 Penelitian yang Relevan 35

2.3 Kerangka Konseptual 37

(8)

vii

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.2Subjek dan Objek Penelitian 39

3.2.1 Subjek Penelitian 39

3.2.2 Objek Penelitian 39

3.3 Jenis Penelitian 39

3.4 Alat dan Pengumpulan data 41

3.4.1 Tes 41

3.5.2 Observasi 42

3.5 Prosedur Penelitian 45

3.6 Teknik Analisis Data 48

3.6.1 Reduksi Data 48

3.6.2 Analisis Hasil Observasi 49

3.6.2.1Menganalisis Aktivitas Belajar Siswa 49 3.6.2.2 Menganalisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 49

3.7 Indikator Keberhasilan 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53

4.1 Hasil Penelitian 53

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I 53

4.1.1.1 Permasalahan I 53

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan I 55

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 55

4.1.1.4 Analisis Data I 55

4.1.1.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah I 57 4.1.1.4.2 Hasil Observasi aktivitas siswa siklus I 61 4.1.1.4.3Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pemb. I 65

4.1.1.5 Refleksi Siklus I 68

4.1.2 Siklus II 69

4.1.2.1 Perencanaan tindakan II 69

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan II 71

4.1.2.3 Analisis Data II 73

4.1.2.3.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II 74

(9)

viii

4.1.2.4 Refleksi Siklus II 83

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88

5.1 Kesimpulan 89

5.2 Saran 89

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 4

Tabel 2.1 Hubungan Aktivitas Belajar 15

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem

based learning 25

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa 44 Tabel 3.2 Pedoman Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 50 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Awal Siswa 57 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah I 57 Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah I 58

Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 59 Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 59 Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil

Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 60 Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 62 Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas siswa Siklus I 64 Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I 65 Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah II 74 Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 75

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 75 Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 76 Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil Pada

(11)

x

Tabel 4.17 Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Pada Siklus I Dan II 82

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan Alurnya 48

Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I dan Siklus II 83

Gambar 4.2 Tingkat Jumlah Siswa Tuntas Belajar Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I dan Siklus II 84 Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada

Siklus I dan Siklus II 85

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 92

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 96

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 100

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 104

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 108

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus I) 111

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III (Siklus II) 114

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV (Siklus II) 117

Lampiran 9 Tes Kemampuan Awal 120

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 121

Lampiran 11 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 123

Lampiran 12 Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 124

Lampiran 13 Tes Kemampuan PemecahanMasalah I (Siklus I) 127

Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan 128

Masalah (Siklus I)

lampiran 15 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah II (Siklus II) 132

Lampiran 16 Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 133

Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (Siklus II) 136

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah (Siklus II) 137

(14)

xiii

Lampiran 20 hasil aktivitas belajar siklus I pertemuan pertama 142

Lampiran 21 hasil aktivitas belajar siklus I pertemuan kedua 147

Lampiran 22 hasil aktivitas belajar siklus II pertemuan pertama 150

Lampiran 23 aktivitas belajar siklus II pertemuan kedua 153

Lampiran 24 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 156

Lampiran 25 Hasil Tes Awal 157

Lampiran 26 Hasil TKPM I 159

Lampiran 27 Hasil TKPM II 161

Lampiran 28 Lembar Observasi Aktivitas Guru siklus I (pert. 1) 163

Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas guru siklus I (pert. 2) 165

Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Guru siklus II (per 3) 167

Lampiran 31 Lembar Observasi Aktivitas Guru siklus II (per 4) 169

(15)

1

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai persoalan dan pertanyaan yang timbul dalam pelaksanaannya. Pendidikan adalah suatu proses, dimana hasil dalam pelaksanaaanya sangat memerlukan pengkajian yang mendalam dan komprehensif agar hasil yang dicapai dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia mulia. Hubungan manusia dan pendidikan adalah hubungan antara subjek dan aktivitasnya. Fenomena masa modern ini, makin maju suatu masyarakat maka makin maju pula pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Artinya masyarakat akan relatif lebih maju apabila masyarakat itu aktif membina pendidikan atau suatu masyarakat akan lebih maju bila masyarakat itu menyelenggarakan pendidikan yang maju.

Matematika merupakan ilmu Universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu dasar yang sangat penting diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Dalam pembelajaran matematika dituntut untuk berpikir logis,sistematis,kritis, teliti mengola informasi,serta memecahkan suatu masalah sehingga berguna dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan teknologi. Peranan matematika yang sangat penting menjadi latar belakang perlunya untuk dipelajari. Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa semakin mampu berhitung, menganalisa, berpikir kritis, serta menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika seperti pendapat Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa perlunya matematika diajarkan kepada siswa karena:

(16)

2

dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, dan (6) memberikan kepuasan terhadapa usaha yang menantang.

Namun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling menakutkan bagi siswa. Mujis (2008:332) mengemukakan bahwa, ”Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh anak-anak

maupun orang dewasa.” Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya

karena setiap manusia akan menggunakan matematika di dalam kehidupanya, karena setiap ilmu dan pelajaran akan berhubungan dengan matematika. Selain itu matematika juga merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan matematika di Indonesia, belum pernah memberikan hal yang menggembirakan baik untuk skala nasional. Indonesia masih jauh tertinggal oleh negara-negara lain walaupun di kancah internasional secara individu siswa di Indonesia ada yang berprestasi namun hal itu bukan merupakan potret dari pendidikan di Indonesia. Bahkan saat ini belum ada sesuatu data atau fakta yang dapat dijadikan bukti bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia sudah berhasil. Dapat diasumsikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah atau belum sesuai dengan yang diharapkan.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai paket program pendidikan sebagai implementasi penggunaan anggaran pendidikan 20% dari APBN. Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan profesionalisme guru (pendidik), menyediakan sarana dan prasarana serta melakukan pergantian kurikulum.

(17)

3

komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkunganya menyebabkan proses belajar mengajar yang monoton.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Isjoni (2009:40) menyatakan bahwa:

”Interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa dalam kelas sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar. Interaksi yang saling mempengaruhi antar warga dikelas, melahirkan apa yang biasa dinamakan iklim atau suasana kelas.”

Pada umumnya disekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswi yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, Setiap kegiatan didalam kelas didominasi oleh guru. Pada umumnya metode pembelajaran yang diterapkan disekolah masih konvensional yaitu masih berpusat pada guru.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas VIII SMP S Pahlawan Nasional Medan pada 3 Agustus 2016, diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah. Pada saat peneliti mengobservasi proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan metode ceramah dan cenderung berkomunikasi satu arah. Metode mengajar konvensional yang digunakan guru memperkecil kemungkinan siswa untuk terlibat aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat dan berdiskusi dengan teman lain. Jika guru memberi pertanyaan sangat jarang siswa yang mau menjawab, bahkan tidak jarang aktivitas yang dilakukan terkesan dipaksakan misalnya siswa baru menjawab pertanyaan gurunya bila sudah mendapat perintah atau ditujuk oleh guru. Ketika menjawab, siswa hanya berusaha menjawab soal dengan cara meniru cara guru menyelesaikan soal atau dengan contoh yang ada.

(18)

4

Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tingkat

Penguasaan

Kategori Banyak Siswa Persentasi

Sangat Rendah 7

Rendah 23

Sedang 10

Tinggi 2

Sangat Tinggi 0

Jumlah 42

Dari data pada tabel 1.1 terlihat jelas bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Dari penyelesaian tes pada materi yang diberikan siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah nyata kedalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaaikan masalah yang diberikan. Mereka cenderung melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Berangkat, dari suatu keyakinan, kemampuan daya nalar yang baik akan sangat berguna memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mengembangkan daya nalar siswa menjadi suatu kebutuhan dan tujuan dari pendidikan yang harus dicapai khususnya pada bidang studi matematika.

Jika siswa mampu memecahkan sendiri masalahnya maka pembelajaran akan lebih bermakna. Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan model-model ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.

(19)

5

dipelajari. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Herman Hudojo (2005:129-130)

Dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah tersebut dan menjadi terampil didalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang telah dimilikinya sebelumnya.

Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan bagaimana memecahkan permasalahan sehingga banyak siswa juga kesulitan mempelajarinya. Kesulitan ini biasa muncul karena paradigma bahwa jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah. Siswa seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab penekanan pada jawaban akhir. Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari memecahkan masalah yaitu bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih penting dan mendasar. Ketika jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya belajar menyelesaikan satu masalah khusus. Namun ketika proses ditekankan, siswa tampaknya akan belajar lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah lainya.

Kondisi ini secara langsung atau tidak, akan melahirkan anggapan bahwa belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, padahal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktifitas intelektual yang tinggi dan membutuhkan suatu proses psikologi yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalil-dalil atau teorema-teorema yang dipelajari.

(20)

6

salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Pada model pembelajaran Problem Based Learning siswa akan mempelajari masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, yang akan mengarahkan siswa untuk berpikir dan bernalar serta menyelesaikan masalah tersebut dalam bentuk matematika. Selain itu, model pembelajaran Problem Based Learning memampukan siswa terampil memecahkan masalah, mengembangkan materi pengetahuan melalui bimbingan dan penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan/kelompok kecil. Dengan adanya kerjasama tersebut maka akan memberikan motivasi untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir sehingga mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pelajaran matematika khususnya pada materi .

Pada model Pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya. Tujuan dari model ini (M.Hosnan, 2014:299) “Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri”. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari -hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya.

Berdasarkan uraian diatas tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa

(21)

7

pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP S Pahlawan Nasional Medan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu:

1) Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang paling sulit bagi siswa 2) Kurangnya minat belajar matematika siswa

3) Hasil Belajar Matematika siswa masih rendah

4) Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas

5) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

6) Model pembelajaran yang dilakukan kurang bervariasi sehingga kurang mampu menarik minat siswa untuk belajar lebih aktif.

1.3Batasan Masalah

(22)

8

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Pahlawan nasional Medan pada pokok bahasan ?

2. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah kelas VIII SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok bahasan ?

1.5Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa pada pokok

bahasan persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Pahlawan Nasional Medan.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas VIII SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok bahasan persamaan linier dua variabel.

1.6Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran matematika melalui model Pembelajaran Problem Based Learning dan sebagai bekal peneliti sebagai calon guru mata

(23)

9

2. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning.

3. Bagi siswa, diharapakan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning

4. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran matematika.

(24)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi Persamaan Linier Dua Variabel. Ini dapat dilihat dari tingkat aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I diperoleh aktivitas siswa yang masuk kategori baik dan sangat baik adalah 14 siswa (33,34%) dari 42 siswa dan pada siklus II diperoleh bahwa aktivitas siswa yang masuk kategori baik dan sangat baik meningkat menjadi 30 siswa (71,43%).

(25)

88

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Penggunaan model Problem Based-Learning seperti ini hendaknya dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Karena melalui model pembelajaran Problem Based Learning ini siswa mampu berinteraksi dengan guru dan teman-temanya sehingga suasana belajar lebih aktif. Selain itu, siswa juga dapat berbagi ilmu pengetahuan dari tingkat pengetahuan yang berbeda, mampu memecahkan masalah bersama, bertukar ide dan mengemukakan pendapat kepada teman maupun gurunya serta mampu menampilkan hasil diskusinya dengan maju kedepan mempresentasikan hasil kelompok mereka. 2. Dalam proses pembelajaran untuk melibatkan siswa lebih aktif dalam

pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

(26)

90

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2012) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arends, (2008), Belajar untuk Mengajar, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta

Arikunto, S., (2013), Prosedur Penelitian, Penerbit PT Rineka Cipta, Yogyakarta

Armanto,Dian., (2009), Matematika Menjadi Pelajaran Yang Menyenangakan;

//http:p4mriunimed.wordpress.com/2009/10/07/matematika-menjadi-pelajaran-menyenangkan/ (Diakses pada maret 2016)

Daryanto, (2013), Inovasi Pembelajaran Efektif, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Hamalik,Oemar (2011), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta

Hamalik,Oemar (2006), Perencanaan pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Jakarta

Holmes, (2014), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa antara Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan

Konvensional pada Pokok Bahasan Statistika bagi Siswa Kelas XI di

SMAN 1 Pagaran T.A 2014/2015, Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia,Bogor

Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persada,Medan

Kunandar., (2008),Guru Profesional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Penerbit PT.Raja Grafindo

Persada,Jakarta

(27)

91

Lola, (2013), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Model Problem Based Learning Menggunakan Software Autografh, Tesis, FMIPA, UNIMED, Medan.

Manik,Derman., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada

Pokok bahasan Peluang Siswa Kelas X SMA N 3 Medan Tahun Ajaran

2014/2015. Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Purwanto., (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Putaka Pelajar, Yogyakarta

Rohani,Ahmad., (2004), Pengelolaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Dua, Penerbit Rajawali pers, Jakarta.

Sanjaya,Wina. (2011) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta

Sardiman., (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta

Slameto., (2012), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta

Sudjana(2001), Metoda statistik, Tarsito,Bandung

Sulistiowaty Runny (2015), Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas VII SMP Swasta Medan Skripsi, FMIPA,

UNIMED, Medan

Trianto Bahri.,(2011), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit PT.Rineka Cipta, Jakarta

Gambar

Tabel 3.1   Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa  44  Tabel 3.2    Pedoman Skor Kemampuan Pemecahan Masalah  50  Tabel 4.1
Tabel 4.17   Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Gambar  4.1  Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa  Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2010 di RT 08 Pedukuhan IX Ngestiharjo Kasihan Bantul terhadap 10 orang ibu yang menghadapi menopause dengan usia

projection so supporting the standard projection clause, too, is of no use in practice (but may require additional effort in. implementations): If the target property is optional

The geometry of individual buildings in LOD1 and LOD2 may be represented in a multitude of valid forms within the same LOD. For instance, the top of a LOD1 building may represent

Konsentrasi nitrat di

Komputer server pada kasus ini juga bertindak sebagai penggerak dan pemutar kamera dalam aplikasi, sedangkan komputer client hanya digunakan untuk menerima data posisi dan

Wahid Udin Serasan

dari shuhuf, bentuk plural dari kata shahîfah yang berarti ‘surat kabar’), dan al-Kitâb (Buku), sebagai dua media komunikasi dalam proses komunikasi massa yang