• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF TERHADA MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PBM DAN PMR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF TERHADA MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PBM DAN PMR."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

HARRY LIHARDO PURBA. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah Matematis dan Sikap positif terhada matematika antara Siswa yang Diberi Pendekatan PBM dan PMR. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi PBM dan PMR, (2) Perbedaan peningkatan Sikap positif terhada matematika antara siswa yang diberi PBM dan PMR, ((2) Sikap positif terhadap matematika darisiswayang diajar melalui pendekatan PBM dan PMR,, (3) Proses jawaban siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan PBM dan PMR

Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen dengan desain Pretes-Posttest Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Teladan Pematangsiantar.kemudian diilih secara acak dua kelas Dan sampel penelitian ini adalah kelas X-2 dan X-3. Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANACOVA) di peroleh model regresi untuk kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen-1 adalah = 58,78 + 0,74 dan untuk kelas eksperimen-2 = 66,05 + 0,82 sedangkan untuk sikap positif terhadap matematika di peroleh model regresi kelas eksperimen-1 adalah = 16,83 + 0,99 dan untuk kelas eksperimen-2 = 20,93 + 1,01 danHasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diberi PBM dan PMR. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk = 17.908 lebih besar dari = 3.962. Konstanta persamaan regresi untuk PBM yaitu 66,05 lebih besar dari PMR yaitu 58,78 (2) Terdapat perbedaan peningkatan sikap positif terhadap matematika antara siswa yang diberi PBM dan PMR. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk = 40,276lebih besar dari = 3.962. Konstanta persamaan regresi untuk PBM yaitu 66,05 lebih besar dari PMR yaitu 58,78 (3) Proses penyelesaian jawaban siswa kemampuan komunikasi matematis yang diberi PBM lebih baik dibandingkan dengan PMR.

.

(6)

ii ABSTRACT

HARRI LIHARDO PURBA . The Differences of This Improvement in Problem Solving Abilities Mathematics and Positive Attitude between Students Given PBL and Guided RME in SMA Teladan Pematangsiantar A Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2017.

This research aim to: (1) The difference of improvement Problem Solving abilities mathematics between students who were given PBL and RME, (2) Positive Attitude of students who are recieved PBL better than who are recieved RME,(3) The process of answering the problemof students who are recieved PBL better than who are recieved RME.

This research is quasi experimental with pretest-posttest control group design . The population of this research was student class X of X SMA Teladan Pematangsiantar. And the sample is a class X-2 and X-3. Analysis is done using analysis of covariance (ANACOVA) obtaned regression model for Problem Solving abilities eksperimental 1 class = 58,78 + 0,74 and for the eksperimental 2 class = 66,05 + 0,82 wheraas for a Positive Attitude forward mathematics obtained regression model eksperimental 1 class = 16,83 + 0,99 and for the eksperimental 2 class = 20,93 + 1,01 .The results showed that (1) There are differences of improvement Problem Solving abilities mathematics between students who were given PBM and guided discovery. It can be seen from the results of analysis of covariance for F count is 17.908 greater than F_table is = 3,962. Regression equation constants for PBM that is 66,05 greater than the guided discovery of 58,78. (2) There are differences of Positive Attitude abilities mathematics between students who were given PBM and guided discovery. It can be seen from the results of analysis of covariance for F count is 40,276 greater than F_table is = 3,962. Regression equation constants for PBM that is 20,93 greater than the guided discovery of 16,83. (3) the pattern of students answers to the problem-based learning is better than guided RME .

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Sujud syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan Maha Penolong sebagai penggerak sejati, pembimbing sejati, dan penyerta sejati dari awal sampai akhir penulisan tesis ini. Tesis ini berjudul Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematisdan Sikap Positif terhadap matematika antara siswa yang diberi Pendekatan PBM dan PMR”. Penulisan tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan moral maupun bantuan material dari banyak pihak yang tidak tersebutkan satu persatu. Tiada kata tulus selain kata terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada mereka yang telah meringankan beban dan membukakan pikiran selama penulisan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat yang melimpah kepada mereka yang telah membantu penulis.

Terima kasih penulis sampaikan terutama kepada Ibu Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah mengorbankan pikiran dan waktu dalam memberikan bimbingan penulisan tesis ini.

Demikian juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan

(8)

iv

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Pd, Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Para Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Dr.E Elvis Naituulu, M.S sebagai pembimbing I yang ditengah-tengah kesibukannya masih meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan dengan sabar terhadap segala permasalahan dan kendala, selalu memotivasi penulis sehingga proposal ini terselesaikan dengan baik. 6. Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu meluangkan

waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk secepatnya menyelesaikan tugas akhir ini .

7. Rasa haru dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada orang tua, Ayahanda tercinta Johannes Purba dan Ibunda tersayang Sy. Sehmaulina Ginting, S.Pd. K yang telah berjuang melebihi kemampuannya, dalam membantu penulisan tesis ini.

8. Terima kasih juga kepada saudara saya : Servina Purba,Amkl, Astri mutiara Purba, SE dan Jose M.T. Purba yang dengan sabar dan tekun selalu mendoakan dan mendukung penulis selama dalam masa kuliah dan masa penulisan tesis ini.

(9)

v

Penulis menyadari bahwa pada penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, terdapat kelemahan dan kekurangan oleh sebab keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan Bangsa Indonesia.

Medan, 2017 Penulis,

(10)

vi 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 12

2.1.3. Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ...25

2.1.4. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ...28

2.1.5. Landasan Teoritis dan Empiris Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ...37

2.1.6.5. Menggunakan Kontribusi dan Produksi Siswa ...46

2.1.6.6. Interaktif...47

2.1.6.7. Keterkaitan (Interteinment ...47

2.1.7. Implementasi PMR Dalam Kegiatan Belajar Mengajar ...47

2.2. Penelitian yang relevan……...52

2.3. Kerangka Konseptual...53

2.3.1. Terdapat Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa antar yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik..58

2.3.2. Terdapat perbedaan sikap positif terhadap matematika antar yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik... 55

2.3.3.Proses jawaban yang dibuat siswa akan bervariasi terhadap tes Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik ...58

(11)

vii

BAB.III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 61

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

3.3. Populasi dan Sampel ... 61

3.3.1. Populasi ... 61

3.3.2. Sampel ... 62

3.4. Prosedur dan Desain Penelitian ... 63

3.4.1. Prosedur Penelitian ... 63

3.4.2. Desain Penelitian ... 65

3.5. Variabel Penelitian ... 67

3.5.1. Variabel Bebas ... 67

3.5.2. Variabel Terikat ... 68

3.6. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 68

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 69

3.6.2. Skala Sikap Positif ... 71

3.6.3. Kisi-kisi Skala Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 72

3.6.4.Proses jawaban siswa………... 76

3.7. Uji Coba Instrumen ...79

3.7.1. Menghitung Validitas ...80

3.7.2. Menghitung Realiabelitas ... 82

3.7.3. Menghitung Tingkat Kesukaran Soal ... 84

3.7.4. Daya Pembeda Butir Soal ... 85

3.8. Teknik analitis Data ... 86

3.8.1. Analisis Deskriptif ... 87

3.8.2. Analisis Statistik Inferensial ... 90

3.10. Defenisi Operasional ...102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 104

4.1.1. Hasil Penelitian tentang KPM ... 105

4.1.2. Hasil Penelitian tentang SPS ... 106

4.1.3. Hasil Penelitian tentang Proses Jawaban Siswa ...107

4.2. Analisis Deskriptif dari Hasil Penelitian ... 119

4.2.1. Analisis Deskriptif KPM ...119

4.2.2. Analisis Deskriptif SPS ...121

4.2.3. Analisis Deskriptif Proses Jawaban Siswa ...121

4.3. Analisis Inferensial dari Hasil Penelitian ... 123

4.3.1. Analisis Inferensial KPM ... 123

4.3.1.1. Uji Normalitas Data ... 124

4.3.1.2. Uji Homogenitas Data ...126

4.3.1.3. Persamaan Model Regresi ...127

4.3.1.4. Uji Independensi Skor Pretes Terhadap Skor Postes ... 129

4.3.1.5. Uji Linearitas Model Regresi ... 131

(12)

viii

4.3.1.7. Uji Kesejajaran Model Regresi ... 134

4.3.1.8. Uji Hipotesis Penelitian dengan ANAKOVA Sederhana ... 136

4.3.2. Analisis Inferensial SPS ... 139

4.3.2.1. Uji Normalitas Data ... 139

4.3.2.2. Uji Homogenitas Data ...141

4.3.2.3. Persamaan Model Regresi ...142

4.3.2.4. Uji Independensi Skor Pretes Terhadap Skor Postes ... 142

4.3.2.5. Uji Linearitas Model Regresi ... 145

4.3.2.6. Uji Kesamaan Model Regresi ... 147

4.3.2.7. Uji Kesejajaran Model Regresi ... 149

4.3.2.8. Uji Hipotesis Penelitian dengan ANAKOVA Sederhana ... 150

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 152

4.4.1. Faktor Pembelajaran ...152

4.4.2. Perbedaan Peningkatan KPM Siswa ... 157

4.4.3. Perbedaaan Peningkatan SPS ... 160

4.4.4. Proses Jawaban Siswa ... 161

4.5. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 165

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 167

5.2. Saran ... 168

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

Tabel 2.2.Langkah-langkah Pembelajaran Langsung ... 57

Tabel 2.3. Perbendaan Pedagogik Pendekatan Pembelajaran ... 62

Tabel 3.1.Rancangan Penelitian ... 66

Tabel 3.2.Tabel Wiener ...67

Tabel 3.3.Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 69

Tabel 3.4.Skor Alternatif Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 70

Tabel 3.5.Kisi-kisi Skala Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 71

Tabel 3.6.Deskripsi Indikator dan Daftar Pertanyaan Pengembangan Skala Sikap ...72

Tabel 3.7. Tabel Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77

Tabel 3.8. Tabel Hasil Validasi Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 78

Tabel 3.8. Tabel Hasil Validasi Post test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 79

Tabel 3.10.Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba ...82

Tabel 3.11.Reliabilitas Hasil Uji Coba ... 83

Tabel 3.11.Karakteristik Pretes Kemampuan Pemecahan Matematis ... 86

Tabel 3.12.Karakteristik Postes Kemampuan Pemecahan Matematis ...86

Tabel 3.13.Kualifikasi Nilai Perolehan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 87

Tabel 3.14.Distribusi Respon Siswa (contoh) ... 88

Tabel 3.16 Perhitungan Skor Skala Sikap Positif ... 89

Tabel 3.16. Interval Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 90

Tabel 3.17. Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA ... 91

Tabel 3.18. Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 102

Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian KPM Dikelas Kontrol ... 107

Tabel 4.2. Data Hasil Penelitian KPM Dikelas Eksperimen ... 107

Tabel 4.3. Data Hasil Penelitian SPS Dikelas Kontrol ...108

Tabel 4.4. Data Hasil Penelitian SPS Dikelas Eksperimen ... 108

Tabel 4.5. Rekapitulasi Rata-rata KPM ... 118

Tabel 4.6. Rekapitulasi Ketuntasan KPM ...119

Tabel 4.7. Persentase Kategori SPS Kelas Kontrol ... 120

Tabel 4.8. Persentase Kategori SPS Kelas Eksperimen ... 120

Tabel 4.9. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap I ... 121

Tabel 4.10. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap I ... 122

Tabel 4.11. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap II ... 122

Tabel 4.12. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap II ...123

Tabel 4.13. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap III ...123

Tabel 4.14. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap III ... 124

Tabel 4.15. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap IV ...124

Tabel 4.16. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap IV ... 125

(14)

x

Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas Skor Postes ... 127

Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ...128

Tabel 4.20. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 128

Tabel 4.21. Penentuan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Kontrol ... 130

Tabel 4.22. Uji Independensi KPM di Kelas Kontrol ... 130

Tabel 4.23. Penentuan Koefisien Peresamaan Regresi Kelas Ekpserimen ... 131

Tabel 4.24. Uji Independensi KPM di Kelas Eksperimen ...131

Tabel 4.25. Uji Linieritas Regresi KPM di Kelas Kontrol ... 132

Tabel 4.26. Uji Linieritas Regresi KPM di Kelas Eksperimen ...133

Tabel 4.27. Uji Kesamaan Dua Model Regresi KPM ... 134

Tabel 4.28. Uji Kesamaan Dua Model Regresi KPM ... 134

Tabel 4.29. Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 134

Tabel 4.30. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi KPM ... 135

Tabel 4.31. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi ...135

Tabel 4.32. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap KPM ... 136

Tabel 4.33. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian KPM ...138

Tabel 4.34. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ...140

Tabel 4.35. Hasil Uji Normalitas Skor Postes ... 140

Tabel 4.36. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ...141

Tabel 4.37. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 141

Tabel 4.38. Penentuan Koefisien Persamaan RegresI Kelas Kontrol ...142

Tabel 4.39. Uji Independensi SPS di Kelas Kontrol ... 142

Tabel 4.40. Penentuan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Eksperimen ... 144

Tabel 4.41. Uji Independensi SPS di Kelas Kontrol ... 144

Tabel 4.42. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Kontrol ... 145

Tabel 4.43. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Kontrol dengan SPSS ...145

Tabel 4.44. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Eksperimen ...146

Tabel 4.45. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Eksperimen dengan SPSS ... 147

Tabel 4.46. Uji Kesamaan Dua Model Regresi SPS ... 147

Tabel 4.47. Uji Kesamaan Dua Model Regresi SPS ... 148

Tabel 4.48. Uji Kesamaan Dua Model SPS ...148

Tabel 4.49. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi SPS ... 149

Tabel 4.50. Uji Kesejajaran Model Regresi dengan SPS ... 149

Tabel 4.51. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap SPS ... 150

Tabel 4.52. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian SPS ...152

Tabel 4.53. Rangkuman Perbedaan Peningkatan Rata-rata KPM ... 158

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

Tabel 2.2.Langkah-langkah Pembelajaran Langsung ... 57

Tabel 2.3. Perbendaan Pedagogik Pendekatan Pembelajaran ... 62

Tabel 3.1.Rancangan Penelitian ... 66

Tabel 3.2.Tabel Wiener ...67

Tabel 3.3.Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 69

Tabel 3.4.Skor Alternatif Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 70

Tabel 3.5.Kisi-kisi Skala Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 71

Tabel 3.6.Deskripsi Indikator dan Daftar Pertanyaan Pengembangan Skala Sikap ...72

Tabel 3.7. Tabel Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77

Tabel 3.8. Tabel Hasil Validasi Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 78

Tabel 3.8. Tabel Hasil Validasi Post test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 79

Tabel 3.10.Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba ...82

Tabel 3.11.Reliabilitas Hasil Uji Coba ... 83

Tabel 3.11.Karakteristik Pretes Kemampuan Pemecahan Matematis ... 86

Tabel 3.12.Karakteristik Postes Kemampuan Pemecahan Matematis ...86

Tabel 3.13.Kualifikasi Nilai Perolehan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 87

Tabel 3.14.Distribusi Respon Siswa (contoh) ... 88

Tabel 3.16 Perhitungan Skor Skala Sikap Positif ... 89

Tabel 3.16. Interval Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 90

Tabel 3.17. Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA ... 91

Tabel 3.18. Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 102

Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian KPM Dikelas Kontrol ... 107

Tabel 4.2. Data Hasil Penelitian KPM Dikelas Eksperimen ... 107

Tabel 4.3. Data Hasil Penelitian SPS Dikelas Kontrol ...108

Tabel 4.4. Data Hasil Penelitian SPS Dikelas Eksperimen ... 108

Tabel 4.5. Rekapitulasi Rata-rata KPM ... 118

Tabel 4.6. Rekapitulasi Ketuntasan KPM ...119

Tabel 4.7. Persentase Kategori SPS Kelas Kontrol ... 120

Tabel 4.8. Persentase Kategori SPS Kelas Eksperimen ... 120

Tabel 4.9. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap I ... 121

Tabel 4.10. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap I ... 122

Tabel 4.11. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap II ... 122

Tabel 4.12. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap II ...123

Tabel 4.13. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap III ...123

Tabel 4.14. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap III ... 124

Tabel 4.15. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap IV ...124

Tabel 4.16. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap IV ... 125

(16)

x

Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas Skor Postes ... 127

Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ...128

Tabel 4.20. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 128

Tabel 4.21. Penentuan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Kontrol ... 130

Tabel 4.22. Uji Independensi KPM di Kelas Kontrol ... 130

Tabel 4.23. Penentuan Koefisien Peresamaan Regresi Kelas Ekpserimen ... 131

Tabel 4.24. Uji Independensi KPM di Kelas Eksperimen ...131

Tabel 4.25. Uji Linieritas Regresi KPM di Kelas Kontrol ... 132

Tabel 4.26. Uji Linieritas Regresi KPM di Kelas Eksperimen ...133

Tabel 4.27. Uji Kesamaan Dua Model Regresi KPM ... 134

Tabel 4.28. Uji Kesamaan Dua Model Regresi KPM ... 134

Tabel 4.29. Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 134

Tabel 4.30. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi KPM ... 135

Tabel 4.31. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi ...135

Tabel 4.32. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap KPM ... 136

Tabel 4.33. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian KPM ...138

Tabel 4.34. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ...140

Tabel 4.35. Hasil Uji Normalitas Skor Postes ... 140

Tabel 4.36. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ...141

Tabel 4.37. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 141

Tabel 4.38. Penentuan Koefisien Persamaan RegresI Kelas Kontrol ...142

Tabel 4.39. Uji Independensi SPS di Kelas Kontrol ... 142

Tabel 4.40. Penentuan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Eksperimen ... 144

Tabel 4.41. Uji Independensi SPS di Kelas Kontrol ... 144

Tabel 4.42. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Kontrol ... 145

Tabel 4.43. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Kontrol dengan SPSS ...145

Tabel 4.44. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Eksperimen ...146

Tabel 4.45. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Eksperimen dengan SPSS ... 147

Tabel 4.46. Uji Kesamaan Dua Model Regresi SPS ... 147

Tabel 4.47. Uji Kesamaan Dua Model Regresi SPS ... 148

Tabel 4.48. Uji Kesamaan Dua Model SPS ...148

Tabel 4.49. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi SPS ... 149

Tabel 4.50. Uji Kesejajaran Model Regresi dengan SPS ... 149

Tabel 4.51. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap SPS ... 150

Tabel 4.52. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian SPS ...152

Tabel 4.53. Rangkuman Perbedaan Peningkatan Rata-rata KPM ... 158

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahaan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problem kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

(18)

2

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari saat ini melalui materi aljabar, geometri, logika matematika, peluang dan statistika. Mempelajari matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan logis serta memiliki peranan yang penting pula dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembelajaran matematika tidak hanya bertujuan mencerdaskan peserta didik, tetapi juga membentuk kepribadian peserta didik serta bersikap displin, tepat waktu dan bertanggung jawab. Pembelajaran matematika juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerja sama.

(19)

3

masalah adalah jantungnya matematika. Secara tajam National Council of Supervisors of Mathematics ( Wilson, et al., 1997) menyatakan bahwa belajar memecahkan masalah

merupakan alasan utama mengapa anak harus belajar matematika. Dalam konteks ini NCSM memandang pemecahan masalah sebagai tujuan belajar matematika. Keterampilan memecahkan masalah matematika diharapkan pada gilirannya dapat dialihkan ke dalam pemecahan masalah di luar matematika atau masalah yang terkait dengan keterampilan bermatematika.

Hasil studi PISA 2006, Indonesia berada di peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 391, sedangkan skor rata-rata internasional 500 (Kemendikbud, 2011). Hasil studi PISA 2009, Indonesia berada di peringkat ke-61 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 371, sedangkan skor rata-rata internasional 500 (OECD, 2010). Hasil studi PISA 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 375, sedangkan skor rata-rata internasional 500 (OECD, 2013) (http://litbang.kemdikbud.go.id).

(20)

4

Hal di atas didukung pula oleh beberapa hasil penelitian mengenai rendahnya

kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu Santosa dkk (2013) menyatakan bahwa

masih banyak siswa yang tidak mampu mengaitkan masalah yang dihadapi dengan konteks kejadian yang ada dalam kehidupan nyata, tidak mampu memanfaatkan data/informasi pada soal, sehingga perencanaan menuju langkah berikutnya menjadi terhenti dan kesulitan di dalam menerapkan pengetahuan yang dipelajari sebelumnya. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Saragih dan Habeahan (2014) yang menyatakan bahwa dalam pemecahan masalah sering ditemukan bahwa siswa hanya fokus dengan jawaban akhir tanpa memahami bagaimana proses jawabannya benar atau tidak. Hasil yang sering muncul bahwa jawaban siswa salah. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan masalah-masalah kontekstual yang

non rutin, sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Itu berarti kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatih

dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Karena kemampuan ini diperlukan siswa

sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, bila siswa dilatih menyelesaikan

masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan, sebab siswa telah menjadi

terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis

informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah

diperolehnya.

(21)

5

latihan sesuai dengan konsepnya menandakan bahwa siswa bermasalah pada struktur kognitif, dan semakin jelas terlihat pada hasil belajar yang rendah. Dari hasil penyelidikan guru terhadap rendahnya hasil belajar siswa di SMA Teladan Pematangsiantar, yaitu melalui latihan mengerjakan soal di kelas ternyata mereka bisa mengerjakan soal hitungan jika soal tersebut mirip dengan soal. Apabila soal dikecoh misalnya dengan mengubah yang diketahui menjadi yang ditanya maka mereka akan bingung seakan permasalahan tersebut tidak pernah dibahas. Kemudian terlihat dari nilai ulangan semester siswa kelas X SMA TELADAN tahun ajaran 2014/2015, diketahui bahwa pada semester ganjil yaitu hanya 25,80% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas dengan perolehan rata-rata kelas 6,57 dan kriteria ketuntasan minimal sebesar 6,15 pada semester genap yaitu hanya 29,03 % dari jumlah siswa yang dinyatakan tuntas dengan rata-rata klas 6,25

(22)

6

meningkat. Akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian menurut Wardani (2002) bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika belum mencapai taraf ketuntasan belajar.

Selain kemampuan pemecahan masalah, ada hal lain yang perlu dimiliki siswa yaitu sikap positif siswa terhadap matematika. Karena sikap siswa juga merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar matematika. Menurut LaPierre (dalam Azwar: 2007: 5), sikap didefenisikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Sikap merujuk kepada status mental seseorang yang dapat bersifat positif dan negatif. Menurut Ruseffendi (1991: 234) siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisifasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai pada waktunya, dan merespon dengan baik tantangan dari bidang studi menunjukkan bahwa siswa itu berjiwa atau bersikap positif. Lebih jauh lagi Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajarnya.

(23)

7

Menurut pengamatan Ruseffendi (dalam Saragih: 2007: 7) anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, makin tinggi tingkatan sekolahnya dan makin sukar matematika yang dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya. Dari uraian itu menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan sikap positif siswa terhadap matematika merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif anak dan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa itu sendiri

Hasil belajar adalah suatu perubahan yang dibuat oleh seseorang yang belajar. Sedangkan Sardiman (dalam Novi Lestari, 2012: 24) menyatakan bahwa hasil belajar adalah “perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor yang merupakan satu kesatuan sebagai hasil dari belajar”. Siswa

dikatakan berhasil dalam belajar apabila terjadi perubahan-perubahan dalam diri siswa, baik yang menyangkut perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan dimana dalam proses pembelajaran ini melibatkan interaksi antar individu dan juga dengan lingkungan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau ketercapaian setiap kompotensi dasar, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor, yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman

(24)

8

dalam belajar. Kalaupun ada feed back itu biasanya hanya sebuah pertanyaan yang mudah dijawab dan tidak menimbulkan pertanyaan- pertanyaan lain atau paling tidak merangsang siswa untuk bertanya. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan misalnya siswa baru menjawab sebuah pertanyaan apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh gurunya.

Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2001:170) bahwa :

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan, guru cukup mempelajari materi dari buku. Lalu disampaikan pada siswa. Di sisi lain, siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.

Pelajaran yang diberikan di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan arahan pada siswa agar siswa dapat menerapkan keterampilan dan pengetahuan dalam kehidupannya dengan mendorong berkembangnya kemampuan berpikir siswa. Akan tetapi, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia yaitu masih lemahnya proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran siswa kurang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir atau daya nalarnya, siswa hanya diarahkan untuk menghafal informasi yang diterimanya (konseptual) (Herman, 2007). .

(25)

9

supaya siswa mampu mengelola informasi sesuai memori kerjanya dan dapat disimpan dalam memori jangka panjang. Seperti yang dikemukaan oleh Sunhaji (2008) bahwa strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran.

Apabila strategi pembelajaran yang digunakan tidak dapat membantu untuk menyampaikan informasi, maka kemampuan siswa untuk berpikir menjadi kurang terlatih dan kemampuan daya nalar siswa akan menjadi berkurang terutama dalam memahami fenomena alam yang terjadi ataupun ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat diberi permasalahan baru, mereka hanya bisa memindahkan kalimat-kalimat dari buku teks ke kertas kosong (Siwa et al., 2013). Oleh karena itu, strategi pembelajaran sangat berperan penting dalam proses pembelajaran terutama dalam membantu menyampaikan informasi.

Selanjutnya dari sekian banyak model pembelajaran, model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model yang efektif untuk pembelajaran proses

(26)

10

Pada model pembelajaran berbasis masalah (PBM) ini, siswa dihadapkan pada situasi atau masalah yang dapat mengantarnya untuk lebih mengenal objek matematika, melibatkan siswa melakukan proses doing math secara aktif, mengemukakan kembali ide matematika dalam membentuk pemahaman baru. Oleh karena itu, kecenderungan untuk meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis menjadi lebih terbuka. Hal senada diutarakan oleh Arends (2008) bahwa salah satu model pembelajaran konstruktivis yang mengaktifkan siswa dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini menurut Arends (2008) memiliki esensi yaitu menyajikan berbagai kondisi pemasalahan yang real, yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa melalui berbagai penyelidikan dan investigasi.

Selain pendekatan PBM pendekatan pembalajaran yang dapat digunakan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah nyata (kontekstual), menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa, interaktif, dan menggunakan keterkaitan.

(27)

11

dan konstruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) (Treffers, 1991; Van den Heuvel-Panhuizen, 1998; Sudiarta, 2001)

Dalam PMR pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”) sehingga memungkinkan siswa untuk menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung baik lisan maupun tulisan. Proses pencarian dari konsep yang sesuai dengan situasi nyata dikatakan oleh De Lange (1978) sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematization of every day experience) dan penerapan matematika dalam sehari-hari. Dengan demikian tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan lebih meningkat.

(28)

12

antara Siswa yang diberi pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat di identifikasi masalah masalah tersebut dirangkum sebaagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar sisiwa yang ditandai dengan rendahnya rata-rata kelas dalam suatu tahun terakhir

2. Siswa mengerjakan soal latiha hanya untuk menjiplak dari contoh soal yang bentuk soalnya mirip menandakan bahwa siswa bermasalah pada struktur kognitif

3. Kemampuan pemecahkan masalah matematis masih siswa rendah. 4. Sikap positif siswa terhadap matematika tergolong rendah.

5. Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR) masih jarang diterapkan disekolah.

6. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru kurang mampu mengaktifkan siswa, sehingga pembelajaran kurang menyenangkan.

7. Guru masih mendominasi pembelajaran di dalam kelas (teacher center).

8. Proses penyelesaian jawaban siswa terhadap permasalahan yang diajukan oleh guru tidak bervariasi

1.3 Batasan Masalah

(29)

13

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR)

2. Sikap positif siswa dengan menerapkan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR) di kelas X SMA

3. Proses jawaban siswa dengan menerapkan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR) 1.4 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar melalui pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR) 2. Apakah ada perbedaan peningkatan sikap positif terhadap matematika dari

siswa yang diajar melalui pendekatan pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR)? 3. Bagaimana proses jawaban tes kemamuan pemecahan masalah matematis

siswa yang diajar melalui pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR) ?

1.5 Tujuan Penelitian

(30)

14

1. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar melalui pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pembelajaran pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR) 2. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan sikap positif terhadap matematika

siswa yang diajar melalui pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pembelajaran pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR)

3. Untuk menganalisis proses jawaban siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pembelajaran pendekatan Pembelajaraan Berbasis Realistik (PMR)

1.6 Manfaat Penelitian.

Manfaat yang mungkin diperoleh antara lain: 1. Bagi siswa

Masukan bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan sikap positif siswa terhadap matematika.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih pendekatan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah. 3. Bagi sekolah

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya pendekatan pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti lain

(31)

167

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pada kemampuan pemecahan masalah dan sikap positif siswa terhadap matematika, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaan berbasis masalah adalah 75,77 sedangkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang yang diajarkan dengan pemebelajaran matematika realistik adalah 68,23.

(32)

168

3. Proses jawaban siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan pola jawaban siswa yang diajarkan dengan pembelajaran matematika realistik

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut :

1. Bagi guru matematika

a. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan pemecahan masalah dan sikap positif siswa terhadap matematika dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi tiga dimensi yaitu menentukan jarak dalam ruang.

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan menentukan jarak dalam ruang.

(33)

169

masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.

d. Agar penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih efektif, sebaiknya guru harus membuat perencanaan mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP, media yang digunakan).

e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang inovatif agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran konvensional secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan sikap positif siswa terhadap matematika masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan sikap positif siswa terhadap matematika.

(34)

170

sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan sikap positif siswa terhadap matematika secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.

Referensi

Dokumen terkait

19 Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 1 dan 2) diketahui bahwa jenis oleoresin cabai yang ditambahkan ke dalam film tidak memberikan pengaruh nyata (p>0.05)

Perbaikan habitat dapat dilakukan dengan membersihkan sampah dan mengangkut sampah padat keluar dari kawasan mangrove, terutama pada kelompok stasiun A yang

Dalam tes yang akan dilakukan tiap komponen biomotornya pada tes kekuatan otot menggunakan sit up test dan push up test untuk mengetahui kekuatan otot perut

Tahap ka opat nya éta kagiatan pikeun ngébréhkeun deui naon-naon nu geus dilakukeun. Istilah réfléksi asal kecapna tina basa Inggris nya éta reflection, anu diterjemahkeun

Pembuatan Asam Sulfat Menurut Proses Kontak Industri lainnya yang berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu pembuatan asam sulfat yang dikenal dengan proses kontak. Reaksi yang

The Effect of Drying Temperature on Mechanical Properties of The Natural Rubber Latex Products Filled With Kaolin Modified Alkanolamide.. Latex, Rubber Determination

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan metode Bamboo Dancing dalam pembelajaran IPA daur air pada

1, Acara dibuka oleh Kepala B/dang Penanaman Modal OPMPTSP Provinsi Jawa Tengah dengan peserta perwakilan Oinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali dan juga dihadiri