• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

ADRIAN PRAMA ARTA WARAT WATOR

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI

SWASTA, DAN TENAGA KERJA TEHADAP

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(4)

ABSTRAK

ADRIAN PRAMA ARTA WARAT WATOR. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI.

Pembangunan ekonomi merupakan proses meningkatkan kesejahteraan dengan salah satu indikator keberhasilannya diukur dari pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menganalisis pengaruh dari anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah uji kointegrasi Engel-Granger dan Error Correction Mechanism (ECM). Hasil menunjukan (1)realisasi anggaran belanja pemerintah subsidi sangat berfluktuatif dipengaruhi harga minyak mentah dunia. Transfer daerah merupakan belanja pemerintah yang paling besar. Realisasi investasi swasta dipengaruhi krisis pada perekonomian dunia. (2) Dalam jangka panjang variabel subsidi dan inflasi memiliki hubungan negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan investasi swasta memiliki hubungan positif signifikan. Jangka pendek variabel investasi swasta, belanja modal, transfer daerah dan tenaga kerja memiliki hubungan positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan Subsidi dan Inflasi memiliki hubungan negatif.

Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah, investasi swasta, tenaga kerja, ECM.

ABSTRACT

ADRIAN PRAMA ARTA WARAT WATOR. The Effect Of Government Spending, Private Investment, And Labor On Economic Growth In Indonesia. Supervised by DEWI ULFAH WARDANI.

Economic development is the process of improving the welfare of any one indicator of success is measured economic growth The analytical method is use Engel-Granger cointegration test and Error Correction Mechanism (ECM). The result shows that (1)the realization of the government budget subsidies fluctuated greatly affected the world price of crude oil. Transfer area is the biggest government spending. Realization of private investment in the crisis affected the world economy. (2) The long-term variable subsidy and inflation has a negative significant relationship to economic growth, while private investment have a significant positive relationship In the short term variables inflation and subsidies have negative significantly relationship to economic growth, while private investment, government capital expenditure, the transfer area, and labor force has a significant negative.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ADRIAN PRAMA ARTA WARAT WATOR

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI

SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Nama : Adrian Prama Arta Warat Wator NIM : H14090113

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(8)

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengeluaran pemerintah, Investasi Swasta, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia”.

Skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Keluarga Yoseph Marton Ata Wator (ayah) dan Heni Irianti, SPd (ibu), kedua adik saya Helena Naramurti dan Valentinus Pati Wator, serta saudara yang telah memberikan banyak ilmu hidup, semangat, doa, dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini.

3. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.

4. Teman sebimbingan Nila, Rina, Gresila, Dan Intan yang selalu saling mendukung menyelesaikan tulisan ini.

5. Saudara terkasih yang telah berjuang bersama menjalani kuliah di IPB Ronald, Afif, Murdani, Fardi, Cahna, Dery. Saudara alam tempat berbagi kecerian dan dukungan keluarga besar KAREMATA FEM IPB. Terima kasih untuk saudara satu atap Bagaz dan Jajang telah berbagi dalam hal apapun selama ini. Pakuan Teguh Bang Nanang, Fahmi, Bronson, Ardhi, Taufik, Bram, Fuad, Rheza, Kunto, Distia, Meiyora, Farhana, Puspita, Farrah, Friska terimakasih telah membuat cerita perjalanan hidup yang sangat berkesan selama ini. Dan seluruh IE’46 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua hari terindah yang telah kita lewati bersama.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan akan memberikan suatu sumbangsih bagi Institut Pertanian Bogor.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Teori Pertumbuhan Sollow 4

Perhitungan Pendapatan Nasional 4

Anggaran Belanja Pemerintah 5

Belanja Barang Pemerintah 5

Belanja Modal Pemerintah 6

Pembayaran Cicilan dan Bunga Utang 7

Transfer ke Daerah 7

Subsidi 8

Investasi Swasta 9

Angkatan Kerja 9

Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi 10

Penelitian Terdahulu 10

Kerangka Pikir Konseptual 12

Hipotesis Penelitian 13

METODE PENELITIAN 13

Jenis dan Sumber Data 13

Metode Analisis 14

Regresi Semu dan Regresi terkointegrasi 15

Uji Stasioner Data 15

(10)

Defini Operasional 17

Pertumbuhan Ekonomi 17

Belanja Barang 17

Belanja Modal 17

Pembayaran Cicilan dan Bunga Utang 17

Transfer Daerah 18

Subsidi 18

Tenaga Kerja 18

Investasi Swasta 18

Inflasi 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 18

Perkembangan Anggaran Belanja Pemerintah dan

Investasi Swasta 18

Model Jangka Panjang 23

Model Jangka Pendek 27

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

(11)

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan Sumber Data 14

2. Uji Augmented Dickey Fuller (Uji ADF) 23

3. Uji Philip-Perron (Uji PP) 24

4. Residual Test 25

5. Model Jangka Panjang 25

6. Uji Autokorelasi, Heteroskedastisitas, linearitas, dan normalitas 28

7. Model Jangka Pendek 29

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva Keseimbangan Harga Dengan Subsidi 8

2. Kerangka Pemikiran 12

3. Realisasi Anggaran Modal PJP Pertama (Repelita III, IV, dan V) 19 4. Realisasi Anggaran Modal PJP Kedua (Repelita VI dan VII) 19 5. Realisasi Anggaran Modal RPJM 2005-2009 Dan 2010-2012 20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Investasi, Anggaran Belanja Pemerintah, dan Tenaga Kerja

dan Inflasi 38

2. Residual Test 39

3. Model Jangka Panjang 40

4. Breusch-Goldfrey Serial LM Test (Uji Autokorelasi) 41 5. Hasil Pengujian Arch Test (Uji Heteroskedastisitas) 42 6. Hasil Pengujian Ramsey RESET Test (Uji Linearitas) 43

7. Hasil Uji Normalitas 44

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi yaitu, upaya mewujudkan perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja, penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berhasilnya proses pembangunan ekonomi. Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, swasta, dan tenaga kerja.

Mulai tahun 1982 terjadi reformasi ekonomi di Indonesia. Reformasi ini diakibatkan perubahan arah perekonomian yang sebelumnya tergantung kepada sumberdaya alam yaitu minyak dan gas bumi, beralih kepada berkembangnya sektor industri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan kepada tujuan dan realisasi anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja menuju pengembangan sektor industri (Wardhana, 2004). Oleh karena itu perlu dilihat mulai periode tahun 1982 sampai dengan realisasi tahun 2012 perkembangan dan pengaruh dari anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja kepada pertumbuhan ekonomi.

Peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena mencakup dalam menyediakan kebutuhan publik dan pelayanan kepada masyarakat yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta. Peran ini tertuang dalam pengeluaran pemerintah yaitu Anggaran belanja pemerintah yang setiap tahun dilaporkan sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disingkat APBN. Belanja pemerintah tersebut merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN dilaksanakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sesuai dengan kemampuan menghimpun pendapatan negara dalam rangka mendukung terwujudnya perekonomian nasional yang berkelanjutan. Termasuk peran pemerintah dalam meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) melalui kualitas pendidikan, kesehatan, dan perluasan kesempatan usaha atau lapangan pekerjaan. Anggaran ini merupakan modal pembangunan infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan perekonomian bagi masyarakat seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit, gedung sekolah, pasar, bantuan langsung pada masyarakat ataupun subsidi pendapatan.

Anggaran belanja pemerintah adalah kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis dirinci dalam bentuk belanja modal, belanja barang, pembayaran cicilan dan bunga utang, dan subsidi. Transfer ke daerah adalah bagian dari belanja pemerintah dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian.

(13)

modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman Modal ini diawasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dibentuknya lembaga pengawas BKPM adalah untuk mengatur kebijakan yang dapat meningkatkan minat investasi di Indonesia dan meningkatkan pelayanan, fasilitas, dan advokasi pelaksanaan penanaman modal. Melalui investasi swasta terjadi aliran modal yang berdampak kepada perubahan iklim bisnis, dan tentunya mengurangi hambatan kurangnya modal pembangunan yang terjadi di Indonesia.

Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Pertumbuhan tenaga kerja merupakan faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah tingkat produksi, karena untuk dapat menggerakan sistem produksi sangat diperlukan peran tenaga kerja yang mengatur dan mengoperasikan sistem tersebut. Dengan berjalan sistem produksi dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan tenaga kerja yang semakin besar juga bearti menggambarkan ukuran pasar domestik yang semakin luas, meningkatkan konsumsi domestik. Tanpa adanya tenaga kerja sistem produksi tidak dapat dijalankan.

Dijelaskan pentingnya peran pemerintah dalam anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk dapat melihat lebih lanjut pengaruh dari anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi maka, perlu dilakukan penelitian berjudul Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, Dan Tenaga Kerja Tehadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.

Rumusan Masalah

Kebijakan pemerintah sebagai perangkat kebijakan ekonomi makro untuk mencapai sasaran pembangunan yaitu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. fungsi stabilisasi ekonomi makro di dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sebagai stabilisator ekonomi, APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal, diupayakan dapat berfungsi secara optimal untuk meredam siklus bisnis atau fluktuasi ekonomi, atau dengan kata lain bersifat kontra-siklis (countercyclical). Hal tersebut berarti bahwa dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran pemerintah yang bersifat autonomous, khususnya belanja barang dan jasa serta belanja modal, dapat memberikan stimulasi kepada perekonomian untuk tumbuh lebih tinggi. Meningkatnya anggaran belanja pemerintah meningkatnya sarana dan prasaran penunjang, pelayanan pemerintah yang lebih luas akan menstimulasi masuknya investasi swasta. Meningkatnya investasi swasta akan meningkatkan lapangan pekerjaan baru. Meningkatnya produktifitas, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Nota Keuangan 2012).

(14)

peningkatan rata-rata sebesar Rp5 349 miliar setiap tahunnya. Pembayaran cicilan dan bunga utang negara rata-rata meningkat sebesar Rp3 949 miliar setiap tahunnya. Peningkatan yang paling besar terdapat pada anggaran transfer daerah, rata-rata sebesar Rp15 151 miliar per tahun. Anggaran belanja subsidi rata-rata meningkat sebesar Rp6 704 miliar per tahun. Akumulasi anggaran belanja pemerintah secara keseluruhan meningkat rata-rata Rp35 559 miliar per tahunnya sampai tahun 2012. Data ini menunjukan upaya dari pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Seperti yang dijelaskan diatas peningkatan pengeluaran pemerintah akan menstimulsi peningkatan masuknya investasi swasta. Investasi Swasta adalah modal pembangunan yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data menunjukan terjadi peningkatan secara signifikan mulai tahun 1982 sampai tahun 2007 dalam investasi swasta. Laju pertumbuhan mulai tahun 1982 sampai dengan tahun 2007 rata-rata meningkat Rp20 026 miliar per tahun. Terjadi peningkatan sebesar 27 kali lipat dalam 30 tahun sampai tahun 2012.

Semakin berkembangnya investasi swasta akan membuka lapangan pekerjaanTenaga kerja berdasarkan golongan umur dari lima belas tahun sampai enam puluh lima tahun, dan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama satu minggu terakhir. Tenaga kerja termasuk sebagai modal pembangunan juga digambarkan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Selama 30 tahun mulai tahun 1982 sampai dengan tahun 2012. Jumlah tenaga kerja meningkat rata-rata sebesar 211.32 ribu pekerja setiap tahun.

Anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, maupun tenaga kerja yang terus meningkat selama 30 tahun ini seharusnya sejalan dengan laju pertumbuhan yang merupakan indikator keberhasilan dari proses pembangunan. Sebagaimana anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut. Akan tetapi data menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia berfluktuasi, bahkan sempat mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 1997 yaitu -13.31 persen.

Permasalahan dalam penelitian ini lebih difokuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan anggaran belanja pemerintah dan investasi swasta dalam rencana pembangunan 30 tahun sampai tahun 2012?

2. Bagaimana pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis perkembangan anggaran belanja pemerintah dan investasi swasta dalam rencana pembangunan 30 tahun terakhir sampai tahun 2012. 2. Menganalisis pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan

(15)

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah :

1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan anggaran belanja pemerintah, investasi, dan ketenagakerja.

2. Memberikan informasi aktual bagi pihak lainnya sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih jauh atau sebagai pelengkap penelitian lain.

3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami perkembangan investasi swasta, belanja pemerintah, tenaga kerja dalam mendukung pertumbuhan ekonomi secara mendalam.

Ruang Lingkup Penelitian

Cakupan dari studi yang dilakukan pada tulisan ini bersifat nasional, menggunakan data investasi swasta, belanja pemerintah dalam APBN Republik Indonesia, dan tenaga kerja dalam kurun waktu tahun 1982 sampai dengan 2012. Penelitian ini juga melihat bagaimana pengaruh investasi swasta, yaitu penanaman modal luar negeri dan penanaman modal dalam negeri terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Data tenaga kerja merupakan data nasional per tahun digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi secara agregat nasional Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Sollow

Teori pertumbuhan ekonomi Solow dalam Mankiw (2005), pada dasarnya bertujuan untuk menerangkan faktor-faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan sumbangan relatif dari berbagai faktor ini dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi Solow menunjukan bagaimana tiga jenis input, yaitu modal, teknologi, dan tenaga kerja menentukan tingkat kegiatan ekonomi, dan peranan modal dan perkembangan tekologi dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Dengan mengetahui jumlah permintaan dan penawaran barang dan jasa. Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi produksi yang menyatakan bahwa output bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja. Model tersebut dinyatakan dalam bentuk umum sebagai berikut:

Y = F ( K, L )

Perhitungan pendapatan nasional

(16)

pasar dari seluruh permintaan akhir (final demand) atas output yang dihasilkan di dalam perekonomian, diukur dengan harga pasar yang berlaku. Produk nasional bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan sektor bisnis untuk barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang-barang-barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran luar negeri untuk ekspor dan impor (X-M).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = C + I + G + (X-M)

Dimana :

Y = Pendapatan nasional (GDP)

C = Nilai pasar pengeluaran konsumsi barang-barang dan jasa-jasa oleh rumah

tangga

I = Nilai pasar untuk investasi

G = Nilai pasar pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa X = Nilai pasar pengeluaran atas barang-barang dan jasa-jasa diekspor M = Nilai pasar pengeluaran untuk barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor

Anggaran Belanja Pemerintah

Belanja Barang Pemerintah

Belanja barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan.

Pengadaan barang dan jasa merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK), pengadaan/penggantian peralatan kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok fungsi Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur Pemerintah Pusat dan pengeluaran jasa nonfisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian).

(17)

Belanja Modal Pemerintah

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :

a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.

b. Pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

d. Pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan aset tetap atau aset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan masa, manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang dimiliki bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi asset tetap / asset lainnya. Ada lima kategori utama belanja modal yaitu :

1. Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah, serta lain-lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah tersebut siap pakai.

2. Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang diperlukan untuk pengadaaan alat-alat dan mesin-mesin yang dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal termasuk biaya untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai termasuk di dalamnya pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan bangunan.

4. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan prasarana dan sarana termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dalam kondisi siap pakai.

(18)

Pembayaran Cicilan Dan Bunga Utang

Menurut Barsky, et. Al ekonom Klasik/Neo Klasik mengindikasikan bahwa kenaikan utang luar negeri untuk membiayai pengeluaran pemerintah hanya menaikkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang tidak akan mempunyai dampak yang signifikan akibat adanya crowding-out, yaitu keadaan di mana terjadi overheated dalam perekonomian yang menyebabkan investasi swasta berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan produk domestik bruto. Kelompok Neo Klasik berpendapat bahwa setiap individu mempunyai informasi yang cukup, sehingga mereka dapat merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran pemerintah yang dibiayai oleh utang luar negeri akan meningkatkan konsumsi individu. Pembayaran pokok utang dan cicilannya dalam jangka panjang akan membebankan kenaikan pajak untuk generasi berikutnya, dengan asumsi bahwa seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku bunga akan mendorong permintaan swasta menurun, sehingga kaum Neo Klasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi full employment, defisit anggaran pemerintah yang permanen dan penyelesaiannya dengan utang luar negeri akan menyebabkan investasi swasta tergusur (Rachmadi 2013).

Transfer ke Daerah

Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Kebijakan dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Bagi Hasil merupakan bagian daerah yang bersumber dari penerimaan yang dihasilkan oleh daerah (by origin), baik penerimaan perpajakan, maupun penerimaan sumber daya alam. Dana Alokasi Umum diberikan kepada daerah dengan tujuan terutama untuk mengatasi kesenjangan horisontal (horizontal imbalance) antardaerah, dan dialokasikan dalam bentuk block grant. Namun demikian, penggunaan DAU harus disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah, yang merupakan tugas dan kewenangan daerah. DAK dialokasikan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus dengan memperhatikan ketersediaan dana dari APBN. Kriteria kebutuhan khusus tersebut meliputi, pertama, kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus alokasi umum, kedua, kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional, dan ketiga, kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah penghasil. Berdasarkan kriteria kebutuhan khusus tersebut, DAK dibedakan atas DAK dana reboisasi (DAK DR) dan DAK non-dana reboisasi (DAK Non-DR).

(19)

penggunaannya diarahkan terutama untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Dana penyesuaian yang dialokasikan ke daerah mencakup dana penyesuaian murni dan ad-hoc. Dana penyesuaian murni dialokasikan sebagai pelaksanaan kebijakan agar penerapan formula DAU tidak menimbulkan adanya daerah yang memperoleh DAU lebih kecil dari DAU tahun sebelumnya ditambah dana penyesuaian murni tahun sebelumnya (hold harmless). Dana penyesuaian murni ini secara bertahap diupayakan pengurangannya untuk mempercepat tujuan DAU sebagai alat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah.

Transfer ke Daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran untuk tiap jenis Transfer ke Daerah dengan dilampiri rincian alokasi per daerah.

Subsidi

Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Terdiri dari Belanja Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi BBM, Belanja Subsidi Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM– Bunga Kredit, Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-Lainnya, dan Belanja Subsidi PSO.

P

S

B

P* t-1 t-0 A C

P Max

Excess demand D Qs Q* Qd Q Sumber : Kajian Terhadap Reformasi Kebijakan Subsidi Gambar 1 Kurva Keseimbangan Harga Dengan Subsidi

(20)

meningkatkan dana untuk pembangunan, maka subsidi perlu dikurangi secara bertahap sejalan meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia dengan meyakini subsidi tersebut betul-betul diperuntukan bagi rakyat kurang atau tidak mampu sesuai sasaran.

Investasi Swasta

Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981)

adalah:

1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia;

2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya;

3. Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15 – 64 tahun yang sudah bekerja, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Angkatan kerja dikelompokan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Mereka yang bekerja penuh adalah angkatan kerja yang aktif menyumbang tenaganya dalam kegiatan produksi.

2. Pengangguran terbuka atau open uneployment adalah mereka yang sama sekali tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan (sewaktu-waktu siap bekerja) 3. Setengah menganggur atau under unemployment adalah mereka yang bekerja

tidak sesuai dengan pendidikan/keahlian atau tidak menggunakan sepenuhnya tenaga karena kekurangan lapangan pekerjaan. Contoh, seorang sarjana bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya.

(21)

Tingkat Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi

Dampak inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat terbagi menjadi dua yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari inflasi menyebabkan peredaran dan perputaran barang lebih cepat di masyarakat sehingga produksi barang-barang bertambah, dan keuntungan pengusaha bertambah. Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi yang tercipta berarti membuka banyak lapangan kerja baru sehingga masalah pengangguran dapat berkurang. Ketika inflasinya terkendali dan diikuti dengan pendapatan nominal yang bertambah, maka pendapatan rill masyarakat meningkat.

Dampak yang negatif inflasi terhadap perekonomian seperti kenaikan harga kebutuhan hidup, nilai dan kepercayaan terhadap uang akan berkurang. Menimbulkan tindakan spekulasi terhadap investasi portofolio terutama portofolio asing yang paling diminati sehingga berdampak terhadap melemahnya nilai tukar mata uang domestik. Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar karena tidak sanggup membayar input dalam proyek yang harganya mengalami peningkatan. Dengan terjadinya inflasi menjadikan minat menabung masyarakat berkurang sebagai akibat dari turunnya nilai mata uang jika hal ini terjadi secara terus-menerus maka akan mematikan industri perbankan nasional.

Penelitian Terdahulu

Kwenka dan Morissey (2000), meneliti tentang pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari pengeluaran publik untuk pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data time series pada Tanzania selama 32 tahun. Menggunakan model pertumbuhan sederhana, mengadaptasi Ram (1986) dimana total pengeluaran pemerintah dipilah ke dalam pengeluaran investasi fisik, pengeluaran konsumsi, dan investasi modal manusia. Metode analisis yang digunakan yaitu metode Error Correction Model untuk analisis keseimbangan jangka pendek dan pendekatan kointegrasi Johansen serta engel-granger. Pengeluaran investasi fisik memiliki dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran konsumsi memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan, dan khususnya tampak terkait dengan peningkatan konsumsi swasta. Pengeluaran atas investasi modal manusia tidak signifikan dalam regresi.

(22)

pembangunan pemerintah) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena adanya ketidakefisienan dalam pelaksanaannya. Hubungan yang positif antara investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi. Pekerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan inflasi dalam jangka panjang akan menghambat investasi karena mempersulit harapan-harapan rasional yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek diketahui bahwa variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi siginifikan atau berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan. Variabel dummy krisis ekonomi tidak signifikan dalam jangka pendek. Interpretasi hasil estimasi pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien pengeluaran pembangunan pemerintah bernilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek investasi swasta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pekerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Secara keseluruhan inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Candra (2012), meneliti peranan pengeluaran pemerintah, tenaga kerja dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur tahun 2001-2010. Hubungan dan pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi. Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder . Dalam penelitian ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil dari penelitian menunjukkan variabel independent yaitu pengeluaran pemerintah, tenaga kerja dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tidak mempunyai hubungan dengan variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi, kecuali pertumbuhan ekonomi yang mempunyai hubungan dengan tenaga kerja. Variabel independent berpengaruh positif dan signifikan kecuali variabel penanaman modal dalam negeri yang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Malau (2005), meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan data time series yaitu data dari tahun 1984-2003. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan regresi linear berganda. Menggunakan variabel independent pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dengan variabel dependent pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini pengeluaran rutin berpengaruh negarif terhadap pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan hipotesa semula yang menyatakan bahwa pengeluaran rutin positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan hipotesa semula yang menyatakan pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(23)

(AK), dan realisasi pengeluaran pemerintah (EXP). Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

Kerangka Pikir Konseptual

Berdasarkan teori pertumbuhan Sollow bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari akumulasi modal dan tenaga kerja, maka penelitian ini membagai modal pertumbuhan ekonomi dalam peran pemerintah yaitu anggaran belanja dan peran swasta dalam investasi swasta. Anggaran belanja pemerintah berdasarkan format baru tahun 2004 membagi belanja pemerintah berdasarkan jenis belanja menjadi belanja pegawai, belanja modal, belanja barang, cicilan dan bungan utang, subsidi, dan transfer daerah. Belanja pegawai pemerintah tidak dimasukan kedalam variabel penelitian karena anggaran tersebut merupakan konsumsi dari pemerintah dan tidak berperan dalam akumulasi modal dalam kegiatan produksi.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

(24)

Metode error correction mechanism (ECM) digunakan akibat dalam data runtut waktu 31 tahun diduga terdapat autokoreklasi pada data menyebabkan data lancung, maka digunakan model ECM agar hasil penelitian yang didapat terbebas dari dugaan terdjadinya hal tersebut. Penelitian ini menggunakan sembilan variabel yaitu pertumbuhan sebagai varibel tetap (Y) dan belanja barang, belanja barang, pembayaran cicilan dan bungan utang, subsidi, dan tranfer daerah, investasi swasta, tenaga kerja,dan inflasi sebagai variabel bebas (X). Hasil dari analisis tersebut dapat digunakan dalam menciptakan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah Indonesia.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indoneia, maka dapat diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis tersebut adalah:

1. Investasi swasta memiliki pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

2. Belanja barang pemerintah memiliki pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

3. Belanja modal pemerintah memiliki pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

4. Pembayaran cicilan dan bunga utang memiliki pengaruh negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

5. Subsidi memiliki pengaruh positif dalam keseimbangan jangka pendek terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Subsidi memiliki pengaruh negatif dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi.

6. Anggaran transfer daerah memilik pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

7. Tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi.

8. Tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

(25)

Tabel 1 Jenis dan Sumber Data

Nomor Variabel penelitian Sumber data Satuan

1 Pertumbuhan 5 Subsidi Kementrian Keuangan (realisasi

APBN) tahun 1982-2012

Miliar rupiah 6 Transfer daerah Kementrian Keuangan (realisasi

APBN) tahun 1982-2012

9 Inflasi BPS tahun 1982-2012 Persen

Metode Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis Engel-Grangger untuk keseimbangan ekonomi jangka panjang, dan model Error Cerrection Mechanism (ECM) untuk keseimbangan ekonomi jangka pendek. Digunakan data tahunan mengenai pertumbuhan ekonomi, investai swasta, tenaga kerja, belanja barang pemerintah, belanja modal pemerintah, pembayaran cicilan bunga utang negara, tranfer daerah, subsidi, dan tingkat inflasi selama periode tahun 1982 sampai tahun 2012.

Sebelum metode ECM Konsep terkini banyak dipakai untuk menguji kestasioneran data runtun waktu adalah uji akar unit (unit root test) atau dikenal juga dengan uji Dickey Fuller (DF) dan Uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika semua variabel lolos dari uji akar unit, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi (cointegrasi test) untuk mengetahui keseimbangan atau kestabilan jangka panjang antara variabel-variabel yang diamati dan arah pengaruh yang diberikan oleh variabel-variabel tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.

(26)

Regresi Semu dan Regresi Terkointegrasi

Penekanan regresi semu adalah pada fakta tidak adanya teori atau logika yang mendasari hubungan kausalitas langsung antara dua atau lebih peubah. Mosteller dan Tukey dalam Juanda (2012) menyatakan bahwa untuk menetukan apakah hubungan antara dua peubah merupakan hubungan sebab-akibat harus memenuhi kriteria :

- Kekonsistenan : apakah hubungan tersebut berlaku pada kondisi yang lain juga?

- Mekanistik : bagaimana menentukan suatu model yang menggambarkan proses hubungan sebab akibat tersebut ?

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya regresi semu, sebelum mengembangkan model yang menggambarkan hubungan sebab-akibat, peneliti harus mengkaji latar belakang teori hubungan sebab-akibat tersebut. Untuk menganalisis pengaruh investasi swasta, anggaran belanja pemerintah, tingkat inflasi, dan tenaga Kerja terhadap pertumbuhan dengan model berikut.

Spesifikasi model

� = � + 1� �� + 2� � + 3� �

+ 4 + 5 + 6

+ 7� � + 8 +�

Dimana

GROWTH : pertumbuhan ekonomi LNCAPITAL : belanja modal pemerintah

LNDEBT : pembayaran cicilan dan bunga utang LNGOODS : belanja barang pemerintah

LNSUBSIDIES : subsidi

LNTRANSFER : transfer daerah LNINV : investasi swasta LNLABOUR : tenaga kerja

INF : tingkat inflasi

Uji Stasioneritas data

Dilakukan uji ADF dan PP, didapat bahwa pertumbuhan ekonomi, investasi swasta, tenaga kerja, belanja barang pemerintah, belanja modal pemerintah, pembayaran cicilan bunga utang negara, transfer daerah, subsidi, dan tingkat inflasi tidak stasioner pada level, tetapi peubah-peubah tersebut stasioner pada diferensiasi pertama. Stasionernya data pada diferensiasi pertama, maka dapat dikatakan terkointegrasi pada derajat satu. Dengan demikian syarat perlu terjadinya hubungan regresi yang terkointegrasi telah dipenuhi.

(27)

berdasarkan peubah telah stasioner, maka secara otomatis error-nya juga akan stasioner.

Regresi GROWTH terhadap CAPITAL, DEBT, GOODS, SUBSIDIES, TRANSFER, INV, LABOUR, INF dan C. GDP mengacu kepada peubah tak bebas pertumbuhan ekonomi, CAPITAL mengacu pada peubah bebas belanja modal pemerintah, DEBT mengacu pada peubah bebas pembayaran cicilan dan bunga utang, GOODS mengacu kepada peubah bebas belanja barang pemerintah, SUBSIDIES mengacu kepada peubah bebas subsidi, TRANSFER mengacu kepada peubah bebas transfer daerah, INV mengacu kepada peubah bebas investasi swasta, LABOUR mengacu kepada peubah bebas tenaga kerja, INF mengacu kepada peubah bebas inflasi, dan C adalah konstanta. Regresi persamaan sebagai berikut.

GROWTH = C + LNCAPITAL + LNDEBT - LNGOODS + LNSUBSIDIES + LNTRANSFER + LNINV + LNLABOUR + LNINF + et

Apabila et stasioner maka GROWTH, LNCAPITAL, LNDEBT, LNGOODS, LNSUBSIDIES, LNTRANSFER, LNINV, LNLABOUR, dan INF terkointegrasi. Uji terhadap kestasioneran et dapat dilakukan dengan uji ADF dan PP.

Error Correction Mechanism (ECM)

Secara ekonomi adanya kointegrasi menunjukan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium relationship) antara peubah-peubah. Namun demikian, walaupun terdapat keseimbangan jangka panjang, dalam jangka pendek mungkin saja keduanya tidak mencapai keseimbangan. Artinya, dalam jangka pendek apa yang diinginkan pelaku ekonomi (desired) belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Model yang memasukan penyesuaian untuk melakukan koreksi ketidakseimbnagan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang disebut Error Correction Mechanism (ECM).

Secara sederhana ECM untuk model GROWTH, LNCAPITAL, LNDEBT, LNGOODS, LNSUBSIDIES, LNTRANSFER, LNINV, LNLABOUR, dan INF adalah sebagai berikut.

∆ = 0 + 1∆� �+ 2∆� + 3∆�

+ 4∆� + 5∆� + 6∆�

+ 7∆� � + 8 + 9 +�

Di mana ∆ = diferensi

ECTt = � �−1 = (Yt-1 - � t-1) = lag 1 periode dari nilai residual yang dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan keseimbangan (error correction component) dari periode waktu sebelumnya (t-1)

et = adalah error yang memenuhi asumsi klasik

(28)

SUBSIDIES, TRANSFER, INV, LABOUR, dan INF dalam jangka panjang akan diseimbangkan oleh error correction component pada periode sebelumnya. Dalam regresi ini, CAPITAL, DEBT, GOODS, SUBSIDIES, TRANSFER,

INV, LABOUR, dan , INF menggambarkan “disturbance” jangka pendek dari CAPITAL, DEBT, GOODS, SUBSIDIES, TRANSFER, INV, LABOUR, dan INF sementara error correction component menggambarkan penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjang. Jika 9 signifikan secara statistik, 10

merupakan faktor penyesuaian (adjusment factor). Ini bearti apabila fluktuasi dari peubah-peubah yang diamati ternyata menyimpang dari long-run track-nya, maka peubah-peubah tersebut akan melakukan penyesuaian untuk kembali kepada long-run track-nya yang tidak lain adalah track equilibrium-nya di mana sekitar

9*100 persen penyesuaian tersebut akan terjadi pada periode pertama dan

sisanya pada periode-periode selanjutnya.

Definisi Operasional

Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia (GDP), yaitu persentase perubahan PDB Indonesia yang merefleksikan kinerja ekonomi dari tahun ke tahun. Data diperoleh dari World Bank dalam satuan persen.

Belanja Barang

Belanja barang adalah belanja pemerintah yang diarahkan pada pembelian barang-barang hasil produksi dalam negeri. Penyempurnaan peraturan tersebut diharapkan dapat lebih menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi golongan ekonomi lemah dengan jalan lebih mengikutsertakan mereka dalam pembanguan proyek pemerintah. Sejalan dengan makin banyak proyek-proyek yang telah dapat diselesaikan memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang lebih besar pula. Data merupakan data tahunan yang diperoleh dari Kementrian Keuangan dalam satuan miliar rupiah.

Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran pemerintah yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Data merupakan data tahunan diperoleh dari Kementrian Keuangan dalam satuan miliar rupiah.

Pembayaran Cicilan Dan Bunga Utang

(29)

Transfer Daerah

Pembiayaan untuk daerah sebelum pelaksanaan otonomi daerah dibiayai dari APBN melalui Dana Rutin Daerah (DRD), Dana Pembanguna Daerah (DPD), dan Dana Bagi Hasil (DBH), sedangkan setelah pelaksanaan otonomi daerah disediakan melalui Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Data diperoleh Kementrian Keuangan dalam satuan Miliar Rupiah.

Subsidi

Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Terdiri dari Belanja Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi BBM, Belanja Subsidi Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM– Bunga Kredit, Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-Lainnya, dan Belanja Subsidi PSO. Data merupakan data tahunan, diperoleh dai Kementrian Keuangan dalam satuan miliar rupiah

Tenaga Kerja

Merupakan data angkatan kerja berdasarkan golongan umur dari lima belas tahun sampai enam puluh lima tahun, dan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama satu minggu terakhir diluar data pengangguran. Data adalah data tahunan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dalam satuan ribu pekerja. Investasi Swasta

Merupakan data realisasi penanaman modal dari pihak swasta yaitu investasi publik diluar anggaran belanja pemerintah, terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMLN). Data adalah data tahunan diperoleh dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) dalam satuan miliar rupiah.

Inflasi

Laju inflasi Indonesia pertahun dihitung berdasarkan persentase perubahan indeks harga konsumen dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 30 tahun. Satuan laju pertumbuhan inflasi dinyatakan dalam persen. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Anggaran Belanja Pemerintah dan Investasi Swasta

(30)

Sumber : Kementrian Keuangan dan BKPM 2013

Gambar 3 Realisasi Anggaran Modal PJP Pertama (Repelita III, IV, dan V) Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama (PJP I), yang telah dimulai sejak tahun 1969, dilaksanakan dalam rangkaian pembangunan jangka lima tahun, yaitu mulai dari Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) sampai Repelita V. Sasaran PJP pertama yang hendak dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, yaitu kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh.

Sumber : Kementrian Keuanggan dan BKPM (diolah)

Gambar 4 Realisasi Anggaran Modal PJP Kedua (Repelita VI dan VII) Tujuan PJP kedua tahun 1993-2019 adalah pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju dan mandiri tidak dapat dilepaskan dari penguasaan ilmu

1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993

M

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

(31)

pengetahuan dan teknologi (Iptek). Pengembangan iptek harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu menghadapi tantangan-tantangan pembangunan di masa depan.

Sumber : Kementrian Keuangan dan BKPM (diolah)

Gambar 5 Realisasi Anggaran Modal RPJM 2005-2009 dan 2010-2012 Tujuan RPJP 2005-2025 Perekonomian dikembangkan berorientasi dan berdaya saing global melalui transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumberdaya alam melimpah menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif dengan prinsip-prinsip dasar: mengelola secara berkelanjutan peningkatan produktivitas nasional melalui penguasaan, penyebaran, penerapan, dan penciptaan (inovasi) ilmu pengetahuan dan teknologi.

Investasi swasta mengalami peningkatan pada akhir Repelita ketiga tahun 1983 sebesar Rp13 741 miliar akan tetapi dua tahun kemudian mengalami pengurangan realisasi menjadi sebesar Rp1 030 miliar. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya laju inflasi pada dua tahun tersebut yaitu sebesar dari 9.48 persen menjadi 11.79 persen. Pada Repelita kelima tahun 1988-1993 yaitu akhir PJP pertama Investasi swasta mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terjadi akibat adanya tujuan pemerintah dalam pembangunan sektor industri. Untuk dapat meningkatkan sektor industri pemerintah membuat kebijakan meringankan tarif untuk berinvestasi di Indonesia. Investasi meningkat dari Rp1 030 miliar pada tahun 1985 sampai Rp71 691 miliar pada tahun 1990.

Tujuan PJP kedua meningkatkan kemandirian IPTEK maka investasi swasta merupakan andalan, karena melalui upaya meningkatkan investasi swasta selain terjadi aliran modal dana tetapi juga terjadi transfer teknologi, informasi, dan pengetahuan. Upaya meningkatkan investasi swasta dilakukan dengan kebijakan pemerintah sampai tahun 1997 yaitu mengeluarkan lagi paket deregulasi sebagai kelanjutan dari deregulasi-deregulasi sebelumnya. Paket deregulasi ini antara lain berisi penurunan tarif, penyederhanaan prosedur, penanaman modal, dan kebijaksanaan perkreditan. Tujuan utama keseluruhan deregulasi tersebut adalah peningkatan daya saing ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi ekonomi serta untuk memperlancar arus distribusi

0,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(32)

penyediaan berbagai barang dan jasa kebutuhan rakyat. Langkah-langkah deregulasi tersebut juga menunjukkan kesungguhan Indonesia di dalam melaksanakan kesepakatan World Trade Organization (WTO), Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) secara konsisten. Investasi swasta terus meningkat mulai tahun 1994 Rp105 696 miliar menjadi Rp218 291 miliar pada tahun 1997. Akan tetapi saat terjadi krisis asia puncaknya tahun 1998 dan laju inflasi menyentuh nilai 53.39 persen investasi berkurang sampai pada tahun 1999 menjadi sebesar Rp139 095 miliar. Kemudian secara siginifikan investasi swasta turun pada tahun 2004, berkaitan dengan bencana alam besar yang melanda Aceh, Yogyakarta, dan Papua menyebabkan beberpa investor menarik dana investasinya. Kerusakan sarana dan fasilitas penunjang produksi pada ketiga daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan realisasi investasi swasta turun signifikan menjadi Rp78 264 miliar.

Awal Pembangunan Jangka Menengah (PJM) 2005-2009 investasi swasta meningkat signifikan dari Rp182 021 miliar tahun 2005 menjadi Rp526 213 miliar tahun 2007. Hal ini disebabkan semakin pesatnya perkembangan perekonomian dunia saat ini merupakan salah satu pemicu terbukanya hubungan satu negara dengan negara lain, yang ditandai dengan tingginya laju aliran barang dan jasa antar negara. Perundingan dan perjanjian perdagangan bebas di beberapa kawasan telah mempercepat aliran barang dan jasa antar negara di kawasan tersebut, seperti NAFTA (North America Free Trade Agreement), EFTA (European Free Trade Association), dan DR-CAFTA (The Dominican Republic Central America Free Trade Agreement). Perjanjian perdagangan bebas tersebut dilakukan dengan cara menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan di bidang perdagangan, baik dalam bentuk hambatan tarif maupun nontarif. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan dan memperkuat kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi. Investasi swasta sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian negara tujuan dan asal dari investasi. Hal ini ditunjukan turun investasi swasta sampai pada tahun 2009 menjadi Rp150 170 miliar. Hal ini terjadi akibat krisis keuangan global yang melanda Amerika dan Eropa. Krisis ini menyebabkan investor menarik investasi mereka untuk melakukan perbaikan perekonomian di negara asal mereka.

Sejalan dengan rencana PJP kedua, belanja modal pemerintah digunakan untuk mempercepat penyediaan sarana dan prasarana fisik yang menunjang kemandirian pembangunan. Belanja modal terealisasi meningkat dari Rp12 291 miliar pada awal PJP kedua tahun 1994 menjadi Rp64 900 pada akhir Repelita ketujuh tahun 2004. Belanja modal tersebut digunakan untuk kegiatan investasi pemerintah melalui penyediaan sarana dan prasarana pembangunan dalam bentuk tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan serta belanja modal fisik lainnya

(33)

Rp64 289 miliar pada tahun 2007, dan kemudian sekitar Rp72 773 miliar pada tahun 2008.

Anggaran belanja barang pemerintah di PJP pertama juga mengalami peningkatan yang besar. Realisasi anggaran ini meningkat dari sebesar Rp1 952 miliar pada tahun 1982 sampai tahun 1993 yaitu akhir PJP pertama menjadi sebesar Rp13 785 miliar. Selain disediakan untuk pengadaan barang-barang kebutuhan departemen dan lembaga non departemen, juga dipergunakan untuk biaya pemeliharaan sarana dan peralatan kerja. Kenaikan yang cukup berarti pada anggaran ini yaitu untuk menunjang perluasan kegiatan operasional pemerintahan dalam pembangunan dan penyediaan anggaran pemeliharaan yang lebih memadai.

Pada PJP pertama laju peningkatan pembayaran bunga dan cicilan utang pemerintah meningkat paling besar diantara anggaran belanja pemerintah yang lain. Akhir repelita kelima pembayaran cicilan dan bunga utang merupakan anggaran belanja pemerintah yang paling besar terealisasikan yaitu sebesar Rp17 163 miliar. Hal ini terjadi akibat adanya pengaruh eksternal terutama turunya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Dalam hal pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri sejak awal orde baru pemerintah bertekad untuk memenuhi setiap kewajiban yang jatuh tempo, sehingga anggaran tersebut terus meningkat.

Pembayaran bunga utang dalam kurun waktu 2006-2011 secara nominal menunjukkan peningkatan, namun porsinya terhadap belanja pemerintah pusat hingga tahun 2011 cenderung menurun. Secara nominal pembayaran bunga utang mengalami peningkatan sebesar Rp24 089 miliar, atau tumbuh rata-rata Rp4 817 miliar per tahun, dari Rp82 495 miliar pada tahun 2006, kemudian mencapai Rp106 584 miliar di tahun 2011.

Realisasi anggaran belanja pemerintah pada PJP pertama yang sangat fluktuatif adalah anggaran subsidi. Nilai tersebut terus berubah akibat adanya pengaruh eksternal, jumlahnya sangat ditentukan oleh pergerakan harga minyak mentah Indonesia di pasaran internasional. Realisasi anggaran ini sangat ditentukan oleh volume bbm yang dikonsumsi di dalam negeri, kedua hal ini tentunya akan saling memberikan dampak kepada realisasi anggaran subsidi yang terus berubah.

Pada akhir Repelita VI anggaran subsidi merupakan anggaran belanja pemerintah yang paling besar dibandingkan anggaran belanja pemerintah lainnya sebagaimana ditunjukan pada Gambar 4, realisasi anggaran subsidi meningkat dari sebesar Rp3 335 miliar tahun 1996 menjadi sebesar Rp65 916 miliar pada tahun 1999. Kenaikan ini diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang juga memberikan subsidi Non-BBM berupa subsidi pangan, listrik, dan obat-obatan. Subsidi-subsidi diberikan berkaitan dengan upaya memperkuat jaringan pengaman sosial (JPS), sebagai upaya untuk meredam dampak sosial akibat krisis ekonomi, terutama bagi penduduk miskin.

(34)

daerah, Selain bantuan kepada Dati I, bantuan juga diberikan kepada Dati II berupa bantuan umum dan bantuan khusus. Realisasi transfer daerah meningkat dari Rp33 075 miliar pada tahun 2000 menjadi Rp129 712 miliar pada akhir repelita ketujuh tahun 2004.

Gambar 5 menunjukan terus berlanjutnya peningkatan alokasi anggaran belanja ke daerah sampai tahun 2012 antara lain berkenaan dengan lebih tingginya penerimaan dalam negeri, yang membawa konsekuensi pada lebih tingginya Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Selain itu, peningkatan alokasi anggaran belanja ke daerah tersebut juga berkaitan dengan adanya penyesuaian persentase DAU, yaitu dari semula 25 persen dari pendapatan dalam negeri (PDN) neto sampai dengan tahun 2003, menjadi 25.5 persen dari PDN neto dalam tahun 2004 dan tahun 2005, dan selanjutnya menjadi 26.0 persen dari PDN neto dalam tahun 2006. Peningkatan alokasi anggaran belanja ke daerah yang cukup signifikan tersebut diharapkan semakin meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah, sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Model Jangka Panjang

Pada bagian ini akan dibahas hasil dari aktivitas pengolahan data mengenai pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan pekerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menggunakan alat analisis Error Correction Mechanism (ECM) akan diinterpretasikan pengaruh masing-masing modal pembangunan dalam jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Model jangka panjang menjelaskan kesimbangan ekonomi dalam proses Pembangunan Jangka panjang (PJP) kurun waktu 25 tahun.

Uji stasioner

Pengujian data dilakukan dengan menggunakan unit root test yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller, atau lebih dikenal Augmented Dickey-Fuller Test (ADF) test dan Philip-Perron test. Hasil pengujian data yang dilakukan disajikan dalam Tabel 2 dan 3 sebagai berikut :

Tabel 2 Uji Augmented Dickey Fuller (Uji ADF)

Variabel Tanpa Intersep Tren dan intersep

t-stat Prob t-stat Prob t-stat Prob Growth -1.839959 0.0633 -3.903515 0.0056 -3.914450 0.0238

Inf -2.749398 0.0077 -4.591616 0.0010 -4.510890 0.0060

Lncapital 2.794306 0.9980 -0.010105 0.9499 -5.294436 0.0011

Lndebt 2.723061 0.9976 -3.199805 0.0299 -2.381075 0.3812

Lngoods 2.637126 0.9971 -1.185770 0.6673 -3.901254 0.0250

Lninv 0.546329 0.8284 -1.871875 0.3404 -2.302371 0.4200

Lnlabor 0.4141778 0.7960 -3.030209 0.0434 -5.231529 0.0011

Lnsubsidies 1.278598 0.9454 -0.643353 0.8460 -2.413342 0.3650

Lntransfer 2.532808 0.9961 0.294084 0.9737 -2.622135 0.2740

(35)

Lanjutan tabel 2 D(growth) -7.151744 0.0000* -7.016741 0.0000* -6.878252 0.0000*

D(inf) -6.714810 0.0000* -6.590267 0.0000* -6.470270 0.0001*

D(lncapital) -2.995317 0.0042* -4.295227 0.0026* -4.074848 0.0190*

D(lndebt) -3.565972 0.0009* -4.489592 0.0013* -4.196516 0.0133*

D(lngoods) -3.865724 0.0004* -5.376329 0.0001* -5.233361 0.0012*

D(lninv) -6.340757 0.0000* -6.327638 0.0000* -7.518475 0.0000*

D(lnlabor) -7.040926 0.0000* -6.951116 0.0000* -6.885698 0.0000*

D(lnsubsidies) -5.449966 0.0000* -5.885509 0.0000* -4.699564 0.0042*

D(lntransfer) -2.606522 0.0111* -3.766229 0.0083* -3.622557 0.0459*

*Signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen

Tabel 3 Uji Philip-Perron (Uji PP)

Variabel Tanpa Intersep Tren dan intersep

t-stat Prob t-stat Prob t-stat Prob Growth -1.735857 0.0782 -3.903515 0.0056* -3.959391 0.0216*

Inf -2.574061 0.0119* -4.601182 0.0009* -4.521316 0.0059*

Lncapital 6.165612 1.0000 0.479538 0.9831 -1.523781 0.7985

Lndebt 2.190640 0.9916 -3.784692 0.0076 -2.444539 0.3511

Lngoods 4.649957 1.0000 -0.681612 0.8366 -2.804067 0.2068

Lninv 1.162457 0.9331 -1.758737 0.3928 -2.160434 0.4932

Lnlabor 0.896429 0.8965 2.986786 0.0476 -4.598539 0.0049

Lnsubsidies 1.748625 0.9780 -0.414587 0.8943 -2.958936 0.1597

Lntransfer 4.654260 1.0000 -0.711362 0.8289 -2.162943 0.4918

D(growth) -16.93916 0.0000* -16.53502 0.0001* -17.67313 0.0000*

D(inf) -20.38099 0.0000* -20.63748 0.0001* -21.22043 0.0000*

D(lncapital) -3.423539 0.0013* -3.980938 0.0048* -4.337689 0.0094*

D(lndebt) -3.592720 0.0008* -4.545266 0.0012* -5.396460 0.0007*

D(lngoods) -4.250824 0.0001* -5.096252 0.0003* -5.075538 0.0016*

D(lninv) -6.552889 0.0000* -7.220362 0.0000* -11.43114 0.0000*

D(lnlabor) -8.493024 0.0000* -8.868286 0.0000* -10.45920 0.0000*

D(lnsubsidies) -5.232669 0.0000* -5.966760 0.0000* -5.799373 0.0003*

D(lntransfer) -3.973997 0.0003* -6.415186 0.0000* -6.309439 0.0001*

*signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen

(36)

Uji Kointegrasi

Setelah diperoleh hasil dari uji stasioner data sebagai syarat perlu dari regresi terkointegrasi, maka selanjutnya adalah bahwa residual dari model juga harus stasioner. Kestasioneran residual (et) model merupakan syarat cukup dari regresi yang terkointegrasi. Nilai et yang stasioner diakibatkan oleh trend suatu variabel yang saling meniadakan dengan variabel lainnya. Dalam ekonometrika variabel yang terkointegrasi dikatakan dalam kondisi keseimbangan jangka panjang. Model ECM mensyaratkan kestasioneran residual et. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa residual (et) yang digunakan dalam penelitian ini stasioner. Seluruh residual (et) telah stasioner pada level dengan tingkat kepercayaan 1%.

Tabel 4 Residual Test

Peubah Uji ADF (Max-Lag = 7) Uji PP

t-statistic Probability t-statistic Probability

Et -6.227220 0.0001 -6.139058 0.0001

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa regresi tersebut merupakan regresi yang terkointegrasi dengan terpenuhinya syarat cukup dan syarat perlu. Disamping itu kekhawatiran akan terjadinya regresi semu tidak terbukti dengan kondisi hasil uji stasioneritas dan uji kointegrasi. Implikasi dari uji kointegrasi ini adalah bahwa perubahan-perubahan yang saling terkointegrasi dapat dikatakan berada dalam long run equilibrium dan mempunyai hubungan jangka panjang.

Tabel 5 Model Jangka Panjang

Variabel Koefisien Probabilitas

C -4.776344 0.5481

LNCAPITAL 0.923025 0.3489

LNGOODS -0.646495 0.5119

LNDEBT -0.159787 0.8453

LNSUBSIDIES -1.8876685 0.0009*

LNTRANSFER 1.007197 0.2943

LNINV 0.977462 0.0635*

LNLABOUR 0.968628 0.2964

INF -0.271090 0.0000*

R-squared 0.883468

Durbin-Watson 1.941149

*siginifikan pada taraf nyata 10 persen

(37)

memiliki t-statistik yang signifikan pada derajat kepercayaan 10 persen. Sementara variabel bebas subsidi, dan tingkat inflasi memiliki t-statistik yang signifikan pada derajat kepercayaan 1 persen. Variabel belanja modal, belanja barang, pembayaran cicilan dan bunga utang, transfer daerah, dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan eknomi jangka panjang.

Subsidi

Tujuan pemerintah dalam anggaran subsidi ialah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan tingkat harga yang lebih rendah. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka, anggaran subsidi secara bertahap akan dikurangi. Pada negara-negara berkembang sumberdaya pemerintah yang dikeluarkan untuk subsidi merupakan hambatan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan secara fundamental merusak masa depan.

Variabel subsidi berdasarkan model jangka panjang memiliki hubungan negatif pada pertumbuhan ekonomi. Sebesar 1.887 persen, dapat dikatakan setiap kenaikan anggaran subsidi sebesar 1 persen, maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1.887 persen. Teori ekonomi menjelaskan anggaran subsidi berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Subsidi sering tidak efisien dan dapat diganti dengan cara yang lebih baik untuk melindungi bagian paling rentan dari populasi (IMF, 2013). Pricing policy BBM yang ditempuh pemerintah saat ini, menimbulkan paling tidak 5 bentuk dampak negatif. Terjadi target error dalam pemberian subsidi BBM, sebesar 25 persen, 40 persen, 35.2 persen, 92 persen dan 93 persen masing-masing untuk

5. Pertamina terhambat untuk melakukan ekspansi usaha

Inefisiensi penggunaan dalam energi akan berdampak dalam jangka panjang terhadap perekonomian dan lingkungan hidup. Energi terutama BBM merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Harga minyak dunia akan terus meningkat karena ketersediaanya yang semakin langka. Usaha pemerintah dalam memberikan subsidi yang tidak sesuai target kepada masyrakat berpendapatan rendah akan menyebabkan pemborosan penggunaan sumberdaya BBM. Penggunaan yang tidak ramah lingkungan akan berdampak pada keadaan lingkungan. Rusaknya lingkungan akan mengganggu kegiatan produksi, meningkatkan biaya produksi, ataupun mengurangi output produksi, khususnya sektor pertanian.

Gambar

Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Tabel 1 Jenis dan Sumber Data
Gambar 3 Realisasi Anggaran Modal PJP Pertama (Repelita III, IV, dan V)
Gambar 5 Realisasi Anggaran Modal RPJM 2005-2009 dan 2010-2012
+5

Referensi

Dokumen terkait

U ovoj varijanti prvobitno kolebanje u izboru mosta se značajno smanjuje. Mehanizam koncentracije feromona ima veliku ulogu: mravi koji slučajno izaberu kraći most su prvi

Jika anda merasa bahwa jawaban yang anda berikan salah dan anda ingin mengganti dengan jawaban yang lain, maka anda dapat langsung mencoret dengan memberikan tanda dua

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak Penghasilan, perlu mengatur kembali tarif pemotongan dan pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 2l bagi pejabat Negara,

Fokus utama ialah untuk mengkaji peranan simbol yang terdapat dalam upacara Pakan di dalam setiap ritual yang berkaitan dengan budaya masyarakat Penan di kawasan

Keanekaragaman dari ketujuh jenis kupu-kupu yang ditemukan di sekitar pinggiran sungai Maslete adalah sebagai berikut: Agraulis vanillae dengan nilai keanekaragaman

Peningkatan produktivitas tanah sawah mineral masam dapat diperbaiki dengan teknologi pengelolaan bahan organik dan pupuk berdasarkan konsep uji tanah untuk menanggulangi

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pelaksanaannya menyajikan semua temuan

1) membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien