• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATAN EFEKTIFITAS BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATAN EFEKTIFITAS BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar merupakan dasar pendidikan gerak, aspek keterampilan dasar olahraga termasuk di antaranya memperaktikan gerak dasar atletik berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini berarti siswa harus mampu memperaktikan gerak dasar salah satu nomor atletik secara benar.

Atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lempar, dan lompat. Nomor-nomor pada atletik tersebut memerlukan teknik dan gerakan yang benar dan tepat, sehingga gaya yang digunakan dapat dilakukan secara aman, efisien, dan efektif. Demikian halnya pada nomor tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, lontar martil, semua ini diperlukan teknik yang benar dan keserasian antara tahap persiapan, tahap gelincir, tahap pelepasan, dan tahap pemulihan.

Pada cabang olahraga atletik khususnya nomor tolak peluru adalah suatu gerak menolak alat dengan berat tertentu yang terbuat dari logam yang dilakukan dengan awalan atau sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru menyamping arah tolakan. Tolak peluru didalamnya mengandung unsur-unsur gerak kompleks yang dimulai dari tahap persiapan, tahap glincir, tahap pelepasan, dan tahap pemulihan. Tahap gerak tersebut harus

dilakukan dalam suatu gerakan yang harmonis dari seluruh anggota tubuh, sehingga dapat menghasilkan suatu lemparan yang efektif.

(2)

kategori rendah, karena hanya 5 siswa atau 15,62% yang bisa melakukan dengan benar dengan nilai 65 atau diatasnya dan 30 siswa atau 84,38& mendapat nilai dibawah 65, dan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 32 siswa.

Peneliti mengidentifikasi peenyebab rendahnya hasil belajar keterampilan gerak tolak peluru ini disebabkan oleh cara pembelajaran yang kurang efektif dikarenakan

terbatasnya alat yang digunakan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa sulit menerapkan pembelajaran gerakan tolak peluru dengan benar. Siswa yang berjumlah 32 orang

melakukan gerak dasar tolak peluru dengan jumlah peluru yang terbatas dengan tiga buah peluru, jadi siswa terkendala untuk melakukan pengulangan untuk mencoba melakukan gerak dasar tolak peluru.

Tidak hanya terbatasnya jumlah peluru pada siswa juga mengalami kesulitan dengan berat peluru yang digunakan, peluru yang digunakan dengan berat peluru standar putri yang beratnya 2Kg sehingga sangat sulit untuk melakukan gerak dasar tolak peluru dengan benar, hal ini dikarenakan berat peluru yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Berat peluru yang digunakan tidak sesuai diginakan untuk

mengembangkan keterampilan gerak dasar tolak peluru seperti yang diinginkan oleh guru agar tercapainya tujuan pembelajaran.

(3)

Karena siswa terkendala dengan berat peluru yang digunakan sehingga siswa kesulitan melakukan gerak dasar yang benar, hal ini dapat dilihat pada saat siswa melakukan gerak tolak peluru, mulai dari sikap awal siswa memiliki kendala dengan pegangan peluru dan gerakannya menjadi tidak sempurna, sehingga pada awalan sampai saat pelepasan peluru siswa masih belum bisa menerapkan gerak dasar yang benar, dan tolakan peluru yang dihasilkan tidak maksimal.

Selain itu alat (peluru) yang digunakan untuk proses belajar terbatas untuk 32 orang siswa, sehingga berbagai permasalahan timbul akibat kekurangan peluru tersebut, antara lain :

1. Siswa harus menunggu lama untuk mendapat giliran.

2. Waktu pun banyak terbuang sia-sia serta pengulangan gerak dan untuk proses pembelajaran siswa sangat terbatas.

3. Siswa tidak maksimal dalam pembelajaran gerak dasar tolak peluru yang benar. 4. Pelaksanaan evaluasi terhadap keterampilan gerak dasar tolak peluru sangat sulit

dilakukan.

5. Hasil evaluasi tidak sesuai dengan apa yang guru harapkan.

Untuk menanggulangi masalah diperlukan modifikasi alat bantu pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran, baik kondisi siswa itu sendiri dimana siswa dapat menggunakan alat modifikasi dengan maksimal dan menarik sesuai dengan kondisi lapangan sekolah dimana alat modifikasi juga dapat disesuaikan dengan keadaan lapangan sekolah agar pemanfaatan alat modifikasi menjadi efektif, siswa dapat

(4)

Semua ini bertujuan untuk memaksimalkan proses belajar keterampilan gerak dasar tolak peluru dan juga diharapkan dapat memberdayakan siswa agar lebih banyak bergerak dalam situasi yang menarik dan gembira tanpa kehilangan arti Pendidikan Jasmani itu sendiri. Selain itu diharapkan dengan penggunaan modifikasi yang menarik dapat menambahkan motivasi siswa untuk mencoba teknik dasar tolak peluru dan berlatih secara berulang-ilang, dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.

Bertitik tolak dari uraian di atas dan dari permasalahan yang muncil, maka penulis bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action reseach) dengan judul “Meningkatkan Efektifitas Belajar Tolak Peluru Dengan Menggunakan Media Modifikasi Bola Plastik Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Gunung Sulah.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya sisa dalam belajar tolak peluru.

2. Terbatasnya alat peluru yang dipergunakan dalam pembelajaran. 3. Siswa belum melaksanakan gerakan yang baik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah Dengan Menggunakan Media Modifikasi Bola Plastik Dapat Mengefektifkan Pembelajaran Tolak Peluru Di Sekolah Dasar Negeri 1 Gunung Sulah?

(5)

Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran atletik, khususnya tolak peluru pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Gunung Sulah tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Gunung Sulah tahun pelajaran 2011/2012.

3. Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran khususnya keterampilan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Gunung Sulah tahun pelajaran 2011/2012.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki keterampilan gerak dasar tolak peluru dengan modifikasi alat dan untuk meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar tolak peluru dan menyenangkan kemudian menunjang dalam pencapaian kemampuan gerak pada usia dewasa.

2. Mahasiswa Penjaskes

Sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru.

3. Guru Penjaskes

(6)

4. Program Studi pendidikan Jasmani dan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian dalam pengembangan ilmu pembelajaran atletik nomor lempar “tolak peluru”, khususnya untuk mata kuliah atletik.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek Penelitian : Mengefektikan peningkatan keterampilan dalam Tolak peluru.

Subyek Penelitian : Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Gunung Sulah sebanyak 32 siswa.

(7)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani” (Dekdikbud, 1993:1).

Aktivitas Pendidikan Jasmani merupakan gejala yang komplek. Artinya kegiatan Pendidikan Jasmani mencakup aspek biologis, sosiologis, dan budaya. Dari aspek biologis hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalam struktur jasmani yang perlu dipahami sebagai pola perilaku manusia. Dari aspek sosiologis dan budaya seorang pelatih atau guru dituntut memahami lingkungan belajar yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani berdaya guna dan berhasil guna. Karena itu dalam garis-garis besar kurikulum pendidikan dasar 9Dekdikbud, 1993:1) menjelaskan ;

“pendidikan jasmani di sekolah dasar berfungsi untuk (a) merangsang pertumbuhan jasmani dan perkembangan sikap, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang, (b) memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani dan

(8)

sistem peredaran darah, pencernaan, pernapasan, dan saraf, (d) memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan”.

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan, karena itu pula tujuanya pun bersifat mendidik untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih.

Dalam pelaksanaanya, aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Rusli Lutan (2000:5) Pendidikan Jasmani adalah proses ajar melalui aktifitas jasmani yang erat kaitanya dengan gerak manusia. Gerak bagi manusia sebagai aktifitas jasmani merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan (fisik dan psikis).

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Materi pokok pendidikan jasmani adalah materi yang dipelajari oleh siswa, sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Materi pokok pendidikan jasmani

diklarifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : (1) permainan dan olahraga, (2) aktifitas pengembangan, (3) uji diri atau senam, (4) aktifitas ritmik, (5) akuatik (aktifitas air), dan (6) aktifitas luar sekolah (Dekdikbud, 2005:15).

Dalam proses pendidikan pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang profesional dari domain belajar yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu program

(9)

cukup dan seimbang kepada ketiga domain tersebut. Jika tidak, maka program bersangkutan tidak lagi bisa disebut pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani mengemban misi kependidikan, sebab tujuan yang ingin dicapai selaras dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Maka dalam pelaksanaanya selalu memperhatikan praktek-praktek yang bersifat mendidik.

Setiap penyelenggaraan pendidikan jasmani akan menghasilkan seperangkat hasil

pendidikan yang harus dicapai peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks ini bertujuan pembelajaran merupakan suatu komponen pembelajaran yang disusun secara sistematis.

Berdasarkan paparan di atas dapat saya simpulkan bahwa proses pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih utamakan adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang profesional dari domain belajar yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu programpendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga domain tersebut. Jika tidak, maka program bersangkutan tidak lagi bisa disebut pendidikan jasmani.

B. Atletik

Atletik merupakan cbang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik

merupakan gerakan-gerakan yang biasa dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari sejak dahulu. Kata atletik berasal dari kata Yunani, yaitu athlon yang berlomba atau bertanding. Istilah atletik di Indonesia diartikan sebagai cabang olahraga yang

(10)

jangkit, lompat tinggi, lompat tinggi galah, dan lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru, lontar martil (Dekdikbud, 2000:9).

Menurut Carr Gerry A (2000:3) salah satu materi pendidikan jasmani di sekolah adalah pelajaran atletik, atletik merupakan suatu keterampilan yang mampu mengembangkan potensi manusia baik secara fisik maupun mental dan dapat diberikan kepada peserta didik baik secara formal, informal, maupun non formal. Keterampilan teknik melempar sangat penting untuk dikuasai atau dimiliki setiap orang dan harus dikenalkan sedini mungkin agar kemampuan penguasaan geraknya segera dikuasai dan juga dapat mengembangkan kemampuan mentalnya yang baik seperti disiplin, percaya diri, serta keberanian dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

C. Tolak Peluru

Tolak peluru termasuk event atau nomor lempar, istilah yang dipergunakan bukan lempar peluru, tetapi tolak peluru. Penggunaan istilah tersebut disesuaikan dengan peraturan atau cara melepaskan peluru, yaitu dengan cara didorong atau ditolak dan bukan dilempar. Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah the sport put.

Tolak peluru adalah suatu gerakan menolak alat bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam yang dilakukan dengan awalan atau sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru membelakangi arah tolakan. Ada beberapa tahap dalamgerak dasar tolak peluru seperti tahap persiapan, tahap gelincir, tahap pelepasan, dan tahap pemulihan. Ada dua teknik dalam tolak peluru :

1. Teknik menyamping

(11)

peluru bergerak dipercepat pada saat untuk melepaskan peluru dan dalam tahap melepaskan peluru dihasilkan kecepatan tambahan dan dipindahkan kepeluru sebelum dilepaskan dan peluru ditolak/dilepaskan dan tahap pemulihan pelempar menahan dan menghindari melakukan kesalahan.

2. Teknik Rotasi

Dalam teknik rotasi tahap persiapan pelempar bergerak ke posisi optimum untuk memulai dengan putaran dan dalam tahap putaran peluru dipercepat pada saat pelempar bergerak ke posisi optimum untuk melepas peluru dan dalam tahap

pelepaskan peluru kecepatan tambahan diciptakan ke peluru sebelum dilepaskan dan dalam tahap pemulihan pelempar menahan dan menghindari melakukan kesalahan.

Gambar 1. Gerakan tolak peluru gaya membelakangi (O Brian). a. Tahap Persiapan

 Petolak berdiri tegak di bagian belakang lingkaran, punggung menghadap ke stopboard.

 Tubuh dibungkukan ke depan, paralel dengan tanah.  Badan seimbang dengan satu kaki topang.

(12)

b. Tahap Gelincir (ke belakang)

Badan bergerak kedepan menuju tumit, tidak mendudukkan pinggul.  Kaki bebas/ayun didorong rendah ke arah balok penahan.

 Kaki topang diluruskan di atas tumitnya.

 Kaki topang memelihara kontak dengan tanah selama gerak meluncur itu.  Bahu dijaga tetap bidang terhadap belakang lingkaran.

c. Tahap Pelepasan

 Berat badan ditumpuhkan pada telapak kaki kanan bagian depan, lutut kanan ditekuk.

 Tumit kaki kanan dan jari-jari kaki kiri adalah ditempatkan segaris pinggul dan bahu adalah terpilin.

Kepala dan lengan kiri dikunci dibelakang.

 Tungkai kanan diluruskan dengan gerakan memutar yang eksplosif sampai pinggul kanan menghadap bagian depan lingkaran lempar.

 Tungkai kiri hampir diluruskan dan ditahan, menggangkat badan (mempengaruhi sudut).

Gerakan memilin tubuh diblok oleh lengan kiri dan bahu.  Siku kanan diputar dan diangkat dalam arah lemparan.  Berat badan ditransfer dari kaki kanan dan ke kaki kiri.

 Serangan”dari lengan pelempar dimulai setelah tubuh dan tungkai-tungkai diluruskan sepenuhnya.

Lengan kiri ditekuk dan ditempatkan dekat badan.

 Percepatan diteruskan dengan pergelangan tangan direnggangkan sebelumnya (ibu jari kebawah, jari-jari memutar keluar setelah peluru dilepaskan).

(13)

 Kepala ada dibelakang kaki kiri yang menahan sampai saat lepasnya peluru. d. Tahap Pemulihan

 Kaki-kaki cepat berganti setelah peluru lepas  Tungkai kanan ditekuk

 Badan bagian atas diturunkan  Kaki kiri diayun ke belakang  Pendangan mata ke bawah.

D. Belajar

Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai

pengalaman tentang ilmu pengetahuan. Belajar juga sebuah proses yang sering diartikan penambahan pengetahuan.

Adapun ciri kegiatan yang disebut “belajar” adalah sebagai berikut (Noehi Nasution, 1994:2) :

a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya berubah didapatkan kemampuan baru, yang berlaku yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena usaha.

Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Tingkah laku ini mencakup pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.

(14)

“Belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang study atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi”.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defened as the modification or streng-thening of behavior through experiencing) (Oemar Hamalik (2008:36). Menurut pengetian ini, belajar adalah merupakan proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Belajar adalah usaha untuk segala sesuatu yang berguna untuk hidup. Akan tetapi menurut konsep Eropa, arti belajar itu agak sempit, hanya mencakup menghapal, mengingat, dan memproduksi sesuatu yang dipelajari (Soekidjo Notoatmodjo 2003:36). Robert M. Gagne dalam Haris (2008:19) mengemukakan bahwa :

“Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne

berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.

Hasil belajar merupakan perubahan penguasaan kemampuan teori maupun praktek yang relatif permainan (melekat) antara sebelum menerima proses pembelajaran dengan setelah proses pembelajaran berakhir.

(15)

a. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama.

c. Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.

Pendapat ini didukung oleh Hilgard, yang disajikan oleh pasaribu, dan Simanjuntak dalam buku Soekidjo Notoatmodjo (2003:38), yang menyatakan bahwa :

“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.

Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara, misalnya kelelahan atau karena obat-obatan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil latihan dan pengalaman belajar.

E. Belajar Gerak

Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan SSP, otak, dan ingatan. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan

(16)

Pengertian gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu tanpa memikirkan gerak itu trankusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditentukan jarak dan arah titik pangkalnya (Ali Nur, 2005:19). Jadi pengertian gerak perpindahan tempat ketempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.

Gerak dasar dalam tolak peluru adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam tolak peluru, baik yang berkaitan dengan aktivitas dasar yaitu mencakup gerakan lokomotor dan keterampilan manipulatif.

F. Alat Bantu (peraga)

Alat bantu (peraga) adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan

pendidikan. Alat peraga sangat penting dengan adanya alat peraga ini maka bahan dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efisien. Di bawah ini merupakan pengertian alat peraga menurut :

a. Tayar yusuf (1985:52) Alat peraga adalah alat yang dapat memperdengarkan atau dapat memperagakan bahan-bahan tersebut, sehingga murid-murid dapat

menyaksikan langsung, mengamat-amati dengan cermat, memegang atau merasakan bahan-bahan peragaan pelajar itu.

b. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) dalam Nirvan Diana (1992:2) bahwa media merupakan alat bantu yang diperlukan oleh guru dan siswa agar dapat

(17)

Menurut Ag. Suejono (1964:79)alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar, umpamanya: gambar, bagan, dan grafik, sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi, umpamanya : “biasa menggunakan barang tiruan yang mempunyai bentuk seperti barang sesungguhnya”. Alat peraga yang diperoyeksi adalah alat yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar : (a) Filem dan Televisi, (b) Slide dan Flem Strip.

G. Alat Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untukk mengerjakan sesuatu” (pamungkas 2000:52) alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Dengan alat

pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi tersebut agar mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat pembelajaran merupakan upaya seorang guru untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya menjadi berbeda dari sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran kemudian memperoleh hasil yang lebih baik dan dicapai dengan sebaik-baiknya.

H. Gerak Dasar

(18)

Lutan Rusli (2000:11) mendefinisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat, dan berguling”. Gerak non lokomotor adalah

“keterampilan yang dilakukan tanpa memidahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong, dan menarik”. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk berkoordinasi mata kaki, mata tangan, misalnya melempar, menangkap dan

menendang.

I. Belajar Motorik

Menurut Siedentop dalam Haris (2008:27), belajar motorik adalah proses yang bertalian dengan latihan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil.

Pada masa akhir anak besar, pada umumnya gerakan-gerakan tersebut sudah mampu dilakukan dengan bentuk gerakan menyerupai gerakan orang dewasa. Perbedaanya hanya terletak pada pelaksanaan gerakan yang kurang bertenaga. Belajar motorik adalah

menghasilkan perubahan yang relatif permanen.

Seorang yang ingin memiliki keterampilan yang baik harus terlebih dahulu

(19)

(2000:23) belajar motorik adalah “seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan dalam perilaku terampil”.

Adapun tahap dalam keterampilan motorik yaitu sebagai berikut :

a. Tahap kognitif “merupakan tahap awal dalam belajar motorik” dalam tahap ini

peserta didik harus memahami hakikat kegiatan yang akan dilakukan, kemudian harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual.

b. Tahap fiksasi, pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik melalui latihan praktik secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanen, selama latihan peserta didik membutuhkan semangat dan umpan balik untuk

mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah.

c. Tahap otomatis, pada tahap otomatis, kontrol terhadap gerak semakin tepat dan penampilan semakin konsisten serta cermat. Menurut Girimijoyo dalam Priyono mengatakan “secara psikologi hal ini dapat diartikan bahwa pada diri peserta didik telah terjadi pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur unit yang benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan”.

Seperti yang dikemukaakan di atas, dapat dinyatakan bahwa belajar motorik mengacu pada perubahan perilaku atau tingkah laku manusia dengan kata lain objek dari upaya belajar mengajar adalah perilaku yang nampak bergerak dan terus berlangsung secara berkelanjutan.

J. Modifikasi Alat Pembelajaran

(20)

dari yang sebelumnya” sedangkan dari arti pengubahan adalah “proses, perubahan atau cara mengubah”, kemudian mengubah dapat juga diartikan pembaruan, tidak

mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan diberikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat pembelajaran

merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat pembelajaran merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dan dapat dicapai sebaik-baiknya.

(21)
(22)

I. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi umum yang di anut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian ini dilakukan dengan metode kaji tindak dengan mengacu pada CAR (Class room action reserch). Action reserch adalah penelitian yang bersifat pertisifatif dan kolaboratif.

Maksudnya, penelitian dilakukan sendiri oleh yang berkepentingan, yaitu si peneliti, dan diamati bersama dengan rekan-rekanya. Action reserch berbeda dengan studi kasus dengan tujuan, sifat kasusnya yang tidak unik seperti studi kasus, dan prinsipnya yang tidak digunakan untuk menguji teori, dan dilakukan sendiri oleh peneliti serta diamati oleh rekan-rekan peneliti. Namun, kedua macam penelitian ini sama dalam hal, yaitu bahwa peneliti tidak memikirkan tentang generalisasi hasil penelitianya.

Penelitian tindakan untuk mengembangkan keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah dengan penerapan langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan yang lebih baik.

(23)

Stephen Kemmis dalam Siswoyo Hardjodipuro (1997:5) berpendapat :

“Action Reserch adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah misalnya) dalam situasi-situasi sosial

(termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran) (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukanya sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi dan lembaga-lembaga dimana praktek tersebut dilaksanakan”.

Dasar social action reserch adalah keterlibatan : dasar pendidikan action reserch adalah perbaikan atau peningkatan mutu. Orang yang melakukan action reserch adalah orang yang menginginkan perubahan dari apa yang selama itu dijalankanya dan ingin lebih baik. Action reserch berarti action, baik mengenai sistemnya maupun mengenai orang-orang yang terlibat dalam sistem tersebut.

Action reserch bukan sekedar mengajar. Action reserch mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan mengajar. Action reserch mendorong para guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. Pertanggung jawaban profesional kepada masyarakat secara sistematik inilah yang membuat kegiatan ini sebagai penelitian.

(24)

Action reserch adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang telah berkembang dari teori sebelumnya. Ia tidak menolaknya sebagai teori-teori yang salah, melainkan menggeser tekanan dan perspektifnya.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama kegiatan penelitian dilakukan. Kemampuan keterampilan guru harus dikembangkan untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di kelasnya atau di sekolahnya sendiri.

Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, oleh karena itu, dalam penelitian tindakan kelas dikenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa perencanaan, tindakan observasi dan refleksi yang dilakukan oleh guru sehingga akan mendapat timbal balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan (observasi) dan tahap refleksi.

Yang dimaksud dengan penelitian yang dilakukan melalui putara spiral adalah penelitian yang melalui siklus-siklus berikut ini :

(25)

dan seterusnya

Keterangan gambar di atas :

1. Rencana

Dalam tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dan menyiapkan alat-alat yang dipergunakan.

2. Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat setelah diberi tindakan maka diadakan observasi serta ditindak lanjuti.

4. Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

B. Rencana Penelitian

Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus (sembilan kali pertemuan) kemudian diantara setiap siklusnya penelitian merencanakan kegiatan tindakan berbeda pada setiap siklus, akan tetapi setiap siklus saling berkaitan, setiap proses penelitian merupakan tindakan lanjutan dari siklus penelitian sebelumnya.

(26)

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Gunung Sulah yang berjumlah 32 siswa.

D. Tempat dan Waktu

a. Tempat penelitian

Di lapangan SD Negeri 1 Gunung Sulah b. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang dilakukan dalam penelitian dua bulan dan terdapat 3 siklus (9 kali pertemuan)

Proses Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Dalam tolak Peluru 1. Siklus Pertama

a. Rencana

1. Menyiapkan sekenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup

2. Menyiapkan alat-alat tolak peluru 9 bola plastik beragam warna yang berjumlah 32 yang seukuran dengan peluru standar) untuk proses

pembelajaran dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan. 3. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah peluru untuk pembelajaran

b. Tindakan

1. Peluru dipegang masing-masing siswa setelah dibariskan dengan merata. 2. Siswa melakukan lemparan sesuai dengan gerakan teknik melempar yang

benar dan langkah dalam tindakan siklus pertama, siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya peluru yang disediakan.

(27)

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan gerakan yang dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang masih salah.

c. Observasi

1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan penggunaan alat modifikasi dapat berjalan dengan baik.

2. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi.

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan. 2. Didiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua. 2. Siklus Kedua

a. Rencana

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes atletik nomor tolak peluru.

3. Menyiapkan alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu peluru yang sudah dimodifikasi (bola plastik beragam warna yang seukuran dengan peluru standar dan isi pasir sehingga beratnya menjadi lebih ringan

(28)

4. Menyiapkan instrumen yang diperlukan untuk mengevaluasi dan mengobservasi tindakan.

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya peluru dan siswa terbagi dengan merata setiap barisnya.

2. Siswa melakukan gerak dasar tolak peluru menggunakan peluru modifikasi, seperti yang dilakukan pada siklus pertama.

3. Siswa diberikan kesempatan melakukan pengulangan. 4. Siswa melakukan teknik lemparan dengan benar.

c. Observasi

1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat modifikasi dapat berjalan dengan baik.

2. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi kemudian diberikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkkan dan didiskusikan. 2. Didiskusikan rencana tindakan pada siklus ketiga.

3. Siklus Ketiga a. Rencana

(29)

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes atletik nomor lempar tolak peluru.

3. Menyiapkan alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu peluru yang sudah dimodifikasi (bola plastik beragam warna yang seukuran dengan peluru standar dan isi semen yang dicampur dengan pasir sehingga beratnya menjadi lebih ringan dibandingkan berat peluru standar yang digunakan di sekolah, dan dua tiang serta satu tali), ini untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru terutama pada tahap pelepasan dan tahap pemulihan dan sudut tolakan sehingga keterampilan gerak dasar tolak peluru secara keseluruhan dapat dikuasai.

4. Menyiapkan instrumen yang diperlukan untuk mengevaluasi dan mengobservasi tindakan.

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya peluru dan siswa terbagi dengan merata setiap barisnya.

2. Siswa melakukan gerak dasar tolak peluru menggunakan peluru modifikasi, seperti yang dilakukan pada siklus pertama.

3. Siswa diberikan kesempatan melakukan pengulangan. 4. Siswa melakukan teknik lemparan dengan benar.

c. Observasi

(30)

2. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi kemudian diberikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

d. Refleksi

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (penelitian kaji tindak) disetiap siklusnya, menurut freir and Cuningham dalam Muhajir (1997:58) dijelaskan “alat untuk ukur instrumen PTK dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi”.

Alat itu berupa indikator-indikkator dari penilaian keterampilan gerak dasar tolak peluru teknik linier, bentuk indikatornya adalah ; (1) tahap persiapan (2) tahap gerak gelincir (3) tahap pelepasan (4) tahap pemulihan, (IAAF-RDC, 2000) dan di setiap indikator diberi bobot nilai 0-1.

Cara pengambilan nilai adalah dengan melakukan tes kualitas dasar tolak peluru mulai dari tahap persiapan sampai tahap pemulihan. Dengan pemberian nilai jika melakukan gerakan yang benar mendapat nilai satu, sedangkan jika tidak melakukan dengan benar maka mendapat nilai nol.

F. Teknik Analisis Data

(31)

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

=

100%

(subagio, 2004:36)

Keterangan :

P = Prosentasi Keberhasilan

F= Jumlah gerak yang dilakukan benar N= Jumlah siswa yang mengikuti ujian/tes.

Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan dinyatakan efektif (Suharsimi Arikunto 2006:29).

Elliot dan Adelman (1973) dalam Siswoyo Hardjodipuro (1997:78)

(32)
(33)

I. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini

adalah:“DenganMenggunakan Media Modifikasi Bola

PlastikDapatMengefektifkanPembelajaranTolakPelurupada siswakelas VI SD Negeri 1

GunungSulahTahunPelajaran 2011/2012.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Untuk siswa

Perlu diperhatikan agar pada saat mengikuti pembelajaran tolak peluru gaya o’brein,

lakukanlah dengan sungguh-sungguh karena suatu latihan yang dilakukan dengan

sunguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Kepada guru penjaskes

Diharapkan dapat memanfaatkan dan menggunakan alat bantu yang telah di

modifikasi yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran tolak peluru gaya o’brien.

3. Bagi Program Studi Penjaskes Universitas Lampung

Dalam upaya mengembangkan pengetahuan dan kemampuan olahraga khususnya

yang berkaitan dengan proses pembelajaran, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai salah satu bahan metode mengajar keterampilan gerak terutama pada nomor

(34)

4. Pada Peneliti Lain

Pembelajarantolak peluru pada gaya o’brien masih belum tercapai ketuntasan belajar

sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat

diteliti kembali guna menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat

(35)

MENINGKATAN EFEKTIFITAS BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI BOLA PLASTIK PADA

SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN

2011/2012.

(Skripsi)

Oleh

IDA FITRIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nur. 2006.BelajarGerak (makalah) Menpora: Yogyakarta.

Anonimus. 2008. Format PenulisanKaryaIlmiah. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Arikunto DKK. 2006. PenelitianTindakanKelas. PT.BumiAksara. Jakarta.

ArikuntoSuharsimi. 1991. Prosedurpenelitian;EdisiRevisi. PT RinekaCipta Jakarta.

ArikuntoSuharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Jakarta: PT

RinekaCipta.

Carr Gerry A. 2000. AtletikUntukSekolah. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.

IAAF. 1993. PedomanDasarMelatihAtletik.

IAAF. 2000. Lari, Lempar, Lompat level-1.

LutanRuslidanAgungSuherman. (2000). PerencanaanPembelajaranPenjaskes, Dekdikbud,

Jakarta.

MasnunDadang, (1987) BiomekanikOlahragaPenggalan 2, Jakarta FPOK IKIP Jakarta.

Muhajir, 2003, TeoridanPraktikPendidikanJasmani, Bandung; Yudhistira.

Nurhasan. 2000. TesdanPengukuran. Jakarta; Kurunika.

Pamungkas. 1999. PedomanEjaanBahasa Indonesia yang disempurnakanEYD. Surabaya;

Girisurya.

Riduwan, 2005.BelajarMudahPenelitianUntuk Guru-Karyawan Dan PenelitiPemuda.

Rusyan, Tabrani. 1989. Pendidikandalam Proses BelajarMengajar. Bandung : PT

RemajaRosdaKary.

Sajoto M, 1989.PembinaandanPeningkatanKondisiFisikdalamolahraga, Dahara Prize;

Semarang

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Adanya penurunan imbal hasil surat utang tersebut kami perkirakan juga akan mendorong terjadinya kenaikan harga terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan

Tentunya berbeda dengan obyek penelitian yang dipilih karena penelitian ini lebih mengarah pada tinjauan fungsi manajemen dalam Penyelenggaraan Festival Sendratari 2018

Salah satu bahan alam yang banyak mengandung zat antioksidan dan berpotensi sebagai inhibitor korosi adalah daun pepaya ( Carica papaya L. 5 Selain itu, daun pepaya

69 Pemberian Tugas, Latihan, dan Tanya-Jawab serta Teknik Parafrasa dan Identifikasi Komponen Tutur untuk Peningkatan Penguasaan Ragam Bahasa: PTK dalam Matakuliah Analisis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja pada pegawai negeri sipil, tenaga honor daerah, dan tenaga harian lepas

Hasil penelitian yang diperoleh setelah dianalisis bahwa dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi pokok listrik dinamis peserta didik kelas XA

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah pengaruh efisiensi dan

Setelah mendapatkan penjelasan yang diberikan oleh peneliti, serta mengetahui manfaat dan resiko penelitian yang berjudul “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP