KARAKTERISTIK POLISAKARIDA LARUT AIR (PLA)
UMBI BENGKUANG
(
Pachyrhizus erosus
L
.
)
DARI
BERBAGAI METODE EKSTRAKSI
SKRIPSI
Oleh:
ADRIAN HILMAN
070305029/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
KARAKTERISTIK POLISAKARIDA LARUT AIR (PLA)
UMBI BENGKUANG
(
Pachyrhizus erosus
L
.
)
DARI
BERBAGAI METODE EKSTRAKSI
SKRIPSI
Oleh:
ADRIAN HILMAN
070305029/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP
Ketua Anggota
Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
ADRIAN HILMAN : KARAKTERISTIK POLISAKARIDA LARUT AIR (PLA) UMBI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.) DARI BERBAGAI METODE EKSTRAKSI. Dibimbing oleh HERLA RUSMARILIN dan ZULKIFLI LUBIS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan air dan jenis metode ekstraksi terhadap sifat fisika kimia dari PLA umbi bengkuang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu penambahan air pada pati umbi bengkuang 0,5 bagian, 1 bagian, 1,5 bagian, dan 2 bagian dan jenis metode ekstraksi air, ragi roti dan laru tempe. Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi, daya larut dan bentuk granula PLA umbi bengkuang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan air pada pati umbi bengkuang berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi dan daya larut PLA. Jenis metode ekstraksi berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, daya larut PLA dan berbeda nyata terhadap dextrose equivalent dan derajat polimerisasi PLA. Interaksi penambahan air dan jenis metode ekstraksi berpengaruh berbeda nyata terhadap kadar air PLA dan berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi dan daya larut PLA.
Kata Kunci : PLA, umbi bengkuang, pati, metode ekstraksi
ABSTRACT
ADRIAN HILMAN : THE CHARACTERISTIC OF WATER-SOLUBLE POLYSACCHARIDE OF YAM BEAN FROM VARIOUS EXTRACTIONS METHOD. Supervised by
HERLA RUSMARILIN and ZULKIFLI LUBIS. The aim of this research was to determine the effect of the addition of water and various extractions method on the chemico-physic properties of water-soluble polysaccharide. This study used a completely randomized design (CRD) with two factors i.e. the addition of water (0,5 part, 1 part, 1,5 part and 2 part) and extraction method (water, yeast and mold). Observed parameters were moisture content, protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity, dextrose equivalent, polymerization degree, soluble ability and form of granule of PLA yam bean.
The results showed that the addition of water had highly significant effect on moisture content, protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity, dextrose equivalent, polymerization degree and soluble ability PLA. The extraction method had highly significant effect on moisture content, protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity and soluble ability PLA and had significant efffect on dextrose equivalent and polymerization degree PLA. Interaction of the addition of water and extraction method had significant effect on moisture content PLA and had no significant effect on protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity, dextrose equivalent, polymerization degree and soluble ability PLA.
RIWAYAT HIDUP
ADRIAN HILMAN dilahirkan di Medan pada 18 Oktober 1988 dari
Bapak Amrin Lubis dan Ibu Annisah. Anak pertama dari lima bersaudara.
Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan dan pada tahun
2007 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Selesksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Teknologi Pertanian Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai ketua umum Ikatan
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian, sebagai pengurus Badan Kenaziran
Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, sebagai ketua umum BKM Research FP
USU, sebagai anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Bukit Barisan, sebagai anggota Muslim Youth Club (MY Club) Medan, sebagai
anggota Student Generation Community (SGC) USU, sebagai anggota Forum
Silaturrahim Alumni Muslim SMANSA (FORSAB) dan sebagai asisten
praktikum di Laboratorium Teknologi Pangan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakterisktik
Polisakarida Larut Air (PLA) Umbi Bengkuang dari Berbagai Metode Ekstraksi”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu tersayang yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini juga adikku yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP dan
Bapak Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App, Sc selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian
sampai pada ujian akhir.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen
Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa terkhusus kepada Pengurus
BKM Al-Mukhlisin dan Asisten Laboratorium Teknologi Pangan FP USU yang
tidak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
Karakteristik Umbi Bengkuang... 5
Komposisi Umbi Bengkuang ... 7
Manfaat Umbi Bengkuang ... 8
Polisakarida ... 9
Pembagian Polisakarida ... 10
Manfaat Polisakarida ... 11
Pati ... 11
Metode Penelitian... 17
Model Rancangan... 18
Pembuatan pati umbi bengkuang ... 18
Pembuatan polisakarida larut air (PLA) ... 19
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 19
Parameter Penelitian... 22
Penentuan kadar air ... 22
Penentuan kadar abu ... 22
Penentuan kadar protein ... 23
Penentuan kadar lemak ... 23
Penentuan kadar karbohidrat ... 24
Penentuan kadar serat kasar ... 24
Penentuan rendemen ... 25
Penentuan kadar glukosa ... 25
Penentuan viskositas ... 26
Penentuan gula reduksi ... 26
Penentuan total gula ... 27
Penentuan dextrose equivalent ... 28
Penentuan derajat polimerisasi ... 28
Penentuan daya larut ... 28
Bentuk granula pati ... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penambahan Air pada Pati Umbi Bengkuang terhadap Parameter yang Diamati ... 30
Pengaruh Jenis Metode Ekstraksi Pati Umbi Bengkuang terhadap Parameter yang Diamati ... 32
Kadar Air... 34
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA... 34
Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA... 35
Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA ... 37
Kadar Protein... 39
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar protein PLA ... 39
Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar protein PLA ... 40
Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap kadar protein PLA ... 42
Kadar Serat Kasar... 42
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar serat kasar PLA ... 42
Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar serat kasar PLA ... 44
Rendemen ... 45 Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
rendemen PLA ... 45 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap rendemen PLA ... 47 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap rendemen PLA .... 48 Kadar Glukosa... 49
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
kadar glukosa PLA ... 49 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar glukosa PLA ... 50 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap
kadar glukosa PLA ... 52 Gula Reduksi... 52
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
gula reduksi PLA ... 52 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap gula reduksi PLA ... 54 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap
gula reduksi PLA ... 55 Total Gula... 56
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
total gula PLA ... 56 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap total gula PLA ... 57 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap total gula PLA ... 59 Viskositas... 59
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
viskositas PLA ... 59 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap viskositas PLA ... 60 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap viskositas PLA .... 62
Dextrose Equivalent ... 62 Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
dextrose equivalent PLA ... 62 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
dextrose equivalent PLA ... 64 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap
dextrose equivalent PLA ... 66 Derajat Polimerisasi... 66
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap derajat polimerisasi PLA ... 67 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap
derajat polimerisasi PLA ... 69 Daya Larut... 69
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
daya larut PLA ... 69 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap daya larut PLA ... 71 Pengaruh interaksi antara penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap
daya larut PLA ... 72 Bentuk Granula Pati ... 73
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 76 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA... 78
DAFTAR TABEL
No. ... Hal
1. Komposisi zat gizi umbi bengkuang ... 7
2. Jenis-jenis polisakarida dan jenis ikatan glikosidik ... 10
3. Karakteristik pati umbi bengkuang ... 31
4. Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
parameter yang diamati ... 30
5. Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
parameter yang diamati ... 32
6. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap kadar air PLA ... 34
7. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang
terhadap kadar air PLA ... 36
8. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA ... 37
9. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap kadar protein PLA ... 39
10. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap kadar protein PLA ... 41
11. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap kadar serat kasar PLA ... 42
12. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap kadar serat kasar PLA ... 44
13. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap rendemen PLA ... 45
14. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap rendemen PLA ... 47
15. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
16. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap kadar glukosa PLA ... 51
17. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap gula reduksi PLA ... 52
18. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap gula reduksi PLA ... 54
19. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap total gula PLA ... 56
20. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap total gula PLA ... 58
21. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap viskositas PLA ... 59
22. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap viskositas PLA ... 61
23. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap dextrose equivalent PLA ... 63
24. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap dextrose equivalent PLA ... 64
25. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap derajat polimerisasi PLA ... 66
26. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap derajat polimerisasi PLA ... 68
27. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang
terhadap daya larut PLA ... 69
28. Uji LSR efek utama jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang terhadap daya larut PLA ... 71
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Polisakarida ... 9
2. Inulin ... 15
3. Skema pembuatan pati bengkuang... 20
4. Skema pembuatan Polisakarida Larut Air (PLA) bengkuang ... 21
5. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA ... 35
6. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA ... 36
7. Interaksi penambahan air dan jenis metode ekstraksi pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA... 38
8. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar protein PLA ... 40
9. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar protein PLA ... 41
10. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar serat kasar PLA ... 43
11. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap kadar serat kasar PLA ... 44
12. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap rendemen PLA ... 46
13. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap rendemen kasar PLA ... 48
14. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar glukosa PLA ... 50
16. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
gula reduksi PLA ... 53
17. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
gula reduksi PLA ... 55
18. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
total gula PLA ... 57
19. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
total gula PLA ... 58
20. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
viskositas PLA ... 60
21. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
viskositas PLA ... 61
22. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
dextrose equivalent PLA ... 63
23. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
dextrose equivalent PLA ... 65
24. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
derajat polimerisasi PLA... 67
25. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
derajat polimerisasi PLA... 68
26. Hubungan penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap
daya larut PLA ... 70
27. Hubungan jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap
daya larut PLA ... 72
28. Bentuk granula pati umbi bengkuang ... 73
DAFTAR LAMPIRAN
No. .... Hal
1. Data pengamatan analisis kadar air PLA (%) ... 83
Daftar analisis sidik ragam kadar air PLA (%) ... 83
2. Data pengamatan analisis kadar protein PLA (%) ... 84
Daftar analisis sidik ragam kadar protein PLA (%) ... 84
3. Data pengamatan analisis kadar serat PLA (%) ... 85
Daftar analisis sidik ragam kadar serat PLA (%)... 85
4. Data pengamatan analisis rendemen PLA (%)... 86
Daftar analisis sidik ragam rendemen PLA (%) ... 86
5. Data pengamatan analisis kadar glukosa PLA (%) ... 87
Daftar analisis sidik ragam kadar glukosa PLA (%) ... 87
6. Data pengamatan analisis gula reduksi PLA (%) ... 88
Daftar analisis sidik ragam gula reduksi PLA (%) ... 88
7. Data pengamatan analisis total gula PLA (%) ... 89
Daftar analisis sidik ragam total gula PLA (%) ... 89
8. Data pengamatan analisis dextrose equivalent PLA ... 90
Daftar analisis sidik ragam dextrose equivalent PLA ... 90
9. Data pengamatan analisis derajat polimerisasi PLA ... 91
Daftar analisis sidik ragam derajat polimerisasi PLA ... 91
10. Data pengamatan analisis viskositas PLA (Cp) ... 92
Daftar analisis sidik ragam viskositas PLA (Cp) ... 92
11. Data pengamatan analisis daya larut PLA (%) ... 93
Daftar analisis sidik ragam daya larut PLA (%) ... 93
12. Gambar pati umbi bengkuang ...94
ABSTRAK
ADRIAN HILMAN : KARAKTERISTIK POLISAKARIDA LARUT AIR (PLA) UMBI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.) DARI BERBAGAI METODE EKSTRAKSI. Dibimbing oleh HERLA RUSMARILIN dan ZULKIFLI LUBIS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan air dan jenis metode ekstraksi terhadap sifat fisika kimia dari PLA umbi bengkuang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu penambahan air pada pati umbi bengkuang 0,5 bagian, 1 bagian, 1,5 bagian, dan 2 bagian dan jenis metode ekstraksi air, ragi roti dan laru tempe. Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi, daya larut dan bentuk granula PLA umbi bengkuang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan air pada pati umbi bengkuang berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi dan daya larut PLA. Jenis metode ekstraksi berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, daya larut PLA dan berbeda nyata terhadap dextrose equivalent dan derajat polimerisasi PLA. Interaksi penambahan air dan jenis metode ekstraksi berpengaruh berbeda nyata terhadap kadar air PLA dan berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar protein, kadar serat kasar, kadar amilosa, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi, total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi dan daya larut PLA.
Kata Kunci : PLA, umbi bengkuang, pati, metode ekstraksi
ABSTRACT
ADRIAN HILMAN : THE CHARACTERISTIC OF WATER-SOLUBLE POLYSACCHARIDE OF YAM BEAN FROM VARIOUS EXTRACTIONS METHOD. Supervised by
HERLA RUSMARILIN and ZULKIFLI LUBIS. The aim of this research was to determine the effect of the addition of water and various extractions method on the chemico-physic properties of water-soluble polysaccharide. This study used a completely randomized design (CRD) with two factors i.e. the addition of water (0,5 part, 1 part, 1,5 part and 2 part) and extraction method (water, yeast and mold). Observed parameters were moisture content, protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity, dextrose equivalent, polymerization degree, soluble ability and form of granule of PLA yam bean.
The results showed that the addition of water had highly significant effect on moisture content, protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity, dextrose equivalent, polymerization degree and soluble ability PLA. The extraction method had highly significant effect on moisture content, protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity and soluble ability PLA and had significant efffect on dextrose equivalent and polymerization degree PLA. Interaction of the addition of water and extraction method had significant effect on moisture content PLA and had no significant effect on protein content, fiber content, yield, glucose content, reducing sugars, total sugars, viscosity, dextrose equivalent, polymerization degree and soluble ability PLA.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alam merupakan sebuah karunia terbesar yang diciptakan sebagai sumber
kehidupan untuk kelangsungan hidup manusia. Alam juga merupakan sumber
kesehatan bagi manusia terutama berasal dari tanaman pangan. Indonesia
memiliki tanaman pangan yang dikonsumsi tidak hanya berkaitan dengan masalah
kecukupan nilai gizi, tetapi juga terkait dengan efek fisiologis yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perbaikan kualitas hidup di masa usia lanjut.
Tanaman pangan Indonesia dikenal memiliki banyak manfaat bagi kehidupan atau
biasa disebut tanaman pangan fungsional (Suhanda, 2006).
Peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, merupakan
alasan utama para peneliti pangan dan gizi Indonesia untuk mengeksplorasi
bahan-bahan alami yang ada di Indonesia. Tingginya biodiversity kekayaan alam
dan bahan indigenous yang dianugerahkan oleh Tuhan merupakan potensi yang
sangat bermanfaat untuk kesehatan masyarakat Indonesia (Ardiansyah, 2008).
Di Binjai, Sumatera Utara, bengkuang merupakan salah satu produk hasil
hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan dapat dihasilkan sebanyak
7-7,5 ton/ha (Badan SDM Pertanian Binjai, 2011). Bengkuang tumbuh menyebar
di beberapa pulau di Indonesia (Sorensen, 1996), seperti di Padang, Kebumen,
Gunung Kidul Yogyakarta dan lainnya.
Umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus L.) merupakan salah satu hasil alam
yang sangat bermanfaat bagi manusia. Tumbuhan ini berasal dari keluarga
membentuk umbi akar (Wikipedia, 2011a). Umbi bengkuang pertama kali
ditanam di Filipina yang langsung dibawa dari Amerika Tengah. Beberapa orang
menyebut umbi bengkuang sebagai buah, tetapi para ahli sepakat untuk
menggolongkan tanaman umbi ini sebagai sayuran (Lingga, 2010). Umbi
bengkuang banyak digunakan dalam masakan Asia Timur dan Asia Tenggara. Di
Indonesia, bengkuang biasa dimakan mentah sebagai rujak, asinan, manisan dan
sebagai campuran isi tekwan. Umbi bengkuang sebaiknya disimpan pada tempat
kering bersuhu 120C hingga 160C. Suhu yang lebih rendah dapat mengakibatkan
kerusakan. Penyimpanan bengkuang yang baik dapat bertahan selama 2 bulan.
Bengkuang biasa dimakan sebagai rujak, tetapi bengkuang juga dapat
menyembuhkan penyakit diabetes melitus. Menurut berbagai penelitian di
Indonesia, tingkat penderita penyakit diabetes melitus berkisar antara 1,2 - 2,3%
dari jumlah penduduk yang berusia diatas 15 tahun dan Indonesia merupakan
negara penderita diabetes melitus tertinggi keempat di dunia pada tahun 2000
(Mahendra, et al., 2008). Selain itu, bengkuang juga membantu tulang menyerap Umbi bengkuang adalah salah satu umbi yang banyak mengandung air.
Kandungan air dalam 100 g umbi bengkuang sekitar 85,1 g. Dengan kandungan
air yang banyak, kalori umbi bengkuang menjadi sangat kecil karena hanya
mengandung sedikit padatan. Dalam 100 g umbi bengkuang terdapat 55 kkal
energi. Walaupun tidak memberikan sumbangan energi, peran air dapat
menggantikan cairan tubuh yang hilang selama beraktivitas. Selain itu, umbi
bengkuang bersifat dingin dan menyejukkan sehingga dapat digunakan untuk
lebih kuat kalsium sehingga tidak terjadi pengkeroposan tulang atau osteoporosis
(Lubis, 2012).
Polisakarida larut air (PLA) merupakan serat yang masuk dalam golongan
oligosakarida dan berfungsi untuk melancarkan proses pencernaan. Dalam hal ini,
inulin berperan sebagai PLA yang berguna bagi kesehatan flora yang hidup di
dalam usus seperti Lactobacillus sp. (Lingga, 2010). PLA juga berfungsi
menghambat penyerapan makronutrien dan menurunkan kadar gula dalam darah.
Hal ini dikarenakan fermentasi PLA di usus menghasilkan asam lemak rantai
pendek (short chain fatty acids) (Ang, et al., 2011; Leu, et al., 2005). Oleh karena
itu, penulis ingin mengetahui karakteristik PLA umbi bengkuang dari berbagai
metode ekstraksi.
Umbi Bengkuang memiliki kandungan kimia yang cukup kompleks,
seperti gula, pati, fosfor, kalsium, fitoestrogen yang dapat mempertahankan
keremajaan kulit wanita (Sarasvati, 2008), vitamin A, B1 dan C (Adi, 2008). Rasa
manis pada umbi bengkuang berasal dari suatu oligosakarida yang disebut dengan
inulin, yang tidak bisa dicerna oleh tubuh manusia tetapi larut di dalam air. Sifat
seperti ini sangat berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendah
kalori. Umbi bengkuang mengandung serat yang tinggi, terdiri dari serat larut
dalam air dan serat yang tidak larut dalam air.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui karakteristik Polisakarida Larut Air (PLA) umbi
bengkuang dari berbagai metode ekstraksi. Untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa umbi bengkuang memiliki komponen fungsional yang dapat
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber informasi kepada masyarakat dan pelaku industri
mengenai karakteristik PLA khususnya inulin yang berperan dalam bidang
kesehatan dan sumber data dalam penyusunan skripsi di Program Studi Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh perbandingan penambahan air dan jenis metode ekstraksi
serta interaksi keduanya terhadap karakteristik Polisakarida Larut Air (PLA) umbi
TINJAUAN PUSTAKA
Umbi Bengkuang
Tanaman bengkuang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, tanaman
ini tumbuh liar (Vaughan and Geissler, 2009), diamati sejak periode sebelum
kedatangan Columbus dan kemudian dibudidayakan secara luas di Meksiko dan
negara lain di Amerika Tengah, tetapi tidak intensif (Peter, 2008). Di Asia, umbi
bengkuang pertama kali ditanam di Filipina (Lingga, 2010) yang kemudian
dibawa ke Indonesia bagian Timur untuk ditanam. Sekarang
Di Binjai, Sumatera Utara, merupakan salah satu daerah sentra bengkuang
(produk hortikultura) yang memiliki banyak kegunaan dan di daerah ini telah
dihasilkan umbi bengkuang sebanyak 7-7,5 ton/ha (Badan SDM Pertanian Binjai,
2011). Di Padang, Sumatera Barat, salah satu daerah sentra produksi bengkuang
yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu, Kecamatan Koto Tangah, Nanggalo,
Kuranji, dan Pauh. Pada tahun 2005, areal tanam mencapai 130 ha dengan
rata-rata produksi 192 kuintal/hektar dengan total produksi 2765 ton. Selain Padang,
Kebumen, Jawa Tengah, juga merupakan sentra produksi bengkuang. Di
Kebumen, menurut data BPS Kebumen (2005-2007) ada empat kecamatan sentra
produksi bengkuang yang total produksinya berkisar 5,020-7,030 ton/tahun yakni,
Prembun, Mirit, Bonorowom dan Padureso (BPS Kebumen, 2009).
bengkuang tumbuh
menyebar di beberapa pulau di Indonesia sebagai sayuran (Sorensen, 1996).
Karakteristik Umbi Bengkuang
Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Pachyrhizus
Spesies : Pachyrhizus erosus L.
Tanaman ini memiliki panjang 2 – 6 m, bentuk daun majemuk, dengan
3 selebaran per daun, banyak bunga dan sekali berbunga memiliki panjang hingga
55 cm. Bunga dari jenis polong-polongan ini memiliki kelopak biru atau putih,
buah legum, dengan panjang 6 – 13 cm dan lebar 8 – 17 mm serta berbulu ketika
muda. Bentuk benih pipih, bulat atau persegi, berwarna cokelat, hijau atau
kemerahan. Ukuran umbi bervariasi sesuai dengan kondisi pertumbuhan
(Chooi, 2008).
Varietas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah bengkuang gajah
dan bengkuang badur. Perbedaan di antara kedua jenis bengkuang ini adalah
waktu panennya. Varietas bengkuang gajah dapat dipanen ketika usia tanam
memasuki empat sampai lima bulan. Varietas bengkuang badur memiliki waktu
panen lebih lama. Jenis ini baru dapat dipanen ketika tanamannya berusia tujuh
sampai sebelas bulan.
Walaupun umbinya dapat dimakan, namun bagian bengkuang yang lain
seperti biji sangat beracun karena mengandung rotenon, sejenis tuba. Racun ini
sering dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan. Biji bengkuang
dimakan karena mengandung isoflavonoid yang tinggi yaitu rotenon, isoflavanon
dan furano-3-fenil kumarin yang sangat beracun bagi manusia. Sorensen (1996)
menambahkan apabila seyawa-seyawa beracun tersebut dikeluarkan maka minyak
biji bengkuang sebanding dengan kacang tanah yang memiliki komposisi asam
palmitat 26,7%, asam stearat 5,7%, asam oleat 33,4% dan asam linoleat 34,2%.
Komposisi Kimia Umbi Bengkuang
Bengkuang memiliki komposisi yang bervariasi sesuai dengan jenis
kultivar dan kematangan bagian tanaman. Pada bentuk umbi siap panen,
bengkuang mengandung 80 – 90% air, 10 – 17% karbohidrat, 1 – 2,5% protein,
0,5 – 1% serat, 0,1 – 0,2% lemak dan vitamin C. Pada buah muda bengkuang
mengandung 86% air, 10% karbohidrat, 2,6% protein, 0,9% serat, 0,3% lemak
dan vitamin C. Pada bentuk benih yang sudah matang, mengandung 30%
minyak/lemak, pachyrrizon, asam pachyrrizon, 0,5 – 1% rotenon dan 0,5 – 1%
rotenoid. Pada bagian daun bengkuang mengandung kurang dari 0,01% rotenon
dan rotenoid, tetapi pada bagian umbi tidak memiliki senyawa ini (Chooi, 2008).
Tabel 1. Komposisi zat gizi umbi bengkuang
Zat Gizi Kadar per 100 gram
Energi (kkal) 55
Protein (g) 1,4
Lemak (g) 0,2
Karbohidrat (g) 12,8
Kalsium (mg) 15
Fosfor (mg) 18
Besi (mg) 0,6
Vitamin C (mg) 20
Vitamin B1 (mg) 0,04
Vitamin A (IU) 0,5
Air (g) 85,1
Manfaat Umbi Bengkuang
Umbi bengkuang berkhasiat untuk obat beri-beri dan penghalus kulit,
sedangkan daun umbi bengkuang berkhasiat sebagai obat demam dan secara tidak
langsung dapat meredakan sakit hipertensi (Adi, 2008). Kandungan antiseptik
dalam bengkuang mampu mengatasi gatal-gatal di kulit.
Bengkuang baik dikonsumsi oleh penderita hiperglikemia. Dengan
kandungan air yang sangat besar, mengkonsumsi bengkuang akan memberi
perasaan kenyang, tapi tidak memberikan sumbangan kalori dan tidak berpotensi
untuk meningkatkan indeks glikemik. Kandungan air dalam bengkuang sangat
baik untuk mempercepat proses pencernaan makanan. Pencernaan yang lancar
akan mengurangi penyerapan gula yang harus dihindari oleh penderita
hiperglikemia.
Bengkuang juga dapat menyembuhkan penyakit diabetes melitus dan
membantu penyerapan kalsium lebih kuat ke dalam tulang, sehingga tidak terjadi
pengkeroposan tulang atau osteoporosis. Selain itu
Bengkuang mengandung serat yang tinggi, terutama serat larut dalam air
yang berguna untuk memperlancar buang air besar. Bagi penderita wasir, buang
air besar yang lancar akan mengurangi rasa sakit. Bengkuang dapat mengobati
sariawan, karena kandungan vitamin C yang tinggi. Bengkuang mengandung
komponen bioaktif yang bertindak sebagai antioksidan karena senyawa isoflavon
yang dihasilkan dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), meningkatkan
kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah yang berguna bagi kesehatan pembuluh
darah dan jantung serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh (Lingga, 2010).
bengkuang merupakan salah
bagi mereka yang sudah memasuki masa menopause, yang berarti dapat
mempertahankan kualitas hidup di usia tua (Lubis, 2012).
Polisakarida
Polisakarida adalah polimer hasil polimerisasi kondensasi dari
monosakarida dalam jumlah yang besar, di mana monosakarida terikat satu sama
lain oleh ikatan glikosidik pada Gambar 1. Ikatan glikosidik dapat terjadi pada
gugus-gugus hidroksil dari monosakarida sehingga struktur polisakarida dapat
berbentuk rantai lurus atau bercabang-cabang (Kusnandar, 2010).
Polisakarida juga dikenal sebagai karbohidrat majemuk yang mempunyai
susunan kompleks dengan berat molekul yang besar. Makromolekul ini
merupakan polimer monosakarida atau polimer turunan-turunan monosakarida.
Rasa polisakarida tidak manis. Polisakarida tidak mereduksi pereaksi benedict
atau pereaksi fehling. Dalam keadaan padat, polisakarida tidak dapat membentuk
kristal. Pada pemanasan dengan fenilhidrazin, polisakarida tidak dapat
membentuk osazon. Monomer polisakarida terdapat dalam bentuk piranosa dan
furanosa (Sumardjo, 2009).
Kelompok Polisakarida
Polisakarida dapat dikelompokkan berdasarkan ikatan glikosidik yang
menghubungkan monosakarida yang satu dengan yang lain. Satu rantai
polisakarida dapat disusun oleh satu atau lebih jenis ikatan glikosidik. Ikatan
glikosidik dapat berbentuk konfigurasi α atau β.
Tabel 2. Jenis-jenis polisakarida dan jenis ikatan glikosidik
Polisakarida Monomer Ikatan glikosidik
Struktur linear
Amilosa α-D-glukosa α(14)
Selulosa β-D-glukosa β(14)
Xilan β-D-xylosa β(14)
Inulin β-D-fruktosa β(21)
Kitin β-D-asam glukonat β(14)
Struktur bercabang
Amilopektin α-D-glukosa α(14, 16)
Dekstran α-D-glukosa α(12, 13, 14, 16)
Pullulan Maltotriosa α(14)
Glikogen α-D-glukosa α(14, 16)
Polisakarida secara luas dikenal dapat memberikan kontribusi lebih besar
bagi kesehatan manusia daripada sebagai penyedia energi. Polisakarida juga dapat
dikelompokkan menjadi polisakarida yang dapat dicerna (digestable
polysacharide) seperti pati (amilosa dan amilopektin) serta glikogen dan
polisakarida yang tidak dapat dicerna (nondigestable polysacharide) seperti
selulosa, pektin dan hemiselulosa, sering disebut sebagai serat dan dikenal dengan
polisakarida non-pati (Kusnandar, 2010).
Manfaat Polisakarida
Polisakarida memiliki dua peran besar dalam tanaman. Peran pertama
polisakarida adalah sebagai energi dan cadangan karbohidrat dalam jaringan benih
dan umbi-umbian, hampir selalu disediakan oleh pati. Peran kedua polisakarida
adalah untuk memberikan struktural dari kedua sel individu tanaman dan secara
keseluruhan peran ini diisi oleh berbagai jenis polisakarida struktural yang
berbeda (Coultate, 2009).
Polisakarida non-pati terdiri dari makanan pelengkap seperti diet lemak.
Polisakarida non-pati ditemukan dalam dua bentuk, yaitu yang larut dan tidak
larut yang dominan terdapat dalam buah-buahan, sayuran, sereal dan bahan lain.
Polisakarida non-pati sangat penting untuk kesehatan, khususnya pencernaan
tubuh (Dickerson and Morgan, 2003).
Pati
Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau
melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut
jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam makanan.
Pati alami (native) menyebabkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan
retrogradasi, kestabilan rendah, dan ketahanan pasta yang rendah. Hal tersebut
menjadi alasan dilakukan modifikasi pati (Fortuna, et al., 2001).
Pati merupakan polimer dari D-glukosa dan ditemukan sebagai pabrik
karbohidrat penyimpanan. Itu terjadi sebagai butiran kecil dengan berbagai ukuran
dan karakteristik penampilan untuk setiap jenis tanaman. Pati terdiri dari dua polimer
yang berbeda yaitu amilosa dan amilopektin (DeMan, 1999). Derajat polimerisasi
setiap molekul amilosa adalah 102-104 dan derajat polimerisasi setiap molekul
amilopektin adalah 104-105 (Radley, 1968).
Pembuatan Pati
Secara garis besar, proses pembuatan pati bengkuang terdiri dari dua
tahap, yakni preparasi bengkuang segar sebagai tahap pertama dan disusul dengan
pengemasan. Pada tahap pertama, terdiri dari penimbangan, pengupasan
pencucian, pemarutan, pembuburan, pemerasan, pengendapan pati, pemanenan
pati, pengeringan, penepungan dan pengayakan (Angwar, 2011).
Bengkuang yang baru datang akan disortir dan bengkuang yang
berkualitas jelek, yakni yang kulit luarnya menghitam atau sudah dihinggapi ulat
segera disingkirkan.
Sementara bengkuang yang kualitasnya baik segera dikupas dengan pisau
dengan cara manual. Setelah itu, bengkuang dicuci sampai bersih tanpa
menggunakan detergen. Dari bak pencucian, bengkuang yang masih utuh itu
Bengkuang parutan disebut dengan bubur bengkuang. Bubur bengkuang
diencerkan dengan menambah air. Setiap 1 liter parutan ditambah dengan 1 liter
air. Bubur encer diaduk-aduk kemudian disaring dengan kain saring. Pati
bengkuang bersama cairan akan lolos, sedangkan serat kasar dan bahan-bahan
kasar akan tertahan pada kain saring. Cairan yang lolos tersebut didiamkan selama
1 malam sehingga patinya mengendap sebagai lapisan pasta. Endapan pati
tersebut disebut dengan pasta pati. Dilapisan pasta terdapat air yang agak jernih.
Lapisan pasta pati diambil dengan membuang air yang berada di atasnya
(Sentra Informasi IPTEK, 2011). Pasta pati tersebut dikeringkan dalam oven dan
kemudian dihancurkan menjadi pati kasar, selanjutnya dilakukan pengayakan
untuk mendapatkan pati.
Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan koefisien
distribusi zat terlarut dalam 2 larutan yang berbeda fasa dan tidak saling
bercampur. Ekstraksi dilakukan dengan beberapa pertimbangan faktor, yaitu
kemudahan dan kecepatan proses, kemurnian produk yang tinggi dan efektivitas
serta selektivitas yang tinggi. Ekstraksi tidak melibatkan perubahan fasa sehingga
tidak membutuhkan energi yang menambah biaya operasional (Gozan, 2006).
Ekstraksi air
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan tradisional polisakarida (Triveni, et al., 2001).
Kadar air mempengaruhi daya tahan bahan, menunjukkan kestabilan dan
indeks mutu bahan. Produk dengan kadar air tinggi akan lebih mudah rusak
Menurut Sukamulyo (1989) semakin besar jumlah air pengekstrak, maka
fenomena kelarutan suatu bahan pangan yang diekstraksi dan transfer panas yang
diterima akan semakin besar pula.
Ekstraksi ragi roti
Fermentasi pada ubi kayu bisa menggunakan ragi roti yang mengandung
khamir Saccharomyces cerevisiae karena kemampuannya dalam memecah pati
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Selain itu Saccharomyces cerevisiae
mampu menghasilkan asam-asam organik, serta memiliki kemampuan amilolitik,
pektinolitik dan proteolitik. Tepung perlakuan terbaik adalah tepung ubi kayu
yang difermentasi ragi roti 0,3% selama 72 jam (Devi, 2011).
Ekstraksi laru tempe
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk
menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan
yang dikendalikan. Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses
fermentasi yang dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat
diperoleh sel yang hidup (Melanie, 2011).
Ragi tempe merupakan jenis kapang dari
Kapang tempe mempunyai aktivitas hidrolitik yang mendegradasi
makromolekul menjadi komponen berberat molekul rendah. Tergantung dari
substrat, senyawa bioaktif dapat terbentuk selama fermentasi dengan kapang
Rhizopus oligosporus yang
menjadi media fermentasi dalam pembuatan tempe (Wikipedia, 2011b).
Ragi/inokulum tempe dapat dimanfaatkan untuk memecah protein dan pati
tempe seperti pembentukan isoflavon aglikon yang mempunyai bioaktivitas yang
lebih baik dari isoflavon dalam bentuk glikosida (Mortensen, et al., 2009).
Polisakarida Larut Air (PLA)
Polisakarida larut air (PLA) merupakan serat yang masuk dalam golongan
oligosakarida dan berfungsi untuk melancarkan proses pencernaan. Oligosakarida
yang menyusunnya terdiri dari inulin. Dalam hal ini, inulin berperan sebagai PLA
yang berguna bagi kesehatan flora yang hidup di dalam usus (Lingga, 2010).
Gambar 2. Inulin ( Scientific Psychic, 2011)
Oligosakarida memiliki manfaat yang sama seperti serat pangan terlarut,
yakni sebagai media yang baik dalam meningkatkan populasi Bifidobacteria
dalam kolon. Sehingga fermentasi bakteri di usus menghasilkan asam lemak
rantai pendek (short chain fatty acids) (Ang, et al., 2011; Leu, et al., 2005).
Bakteri asam laktat dan sejenisnya relatif tahan terhadap asam lambung sehingga
dapat sampai di kolon, dan selanjutnya akan menekan pertumbuhan bakteri yang
tempe seperti pembentukan isoflavon aglikon yang mempunyai bioaktivitas yang
lebih baik dari isoflavon dalam bentuk glikosida (Mortensen, et al., 2009).
Polisakarida Larut Air (PLA)
Polisakarida larut air (PLA) merupakan serat yang masuk dalam golongan
oligosakarida dan berfungsi untuk melancarkan proses pencernaan. Oligosakarida
yang menyusunnya terdiri dari inulin. Dalam hal ini, inulin berperan sebagai PLA
yang berguna bagi kesehatan flora yang hidup di dalam usus (Lingga, 2010).
Gambar 2. Inulin ( Scientific Psychic, 2011)
Oligosakarida memiliki manfaat yang sama seperti serat pangan terlarut,
yakni sebagai media yang baik dalam meningkatkan populasi Bifidobacteria
dalam kolon. Sehingga fermentasi bakteri di usus menghasilkan asam lemak
rantai pendek (short chain fatty acids) (Ang, et al., 2011; Leu, et al., 2005).
Bakteri asam laktat dan sejenisnya relatif tahan terhadap asam lambung sehingga
dapat sampai di kolon, dan selanjutnya akan menekan pertumbuhan bakteri yang
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012 di
Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bengkuang
dengan varietas bengkuang gajah yang diperoleh dari petani bengkuang di
Kelurahan Bhakti Karya, Kecamatan Binjai Selatan, Sumatera Utara.
Bahan Kimia
Adapun bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol,
NaOH, hexan, aquadest, H2SO4, K2SO4, CuSO4, Na2CO3, Na2SO4, Cu2O,
Na2HAsO4.7H2O, C4H4KNaO6.4H2O, C7H4N2O7, (NH4),6Mo7O24.4H2O, I2,
C6H5OH, CH3COOH, indikator mengsel.
Alat Penelitian
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian untuk analisis meliputi
viscosimeter SO (83434, ASTM D445, Japan), spectrophotometer (Genesys 20,
3SGH318015, USA), vortex (Lab Dancer V, 01-717079, Germany), neraca
analitik (Sartorius AG Gottingen TE 2145, 18210336, Norwegia), oven blower
(Status, ME/68/HYD, England), erlenmeyer dan beaker glass (Pyrex 250/500ml,
USA), handrefractometer (Atago N-1E, Japan), high precision micro-pipetter
Juniper & Co. Harlow Essex, England), electromantle MV (Electrothermal,
0250/CE, England), mikroskop Olympus (SCC-212/L, 20-1300-212, USA) dan
magnetic stirear hotplate (Stuart Scientific, England).
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
faktor I : Penambahan Air terhadap Pati Umbi Bengkuang (P) yang terdiri dari 4
taraf, yaitu:
faktor II : Jenis Metode Ekstraksi Pati Umbi Bengkuang (E) yang terdiri dari 3
taraf, yaitu:
4 x 3 = 12, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut: = Ragi Tempe
Tc (n-1) ≥ 15
12 (n-1) ≥ 15
12 n ≥ 27
n ≥ 2,25...dibulatkan menjadi 3
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor P pada taraf ke-i
βj : Efek faktor E pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor P pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf ke-j
Εijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan pati umbi bengkuang
Umbi bengkuang segar sebanyak 2 kg dikupas dan dicuci bersih dari
kotoran yang menempel pada buah, kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran
2 cm3 untuk mempermudah penghancuran. Kemudian ditambahkan air dan
dihancurkan dengan blender hingga menjadi bubur selama 2 menit. Selanjutnya
bubur disaring dengan menggunakan kain saring dan diendapkan selama 12 jam.
400
Pembuatan polisakarida larut air (PLA)
C selama 12 jam. Dihaluskan dengan blender dan diayak dengan saringan
80 mesh dan dihasilkan pati bengkuang. Dapat dilihat pada Gambar 3 Skema
pembuatan pati bengkuang. Dilakukan pengamatan dan pengukuran data.
Pati bengkuang sebanyak 30 g ditambahkan air dengan jumlah P1 (0,5
bagian); P2 (1 bagian); P3 (1,5 bagian) dan P4 (2 bagian) dari berat pati
bengkuang tersebut. Filtratnya diambil untuk masing-masing tiap ekstraksi.
Ekstraksi PLA dilakukan dengan 3 cara berbeda, yaitu E1 (ekstraksi tanpa
perlakuan selama 3 hari); E2 (ekstraksi ragi roti yaitu dengan ditambahkan ragi
roti 0,3%) dan E3
Pengamatan dan Pengukuran Data
(ekstraksi ragi tempe yaitu dengan ditambahkan ragi tempe
0,3%) dan diinkubasi selama 3 hari. Dilakukan pemisahan pati dan penggumpalan
PLA dengan etanol (Yuliasih, et al., 2011) dengan konsentrasi 75% dan
dilanjutkan dengan konsentrasi 95% dengan perbandingan masing-masing 1:4
(Hokputsa, et al., 2004). Gumpalan PLA basah dipisahkan dari etanol disaring,
dikeringkan dan digiling sehingga diperoleh ekstrak PLA bubuk kering. Dapat
dilihat pada Gambar 4 Skema pembuatan PLA bengkuang. Dilakukan pengamatan
dan pengukuran data.
Pengamatan I pada pati umbi bengkuang dilakukan dengan cara analisis
terhadap parameter pati umbi bengkuang yaitu kadar air (%), kadar abu (%), kadar
protein (%), kadar lemak (%), kadar karbohidrat (%), kadar serat kasar (%),
rendemen (%) dan bentuk granula pati.
Pengamatan II pada PLA umbi bengkuang dilakukan dengan cara analisis
(%), rendemen (%), kadar glukosa (%), gula reduksi (%), total gula (%),
viskositas (Cp), dextrose equivalent, derajat polimerisasi, daya larut (%) dan
bentuk granula PLA.
Gambar 3. Skema pembuatan pati bengkuang Bengkuang segar 2 kg
Dipotong kecil-kecil 2 cm3
Bubur bengkuang Dikupas dan dicuci
Pengamatan : - Kadar Air - Kadar Abu - Kadar Protein - Kadar Lemak - Kadar Karbohidrat - Kadar Serat kasar - Bentuk Granula Pati
Dihancurkan dengan blender selama 5 menit Ditambahkan air dingin
Disaring dengan kain saring
Filtrat bengkuang
Diendapkan selama 12 jam
Diletakkan diatas loyang
Dikeringkan di oven dengan suhu 400C selama 12 jam
Dihaluskan menggunakan blender
Diayak menggunakan saringan 80 mesh
Gambar 4. Skema pembuatan Polisakarida Larut Air (PLA) bengkuang
Parameter Penelitian
Penentuan kadar air (AOAC, 1995)
Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam cawan alumunium yang telah
diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven
dengan suhu sekitar 105 oC – 110 o
Kadar air =
C selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di
dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan
dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan
kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi
sampai diperoleh berat yang konstan.
100%
Sampel sejumlah 5 g dimasukkan ke dalam cawan porselin kering yang
telah diketahui beratnya (yang terlebih dulu dibakar dalam tanur dan didinginkan
dalam desikator). Kemudian sampel dipijarkan diatas pembakar muffle kira-kira 1
jam, mula-mula api kecil dan selanjutnya api dibesarkan secara perlahan-lahan
sampai terjadi perubahan contoh menjadi arang. Arang dimasukkan ke dalam
tanur dengan suhunya 580 - 6200C sampai terbentuk abu. Cawan yang berisi abu
dipindahkan ke dalam oven pada suhu sekitar 1000C selama 1 jam. Setelah itu
cawan yang berisi abu didinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar
dan selanjutnya ditimbang beratnya. Pemijaran dan pendinginan diulangi sehingga
diperoleh perbedaan berat antara dua penimbangan berturut-turut lebih kecil dari
Kadar abu =
(g) sampel bobot
(g) abu bobot
x 100 %
Penentuan kadar protein (Metode Kjeldahl, AOAC,1995)
Sampel sebanyak 0,1 g yang telah yang telah dihaluskan dimasukkan ke
dalam labu kjedhal 30 ml selanjutnya ditambahkan dengan 2,5 ml H2SO4 pekat,
1 g katalis (CuSO4 dan K2SO4). Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam atau sampai
cairan bewarna jernih. Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke
dalam alat destilasi dan ditambahkan 15 ml larutan NaOH 40%. Kemudian dibilas
dengan air suling. Labu erlenmeyer 250 ml berisi H2SO4 0,025N diletakan di
bawah kondensor, sebelumnya ditambahkan ke dalamnya 1 – 3 tetes indikator
mengsel (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02%
dalam alkohol dengan perbandingan 2:1). Ujung tabung kondensor harus
terendam dalam labu larutan H2SO4
Kadar Protein = ( A-B) X N X 0,014 X 6,25 x 100%
, kemudian dilakukan destilasi hingga sekitar
125 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor kemudian dibilas dengan
sedikit air destilat dan ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan
NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna ungu menjadi hijau. Penetapan
blanko dilakukan dengan cara yang sama tanpa menggunakan sampel.
Bobot Sampel
A = ml NaOH untuk titrasi blanko
B = ml NaOH untuk titrasi sampel
Penentuan kadar lemak (AOAC 1995)
Analisa lemak dilakukan dengan metode Soxhlet. Sampel sebanyak 5 g
dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan diletakan dalam alat
ekstraksi Soxhlet. Alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak di
bawahnya. Pelarut lemak heksan dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian
dilakukan reflux selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan
berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung
kembali. Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan
dalam oven pada suhu 600
Kadar
C hingga mencapai berat yang tetap, kemudian
didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang.
(g)
Penentuan karbohidrat (Winarno, 2002)
Kadar karbohidrat (by different) adalah kadar karbohidrat yang dihitung
berdasarkan perhitungan akhir pengurangan dari kadar air, kadar abu, kadar lemak
kasar dan kadar protein kasar.
Kadar Karbohidrat (%) = 100%- [Kadar (air)+(protein)+(lemak)+(abu)]
Penentuan kadar serat kasar (Sudarmadji, et al., 1996)
Sampel sebanyak 2 g dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml
kemudian ditambahkan 100 ml H2SO4 0,325 N. Hidrolisis dengan Autoclave
selama 15 menit pada suhu 1050C. setelah didinginkan sampel ditambahkan
NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian dihidrolisis kembali selama 15 menit.
Sampel disaring dengan kertas saring Whatman No. 41 yang telah dikeringkan
panas lalu 25 ml H2SO4 0,325 N, kemudian dengan air panas dan terakhir dengan
25 ml etanol 95%. Kertas saring dikeringkan dalam oven bersuhu 1050
Serat kasar =
C selama
satu jam, pengeringan dilanjutkan sampai bobot tetap.
bobot kertas saring dan serat – bobot kertas saring bobot sampel awal
x 100%
Penentuan rendemen
Rendemen dihitung atas dasar rumus sebagai berikut :
%
Penentuan kadar glukosa (Somogyi, 1952)
Disiapkan larutan contoh yang mempunyai kadar glukosa sekitar
10 mg/ 100 ml. Dari larutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran
sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi: 2, 4, 6, 8 dan
10 mg/ 100 ml. Disiapkan 7 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi
dengan 1 ml larutan glukosa standar dan satu tabung diisi 1 ml air suling sebagai
blanko. Ditambahkan ke dalam masing-masing tabung 1 ml regensia Nelson dan
panaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit. Semua
tabung didinginkan bersama dalam gelas piala yang berisi dengan air dingin
sehingga suhu tabung mencapai 25oC. Setelah dingin tambahkan 1 ml regensia
Arsenomolybdat, gojog sampai semua endapan Cu2O yang ada larut kembali.
Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, tambahkan 7 ml air suling, gojoglah
standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD.
Disiapkan larutan contoh yang mempunyai kadar gula reduksi sekitar
2-8 mg/100 ml. Dipipet 1 ml larutan contoh yang jernih tersebut ke dalam tabung
reaksi yang bersih. Dilakukan perlakuan seperti larutan standar diatas. Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm. Dibuat kurva standar yang
menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD.
Penentuan viskositas (Sukardjo, 2002)
Penentuan waktu alir zat pada viskosimeter oswald (t2) dilakukan dengan
cara yaitu diambil 10 ml sampel dan dimasukkan kedalam viskosimeter oswald.
Sampel diisap dengan pompa kedalam bola sampai batas tanda yang terdapat pada
alat. Sampel dibiarkan mengalir kebawah sampai batas tanda yang terdapat pada
alat. Dicatat waktu yang diperlukan dengan menggunakan stopwatch. Penentuan
massa jeniszat (d2) dilakukan dengan cara yaitu diambil 10 ml sampel kemudian
diukur beratnya. Massa jenis adalah hasil pembagian antara berat zat dengan
volum zat. Dilakukan penghitungan viskositas dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Naq/n2 = d1 t1/d2 t2
Penentuan gula reduksi (Apriyantono et al., 1989)
Ditimbang bahan yang sudah dihaluskan sebanyak 2-5 g tergantung kadar
gula reduksinya, dan dipindahkan ke dalam beaker glass 100 ml, ditambahkan
alkohol 80% ± 10-20 ml, kemudian distirer selama 1 jam. Disaring dengan kertas
saring whatman no. 1 di dalam beaker glass 250 ml. filtrat ditera sampai 200 ml.
dingin dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. ditambah aquades sampai tanda
tera dan distirer. Diambil 1 ml dan 19 ml aquades yang kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan digojog. Setelah itu diambil 1 ml campuran larutan dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilakukan penambahan DNS sebanyak 3 ml
dan digojog dengan vortex. Kemudian dipanaskan selama 5 menit dan
didinginkan selama 30 menit. Ditera dengan spectrophotometer pada panjang
gelombang 550 nmuntuk melihat absorbansinya.
Penentuan total gula (Dubois, et al. 1956)
Ditimbang bahan yang sudah dihaluskan sebanyak 2-5 g tergantung kadar
gula reduksinya, dan pindahkan ke dalam beaker glass 100 ml, ditambahkan
alkohol 80% ± 10-20 ml, kemudian distirer selama 1 jam. Disaring dengan kertas
saring whatman no. 1 di dalam beaker glass 250 ml. filtrat ditera sampai 200 ml.
Dipanaskan dalam waterbath selama 1 jam untuk menghilangkan alkohol. Setelah
dingin dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. Ditambah aquades sampai tanda
tera dan distirer. Diambil 1 ml dan 19 ml aquades yang kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan digojog. Setelah itu diambil 1 ml campuran larutan dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilakukan penambahan fenol 5% sebanyak
0,5 ml dan digojog dengan vortex. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat
sebanyak 2,5 ml dituang tepat di tengah dengan tegak lurus hingga larutan
berubah warna jingga. Didiamkan selama 10 menit setelah itu digojog dengan
vortex. Ditera dengan spectrophotometer pada panjang gelombang 490 nm untuk
Penentuan dextrose equivalent (Dokic, et al., 2004)
Dextrose equivalent merupakan tingkat konversi dari hidrolisa pati yang
diukur dari total penurunan dari seluruh gula yang dihasilkan pada hidrolisa
terhadap reagen tembaga fehling. Nilai ini dapat diukur dengan membandingkan
nilai gula pereduksi terhadap total gula yang dihasilkan pada hidrolisis. DE
dihitung dengan menggunakan rumus:
DE = Gula reduksi
Total Gula x 100
Penentuan derajat polimerisasi (Wurzburg, 1989)
Derajat polimerisasi merupakan indikasi dari nilai rata-rata unit monomer
dari molekulnya. Ini menunjukkan nilai dari unit glukosanya. Nilai
DP dekstrosa = 1 dan DP maltosa = 2. Derajat polimerisasi dihitung dengan
menggunakan rumus:
DP = 100
��
Daya larut (SNI 06-1451-1989)
Ditimbang teliti 2 g sampel, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
200 ml. Dibilas botol timbang dengan air aquadest sampai volume kira-kira 150
ml. Kemudian dikocok dan dibiarkan beberapa jam sambil sesekali digoyangkan.
Ditambahkan air sampai tanda tera dan dibiarkan sampai 24 jam di dalam oven
pada suhu 37oC. Disaring dan pipet 10 ml filtrat dimasukkan ke dalam kurs
porselin 50 ml yang diketahui beratnya. Dipanaskan dalam oven selama 3 jam
Daya Larut dalam Air = ( ) x100% C
B A−
Dimana : A = Berat awal (cawan + isi)
B = Berat akhir
C = Berat sampel
Bentuk granula pati (AOAC, 1995)
Bentuk granula dapat dilihat di bawah mikroskop yaitu, mikroskop
polarisasi cahaya dan mikroskop cahaya (Olympus model BHB, Nippon Kogaku,
Jepang) yang dilengkapi dengan kamera (Olympus model C-35A) dengan cara
sebagai berikut :
Untuk pengamatan di bawah mikroskop polarisasi cahaya yaitu suspensi pati
disiapkan dengan mencampur butir pati dengan aquades, kemudian ditambahkan
larutan iod untuk menambah daya kontras. Suspensi ini diteteskan di atas gelas
objek dan kemudian ditutup dengan gelas penutup. Objek diuji dengan
meneruskan cahaya melalui alat polisator dan selama pengamatan, alat analisator
diputar sehingga cahaya terpolarisasi sempurna yang ditunjukkan oleh butir-butir
pati yang belum mengalami gelatinisasi dengan sifat birefringence. Bila
pengamatan dilakukan tanpa menggunakan polarisator dan alat penganalisa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pati umbi bengkuang,
didapatkan karakteristik pati yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Karakteristik pati umbi bengkuang
Zat Gizi Kadar per 100 grama Kadar per 100 gramb
Air (%) 5,67 5,9
Abu (%) 1,37 1,27
Protein (%) 1,85 1,3
Lemak (%) 0,34 0,7
Karbohidrat (%) 90,78 90,83
Serat Kasar (%) 2,52 -
Rendemen (%) 2,64 -
a
Data hasil penelitian b
Data dari Smith (1967) dan Hoover (2001)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan air dan jenis metode
ekstraksi pada pati umbi bengkuang memberikan pengaruh terhadap parameter
yang diamati. Pengaruh penambahan air dan jenis metode ekstraksi pada pati
umbi bengkuang terhadap parameter yang diamati dapat dijelaskan di bawah ini.
Pengaruh Penambahan Air pada Pati Umbi Bengkuang terhadap Parameter yang Diamati
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
penambahan air terhadap pati umbi bengkuang memberikan pengaruh terhadap
kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi,
total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi dan daya larut PLA
Tabel 4. Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap parameter yang diamati
Parameter yang Diamati
Penambahan Air terhadap Pati Umbi Bengkuang
P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5) P4 (2)
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa penambahan air pada pati umbi
bengkuang memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air PLA
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (0,5) yaitu sebesar 6,83% dan terendah
terdapat pada P4 (2) yaitu sebesar 4,99%. Kadar protein PLA tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 (0,5) yaitu sebesar 1,77% dan terendah terdapat pada P4 (2)
yaitu sebesar 1,66%. Kadar serat kasar PLA tertinggi terdapat pada perlakuan P4
(2) yaitu sebesar 1,44% dan terendah terdapat pada P1 (0,5) yaitu sebesar 1,25%.
Rendemen PLA tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (0,5) yaitu sebesar 36,14%
dan terendah terdapat pada P4 (2) yaitu sebesar 32,67%. Kadar glukosa PLA
tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (2) yaitu sebesar 1,73% dan terendah terdapat
pada P1 (0,5) yaitu sebesar 1,57%. Gula reduksi PLA tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 (0,5) yaitu sebesar 0,0982% dan terendah terdapat pada P4 (2) yaitu
sebesar 0,0953%. Total gula PLA tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (0,5) yaitu
sebesar 2,42% dan terendah terdapat pada P4 (2) yaitu sebesar 2,23%. Viskositas
PLA tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (0,5) yaitu sebesar 1,004Cp dan
tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (2) yaitu sebesar 4,281 dan terendah terdapat
pada P1 (0,5) yaitu sebesar 4,057. Derajat polimerisasi PLA tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 (0,5) yaitu sebesar 24,654 dan terendah terdapat pada P4 (2)
yaitu sebesar 23,397. Daya larut PLA tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (2)
yaitu sebesar 83,58% dan terendah terdapat pada P1
Pengaruh Jenis Metode Ekstraksi Pati Umbi Bengkuang terhadap Parameter yang Diamati
(0,5) yaitu sebesar 81,09%.
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis
metode ekstraksi terhadap pati umbi bengkuang memberikan pengaruh terhadap
kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, rendemen, kadar glukosa, gula reduksi,
total gula, viskositas, dextrose equivalent, derajat polimerisasi dan daya larut PLA
seperti pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5 Pengaruh jenis metode ekstraksi pati umbi bengkuang terhadap parameter yang diamati
Parameter yang Diamati
Jenis Metode Ekstraksi Pati Umbi Bengkuang
E1(Air) E2(Ragi Roti) E3(Laru Tempe)
Kadar Air (%) 6,77 5,88 4,69
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jenis metode ekstraksi pada pati umbi
bengkuang memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air PLA
tertinggi terdapat pada perlakuan E1 (Air) yaitu sebesar 6,77% dan terendah
terdapat pada perlakuan E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 1,91% dan terendah
terdapat pada E1 (Air) yaitu sebesar 1,60%. Kadar serat kasar PLA tertinggi
terdapat pada perlakuan E1 (Air) yaitu sebesar 1,39% dan terendah terdapat pada
E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 1,33%. Rendemen PLA tertinggi terdapat pada
perlakuan E1 (Air) yaitu sebesar 35,93% dan terendah terdapat pada E3 (Laru
Tempe) yaitu sebesar 32,71%. Kadar glukosa PLA tertinggi terdapat pada
perlakuan E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 1,71% dan terendah terdapat pada E1
(Air) yaitu sebesar 1,59%. Gula reduksi PLA tertinggi terdapat pada perlakuan E1
(Air) yaitu sebesar 0,0974% dan terendah terdapat pada E3 (Laru Tempe) yaitu
sebesar 0,0958%. Total Gula PLA tertinggi terdapat pada perlakuan E1 (Air) yaitu
sebesar 2,36% dan terendah terdapat pada E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 2,30%.
Viskositas PLA tertinggi terdapat pada perlakuan E1 (Air) yaitu sebesar 1,030 Cp
dan terendah terdapat pada E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 0,971 Cp. Dextrose
equivalent PLA tertinggi terdapat pada perlakuan E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar
4,177 dan terendah terdapat pada E1 (Air) yaitu sebesar 4,128. Derajat
polimerisasi PLA tertinggi terdapat pada perlakuan E1 (Air) yaitu sebesar 24,310
dan terendah terdapat pada E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 23,956. Daya larut PLA
tertinggi terdapat pada perlakuan E3 (Laru Tempe) yaitu sebesar 83,51% dan
Kadar Air
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa pengaruh
penambahan air pada pati umbi bengkuang memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap kadar air PL A yang dihasilkan.
Hasil pengujian dengan LSR terhadap kadar air PLA dari setiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji LSR efek utama penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air PLA
Jarak LSR Penambahan Air pada Rataan Notasi 0,05 0,01 Pati Umbi Bengkuang 0,05 0,01
- - - P1 = 0,5 6,83 a A
2 0,317 0,430 P2 = 1 5,87 b B 3 0,334 0,450 P3 = 1,5 5,43 c BC 4 0,342 0,461 P4 = 2 4,99 d C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %. (huruf besar)
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P2, P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata terhadap P3 dan
berbeda sangat nyata terhadap P4. Perlakuan P3 berbeda nyata terhadap P4. Kadar
air PLA tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 6,83% dan yang
terendah terdapat pada perlakuan P4
Pengaruh penambahan air pada pati umbi bengkuang terhadap kadar air
PLA dapat dilihat pada Gambar 5.