• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Julia Agustina

ABSTRAK

KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA

DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI

Oleh Julia Agustina

Jagung manis (Zea mays saccharata[Sturt.] Bailey) merupakan komoditas

pertanian yang disukai masyarakat. Kendala usaha tani jagung manis adalah kelangkaan benih dan harga benih yang tinggi serta daya kecambah yang rendah. Penyimpanan benih yang tidak tepat dan lamanya penyimpanan benih akan

mengakibatkan penurunan viabilitas benih. Untuk itu perlu dievaluasi apakah benih yang telah disimpan lama masih memiliki viabilitas yang baik atau tidak. Kelangkaan pupuk yang terjadi mengakibatkan penundaan pupuk pada awal

pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara di awal fase pertumbuhan tanaman dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman. Oleh karena

itu dibutuhkan penambahan nutrisi untuk memulihkan kondisi tanaman. Hara yang diberikan ke akar tanaman diserap tanaman dalam bentuk ion-ion, yang mengakibatkan peningkatan metabolisme di dalam tanaman. Meningkatnya

metabolisme di dalam tanaman akan meningkatkan senyawa organik yang disintesis oleh tanaman. Asimilat yang dihasilkan pada síntesis senyawa organik

(2)

Julia Agustina bertujuan untuk: (1) Mengetahui besarnya viabilitas benih jagung manis yang

telah disimpan lebih dari dua belas bulan; (2) Menguji pemulihan (recovery) tanaman setelah penambahan nutrisi.

Penelitian ini dilakukan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)

dengan tiga ulangan. Penelitian ini menggunakan empat pedigri jagung manis LASSKuBu, LASSKuki, dan LAWSSpuBu yang telah disimpan selama 12 bulan,

serta UL4.01 yang baru dipanen. Keempat pedigri tersebut dibungkus dengan kertas dan disimpan di kulkas rumah tangga. Tanaman ditumbuhkan di media air untuk megetahui melihat ketahanan tanaman tanpa pemberian nutrisi. Pada 28

hst tanaman diberi nutrisi tambahan untuk diamati pemulihan yang terjadi.

Kehomogenan data diuji dengan uji Bartlett dan Levene. Jika hasil analisis ragam

yang diperoleh nyata, maka pemeringkatan nilai tengah dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada α 5% menggunakan software Minitab 14. Analisis ketahanan dan pemulihan tanaman ditampilkan dalam grafik tren analisis dengan

menggunakan software Microsoft Exel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Viabilitas benih LASSKuBu dan LAWSSpuBu (panen Desember 2008) masih tinggi, dengan nilai masing-masing

(3)

KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA

DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI (Skripsi)

Oleh

JULIA AGUSTINA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)

KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA

DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI

Oleh

JULIA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa. Bandung. 177 hlm

Bbia. 2001. Ketetapan SNI untuk air minum kemasan Indonesia..

http://bbia.go.id/sertifikasi/SNI%2001-2006%5B1%5D%20AMDK.pdf

Berliando, C. 2008. Keragaman Leachete, Viabilitas Benih, dan Vigor Bibit Jagung Manis yang Dipupuk dengan Semen Portland. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 44 hlm

Deptan. 2010. Budidaya Tanaman Jagung.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp/10232.pdf

Fitter, A.H. dan R.K.M.Hay. 1990. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. 325 hlm.

Hakim, N.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

Hikam, S. 2010. Penilaian Viabilitas Benih dan Vigor Kecambah pada Benih Inbred Jagung Sesudah Penyimpanan Jangka Panjang. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Naskah lepas 11 hlm.

Justice, O.L. dan L.N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hlm

Mugnisjah, W. Q. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 130 hlm.

Purwanti, Setyastuti. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih. kedelai hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 11 No.1: 22–31.

Rinsema, W.J. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Bhratara Aksara. Jakarta. 243 hlm.

(8)

Subekti, N.A.S, Efendi, R., dan Sunarti, S. 2010. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan jagung. www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bpp10232.pdf. diakses pada tanggal 12 Maret 2012

Sudarmadji, R., Mardjono, dan H. Sudarmo. 2007. Variasi genetik, heritabilitas, dan korelasi genotipik sifat-sifat penting tanaman wijen (Sesamum indicum L.). Jurnal Littri. Vol. 13 No.3:88–92.

Sutopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta. 221 hlm.

(9)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan komoditas

pertanian yang disukai masyarakat karena rasanya yang enak, mengandung

karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah.

Kendala usaha tani jagung manis yaitu kelangkaan benih dan pupuk, serta harga benih yang tinggi.

Kendala lain yang dihadapi adalah daya kecambah jagung manis yang rendah,

yaitu sekitar 64 %. Salah satu penyebab rendahnya daya kecambah jagung manisadalah bentuk biji jagung manis yang kisut dan berbobot jauh lebih ringan dari jagung biasa (nirmanis).

Menurut Hikam (1990), benih yang telah tersimpan 12–24 bulan mengalami

penurunan viabilitas, tetapi benih yang berhasil berkecambah (viabel) mampu tumbuh vegetatif dan berproduksi dengan baik. Kunci keberhasilan penyimpanan

(10)

tersebut berdampak pada penurunan viabilitas. Penurunan viabilitas dapat

dicegah dengan teknik penyimpanan benih yang baik.

Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis

viabilitas. Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapangan. Selain itu

vigor juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapangan yang optimum.

Benih dengan vigor yang baik menggambarkan benih tersebut memiliki ketahanan hidup yang baik pula. Ketahanan bibit juga ditentukan dari kondisi lingkungan yang menguntungkan bibit tersebut. Semakin subur lahan dimana bibit di tanam

maka semakin baik ketahanan bibit tersebut. Ketahanan bibit yang baik pada kondisi suboptimum mengambarkan bibit tersebut akan jauh lebih baik ketika ditanam pada kondisi yang optimal. Kondisi riil yang sering dialami oleh petani

saat ini yaitu kelangkaan pupuk dan juga harga pupuk yang relatif mahal. Hal tersebut mengakibatkan petani melakukan penundaan pemupukan pada tanaman.

Oleh karena itu diperlukan bibit tanaman yang memiliki ketahanan pada kondisi suboptimum.

Dengan demikian percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang

dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut

(11)

(2) Apakah terjadi pemulihan (recovery) tanaman setelah penambahan nutrisi?

1.2Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai berikut

(1) Mengetahui besarnya viabilitas benih jagung manis yang telah disimpan lebih

dari dua belas bulan pada kondisi penyimpanan suboptimum.

(2) Menguji pemulihan (recovery) tanaman setelah penambahan nutrisi.

1.3Kerangka Pemikiran

Berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teori terhadap perumusan masalah sebagai berikut

Kendala utama yang dihadapi dalam memproduksi benih jagung manis adalah

viabilitas benih (daya kecambah) yang rendah. Viabilitas benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi optimum. Rendahnya viabilitas benih jagung manis dapat disebabkan dari awal pembentukan benih itu sendiri,

antara lain kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi, tidak menerapkan persyaratan agronomis dan prinsip genetika dalam memproduksi, penanganan panen, dan

pascapanen yang kurang tepat.

Penelitian ini menggunakan empat pedigri jagung manis LASSKuBu, LASSKuki, dan LAWSSpuBu yang telah disimpan selama 12 bulan, serta UL4.01 yang baru

(12)

rumah tangga mengakibatkan suhu dan kelembaban tempat benih disimpan

menjadi tidak konstan.

Penyimpanan benih pada kondisi suhu dan kelembaban yang tidak konstan dapat mengakibatkan penurunan viabilitas benih secara bertahap atau bahkan

menyebabkan kematian benih sebelum ditanam. Keberhasilan penyimpanan benih jagung terletak pada pengaturan kadar air dan suhu ruang simpan. Proses

metabolisme dalam benih meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang simpan. Hal tersebut berdampak pada penurunan viabilitas.

Pada budidaya tanaman tidak hanya dibutuhkan tanaman yang memiliki viabilitas yang tinggi, namun dibutuhkan vigor yang baik. Vigor kecambah dapat

didefinisikan kemampuan kecambah tumbuh normal di lapangan yang

suboptimum.

Ketahanan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Tanaman yang memiliki ketahanan yang baik pada kondisi yang suboptimum menunjukkan tanaman tersebut akan jauh lebih baik ketika ditanam pada kondisi yang optimal. Hal

tersebut diharapkan berkorelasi posisitif terhadap produksi yang akan dihasilkan. Selain itu, kendala lain yang dihadapi para petani dalam bercocok tanam jagung

yaitu kelangkaan pupuk ataupun harga pupuk yang meningkat. Kondisi riil yang sering terjadi di kalangan petani yaitu penundaan pemupukan tanaman sampai

(13)

Defisiensi unsur hara di awal fase pertumbuhan tanaman dapat berakibat pada

terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal tersebut mengakibatkan tanaman mengalami stres. Oleh karena itu dibutuhkan penambahan nutrisi untuk memulihkan kondisi tanaman serta memenuhi kebutuhan energi tersebut. Hara

yang diberikan ke akar tanaman diserap tanaman dalam bentuk ion-ion, yang mengakibatkan peningkatan metabolisme di dalam tanaman. Meningkatnya

metabolisme di dalam tanaman akan meningkatkan senyawa organik yang disintesis oleh tanaman. Asimilat yang dihasilkan pada síntesis senyawa organik tersebut ditranslokasikan ke daerah meristematik tanaman. Asimilat tersebut

digunakan untuk pembelahan sel, pembesaran sel, peremajaan sel, dan

penumpukan cadangan makanan. Dengan demikian diharapkan penambahan hara

pada tanaman dapat memulihkan kondisi tanaman serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

1.4Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat ditarik hipotesis

sebagai berikut

(1) Benih jagung manis yang telah disimpan lebih dari dua belas bulan pada

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Morfologi Biji Jagung Manis

Pada tanaman jagung endosperm biji merupakan tempat menyimpan cadangan

makanan berupa gula dan pati. Gula endosperm utama adalah sukrosa dengan sedikit glukosa, fruktosa, dan maltosa. Komponen terbesar pati endosperm adalah

amilosa dan amilopektin. Nisbah keduanya pada jagung bijian biasanya 1:3, tetapi pada kultivar jagung manis jumlah pati lebih sedikit dan komposisinya berbeda (Yamaguchi,1998).

Menurut Yamaguchi (1998), pada jagung biji, gen Su1 untuk biji berpati adalah

dominan homozigous (Su1Su1). Sementara pada jagung manis gen tersebut adalah resesif homozigous (su1su1). Gen Su1 dominan yang dimiliki oleh jagung biji menyebabkan jagung biji dapat menyimpan pati lebih banyak

daripada gula. Sedangkan gen su1 (sugary) resesif yang dimiliki jagung manis menyebabkan penimbunan gula lebih banyak dibandingkan dengan pati. Hal

tersebut dikarenakan pengaruh gen su1 yang menghambat perubahan gula menjadi pati, kandungan pati pada jagung manis meningkat secara lambat

sejalan dengan kematangan, tetapi setelah kurang lebih 20 hari cenderung

(15)

lebih sedikit pati, oleh sebab itu biji jagung manis keriput dan agak tembus

pandang setelah mengering.

Menurut Mugnisjah (1995), Siklus pertumbuhan tanaman terdiri tahapan pertumbuhan yang secara umum terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap

vegetatif (dari perkecambahan sampai inisiasi malai), tahap reproduksi (dimulai dari inisiasi malai sampai pembungaan), dan tahap pemasakan (dari pembungaan

sampai pemasakan) seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tahapan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis.

Tahap Umur Kondisi Pertanaman

V1 5 hst Saat tanam—munculnya koleptil di atas permukaan tanah

V2 9 hst Daun pertama mulai muncul

V3—V5 10—18 hst Jumlah daun 3—5 helai, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah.

V6—V10 18—33 hst Jumlah daun 6—10 helai, titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol dimulai

V11—Vn 33—50 hst Jumlah daun 11 helai sampai daun terakir 15—18 helai, tanaman tumbuh dengan cepat dan

akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula.

Tasseling 45—52 hst Adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2—3 hari sebelum rambut tongkol muncul. Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian vegetatif tanaman

(16)

2.2Perkecambahan Benih

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, dan

dilanjutkan melunaknya kulit benih serta hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat

respirasi benih. Tahap berikutnya yaitu terjadi penguraian cadangan makanan di dalam endosperm seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.

Tahap selanjutnya adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan untuk menghasilkan energi dalam proses pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahapan yang terakhir yaitu pertumbuhan kecambah melalui proses

pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada

dalam biji (Abidin, 1987).

2.3Viabilitas Benih

2.3.1 Viabilitas benih

(17)

kromosom atau garis viabilitas. Sedangkan viabilitas potensial adalah

kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapangan yang optimum.

Terdapat periode yang terletak antara benih saat diproduksi hingga benih tersebut

mati yang disebut dengan periode viabilitas. Periode viabilitas ini dapat diamati sejak awal ketika terjadinya antesis. Dijabarkan oleh Steinbauer menjadi konsepsi

bahwa benih itu pada periode awal mencapai vigor maksimum, kemudian benih memasuki periode dimana vigor dapat dipertahankan dan pada akhirnya benih memasuki periode yang vigornya megalami penurunan secara drastis.

Gambar 1. Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993).

Konsep periodisasi benih Steinbauer-Sadjad menerangkan hubungan antara

viabilitas benih dan periode hidup benih. Periode hidup benih dibagi menjadi tiga bagian yaitu periode I, periode II, periode III. Periode I adalah periode

(18)

pertumbuhan dan perkembangan benih yang diawali dari antesis sampai benih

masak fisiologis. Periode II yaitu periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit), pada periode ini nilai viabilitas dipertahankan tetap

maksimum. Akhir periode kedua merupakan batas periode simpan benih, setelah melewati periode ini nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun. Periode III

merupakan periode penggunaan energi (energy release).

Menurut Purwanti (2004), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal.

Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas,

suhu dan kelembaban ruang simpan.

2.3.2 Vigor benih

Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan

tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapangan. Selain itu vigor juga sapat didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal sesudah

disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapangan yang optimum.

Menurut Sutopo (1993) pada dasarnya vigor benih berkorelasi dengan tingkat

(19)

mampu menghasilkan tanaman yang normal dalam kondisi lingkungan tumbuh

yang suboptimum.

Menurut Heydecker (1972) dalam Sutopo (1993) menyatakan rendahnya vigor benih dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetis, fisiologis, morfologis,

mekanis, dan mikrobia. Genetis, ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan dan ada juga kultivar

yang tidak peka terhadap kondisi yang kurang menguntungkan. Fisiologis, kekurang matangan benih ketika dipanen serta kemunduran benih selama penyimpanan menjadi penyebab rendahnya vigor. Morfologis, benih yang

berukuran lebih kecil memiliki vigor yang lebih rendah dibandingkan dengan benih dengan ukuran yang lebih besar. Mekanis, kerusakan mekanis yang terjadi

pada benih pada saat panen, prossesing ataupun penyimpanan benih. Mikrobia, mikroorganisme yang terbawa oleh benih akan sangat berbahaya untuk benih pada kondisi lapang yang mendukung perkembangan patogen-patogen tersebut.

2.4Penambahan Nutrisi

Unsur hara memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.

Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersedia dan dalam konsentrasi

optimum bagi pertumbuhan. Selanjutnya unsur-unsur tersebut harus berada dalam keseimbangan. Terdapat 16 unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan tanaman yaitu C, H, O (berasal dari udara dan air), N, P, K, Ca, Mg, S, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, dan Fe (berasal dari tanah). Dari 13 unsur yang berasal

(20)

atau lambat dalam ketersediaanya dalam tanah yaitu, N, P, K. Nitrogen, fosfor,

dan kalium biasanya ditambahkan kedalam tanah sebagai pupuk. Nitrogen merupakan suatu unsur yang paling banyak dijumpai di bagian jaringan tanaman

yang muda daripada jaringan tanaman yang tua, dan terakumulasi pada daun dan biji. Nitrogen juga berperan sebagai penyusun setiap sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian sel hidup. Unsur ini merupakan bagian penyusun

enzim dan molekul klorofil. Adapun fungsi dari nitrogen adalah (a) diperlukan dalam pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar, (b)

berperan penting dalam pembentukan klorofil yang berguna pada proses fotosintesis, (c) membentuk protein, lemak, dan senyawa organik, (d)

meningkatkan mutu tanaman penghasil dedaunan, dan (e) meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme tanah (Hakim dkk., 1986).

Di dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam bentuk kalsium fosfor (Ca3(PO4)2) yang sulit larut. Karena pengaruh asam di dalam tanah, maka dapat

terbentuk fosfat asam primer (Ca(H2PO4)2) yang mudah larut. Tanaman menyerap

fosfor dalam bentuk ion H2PO4- atau HPO42-, tergantung pada kemasaman tanah.

Pada pH rendah, tanaman menyerap H2PO4-, sedangkan pada pH tinggi tanaman

menyerap HPO42- (Hakim dkk., 1986).

Secara umum, fosfor berfungsi sebagai berikut yaitu, 1) merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda/kecambah, 2) mempercepat serta

memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa dan menaikkan persentase bunga menjadi buah, 3) membantu asimilasi dan respirasi sekaligus

(21)

Tanaman menyerap kalium dalam bentuk K+. Kalium pada tanah tersedia dalam

berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap tanaman berbeda-beda. Kalium berperan dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus

dalam absorbsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim, dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat (Hakim dkk.,1986).

Nutrisi yang ditambahkan ke tanaman akan diserap dalam bentuk ion-ion.

Senyawa organik yang diserap tersebut akan digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan berupa pati, protein, dan lipid. Fotosintat tersebut akan ditranslokasikan tanaman ke daerah meristematik untuk pembelahan sel,

penambahan ukuran sel, peremajaan sel, serta akumulasi senyawa organik.

Tabel 2. Efek kekurangan hara untuk tanaman jagung.

Fase Deskripsi Efek kekurangan hara

0 — 18 hsb Akar nodul mulia aktif, awal mula pertumbuhan tanaman

Pertumbuhan tanaman terganggu

18 — 35 hsb Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan dan perkembangan tongkol dimulai

Pertumbuhan vegetatif dan pembentukan bunga jantan serta tongkol terhambat

35 — 50 hsb Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula.

Menurunkan

jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang mengakibatkan menurunkan hasil

Keterangan : hsb = hari setelah berkecambah

(22)

2.5 Standar Nasional Indonesia untuk Air Mineral

Tabel 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk air mineral.

Parameter Produk Satuan Persyaratan

pH - 6,0 – 8,5

Zat terlarut mg/l Maks 500

Zat organic (angka KMnO4) mg/l Maks 1,0

Total Organik Karbon mg/l -

Nitrat (NO3) mg/l Maks 45

Nitrit (NO2) mg/l Maks 0.005

Amonium (NH4) mg/l Maks 0.15

Klorida (Cl) mg/l Maks 250

Florida (F) mg/l Maks 1

Sianida (Cn) mg/l Maks 0.05

Besi (Fe) mg/l Maks 0.1

Mangan (Mn) mg/l Maks 0.05

Boron (B) mg/l Maks 0.3

Sulfat (SO4) mg/l Maks 200

Barium (Ba) mg/l Maks 0.7

Selenium (Se) mg/l Maks 0.01

Klor bebas mg/l Maks 0.1

Cemaran logam

Timbal (Pb) mg/l Maks 0.005

Tembaga (Cu) mg/l Maks 0.5

Cadmium (Cd) mg/l Maks 0.003

Raksa (Hg) mg/l Maks 0.001

Cemaran Arsen (As) mg/l Maks 0.01

Angka lempeng total awal *) Koloni/ml Maks 1.0 x 10 2 Angka lempeng total awal **) Koloni/ml Maks 1.0 x 10 5 Mikrobiologi:

Bakteri bentuk koli AMP/100ml < 2

Salmonella - Negatif/100 ml

Pseudomonas aeruginosa Koloni/ml Nol

(23)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Juli –- September 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air suling dan bahan tanam (dapat dilihat pada Tabel 4.)

Tabel 4. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian.

Pedigri Fenotipe Genotipe Panen

LaSS KuBu* Segregan kuning-bulat (CC, Sh_) Desember 2008 LaSS Kuki* Segregan kuning-kisut (C_, shsh) Desember 2008 LaW puBu* Segregan putih-bulat (cc, Sh_) Desember 2008

UL4.01 - - Januari 2010

Keterangan: Sh = Shrunken

* = benih tersebut dibungkus dengan kantong kertas dan disimpan pada kulkas rumah tangga (RH tidak konstan karena pemakaian kulkas bersamaan dengan keperluan rumah tangga sehari-hari) selama 12 bulan.

Tabel 5. Kandungan nutrisi dalam pupuk Hyponex.

Kandungan senyawa Persentase di dalam pupuk

Nitrat 4,5 %

Urea 20,5 %

P2O5 5 %

(24)

Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah Growth Chamber tipe IPB 7A/B,

rumah plastik, kertas merang, gelas plastik, stayrofoam, conductivity meter, neraca elektrik, tissue, hand sprayer, kertas label, plastik, karet gelang, nampan,

oven listrik, gunting/cutter, gelas ukur, kotak kardus, spatula, alat ukur panjang (penggaris), dan alat tulis.

3.3 Metodelogi Penelitian

3.3.1 Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 pedigri tanaman jagung manis dengan

tiga ulangan yang disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Pada penelitian ini terdapat beberapa pengujian antara lain:

3.3.1.1 Pengujian nilai konduktivitas

Penggujian nilai konduktivitas dilakukan dengan cara sebagai berikut

(1)Sebelum benih dikecambahkan, terlebih dahulu diukur nilai konduktivitasnya (EC0). Benih direndam dalam air suling selama 24 jam, kemudian diukur nilai

konduktivitasnya (EC1) menggunakan alat Conductivity meter.

(2)Setelah dikecambahkan air yang menjadi media tanam kecambah diamati nilai

konduktivitasnya (pengamatan dilakukan pada tanaman berumur 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35 hst dan 42 hst).

Catatan: EC0 = nilai konduktivitas air murni

EC1 = nilai konduktivitas air yang menjadi media tumbuh

(25)

diaplikasikan ke tanaman (EC0) dan setelah diaplikasikan atau pengamatan

akhir (EC1).

(4)Pengukuran nilai konduktivitas dilakukan dalam 3 ulangan

3.3.1.2 Pengujian daya kecambah benih

Penanaman benih diawali dengan mengecambahkan benih jagung terlebih dahulu

dengan metode Uji Kertas Digulung Didirikan di dalam Plastik (UKDdP) dan dikecambahkan di dalam alat Growth Chamber. Pengecambahan benih dilakukan

selama 7 hari, dan setiap 3 hari dilakukan pengecekan benih-benih yang mulai berkecambah.

3.3.1.3Pengujian ketahanan tanaman

Petak percobaan yang digunakan berukuran 2 m x 1,5 m dengan jarak antarkardus

3 cm. Selanjutnya, benih yang telah berkecambah (plumula dan radikula telah muncul), ditanam pada media air yang ditahan oleh pelampung yang terbuat dari stayrofoam kemudian kecambah diletakkan di rumah plastik. Pengamatan

dilakukan setiap minggu hingga keseluruhan tanaman mati.

Benih yang telah berkecambah (plumula dan radikula telah muncul), ditanam pada media air dalam wadah gelas plastik berukuran 150 ml dan kecambah

ditahan oleh pelampung yang terbuat dari stayrofoam agar endosperm tidak terendam di dalam air. Dalam satu gelas plastik terdapat tiga sampel tanaman.

(26)

kecambah berada dirumah plastik dilakukan penyiraman ketika air pada media

tumbuh mengalami pengurangan drastis.

3.3.1.4 Pengujian pemulihan tanaman

Pemberian nutrisi dilakukan setelah kecambah berumur 4 minggu setelah semai. Nutrisi yang diberikan adalah pupuk Hyponex dengan dosis 2 g/l. Pemberian

nutrisi dilakukan dengan terlebih dahulu pupuk dilarutkan pada seliter air dan selanjutnya diberikan ke tanaman dengan cara mengganti air mineral yang

menjadi media tanam kecambah dengan air yang mengandung pupuk hyponex 2 g/l. Penambahan air yang mengandung pupuk dilakukan ketika air pada media

tumbuh mengalami pengurangan drastis.

3.3.2 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel diambil dari satu wadah yang berisi tiga sampel tanaman di

dalam kotak kardus yang mewakili waktu pengamatanya (terdapat 180 tanaman dari empat bahan tanam yang digunakan). Setelah sampel tersebut diamati sampel tersebut dimusnahkan (digunakan untuk pengamatan lanjutan).

3.3.3 Peubah yang diamati

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan yang dihasilkan dengan peubah yang diamati sebagai berikut:

(27)

i. Nilai Konduktivitas (µS/cm) pada pengujian viabilitas benih. Nilai

konduktivitas dihitung dari dengan rumus EC1-EC0; EC0 (Electric

Conductivity) adalah kondisi air mineral tanpa perendaman benih, sedangkan EC1 merupakan kondisi air mineral setelah perendaman benih

selama kurang lebih 24 jam.

ii. Nilai Konduktivitas (µS/cm) pada pengujian pemulihan tanaman. Nilai

konduktivitas dihitung dari dengan rumus EC1-EC0; EC0 (Electric

Conductivity) adalah kondisi air mineral yang sudah ditambahkan nutrisi (pupuk Hyponex) pada pemberian nutrisi awal, sedangkan EC1 merupakan

kondisi air setelah satu minggu diberikan ke bibit tanaman.

(2) Daya Kecambah Benih (%). Daya kecambah benih dihitung dengan rumus:

DB (%) ═ 100%

ditanam yang benih Total tumbuh yang

Benih

     

(3) Jumlah Benih Mati. Benih mati tersebut ada dua jenis, yang pertama benih mati karena nirviabel yaitu benih yang tidak mampu berimbibisi. Kedua benih mati karena leachate, benih tersebut berimbibisi namun mengalami kebocoran

dinding sel sehingga tidak mampu berkecambah. Untuk jenis yang kedua dicirikan dengan benih mengalami pembengkakan namun tidak berkecambah,

melainkan mengundang cendawan oportunistik.

(4) Jumlah Daun. Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka. (5) Panjang Turus (cm). Panjang turus dihitung dari pangkal batang hingga

bagian ujung daun. Alat yang digunakan adalah penggaris.

(6) Jumlah Akar Cabang. Jumlah akar cabang yang dihitung adalah akar-akar

(28)

(7) Panjang Akar (cm). Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar hingga ke

bagian akar terujung.

(8) Bobot Kering Turus (g). Bobot kering turus diukur dengan menggunakan

neraca elektrik. Bagian turus dipisahkan dari tanaman lalu ditimbang. Pengamatan dilakukan setelah kecambah dikeringkan dalam oven selama tiga hari untuk menghilangkan kandungan airnya.

(9) Bobot Kering Akar + Sisa Biji (g). Bobot kering akar + sisa biji diukur dengan menggunakan neraca elektrik. Bagian tersebut dipisahkan dari

tanaman lalu ditimbang. Pengamatan dilakukan setelah kecambah

dikeringkan dalam oven selama tiga hari untuk menghilangkan kandungan

airnya.

3.3.4 Analisis data

Penelitian ini dilakukan dengan tiga ulangan yang disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Kehomogenan data diuji dengan uji Bartlett dan Levene. Jika hasil analisis ragam yang diperoleh nyata, maka pemeringkatan nilai tengah dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada α

5% menggunakan software Minitab 14. Analisis ketahanan dan pemulihan tanaman ditampilkan dalam grafik tren analisis dengan menggunakan software

(29)

Dalam meniti kesuksesan membutuhkan pengorbanan dan perjuangan Melewati jalanan yang curam, kerikil yang tajam, Penuh onak dan duri yang menghalangi perjalanan tersebut Dibutuhkan kesabaran dan kesungguhan dalam menggapai kesuksesan tersebut (Julia Agustina)

Barang siapa menghendaki dunia maka carilah ilmu dunia,

(30)

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridho-Nya

ku persembahkan karya sederhana ini untuk:

Kedua Orangtuaku terkasih, Ayahanda ARISUDIN dan Ibunda NUR’AINAH, terima kasih untuk setiap air mata dalam doa tulus yang senantiasa kalian berikan

dalam mengiringi langkahku. Semoga ini merupakan awal kecil dari persembahan-persembahan besar berikutnya yang akan kuberikan untuk kalian. Kak Hazwan, Kak Heri, Kak Jay, Almh. Yuk Fitri, Yuk Shanti, Kak Wanto, Yuk Yani dan Kak Ijal yang telah memberikan motivasi dan dukungannya. Karya ini

adinda persembahkan untuk kalian semua.

Saudara-saudara tercinta Mbak Mardiah, Mbak Riyana, Mbak Arie, Afrilianti, Anjar, Desy, Evi, Dian Shinta, Reny, Qory, Dian Eka, serta teman-teman FKAR

yang senantiasa memberikan dukungan serta motivasi

(31)

KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA

DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI (Skripsi)

Oleh

JULIA AGUSTINA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(32)

KAJIAN KEMUNDURAN BENIH JAGUNG MANIS YANG TELAH DISIMPAN DUA BELAS BULAN DAN PEMULIHANNYA

DENGAN PENAMBAHAN NUTRISI

Oleh

JULIA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(33)

Dalam meniti kesuksesan membutuhkan pengorbanan dan perjuangan Melewati jalanan yang curam, kerikil yang tajam, Penuh onak dan duri yang menghalangi perjalanan tersebut Dibutuhkan kesabaran dan kesungguhan dalam menggapai kesuksesan tersebut (Julia Agustina)

Barang siapa menghendaki dunia maka carilah ilmu dunia,

(34)

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridho-Nya

ku persembahkan karya sederhana ini untuk:

Kedua Orangtuaku terkasih, Ayahanda ARISUDIN dan Ibunda NUR’AINAH, terima kasih untuk setiap air mata dalam doa tulus yang senantiasa kalian berikan dalam

mengiringi langkahku. Semoga ini merupakan awal kecil dari persembahan-persembahan besar berikutnya yang akan kuberikan untuk kalian.

Kak Hazwan, Kak Heri, Kak Jay, Almh. Yuk Fitri, Yuk Shanti, Kak Wanto, Yuk Yani dan Kak Ijal yang telah memberikan motivasi dan dukungannya. Karya ini adinda

persembahkan untuk kalian semua.

Saudara-saudara tercinta Mbak Mardiah, Mbak Riyana, Mbak Arie, Afrilianti, Anjar, Desy, Evi, Dian Shinta, Reny, Qory, Dian Eka, serta teman-teman FKAR yang

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Juli 1987. Penulis merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara, pasangan Bapak Arisudin dan Ibu Nur’ainah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Ismariyah pada tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri (SD N) I Rajabasa pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri

(SLTP N) 19 Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai

mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Pertanian,Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Minat dan Bakat (PKAB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Forum Silaturahmi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian sebagai anggota Bidang Kaderisasi, Himpunan Mahasiswa budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai anggota Bidang Pemberdayaan Masyarakat,

serta pada lembaga eksternal kampus yakni Forum Kerjasama Alumni Rohis (FKAR) Bandar Lampung sebagai Sekretaris Departemen Public Relations. Penulis

melaksanakan Praktik Umum di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Bunga Mayang Lampung Utara.

Penulis menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan tahun 2008 –2010, Asisten Dosen Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman tahun 2009, dan Asisten Dosen Mata

(36)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Juli 1987. Penulis merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara, pasangan Bapak Arisudin dan Ibu Nur’ainah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Ismariyah pada tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri (SD N) I Rajabasa pada tahun 2000, Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP N) 19 Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar

Lampung pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran

Kemampuan Minat dan Bakat (PKAB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Forum Silaturahmi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian sebagai anggota Bidang

Kaderisasi, Himpunan Mahasiswa budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai anggota Bidang Pemberdayaan Masyarakat, serta pada

(37)

Penulis menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Viabilitas benih LASSKuBu dan LAWSSpuBu (panen Desember 2008) masih tinggi dengan masing-masing daya perkecambahannya sebesar 96 %

dan 99 %. Sedangkan LASSKuki (panen Desember 2008) memiliki viabilitas yaitu sebesar 26 %.

2. Tidak terjadi pemulihan tanaman setelah penambahan nutrisi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui adanya pemulihan

Gambar

Tabel 1. Tahapan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis.
Gambar 1. Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993).
Tabel 2.  Efek kekurangan hara untuk tanaman jagung.
Tabel 3.  Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk air mineral.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul : “ Analisis

Hasil penafsiran titik pendugaan geolistrik dari nilai tahanan jenisnya kemudian dikorelasikan dengan pendugaan geolistrik di lokasi pendugaan yang lain, kemudian

15-18 bulan MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan. Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan

Untuk memperkuat keamanan pesan yaitu dengan menggunakan kriptografi sehingga orang tidak akan curiga jika pesan tersebut sudah terenkripsi dan orang akan tetap

This c____ ( noun ) can come before the words action , case and order , before the expressions of appeal , of first instance , of last resort and of law , after the words open

Berdasarkan uji t yang diperoleh dari masing masing variabel bebas dapat diketahui bahwa variabel Kemudahan Penggunaan berpengaruh negatif signifikan terhadap

Dalam kontek hukum keluarga sebagaimana terurai di atas, maka pembentukan hukum oleh law maker yang berwenang dengan memperhatikan nilai sosial dan nilai etis

Penulisan narasi kecil tersebut dilakukan melalui tiga model analisis: (1) proses reintepretasi mitos pada masyarakat kontemporer dalam film di Indonesia, (2) model