• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFISIENSI DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFISIENSI DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGAN

Oleh

Panji Setyo Arizka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dosis pupuk NPK majemuk dalam meningkatkan hasil kedelai Varietas Grobogan. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Terpadu Universitas Lampung dari bulan November 2011—Februari 2012. Rancangan perlakuan disusun secara tunggal terstruktur bertingkat dalam rancangan kelompok teracak sempurna dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 5 taraf dosis pupuk NPK majemuk yaitu 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), 200 kg/ha (p3), 250 kg/ha (p4), dan 300 kg/ha (p5). Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan Uji Barlett dan nonkemenambahan model melalui Uji Tukey. Jika asumsi analisis ragam terpenuhi, data dianalisis ragam dan pemisahan nilai tengah diuji dengan uji perbandingan ortogonal polinomial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk NPK majemuk 1 kg/ha justru akan menurunkan efisiensi sebesar 0,029. Pemberian dosis 100 kg/ha sampai dengan 300 kg/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda pada variabel indeks panen, laju pengisian biji, dan bobot 100 butir sedangkan pemberian dosis 100 kg/ha sampai dengan 300 kg/ha NPK majemuk meningkatkan hasil kedelai secara linear.

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting

dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari berbagai produk olahan yang berasal dari kedelai. Semua jenis varietas kedelai dapat dikonsumsi dan dapat dijadikan produk olahan makanan.

Salah satu varietas kedelai yang dapat dimanfaatkan adalah Varietas Grobogan. (Winarto, 2010).

Kebutuhan kedelai sangat tinggi di Indonesia, namun produksi kedelai belum mencukupi. Untuk mencukupi kebutuhan kedelai, pemerintah Indonesia

memutuskan untuk mengimpor kedelai. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan kedelai. Produksi kedelai tahun 2010 sebesar 905 ribu ton atau menurun 7,13%

dibandingkan dengan tahun 2009 sedangkan kebutuhan kedelai pada tahun 2009 sudah mencapai sekitar 2,3 juta ton (Departemen Pertanian, 2010). Untuk

memenuhi kebutuhan kedelai nasional, pemerintah melakukan impor kedelai.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), impor kedelai selama 2010 sebanyak 1,7 juta ton atau senilai 840 juta dolar AS, utamanya dari Amerika

(3)

2

Usaha-usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai di antaranya melalui cara budidaya tanaman yaitu pemupukan. Pemupukan merupakan salah

satu upaya untuk mendapatkan hasil terbaik dari tanaman. Kandungan pupuk yang terdiri dari unsur makro dan mikro dalam dosis tepat dapat meningkatkan

efisiensi pemupukan. Menurut Harjadi (2002), efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh cara aplikasi, dosis pupuk, waktu aplikasi, dan alat aplikasi.

Pemupukan merupakan salah satu faktor yang harus efisien sehingga dapat

menjamin tujuan pemupukan tercapai, mengingat biaya pemupukan tercapai, merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar. Menurut Suwandi

dkk. (1987), biaya pemupukan sekitar 40–60% dari biaya perawatan atau sekitar 20% dari total biaya produksi. Oleh karena itu sangat penting selalu diupayakan meningkatkan efisiensi pemupukan. Efisiensi pemupukan berhubungan dengan

tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman.

Salah satu indikator keberhasilan suatu usahatani adalah efisiensi, baik efisiensi

teknik budidaya, pengalokasian input maupun output produksi (Sukiyono, 2005). Pencapaian efisiensi teknik budidaya yang tinggi sangat penting dalam upaya

meningkatkan daya saing dan keuntungan usahatani.

Efisiensi penggunaan pupuk adalah peningkatan produksi untuk setiap satuan pupuk yang ditambahkan (Hernanto, 1995). Berdasarkan hasil penelitian Zahrah

(2011), pemberian pupuk NPK organik sebanyak 50 g/polibag pada tanaman kedelai varietas Wilis dapat menghasilkan bobot kering biji tertinggi yaitu sebesar

(4)

3

Metode perhitungan efisiensi pupuk dapat digunakan untuk menilai tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang telah diserap dalam menghasilkan produksi

lebih tinggi tanpa menambah hara yang diperlukan. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan melalui beberapa metode diantaranya pengukuran efisiensi agronomis

dan efisiensi penyerapan. Efisiensi agronomis adalah peningkatan hasil untuk setiap kg pupuk yang diberikan disebut efisiensi agronomis, atau EA. Sedangkan efisiensi penyerapan adalah jumlah pupuk yang diberikan yang dapat diserap

tanaman. Dalam penelitian ini efisiensi pupuk akan diukur berdasarkan efisiensi secara agronomis melalui variabel bobot kering berangkasan, bobot 100 butir,

hasil panen, laju pengisian biji, dan indeks panen.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan yaitu apakah terdapat dosis pupuk NPK majemuk optimum yang

efisien dalam meningkatkan hasil kedelai Varietas Grobogan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dosis pupuk NPK majemuk optimum yang efisien dalam meningkatkan hasil kedelai Varietas Grobogan.

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, landasan teori yang digunakan sebagai berikut:

Penambahan pupuk anorganik sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan unsur hara tanaman. Hal ini karena kandungan unsur hara yang terkandung di

(5)

4

Pertumbuhan suatu tanaman akan ditentukan oleh unsur hara esensial yang berada dalam jumlah minimum kritis; pertumbuhan tanaman ditentukan oleh unsur hara

esensial yang jumlahnya paling sedikit. Dengan demikian unsur hara ini dikatakan sebagai faktor pembatas karena dapat membatasi pertumbuhan

tanaman.

Unsur hara adalah salah satu faktor yang membatasi hasil tanaman. Pupuk dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan hara bagi pertumbuhan tanaman

sehingga dicapai hasil yang optimal (Setyamidjaja, 1986). Unsur hara bagi tanaman terbagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Nitrogen (N), fosfor (P),

dan kalium (K) termasuk dalam unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman.

Upaya dalam meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara bergantung dari

waktu, cara, dosis dan bentuk pupuk. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK Mutiara dengan perbandingan N, P, K (16:16:16). Menurut

Novizan (2003), komposisi pupuk majemuk tersebut memberikan ketersediaan unsur hara yang seimbang. Pupuk NPK majemuk berperan untuk mempercepat perkembangan bibit sebagai awal penanaman dan sebagai pupuk susulan saat

tanaman memasuki fase generatif seperti saat mulai berbunga atau berbuah.

Rekomendasi pemerintah pada tahun 2010, penggunaan dosis pupuk NPK

majemuk untuk komoditas kedelai adalah 250 kg NPK/ha yang diberikan pada ½ bagian pada saat awal tanam dan ½ bagian lagi diberikan pada 30 hari setelah

(6)

5

Hal ini sesuai dengan penelitian Satsijati (1980) bahwa dosis pemupukan Urea untuk tanaman kedelai adalah 200-300 kg/ha. Dosis pupuk NPK majemuk

berpengaruh terhadap efisiensi pemupukan. Nilai efisiensi yang tinggi akan meningkatkan hasil tanaman.

Menurut Rinsema (1998), persediaan unsur hara yang cukup pada fase

pertumbuhan merupakan syarat mutlak untuk pertumbuhan yang optimum. Salah satu unsur-unsur yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

kedelai adalah unsur nitrogen. Nitrogen (N) ialah hara penting yang berperan dalam sintesis asam amino penyusun protein struktural dan enzim (Tisdale dkk.,

1985). Nitrogen adalah suatu unsur yang paling banyak dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman dan merupakan penyusun setiap sel hidup sehingga terdapat pada seluruh bagian tanaman. Nitrogen merupakan pembentuk sistem

cincin porphyrin dan menjadi bagian integral dari klorofil yang menjadi

penangkap utama energi cahaya yang dibutuhkan dalam fotosintesis. Kekurangan

nitrogen menyebabkan warna daun menjadi kuning karena kehilangan klorofil serta pertumbuhan menjadi lambat dan kerdil (Salisbury dan Ross, 1992).

Unsur nitrogen (N) yang dapat diserap oleh tanaman kedelai berkisar 22-65%

dari jumlah pupuk NPK majemuk yang diberikan (Foth, 1994). Selain itu ketersediaan unsur N dalam tanah sangat sedikit dan tidak mencukupi untuk

(7)

6

Menurut Kurniawan (2009), fosfor berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan,

merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Jika kekurangan fosfor

menyebabkan pertumbuhan kerdil, jumlah anakan sedikit, daun meruncing berwarna hijau gelap (Rauff dkk., 2000).

Kalium berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim

dan mineralisasi termasuk air dan meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit.

Menurut Ramly dalam Ekwasita (2008), tingkat efisiensi yang tinggi tercapai pada saat kondisi optimal terpenuhi, yaitu apabila tidak ada lagi kemungkinan menghasilkan jumlah produk yang sama dengan menggunaan input (pupuk) yang

lebih sedikit dan tidak ada kemungkinan menghasilkan produksi yang lebih banyak dengan menggunakan input (pupuk) yang sama.

Untuk menentukan tingkat efisiensi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menentukan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis diukur berdasarkan produksi suatu tanaman per satuan luas, sedangkan

(8)

7

Penggunaan pupuk majemuk lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran. Contoh pupuk majemuk antara lain Diamonium Phospat yang

mengandung unsur nitrogen dan fosfor dan NPK majemuk Mutiara.

1.4 Kerangka Pemikiran

Dalam usaha peningkatan hasil tanaman kedelai dibutuhkan upaya yang optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimum.

Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara

optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika di dalam tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi

tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Upaya untuk memenuhi kekurangan tersebut, salah satunya dapat

dilakukan dengan cara menerapkan pemupukan melalui pengaturan dosis.

Pemupukan adalah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui

tanah dan diserap oleh akar tanaman. Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, yang

diberikan melalui cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Pada penelitian ini

menggunakan pupuk NPK majemuk Mutiara yang memiliki kandungan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang termasuk dalam unsur hara makro yang

(9)

8

Unsur hara NPK majemuk merupakan hara yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar, di antaranya kedelai. Pada pertanaman kedelai, ada tiga

macam pupuk utama yang dikenal dan biasa digunakan petani yaitu pupuk nitrogen (N), fosfat (P), dan Kalium (K).

Namun dalam penggunaannya oleh petani pupuk tersebut tidak didasari atas ketersediaan hara di dalam tanah dan kebutuhan tanaman, sehingga sering terjadi ketidak seimbangan hara. Hal ini mengakibatkan usaha pemupukan yang

dilakukan tidak efisien dan terjadinya pemborosan dalam penggunaan pupuk.

Pada penelitian ini dicoba beberapa dosis NPK majemuk yakni 100 kg/ha, 150

kg/ha, 200 kg/ha, 250 kg/ha, 300 kg/ha. Pemberian dosis tersebut sesuai dengan kebutuhan dosis rekomendasi kebutuhan tanaman kedelai sebesar 250 kg/ha.

Pemberian pupuk NPK majemuk (16:16:16) diharapkan dapat meningkatkan

ketersediaan unsur hara makro bagi tanaman kedelai di dalam tanah yang jumlahnya masih sangat kurang sehingga dapat berpengaruh pada efisiensi

pemupukan NPK majemuk.

Pemupukan dikatakan efisien jika ketersediaan jumlah pupuk NPK majemuk dalam tanah tencukupi sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh

tanaman. Jika jumlah NPK majemuk dalam tanah meningkat maka kebutuhan tanaman akan pupuk akan tercukupi. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir

(10)

9

Pemupukan efisien akan meghasilkan hasil kedelai secara maksimal yang dapat dilihat pada variabel bobot kering berangkasan, laju pengisian biji, indeks panen,

efisiensi, dan hasil tanaman.

1.5 Hipotesis

(11)

EFISIENSI DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN HASIL KEDELAI VARIETAS GROBOGAN

Oleh

PANJI SETYO ARIZKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara dosis pupuk NPK dan bobot kering

berangkasan tanaman kedelai varietas Grobogan. ... 25 2. Hubungan antara dosis pupuk NPK dan efisiensi pupuk tanaman

kedelai varietas Grobogan. ... 26 3. Hubungan antara dosis pupuk NPK dan hasil kedelai. ... 28

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ……… v

DAFTAR GAMBAR. ………... viii

I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah. ……... 1

1.2 Tujuan Penelitian. ... 3

1.3 Landasan Teori. ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran. ... 7

1.5 Hipotesis. ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 10

2.1 Morfologi Kedelai. ... 10

2.2 Peranan Pupuk. ... 12

2.3 Efisiensi Pemupukan. ... 16

III. METODOLOGI. ... 19

3.1 Tempat dan Waktu. .……... 19

3.2 Alat dan Bahan. ... 19

3.3 Metodologi Penelitian. ... 19

3.4 Prosedur Penelitian. ... 20

3.4.1 Persiapan Lapang. ... 20

3.4.2 Pengamatan. ... 20

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 24

4.1 Hasil Penelitian. ... 24

4.1.1. Bobot kering berangkasan. ………. 24

4.1.2. Laju pengisian biji. ………. 25

4.1.3. Indeks panen. ……….. 25

4.1.4. Efisiensi pupuk NPK majemuk. ………. 26

4.1.5. Bobot 100 butir. ………. 27

4.1.6. Hasil panen. ………... 27

4.2 Pembahasan. ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 29

5.1 Kesimpulan... 29

5.2 Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA... 30

(15)

35 DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Morfologi Tanaman Kedelai. Kanisius. Jakarta. 43 hlm.

Arsyad. D.M, Mahyuddin Syam. 1995. Kedelai Sumber Pertumbuhan dan Produksi dan Teknik Budidaya. Badan Litbang Pertanian, Puslitbang, Bogor. 45 hlm.

Binkley D, Vitousek P. 1996. Soil nutrient availability. Di dalam: Pearcy RW, Heringer JRE, Mooney HA, Rundel PW, editor. Plant Physiologycal Ecologi. London: Chapman & Hall.

Budiastuti. 2000. Fotosintesis Bagian-bagian tanaman. Berdana. Jakarta. 20 hlm. Badan Pusat Statistik. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit

http://h0404055.wordpress.com/2010/04/05/. Diakses pada tanggal 20 September 2011.

Departement Pertanian. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kacang-kacangan

http://h0404055.wordpress.com/2010/04/05/. Diakses pada tanggal 20 September 2011.

Fachruddin. 2000. Tipe Bunga Kedelai. Jasaraksa. Jakarta. 24 hlm

Foth, H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 195 hlm

Francis, D.D., J.S. Scharpers, and M.F Vigil. 1993. Post-anthesis nitrogen loss from corn. Agron, J. 85:659:663.

Gordon V Johnson. 1993. Pupuk Nitrogen. Swadaya. 20 hlm.

Hadie, Jamhuri., Bambang Guritno, Husni Thamrin Sebayang, dan Eko Handayanto. 2009. Pengaruh pembubuhan pupuk NPK terhadap keragaan kacang tunggak dan

karakteristik pertumbuhan Rhizobium di lahan Lebak. Agroseintiae. No 2 vol 16.

Hakim, N., Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R Saul, M.A. Dika, G.B. Hong dan H.H. Baley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

(16)

36 Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 42 hlm.

Hernanto. 1995. Petunjuk penggunaan pupuk. (Edisi Revisi). PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ichwan, N. 2010. Cara aplikasi dan dosis pupuk NPK susulan saat berbunga dalam meningkatkan produksi kedelai. (SKRIPSI) Universitas Lampung. Bandar Lampung. 104 hlm.

Ihsan. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Kay, T.C. 1999. Growth and development of soybean root system. World Soybean Research Conference III : ( 832-847).

Kurniawan. 2009. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta 78 hlm. Lamina. 1989. Bertanam Kedelai. Yasaguna. Jakarta. 32 hlm.

Mardi. 2008. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simpex: Jakarta. 122 hlm.

Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk (Edisi Revisi) PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hlm.

Nasih. 2010. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta 74 hlm.

Novizan. 2003. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta. 114 hlm. Nurtika. 2002. Pengaruh dosis NPK kacang-kacangan. Bulletin Agronomi 9(2) ;

80-84 hlm.

Ekwasita, R. Pribadi. 2008. Efisiensi pemupukan NPK pada tanaman temulawak. Jurnal Littri 14(4). 162-170 hlm.

Rauf, Farchan M dan Winarso. 2000. Pengaruh pemupukan N susulan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Swadaya. Surabaya : 91 hlm.

Rinsema. 1998. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bogor. 87 hlm.

Salisburry, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan I, II, III. Diterjemahkan oleh D.R. Lukman dan Sumaryono dari buku Plant Physiology. Penerbit ITB. Bandung. 173 hlm.

Salisburry, F.B. dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan I, II, III. Diterjemahkan oleh D.R. Lukman dan Sumaryono dari buku Plant Physiology. Penerbit ITB. Bandung. 173 hlm.

(17)

37 Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simpex. Jakarta. 122 hlm.

Siregar, H. 2003. Nutrisi mineral pupuk. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 19 hlm. Stewart WM. 2007. Nutrient use efficiency conciderations. http://www.ppi.far.org. [26

September 2012}.

Sukiyono, 2005. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 432 hlm.

Suwandi, Firmansyah M dan Adisarwanto. 1987. Manajemen pemupukan tanaman.

http://h0404055. wordpress.com/1987/04/05/. Diakses pada tanggal 20 September 2011.

Sutedjo. 1999. Pupuk dan Pemupukan. Dwipangga. Jakarta. 64 hlm.

Tayefe, M., Akif G., Ebrahim A., and Azin N Zade. 2011. Effect Of Nitrogen Fertilizer On Nitrogen Uptake, Nitrogen Use Efficiency Of Rice. Journal Agronomy. 25-27 hlm. Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Fourth Ed.

Mac. Millan Pub. Co. Newyork. 754 pp.

Winarto, S. 2010. Kebutuhan kedelai Indonesia. Bogor. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Vol VII (2): 17-26.

Wahid. 2003. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bogor. 87 hlm.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Kedelai

Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros berakhir

dengan epikotil yang amat pendek dan hipokotil merupakan bagian batang kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotiledon adalah epikotil.

Titik tumbuh epikotil akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan tinggi 30–100 cm.

Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan indeterminate (Lamina,

1989).

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning–kuningan. Bentuk daun ada

yang oval juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung dari varietas masing–masing. Pada saat tanaman kedelai sudah tua, daun–

(19)

11

Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada fotosintat berupa gula reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai sumber energi untuk tanaman

(akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau organ penimbun lain (sink).

Hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian vegetatif sebagian dimobilisasikan

ke bagian generatif (polong). Hasil fotosintesis di bagian generatif tersimpan dalam bobot kering biji tanaman (Budiastuti, 2000).

Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna yaitu dalam satu bunga terdapat alat

kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di

Indonesia, tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari (Fachruddin, 2000).

Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar 6 –

30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji), dan biji besar (13 g atau lebih/100 biji).

Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat, dan hitam (Fachruddin, 2000).

Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (testa) dan tidak

mengandung jaringan endosperm. Embrio terbentuk di antara keping biji. Bentuk

(20)

12

Suatu pigmen merah yang disebut leghemoglobin dijumpai dalam bintil akar antara bekteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah

leghemoglobin dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Bintil akar efektif mampu menfiksasi N dari udara dan

mengkonversi N menjadi asam amino untuk disumbangkan kepada tanaman kedelai (Rao, 1994).

2.2 Peranan Pupuk

Pupuk buatan atau pupuk anorganik dapat berupa pupuk tunggal atau pupuk

majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur saja. Misalnya, Urea hanya mengandung hara nitrogen (N). SP-36 hanya

mengandung fosfor (P), dan juga mengandung sulfur (S) serta KCl sebagai

sumber kalium (K).

Peran pupuk sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk

mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen , fosfor, dan kalium sebagai unsur makro. Unsur mikro seperti sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah

sedikit (mikronutrien).

Pupuk mejemuk NPK adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur

hara yaitu N, P, dan K. Ditinjau dari peran dan fungsi hara antara pupuk tunggal dan pupuk majemuk tidak berbeda, namun yang perlu diperhatikan adalah

(21)

13

Pupuk NPK sering disebut sebagai pupuk majemuk lengkap atau complette fertilizer (Sutejo, 1999). Umumnya pembuatan pupuk majemuk adalah dengan

mencampurkan unsur-unsur bahan pupuk. Suatu sifat yang tidak menyenangkan dari pupuk majemuk adalah sifatnya yang mudah menggumpal dan mengeras

sebelum digunakan.

Pupuk dibuat dengan membentuk pelet. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk NPK mengandung senyawa ammonium nitrat

(NH4NO3), ammonium fosfat (NH4H2PO4), dan kalium (KCl). Kandungan unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka

tertentu (Hakim dkk., 1986).

NPK Mutiara adalah pupuk NPK produk BASF dengan kadar 16-16-16. Pupuk ini berbentuk butiran berwarna abu-abu dan agak higroskopis. Dalam

pemasarannya pupuk ini dikemas dalam ukuran 1 kg dan 5 kg. Pupuk yang diimpor dari Norwegia ini termasuk diminati banyak orang (Marsono, 2004).

Pada umumnya pupuk majemuk NPK diberikan langsung dengan cara ditaburkan atau ditempatkan di dalam lubang (tugal) tanpa dilarutkan terlebih dahulu. Jika

menggunakan pupuk tunggal, dosis pemupukan yang dianjurkan pada tanaman kedelai adalah Urea 75-100 (kg/ha), KCl 100 (kg/ha), SP-36 100 (kg/ha) dengan waktu aplikasi pemupukan sebagai berikut: SP-36 + ½ bagian Urea dan KCl

diberikan pada saat tanam, ½ bagian Urea diberikan pada umur 1 bulan. Jika menggunakan pupuk majemuk ½ bagian dari dosis 250 kg NPK/ha diberikan pada saat awal tanam, ½ bagian diberikan pada 30 HST (Departemen Pertanian,

(22)

14

Fungsi pupuk nitrogen menurut Kurniawan (2009) yaitu untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ)

tanaman itu sendiri, untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman dan merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau).

Menurut Rauf dkk. (2000), kelebihan unsur N menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), mudah rebah, menurunkan kualitas bulir, peka terhadap serangan hama/penyakit sedangkan bila kekurangan unsur N

menyebabkan pertumbuhannya kerdil, daun tampak kekuning-kuningan, sistem perakaran terbatas.

Nitrogen (N) ialah hara penting yang berperan dalam sintesis asam amino penyusun protein struktural dan enzim (Tisdale dkk., 1985). Nitrogen adalah suatu unsur yang paling banyak dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman dan

merupakan penyusun setiap sel hidup sehingga terdapat pada seluruh bagian tanaman.

Nitrogen merupakan pembentuk sistem cincin porphyrin dan menjadi bagian integral dari klorofil yang menjadi penangkap utama energi cahaya yang

dibutuhkan dalam fotosintesis.

Menurut Kurniawan (2009), fosfor brfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan,

merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Jika kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan kerdil, jumlah anakan sedikit, daun meruncing

(23)

15

Fosfor (P) diserap tanaman dalam bentuk ion fosfat (H2PO4- ). Fungsi unsur fosfor merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan, mempercepat masa panen (Copeland dan McDonald, 2001). Fosfor merupakan bagian essensial dan banyak gula fosfat yang berperan dalam

nukleotida, seperti RNA dan DNA, serta bagian dari fosfolipid pada membran. Fosfor mempunyai peran dalam reaksi-reaksi respirasi dan fase gelap fotosintesis. Fosfor juga penting dalam metabolisme energi, karena keberadaanya dalam ATP,

ADP, AMP, dan pirofosfat (Salisbury dan Ross, 1995).

Pada tanaman, fosfor dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan

perakaran. Pengaruh fosfor pada produksi yaitu dapat meningkatkan hasil, bobot kering tanaman, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil, serta mempercepat masa pematangan. Fosfor mempertinggi daya resistensi terhadap serangan penyakit

utama terutama cendawan (Hakim dkk., 1986).

Kalium berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim

dan mineralisasi termasuk air dan meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit.

Jika kekurangan kalium menyebabkan pertumbuhan kerdil, daun kelihatan kering, dan terbakar pada sisi-sisinya, menghambat pembentukan hidrat arang pada biji, permukaan daun memperlihatkan gejala klorosis yang tidak merata, munculnya

bercak cokelat seperti mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap sedangkan kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai

(24)

16

Unsur kalium dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar yakni terbesar kedua setelah nitrogen. Kalium dalam tanaman tidak menjadi komponen struktur dalam

senyawa organik, namun mutlak dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi (Salisbury dan Ross, 1995). Di dalam tanaman kalium

sangat mobil dan ditransportasikan kesemua jaringan muda.

Peran lain K dalam tanaman terjadi pada sel-sel khusus tanaman yang disebut sel penjaga yang berada di sekitar stomata. Turgor sel penjaga mengatur tingkat

pembukaan stomata dan dengan demikian juga mengatur pertukaran gas dan uap melalui stomata. Turgor sebagian besar diatur oleh pergerakan keluar masuk K di

dalam sel-sel penjaga.

2.2 Efisiensi Pemupukan

Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan jumlah unsur hara yang diserap

tanaman dari tiap satuan jumlah unsur hara itu yang ditambahkan. Oleh karena fungsi fisiologis dan kelakuan kimiawi tiap unsur hara berbeda maka efisiensinya berbeda pula. Unsur hara mikro selalu mempunyai efisiensi pemupukan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara makro jika ditaksir dengan cara yang pertama.

Efisiensi Penggunaan Hara atau Nutrient Use Efficiency (NUE) juga merupakan

(25)

17

seberapa baik tanaman menggunakan hara dalam tanah untuk menghasilkan biomassanya. Nilai NUE yang tinggi mengindikasikan jumlah biomassa yang

diproduksi per unit hara juga menunjukkan nilai yang tinggi (Binkley dan Vitousek 1996).

Pada tanaman yang hasil panennya berupa bagian vegetatif (sayuran), unsur hara yang terutama yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif (N) tentu

mempunyai efisiensi pemupukan lebih tinggi daripada yang terutama diperlukan

untuk perkembangan generatif (P) yang tidak tercakup dalam biomassa berguna.

Dalam keadaan lingkungan kimiawi optimum, interaksi antara tanah dan unsur

hara berbeda-beda tergantung dari macam unsur hara. Efisiensi pemupukan suatu unsur hara berubah menurut umur tanaman (kelakuan fisiologis). Kelakuan

fisiologis tanaman juga dipengaruhi oleh cuaca, musim dan suhu.

Efisiensi pemakaian pupuk N di lahan padi sawah dapat dimaksimalkan dengan menanam varietas unggul yang tanggap terhadap pemberian N serta memperbaiki

teknik budidaya, yang mencakup pengaturan kepadatan tanaman, pengairan yang tepat serta pemberian pupuk N secara tepat, baik dosis, cara dan waktu pemberian.

Umumnya petani memberikan pupuk dengan takaran tinggi, melebihi kebutuhan tanaman, sehingga menye-babkan pemborosan dan pencemaran lingkungan. Pengaturan waktu pemberian pupuk N yang tepat selama musim tanam dapat

diperbaiki dengan cara mempelajari status nutrisi N tanaman menggunakan petunjuk Leaf Color Chart (LCC) atau Bagan Warna Daun (BWD) (Wahid,

(26)

18

Untuk mengukur efisiensi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

Serapan hara P diukur dengan cara (Ihsan, 2003) :

Serapan hara P =

Bationo (1986). Indeks Efisiensi P

Indeks Efisiensi P =

Siregar, H (2003) efisiensi N dapat diukur dengan cara :

EFN

Efisiensi agronomis pupuk N :

EAN =

Efisiensi merupakan nisbah antara hara yang dapat diserap tanaman dengan hara

yang diberikan. Makin banyak hara yang dapat diserap dari pupuk yang diberikan tersebut, maka nilai efisiensi penyerapan semakin tinggi.

Nilai efisiensi serapan hara secara umum adalah untuk N = 40-60% , P = 15-20% dan K = 40-60%. Hara yang tidak dapat diserap oleh tanaman dapat disebabkan hilang karena terlindi, menguap, terbawa air limpasan dan erosi, tersemat, diambil

(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011-Januari 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Varietas

Grobogan, Pupuk Majemuk Mutiara (16:16:16), insektisida Furadan 3G, Dithane,

dan Decis.

Alat-alat yang digunakan adalah sprayer punggung volume 15 liter, cangkul, tali

rafia, meteran, timbangan, label pengamatan, gembor, plastik, cutter, dan alat-alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara tunggal terstruktur bertingkat dalam rancangan kelompok teracak sempurna yang diulang 3 kali.

Perlakuan terdiri dari 5 taraf dosis pupuk NPK yaitu 100 kg/ha (P1), 150 kg/ha (P2), 200 kg/ha (P3), 250 kg/ha (P4), 300 kg/ha (P5). Homogenitas ragam

(28)

20

Uji Tukey. Jika asumsi analisis ragam terpenuhi, data dianalisis ragam pada taraf uji 0,05% dan pemisahan nilai tengah diuji dengan uji perbandingan ortogonal

polinomial (Tabel 21).

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Sebelum penanaman, dilakukan olah tanah sempurna sebanyak dua kali olah tanah. Selang waktu olah tanah pertama dan kedua yaitu satu minggu hingga tanah dianggap cukup homogen. Tanah diratakan lalu dibuat petak percobaan

berukuran 1x2 m sebanyak 15 petak sedangkan jarak antarkelompok 100 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 x 30 cm. Jumlah benih yang ditanam 2

butir/lubang. Petak percobaan dapat dilihat pada Gambar 3 (Lampiran, hlm. 38). Penanaman dilakukan setelah lahan diolah secara sempurna dan telah dibuat petak-petak perlakuan. Insektisida Furadan 3G diberikan bersamaan dengan

pembenaman benih.

Pupuk majemuk Mutiara (16:16:16) diberikan dengan metode larikan sesuai

dengan dosis masing-masing perlakuan. Pupuk ditaburkan pada larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pupuk diberikan sebanyak dua kali,

pemupukan I diberikan pada 1 minggu setelah tanam, pemupukan II diberikan pada 2 minggu setelah tanam.

Penyiangan gulma dilaksanakan secara manual menggunakan cangkul dan koret

(29)

21

Fungisida Dithane M-45 yang disemprot setiap minggu atau tergantung dari intensitas serangan sampai tanaman menjelang panen.

3.5 Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman, dan produksi yang dihasilkan.

Variabel yang diamati meliputi:

(a) Bobot kering tanaman.

Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis yang berintegrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Pengukuran bobot kering tanaman dilakukan pada

saat 14 Minggu Setelah Tanam (MST). Bobot kering berangkasan didapat dengan cara menjemur 2 sampel berangkasan tanaman yang dicabut di

bawah cahaya matahari langsung selama 3 hari, kemudian setelah dijemur di bawah cahaya berangkasan di keringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 70˚C selama 3 hari.

(b) Laju pengisian biji (g/hari)

Laju pengisian biji diketahui dengan cara menghitung bobot kering biji

pada minggu ke-14 dan ke-12 setelah tanam.

Laju pengisian biji = bobot biji 14 MST – bobot biji 12 MST

(30)

22

(c) Indeks panen

Untuk mengetahui indeks panen dilakukan dengan cara menimbang bobot

kering biji (kA = 12%) dibagi dengan bobot kering brangkasan ditambah dengan bobot kering biji setiap sampel pada saat tanam.

Indeks Panen = Bobot biji kering

Bobot kering berangkasan + bobot biji kering

(d) Efisiensi

Efisiensi pupuk NPK diukur dari jumlah bobot kering biji dikurangi dengan bobot kering biji kontrol dibagi jumlah pupuk urea yang diberikan.

(e) Bobot 100 butir (g)

Bobot 100 butir ditentukan dengan cara menimbang 100 butir biji kedelai.

Seratus butir biji kedelai diperoleh secara acak menggunakan alat pembagi tepat. Setelah diperoleh dengan alat pembagi tepat maka kemudian bobot 100 butir dikonversi pada kadar air 12%.

(f) Hasil Kedelai (t/ha)

Hasil produksi diketahui dengan cara menimbang biji kedelai per petak

percobaan (1x2) m², kemudian dikonversikan dalam hektar pada kadar air

(31)

23

Sebagai data penunjang dilakukan analisis tanah sebelum dan sesudah penelitian, analisis dilakukan di Laboratorium BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)

[image:31.595.112.511.215.386.2]

Natar, Lampung.

Tabel 1. Hasil analisis tanah.

Contoh tanah Hasil analisis

pH %N Kriteria P-Potensial Kriteria K-Potensial Kriteria

Tanah awal 5,91 0,17 Rendah 41,8 Tinggi 34,97 Sedang

Setelah penelitian

p0 - 0,15 Rendah 38,18 Tinggi 32,95 Tinggi

p1 - 0,18 Rendah 42,87 Tinggi 44,6 Tinggi

p2 - 0,19 Rendah 48,22 Tinggi 45,78 Tinggi

p3 - 0,19 Rendah 49,69 Tinggi 46,21 Tinggi

p4 - 0,20 Rendah 54,91 Tinggi 48,13 Tinggi

p5 - 0,22 Sedang 64,28 Tinggi 48,13 Tinggi

Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung (Laboratorium Teknis Natar) 2012. Kriteria dibandingkan dengan penilaian sifat kimia tanah

(32)

SANWACANA

Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Efisiensi Dosis Pupuk NPK

Majemuk Dalam Meningkatkan Hasil Kedelai Varietas Grobogan”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis ingin menyampaikan kepada berbagai pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Ibu Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bantuan dana dalam penelitian ini serta sudah mau berkenan untuk mendidik, memberikan arahan, nasihat dan kesabarannya kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi penulis.

2. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bantuan dana dalam

penelitian ini serta sudah mau berkenan untuk memberikan semangat, arahan,

(33)

3. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung sekaligus Dosen Penguji Bukan Pembimbing atas saran dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

5. Keluarga besar yaitu alm bapak dan emak tersayang, Sri Haryani, Sugiharto Wibisono, Destri Waryuni, Suprianto Warmono, Sandi Apriandi, Septi

Yuliantini, Yandri Rubiantini, Rizki Okta Prahara, Junita Anugerah Suzanna, semua keponakan, sepupu, dan cucu kecilku terima kasih atas doa, dukungan,

semangat, dan kasih sayang yang diberikan.

6. Sahabat-sahabat Arif Aditya S.P., Aris Faisal Pratama S.P., Dwi Apri Kusnendar S.P., Satrio Tri Handono S.P., Syamsu Ardhona S.P., M. Iman

Alzy K, S.P., Rizki Hidayat S.P., Mutiara Wijayanti S.P., Sevy Virgundari S.P., Yuktika S.P., Reni Mitha Sari S.P., Rindang Andam Suri S.P. Terima kasih atas semangat, dukungan, doa, dan kerjasamanya. Asep Suryana S.P.,

dan Parmitha Shari S.P., selaku sahabat satu penelitian terima kasih atas kebersamaannya selama ini, dan atas semangat yang kita lalui bersama.

7. Seluruh keluarga besar Jurusan Agroteknologi 2007-2012 terimakasih atas kehangatan persahabatannya dan keluarga besar FORMATIN FP terimakasih atas keceriannya.

Bandar Lampung, 23 Januari 2013

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 14 Januari 1988. Penulis adalah anak ke sembilan dari

sepuluh bersaudara dari pasangan alm. Bapak Darsono dan Ibu Ngatiyem.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di Tunas Harapan

Departement Agama Islam Kelapa Tujuh, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara pada tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke sekolah dasar di

SDN 06 Kelapa Tujuh, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2000/2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di MTsN

02 Rejosari, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2003/2004. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN

01 Tanjung Aman, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2006/2007. Pada tahun 2008/2009, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi setara Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Penulis melaksanakan praktik umum di Kebun Pembibitan Dinas Tata Kota

(35)

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan keorganisasian Persatuan

Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-Agt) pada tahun 2009-2010 sebagai anggota bidang external. Penulis juga aktif di Paduan Suara Mahasiswa Unila (PSM)

2008-2010. Pada tahun 2009 penulis menjadi Ketua Pelaksana Musyawarah Besar Agroteknologi, pada tahun yang sama penulis menjadi Ketua Pelaksana Fieldtrip Mahasiswa Agroteknologi 2008, dan pada tahun 2009 penulis terpilih

sebagai Ketua Pelaksana Malam Keakraban Mahasiswa Agrotekologi 2009. Pada tahun 2011/2012 penulis terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Mahasiswa

Agroteknologi (PERMA-AGT), dan di tahun yang sama penulis terpilih sebagai Ketua Gerakan Mahasiswa Peduli Lingkungan (GMPL) Universitas Lampung

2011/2012.

Penulis juga dipercaya sebagai asisten dosen pada praktikum Teknologi Pertanian Organik (2009/2010), Produksi Tanaman Sayur (2009/2010), Produksi Tanaman

Buah (2009/2010), Kesuburan Tanah (2010/2011), Fisiologi Tumbuhan (2010/2011) dan (2011/2012), Teknologi Benih (2010/2011), dan Penyakit

Penting Tanaman (2011/2012).

Penulis juga pernah menjadi Tim Pengawas Ujian Nasional SMP Xaverius di Rumbia kabupaten Metro pada tahun 2009/2010. Penulis juga terpilih sebagai

(36)

Rasa syukur selalu hamba tujukan kepada ALLAH subhanahu wa ta”la

Saya persembahkan karyaku ini untuk (Alm) Bapakku Darsono dan Emakku Ngatiyem,

kakak-kakakku Sri Haryani, Sugiharto Wibisono, Supriyanto Warmono, Destri Waryuni, Sandi Apriandi, Septi Yuliantini, Yandri Rubiantini, Rizki Okta Prahara, Adikku Junita

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan pupuk NPK majemuk 1 kg/ha justru akan menurunkan efisiensi sebesar 0,029. Pemberian dosis 100 kg/ha sampai dengan 300 kg/ha menunjukkan

hasil yang tidak berbeda pada variabel indeks panen, laju pengisian biji, dan bobot 100 butir sedangkan pemberian dosis 100 kg/ha sampai dengan 300 kg/ha NPK

majemuk meningkatkan hasil kedelai secara linear.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan agar menggunakan kontrol sebagai perlakuan dan pengukuran laju pengisian biji

Gambar

Tabel 1.  Hasil analisis tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa di SMK Unggulan NU Mojoagung Jombang. Jenis penelitian ini

Tujuan dari penelitian ini adalah membantu para pengguna atau pemilik kendaraan roda empat atau mobil dalam perawatan dan perbaikan ringan kendaraan mereka tanpa

Faktor Penghambat yang menjadi kendala dalam meningkatkan wisata budaya di Pampang adalah terdapat perbedaan pola pikir masyarakat yang masih berpola lama

Program Perencanaan Tata Ruang merupakan program yang bertujuan agar tata ruang Kota Lubuklinggau terencana dengan baik.. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban BAPPEDA

Dalam penyampaian informasi tentang implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang pemerintah daerah menggunakan cara sosialisasi yang dilakukan di

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka disimpulkan, bahwa perlakuan asam sulfat dapat mematahkan dormansi benih pala

Kelas kuliah terintegrasi dikandung maksud ada- lah ruang kelas perkuliahan ataupun kegiatan perku- liahan yang memiliki koneksi dengan pihak luar un- tuk mendapatkan materi

Dari hasil perhitungan rata – rata nilai TCR resistor dapat disimpulkan bahwa semakin besar semakin besar Rs ( Resistivity Sheet ) semakin kecil nilai TCR dan