• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI, SOSIOPSIKOLOGI DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH

MASYARAKAT RAJA MALIGAS KEC. HUTABAYU RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh :

IMELDA MARINI GULTOM 107032011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI, SOSIOPSIKOLOGI DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH

MASYARAKAT RAJA MALIGAS KEC. HUTABAYU RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

IMELDA MARINI GULTOM 107032011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PE NGARUH SOS IO DEMO GRAFI , SOSIO PSI KOLO GI DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN PUS KES MAS OLEH MASYARAKAT RAJA MALIGAS KEC. HUTABAYU RAJA

KABUPATEN SIMALUNGUN Nama Mahasiswa : Imelda Marini Gultom

Nomor Induk Mahasiswa : 107032011

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal: 1 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

(5)

PENGARUH SOSIODEMOGRAFI, SOSIOPSIKOLOGI DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH

MASYARAKAT RAJA MALIGAS KEC. HUTABAYU RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

(6)

ABSTRAK

Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Simalungun yang menerapkan pelayanan puskesmas 24 jam untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2011 cakupan kunjungan pasien sebesar 12,92% sementara pada tahun 2010 sebesar 8,62% dan tahun 2010 hanya sebesar 7,79%. Meskipun terdapat peningkatan, cakupan tersebut masih tetap berada di bawah target nasional yaitu sebesar 15%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosiodemografi, sosiopsikologi dan pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian ini adalah explanatory survey. Sampel berjumlah 100 orang kepala keluarga yang diambil dengan cara simple random sampling. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan 20% responden memanfaatkan puskesmas dan 80% responden tidak memanfaatkan puskesmas. Hasil uji chi-square menunjukkan ada 5 variabel berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas dimana nilai p<0,05 yaitu persepsi terhadap penyakit (p<0,001), kepercayaan terhadap pelayanan medis (p<0,001), kecepatan pelayanan (p<0,001), pelayanan personil (p<0,001), ketersediaan pelayanan (p<0,001) dan biaya pelayanan (p=0,028) sedangkan dari hasil mutivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja adalah kepercayaan terhadap pelayanan medis.

Disarankan kepada kepala Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun agar membuat suatu kebijakan agar petugas kesehatan memiliki etika kerja yang baik antara lain meningkatkan disiplin, pengelolaan tugas, dan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga kepercayaan terhadap pelayanan medis di puskesmas bisa meningkat dan akhirnya meningkatkan kunjungan masyarakat ke puskesmas dan kepada Dinas Kesehatan hendaknya melengkapi fasilitas pelayanan yang cukup memadai di Puskesmas dan menambah jumlah pegawai untuk pelaksanaan pelayanan Puskesmas buka 24 jam.

Kata Kunci: Pemanfaatan Puskesmas, Sosiodemografi, Sosiopsikologi, Pelayanan Kesehatan

(7)

ABSTRACT

Puskesmas (Community Health Center) Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict is one of Puskesmas in Simalungun District which apply 24-hour Puskesmas service to meet the health need of the community in Simalungun District. In 2010 the coverage outvisits patient was 12,92%, in 2010 was 8,62% and in 2009 was 7,79%. Although there is incresing, the coverage is still below the national target of 15%.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of socio-demography, socio-psychology and health service on the use of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District. The samples for this study were 100 heads of families from 5 (five) villages in the working area of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District, through simple random sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that 20% of respondent use Puskesmas and 80% were did not. The result of Chi-square test showed that there were 6 (six) variables significantly related with p<0.05, namely, perception of disease (p<0,001), trust on medical service (p<0,001), promptness of service (p<0,001), personnel service (p<0,001), service availability (p<0,001) and cost of service (p=0.028) had influence on the use of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District while the result of multivariate analysis with multiple logistic regression tests showed that the most influencing factor on the use of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict trust on medical service (p<0,001) with Exp (B) of 76,267.

The Head of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District is suggested to create a policy that all employees at the Puskesmas have good work etics include increasing employees’ discipline, task management and improve service quality so that the trust on medical service could be improved and ultimately improve the use of Puskesmas and the Health Service should equip the Puskesmas with adequate service facilities and increase the number of employee to implement the 24-hour service of the Puskesmas.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh

Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap

Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja

Kabupaten Simalungun” .

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan

bimbingan dari berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan juga

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, dan Siti Khadijah, S.K.M., M.Kes,

(9)

1. membimbing, mengarahkan, membagi ilmu, memberikan waktu dan pemikiran kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

2. Dra. Syarifah, S.E, M.S, dan Asfriyati, S.K.M., M.Kes, selaku komisi penguji yang banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

3. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

4. dr. Saberina Ginting, MARS selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun yang telah memberikan izin untuk mengikuti pendidikan

5. dr. Lidia selaku Kepala Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja yang telah meberikan izin penelitian

6. Suami dan Putri tercinta Capt. Handayani Erwin Sirait, S.Si.T, M.Mar, dan Aurel Pionauli Sirait yang penuh pengertian, kesabaran, dukungan dan berdoa sehingga memotivasi penulis selama mengikuti pendidikan.

(10)

8. Teman-teman mahasiswa Angkatan 2010 di Program Studi S2 Minat studi AKK terutama dr. Veronika Brahmana, dr. Lomo Daniel, dr. Sri Rezeki, Betty Sirait SKM, drg. Sinta, dr. Meli Bangun, dr. Sudartik dan dr. Mudiarti, Hotman Siahaan yang membuat suasana pendidikan lebih berwarna.

9. Teman-teman seperjuangan Sri Lubis, Sutri Ana, Linda Sirait, Rinda dan Henny yang telah banyak membantu dan memberi masukan dalam pengerjaan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Imelda Marini Gultom dilahirkan pada tanggal 17 Februari 1980 di Perdagangan. Anak ketiga dari 4 (empat) bersaudara, dari pasangan ayahanda L.P. Gultom dan Ibunda M. Br. Tobing. Menikah pada tanggal 29 Agustus 2009 dengan Capt. Handayani Erwin Sirait, S.Si.T, M.Mar, dan dikaruniai seorang putri yaitu Aurel Pionauli Sirait.

Pendidikan Sekolah Dasar dimulai tahun 1986-1992 di SD. Negeri No. 091621 Perdagangan, tahun 1992-1995 pendidikan SMP Negeri I Perdagangan, tahun 1995-1998 pendidikan di SMU Negeri 3 Pematang Siantar, tahun 1998-2004 pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan tahun 2010-sekarang pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Hipotesis ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Puskesmas ... 14

2.1.1 Kegiatan Pokok Puskesmas ... 14

2.1.2 Indikator Keberhasilan Puskesmas ... 15

2.2 Faktor Sosiodemografi ... 17

2.3 Faktor Sosiopsikologi ... 18

2.3.1 Persepsi ... 19

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan... . 21

2.5 Landasan Teori ... 32

2.6 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Data Primer ... 41

3.4.2 Data Sekunder ... 41

3.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 41

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.5.1 Variabel ... 43

3.5.2 Definisi Operasional ... 43

(13)

3.6.1 Pengukuran Variabel Bebas ... 45

3.6.2 Pengukuran Variabel Terikat ... 47

3.7 Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1 Letak Geografis & Demografis Puskesmas Raja Maligas ... 50

4.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Raja Maligas ... 50

4.2 Gambaran Sosiodemografi, Sosiopsikologi, Pelayanan Kesehatan dan Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun ... 52

4.2.1 Sosiodemografi ... 52

4.2.2 Sosiopsikologi ... 54

4.2.2.1 Persepsi terhadap Penyakit ... 54

4.2.2.2 Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis ... 54

4.2.3 Pelayanan Kesehatan ... 56

4.2.3.1 Kecepatan Pelayanan ... 56

4.2.3.2 Pelayanan Personil ... 57

4.2.3.3 Ketersediaan Pelayanan ... 60

4.2.3.4 Biaya Pelayanan ... 61

4.2.4 Pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas ... 63

(14)

4.3.1 Pengaruh Sosiodemografi terhadap Pemanfaatan

Puskesmas ... 63

4.3.2 Pengaruh Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 66

4.3.3 Pengaruh Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 67

4.4 Analisis Multivariat ... 70

BAB 5.PEMBAHASAN ... 83

5.1 Hasil Uji Bivariat ... 83

5.1.1 Pengaruh Umur dengan Pemanfaatan Puskesmas ... 84

5.1.2 Pengaruh Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Puskesmas . 85 5.1.3 Pengaruh Status Perkawinan dengan Pemanfaatan Puskesmas ... 87

5.1.4 Pengaruh Jumlah Keluarga dengan Pemanfaatan Puskesmas... .. 88

5.1.5 Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas ... 89

5.1.6 Pengaruh Pekerjaan dengan Pemanfaatan Puskesmas ... 90

5.1.7 Pengaruh Persepsi terhadap Penyakit dengan Pemanfaatan Puskesmas ... 91

(15)

5.1.9 Pengaruh Kecepatan Pelayanan dengan Pemanfaatan

Puskesmas ... 93

5.1.10 Pengaruh Pelayanan Personil dengan Pemanfaatan Puskesmas ... 94

5.1.11 Pengaruh Ketersediaan Pelayanan dengan Pemanfaatan Puskesmas... 89

5.1.12 Pengaruh Biaya Pelayanan dengan Pemanfaatan Puskesmas 5.2 Analisis Multivariat ... 91

5.3 Keterbatasan Penelitian... 92

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

6.1 Kesimpulan ... 94

6.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Jumlah Cakupan Pasien di Puskesmas Raja Maligas……….…... 10

3.1. Jumlah Sampel Menurut Desa... 40

3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas... 45

3.3. Metode Pengukuran Variabel Terikat... 47

4.1. Jumlah Penduduk & Kepala Keluarga Menurut Desa... . 50

4.2 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Maligas... 50

4.3 Fasilitas Gedung di Puskesmas Raja Maligas... . 51

4.4 Jumlah Tenaga Medis/Non Medis di Puskesmas Raja Maligas... 52

4.5 Distribusi Frkuensi Berdasarkan Sosiodemografi... . 53

4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi terhadap Penyakit... 54

4.7 Distribusi Frekuensi Kepercayaan terhadap Pelayanan Medis... 55

4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Sosiopsikologi... 56

(17)

4.10 Distribusi Frekuensi Pelayanan Personil... ... 59

4.11 Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Ketersediaan Pelayanan ... ... 61

4.12 Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan ... 62

4.13 Distribusi Frekuensi Kategori Pelayanan Kesehatan ... 62

4.14 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Puskesmas ... 63

4.15 Pengaruh Sosiodemografi terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 65

4.16 Pengaruh Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 66

4.17 Pengaruh Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas.. 68

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 99

2 Master Data ... 104

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 107

4 Table Frekuensi Pertanyaan ... 115

5 Tabel Frekuensi Variabel Kategorisasi ... 127

6 Hasil Uji Statistik Bivariat ... 129

7 Regresi Logistik ... 141

9 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 143

(20)

ABSTRAK

Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Simalungun yang menerapkan pelayanan puskesmas 24 jam untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2011 cakupan kunjungan pasien sebesar 12,92% sementara pada tahun 2010 sebesar 8,62% dan tahun 2010 hanya sebesar 7,79%. Meskipun terdapat peningkatan, cakupan tersebut masih tetap berada di bawah target nasional yaitu sebesar 15%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosiodemografi, sosiopsikologi dan pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian ini adalah explanatory survey. Sampel berjumlah 100 orang kepala keluarga yang diambil dengan cara simple random sampling. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan 20% responden memanfaatkan puskesmas dan 80% responden tidak memanfaatkan puskesmas. Hasil uji chi-square menunjukkan ada 5 variabel berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas dimana nilai p<0,05 yaitu persepsi terhadap penyakit (p<0,001), kepercayaan terhadap pelayanan medis (p<0,001), kecepatan pelayanan (p<0,001), pelayanan personil (p<0,001), ketersediaan pelayanan (p<0,001) dan biaya pelayanan (p=0,028) sedangkan dari hasil mutivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja adalah kepercayaan terhadap pelayanan medis.

Disarankan kepada kepala Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun agar membuat suatu kebijakan agar petugas kesehatan memiliki etika kerja yang baik antara lain meningkatkan disiplin, pengelolaan tugas, dan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga kepercayaan terhadap pelayanan medis di puskesmas bisa meningkat dan akhirnya meningkatkan kunjungan masyarakat ke puskesmas dan kepada Dinas Kesehatan hendaknya melengkapi fasilitas pelayanan yang cukup memadai di Puskesmas dan menambah jumlah pegawai untuk pelaksanaan pelayanan Puskesmas buka 24 jam.

Kata Kunci: Pemanfaatan Puskesmas, Sosiodemografi, Sosiopsikologi, Pelayanan Kesehatan

(21)

ABSTRACT

Puskesmas (Community Health Center) Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict is one of Puskesmas in Simalungun District which apply 24-hour Puskesmas service to meet the health need of the community in Simalungun District. In 2010 the coverage outvisits patient was 12,92%, in 2010 was 8,62% and in 2009 was 7,79%. Although there is incresing, the coverage is still below the national target of 15%.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of socio-demography, socio-psychology and health service on the use of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District. The samples for this study were 100 heads of families from 5 (five) villages in the working area of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District, through simple random sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that 20% of respondent use Puskesmas and 80% were did not. The result of Chi-square test showed that there were 6 (six) variables significantly related with p<0.05, namely, perception of disease (p<0,001), trust on medical service (p<0,001), promptness of service (p<0,001), personnel service (p<0,001), service availability (p<0,001) and cost of service (p=0.028) had influence on the use of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District while the result of multivariate analysis with multiple logistic regression tests showed that the most influencing factor on the use of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict trust on medical service (p<0,001) with Exp (B) of 76,267.

The Head of Puskesmas Raja Maligas, Hutabayu Raja Subdistrict, Simalungun District is suggested to create a policy that all employees at the Puskesmas have good work etics include increasing employees’ discipline, task management and improve service quality so that the trust on medical service could be improved and ultimately improve the use of Puskesmas and the Health Service should equip the Puskesmas with adequate service facilities and increase the number of employee to implement the 24-hour service of the Puskesmas.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Undang-undang Kesehatan No.23/1992 merupakan landasan atau pokok-pokok tentang kegiatan bidang kesehatan. Dalam undang-undang tersebut tercantum bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Undang-undang tersebut menekankan desentralisasi pertanggungan jawab operasional dan kewenangan daerah sebagai syarat untuk keberhasilan dan kelangsungan pembangunan kesehatan.

Dalam usaha pembangunan dan perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam hal ini departemen kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas). Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan masyarakat di suatu wilayah kerja.

(23)

Surat keputusan menteri kesehatan No. 1202/MenKes/SK/VIII/2003 menetapkan salah satu indikator mengenai mutu pelayanan kesehatan adalah persentase penduduk yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, pustu, poskesdes, polindes ataupun fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

Menurut kementerian kesehatan Republik Indonesia ada sebanyak 9325

(24)

puskesmas/pustu 44%, polindes 9,7%, poskesdes 7,8% dan posyandu 16,6% (Riskesdas, 2010).

Indonesia telah mengalami perubahan sosiodemografis yang besar hal ini bisa dilihat dari komposisi populasi penduduk Indonesia yang saat ini sangat mirip dengan komposisi penduduk di sebagian besar negara-negara di Eropa pada tahun 1950-an dan prediksi pada tahun 2025 dimana jumlah penduduk yang berumur 30 - 60 tahun akan melebihi jumlah yang berumur 0 - 30 tahun. Hal ini diakibatkan penduduk Indonesia berusia lebih panjang, jumlah anak-anak yang meninggal karena penyakit menular semakin menurun, serta semakin meningkatnya tingkat pendidikan atau melek huruf pada wanita. Pendapatan penduduk yang meningkat, pengetahuan yang lebih baik juga mengubah persepsi (sosiopsikologis) masyarakat yang memungkinkan peningkatan ekspektasi terhadap pelayanan kesehatan yang ada dan memengaruhi pemanfaatan puskesmas (Worldbank, 2008).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh pola pencarian pelayanan kesehatan hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa pada pertengahan tahun 1990-an semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengubah pola pencarian pelayanan kesehatan dari layanan rawat jalan berbasis fasilitas. Lebih dari 50% menyatakan bahwa mereka mengandalkan pengobatan mandiri untuk menyembuhkan penyakit mereka dengan membeli obat di apotek atau toko obat.

(25)

tahun 1993, hanya 27% penduduk yang jatuh sakit mengandalkan pengobatan mandiri, sedangkan 53% mendatangi fasilitas-fasilitas kesehatan, dan sekitar 21% tidak mengupayakan perawatan sama sekali (Worldbank, 2008).

Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang rendah baik milik pemerintah maupun swasta antara lain karena ketidakefisienan dan buruknya kualitas pelayanan kesehatan, buruknya kualitas infrastruktur, dan masih banyak pusat kesehatan yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai di daerah terpencil, tingginya ketidakhadiran dokter di puskesmas, serta kurangnya pendidikan tenaga kerja kesehatan (World Bank,2008).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat pemanfaatan puskesmas 12%, pemanfaatan pustu 4,5%, poskesdes atau polindes 1,5%. Pencapaian terhadap target standar pelayanan minimal (SPM) yang mengikuti MDG’s antara lain cakupan terhadap kunjungan ibu hamil K4 sebesar 61,3% sementara target SPM 95%, cakupan peserta KB aktif 53,9% sementara target SPM 70%, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan 82,3% sementara target nasional 90% dan cakupan kunjungan neonatus 60,6% sementara target SPM 90% (Riskesdas, 2010)

(26)

kesehatan. Wanita, orang yang berpendidikan tinggi dengan kondisi kesehatan yang lemah lebih cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan swasta. Pemanfaatan unit gawat darurat, rumah sakit dan rujukan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan, sedangkan tingkat sosial ekonomi rendah tidak memengaruhi dalam pemanfaatan jenis pelayanan tersebut.

Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan dasar berhubungan dengan nilai-nilai kepercayaan/agama pada populasi tertentu. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap kesehatan itu sendiri. Disamping itu masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya.

(27)

Penelitian Rinaldy (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan puskesmas dengan komunikasi interpersonal yang baik di Kota Binjai, menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara semangat kerja, penguasaan, kemampuan komunikasi, frekuensi dan diskusi dengan kepuasan pasien sehingga mampu meningkatkan kunjungan pasien ke puskesmas.

(28)

(53,2%). Tingkat kepuasan terhadap infrastruktur puskesmas, elemen infrastruktur yang paling tinggi tingkat kepuasannya adalah kebersihan, kerapian/penampilan petugas dengan nilai 90,3. Elamen infrastruktur yang paling rendah tingkat kepuasannya adalah elemen WC untuk pengunjung dan air di WC dengan nilai masing-masing 78,8 dan 79,3. Tingkat kepuasan tertinggi pada Puskesmas Laguboti (94,73), menyusul Ajibata (91.07) dan yang terendah di Puskesmas Porsea (70,6).

Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat Simalungun tentang pelayanan kesehatan di puskesmas antara lain seringnya ketidakhadiran dokter di puskesmas, peralatan medis kurang memadai, budaya pegawai puskesmas yang tidak disiplin dan tidak ramah. Daya tanggap yang kurang dan kurang menghargai pasien, pelayanan yang terlalu lama sehingga pasien bosan menunggu.

Dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sejak februari 2011 pemerintah Kabupaten Simalungun menetapkan semua puskesmas yang ada di Kabupaten Simalungun tetap buka selama 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetapi sampai akhir tahun 2011 pemanfaatan oleh pasien ke puskesmas belum menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini bisa dilihat karena tidak ada peningkatan yang signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas bila dibandingkan dengan pemanfaatan puskesmas pada tahun 2010 sebelum diberlakukannya puskesmas buka selama 24 jam.

(29)

perseorangan. Ada sebanyak 34 puskesmas yang tersebar di 31 kecamatan, 169 unit pustu, 95 unit poskesdes dan 1.328 posyandu yang menyebar di seluruh wilayah kerja puskesmas, praktek dokter, praktek bidan dan sarana kesehatan swasta lainnya (Profil dinas kesehatan Kabupaten Simalungun, 2010).

Gambaran yang menunjukkan rendahnya pemanfaatan puskesmas di Kabupaten Simalungun ditunjukkan oleh rendahnya kunjungan pasien selama tahun 2011 di beberapa puskesmas di Kabupaten Simalungun yang cakupan pemanfaatannya masih berada di bawah

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Simalungun, terdapat 34 puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dan ditemukan salah satu dari puskesmas tersebut dengan kunjungan rendah yaitu Puskesmas Raja Maligas. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Raja Maligas masih tergolong rendah karena didapati 20 indikator kinerja berada di bawah target dari 54 indikator SPM 2010 yang sudah ditetapkan.

(30)

Pelayanan kesehatan Puskesmas Raja Maligas yang masih berada di bawah target SPM 2010 adalah cakupan kunjungan bumil 54,55% (target SPM 95%); cakupan bulin yang ditolong tenaga kesehatan 68,71% (target SPM 90%); cakupan kunjungan neonatus 34,67% (target SPM 90%); cakupan kunjungan bayi 42,56% (target SPM 100%); cakupan BBLR yang ditangani 40% (target SPM 90%); rendahnya murid SD yang diperiksa 3,01% (target SPM 90%); rendahnya cakupan SD yang mendapat pelayanan gigi 24,39% (target SPM 100%); cakupan pelayanan usila 5,02% (target SPM 70%); cakupan balita yang naik berat badannya 34,76% (target SPM 80%); cakupan balita mendapat 2x KVA 32,69% (target SPM 90%); cakupan bumil yang mendapat 90 tablet Fe 28,65% (target SPM 90%); cakupan MP-ASI bayi BGM maskin 43,48% (target SPM 100%); pertolongan ibu hamil yang beresiko tinggi oleh tenaga kesehatan 45,45% (target SPM 80%); rumah/bangunan bebas jentik yang diperiksa 25,54% (target SPM 95%); bayi yang mendapat ASI ekslusif yaitu 15,36% (target SPM 80%); rumah sehat 77,55% (target SPM 85%) dan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar 28,05% (target SPM 100%). (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun 2010).

(31)
[image:31.612.107.531.142.198.2]

Tabel 1.1 Jumlah Cakupan Kunjungan Pasien di Puskesmas Raja Maligas Tahun Kunjungan Pasien Jumlah Penduduk Persentase

2009 993 12.732 7,79%

2010 1.057 12.265 8,62%

2011 1.579 12.220 12,92%

Sumber: Register Pasien Puskesmas Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja

Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas selama kurun waktu tiga tahun terakhir masih tergolong rendah dan masih berada di bawah target nasional yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 15%.

(32)

perawatan kesehatan juga diduga sebagai faktor penyebab. Pekerjaan masyarakat yang kebanyakan adalah petani yang lebih mementingkan pergi ke ladang daripada hanya sekedar pergi ke puskesmas bisa juga menjadi alasan untuk tidak melakukan kunjungan ke puskesmas.

Dari survey awal juga ditemukan faktor sosiopsikologis yaitu persepsi pasien tentang sehat-sakit yang berbeda-beda. Bila sakitnya tidak sembuh dengan beli obat dari toko obat baru akan pergi ke fasilitas kesehatan. Tingkat kepercayaan yang rendah terhadap pelayanan medis di puskesmas. Faktor pelayanan kesehatan di puskesmas seperti lambatnya pelayanan yang diterima, ketidakhadiran dokter sehingga pasien hanya dilayani perawat atau bidan, ketidakramahan petugas dan daya tanggap tenaga kesehatan yang kurang pada kebutuhan pasien.

(33)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun pada tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh

1.4 Hipotesis

faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan), faktor sosiopsikologi (persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis), dan pelayanan kesehatan (kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan) terhadap pemanfaatan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.

(34)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dan instansi terkait dalam pengambilan kebijakan kesehatan untuk meningkatkan pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat.

2. Bagi Puskesmas dapat dijadikan pembelajaran untuk kemudian menjadi alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan pelayanan puskesmas dan cakupannya dengan mengikutsertakan masyarakat di wilayah puskesmas di Kabupaten Simalungun.

3. Dapat menjadi kontribusi bagi ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan kajian tentang pelaksanaan puskesmas agar masyarakat ikut secara aktif mensukseskan puskesmas.

(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Depkes (1991) mendefinisikan puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).

2.1.1 Kegiatan Pokok Puskesmas

Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.

(36)

kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan upaya pengobatan.

Dalam mengukur keberhasilan puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing program. Standar pelayanan kesehatan adalah suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu atau kualitas ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia pelayanan kesehatan, penunjang pelayanan kesehatan, ataupun pengelolaan pelayanan kesehatan dan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan perannya masing-masing (Pohan, 2003).

2.1.2 Indikator Keberhasilan Puskesmas

Standar pelaksanaan ini juga merupakan standar untuk kinerja staf. Standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan mulai diterapkan tahun 2003 yang disesuaikan dengan Millenium Development Goals (MDG’s). Adapun indikator kinerja dan target standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan di puskesmas Tahun 2010 untuk kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah 3. Pelayanan Keluarga Berencana

(37)

5. Pelayanan Pengobatan/Perawatan 6. Pelayanan Kesehatan Jiwa

7. Pemantauan Pertumbuhan Balita 8. Pelayanan Gizi

9. Pelayanan Obsterik dan Neonatal Emergensi Dasar 10.Pelayanan Gawat Darurat

11.Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk

12.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio 13.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru 14.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA 15.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS

16.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 17.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare

18.Pelayanan Kesehatan Lingkungan 19.Pelayanan Pengendalian Vektor

20.Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum 21.Penyuluhan Perilaku Sehat

22.Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (P3 NAPZA) Berbasis Masyarakat

(38)

25.Penyelenggaraan Pembiayan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan

26.Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan Masyarakat Rentan Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota.

2.2 Faktor Sosiodemografi

Sosiodemografi adalah suatu cabang ilmu yang mengkombinasikan ilmu sosial dan ilmu demografi. Sosiodemografi adalah suatu karakteristik seorang individu ataupun sekumpulan individu. Sosiodemografi terdiri dari umur, ras, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan dan status pernikahan (Census Bureau, U.S, 2003).

Secara sosiodemografi penduduk Kabupaten Simalungun terdiri dari 817.720 jiwa. Jumlah penduduk tersebut 407.838 jiwa laki-laki dan 409.882 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 143.026 KK. Untuk tingkat pendidikan yang pernah ditamatkan oleh penduduk Kab. Simalungun adalah sebagai berikut: tidak/belum pernah sekolah adalah 6,31%; tidak/belum tamat SD adalah 52,01%; Tamat SD adalah 19,90%; tamat SMP adalah 10,75%; tamat SMA adalah 8,79%; tamat Diploma adalah 1,29% dan tamat universitas adalah 0,94%. Pekerjaan penduduk terbanyak adalah pada sektor pertanian disusul industri dan jasa.

(39)

2.3 Faktor Sosiopsikologi

Sosiopsikologi adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial seperti situasi kelompok, situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayaannya.

Menurut Taylor, et al sosiopsikologi adalah studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir, memengaruhi dan berhubungan dengan orang lain. Prinsip sosiopsikologi membantu kita memahami berbagai macam isu penting seperti cara mempromosikan gaya hidup sehat, bahaya merokok.

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor sosiopsikologi terdiri dari pengetahuan, sikap, penilaian tentang sesuatu hal, persepsi dan kepercayaan masyarakat termasuk persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter.

Sikap seseorang menilai unit pelayanan kesehatan berasal dari proses evaluasi dalam dirinya yang memberi kesimpulan nilai dalam bentuk baik/buruk, positif/negatif, menyenangkan/tidak dimana kesemuanya ini dibentuk dari pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain dan emosi sehingga pada akhirnya akan memengaruhi keputusannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

(40)

2.3.1 Persepsi

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson, 1991). Chaplin (1999) memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Proses perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan pengamatan selektif. Di dalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek atau kejadian.

Menurut Zastrow, et al (2004), persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktifitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.

Persepsi dapat memengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi, sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut (Prawiradilaga dan Eveline, 2004).

(41)

1. Orang membentuk kesan tentang seseorang/sesuatu hal dengan cepat berdasarkan informasi minimal dan kemudian menyebut ciri-ciri umum dari seseorang atau sesuatu hal tersebut.

2. Orang memberi perhatian khusus pada ciri yang paling menonjol darri seseorang atau sesuatu hal, bukan memerhatikan seluruh ciri seseorang. Kita memerhatikan kualitas yang membuat seseorang atau sesuatu berbeda.

3. Dalam memproses informasi tentang orang lain kita akan memberi makna yang koheren pada perilaku mereka. Kita, sampai tingkat tertentu, menggunakan konteks perilaku orang lain untuk menyimpulkan makna perilaku, mereka, bukan mengiterpretasikan perilaku secara terpisah.

4. Kita menata persepsi kita dengan mengorganisasikan atau mengelompokkan stimuli. Alih-alih melihat setiap orang sebagi individu tersendiri, kita cenderung memandang seseorang atau sesuatu sebagai anggota suatu kelompok. Misalnya orang yang berbaju putih kita anggap sebagai dokter, meskipun belum tentu seseorang tersebut adalah seorang dokter.

5. Kita menggunakan struktur kognitif kita untuk memahami perilaku orang lain. Untuk mengidentifikasi wanita sebagai dokter, kita menggunakan informasi tentang dokter secara lebih umum ketimbang menarik kesimpulan dari atribut perempuan itu dan makna perilakunya.

(42)

seseorang yang ditemui hanya sekali akan berbeda dengan kesan terhadap teman karib.

Menurut Notoatmodjo (2003), persepsi adalah konsep yang dimiliki seseorang tentang orang lain atau sesuatu hal. Misalnya persepsi seseorang tentang sehat dan sakit. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang sehat dan sakit.

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang baik dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1995).

(43)

Pengertian kualitas dari ketiga pihak tersebut adalah:

a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas terutama berhubungan dengan ketanggapan dan kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, komunikasi petugas dengan pasien, sikap ramah, rendah hati dan kesungguhan. b. Bagi pihak institusi penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya

petugas pemberi pelayanan, mutu pelayanan yang terkait dengan pemakaian sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, juga berhubungan dengan otononomi profesi dokter dan perawat serta profesi lain yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.

c. Dari segi pembiayaan, kualitas pelayanan terkait dengan efisiensi pemakaian sumber daya serta kewajaran pembiayaan kesehatan.

Menurut Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (1996), ada lima dimensi kualitas pelayanan yang merupakan indikator ukuran kepuasan seseorang sehingga mau memanfaatkan fasilitas kesehatan, yaitu:

1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang terpercaya dan akurat

2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan tanggap terhadap keinginan konsumen.

(44)

dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

4. Emphaty (empati), yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian secara individual yang diberikan pegawai kepada pelanggan guna memahami keinginan konsumen.

5. Tangibles (bukti langsung), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.

Dari beberapa pakar mutu yang memperhatikan berbagai sudut pandang, dapat dirangkum ada 9 (sembilan) dimensi mutu, yaitu:

1. Manfaat: pelayanan kesehatan yang diberikan menunjukan manfaat dan hasil yang diinginkan

2. Ketepatan: pelayanan kesehatan yang diberikan relevan dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan standar keprofesian

3. Ketersediaan: pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tersedia

4. Keterjangkauan: pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dicapai dan mampu dibiayai pasien

5. Kenyamanan: pelayanan kesehatan dalam suasana yang nyaman

(45)

7. Waktu: pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatkan waktu tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian

8. Kesinambungan: pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan secara berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu ditindaklanjuti, ibu hamil yang sudah mendapatkan pemeriksaan pertama (K1) perlu ditindaklanjuti untuk pemeriksaan selanjutnya

9. Legitimasi dan akuntabilitas: pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum. (Sulaeman, 2009)

Untuk dapat meningkatkan jumlah pasien puskesmas diharapkan mampu memberi pelayanan yang bermutu. Mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan dan merekomendasikan pelayanan kesehatan tersebut pada orang di sekitarnya. Kepuasan konsumen dapat juga diartikan sebagai suatu sikap konsumen ditinjau dari kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang pernah dirasakan.

(46)

Menurut Kasl dan Cobb di dalam Muzaham (1995) ada tiga alasan pokok seseorang terlibat dengan kegiatan medis dan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat)

2. Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit)

3. Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakitnya tidak bertambah parah (peran sakit - sick role behavior)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan pemberi pelayanan. McKinlay dalam Muzaham (1995) telah mengidentifikasikan lima pendekatan utama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: sudut ekonomi, sosiodemografi, sosiopsikologi, sosial budaya, dan organisasional.

Beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Dever (1984) antara lain:

1. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan

(47)

yang memengaruhi perilaku mereka. Begitu juga dengan jumlah dan jenis tenaga kesehatan tambahan, pekerja lain, peralatan dan penggunaan peralatan yang inovatif juga memengaruhi perilaku mereka. Dengan kata lain bahwa karakteristik ini terdiri dari sikap dan keterampilan petugas pelayanan kesehatan (Dever, 1984).

2. Faktor Sosiokultural (sosial budaya)

Yang merupakan faktor sosiokultural terdiri dari teknologi dan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat.

a. Teknologi

Dengan adanya perkembangan yang telah dicapai dalam bidang teknologi kedokteran terutama setelah penemuan antibiotika, kemajuan dalam bidang pencegahan penyakit, serta peningkatan usaha-usaha yang bertujuan memperbaiki standar kehidupan, maka ancaman beberapa penyakit menular seperti cacar, difteri sekarang sudah jarang ditemukan. Pola penyakit yang berubah sedikit banyak juga memengaruhi pola masyarakat dalam mencari pertolongan medis atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berkunjung ke fasilitas kesehatan bukan lagi semata-mata karena takut mati melainkan karena ingin agar pekerjaannya sehari-hari tidak terganggu, atau ingin mengembangkan kemampuan fisik dan dan intelektual seoptimal mungkin

b. Nilai-nilai Sosial yang ada di masyarakat

(48)

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah struktur dan proses yang memengaruhi proses pelayanan kesehatan (interaksi antara pasien dan penyedia pelayanan kesehatan) yang meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografi, akses sosial serta proses pelayanan kesehatan.

a. Ketersediaan sumber daya

Ketersediaan disini mengacu kepada jumlah dan jenis sumber daya yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

b. Akses geografi

Yang dimaksud dengan akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang memengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh yang harus dikorbankan pengguna pelayanan kesehatan untuk dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan.

c. Akses sosial

(49)

d. Karakteristik struktur dan proses perawatan

Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar berupa upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu puskesmas perlu ditunjang dengan pembiayaan yang cukup untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan gedung maupun untuk biaya rutin seperti gaji karyawan dan biaya operasional. Pembiayaan Puskesmas saat ini berasal dari pemerintah dan pendapatan puskesmas serta sumber-sumber lain seperti askes dan jamkesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depkes, 2005).

4. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Seseorang akan bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, apabila ia merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain, tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul apabila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan ini dipengaruhi oleh:

a. Faktor sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan).

(50)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan perilaku seseorang dalam pencarian pelayanan kesehatan terutama dengan persepsi individu atau masyarakat tentang sehat-sakit. Orang yang berpenyakit (having a disease) dan orang yang sakit (having a illness) adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit adalah suatu kondisi patologis yang objektif, sedangkan sakit adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit. Dua orang atau lebih secara patologis menderita suatu jenis penyakit yang sama. Bisa jadi orang kesatu merasa lebih sakit dari yang lain, dan bahkan orang yang satunya lagi tidak merasa sakit. Hal ini disebabkan karena evaluasi atau persepsi mereka yang berbeda tentang sakit.

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka timbul berbagai macam perilaku dan usaha termasuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2003) respons seseorang apabila mengalami sakit adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertindak apa-apa (no action)

(51)

lain yang sering terdengar sehingga sesesorang tidak melakukan apa-apa terhadap penyakitnya adalah fasilitas kesehatan yang jauh letaknya, petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak simpatik, pelayanan yang terlalu lama dan lain sebagainya. 2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment)

Alasan yang sering timbul sehingga melakukan pengobatan sendiri antara lain masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy)

(52)

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obatan ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu

Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar dikontrol. Namun demikian sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, Puskesmas, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine)

Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain menurut Rosenstock yang dikutip oleh Anderson (1974), ada empat kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: kepekaan seseorang terhadap penyakit, persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit, persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pelayanan kesehatan dan persepsi seseorang terhadap hambatan-hambatan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

(53)

faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografis, akses sosial dan karakteristik struktur dan proses perawatan, faktor yang berhubungan dengan konsumen meliputi sosiodemografis, akses sosial, dan karakteristik struktur dan proses perawatan, dan faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan meliputi sosioekonomi dan karakteristik pemberi pelayanan.

2.5 Landasan Teori

Menurut Andersen faktor – faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi :

1. Faktor pemungkin (predisposing factors), yang menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang digolongkan atas:

a) Demografi

(54)

b) Struktur Sosial

Variabel struktur sosioal terdiri dari pendidikan, pekerjaan, etnis, hubungan sosioal, interaksi sosial dan kebudayaan. Variabel tingkat pendidikan, pekerjaan dan kesukuan mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga dalam masyarakat. Berbagai gaya kehidupan yang berbeda diperlihatkan oleh individu-individu dan keluarga dari kedudukan sosial yang berbeda pula. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Individu-individu yang berbeda etnis/suku, pekerjaan, atau tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka. Dengan kata lain, pendekatan sosiodemografis didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan struktur sosial yang bertentangan akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu pula (Notoatmodjo, 2003).

c) Kepercayaan terhadap kesehatan

Variabel kepercayaan terhadap kesehatan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat individu perduli dan mencari pelayanan kesehatan. Notoatmodjo (2003) menyatakan variabel sosiopsikologi termasuk di dalam variabel kepercayaan terhadap kesehatan. Variabel sosiopsikologis yang dipakai adalah persepsi dan kepercayaan individu terhadap pelayanan medis atau dokter. Variabel-variabel sosiopsikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori, yaitu: 1. Pengertian kerentanan terhadap penyakit

(55)

3. Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit

4. Kesiapan tindakan individu.

2. Faktor pendukung (enabling factors), yang menjelaskan bahwa meskipun individu mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, tidak akan memanfaatkannya kecuali mampu memperolehnya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan atau kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya. Yang termasuk karakteristik ini adalah :

a. Sumber keluarga (family resources), yang meliputi

1. Pendapatan keluarga, cakupan asuransi kesehatan dan pihak – pihak yang membiayai individu atau keluarga dalam mengkonsumsi pelayanan kesehatan

2. Lamanya waktu tempuh, jauhnya jarak tempuh.

Lokasi pelayanan kesehatan adalah penting diperhatikan oleh pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan memengaruhi pencari pelayanan kesehatan.

b. Sumber daya masyarakat (community resources), yang meliputi: Tersedianya pelayanan kesehatan bisa mencakup:

(56)

Fasilitas pelayanan kesehatan yang baik akan memengaruhi sikap dan perilaku pasien, pengadaan fasilitas pada pelayanan kesehatan akan menciptakan perasaan sehat, aman, dan nyaman.

2. Kualitas pelayanan kesehatan yang diterima.

Pemanfaatan akan meningkat apabila masyarakat bebas dari masalah kesehatan mereka, kecepatan dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan (pelayanan yang cepat, tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti) juga pelayanan personil (mencakup pelayanan dokter, perawat, bidan maupun tenaga non kesehatan) yang diterima oleh pengguna pelayanan kesehatan. Pelayanan personil dapat berupa pelayanan profesional maupun keramahan dan daya tanggap terhadap pasien juga kerjasama yang terdapat antara petugas kesehatan.

3. Biaya atau tarif yang terjangkau

Biaya kesehatan tentu sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya harga yang tinggi pada pelayanan kesehatan akan menyebabkan penurunan permintaan

4. Informasi medis yang diperlukan

(57)

3. Faktor kebutuhan (need factors). Faktor predisposisi dan faktor pendukung dapat terwujud menjadi tindakan pencarian pengobatan, apabila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan oleh pasien.

b. Evaluated/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.

2.6 Kerangka Konsep

(58)

informasi) dan Faktor kebutuhan (need factors) meliputi kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan evaluated/clinical diagnosis.

(59)
[image:59.612.117.534.175.447.2]

Berdasarkan hal di atas, maka kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Sosiodemografis:

1.Umur

2.Jenis kelamin 3.Status perkawinan 4.Jumlah keluarga 5.Tingkat pendidikan 6.Pekerjaan

PEMANFAATAN PUSKESMAS Faktor Sosiopsikologi:

1.Persepsi terhadap penyakit 2.Kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter

(60)

BAB 3

METODEPENELITIAN

3.1JenisPenelitian

Jenis penelitian ini bersifat “explanatory research” (penelitian penjelasan) yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan), faktor sosiopsikologi (persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter) dan pelayanan kesehatan (kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan) terhadap pemanfaatan puskesmas oleh penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.

3.2.1 Lokasi Penelitian

(61)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan terhitung dari bulan maret sampai dengan juni 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun sebanyak 3687 KK pada tahun 2011.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian. Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Rahkmat (1998), sebagai berikut:

N 3687

n = = = 97,36 100 N.d² + 1 3687 (0,1)² + 1

Dimana : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel

d = Jumlah Presisi yang ditetapkan (10%)

(62)

Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing wilayah kerja Puskesmas, menurut Prasetyo (2005) digunakan rumus:

������ = ��������

������������� ������������

Maka sampel pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Menurut Desa

No. Kecamatan Perhitungan Jumlah

Sampel

1. Desa Raja Maligas I 573/3687 x 100 16

2. Desa Raja Maligas II 573/3687 x 100 16

3. 4. 5.

Desa Bahal Batu Desa Silakkidir

Desa Dolok Sinumbah

545/3687 x 100 783/3687 x 100 1213/3687 x 100

15 21 32

TOTAL 100

Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing desa maka selanjutnya dilakukan pemilihan sampel dengan cara simple random sampling sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada setiap desa. Adapun syarat yang ditentukan adalah responden yang bisa berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai.

3.4 Metode Pengumpulan Data

[image:62.612.115.524.295.411.2]
(63)

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil dinas kesehatan Kabupaten Simalungun, buku register pasien tahun 2011 yang ada di Puskesmas Raja Maligas, dan data penduduk Raja Maligas.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan terlebih dahulu dilakukan sebelum dilakukan pengumpulan data primer agar kuesioner layak digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian.

Uji coba kuesioner dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap 30 KK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Perdagangan dengan alasan puskesmas tersebut juga memiliki ciri yang sama dengan puskesmas yang akan diteliti yaitu sama-sama memiliki tingkat kunjungan yang rendah.

a. Uji Validitas

(64)

merupakan jumlah skor setiap pertanyaan (Singarimbun, 1995). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment Corelation (r), dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) > 0,3 maka variabel tersebut dikatakan valid.

1. Uji Validitas Variabel Sosiodemografi

Hasil uji validitas variabel sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan) masing-masing pertanyaan memiliki nilai r hitung > 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sosiodemografi valid.

2. Uji Validitas Variabel Sosiopsikologi

Hasil uji validitas variabel sosiopsikologi (persepsi terhadap penyakit dan kepercayaan terhadap pelayanan medis) masing-masing pertanyaan memiliki nilai r hitung > 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sosiopsikologi valid.

3. Uji Validitas Variabel Pelayanan Kesehatan

Hasil uji validitas variabel pelayanan kesehatan (kecepatan pelayanan, pelayanan personil, ketersediaan pelayanan dan biaya pelayanan) masing-masing pertanyaan memiliki nilai r hitung > 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pelayanan kesehatan valid.

b. Uji Reliabilitas

(65)

terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten dari waktu ke waktu (Singarimbun, 1995). Teknik yang digunakan dalam pengujian reliabititas instrumen adalah menggunakan alpha cronbach. Jika hasil uji memberikan nilai alpha cronbach > 0,60, maka variabel tersebut dikatakan reliabel.

Hasil uji reliabilitas variabel bebas faktor sosiodemografi, sosiopsikologi dan pelayanan kesehatan diperoleh bahwa seluruh variabel bebas mempunyai nilai r alpha cronbach > 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel bebas dikatakan reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

(66)

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Umur adalah lamanya waktu hidup responden berdasarkan ulang tahun terakhir

2. Jenis kelamin adalah ciri biologis yang melekat pada diri responden 3. Status perkawinan adalah status pernikahan yang dimiliki responden 4. Jumlah keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden 5. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah

diikuti responden dan mendapat ijazah

6. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang menjadi mata pencarian responden 7. Persepsi terhadap penyakit adalah segala sesuatu yang menyangkut persepsi

responden yang meliputi pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit

8. Kepercayaan terhadap pelayanan medis adalah keyakinan responden terhadap manfaat yang diharapkan dari pengobatan yang dilakukan di puskesmas 9. Kecepatan pelayanan adalah lamanya waktu responden mendapatkan

pelayanan kesehatan mulai dari pasien datang sampai mendapat pelayanan awal

(67)

11.Ketersediaan pelayanan adalah persepsi pasien terhadap kelengkapan fasilitas, pelayanan dan peralatan di puskesmas

12.Biaya pelayanan adalah tanggapan pasien mengenai jumlah uang yang dikeluarkan untuk pelayanan di puskesmas.

13.Pemanfaatan puskesmas adalah keputusan yang dibuat responden atau anggota keluarga responden untuk memanfaatkan Puskesmas Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran variabel bebas

[image:67.612.112.534.428.673.2]

Pengukuran variabel bebas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas

Variabel Pertanyaan Kategori Bobot Nilai

Hasil Pengukuran

Skala Ukur

1.Umur Umur/ Kuesioner

1. Dewasa dini 2. Dewasa madia 3. Dewasa lanjut

1. 18-40 2. 41-60 3. >60 Interval 2.Jenis Kelamin Jenis Kelamin/ Kuesioner 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Laki-laki 2. Perempuan Nominal 3.Status Perkawinan Status perkawinan/ Kuesioner 1. Duda/Janda 2. Kawin 1.Duda/Janda 2.Kawin Nominal 4.Jumlah Keluarga Jumlah keluarga/ Kuesioner

1. > 5 orang 2. ≤ 5 orang

(68)

Tabel 3.2 (Lanjutan) 6. Pekerjaan Pekerjaan/

Kuesioner

1. Bekerja 2. Tidak Bekerja

1. PNS / swasta /petani

2. Ibu rumah tangga / Pengangguran

Nominal

7. Persepsi thp Penyakit

1 – 2 (2)

1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju

1 2 3 4

≤Median :Kurang Baik

>Median :Baik

Ordinal

3 – 4 (2)

1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju

4 3 2 1 8. Kepercayaan thp Pelayanan Medis

1 – 6 (6)

1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju

4 3 2 1

≤Median :Kurang Baik

>Median :Baik

Ordinal

7 (1)

1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju

1 2 3 4 9. Kecepatan Pelayanan

6 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju

4 3 2 1

≤Median :Kurang Baik

>Median :Baik

Ordinal

10. Pelayanan Personil

18 1. SangatSetuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju 4. Sgt Tdk Setuju

4 3 2 1 ≤Median :Kurang Baik >Median : Baik

Ordinal

11. Ketersedia an Pelayanan

10 1. Sangat Lengkap 2. Lengkap 3. Tdk Lengkap 4. Sgt Tdk Lengkap

4 3 2 1

≤Median :Kurang Baik

>Median :Baik

Ordinal

12. Biaya Pelayanan

3 1.SangatSetuju 2. Setuju 3.Tidak Setuju 4.Sgt Tdk Setuju

1 2 3 4

≤Median : Mahal

>Median : Murah

[image:68.612.111.527.140.624.2]
(69)

3.6.2 Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat pada penelitian ini adalah mengukur variabel pemanfaatan Puskesmas.

[image:69.612.105.533.249.320.2]

Pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Terikat Variabel Perta

nyaan Alternatif Jawaban Bobo t Nilai

Kategori Hasil Pengukuran Skala Ukur

Pemanfaatan Puskesmas

1 Ya

Tidak 1 0 a. Memanfaatkan b. Tid

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Cakupan Kunjungan Pasien di Puskesmas Raja Maligas
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Menurut Desa
Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Lapau (1997, dalam Rifai, 2005) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu: faktor sosiodemografis (umur, jenis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor: predisposisi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga, suku/etnis, agama,

Tingkat loyalitas baik perawat rollstat maupun perawat honorer berhubungan dengan faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan explanatory research untuk mengetahui apakah faktor sosial-demografis (umur, jenis kelamin, pendidikan,

No.Register Alamat Jenis Kelamin Umur (tahun) Pendidik an Pekerjaan Status Perkawinan Narkoba yg digunakan Umur mulai Pakai Sumber zat Kasus.. Alasan Berhenti

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor predisposisi masyarakat Tionghoa yang meliputi faktor: demografi (umur, jenis kelamin dan jumlah

- Nama dan alamat kepala rumah tangga, jumlah keluarga, dan jumlah anggota rumah tangga, dan hubungan denga kepala rumah tangga , - Jenis kelamin, umur, status

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait analisis faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat