• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI, MOTIVASI DAN PERILAKU MASYARAKAT

SEKITAR HUTAN DALAM PENGELOLAAN

KAWASAN HUTAN

(Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari Di

Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ARIEF JUNIARTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) adalah benar hasil karya saya dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang akan diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(4)

ABSTRAK

ARIEF JUNIARTO. Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh BRAMASTO NUGROHO.

Keberadaan hutan bagi masyarakat lokal sekitar hutan mempunyai nilai manfaat ekonomis, ekologis dan sosial. Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu hal penting dalam menjaga kelestarian hutan. Penelitian ini mengkaji persepsi, motivasi dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola hutan. Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur (kuisioner) dengan pengambilan responden secara purposive sampling, observasi dan studi pustaka. Tingkat persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan di Desa Gunung Sari tergolong baik, sedangkan persepsi masyarakat terhadap nilai fungsi ekonomi hutan sebagai sumber kayu dan tambahan pendapatan bagi rumah tangga masih rendah. Selanjutnya, motivasi terbesar (35.48%) dalam mengelola hutan berdasar hirarki kebutuhan Maslow (1943) adalah kebutuhan rasa aman (safety needs) sedangkan motivasi tingkah laku menurut teori Gerungan (1967) terbesar adalah motif bergabung sebesar 32.26%. Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan ditunjukkan melalui memanfaatkan sumber air dengan baik, melakukan penanaman tanaman kehutanan, dan tidak mengkonversi lahan kawasan hutan. Kata kunci : masyarakat lokal, motivasi, perilaku, persepsi

ABSTRACT

ARIEF JUNIARTO. Perception, Motivation and Behavior of Community around the Forest in Forest Management (In the case of Forest Areas around Gunung Sari village in District Pamijahan, Bogor Regency). Supervised by BRAMASTO NUGROHO.

The existence of forests to local communities surrounding the forest area gives economic, ecological, and social benefits. Empowering communities is the one of the important thing to preserve forests. The study assess the perceptions, motivations and behavior in using and managing forests. The method has been used was a structured interview (questionnaire) by taking a purposive sampling respondents, observation and literary study. The level of public perception for the existence of forest in the village of Gunung Sari is relatively good, whereas the public perception of the value of the economic functions of forests as sources of timber and additional income for poor households. Furthermore, the biggest motivation (35.48%) to manage forests based on the theory of Maslow (1943) was due to the need of security (safety needs), while the biggest behavior motivation based on the theory of Gerungan (1967) was group motif with a percentage of 32.26%. Behavior of people who used and managed the forest have been shown by utilizing water resources well, planted of forest trees, and didn’t convert land of the forest.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PERSEPSI, MOTIVASI DAN PERILAKU MASYARAKAT

SEKITAR HUTAN DALAM PENGELOLAAN

KAWASAN HUTAN

(Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari Di

Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

Nama : Arief Juniarto NIM : E14070054

Disetujui oleh

Dr Ir Bramasto Nugroho, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Didik Suharjito, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan September 2012 hingga Oktober 2012. Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari Di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Bramasto Nugroho, MS atas kesabarannya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan penulis kepada Kepala dan Sekretaris Desa Gunung Sari, Kepala Resort II Taman Nasional Gunung Halimun, Bapak H Daden selaku tokoh masyarakat dan ketua RW, dan semua tokoh masyarakat yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga tak lupa disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga dan sahabat seperjuangan atas doa dan perhatiannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

Perilaku dan Nilai Manfaat Hutan

2

Kaitan antara Motivasi dengan Persepsi terhadap Keberadaan Hutan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang dikumpulkan

2 Pemanfaatan lahan Desa Gunung Sari 3 Sarana pendidikan di Desa Gunung Sari 4 Sebaran umur responden

5 Tingkat pendidikan responden

6 Jumlah tanggungan keluarga responden 7 Jenis pekerjaan utama responden

8 Tingkat pendapatan rata-rata per bulan responden 9 Lama tinggal responden

10Jarak antara tegakan hutan dengan lokasi rumah responden 11Tingkat persepsi responden Desa Gunung Sari

12Peubah yang diduga mempengaruhi persepsi 13Frekuensi memasuki kawasan hutan

7

3 Motivasi berdasar teori Gerungan 4 Motivasi berdasar teori Maslow

5 Perilaku masyarakat yang memanfaatkan kayu 6 Intensitas pemanfaatan kayu bakar

7 Perilaku menjaga keindahan dan kesejukan kawasan hutan

8 Perilaku menjaga hutan sebagai fungsi pengendali banjir dan erosi

4

1 Uji Chi-Square hubungan antara peubah umur dan anggota keluarga dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

2 Uji Chi-Square hubungan antara peubah anggota keluarga dan pendidikan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

3 Uji Chi-Square hubungan antara peubah pekerjaan utama dan pendapatan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

4 Uji Chi-Square hubungan antara peubah pendapatan dan lama tinggal dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang bermanfaat bagi satwa dan manusia. Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Sumber bahan pangan, papan, bahan bakar hingga sumber pendapatan merupakan manfaat yang langsung dinikmati oleh masyarakat, sedangkan manfaat tidak langsung di antaranya adalah pengatur sistem tata air, kontrol pola iklim, pelestarian plasma nutfah dan pusat pendidikan dan penelitian.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 124 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%/tahun, sedangkan tingkat penyebaran penduduk di pulau Jawa yang luasnya 6.8% dari luas total wilayah Indonesia dihuni oleh 57.5% dari total penduduk Indonesia. Penyebaran penduduk di pulau Jawa menempati peringkat pertama. Laju pertumbuhan penduduk di pulau Jawa tahun 1990-2010 sebesar 1.29%/tahun. Ini menunjukkan pertumbuhan dan pertambahan penduduk di pulau Jawa semakin besar, sehingga kebutuhan masyarakat untuk hidup otomatis ikut bertambah. Di sisi lain luasan hutan di pulau Jawa semakin menurun, sehingga manfaat hutan semakin kecil dinikmati oleh masyarakat. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi perhatian serius dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Optimalnya kelestarian hutan tidak hanya menjadi tanggung jawab pengelola kawasan hutan. Pelibatan masyarakat juga menjadi faktor penting terjaganya kelestarian hutan. Masyarakat sekitar hutan mempunyai andil yang besar dalam menentukan kelestarian hutan. Persepsi yang baik terhadap keberadaan hutan oleh masyarakat akan mendukung terciptanya rasa tanggung jawab atas keberadaan hutan. Diharapkan dengan terbangunnya persepsi yang baik terhadap keberadaan hutan maka akan menimbulkan perilaku masyarakat yang baik pula dalam melestarikan hutan. Dengan demikian perlu dilakukan kajian dan telaah persepsi terhadap keberadaan hutan, motivasi dalam menjaga kelestarian hutan dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan serta mengelola kelestarian hutan.

Perumusan Masalah

Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di pulau Jawa semakin meningkat. Masyarakat berupaya memenuhi kebutuhannya masing-masing. Pemenuhan kebutuhan ini tidak lepas dari pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat sekitar hutan. Populasi manusia yang semakin bertambah perlu didukung dengan pelestarian sumber daya hutan, sehingga manfaat hutan bisa didapatkan pada masa kini dan masa datang.

(12)

2

(perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi baik yang dibangun oleh masyarakat menentukan bagaimana masyarakat mengelola sumber daya hutan dengan baik pula (Satiadarma 2001).

Hubungan timbal balik yang bersifat mutualisme antara hutan dengan masyarakat mampu menjadi pilar kelestarian sumber daya hutan. Namun, implementasi hubungan ini belum tentu berjalan baik. Dari uraian permasalahan di atas, pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kawasan hutan?

2. Bagaimana perilaku masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan hutan dan mengelola kawasan hutan?

3. Bagaimana motivasi masyarakat sekitar hutan dalam menjaga kelestarian hutan?

Tujuan

Adapun tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, untuk mengetahui perilaku masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan hutan dan melestarikan hutan serta mengetahui motivasi masyarakat sekitar hutan dalam menjaga kelestarian hutan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi ilmu pengetahuan dan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan, motivasi dalam menjaga kelestarian hutan dan perilaku masyarakat lokal dalam memanfaatkan hutan dan menjaga kelestarian kawasan hutan di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Persepsi

Pengertian Persepsi

(13)

3 seseorang. Menurut Sudrajat (2003), persepsi merupakan produk dari proses psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimulus yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Oleh sebab itu, cara pandang sebuah masyarakat terhadap manfaat sumber daya hutan akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam mengambil manfaat sumber daya hutan tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Dari beberapa pendapat di atas mengenai persepsi dapat diketahui bahwa proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indra pada proses melihat, merasakan, mencium aroma, mendengar dan meraba. Faktor internal tersebut antara lain : umur, jenis kelamin, latar belakang, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, asal dan status penduduk, tempat tinggal, status ekonomi dan waktu luang. Faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial, yang kemudian menghasilkan suatu respon dalam bentuk suatu tindakan (Porteous 1977 dalam Catur 2005).

Motivasi

Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti “dorongan” atau “daya penggerak”. Motivasi mengacu pada dorongan atau usaha untuk mencapai kebutuhan atau suatu tujuan (Malayu 2003). Motivasi merupakan proses yang memberikan semangat, arah, dan kegigihan berperilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Menurut Santrock (2008) motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk melakukan sesuatu guna mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ini sering dipengaruhi insentif eksternal yaitu imbalan dan hukuman. Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Misalnya, seorang murid belajar suatu mata pelajaran karena murid tersebut suka dengan pelajaran tersebut.

Gerungan (1967) mengemukakan bahwa motif manusia memberikan arah kepada tingkah laku. Kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek mempunyai motif tersendiri. Adapun kategori motif tersebut adalah :

1. Motif Tunggal dan Motif Bergabung. Motif tunggal terlihat ketika individu hanya untuk membantu pengelolaan sumber daya alam secara mandiri. Jika seseorang menjadi anggota lembaga memungkinkan motif yang ada bergabung. Selain itu, individu mendapatkan dukungan dari kelompok kerja. 2. Motif Biogenetis. Motif ini merupakan motif-motif yang berasal dari

kebutuhan biologis manusia. Contoh motif ini untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

(14)

4

berkembang. Contoh motif ini dapat dilihat adanya keinginan masyarakat untuk bergotong-royong.

4. Motif Teogenetis. Motif ini berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan-Nya seperti dalam ibadah-ibadah. Adanya keinginan merealisasikan norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci.

Selanjutnya, menurut Abraham Maslow (1943) dalam Atkinson et al. (1983), perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhannya dapat dibagi menjadi lima jenjang yaitu :

1. Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological needs)

Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia.

2. Kebutuhan rasa aman (Safety needs)

Manifestasi kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil dan pensiun serta jaminan hari tua.

3. Kebutuhan sosial (Social needs)

Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation).

4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs)

Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya 5. Kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation)

Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja.

Teori Maslow mengenai motivasi didasarkan kepada adanya tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya dorong dalam istilah Maslow “prepotency” berarti bahwa apabila semua tingkat kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat pangan, papan dan sandang (kebutuhan fisiologis) merupakan kebutuhan paling dominan (Gambar 1). Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow disajikan pada Gambar 1.

(15)

5 Perilaku dan Nilai Manfaat Hutan

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan (Depdikbud 1988). Sumardi (1997) menyatakan bahwa perilaku seseorang terhadap keberadaan suatu objek, dalam hal ini sumberdaya hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu baik dari dalam maupun dari luar. Faktor individu meliputi keadaan seseorang terdiri dari status sosial, ekonomi, dan budaya. Sedangkan yang berasal dari faktor luar meliputi segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang mampu mempengaruhi seseorang untuk berperan terhadap suatu kegiatan tertentu, seperti masyarakat dan kebijakan pemerintah.

James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :

1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik, dan ekowisata.

2. Nilai fungsi (function value), yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan seperti: pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, dan habitat satwa.

3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan dari penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu menyangkut budaya masyarakat.

METODOLOGI

Kerangka Penelitian

Keberadaan kawasan hutan memberikan nilai manfaat (barang dan jasa) bagi masyarakat lokal di sekitar hutan. Begitu pula nilai manfaat kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, di wilayah Gunung Sari terhadap masyarakat Desa Gunung Sari. Persepsi yang baik dari masyarakat terhadap kawasan hutan ditimbulkan dari arus informasi, pengetahuan, dan pengalaman masyarakat terhadap keberadaaan hutan. Persepsi yang baik masyarakat akan membawa dampak positif sikap masyarakat dalam memanfaatkan keberadaan hutan. Persepsi yang ingin dikaji adalah pentingnya keberadaan hutan, manfaat sosial hutan, manfaat ekonomi, dan manfaat ekologi hutan terhadap masyarakat (Gambar 2).

(16)

6

hutan dalam bertindak sangat berpengaruh pada kondisi hutan baik secara fisik maupun non fisik. Perilaku yang dikaji dalam penelitian ini adalah perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan berupa hasil hutan yang dimanfaatkan secara langsung dan tindakan untuk menjaga kelestarian hutan (Gambar 2). Kerangka penelitian ditampilkan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan September – Oktober 2012 di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Sari termasuk perkampungan yang berada di sekitar dan sebagian arealnya masuk di dalam hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kamera digital, alat rekam, alat tulis, dan buku catatan serta program Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistics.

Prosedur Penelitian

Penentuan Responden

Penentuan responden sebagai unit contoh melalui metode purposive sampling. Data responden dari masyarakat sekitar hutan yang diambil berjumlah 33 orang. Selain responden, untuk pengayaan informasi diperoleh dari informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Ketua RW, Ketua RT, tokoh-tohoh

Motivasi

Persepsi Perilaku

 Memanfaatkan

hasil hutan (kayu, air, hasil hutan lainnya)

 Menjaga

kelestarian hutan Teori

Gerungan n

 Pentingnya keberadaan hutan

 Manfaat sosial hutan

 Manfaat ekonomi hutan

 Manfaat ekologi hutan

(17)

7 masyarakat dan Kepala Desa serta tokoh-tokoh lainnya yang dapat memperkaya informasi yang dibutuhkan.

Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder berupa kondisi umum fisik daerah penelitian dari hasil data yang didapatkan dari kantor Desa Gunung Sari dan Kecamatan Pamijahan. Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan

No. Variabel Indikator Metode

2. Persepsi 1. Manfaat sosial hutan 2. Manfaat ekonomi

3. Motivasi Motivasi dalam menjaga kelestarian hutan

Wawancara dan

observasi

Responden

4 Perilaku Perilaku dalam

memanfaatkan hutan dan Kegiatan pengumpulan data-data menggunakan metode :

1. Wawancara (interview)

(18)

8

2. Pengamatan (observation)

Pengamatan dilakukan untuk memverifikasi kesesuaian antar informasi yang diberikan dengan aktivitas yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan di kantor desa dan di kantor Resort Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Kantor Desa Gunung Sari untuk mengetahui dokumen atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.

Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dengan mengetahui frekuensi dan persentase data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan dan menjelaskan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan hutan baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjelaskan motivasi masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan serta menjelaskan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan kawasan hutan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pemanfaatan hutan dengan metode uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Luas Desa Penelitian

Desa Gunung Sari adalah salah satu desa di Kecamatan Pamijahan yang mempunyai luas wilayah 683.240 ha. Batas-batas administratif pemerintah Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pamijahan 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Picung 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciasihan

Topografi dan Curah Hujan

(19)

9 Pemanfatan Lahan Desa

Pada umumnya pemanfaatan lahan yang terdapat di desa digunakan secara penuh untuk sawah sebesar 3.4923x 105 ha atau sekitar 60.54% dari seluruh areal dan digunakan untuk kebutuhan yang lainnya sebesar 165.2 ha (Tabel 2).

Tabel 2 Pemanfaatan lahan Desa Gunung Sari

Pemanfaatan lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Rumah dan pekarangan 44.03 7.63

Sawah 349.23 60.54

Fasilitas umum 17.95 3.11

Fasilitas social 0.50 0.09

Lain-lain 165.12 28.63

Total 576.83 100

Sarana dan Prasarana

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Gunung Sari berjumlah 16 unit sekolah mulai dari tingkat TK hingga SLTA/SMK. Sarana tersebut tersebar di Desa Gunung Sari (Tabel 3). Data jumlah sarana pendidikan disajikan pada Tabel 3. Selain itu, berbagai sarana dan prasarana pelayanan publik juga dapat ditemukan di Desa Gunung Sari yaitu Bank 1 unit, pasar 1 unit, BUMDES 2 unit, dan industri rumah tangga 2 unit, serta perusahaan kecil 3 unit.

Tabel 3 Sarana pendidikan di Desa Gunung Sari

Uraian Jumlah

TK/PAUD/RA 5

SD 4

MI 2

SLTP/MTs 2

SLTA/SMK 3

Total 16

Status dan Sejarah Kawasan hutan

Kawasan Hutan Gunung Salak awalnya merupakan kawasan hutan yang berstatus hutan lindung yang dikenal dengan Hutan Lindung Gunung Salak. Hutan lindung ini tergabung dalam lima kelompok hutan yaitu Gunung Salak Utara, Gunung Salak Selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Kendang Kulon, dan Ciampea. Kawasan tersebut dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (Ulfah 2007).

Tahun 1998 Perum Perhutani melakukan pengembangan di bidang pariwisata di sekitar kawasan hutan lindung tersebut. Pengembangan pariwisata hingga saat ini berupa curug, pemandian air panas dan wisata kawah. Kawasan ini merupakan kawasan wisata Gunung Salak Endah. Sebagian besar wisata termasuk wilayah Desa Gunung Sari meliputi wisata Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet 2 dan Kawah Ratu.

(20)

10

Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju kawasan hutan di sekitar Desa Gunung Sari dapat ditempuh dengan dua jalur yaitu :

a. Bogor – Cibatok – Desa Gunung Sari b. Bogor – Cikampak – Desa Gunung Sari.

Kondisi jalan sudah beraspal sehingga dapat dilalui dengan kendaraan roda dua atau roda empat.

Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, pendapatan, lama tinggal di sekitar kawasan hutan, jarak rumah ke kawasan hutan. Berikut ini merupakan karakteristik responden yaitu :

1. Sebaran Umur Responden

Umur diduga sebagai peubah yang mempengaruhi persepsi responden terhadap manfaat dan keberadaan hutan. Sebaran umur responden sekitar kawasan hutan di Desa Gunung Sari disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran umur responden

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

< 25 1 3.03

25-50 15 45.45

>50 17 51.52

Jumlah 33 100.00

Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan sebaran umur responden di atas 50 tahun sebesar 51,52%. Sedangkan sebaran umur 25-50 tahun sebesar 45,45% dan sebaran umur responden di bawah 25 tahun terdapat 1 responden atau sebesar 3,03 %. Ini menunjukkan bahwa usia responden didominasi di atas umur 50 tahun. Walaupun perbedaan persentase antara umur di atas 50 tahun dan umur 25-50 tahun tidak berbeda jauh. Ini menunjukkan kondisi responden berada dalam usia produktif.

2. Tingkat Pendidikan Responden

(21)

11 Tabel 5 Tingkat pendidikan responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Tidak tamat - Tamat SD 21 63.64

SMP – SMA 11 33.33

Diploma – Sarjana 1 3.03

Jumlah 33 100.00

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anak atau saudara dalam keluarga yang masih menjadi tanggung jawab dari orang tua. Data jumlah tanggungan keluarga responden disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah tanggungan keluarga responden

Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa/KK) Frekuensi Persentase (%)

<3 16 48.48

3-4 14 42.42

>4 3 9.09

Jumlah 33 100.00

Berdasarkan hasil dari Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jumlah tanggungan keluarga kurang dari 3 jiwa tiap kepala keluarga (KK) sebesar 48,48 %. Sedangkan, beban tanggungan keluarga antara 3-4 jiwa/KK sebesar 42,42% dari total responden. Di sisi lain, kondisi dengan beban tanggungan jiwa lebih dari 4 jiwa/KK sebesar 9,09%. Hasil menunjukkan dominasi responden yang mempunyai tanggungan keluarga di bawah 4 jiwa/KK. 4. Jenis Pekerjaan Utama Responden

Tabel 7 menunjukkan sebagian besar pekerjaan utama responden merupakan penjual di warung dengan persentase sebesar 33,33%. Disamping itu, pekerjaan lainnya sebesar 30,30 % meliputi buruh garapan, buruh cuci, penjaga villa, tengkulak dan ibu rumah tangga. Selanjutnya, pekerjaan responden sebagai wiraswasta sebesar 24,24% dan yang berprofesi sebagai petani sebesar 12,12% atau sebanyak 4 responden (Tabel 7). Jenis pekerjaan utama responden disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis pekerjaan utama responden

Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Wiraswasta 8 24.24

Penjual (di warung) 11 33.33

Petani 4 12.12

Pekerjaan lainnya 10 30.30

Jumlah 33 100.00

Beberapa lokasi di areal Desa Gunung Sari yang merupakan areal kawasan wisata Gunung Salak Endah. Setiap akhir pekan atau hari libur pengunjung berdatangan ke tempat wisata di kawasan wisata Gunung Salak Endah. Peluang ini banyak dijadikan kesempatan untuk membuka warung makanan dan minuman, sehingga pekerjaan berjualan di warung banyak diminati.

5. Pendapatan Rata-rata Per Bulan Responden

(22)

12

1.000.000/bulan (Tabel 8). Pada penghasilan tersebut diperoleh sebesar 39,39%. Sedangkan, tingkat pendapatan Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000/bulan diperoleh persentase sebesar 27,27%. Selanjutnya, pendapatan responden di bawah Rp.500.000/bulan dengan persentase 21,21%. Persentase paling kecil ditemukan pada pendapatan di atas Rp. 2.000.000/bulan dengan persentase sebesar 12,12% (Tabel 8). Pendapatan responden erat kaitannya dengan pekerjaan. Sebagian pekerjaan yang dominan pada responden adalah berjualan di warung (Tabel 7). Artinya rataan besarnya pendapatan tersebut sebagian besar berada pada responden yang berjualan di warung. Data tingkat pendapatan rata-rata per bulan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat pendapatan rata-rata per bulan responden Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) Frekuensi Persentase (%)

<500.000 7 21.21

500.000чx<1.000.000 13 39.39

1.000.00чx<2.000.000 9 27.27

ш2.000.000 4 12.12

Jumlah 33 100.00

6. Lama Tinggal Responden di Sekitar Kawasan Hutan

Lama tinggal responden di kawasan hutan diduga juga menentukan persepsi yang dibangun masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya hutan. Data lama tinggal responden disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Lama tinggal responden

Lama Tinggal (tahun) Frekuensi Persentase (%)

<5 5 15.15

5-20 8 24.24

>20 20 60.61

Jumlah 33 100.00

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden masyarakat Desa Gunung Sari sudah lama tinggal di wilayah kawasan Taman Nasional. Sebanyak 60,61% responden sudah tinggal lebih di atas 20 tahun. Sedangkan untuk responden yang tinggal di bawah 5 tahun tergolong sedikit, sebesar 15,15% (Tabel 9). Hal ini dikarenakan dari sejarah kawasan hutan bahwa responden sudah berdomisili sejak awal pembukaan kawasan hutan sewaktu masih status hutan produksi yang dikelola Perhutani tahun 1965. Mereka sudah mendiami wilayah tersebut sewaktu pembukaan lahan oleh veteran purnawirawan TNI tahun 1965. 7. Jarak Antara Hutan dengan Lokasi Rumah Responden

Besarnya jarak antara rumah responden dengan hutan diduga turut dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dalam memanfaatkan hutan. Disajikan data jarak antara hutan dengan lokasi rumah responden pada Tabel 10.

Tabel 10 Jarak antara tegakan hutan dengan lokasi rumah responden

Jarak Hutan Frekuensi Persentase (%)

ч500 18 54.55

500<xч1000 12 36.36

>1000 3 9.09

(23)

13 Jarak masyarakat terhadap kawasan hutan tergolong dekat, sekitar dibawah 500 m sebesar 51,61% (Tabel 10). Artinya hampir setengah responden berjarak dekat hutan. Jarak 501-1000 m yang didapatkan pada responden dengan persentase sebesar 36,36 %. Selain itu, persentase 9,09% atau 3 responden yang berlokasi diatas 1 kilometer (Tabel 10). Sebagian besar responden dikatakan berjarak sangat dekat dengan hutan karena historis sejarah sebagian besar sudah hidup, bertempat tinggal hingga berkeluarga sekitar kawasan hutan.

Tingkat Persepsi Responden Masyarakat Desa Gunung Sari

Tingkat persepsi responden menunjukkan pemahaman dalam mengelola kelestarian hutan. Pemahaman ini yang menjadi dasar perilaku atau aktivitas. Tabel 11 menunjukkan beberapa gambaran persepsi responden Desa Gunung Sari terkait dengan manfaat hutan baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Persespi yang mengatakan bahwa hutan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat menunjukkan persentase hampir sebesar 96.97%, sementara sisanya 3.03% ragu-ragu atas pernyataan tersebut. Artinya pemahaman adanya hubungan baik terhadap kelestarian hutan sudah dipahami oleh semua responden. Hasil tingkat persepsi responden masyarakat Desa Gunung Sari pada Tabel 11.

Selanjutnya, dengan hasil yang sama yaitu hampir 96.97% mengatakan setuju berkaitan dengan pernyataan bahwa kelestarian hutan memberikan kesejukan dan kenyamanan lingkungan (Tabel 11). Selain itu, pernyataan tentang kelestarian hutan mencegah terjadinya erosi dan banjir serta pernyataan bahwa kelestarian hutan juga menjadi tanggung jawab masyarakat juga menunjukkan hasil yang sama, yang mengatakan setuju sebesar 96.97% (Tabel 11). Ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memahami tanggung jawab masyarakat terhadap hutan dan manfaat ekologi hutan. Jika dikaitkan terhadap karakteristik responden terkait lama tinggal maka pemahaman ini timbul karena masyarakat sudah lama tinggal di kawasan hutan dan belum pernah merasakan kondisi kesejukan yang turun drastis atau terjadi bencana erosi dan banjir.

(24)

14

Tabel 11 Tingkat Persepsi Responden Desa Gunung Sari No Indikator Persepsi 1 Hutan tidak dapat dipisahkan dengan

masyarakat sekitar hutan. 96.97 3.03 0.00

2 Kelestarian hutan memberikan kesejukan

dan kenyamanan terhadap lingkungan. 96.97 3.03 0.00 3 Kawasan hutan memberikan manfaat

keindahan alam. 100.00 0.00 0.00

4 Kelestarian hutan menjaga terjadinya erosi

dan banjir. 96.97 3.03 0.00

5 Kelestarian hutan juga merupakan

tanggung jawab masyarakat. 96.97 3.03 0.00 6 Hutan memiliki manfaat sumber kayu

untuk kehidupan sehari-hari. 21.21 3.03 75.76 7 Hutan memiliki manfaat sumber air untuk

kehidupan sehari-hari. 100.00 0.00 0.00

8 Hutan saat ini memberikan tambahan

sumber pendapatan. 39.39 9.09 51.52

9 sehingga perlu suatu peraturan dalam pemanfaatan hutan agar tidak semua orang mengambil hasil hutan dengan seenaknya.

84.85 15.15 0.00 Tabel 11 menunjukkan persepsi bahwa hutan mampu memberikan tambahan sumber pendapatan disetujui respoden dengan persentase sebesar 39,39%. Sedangkan, persentase 9,09% menyatakan ragu-ragu dan 51,52% menyatakan tidak setuju. Sebagian besar responden tidak menyetujui persepsi tambahan sumber pendapatan dari hutan karena pekerjaan masyarakat sebagian besar tidak menghasilkan pendapatan. Dilihat dari karakteristik responden beberapa jenis pekerjaan memang tidak berhubungan, karena berprofesi sebagai wiraswasta, tengkulak dan buruh cuci serta petani. Artinya secara fisik dan alokasi waktu tidak berinteraksi dengan kawasan hutan yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan. Namun, responden yang bermata pencaharian sebagai penjual di warung sekitar kawasan ekowisata mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil penjualannya atau menyetujui persepsi tersebut.

(25)

15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Hasil analisis uji Chi-Square antara karakteristik responden karakteristik responden yang berpengaruh pada persepsi responden adalah pendapatan rata-rata per bulan responden. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PearsonChi-Square < 0.05 yaitu sebesar 0.04. Artinya pendapatan masyarakat berpengaruh nyata pada tingkat persepsi responden. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka persepsi terhadap nilai manfaat dan pengelolaan hutan juga semakin tinggi. Karena semakin tinggi pendapatan maka kebutuhan teknologi dan relasi sosial juga semakin luas sehingga mudah mengakses dan menyerap informasi tentang manfaat hutan.

Tabel 12 Peubah yang diduga mempengaruhi persepsi. Karakteristik Responden Pearson Chi-Square

Umur 0.365

Jumlah Tanggungan keluarga 0.244

Pekerjaan utama 0.372

Pendidikan 0.677

Pendapatan 0.040*

Lama tinggal 0.930

Jarak antara rumah dengan hutan 0.788 *Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Sementara peubah yang lain tidak berpengaruh nyata pada variabel persepsi karena nilai pearson chi-square di atas 0.05. Tabel 12 menunjukkan bahwa usia responden tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap persepsi responden. Artinya tidak ada perbedaan persepsi terhadap pemanfaatan hutan antara responden yang berusia muda mapun tua. Ada pertimbangan bahwa pengetahuan dan informasi responden baik usia muda dan tua terhadap manfaat hutan sudah tinggi.

Jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, dan pendidikan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap persepsi responden (Tabel 12). Tidak ada perbedaan persepsi pada semua sebaran kategori pada peubah jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, dan pendidikan. Lama tinggal juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap persepsi responden (Tabel 12). Artinya tidak ada perbedaan persepsi responden baik yang sudah lama tinggal atau yang baru tinggal di sekitar hutan Desa Gunung Sari. Jarak tempat tinggal juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap persepsi responden. Artinya responden menunjukkan tidak ada perbedaaan persepsi baik pada responden yang berjarak dekat atau jauh dengan kawasan hutan. Ada arus informasi dan pengetahuan yang sudah didapatkan pada setiap responden melalui program-program peningkatan ekowisata dan pelestarian hutan bersama Pemerintah Desa Gunung Sari, Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak maupun dari kelompok pemerhati wisata.

(26)

16

sejalan dengan pernyataan Satiadarma (2001), responden telah menyerap informasi bahwa hutan memiliki manfaat baik secara ekonomi, ekologi dan sosial masyarakat.

Motivasi

Motivasi merupakan faktor yang yang tumbuh dalam diri manusia berupa nilai-nilai yang mendorong untuk mengambil manfaat atau kesempatan. Motivasi pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu motivasi berdasar teori Gerungan dan teori Maslow.

Motivasi Responden Berdasarkan Teori Gerungan

Gerungan (1967) mengemukakan bahwa motif manusia memberikan arah perilaku kaitannya dengan kelestarian dan manfaat sumber daya hutan mempunyai motif tersendiri dan berbeda-beda. Sebaran motivasi responden berdasar Teori Gerungan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Motivasi responden berdasar Teori Gerungan

Hasil penelitian motivasi Gerungan yang terbagi dalam beberapa kategori yaitu

1. Motif Bergabung.

Motif yang dikaji dalam penelitian ini hanya motif bergabung saja untuk menegaskan sumber dari kelompok atau organisasi saja. Motif bergabung terlihat karena responden tergabung di kelompok pemerhati lingkungan. Besarnya motivasi ini sebesar 32.26% dengan alasan responden baik individu atau kelompok termasuk pemerhati dan peduli lingkungan. Selain itu beberapa responden tergabung dalam relawan ekowisata bersama-sama pegawai taman nasional. Hal ini dikarenakan responden menginginkan lingkungannya sejuk dan asri (Gerungan 1967).

2. Motif Biogenetis.

Motif ini merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan biologis seperti untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Gambar 3 menunjukkan motivasi untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 22.58%. Kebutuhan pangan merupakan salah satu alasan atau motivasi yang dibutuhkan dalam kebutuhan masyarakat untuk memenuhi hidup sehari-hari atau sebagai investasi. Motivasi masyarakat Desa Gunung Sari tidak lepas adanya kebutuhan atau dorongan masyarakat untuk mencapai tujuan agar kawasan wisata Gunung Salak Endah

(27)

17 menjadi asri, sejuk dan nyaman sehingga pengunjung yang akan datang di wana wisata bertambah. Semakin bertambah pengunjung maka bertambah pula pendapatan untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Oleh karena itu, responden menanam pohon jenis kayu atau buah-buahan bagi disekitar kawasan ekowisata. Selain itu, ada beberapa responden yang menanam pohon di areal kawasan hutan untuk menjadi tabungan masa depan.

3. Motif Sosiogenetis.

Motif sosiogenetis ini merupakan motif yang dipelajari seseorang berasal dari lingkungan sosial dan budaya. Contoh motif ini dapat dilihat adanya keinginan masyarakat untuk bergotong-royong. Keinginan untuk bergotong royong bagi masyarakat Desa Gunung Sari sebesar 22.58%. Perilaku masyarakat dengan menanam tanaman kehutanan, buah-buahan, menghemat air, serta aktivitas lain yang mendukung kelestarian dan kenyamanan wilayah dilatarbelakangi adanya dorongan bisa bersosialisasi dengan tetangga atau warga sekitar. Selain itu motif lain ingin memperluas relasi untuk memperlancar suatu pekerjaan.

4. Motif Teogenetis.

Motif ini berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan-Nya. Keyakinan setiap aktivitas yang dilakukan untuk kesejahteraan alam merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan. Adanya keinginan merealisasikan norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci. Merealisasikan ajaran agama dalam rangka beribadah atau mengamalkan ajaran agama untuk menjaga warisan alam kepada manusia sebesar 22.58%.

Dari hasil persentase motivasi responden hampir semua responden menyebar merata pada setiap kategori motivasi. Gambar 2 menunjukkan nilai yang didapat pada kategori motif biogenetis, motif sosiogenetis, dan motif teogenetis mendapat persentase yang sama, sebesar 22,58%. Hal ini menunjukkan sumber motivasi masyarakat tersebar merata pada setiap asal sumber motivasi itu sendiri. Karena setiap kategori motif Teori Gerungan mempunyai asal sumber motivasi masing-masing. Setiap kategori motif berada dalam posisi yang sejajar dengan kategori motif yang lain.

Motivasi Responden Berdasarkan Teori Maslow

Menurut Maslow (1954) dalam Atkinson et al. (1983) beranggapan bahwa perilaku manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya dibagi dalam lima jenjang kebutuhan pokok manusia.

Teori motivasi menurut motivasi Maslow terbagi dalam kategori berikut. 1. Kebutuhan mempertahankan hidup (Phsysiological needs)

Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis. Data gambar 3 menunjukkan jenjang kebutuhan untuk mendapatkan pangan atau insentif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari responden mencapai persentase sekitar 19,35 % (Gambar 4).

2. Kebutuhan rasa aman (Safety needs)

(28)

18

sekitar Desa Gunung Sari menjadi aman dari bencana atau kerusakan alam. Selain itu, untuk mendapatkan kenyamanan sehingga suasana aktivitas masyarakat terasa sejuk karena udara yang segar. Alasan ini menjadi pilihan responden sekitar 35.48% (Gambar 3). Motivasi berdasar kebutuhan ini termasuk paling tinggi dibanding dengan capaian kategori kebutuhan yang lain. Selain itu untuk mendapat perlakuan adil terhadap kondisi villa-villa di Desa Gunung Sari. Rasa aman dari penggusuran villa-villa yang sudah lama dibangun dan sebagai sumber mata pencaharian bagi sebagian responden. Berikut disajikan grafik sebaran motivasi responden menurut teori Abraham Maslow (1954) pada Gambar 4.

Gambar 4 Motivasi berdasar teori Maslow 3. Kebutuhan sosial (Social needs)

Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation). Keinginan masyarakat dalam bersosialisasi dengan tetangga atau warga sekitar mencapai persentase sebesar 9.68% (Gambar 4).

4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs)

Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya. Kebutuhan untuk penghargaan pada responden sebesar 22,58% (Gambar 4). Artinya penghargaan atas upaya menjaga atau merawat kawasan wisata atau tegakan hutan.

5. Kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation)

Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja. Aktivitas responden dalam mengelola kelestarian hutan dilandasi karena ada motif untuk mengembangkan kapasitas kerja dalam mengelola pohon pertanian atau kehutanan. Besarnya motivasi pada kategori ini sebesar 12,90% (Gambar 4).

(29)

19 tumbuh subur jika masyarakat masih bersusah payah mencari makan, papan (kebutuhan fisiologis) dan perlindungan dan rasa aman (kebutuhan rasa aman) Gambar 4 menunjukkan sebagian besar responden masih berada dalam kategori kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan fisiologis. Menurut Zainun menyatakan bahwa untuk terpenuhinya kebutuhan tingkat ke 3 yaitu kebutuhan sosial maka sudah pasti kebutuhan individu pada level kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman sudah terpenuhi. Hasil keseluruhan menunjukkan responden Desa Gunung Sari sebagian besar berada pada level kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Gambar 4). Walaupun sebagian responden sudah merasakan bahwa perilaku menjaga hutan merupakan bagian dari kebanggaan, merasa dibutuhkan masyarakat atau kebutuhan untuk penghargaan.

Kaitan antara Motivasi dengan Persepsi terhadap Keberadaan Hutan

Maslow (1954) dalam Atkinson et al (1983) berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang berkeinginan selalu menginginkan lebih banyak dan terus menerus serta akan berhenti hingga akhir hidupnya. Artinya, apabila suatu kebutuhan telah terpuaskan maka akan berusaha meneruskaan kebutuhan-kebtutuhan lainnya yang lebih tinggi. Individu akan bertindak dengan cara-cara tertentu yang akan membawa ke arah pemuasan kebutuhan mereka. Hasil penelitian berkaitan dengan teori Maslow menunjukkan bahwa persepsi yang terbentuk pada responden sebagian bermotif karena untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman. Artinya saat ini untuk mendorong masyarakat dalam melestarikan hutan, pengelola harus mampu untuk memenuhi kebutuhan rasa aman masyarakat.

Motivasi menurut Gerungan (1967) merupakan motivasi yang ditinjau dari aspek sumber motivasi. Oleh karena itu setiap responden menunjukkan sumber yang mereka anggap sebagai landasan dalam beraktivitas. Hasil penelitian ini untuk menunjukkan sumber motif yang paling dominan mempengaruhi persepsi terhadap keberadaan hutan adalah motif bergabung. Selain itu, menunjukkan persepsi responden Desa Gunung Sari tergolong baik dan tersebar merata pada semua sumber pada teori motivasi Gerungan. Artinya sumber motif selaku makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk yang berketuhanan mempengaruhi terhadap persepsi responden.

Semua pekerjaan selain untuk membutuhkan adanya kecakapan pribadi, juga membutuhkan motivasi yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Kerapkali pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan baik oleh orang yang bermotivasi kuat tapi dengan kecakapan pribadi yang sedang-sedang saja (Gerungan 1967). Dengan demikian persepsi postif terhadap manfaat keberadaan hutan berpengaruh positif terhadap motivasi untuk menjaga kelestarian hutan.

Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan

(30)

20

Sedangkan besarnya persentase yang sering beraktivitas di kawasan hutan sebesar 27.27%. Aktivitas responden di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang sering keluar masuk kawasan hutan seperti aktivitas pekerjaan yang berkaitan dengan wana wisata misalnya berjualan di sekitar curug-curug wana wisata, menjadi relawan menarik tiket masuk di obyek wana wisata Gunung Salak Endah, mencari kayu bakar. Adapun yang tidak pernah masuk kawasan hutan dalam aktivitas 3 bulan terakhir ini sebesar 21.21%.

Sebagian besar responden menunjukkan jarang (≤4 kali sebulan) memasuki kawasan hutan. Hal ini menunjukkan ketergantungan terhadap hutan dalam perilaku menjaga hutan masih cukup baik. Karena intensitas responden memasuki kawasan hutan menunjukkan kebutuhan yang ingin berusaha dipenuhi dari hutan atau perilaku untuk berperan serta menjaga hutan. Secara administratif dan geografis masyarakat Desa Gunung Sari merupakan bagian dari masyarakat sekitar hutan. Namun, secara aktivitas ketergantungan pada setiap aspek kehidupan masih tergolong menurun. Pada hakikatnya masyarakat lokal merupakan masyarakat yang bertempat tinggal sekitar hutan dan setiap aspek kehidupannya tergantung pada keberadaan hutan untuk bertahan hidup (Suharjito 2003). Frekuensi memasuki kawasan hutan disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Frekuensi memasuki kawasan hutan

Frekuensi memasuki kawasan hutan Total responden Persentase (%)

Tidak pernah 9 27.27

Jarang (≤4 kali sebulan) 17 51.52

Sering (>4 kali sebulan) 7 21.21

Perilaku Pemanfaatan Hutan melalui Sumber Kayu

Sejak tahun 1967 mulai dibukanya areal hutan oleh purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kondisi tegakan hutan dalam kondisi baik. Lahan yang dibuka oleh veteran purnawirawan TNI masuk dalam areal status hutan produksi yang dikelola oleh Pehutani. Saat ini dengan status hutan konservasi yang dikelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak maka tidak ada lagi penebangan kayu. Perilaku masyarakat yang memanfaatkan kayu disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Perilaku masyarakat yang memanfaatkan kayu

Gambar 5 menunjukkan sebesar 72,73% responden sudah tidak memanfaatkan kayu dari kawasan hutan. Sedangkan sisanya, masih mencari

Pemakai kayu 27,27%

Bukan pemakai

(31)

21 manfaat hutan berupa kayu sebesar 27.27% untuk digunakan sebagai kayu bakar (Gambar 5). Hal ini menunjukkan perilaku masyarakat sebagian besar saat ini tidak bergantung lagi pada kayu bakar. Mereka sudah beralih dengan bahan bakar gas, karena bagian dari program pemerintah untuk beralih dari bahan bakar gas. Selain itu, kawasan hutan ini sudah masuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak sehingga tidak dapat sembarangan menebang kayu.

Hasil kayu bakar yang diambil oleh masyarakat digunakan untuk kebutuhan sendiri yaitu keperluan memasak sehari-hari. Walaupun hampir semua telah menggunakan gas LPG (Liquid Petroleum Gas) sebagai bahan bakar tapi masih ada sebagian responden yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar atau menggunanakan keduanya. Berdasarkan hasil wawancara penggunaan kayu bakar lebih banyak dibutuhkan responden yang memiliki warung makan karena memasak makanan dalam jumlah banyak.

Perilaku masyarakat dalam mengambil kayu bakar dapat ditunjukkan dengan intensitas penggunaan kayu bakar. Berdasar frekuensi pengambilan kayu bakar maka dibagi dalam penggunaan kayu bakar dalam rentang waktu tertentu. Responden yang mengambil kayu bakar untuk dihabiskan dalam keperluan sehari saja sebesar 11,11 % (Gambar 6).

Pengambilan kayu bakar untuk keperluan sepekan yaitu sebesar 11,11% (Gambar 6). Sementara sebagian besar responden mengambil kayu bakar dalam waktu tidak tentu sebesar 77,78%. Artinya responden mengambil kayu bakar memungkinkan mengambil kayu bakar kembali ke hutan dalam waktu tidak tentu dalam hal ini lebih dari sepekan. Ini juga menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu untuk kayu bakar tidak rutin atau sesuai kebutuhan saja. Fakta ini menunjukkan responden dalam memanfaatkan kayu bakar tidak mengalami ketergantungan tinggi.

Gambar 6 Intensitas pemanfaatan kayu bakar Perilaku Pemanfaatan Hutan melalui Sumber Air

Seluruh responden masyarakat menyatakan bahwa kondisi air dalam kawasan hutan tergolong baik. Masyarakat menggunakan aliran dari Sungai Cigamea. Semua masyarakat desa menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari. Penyalurannya melalui pipa-pipa yang disalurkan ke rumah masing-masing dalam

Sehari sekali

11.11% Sepekan

sekali 11.11%

(32)

22

keadaan terus mengalir. Penyaluran ini dikerjakan masyarakat secara swadaya. Air yang disalurkan tidak dikomersialkan atau masyarakat tidak perlu membayar uang untuk sumber daya air yang telah digunakan. Selain itu penggunaan air juga untuk lahan pertanian yang dimiliki oleh responden. Semua masyarakat bergantung besar pada persediaan air yang berasal dari hutan Gunung Salak. Perilaku Menjaga Keindahan dan Kesejukan Kawasan Hutan

Hasil menunjukkan bahwa perilaku menjaga keindahan dan kesejukan hutan masih besar pada sebagian kalangan masyarakat. Saat ini data menunjukkan sebesar 69,70% responden senantiasa menjaga keindahan dan kesejukan kawasan hutan (Gambar 7). Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat berupa penanaman pohon bersama baik bantuan dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak maupun Rindam Jaya TNI, atau dari Kementrian Kehutanan. Selain itu, beberapa individu secara mandiri juga melestarikan melalui penanaman tanaman kehutanan sekitar jalan utama desa (kawasan hutan). Ditambah lagi program dari desa melalui upaya bersih-bersih mandiri yang dilakukan di sekitar rumah dan jalan desa tiap pekan setiap hari Selasa. Perilaku menjaga keindahan dan kesejukan hutan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 7 Perilaku menjaga keindahan dan kesejukan hutan Perilaku Menjaga Hutan sebagai Fungsi Pengendali Banjir dan Erosi

Berdasarkan data perilaku menjaga hutan sebagai fungsi pengendali banjir dan erosi menunjukkan data responden yang turut serta untuk mendukung fungsi tersebut sebanyak 63,64% dari total responden (Gambar 8). Perilaku menjaga kelestarian hutan ini ditunjukkan responden melalui kegiatan penanaman tanaman kehutanan dan buah. Tanaman kehutanan yang sering ditanam adalah sengon (Falcataria moluccana) dan kayu afrika (Maesopsis eminii) dan jabon (Anthocephalus cadamba). Selain dua jenis tanaman tersebut, juga terdapat pohon mahoni (Swietenia mahagoni), meranti (Shorea sp), damar (Agathis dammara) dan suren (Toona sureni). Sementara tanaman buah yang sering dijumpai adalah, manggis (Garcinia mangostana), pisang (Musa sp) dan matoa (Pometia pinnata), serta jambu biji (Psidium guajava). Selain itu juga menunjukkan perilaku untuk membersihkan sampah di sekitar wisata, dan tidak melalukan konversi lahan pada

Turut serta 69.70 % Tidak

(33)

23 areal kawasan hutan Taman Nasional. Perilaku menjaga hutan sebagai fungsi pengendali banjir dan erosi disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Perilaku menjaga hutan sebagai fungsi pengendali banjir dan erosi

Kaitan antara Persepsi terhadap Manfaat Hutan, Motivasi dalam Menjaga Kelestarian Hutan, dan Perilaku Memanfaatkan dan Menjaga Hutan

Pemikiran dan perilaku individu mencerminkan keinginan dan tujuannya. “Perilaku seseorang dituntun oleh kognisinya, yakni oleh apa yang ia pikirkan, yakini, dan antisipasikan. Namun, jika kita bertanya mengapa sebenarnya ia berperilaku, kita menanyakan motivasinya” (Rochmah et al 1996). Kognisi merupakan reaksi individu dalam persepsi, imajinasi, berpikir, dan pertimbangan akal sehat. Hasil penelitian menunjukkan persepsi terhadap keberadaan hutan tergolong baik. Persepsi reponden terhadap manfaat sosial, manfaat ekologi dan manfaat ekonomi hutan telah dipahami dengan baik oleh responden. Namun, ada dua persepsi yang tergolong rendah yaitu bahwa hutan memiliki sumber kayu untuk kehidupan sehari-hari dan hutan memberikan tambahan pendapatan untuk kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, dorongan masyarakat menunjukkan bahwa motivasi berdasar Abraham Maslow paling besar berada pada tingkat kebutuhan rasa aman dan nyaman, sedangkan motivasi terbesar berdasar Gerungan adalah motif bergabung. Hubungan perilaku dan motivasi ini menunjukkan hubungan linear. Artinya untuk mendorong perilaku masyarakat dalam melestarikan hutan maka kebutuhan rasa aman masyarakat harus terpenuhi. Selain itu, untuk mendorong masyarakat Desa Gunung Sari dalam menjaga hutan diwujudkan dengan menggiatkan kelompok pemerhati pariwisata atau melalui relawan-relawan taman nasional. Karena motif bergabung timbul ketika individu masuk dalam sebuah kelompok atau komunitas. Hal ini dilihat kembali pada alasan atau motif responden. Motivasi responden tidak bisa lepas dari tujuan, kebutuhan dan rangsangan. Dengan demikian rangsangan yang tidak dirasakan seseorang maka tidak akan menggairahkan seseorang untuk berperilaku (Zainun 2004). Dengan demikian, akan tercipta kondisi perilaku untuk memanfaatkan hutan melalui sumber air dengan baik dan perilaku menjaga keindahan dan kesejukan kawasan hutan yang dijalankan melalui program penanaman, program kebersihan dan tidak melakukan konversi lahan pada areal kawasan hutan.

Ikut serta 63.64% Tidak

(34)

24

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Tingkat persepsi masyarakat Desa Gunung Sari terhadap keberadaan hutan tergolong baik. Persepsi ini ditimbulkan arus informasi dan pengetahuan yang diterima masyarakat melalui program-program pelestarian hutan. Namun, persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan hutan sebagai sumber kayu dan tambahan pendapatan rumah tangga masih rendah. Hal ini dikarenakan kondisi hutan yang sudah menjadi kawasan Taman Nasional sehingga pemanfaatan kayu sesuai aturan dan sanksi atas penebangan. Selanjutnya, motivasi masyarakat ikut dalam mengelola hutan terbesar berdasar teori Maslow (1943) adalah kebutuhan rasa aman (safety needs). Hal ini dikarenakan masyarakat menginginkan kondisi Desa Gunung Sari tetap sejuk dan segar serta perlindungan keadilan dari pembongkaran villa-villa yang berdiri di Desa Gunung Sari. Motivasi berdasar teori Gerungan (2004) terbesar adalah motif bergabung. Hal ini ditimbulkan karena bergabung dalam kelompok pemerhati pariwisata.

Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan kayu sebesar 27,27% dan sebesar 72,73% tidak menggunakan kayu. Kayu yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar karena kebutuhan bahan bakar untuk rumah tangga sudah berganti menjadi bahan bakar gas. Selanjutnya, seluruh masyarakat menggantungkan air dari kawasan hutan sebagai kebutuhan sehari-hari. Sedangkan, perilaku masyarakat dalam menjaga nilai fungsi ekologis hutan khususnya turut serta menjaga keindahan dan kesejukan kawasan hutan sebesar 69,70%. Selain itu, perilaku masyarakat yang turut serta untuk menjaga hutan sebagai pengendali banjir dan erosi hanya sebesar 63,64%. Perilaku yang ditunjukkan berupa penanaman tanaman kehutanan dan gotong royong warga dalam kerja bakti lingkungan.

SARAN

1. Saat ini orientasi lapangan kerja masyarakat masih sekitar usaha warung makan dan minum. Oleh karena itu perlu diarahkan pada usaha-usaha produktif berkaitan barang dan jasa dari hutan.

2. Perlunya meningkatkan pemberdayaan masyarakat bersama pemerintah desa dan Taman Nasional dalam program-program kerja kelestarian hutan yang berkelanjutan dan berkala.

3. Perlu penelitian lebih lanjut variabel perilaku budaya masyarakat setempat dalam konteks kearifan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

(35)

25 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data BPS kependudukan. [Internet]. [diunduh

2012 Juli 13] Tersedia pada : http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1& kat=1 &id_subyek=12

Catur N. 2005. Studi persepsi masyarakat terhadap taman suropati dalam upaya melestarikannya sebagai taman kota bersejarah di Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Gerungan. 1967. Psikologi Sosial. Bandung (ID): PT Eresco.

Harihanto. 2001. Persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap air sungai [Disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Leavitt H J. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Malayu. 2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta(ID): Bumi Aksara.

Rochmah S, Djamil M, Rochayah. 1996. Individu dalam Masyarakat Buku Teks Mengenai Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Depdikbud.

Santrock JW. 2008. Edisi kedua, Psikologi Pendidikan. Texas (US): University of Texas.

Satiadarma. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta (ID): Pustaka Populer Obor.

Sudrajat A. 2003. Persepsi birokrat tentang otonomi bidang kehutanan [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Suharjito D. 2003. Pengembangan kapasitas masyarakat lokal dan stakeholders lain dalam pembangunan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Di dalam : Seminar Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) 2003. Bogor, 7 September 2003.

Sumardi. 1997. Peranan Nilai Budaya Daerah Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ulfah S M. 2007. Identifikasi konflik dalam pengelolaan wisata di kawasan Gunung Salak Endah, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Widiarso F. 2005. Nilai ekonomi pemanfaatan lahan agroforetry di kawasan DAS Ciliwung Jawa Barat (Studi kasus di Desa Kuta dan Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor) [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(36)

26

Lampiran 1 Uji Chi-Square hubungan antara peubah umur dan anggota keluarga dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

Umur * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Umur 1 Count 1 0 1

Expected Count .4 .6 1.0

Residual .6 -.6

2 Count 5 10 15

Expected Count 6.4 8.6 15.0

Residual -1.4 1.4

3 Count 8 9 17

Expected Count 7.2 9.8 17.0

Residual .8 -.8

Total Count 14 19 33

Expected Count 14.0 19.0 33.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.014a 2 .365

Likelihood Ratio 2.384 2 .304

Linear-by-Linear Association

.017 1 .895

N of Valid Cases 33

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .42.

Anggota_Keluarga * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Anggota_Keluarga 1 Count 9 7 16

Expected Count 6.8 9.2 16.0

Residual 2.2 -2.2

2 Count 4 11 15

Expected Count 6.4 8.6 15.0

Residual -2.4 2.4

3 Count 1 1 2

Expected Count .8 1.2 2.0

Residual .2 -.2

Total Count 14 19 33

(37)

27 Lampiran 2 Uji Chi-Square hubungan antara peubah anggota keluarga dan

pendidikan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.824a 2 .244

Likelihood Ratio 2.887 2 .236

Linear-by-Linear Association

1.398 1 .237

N of Valid Cases 33

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .85.

Pendidikan * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Pendidikan 1 Count 9 12 21

Expected Count 8.9 12.1 21.0

Residual .1 -.1

2 Count 5 6 11

Expected Count 4.7 6.3 11.0

Residual .3 -.3

3 Count 0 1 1

Expected Count .4 .6 1.0

Residual -.4 .4

Total Count 14 19 33

Expected Count 14.0 19.0 33.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .780a 2 .677

Likelihood Ratio 1.147 2 .564

Linear-by-Linear Association

.107 1 .744

N of Valid Cases 33

(38)

28

Lampiran 3 Uji Chi-Square hubungan antara peubah pekerjaan utama dan pendapatan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

Pekerjaan_Utama * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Pekerjaan_Utama 1 Count 2 6 8

Expected Count 3.4 4.6 8.0

Residual -1.4 1.4

2 Count 4 7 11

Expected Count 4.7 6.3 11.0

Residual -.7 .7

3 Count 3 1 4

Expected Count 1.7 2.3 4.0

Residual 1.3 -1.3

4 Count 5 5 10

Expected Count 4.2 5.8 10.0

Residual .8 -.8

Total Count 14 19 33

Expected Count 14.0 19.0 33.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.133a 3 .372

Likelihood Ratio 3.208 3 .361

Linear-by-Linear Association 1.592 1 .207

N of Valid Cases 33

a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.70.

Pendapatan * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Pendapatan 1 Count 4 3 7

Expected Count 3.0 4.0 7.0

Residual 1.0 -1.0

2 Count 2 11 13

Expected Count 5.5 7.5 13.0

Residual -3.5 3.5

3 Count 8 5 13

Expected Count 5.5 7.5 13.0

Residual 2.5 -2.5

Total Count 14 19 33

(39)

29 Lampiran 4 Uji Chi-Square hubungan antara peubah pendapatan dan lama tinggal

dengan persepsi terhadap keberadaan hutan Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.457a 2 .040

Likelihood Ratio 6.941 2 .031

Linear-by-Linear Association

.444 1 .505

N of Valid Cases 33

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.97.

Lama_tinggal * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Lama_tinggal 1 Count 2 3 5

Expected Count 2.1 2.9 5.0

Residual -.1 .1

2 Count 3 5 8

Expected Count 3.4 4.6 8.0

Residual -.4 .4

3 Count 9 11 20

Expected Count 8.5 11.5 20.0

Residual .5 -.5

Total Count 14 19 33

Expected Count 14.0 19.0 33.0

Crosstab

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .146a 2 .930

Likelihood Ratio .147 2 .929

Linear-by-Linear Association

.088 1 .766

(40)

30

Lampiran 5 Uji Chi-Square hubungan antara peubah jarak ke hutan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan

Jarak_kehutan * Persepsi

Crosstab

Persepsi

Total

1 2

Jarak_kehutan 1 Count 1 2 3

Expected Count 1.3 1.7 3.0

Residual -.3 .3

2 Count 6 6 12

Expected Count 5.1 6.9 12.0

Residual .9 -.9

3 Count 7 11 18

Expected Count 7.6 10.4 18.0

Residual -.6 .6

Total Count 14 19 33

Expected Count 14.0 19.0 33.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .476a 2 .788

Likelihood Ratio .476 2 .788

Linear-by-Linear Association

.037 1 .847

N of Valid Cases 33

Gambar

Gambar 1  Hirarki kebutuhan Maslow
Gambar 2  Kerangka penelitian
Tabel 1  Jenis data yang dikumpulkan
Tabel 10  Jarak antara tegakan hutan dengan lokasi rumah responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di Desa

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Perubahan Perilaku pada Gerakan Sosial Konservasi Sumberdaya Hutan Jawa dengan Kampanye Pride di Kawasan Hutan Produksi Potorono dan

Strategi peningkatan partisipasi petani sekitar hutan dalam pengelolaan hutan kemiri rakyat adalah: : (1) strategi peningkatan motivasi petani sekitar hutan agar tetap

Strategi peningkatan partisipasi petani sekitar hutan dalam pengelolaan hutan kemiri rakyat adalah: : (1) strategi peningkatan motivasi petani sekitar hutan agar tetap

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Indeks dan Tingkat Bahaya Erosi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi adalah benar-benar hasil karya

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Strategi Nafkah Rumahtangga Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Peserta PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) di Kabupaten

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Strategi Nafkah Rumahtangga Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Peserta PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) di Kabupaten