KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMA
NEGERI 2 GADINGREJO KABUPATEN
PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN
2012/2013
(Skripsi)
Oleh:
RENI SETIAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH KARAKTERISTIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP SISWA
DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMA
NEGERI 2 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2012/2013
Oleh Reni Setiawati
Penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Populasi daalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu TP 2012/2013.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan secara signifikan. Karena x2hitung lebih besar dari x2 tabel, yaitu 16,38% ≥ 9,49. Hal ini berarti semakin baik karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan makasemakin tinggi sikap siswa dalam proses pembelajaraan pendidikaan kewarganegaraan.
KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMA
NEGERI 2 GADINGREJO KABUPATEN
PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN
2012/2013
Oleh:
RENI SETIAWATI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi PPKN
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMA NEGERI 2 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama Mahasiswa :Reni Setiawati
No. Pokok Mahasiswa : 0913032015
Jurusan : Pendidikan IPS
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Holilulloh, M.Si. Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd. NIP 19610711 198703 1 003 NIP 19870602 200812 2 001
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Ketua Program Studi PPKn,
1. Tim Penguji
Ketua :Drs. Holilulloh, M.Si. .…………..……
Sekretaris :Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd. …..…………...
Penguji
Bukan Pembimbing :Dr. Irawan Suntoro, M.S. ……….…
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:
Nama : Reni Setiawati
NPM : 0913032015
Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Alamat : Mujidadi Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Februari 2013
Peneliti dilahirkan di Desa Mujidadi Timur Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada tanggal 2 Apil 1991 yang merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara
pasangan Alm. Bapak Sukir dan Ibu Samsi.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh, Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Cipadang Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran yang diselesaikan pada tahun 2003
berijazah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran diselesaikan pada tahun 2006 berijazah, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang di selesaikan
pada tahun 2009 berijazah.
Pada tahun 2009, diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka
gagal untuk merancang
(karo cyber)
Seseorang yang tdak pernah membuat kesalahan
adalah dia yang tidak penah mencoba sesuatu
yang baru
( Albert Einstein)
Keberhasilan adalah milik mereka yang berusaha
dan bisa mengatasi masalah-masalah yang
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Di dalam penulisan ini, penulis banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun
spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si selaku Ketua Program Studi PPKn sekaligus
Pembimbing I, Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing II, Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku Pembahas I, bapak M. Mona Adha, M.Pd. selaku
Pembahas II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, khususnya Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
7. Bapak kepala sekolah SMA Negeri 2 GadingrejoKabupaten Pringsewu yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ibu Samsi dan Alm.Bapak Sukir yang selalu bekerja keras untuk keberhasilanku dan senantiasa
memberikan doa dan semangat, serta selalu menanti keberhasilanku. 9. Kakak-kakaku, Suparti, Marinah, Yati Liana, Rita S, Endang Asiati, dan
Sri Lestari yang kusayangi.
10. Keluarga besarku yang selalu menantikan keberhasilanku 11. Kak Sus yang selalu membantuku dalam menyelesaikan skripsi
menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman kostn Pondok Ratu, Mutmainah, Siti Rohana, Eva Susanti yang selalu memberikan semangat serta canda tawa dalam kebersamaan selama ini untuk meraih kesuksesan.
15. Teman-teman PKn angkatan 2009 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini, yang menjadikan
hari-hari lebih berwarna.
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN... vii
MOTO ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah... 9
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian... 10
F. Kegunaan Penelitian ... 10
a. Kegunaan Teoritis... 10
b. Kegunaan Praktis ... 10
G. Ruang Lingkup ... 11
a. Ruang Lingkup Ilmu... 11
b. Ruang Lingkup Subjek ... 11
c. Ruang Lingkup Objek ... 11
d. Ruang Lingkup Tempat ... 12
a. Pengertian karakter... 13
b. Pengertian Guru ... 16
c. Krakteristik Guru ... 18
d. Tanggung Jawab Guru ... 19
e. Tugas Guru ... 22
f. Kompetensi Guru ... 23
g. Peranan Guru... 27
2.Pendidikan Kewarganegaraan ... 29
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan... 29
b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 32
c. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan ... 33
d. Rumpun Keilmuan ... 34
3.Sikap siswa... 34
a. Pengertian Sikap Siswa ... 34
B. Kerangka Pikir ... 38
C. Hipotesis... 41
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 42
B. Langkah-langkah Penelitian………... 43
C. Populasi dan Sampel ... 46
1. Populasi ... 46
2. Sampel... 46
D. Variabel Penelitian ... 47
E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 48
a. Definisi Konseptual... 48
b. Definisi Operasional ... 49
F. Pengukuran Variabel ... 49
G. Teknik Pengumpulan Data ... 50
1. Teknik Pokok ... 50
2. Teknik Penunjang... 51
H. Uji Persyaratan Instrumen ... 51
1. Uji Validitas Angket ... 51
2. Uji Reliabilitas Angket... 51
I. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 53
J. Teknik Analisis Data……….. 58
CI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 62
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 2 Gadingrejo ... 62
2. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Gadingrejo ... 63
B. Deskripsi Data ... 66
1. Pengumpulan Data... 66
Pembelajaran PKn ... 78
C. Pengujian ... 92
a. Pengujian Pengaruh ... 92
b. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ... 94
D. Pembahasan ... 97
CII.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. ... 100
B. Saran ... 101
1. Surat Izin Pendahuluan ... 104
2. Surat Izin Penelitian ...105
3. Surat Keterangan Dari Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Gadingrejo...106
4. Kisi-Kisi Angket ... 107
5. Angket ... 108
6. Kunci Jawaban Angket ... 113
Tabel Halaman
1. Sikap Siswa Pada Saat Proses Belajar Mengajar PKn di Kelas... 5
2. Daftar Jumlah Sikap Siswa Yang Cenderung Menolak Pada Saat Proses Pembelajaran Pkn ... . 6
3. Jumlah Populasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo ... 46
4. Jumlah Penyajian Sampel dalam Bentuk Tabel Pada Masing-masing Kelas XI SMA N 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013………47
5. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Soal Kelompok Ganjil (X) ... .... 54
6. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Soal Kelompok Genap (Y) ... 55
7. Distribusi Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dan Item Soal Kelompok Genap (Y)... 56
8. Hasil Sebaran Angket Penelitian Guru yang Memiliki Keahlian ... 67
9. Distribusi Frekuensi tentang Guru yang Memiliki Keahlian ... 68
10. Hasil Sebaran Angket Penelitian Guru yang Memiliki Sifat Kesejawatan... 70
11. Distribusi Frekuensi tentang Guru yang Memiliki Sifat Kesejawatan ... 71
12. Hasil Sebaran Angket Penelitian Guru yang Dapat Menjadi Model Warga Negara yang Baik dan Cerdas ... 73
13. Distribusi Frekuensi tentang peran Guru yang Dapat Menjadi Model Warga Negara yang Baik dan Cerdas ... 74
14. Hasil Sebaran Angket Penelitian Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan………... 76
15. Distribusi Frekuensi tentang Karakteristik Guru PKn ... 77
16. Hasil Sebaran Angket Sikap Siswa dalam Menerima... 79
20. Hasil Sebaran Angket Sikap Siswa Dalam Menghargai ... 84 21. Distribusi Frekuensi Tentang Sikap Siswa Dalam Menghargai ... 86 22. Hasil Sebaran Angket Sikap Siswa Dalam Bertanggung Jawab... 87 23. Distribusi Frekuensi Tentang Sikap Siswa Dalam
Bertanggung Jawab ... 88 24. Hasil Sebaran Angket Penelitian Sikap Siswa Dalam Proses
Pembelajaran……… 89 25. Distribusi Frekuensi Tentang Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan ... 91 26. Daftar jumlah responden mengenai karakteristik guru pendidikan
kewarganegaraan terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013 ... 92 27. Daftar kontungensi jumlah responden mengenai pengaruh
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia merupakan inti utama dalam menunjang pengembangan sumber daya manusia dan keberhasilan bangsa. Karena
pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan generasi muda yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan
kehidupan bangsa. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yakni :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Berdasarkan isi UU No. 20 Tahun 2002 di atas, dapat dipastikan bahwa
kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan suatu bangsa itu sendiri, baik dari pendidikan formal maupun pendidikan non
formal. Salah satunya adalah pendidikan formal atau sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah memberikan harapan kepada masyarakat ditengah kegamangan terhadap lembaga pendidikan pada
yang layak bagi anak-anaknya. Untuk mewujudkan keinginan masyarakat
agar memperoleh suatu pendidikan yang layak tersebut, pasti dibutuhkan tenaga pendidik atau guru untuk menyampaikan atau memberikan
pendidikan tersebut.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan siswa-siswinya. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada
pada diri setiap siswa. Tidak ada seorang gurupun yang mengharapkan siswa siswinya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina siswa
agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Siswa lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di sekolah dan di masyarakat dari pada apa yang guru katakan, tetapi baik
perkataan maupun apa yang guru tampilkan, keduanya menjadi penilaian siswa. Jadi, apa yang guru katakan harus guru praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Wens Tanlain dalam Syaiful Sagala (2009:13) sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sikap, yaitu:
1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan
2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan menjadi beban baginya)
3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul (kata hati)
4. Menghargai oaring lain, termasuk anak didik
5. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat akal)
Berdasarkan pendapat Wens Tanlain dan kawan-kawan di atas, dapat
diketahui bahwa seorang guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak
siswa. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk siswa agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa,
dan bangsa di masa yang akan datang.
Setiap guru mempunyai pribadi atau karakter masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri-ciri inilah yang membedakan seorang
guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Zakiah
Daradjat (1980:43) “mengatakan bahwa kepribadian yang sesungguhnya
adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang
dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan”.
Karakteristik ataupun kepribadian merupakan keseluruhan dari individu
yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari
kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seorang melakukan perbuatan yang tidak
baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepibadian yang baik dalam dirinya. Oleh sebab itu,
menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan
anak didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra sesorang ditentukan oleh karakteristik ataupun kepribadian yang dimilikinya. Lebih
lagi bagi seorang guru, masalah karakteristik merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan
pembina yang baik atau sebaliknya.
Seseorang yang berstatus guru tidak selamanya dapat menjaga wibawa dan
citra sebagai guru dimata siswanya dan masyarakat. Dalam kenyataannya masih ada sebagian guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media massa (cetak maupun elektronik) sering diberitakan tentang
oknum-oknum guru yang melakukan suatu tindakan asusila, asocial, dan amoral. Perbuatan itu tidak sepatutnya dilakukan oleh guru. Lebih fatal lagi
perbuatan yang tergolong tindak kriminal itu dilakukan terhadap siswanya sendiri. Tidak ada seorangpun yang bisa menjadi guru yang baik dan sejati, kecuali guru itu sendiri yang ingin menjadi bagian dari siswanya
dan mau memahami serta mendengarkan kata-katanya. Guru yang mau memahami dan mendengarkan kesulitan belajar atau masalah lain yang
dihadapi siswanya, maka akan disenangi oleh siswanya karena sikapnya tersebut. Sebaliknya, guru yang yang tidak mau mengerti atau memahami kesulitan yang dihadapi oleh siswanya maka akan menghambat sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menetukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari dalam kehidupan. Menurut Sunaryo (2004:200) Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni: menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab.
Berdasarkan tingkatan sikap menurut Sunaryo di atas. Terdapat bukti masih ada kecenderungan sikap siswa yang menolak pada saat proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung di kelas. Bukti ini
didapat saat melakukan survey di SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Berikut adalah tabel sikap siswa pada saat proses belajar
mengajar dikelas, berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Gadingrejo Pringsewu.
Tabel. 1 Sikap Siswa Pada Saat Proses Belajar Mengajar Pkn Di Kelas
No. Sikap Sikap Siswa
1 Menerima • Tidak memperhatikan guru saat
menjelaskan pelajaran di kelas
2 Merespon • Tidak memberikan jawaban saat guru bertanya
• Tidak pernah berkomentar terhadap apa yang didengarnya
3 Menghargai • Tidak mengajak teman-teman yang lain dalam forum diskusi
• Jika ada masalah dalam kelas, siswa yang dianggap tidak tahu tidak diikutsertakan 4 Bertanggung jawab • Tidak mau bertanggung jawab atas tugas
yang diberikan guru
• Tidak mengerjakan pekerjaan rumah
Tabel. 2 Daftar Jumlah Sikap Siswa Yang Cenderung Menolak Pada Saat Proses Pembelajaran Pkn
No Kelas Tidak Menerima Tidak Merespon Tidak Menghargai Tidak Bertanggung jawab Jumlah 1 XI IPA 1
2 3 1 2 8
2 XI
IPA 2
2 3 2 2 9
3 XI
IPS 1
3 5 2 4 14
4 XI
IPA 2
2 4 2 3 11
Jumlah 9 15 7 11 42
Sumber: Hasil observasi data sikap siswa kelas XI SMA N 2 Gadingrejo
Berdasarkan tabel 1 dan 2 di atas menunjukkan adanya kecenderungan sikap
siswa yang menolak pada saat proses pembelajaran berlangsung dikelas. Sikap siswa yang cenderung menolak dapat dilihat dari beberapa tingkatan
sikap syaitu; tidak menerima, tidak merespon, tidak menghargai dan tidak bertanggung jawab. Sikap siswa yang cenderung menolak pada saat proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang paling banyakadalah
tingkatan sikap yang tidak merespon. Yakni berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 3 siswa kelas XI IPA I, 3 siswa kelas XI IPA 2, 5 siswa kelas XI IPS 1,
dan 4 siswa kelas XI IPS 2. Sedangkan sikap siswa yang cenderung menolak yang paling sedikit adalah tingkatan sikap tidak menghargai yakni berjumlah 7 orang siswa. Yang terdiri dari 1 siswa kelas XI IPA 1, 2 siswa
kelas XI IPA 2, 2 siswa kelas XI IPS 1, dan 2 siswa kelas XI IPS 2. Adapun tingkatan sikap yang tidak menerima dikarenakan siswa tidak
memberikan jawaban saat guru bertanya dan siswa tidak pernah
berkomentar terhadap apa yang didengarnya.
Selanjutnya, untuk tingkatan sikap siswa yang tidak menghargai
dikarenakan siswa tidak mengajak teman-teman yang lain dalam forum diskusi dan apabila ada masalah di dalam kelas, siswa yang dianggap tidak tahu tidak diikutsertakan. Begitu pun halnya dengan tingkatan sikap siswa
yang tidak bertanggungjawab dikarenakan siswa tidak mau bertanggungjawab atas tugas yang diberikan guru dan siswa tidak
mengerjakan pekerjaan rumah (PR)nya.
Sikap siswa yang cenderung menolak pada saat proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diduga berkaitan dengan faktor karakteristik
guru atau pun kepribadian guru pendidikan kewaeganegaraan pada saat mengajar dikelas, faktor dari siswa dan sekolah yang menyebabkan sikap
siswa cenderung menolak. Faktor dari guru seperti pembuatan materi pembelajaran dan proses belajar mengajar kurang bervariasi sehingga kesannya membosankan akan berpengaruh pada sikap siswa, penggunaan
media pembelajaran yang kurang tepat membuat siswa tidak fokus pada media tersebut dan apa yang sedang diberikan guru, pemilihan metode
mengajar yang kurang tepat akan menyebabkan sikap siswa tidak memperhatikan pembelajaran. Kemudian faktor dari siswa seperti tidak ada semangat dari dalam diri siswa itu sendiri untk menjadi yang terbaik,
kurangnya motivasi atau dorongan bagi siswa baik dari guru, orang tua maupun teman-temannya, kurangnya komunikasi yang terjalin akrab antara
sarana dan prasarana yang lengkap agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik sehingga maksimalisasi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tetapi jika sarana dan prasarana yang diberikan sekolah tidak
lengkap maka akan menggagu proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
Berdasarkan bukti uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengambil judul yaitu Pengaruh Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI di SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor pembuatan materi pembelajaran berpengaruh pada sikap siswa.
2. Pengalaman guru yang baik berpengaruh pada sikap siswa di dalam pembelajaran.
3. Keteladanan guru menjadi contoh yang baik bagi siswa.
4. Kecenderungan sikap siswa yang menolak pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas berpengaruh pada maksimalisasi
tujuan pembelajaran.
6. Karakteristik yang dimiliki oleh guru PKn akan berpengaruh terhadap
sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
7. Karakteristik guru PKn yang baik akan memberikan pengaruh terhadap
tercapainya tujuan pembelajaran.
8. Setiap guru PKn harus memiliki karakteristik yang khas sehingga berbeda dengan guru yang lain.
9. Sikap siswa masih rendah dalam mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas agar penelitian ini tidak meluas jangkauannya, maka penelitian ini permasalahannya akan dibatasi pada masalah karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan dan sikap siswa
dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada pengaruh karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik guru pendidikan
kewarganegaraan terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna untuk menerapkan teori, konsep, prinsip dan prosedur dalam ilmu pendidikan khususnya pendidikan
kewarganegaraan pada kajian Pendidikan Nilai Moral Pancasila. Baik di sekolah maupun di masyarakat dalam aspek prilku atau sikap yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
2. Kegunaan Praktis a. Bagi Guru
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran untuk membentuk sikap siswa menjadi warga negara yang baik.
b. Bagi Siswa
Untuk mengoptimalkan cara belajar siswa dan memahami pentingnya sikap siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas
mulia, cerdas, cakap, kreatif serta menjadi warga Negara yang
baik.
c. Bagi Sekolah
Untuk memberikan dukungan kepada guru-guru bidang studi di sekolah tentang pentingnya karakteristik guru guna membentuk siakp siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup:
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan
khususnya pendidikan kewarganegaraan dalam kajian Pendidikan Nilai Moral Pancasila.
2. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah guru pendidikan kewarganegaraan dan siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan (x) dan sikap siswa dalam proses
4. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah di SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
5. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian yang telah dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Kegeruan dan Ilmu Pendidikan
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Karakteristik Guru a. Pengertian Karakter
Istilah “karakter” sering kali diucapkan oleh banyak orang. Sering
terdengar orang mengatakan kata karakter untuk membedakan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan karakter
setiap orang pasti berbeda-beda atau ciri-ciri yang dimiliki setiap orang itu tidak sama.
Lebih jelasnya menurut Dani Setiawan dalam Agus dan Hamrin
(2012:41) kata “karakter” berasal dari kata dalam bahasa latin, yaitu
“kharakter”. Kata ini mulai banyak digunakan dalam bahasa Prancis
sebagai “charactere” pada abad ke-14. Ketika masuk ke dalam bahasa
Inggris, kata “caractere” ini berubah menjadi “character.” Selanjutnya dalam bahasa Indonesia menjadi “karakter”.
Istilah karakter dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mempunyai arti
Pengertian karakter diungkapkan oleh Thomas Lickona (1992:22),
“karakter merupakan sifatalami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain”. Sedangkan KI Hadjar Dewantara (2011:25),
“memandang karaktersebagai watak atau budi pekerti”.
Penadapat lain dikemukakan oleh Suyanto dalam Agus dan Hamrin (2012:43)“karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara”. Kemudian menurut Tadkiroatun Musfiroh dalam Agus dan Hamrin (2012:43) “karakter itu
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills)”. Sedangkan menurut Kemendiknas dalam Agus dan Hamrin (2012:44)“karakter adalah watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan , yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai karakter, dapat
disimpulkan bahwa karakter adalah sifat alami seseorang untuk merespon situasi secara bermoral sesuai dengan sikap, ciri khas, tabiat, watak,
Ketika istilah karakter digunakan dalam lingkungan pekerjaan di sekolah,
dan ditujukan kepada seorang guru maka guru tersebut harus menjalankan perannya atau tugasnya sebagai guru sesuai dengan karakter yang baik. Dengan demikian siswa dapat menerima dan memahami apa
yang diberikan ataupun yang disampaikan oleh guru dengan baik pula. Dimana dalam penelitian ini yang menjadi aktor utama dalam pendidikan
adalah seorang guru. Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan harus mempunyai karakter ataupun karaktersistik yang baik dalam dirinya. Sehingga dalam melakukan suatu tindakan guru harus melakukan
pertimbangan-pertimbangan terhadap apa yang telah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang yang telah dipercaya untuk dapat mendidik
siswa melalui pendidikan yang berkualitas, didukung dengan karakteristik yang dimilikinya. Sehingga pembelajaran tersebut dapat tersampaikan dan diterima siswa dengan mudah. Karena proses
penyampaian yang dilakukan guru mempunyai ciri khas atau karakteristik tersendiri akibatnya siswa mudah untuk memahami dan menerima.
Karakteristik berasal dari kata karakter, yang berkaitan dengan keadaan
diri seseorang. Jadi karakteristik yang sebenarnya adalah ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu atau seseorang atau dengan kata lain
mengembangkan sikap sesuai dengan nilai-nilai moral pancasila serta
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Pengertian Guru
Pengertian guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Syaiful Bahri Djamarah (2005:31) mengatakan bahwa: “guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.”
Sedangkan menurut Thoifuri (2007:1) menyatakan: “guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, ingin mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik
dalam segala hal”.
Pendapat lain mengenai guru menurut Muhammad AR dalam Agus
Wibowo (2012:62)” mengatakan bahwa guru adalah bukan orang yang sembarangan, ia adalah manusia yang memiliki kualitas dalam hal ilmu
pengetahuan, moral, cinta, serta ketaatan kepada agama”.
mengajar, mendidik, membimbing, membina dan ingin mengamalkan
ilmunya dengan sungguh-sungguh kepada anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Gurulah yang berada di grada terdepan dalam
menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik
secara akademis, skill, kematangan emosional, dan moral spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup
dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kopetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam
menjalankan tugas profesionalnya.
Berdasarkan uraian mengenai karakteristik, guru di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik guru adalah ciri-ciri khas yang dimilki
oleh seorang guru yang terdiri dari unsur psikis dan fisik dalam dirinya. Yang dapat digunakan sebagai cara untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan cara yang berbeda sesuai dengan krakteristik guru
yang dimilikinya. Sehingga mudah diterima dan dipahami oleh siswa.
Setiap guru harus menetapkan pada dirinya syarat-syarat apakah yang
harus dimiliki oleh guru yang baik, agar jelas baginya kearah manakah ia harus membentuk dirinya. Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribdian
guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Dia mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya
digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiaannya. Mendidik dan
membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga interaksi informal, tidak hanya diajarkan tetapi juga ditularkan. Pribadi
guru merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan peranannya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.
c. Karakteristik guru
Sehubungan dengan prinsip peningkatan professional guru PKn, maka dapat disebutkan karakteristik guru PKn menurut Depdiknas (2004:4)
sebagai berikut:
1. Guru, memiliki keahlian (expertise) yakni guru yang : a. Menguasai pembelajaran materi PKn di sekolah.
b. Menguasai konsep keilmuan yang relevan dengan materi pembelajaran PKn di sekolah.
c. Menguasai strategi pembelajaran PKn di sekolah.
d. Kontribusi (mampu berperan) terhadap tercapainya tujuan PKn dan tujuan pendidikan nasional.
2. Guru yang memiliki sifat kolegialisme (kesejawatan) yaitu guru PKn yang:
a. Mampu membagi ide (gagasan) yang baik untuk pengembangan maupun untuk kepentingan praktek.
b. Berbagi pengalaman baik yang diperoleh dari pembelajaran di
c. Bekerjasama dalam pengembangan ilmunya dan peningkatan
proses belajar mengajar.
d. Bersifat energi, yakni guru yang mampu membangun kekuatan
pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan, sumber daya manusia dan masyarakat.
e. dapat membangun prakarsa dalam berbagai kegiatan di sekolah.
5. Guru yang dapat menjadi model warga negara yang baik dan cerdas, yakni guru yang:
a.
Mentaati seluruh peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.b.
Bersifat taat asas, mematuhi peraturan yang berbuat sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam setiap situasi/keadaan.c.
Dapat menjadi contoh sebagai warga negara bertanggung jawab.d.
Memiliki kesetia kawanan sebagai guru.d, Tanggung Jawab Guru
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan
anak didik. Menurut Wens Tanlain dalam Djamarah (2005:36) guru yang bertanggungjawab memiliki beberapa sifat antara lain:
Berdasarkan peranan profesional guru modern, Oemar Hamalik
(2010:43-58) mengatakan bahwa hal itu menambah tanggung jawab guru menjadi lebih besar. Tanggung jawab tersebut antara lain adalah:
1) Guru harus Menuntut Siswa untuk Belajar
Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntut siswa melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing siswa agar mereka memperoleh keterampilan,
pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik dan perkembangan sikap yang serasi.
2) Turut Serta Membina Kurikulum Sekolah
Sesungguhnya guru merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa, oleh karena itu sewajarnya apabila guru turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolah. Untuk mengubah kurikulum jelas tidak mungkin, tetapi dalam rangka membuat dan
memperbaiki proyek-proyek pelaksanaan kurikulum yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab guru tentu sangat
diperlukan.
3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah)
Mempompakan pengetahuan kepada siswa bukanlah pekerjaan sulit, tetapi membina siswa agar menjadi manusia yang berwatak
Mengembangkan karakter dan kepribadian siswa, sehingga mereka
memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar
nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggung jawab guru. 4) Memberikan Bimbingan kepada Siswa
Siswa perlu dibimbing agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik. Oleh karena itu, guru harus
memahami tentang masalah bimbingan belajar, bimbingan pendidikan, bimbingan pribadi dan terampil dalam memberikan penyuluhan dengan tepat.
5) Melakukan Diagnosis atas Kesulitan Belajar dan Mengadakan Penilaian atas Kemajuan Belajar
Guru bertanggung jawab menyesuaikan situasi belajar dengan minat,
latar belakang dan kematangan siswa, juga bertanggung jawab mengadakan evalusi terhadap hasil belajar dan kemajuan belajar serta
melakukan diagnosis terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa, oleh karena itu guru harus mampu menyusun tes yang obyektif, mnggunakannya secara inteligen, melakukan observasi secara kritis
serta melakukan usaha-usaha perbaikan. 6) Menyelenggarakan Penelitian
menghimpun banyak data melalui penelitian yang kontinu dan
intensif.
7) Mengenal Masyarakat dan Ikut Serta Aktif
Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat, apabila hal itu dikerjakan maka guru akan mendapat peluang yang baik untuk menjelaskan tentang keadaan sekolah kepada
masyarakat, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk turut memikirkan kemajuan pendidikan anak-anak mereka.
8) Menghayati, Mengamalkan dan Mengamankan Pancasila
Guru tidak mungkin mendidik siswa menjadi manusia yang pancasilais, jika guru tidak memiliki kepribadian pancasila.
Kepribadian guru menjadi contoh atau model bagi siswa, bila sang model tidak mampu menunjukkan dirinya maka peranannya sebagai model akan lenyap. Agar guru dapat benar-benar menjadi model,
maka guru harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
e. Tugas Guru
Guru adalah figur seorang pemimpin dan sosok arsitekur yang dapat
membentuk jiwa dan watak anak didik. Salah satu tugas guru adalah menyampaikan pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya itu
Menurut Roestiyah dalam Syaiful Bahri Djamarah (2005:38-39)
menyebutkan tugas seorang guru sebagai pendidik di sekolah diantaranya sebagai berikut:
a. Guru menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
b. Guru membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai dengan
cita-cita dan dasar negara pancasila.
c. Guru menyiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik.
d. Guru sebagai perantara dalam mengajar.
e. Guru sebagai pembimbing untuk membawa anak didik kearah kedewasaan.
f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
g. Guru sebagai penegak disiplin yakni guru sebagai contoh dalam
segala hal.
h. Guru sebagai administrator dan manajer. i. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
j. Guru sebagai perencana kurikulum.
k. Guru sebagai pemimpin dan sponsor dalam kegiatan anak-anak.
f. Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Pasal 2
ayat (1) menyebutkan: “Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Suyatno (2008:15-17) mencoba menjabarkan keempat macam kompetensi yang dimaksud diatas, yaitu:
a. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
1. Kepribadian yang mantap dan stabil, memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma hukum, (2) bertindak sesuai dengan norma sosial, (3) bangga sebagai guru dan (4) memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa, memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif, memiliki indikator esensial: (1)
menampilkan tindakan didasari pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat, serta (2) menunjukan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa, memiliki indikator esensial: (1) memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik,
dan (2) memiliki perilaku yang disegani.
5. Kepribadian mulia dan dapat menjadi teladan, memiliki indikator
takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan (2) memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik.
b. Kompetensi Pedagogik meliputi:
1. Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian serta mengidentifikasi
bekal ajar awal peserta didik.
2. Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Pelaksanaan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
4. Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan
indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
5. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya, dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik,
dan memanfaatkan peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup (1) penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi. Memiliki indikator esensial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, (b) memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, (c) memahami hubungan konsep antara mata pelajaran terkait dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam
kehidupan sehari-hari. (2) penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. memiliki indikator esensial: (a) menguasai
langkah-langkah penelitian, dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan: (1) peserta didik, (2) sesama pendidik
1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
g. Peranan Guru
Dilihat dari fungsi dan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar, guru
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.karena guru merupakan komponen yang paling dominan dalam dunia
pendidikan baik itu pendidikan formal maupun informal.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005:48) adapun peranan guru adalah
sebagai berikut: 1. Kolektor
Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan nilai yang buruk.
2. Inspirator
Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik.
3. Informator
pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran yang
telah diprogramkan dalam kurikulum. 4. Organisator
Guru harus memiliki kegiatan pengelolaan, kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya.
5. Motivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif
belajar. 6. Inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran. 7. Fasilitator
Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
dapat memberikan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sebagai fasilitator adalah peran guru yang utama.
8. Pembimbing
Dalam hal ini kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
9. Demostrator
Guru disini dijadikan sebagai alat peraga, yaitu apabila ada bahan
dikdatis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman
anak didik. 10. Pengelola kelas
Guru hendaknya harus dapat mengelola kelas dengan baik dan mengelola program belajar.
11. Mediator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenis.
12. Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki,dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
13. Evaluator
Guru dituntut menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut Noor MS Bakry dalam Sutoyo (2011:6) “pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan,
keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia”.
Sedangkan menurut Sofhiah dan Gatara (2001: 6) “Pendidikan Kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai proses dari pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran
dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan
emansipatoris”.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai “citizenship education” secara subtantif didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebisaan berfikir dan bertindak
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Perjalanan mata pelajaran civics setelah Indonesia merdeka mengalami
beberapa kali perubahan istilah yang digunakan. Perubahan-perubahan tersebut sangat berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu dan kurikulum sekolah yang digunakan. Pada kurikulum 1957 istilah
yang digunakan yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian pada kurikulum 1961 berubah menjadi civics lagi, kemudian pada tahun 1968
menjadi Pendidikan Kewarga Negara (PKN). Selanjutnya kurikulum 1975 menjadi PMPKN. Pada kurikulum 1994 berubah lagi menjadi PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Dan pada
kurikulum 2006 berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan sampai sekarang.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional kurikulum 2004 Paradigma Baru Pkn berdasarkan standar isi BNSP (2003:2) Tujuan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri dan pribadi berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi komunikasi.
Visi Pendidikan Kewarganegaraan menurut standar isi BNSP (Tim
Deroktorat Jenderal Manajemen Dasar dan Menengah, 2006:33) adalah:
“mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk
mengembangkan kemampuan dan kepribadian warganegara yang cerdas,
partisipatif, dan bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi landasanuntuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa Pendidikan
dalam sikap dan moral sebagai bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai
pancasila dan UUD 1945.
b. Ruang Lingkup Penddikan Keawrganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek
sebagai berikut:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa
Meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma hukum dan peraturan
Meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertip di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia
Meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM. 4. Kebutuhan warga Negara
Meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan
warga negara. 5. Konstitusi negara
Meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan politik
Meliputi: pemeritahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan
otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila
Meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi
Meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
c. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek,
bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu.
Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untk membahas objek material tersebut. Adapun objek material dari pendidikan
kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik yang empirik maupun yang non empirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warganegara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek
formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warganegara dan negara (termasuk hubungan antar warganegara) dan segi pembelaan negara.
Dalam hal ini pembahasan pendidikan kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.
d. Rumpun Keilmuan
Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civic Education yang dikenal di berbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat antar disipliner (antar bidang) bukan
monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai
disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu administrasi Negara, ilmu ekonomi pembangunan, sejarah
perjuangan bangsa dan ilmu budaya.
3. Sikap Siswa
a. Pengertian Sikap Siswa
Sikap dinyatakan dengan istilah “attitude” yang bersal dari kata latin
untuk melakukan kegiatan. Sikap seseorang terbentuk karena ada objek
tertentu yang memberikan rangsang pada dirinya. Sikap adalah bagian yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap dapat bersifat
positif dan negatif. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan
untuk menjahui, membenci, menghindari, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Menurut Sunaryo (2004:200) Sikap
terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuik mengerjakan atau mendiskusikan dengan oaring lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dan sebagainya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan swgala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologis social.
sebagai salah satu bagian dari pembahasannya. sikap berkaitan dengan
motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan tingkah laku. Dalam pergaulan sehari-hari sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang
khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan social. Seperti halnya teori sikap yang dikemukakan oleh Mar’at (1984:10) Ia
mengemukakan bahwa “sikap diartikan sebagai suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas”.
Pengertian sikap dikemukakan oleh Aiken dalam Ramdhani (2009;11),
mendefinisikan “sikap sebagai prediposisi atau kecenderungan yang
dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau
negative dengan intensitas yang moderat atau memadai terhadap objek,
situasi, konsep atau orang lain”. Sementara itu, Chalpin dalam Ali dan
Asrori (2008:141) “menyamakan sikap sama dengan pendirian. Lebih
lanjut dia mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi
dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan
tertentu”. Sedangkan Thurston dalam Bimo Wagito (2003:109)
“menyatakan sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif
maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif ialah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah
Sunarto dan Agung Hartono (2002:170) “sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal”.
Pendapat lain mengenai sikap dikemukakan oleh Sunarto (2006:170) yaitu: Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu, sebagai suatu penghayatan terhadap objek di lingkungan tertentu. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berprilaku sehingga akan banyak mewarnai prilaku seseorang. Sikap setiap orang berbeda atau bervariasi, baik kualitas maupun jenisnya sehingga prilaku individu menjadi bervariasi. Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan individu, mendorong para psikologis untuk mengembangkan teknik dan instrument untuk mengukur sikap manusia. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikapseseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan suatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Berdasarkan definisi-definisi sikap yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak, berfikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai untuk menetukan apakah orang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu menentukan apa yang
disukai, diharapkan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap
negative yang didiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga
prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.
Pengertian siswa menurut pasal 1 ayat 4 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003,
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia”. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005) “siswa adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan”.
Pendapat lain menurut Hamalik (2001:99)“mengatakan siswa adalah salah
satu komponen diam dalam pengajaran disamping guru, tujuan, dan
metode pengajaran”. Kemudian menurut Shafique Ali Lihan, “siswa adalah orang yang datang kesuatu lambang untuk memperoleh beberapa
tipe penddikan”. Sedangkan menurut Sardiman (2007:111) “siswa atau
anak didik adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi
sentral dalam proses belajar-mengajar”.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas mengenai siswa, dapat di simpulkan bahwa siswa adalah seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan dan berusaha untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.
B. Kerangka Pikir
Sikap siswa di lingkungan sekolah sangat bervariasi tergantung kepribadian
yang ada dalam diri siswa. Sikap siswa yang selalu menghormati guru di sekolah yang ditandai dengan sapaan yang ramah dan salaman dengan gurunya adalah salah satu contoh dari sikap siswa yang baik. Sikap siswa yang baik
berpengaruh dalam berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran. Keberagaman
sikap siswa tersebut berupa sikap menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Sikap
siswa yang beragam di dalam kelas pada saat pembelajaran dapat dipengaruhi oleh karakter guru atau kepribadian guru yang menyampaikan materi pelajaran di kelas.
Guru adalah aktor utama dalam menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Posisi guru yang sangat urgen juga akan mempengaruhi respon atau tanggapan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Guru yang
mempunyai suatu karakter atau karakteristik dalam dirinya dapat mempengaruhi siswa untuk aktif dan fokus selama proses pembelajaran
berlangsung. Karakteristik yang dimiliki antar guru sangatlah berbeda tergantung sifat dan kepribadian dari guru yang bersangkutan. Guru yang memiliki pemahaman, keterampilan dan kompetensi harus dituntut untuk
memiliki karakter-karakter yang mulia dalam dirinya sendiri dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat serta menjadikannya sebagai suatu bagian
dari hidup. Seorang guru sebelum mengajarkan atau menginternalisasikan ilmunya kepada siswa di dalam kelas harus terlebih dahulu memancarkan
Karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan adalah seorang guru yang
memiliki keahlian, seorang guru yang memiliki sifat kesejawatan, dan seorang guru yang dapat menjadi model warga Negara yang baik dan cerdas.
Karakteristik ini merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kwajibannya sebagai pendidik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hakikatnya, seorang guru
yang baik dan sejati adalah guru yang ingin menjadi bagian dari siswa-siswanya dan mau memahami keadaan siswa serta mendengarkan kesulitan
belajar yang dialami siswa. Guru yang mau memahami dan mendengarkan kesulitan belajar atau masalah lain yang dihadapi siswa akan lebih disenangi oleh siswanya dibandingkan dengan guru yang tidak mau mengerti atau
memahami kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
Berdasarkan penjabaran di atas, untuk lebih jelasnya maka penulis menyajikan
kerangka pikir dalam bentuk diagram sebagai berikut:
[image:59.595.106.519.490.670.2]Variabel (X) Variabel (Y)
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Karakteristik Guru PKn
Guru yang memiliki keahlian
Guru yang memilki sifat kesejawatan Guru yang dapat
menjadi model warga Negara yang baik dan cerdas
Sikap siswa dalam proses pembelajaran PKn
Menerima Merespon Menghargai
C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah:
Hi :Ada pengaruh karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Ho :Tidak ada pengaruh karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan
A. Metode Penelitian
Metode dalam suatu penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat
diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini berguna untuk memperoleh keakuratan data dan pengembangan pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran di dalam
pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu setiap penelitian diperlukan adanya metode atau cara untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan oleh seseorang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif korelasional. Menurut Hadari Nawawi (2003:63) metode deskriptif diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan
sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan dilapangan. Hal ini
dimaksudkan agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang
penulis lakukan secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Persiapan Pengajuan Judul
Langkah awal yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan permasalahan guna
pengajuan judul. Setelah menemukan masalah maka peneliti mengajukan dua alternatif judul kepada dosen pembimbing akademik, setelah salah
satu judul disetujui, maka pada tanggal 8 November 2012 judul diajukan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada saat itu juga disetujui dan sekaligus menetapkan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi.
2. Penelitian Pendahuluan
7348/UN26/3/PL/2012 maka peneliti mulai melaksanakan penelitian
pendahuluan di SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
Penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi, dan
keadaan tempat penelitian, untuk mendapatkan data-data dan serta gambaran secara umum tentang berbagai masalah yang akan diteliti dalam rangka menyusun proposal penelitian ini yaitu, “Pengaruh Karakteristik
Guru Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Negeri 2
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013”, yang
ditunjang dengan beberapa litelatur serta arahan yang diberikan oleh dosen
pembimbing kepada peneliti.
Hasil penelitian tersebut dibuat menjadi proposal penelitian untuk diseminarkan. Seminar proposal dilakukan pada tanggal 4 Januari 2013.
Tujuan diseminarkan proposal ini adalah untuk mendapatkan masukan-masukan saran dan kritik dari dosen pembimbing dan dosen lainnya serta teman-teman mahasiswa untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Setelah seminar proposal selesai dilaksan